BAB II TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea - PARAMITA SEDYA UTAMI BAB II

TINJAUAN TEORI A. Sectio Caesarea

  • – jenis Sectio Caesarea

  8 BAB II

  1. Pengertian Sectio Caesarea

  Sectio Caesarea adalah suatu pembedahan guna melahirkan anak pada dinding abdomen dan uterus (Oxorn, 2010).

  Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan

  membuat sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Amru sofian, 2012).

  Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin

  dilahirkan melalui insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.

  2. Jenis

  a. Sectio Caesarea klasik / korporal yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga meungkinkan ruangan yang lebih baik untuk jalan keluar bayi.

  b. Sectio Caesarea Ismika / Profundal(low servical dengan insisi bawah rahim). Dilakukan dengan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim

  c. Sectio Caesarea ekstraperitonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak membuka cavum abdominal.

  d. Sectio Caesarea vaginal

  e. Histerektomi Caesarian

  3. Indikasi Sectio Caesarea Indikasi Sectio Caesarea dibedakan menjadi 3 macam (Rasyidi,

  2009) yaitu indikasi mutlak, indikasi relatif dan indikasi sosial :

  a. Indikasi mutlak

  a. Indikasi Ibu

  a) Panggul sempit absolut

  b) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adekuatnya stimulasi c) Tumor

  • – tumor jalan lahir yang menyebabkan obstruksi

  d) Stenosis servik atau vagina

  e) Plasenta previa

  f) Disproporsi sefalopelfik

  g) Rupture uteri membakar

  b. Indikasi Janin

  a) Kelainan letak

  b) Gawat janin

  c) Propapsus plasenta

  d) Perkembangan bayi yang terhambat

  e) Mencegah hipoksia janin misalnya karena preeklamsia

  f) Bayi besar (Berat Badan Lahir lebih dari 4,2 kg)

  b. Indiasi Relatif 1) Riwayat seksio sesarea sebelumnya 2) Presentasi bohong

  3) Distosia 4) Fetal distress 5) Preeklamsia berat, penyakit kardoavaskuler dan diabetes 6) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu

  c. Indikasi Sosial 1) Wanita yang takut melahirkanberdasarkan pengalaman sebelumnya.

  2) Wanita yang ingin seksio sesarea eletif karena takut bayinya mengalami cidera atau asfiksia selama persalinan atau mengurangi kerusakan berdasarkan panggul. 3) Wanita yang takut terjadi perubahan pada tubuhnya atau sexuality image setelah melahirkan.

  4. Keuntungan Sectio Caesarea

  Operasi Caesarea lebih aman dipilih dalam menjalani proses

  persalinan karena telah menyelamatkan jiwa ibu yang mengalami kesulitan melahirkan jalan lahir tidak teruji dengan dilakukannya sectio caesarea, yaitu bilamana didiagnosa panggul sempit / fetal distress, didukung dengan pelvimetri. Bagi ibu yang paranoid terhadap sakit, maka sectia caesarea pilihan yang tepat dalam menjalani proses persalinan, karena diberi anastesi / penghilang rasa sakit. (Fauzi, 2007)

  5. Kerugian Sectio Caesarea Operasi Sectio Caesarea merupakan prosedur medis yang mahal dan mempunyai resiko, antara lain : a. Bagi janin Resiko Sectio Caesarea bagi janin menurut Dimas (2010) antara lain, yaitu ;

  1) gangguan pernafasan 2) rendahnya sistem kekebalan tubuh 3) rentan alergi 4) terpengaruh anastesi 5) minim peluang imsiasi menyusui dini

  b. Resiko pada ibu 1) Resiko jangka pendek

  a) Infeksi pada bekas jahitan

  b) Infeksi rahim

  c) Keloid

  d) Cedera pembuluh darah

  e) Cedera pada kandung kemih

  f) Perdarahan 2) Resiko Jangka Panjang

  a) pelekatan organ bagian dalam

  b) Pembatasan kehamilan 3) Resiko Persalinan selanjutnya

  a) Sobeknya jahitan rahim

  b) Pengerasan plasenta

  6. Penatalaksanaan Medis post op sectio caesarea secara singkat :

  a. Awasi Tanda

  • –Tanda Vital sampai pasien sadar

  b. Mobilisasi decara dini dan bertahap

  c. Atasi nyeri yang ada

  d. Pemberian cairan dan diit

  e. Jaga kebersihan luka operasi

  f. Berikan obat antibiotik dan analgetik (Mochtar, 2002)

