Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya
BAB II PROFIL KABUPATEN BELU Profil Kabupaten Belu menggambarkan kondisi daerah dari berbagai aspek. Dari profil Kabupaten tersebut diharapkan dapat tercermin kondisi daerah terkait dengan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM). Profil Kabupaten Belu terdiri dari gambaran
kondisi geografis dan administratif wilayah, gambaran mengenai demografi, gambaran mengenai topografi wilayah, gambaran mengenai geohidrologi, gambaran mengenai geologi, gambaran mengenai klimatologi, dan gambaran mengenai kondisi sosial dan ekonomi.
2.1. Gambaran Geografis dan Administrasi Wilayah Kabupaten Belu.
Kabupaten Belu adalah salah satu kabupaten dari enam kabupaten/kota di Propinsi NTT, yang terletak di daratan Timor. Posisi geografis Kabupaten Belu dalam daratan Timor Propinsi NTT adalah di bagian paling timur dan berbatasan langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL). Sedangkan dalam posisi astronomis, wilayah Kabupaten Belu terletak antara koordinat 124º 38’ 33” BT– 125º 11’ 23” BT dan 08º 56’ 30” LS – 09º 47’ 30” LS. dengan batas - batas wilayah Kabupaten sebagai berikut Sebelah utara berbatasan dengan Selat Ombai, Sebelah selatan berbatasan dengan Laut Timor, Sebelah timur berbatasan dengan wilayah RDTL dan Sebelah barat berbatasan dengan wilayah Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Secara administratif,
2 Kabupaten Belu yang memiliki luas wilayah mencapai 1.284,94 km , terbagi atas 12 kecamatan
serta 81 Desa/Kelurahan (69 desa dan 12 kelurahan). Kecamatan dengan wilayah terluas
2
adalah Kecamatan Tasifeto Barat dengan luas wilayah 224,19 km atau 17,45% dari luas wilayah Kabupaten Belu. Sedangkan yang terkecil adalah Kecamatan Atambua Barat dengan
2
luas wilayah 15,55 km atau 1,21% dari luas wilayah Kabupaten Belu. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel 2.1
Tabel 2.1.
Luas Tiap Kecamatan di Kabupaten Belu
Tahun 2015
No Kecamatan Jumlah Desa/ Kel Luas (Km 2 ) Prosentase (%)
1 Raimanuk 9 179,42 13,96
2 Tasifeto Barat 8 224,19 17,45
3 Kakuluk Mesak 6 187,54 14,60
4 Nanaet Duabesi 4 60,25 4,69
5 Kota Atambua 4 24,90 1,94
6 Atambua Barat 4 15,55 1,21
7 Atambua Selatan 4 15,73 1,22
8 Tasifeto Timur 12 211,37 16,45
9 Raihat 6 87,20 6,79
10 Lasiolat 7 64,48 5,02
11 Lamaknen 9 105,90 8,24
12 Lamaknen Selatan 8 108,41 8,44 Jumlah 81 1.284,94 100,00
Sumber : Belu Dalam Angka 2016
Gambar 2.1.
Diagram Pie Luasan Kabupaten Belu per Kecamatan Sumber : Belu Dalam Angka 2016 Secara administrasi jumlah desa yang berbatasan darat langsung dengan Republic Democratic Timor Leste (RDTL) adalah sebanyak 32 Desa di 8 Kecamatan seperti tersaji pada tabel 2.2 di bawah ini.
Tabel 2.2.