  7. Discharge Planning

  1. Dianjurkan jangan hamil selama kurang lebih satu tahun

  2. Kehamilan selanjutnya hendaknya diawasi dengan pemeriksaan antenatal yang baik

  3. Dianjurkan untuk bersalin dirumah sakit yang benar

  4. Lakukan perawatan post operasi sesuai arahan tenaga medis selama di rumah

  5. Jaga kebersihan diri

  6. Konsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup

  8. Komplikasi Komplikasi menurut (Mochtar, 2002)

  a. Infeksi puerporeal (nifas) 1) Ringan, dengan kenaikan suhu beberapa hari saja 2) Sedang, dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi, disertai dehirasi dan perut sedikit kembung

  3) Berat, dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering kita jumpai pada partus terlantar, dimana sebelumnya telah terjadi infeksi intrapartal karena ketuban telah pecah terlalu lama.

  b. Perdarahan disebabkan karena : 1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka 2) Atonia uteri 3) Perdarahan pada plancental bled

  c. Luka kandung kemih, emboli baru dan keluhan kandung kemih bila reperitonealisasi terlalu tinggi.

  d. Kemungkinan ruptura uteri spontan pada kehamilan mendatang

  9. Etiologi Tindakan operasi Sectio Caesare dilakukan apabila tidak memungkinkan dilakukan persalinan pervagina karena mempunyai resiko pada ibu dan janin. Dengan pertimbangan hal

  • – hal yang perlu tindakan

  

sectio caesarea seperti proses persalinan lama / kegagalan proses

persalinan normal. (Saifudin, 2002).

  10. Anatomi dan Fisiologi

  a. Organ Genetalia Interna

Gambar 1.1 : gambar genetalia interna wanita

  Secara umum alat reproduksi wanita terbagi atas dua bagian yaitu terdiri dari alat kelamin bagian dalam dan alat kelamin bagian luar. (Manuaba, 2012). 1) Alat kelamin bagian dalam

  a) Vagina (saluran senggama) Vagina merupakan saluran muskula membranase yang menghubungkan rahim dengan dunia luar, bagian ototnya berasal dari otot levatorani dan otot sfingterani sehingga dapat dikendalikan dan dilatih. b) Rahim (Uterus) Bentuk uterus seperti buah pir dengan berat sekitar 30 gram terletak dipanggul kecil diantara rektum (bagian usus sebelum dubur) dan di depannya terletak kandung kemih.

  c) Tuba Fallopi Adalah saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya pembuahan, menjadi saluran dan tempat pertumbuhan hasil pembuahan sebelum mampu menanamkan dari pada lapisan rahim.

  d) Indung Telur (Ovarium) Merupakan sumber hormonal wanita yang paling utama sehingga mempunyai dampak kewanitaan dalam pengaturan proses menstruasi.

  e) Parametrium Merupakan lipatan peritonium dengan berbagai penebalan yang menghubungkan rahim dengan tulang panggul.

  2) Organ Genetalia Eksterna Ganbar 1.2 : gambar genetalia eksterna wanita a) Mons Veneris Mons veneris disebut juga gunung venus,merupakan bagian yang menonjol dibagian depan simfisis, terdiri dari jaringan lemak dan sedikit jaringan ikat. Setelah dewasa tertutup oleh rambut yang bentuknya segitiga.

  b) Bibir besar (labia mayora) Labia mayora kelanjutan dari mons veneris, bentuknya lonjong. Kedua bibir ini dibagian bawah bertemu membentuk perineum. Permukaan terdiri dari : (1) Bagian luar : tertutup rambut, yang merupakan kelanjutan dari rambut pada mons veneris.

  (2) Bagian dalam : tanpa rambut, merupakan selaput yang mengandung kelenjar sebasea (lemak) c) Bibir kecil (labia minora)

  Merupakan lipatan di bagian dalam bibir besar, tanpa rambut.

  c) Klitoris Merupakan bagian yang erektil, seperti penis pada pria, mengandung banyak pembuluh darah dan serat saraf, sehingga sangat sensitif saat berhubungan seks.

  d) Vestibulum

  • – Bagian kelamin ini dibatasi oleh kedua labia kanan kiri dan bagian atas oleh klitoris serta bagian belakang pertemuan labia minora.
e) Himen Himen merupakan selaput tipis yang menutupi sebagian lubang vagina luar. Pada saat hubungan seks pertama himen akan robek dan mengeuarkan darah. Setelah melahirkan himen merupakan tojolan kecil yang disebut karunkule mirtiformis.

  3) Konsep Nifas

  a) Pengertian Nifas Nifas adalah pemulihan kembali kondisi fisik dan psiologis setelah kelahiran bayi dan pengeluaran plasenta. (Ball

  1994,Hytten 1995). Yang diharapkan pada periode 6 minggu setelah melahirkan adalah semua sistem dalam tubuh ibu akan pulih dari berbagai pengaruh kehamilan dan kembali pada keadaan sebelum hamil (Beischer dan Mackay 1986, Curningham, et.,al, 1933).

  Menurut Saifudin (2006) masa nifas adalah dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat

  • – alat kandungan
  • – kembali seperti sebelum hamil. Masa yang berlangsung kira kira 6 minggu.

  Pada kesimpulannya masa nifas adalah masa pulih kembali organ

  • –organ reproduksi seperti sebelum hamil, dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir kira
  • – kira setelah 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetalia baru pulih setelah 3 bulan.
b) Tujuan Perawatan Masa Nifas Asuhan masa nifas bertujuan menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikis, melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati atau berujuk jika terjadi komplikasi pada ibu dan bayi, memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi, perawatan bayi agar tetap sehat, dan memberikan pelayanan keluarga berencana (KB) (Juraida dkk, 2013) c) Perubahan fisiologis masa nifas

  Menurut Prawirohardjo (2006) selama masa nifas ibu akan mengalami beberapa perubahan pada tubuhnya, antara lain : (1) Retrogresif

  Yaitu perubahan sistem reproduksi (involui/ pulihnya kembali kembali alat kandungan ke keadaan sebelum hamil) dan sistemik. (2) Uterus

  Pada kala tiga TFU setinggu umbilikus dan beratnya 1000 gram. Selama 7

  • – 10 hari pertama mengalami involusi dengan cepat. Post natal 12 hari sudah tidak dapat diraba melalui abdomen, selama 6 minggu ukuran seperti sebelum hamil setinggi 8 cm dengan berat 50 gram. Involusi disebabkan oleh :
  • – (a) Kontraki dan retaksi serabut otot uterus yang terus menerus sehingga terjadi kompresi pembuluh darah yang menyebabkan anemia setempat dan akhirnya menjadi iskemia,

  (b) Otolisis Sitoplasma yang berlebihan akan dicerna sendiri sehingga tinggal jaringan fibro-elastik.

  (c) Atrofi Jaringan yang berproliferasi dengan adanya estrogen kemudian mengalami atrofi akibat penghentian produksi estrogen. (3) Lochea

  Yaitu darah dan jaringan desidua yang keluarnya dari dalam uterus. Adapun jenis

  • – jenis dari Lochea : (a) Rubra (hari 1-4) jumlahnya sedang, berwarna merah, terutama lendir dan darah.

  (b) Sanguinolenta berwarna coklat, terdiri dari cairan campur darah.

  (c) Serosa (hari 4-8) jumlah berkurang dan berwarna merah muda.

  (d) Alba (8-14) jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna.

  (4) Servik Setelah persalinan ostrium eksterna dapat dimasuki 2-3 jari tangan, setelah 6 minggu serviks menutup.

  (5) Vulva dan Vagina Beberapa hari setelah persalinan vulva dan vagina dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu akan kembali dlam keadaan tidak hamil. (6) Perineum

  Setelah melahirkan perineum menjadi kendor karena terenggang oleh tekanan kepada tekanan bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-6, sudah kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendor dari pada keadaan sebelum melahirkan. (7) Payudara

  Menjadi lebih besar, lebih kencang, nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi. (8) Traktus Urinarius

  Buang air kecil sulit selama 24 jam pertama. Urin dalam jumlah banyak dihasilkan dalam waktu 12-36 jam post partum. Ureter akan kembali normal dalam waktu 6 minggu.

  (9) Sistem Gastrointestinal Konstipasi umumnya umumnya terjadi selama periode pasca partum awal karena penurunan tonus otot, rasa tidak nyaman pada perineum atau luka bekas jahitan, dan kecemasan. Pada ibu yang habis melahirkan cepat merasa lapar dan mentolenransi dengan diit yang ringan. Kebanyakan ibu

  • –ibu merasa lapar setelah pulih penuh dari analgetik, anastesi dan kelelahan meminta makanan dengan porsi dobel dan mengemil adalah umum.

  (10) Sistem Kardiovaskuler (a) Volume darah

  Perubahan volume darah tergantung pada beberapa fakta variable untuk contoh, kehilangan darah secara persalinan. (11) Hormonal

  (a) Prolaktin : diproduksi hipofise anterior untuk memproduksi ASI, meningkat saat putting dirangsang oleh penghisapan bayi, menyebabkan amenorea. (b) Oksitosin : merangsang kontraksi myoepitel sehingga terjadi ejeksi dan ASI keluar, menyebabkan kontraksi uterus yang membantu involusi dan mencegah perdarahan post partum.

  (12) Laktasi Laktasi dapat diartikan pembentukan dan pengeuaran air susu ibu. Laktasi terjadi pada organ

  • – payudara yang terdiri dari15-24 lobus, dimana masing masing lobus terdiri dari sel
  • – sel acini yang mampu menghasilkan air susu ibu. Saluran pada ma
  • – masing lobus disebut duktur laktoferoton.

  Keuntungan bayi dengan minum air susu ibu, air susu ibu sesuai dengan kebutuhannya dan daya alat pencernaan : (a) Bebas dari kumsn penyakit (b) Berisi zat

  • – zat makanan, protein, mineral dan vitamin
  • – vitamin sesuai dengan kebutuhan anak untuk pertumbuhannya.

  (c) Bayi akan merasa aman dan tentram, merasa mendapatkan perhatian dan kasih sayang.

  Faktor

  • – faktor yang mempengaruhi pembentukan dan pengeluaran air susu ibu :

  (a) Faktor anatomis dan buah dada (b) Faktor fisiologis (hormon endokrin) makanan yang dimakan ibu yang sedang menyusui tidak secara langsung mempengaruhi kualitas air susu ibu. (c) Faktor istirahat

  (d) Faktor isapan anak (e) Faktor obat

  • – obatan

  d) Perubahan Psikologis Menurut Reva Rubin dan Stright (2004) ada 3 tahap transisi ke peran menjadi orang tua selama periode

  pascapartum , yaitu :

  1) Periode taking in Selama 1-2 hari persalinan, sikap ibu pasif dan bergantung. Keehatan ibu bergantung pada tanggung jawab orang lain untuk kebutuhan akan rasa nyaman, istirahat, makan, dan kedekatan hubungan keluarga.

  2) Periode taking Hold Periode ini berlangsung 2-4 hari setelah melahirkan.

  Ibu menaruh perhatian pada kemampuannya untuk menjadi orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya. 3) Periode letting Go

  Setelah kembali kerumah, ibu menerima tanggung jawab unutk perawatan bayinya, ia harus berdaptasi terhadap kebutuhan ketergantungan bayinya, dan beradaptasi terhadap penurunan otonomi, kemandirian dan interaksi sosial.

B. Induksi Persalinan

  1. Pengertian Induksi Induksi persalinan adalah tindakan terhadap ibu hamil untuk merangsang timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan.

  (Wiknjosastro, 2006).

  Induksi persalinan adalah suatu upaya memulai proses persalinan (dari tidak adanya tanda

  • – tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada.). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal. (Darmayanti, 2009)

  Jadi induksi gagal adalah gagalnya membuat tindakan proses persalinan/ merangsang timbulya kontraksi rahim ibu untuk terjadi persalinan.

  2. Teknik Induksi Ada 2 cara yang biasa dilakukan oleh dokter untuk melalui proses induksi, yaitu kimia dan mekanik. Namun pada dasarnya kedua cara ini dilakukan untuk mengeluarkan hormon prostaglandin yang berfungi sebagai zat penyebab otot rahim berkontraksi. Secara kimia biasanya akan diberikan obat

  • –obatan khusus dengan cara ada yang diberikan dengan diminum, dimasukkan kedalam vagina, diinfuskan. Biasanya tak lama setelah salah satu cara kimia itu dilakukan akan merasakan datangnya kontaksi. Sedangkan cara mekanik biasanya dilakukan dengan sejumlah cara seperti menggunakan metode stripping, pemasangan balon
kateter (oleh kateter voley) dimulut rahim, serta memecahkan ketuban saat persalinan sedang berlangsung.

  3. Indikasi persalinan induksi

  a. Indikasi janin 1) kehamilan lewat waktu 2) ketuban pecah dini 3) janin mati

  b. Indikasi Ibu 1) kehamilan dengan hipertensi 2) kehamilan dengan diabetes mellitus

  4. Kontra Indikasi

  a. malposisi dan malpresentasi janin

  b. insufisiensi plasenta

  c. disproporsi sefalopelfik

  d. cacat rahim, misalnya pernah mengalami seksio sesarea, enukleasi miom e. grande multipara

  f. gemeli

  g. distensi rahim yang berlebihan misalnya pada hidramnion

  h. plasenta previa

  5. Patofisiologi Induksi persalinan terjadi akibat kehamilan lewat waktu, adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan terdapat penurunan prosgesteron, peningkatan oksitoksin tubuh, dan reseptor terhadap oksitoksin sehingga otot rahim semakin sensitif terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya, otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi kehamilan lewat waktu adalah menigkatnya resiko kematian dan kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42 minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol plasentallaktogen.

  6. Manifestasi Klinis Manifestasi klinis yang terjadi pada induksi persalinan adalah kontraksi akibat induksi mungkin terasa lebih sakit karena mulainya sangat mendadak sehingga mengaibatkan nyeri. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan, itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam penawasan ketat dari doketr yang menangani. Jika ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian operasi caesar.

  7. Komplikasi Induksi persalinan dengan memberikan oksitosin dalam infus intravena jika perlu memecahkan ketuban, cukup aman bagi ibu apabila syarat

  • – syarat dipenuhi. Kematian perinatal agak lebih tinggi dari pada persalinan spontan, akan tetapi hal ini mungkin dipengaruhi pula oleh
keadaan yang menjadi indikasi untuk melakukan induksi persalinan. Kemunginan bahwa induksi persalinan gagal dan perlu dilakukan seksio sesarea, harus selalu diperhitungkan.

   Pengertian

  Kehamilan postterm, disebut juga kehamilan serotinus, kehamilan lewat waktu, kehamilan lewat bulan, pronolonged pregnancy,

  extended pregnancy, postdate/ post datisme atau pascamaturitas, adalah :

  kehamilan yang berlangsung sampai 42 minggu (294 hari) atau lebih, dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus Naegele dengan siklus haid rata – rata 28 hari (WHO 1977, FIGO 1986).

  Kehamilan postterm yaitu persalinan dengan umur kehamilan 42 minggu atau lebih dihitung dari hari pertama haid terakhir menurut rumus neagle dengan siklus haid rata – rata 28 hari (candranita, 2008).

  2. Etiologi Seperti halnya bagaimana halnya terori persalinan, sampai saat ini sebab kehamilan postterm belum jelas. Bahwa terjadinya kehamilan

  postterm sebagai akibat dari gangguan terhadap timbulnya persalinan (Hanifa, 2010).

  3. Faktor Predisposisi

  a. Rata

  • – rata kehamilan 280 hari terhitung dari hari pertama haid terakhir dengan rumus neagle : bulan kurang dari 3 dari ditambah 7
untuk memperoleh tanggal taksiran persalinan. Menentukan tanggal yang tepat membutuhkan pemeriksaan fisik, riwayat haid dan parameter lainnya (James, DKK, 2002).

  b. Pada postterm insufisiensi plasenta menyebabkan protein plasenta dibawah normal sehingga transpor kalsium tak terganggu dan glukosa menurun sehingga pengangkutan molekul tinggi seperti asam amino, lemak mengalami gangguan sehingga dapat mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin intrauterin (Feryanto, 2011).

  c. Keadaan umur ibu yang terlalu muda atau dimana alat

  • –alat reproduksi belum matang.

  d. Menurut Sulaiman S, Djamhoer M, Firman (2004) bahwa faktor predisposisi dari kehamilan postterm salah satunya adalah ibu primigravida muda karena kadar hormon progesteron tidak cepat turun walaupun kehamilan telah cukup bulan, sehingga kepekaan uterus terhadap oxytosin berkurang.

  e. Pada saat menjelang persalinan hormon progesteron tidak cepat turun sehingga kepekaan uterus terhadap oksitosin yang dapat menimbulkan otot rahim berkurang (Hanifa Wiknjosastro, 2007).

  f. Rendahnya kadar corisol pada darah bayi sehingga kerentanan akan stress merupakan faktor tidak timbulnya his (Hanifa Wiknjosastro, 2007) g. Hipertensi adalah penyakit yang salah satunya disebabkan oleh pola makan ibu yang berlebihan yang dapat menimbulkan komplikasi yaitu bayi terlalu besar atau makrosomia (Hanifa Wiknjosastro, 2007).

  4. Patologi

  a. Pada saat menjelang persalinan hormon progesteron tidak cepat turun sehingga kepekaan uterus terhadap oksitoksin yang dapat menimbulkan kontraksi otot – otot rahim berkurang (Hanifa, 2007).

  b. Mengakibatkan tidak adanya kontraksi dari janin untuk memulai proses persalinan c. Bila kehamilan postterm di rencanakan untuk tidak segera dilahirkan, mempunyai keyakinan bahwa janin dapat hidup teris didalam lingkungan intrateuterin.

  5. Tanda dan gejala

  a. Keadaan klinis yang dapat ditemukan ialah gerakan janin yang jarang, yaitu secara subjektif kurang dari 7 kali/ 20 menit atau secara obyektif dengan kardiotografi kurang dari 10 kali / 20 kali (Taufan, 2010).

  b. Pada bayi akan ditemukan tanda

  • – tanda lewat waktu (postterm) yang terbagi menjadi : 1) Stadium I : kulit kehilangan verniks kaseosa dan terjadi maserasi sehingga kulit kering, rapuh, dan mudah mengelupas.

  2) Stadium II : seperti stadium I serta pewarnaan mekonium (kehijauan) dikulit.

  3) Stadium III : seperti stadium I disertai pewarnaan kekuningan pada kuku, kulit dan tali pusat 4) Berat badan ibu turun dan lingkar perut mengecil dan air ketuban berkurang.

  6. Pemeriksaan Penunjang

  a. Sitologi vagina : indeks kariopiknotik meningkat (> 20%)

  b. Foto Rontgen : melihat inti penulangan terutama pada os kuboid, proximal tibia dan bagian distal femur c. USG : menilai jumlah dan kekeruhan air ketuban, derajad maturitas palsenta, besarnya janin, keadaan janin.

  d. Kardiotografi : menilai kesejahteraan janin (raektif atau tidak reaktif) maupun CST aa9 negatif atau positif).

  e. Amnioskopi : warAmnioskopi : warna air ketuban

  7. Komplikasi Komplikasi pada persalinan dapat terjadi pada ibu dan janin menurut Varney (2007) antara lain : a. Pada ibu

  Mengakibatkan persalinan traumatis / perdarahan post partum dan ibu menjadi cemas karena kehamilan yang melewatii tafsiran persalinan.

  b. Pada janin

  Makrosomia, insufisiensi plasenta (pertumbuhan janin terhambat oligohidramnion (terjadi kompresi tali pusat, keluar mekonium), cacat bawaan, dan kematian janin.

  8. Penatalaksaan Persalinan Postterm a. Penatalaksanaan persalinan postterm dengan stimulasi persalinan.

  Stimulasi persalinan dapat dilakukan dengan teknik farmakologis, teknik mekanik, dan teknik pemberian oksitoksin intravena.

  1) Teknik farmakologi terdiri dari :

  a) Prostaglandin E2 aplikasi lokal gel praostaglandin (dipnosroton) banyak digunaka untuk mematangkan serviks.

  Pemakaian prostaglandin E2 dosis rendah meningkatkan keberhasilan induksi, mengurangi insiden persalinan berkepanjangan, dan mengrangi dosis oksitoksin maksimal dan total.

  b) Prostaglandin E1, misoprostol adalah suatu prostaglandin E1 sintatin dan saat ni tersedia dalam sediaan tablet 100 untuk mencegah alkuspeptikum.

  c) Misoprostol vagina, tablet yang dimasukkan kedalam vagina

  d) Misoprostolvaginal per oral memiliki efektifitas untuk mematangkan persalinan dengan pemberian intrvaginal.

  2) Teknik mekanisme terdiri dari :

  a) Dilator serviks higroskopis Insisi pembukaan serviks dengan dilator serviks osmotik higroskopik telah lama diterima sebagai metode yang efektif sebelum dilakukan terminasi kehamilan.

  b) Pelucutan selaput ketuban Induksi persalinan dengan “melucuti” (striping) atau

  “menyisir" (sweeping) selaput ketuban merupakan praktik yang sering dilakukan. Pelucutan selaput ketuban merupakan tindakan yang aman dan berkaitan dengan penurunan insidensi gestasi posmatur.

  3) Apabila berhasil lakukan persalinan spontan pervaginan (Bantuk, 2007)

  a) Indikasi pada pemberian induksi : (1) Indikasi ibu (2) pre eklamsi / eklamsi (3) pendarahan antepartu (4) KDP umur kehamilan >36 minggu (5) Hidramnion akut (6) Kehamilan postterm

  b) Indikasi pada janin (1) Diabetes mellitus (2) Kematian intra uteri

  (3) Serotinus (4) Fetus yang terlalu besar

  Kontraindikasi :

  a) Mutlak (1) CPD (2) Tumor yang menghalangi jalan lahir (3) Kelainan letak : lintang, sungsang letak kaki (4) Kelainaan presentasi : muka, dahi (5) Bekas SC dengan persangkaan CPD (6) Bekas myomectomi (7) Gameli anak 1 dengan kelainan letak

  b) Relatif (1) Grande multi (2) Bekas SC

  c) Induksi akan memiliki kemungkinan berasil lebih besar pada : (1) Pengawasan baik (2) Presetasi belakang kepala (3) Kehamilan hampir / aterm (4) Cerviks cukup matang (5) Kepala telah masuk PAP d) Tindakan operasi sectio caesarea dapat dipertimbangkan pada : (1) Insufisiensi plasenta dengan keadaan serviks belum matang (2) Pembukaan yang belum matang (3) Persalinan lama (4) Terjadinya tanda gawat janin (5) Primigravida tua (6) Kematian janin dalam kandungan (7) Pre eklamsi (8) Hipertensi menahun (9) Infertilitas (10) Kesalahan letak janin (Bantuk HT, 2007).

  Tujuan dilakukannya sectio caesarea adalah : (1) Mengatasi disproporsi sefalo pelvik dan aktifitas uterus yang abnormal (2) Mempercepat kelahiran untuk keselamatan ibu dan janin (3) Mengurangi trauma janin (misalnya presentasi bokong, prematur kecil) dan infeksi janin (misalnya resiko tertular infeksi herpetik atau HIV

  (4) Mengurangi resiko pad ibu (misalnya gangguan jantung tertentu, lesi intrakranial / keganasan servik) (5) Memungkinkan ibu untuk menjalankan pilihan sesuai keyakinan.

D. Pathways

  Hamil Hamil Postterm

  Persalinan induksi Gagal induksi Post sectio caesarea

  Efek anastesi mual /muntah penurunan luka insisi fisiologi nifas Penurunan otot Kekuatan otot

  Sistem repsroduksi

  Resiko ketidak seimbangan

  abdomen Laktasi

  nutrisi kurang Nyeri akut Resiko dari kebutuhan

  Peningkatan prolaktin

  infeksi Intoleransi tubuh aktifitas konstipasi

  Duktus terisi ASI Sumber : Doengoes (2001), Nanda (2012)

  ASI keluar ASI tidak keluar

  Ketidakefektifan menyusui

  35 Asuhan Keperawatan Pada..., PARAMITA SEDYA UTAMI, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014

E. Pengkajian

  1. Pengumpulan data

  a. Identitas Klien Nama, umur, agama, pendidikan, pekerjaan, suku, status perkawinan, diagnosa medis, tanggal masuk, tanggal pengkajian, no RM, dan alamat.

  b. Identitas Penanggung jawab Nama, umur, agam , pendidikan, pkerjaan, suku dan alamat.

  2. Riwayat kesehatan

  a. Keluhan utama Keluhan yang diungkapkan saat dilakukan pengkajian

  b. Riwayat kesehatan sekarang Perjalanan penyakit klien sebelum, selama perjalanan, sampai dirumah sakit, hingga saat dilakukan pengkajian tindakan yang dilakukan sebelumnya, dan pengobatan yang didapat setelah masuk RS.

  c. Riwayat menstruasi Kaji menarche, siklus mens, banyaknya haid yang keluar keteraturan mens, lamanya, keluhan yang menyertai.

  d. Riwayat obstetri Kaji tanggal partus, jenis partus

  e. Riwayat keluarga berencana KB klien, jenis kontrasepsi yang digunakan sejak kapan f. Riwayat penyakit dahulu Tanyakan penyakit yang pernah dialami

  g. Riwayat pernikahan Kaji usia pernukahan, lamanya pernikahan

  h. Riwayat seksual Kaji usia pertama kali melakukan hubungan seks i. Riwayat kesehatan keluarga

  Riwayat kesehatan keluarga yang mempunyai penyakit yang sama j. Riwatyat kebiasaan sehari

  • – hari 1) Personal hygiene, kaji kebiasaan personal hygiene klien meliputi keadaan kulit, rambut, mulut dan gigi, vulva hygiene.

  2) Pola makan Kebiasaan makan dalam porsi makan, frekuensi, alergi atau tidak

  3) Pola eliminasi

  a) BAB : Kaji frekuensi, warna, bau, konsistensi, dan keluhan saat BAB

  b) BAK :Kalifrekuensi, warna, bau, dan keluhan saat berkemih 4) Pola aktifitas dan latihan

  Kaji kegiatan dalam pekerjaan dan kegiatan diwaktu luang 5) Pola tidur dan istirahat

  Kaji waktu, lama tidur/ hari, kebiasaan saat tidur, dan kesulitan 6) Riwayat penggunaan zat

  Kaji kebiasaan dan lama penggunaan rokok a) Riwayat sosial ekonomi

  b) Kaji pendapatan perbulan, bungan sosia, dan hubungan dalam keluarga 7) Riwayat psikososial dan spiritual

  a) Psikososial Respon klien terhadap penyakit yang diderita saat ini.

  b) Spiritual Kaji kegiatan keagamaan klien yang sering dilakukan dirumah dan di RS

  8) Pemeriksaan Fisik Kaji keadaan umum, kesadaran, BB dan tinggi badan dan TTV

  a) Kepala Keluhan pusing, warna rambut, keadaan, kebersihan

  b) Mata Kesimetrisan mata, warn konjungtiva, sklera kornea

  c) Hidung Kesimetrisan, keadaan kebersihan penciuman

  d) Mulut Kelembaban mukosa bibir, keadaan gigi

  e) Telinga Kelaianan bentuk, keadaan dan fungsi

  f) Leher Kaji adakah pembengkakan, pembesaran kelenjar tiroid g) Daerah dada Keluhan sesak nafas, bentuk, nyeri dada, auskultasi suara jantung, frekuensi nadi dan tekanan darah.

  h) Abdomen Kaji adanya massa pada abdomen, distensi, nyeri tekan i) Genetalia Pengeluaran sekret dan perdarahan, warna, bau, keluhan gatal j) Ekstrimitas

  Kaji kekuatan otot, varises, konfraktur pada persendian dan kesulitan pergerakan 9) Pemeriksaan penunjang

  Pre op : kaji hemoglobin, pembekuan darah dan USG 10) Analisa data

  Analisa data adalah mengkaitkan data, menghubungkan data dengan konsep, teori dan kenyatan yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah keperawatan klien.

  11) Diagnosa keperawatan Menurut Nanda (2013), diagnosa keperawatan yang muncul pada klien post sectio caesarea sebagai berikut : a) Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (pembedahan, trauma, jalan lahir episotomi). b) Resiko infeksi berhubungan dengan faktor resiko : episotomi, laserasi jalan lahir bantuan pertolongan persalinan c) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kelemahan

  d) Defisit perawata diri : mandi / kebersihan diri, makan, toileting, berhubungan dengan kelemahan post partum e) Resiko ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kebutuhan nutrisi post partum.

F. Intervensi keperawatan

  Perencanaan Diagnosa

  Tanggal Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

  Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan keperawatan

  • Kaji nyeri secara b.d agen selama 2x24 jam dirumah sakit komprehensif injuri fisik diharapkan nyeri dapat berkurang meliputi lokasi dengan kriteria hasil : nyeri, durasi nyeri, skala nyeri, dan karateristik

  Indikator awal Akhir nyeri Nyeri terkontrol

  2

  4 Ekspresi wajah

  3

  4

  • Observasi reaksi rileks non verbal dan Skala nyeri

  2 4 ketidaknyamanan berkurang

  • Ajarkan teknik TTv dibatas

  4 4 non farmakologi yaitu teknik nafas normal dalam

  Keterangan :

  • Berikan lingkungan yang 1 : ekstrim 2 : berat nyaman 3 : sedang
  • Observasi TTV 4 : ringan
  • Kolaborasi 5 : tidak ada pemberian analgetik

  Resiko Setelah dilakukan tindakan  Observasi adanya infeksi b.d keperawatan selama 2x24 jam di RS tanda

  • – tanda prosedur diharapkan resiko infeksi tidak terjadi infeksi invasif dengan kriteria hasil :

   Tingkatkan intake cairan Indikator Awal Tujuan tangan

   Cuci Tidak menunjukan

  2

  4 sebelum dan

  • – tanda tanda sesudah infeksi melakukan

  Akrak tidak teraba

  3

  5 tindakan hangat

   Kaji warna kulit, Leukosit Dbn

  3

  5 turgor TTV Dbn

  4

  5  Motivasi pasien

  Keterangan : untuk istirahat 1 : ekstrim

   Berikan terapi 2 : berat antibiotik sesuai

  3: sedang program 4 : ringan 5 : tidak ada

  Monitoring nutrisi  BB pasien dalam batas normal  Monitor adanya penurunan BB  Monitor lingkungan selama makan

  • – tanda malnutrisi Tidak terjadi penurunan BB yang berarti

  5 Keterangan : 1 : ekstrim 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak ada

  3

  4

  2

  2

  2

  Defekasi dapat dilakukan 1xsehari Konsistensi feses lembut Eliminasi feses tanpa perlu mengejan

  Indikasi Awa l Akhi r

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien dapat defekasi secara teratur, dengan kriteria hasil :

   Beri makan kesukaan Konstipasi b.d kelemahan otot abdomen

  5 Keterangan : 1 : ekstrim 2 : berat 3: sedang 4 : ringan 5 : tidak ada

  5

  5

  5

  3

  3

  3

  3

  Indikator Awal Tujuan Adanya peningkatan BB BB ideal sesuai TB Tidak ada tanda

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria hasil :

  Ketidakseimb angan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan intake makanan

  • Monitor tanda dan gejala konstipasi
  • Monitor bising usus
  • Monitor feses, frekuensi, konsistensi, dan volume
  • Dukung intake ca
  • Kolaburasi pemberian laktasif
  • Menyarankan pasien untuk konsultasi

  Jika sembelit / impaksi terus ada

Tabel 2.1 : Tabel Intervensi Keperawatan

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pemberian ASI efektif dengan kriteria hasil :

  Breast Examination  Berikan pendidikan kesehatan tentang ASI Eksklusif

   Tentukan keinginan dan motivasi ibu menyusui

  Breastfeding assitence :  Evalusi pola menghisap / menelan bayi

  5 Keterangan : 1 : ekstrim 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak ada

  5

  5

  2

  2

  2

  Kemantapan pemberian ASI Pengetahuan pemberian ASI Tidak mengalami nyeri tekan pada puting

  Indikasi Awa l Akhi r

  Menyusui tidak efektif b.d ASI tidak keluar

  Intoleransi aktifitas b.d penurunan kekuatan otot

   Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktifitas yang diinginkan.

   Bantu klien untuk memilih aktifitas konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik

   Kolaborasikan dengan tenaga medis dalam merencanakan program terapi yang tepat.  Bantu klien unutk mengidentifikasi aktifitas yang mampu dilakukan

  5 Keterangan : 1 : ekstrim 2 : berat 3 : sedang 4 : ringan 5 : tidak ada

  5

  5

  2

  2

  2

  Mampu melakukan aktifitas secara mandiri Mampu berpindah tanpa bantuan TTV normal

  Indikasi Awa l Akhi r

  Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien mampu melakukan aktifitas secara mandiri, dengan kriteria hasil :

   Lakukan perawatan payudara (breast care)