Kecamatan dan Desa-Desa Perbatasan
Di Kabupaten Belu
No Kecamatan / Desa Ibukota Kecamatan / Desa / Kelurahan Luas Wilayah ( Km² )
I TASIFETO BARAT
Lookeu Batulu 25,21
II NANAET DUABESI
Nanaenoe Nanaenoe 12,21
Fohoeka Laktutus 12,21
III TASIFETO TIMUR
Dafala Dubasa 19,70
Takirin Fatubesi 9,30Tulakadi Salore 15,95
Silawan Nanaeklot 30,00
Sadi Kopan 18,00
Sarabau Tunamuaren 12,60
IV LASIOLAT Maneikun Motaain 9,10 Lasiolat Halibete 9,20 Baudaok Mahein 7,00 Fatulotu Ailomea 7,00
V RAIHAT
Asumanu Raibubu 22,95
Tohe Sikutren 32,55
Maumutin Turiskain 9,56VI LAMAKNEN Lamaksanulu Builalu 9,33
Makir Tahon 14,09
Mahuitas Bora 9,10Kewar Kewar 21,64
VII KAKULUK MESAK
Fatuketi Ainiba 50,80
Kabuna Haliwen 7,50Kenebibi Fatukmetan 20,43
Jenilu Raikatar 20,73
Leosama Halimea 37,50
Dualaus Lakafehan 11,04
VIII LAMAKNEN SELATAN Henes Gelaba 6,22
Lakmaras Sabulmil 21,39
Loonuna Liu 10,31
Ibukota Kecamatan /
No Kecamatan / Desa Luas Wilayah ( Km² )
Desa /Kelurahan Lutharato Manewain 15,00 Sisifatuberal Fatuberal 5,00 Debululik Debululik 12,00 Luas Total Desa-desa Perbatasan 579,04,15
2.2. Gambaran Demografi
Jumlah penduduk kabupaten Belu pada tahun 2015 (BPS, Belu dalam Angka 2016) adalah 204.541 jiwa terdiri dari 100.922 orang laki – laki dan 103.619 orang perempuan, dengan tingkat pertumbuhan penduduk pertahun sebesar 2,42%, kepadatan penduduk sebesar
2
159/KM dan penduduk terbanyak berusia 5-9 tahun. Lebih jelas mengenai struktur penduduk kabupaten Belu disajikan dalam data dibawah ini (BPS, Belu Dalam Angka 2016) : Populasi (2015) : 204.541 jiwa
2
Kepadatan Penduduk : 159/KM Jenis Kelamin
Laki-laki : 100.922 jiwa Perempuan : 103 619 Jiwa Usia Tengah : 36 tahun
Lulus Perguruan Tinggi : 4,81%
Lulus Pendidikan Dasar (SD-SMA) : 50,44% Sebaran penduduk di Kabupaten Belu pada 12 kecamatan disajikan dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Jumlah Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2015 Luas % PENDUDUK KEPADATAN NO KECAMATAN Wilayah %2 (JIWA) (JIWA/KM2) (KM )
1 Raimanuk 179,42 13,96 16.109 7,88
90
2 Tasifeto Barat 224,19 17,45 23.945 11,71 107
3 Kakuluk Mesak 187,54 14,60 4.432 2,17 105
4 Nanaet Duabesi 60,25 4,69 19.625 9,59
74
5 Kota Atambua 24,90 1,94 29.081 14,22 1.168
6 Atambua Barat 15,55 1,21 23.510 11,49 1.509
7 Atambua Selatan 15,73 1,22 23.461 11,47 1.495
8 Tasifeto Timur 211,37 16,45 22.722 11,11 107
9 Raihat 87,20 6,79 13.329 6,52 153
10 Lasiolat 64,48 5,02 6.681 3,27 104
11 Lamaknen 105,90 8,24 13.774 6,73 130
12 Lamaknen Selatan 108,41 8,44 7.872 3,85
73 Belu 1.284,94 100,00 204.541 100,00 159 Sumber : Belu Dalam Angka 2016
Tabel di atas memperlihatkan, jumlah penduduk perkotaan jauh lebih banyak dibandingkan penduduk perdesaan. Wilayah perkotaan yang dicirikan oleh banyaknya jumlah dan jenis fasilitas pelayanan masyarakat, yakni di Kecamatan Kota Atambua memiliki jumlah penduduk sebanyak 29.081 jiwa. Sedangkan wilayah perdesaan memiliki jumlah penduduk yang relatif kecil yakni di Kecamatan Kakuluk Mesak dengan jumlah penduduk terkecil 4.432 jiwa.
Gambar 2.2.
Pertumbuhan Penduduk Tahun 2014 - 2015
Sumber : Belu Dalam Angka 2016
Gambar 2.3 Piramida Penduduk Kabupaten Belu Tahun 2015Sumber : Belu Dalam Angka 2016
2.3. Gambaran Topografi
Keadaan topografi Kabupaten Belu bervariasi antara ketinggian 0 sampai dengan
- 1500 m.dpal (meter di atas permukaan air laut). Variasi ketinggian rendah (0-150 m.dpal) mendominasi wilayah bagian selatan dan sebagian kecil di bagian utara. Sementara pada bagian tengah wilayah ini terdiri dari area dengan dataran sedang (200-500 m.dpal). Dataran tinggi di Kabupaten Belu ini hanya menempati kawasan pada bagian timur yang berbatasan langsung dengan RDTL. Zone-zone dataran rendah di bagian selatan sebagian besar digunakan sebagai areal pertanian dan kawasan cagar alam hutan mangrove.
Bentuk topografi wilayah Kabupaten Belu merupakan daerah datar berbukit-bukit hingga pegunungan dengan sungai-sungai yang mengalir ke utara dan selatan mengikuti arah kemiringan lerengnya. Sungai–sungai yang ada di Kabupaten Belu mengalir dari bagian selatan dan bermuara di Selat Ombai dan Laut Timor. Keadaan topografi Kabupaten Belu dapat dikelompokan atas beberapa kelompok berdasarkan ketinggian tempat di atas permukaan laut yaitu sebagai berikut:
Ketinggian 0-230 m.dpl seluas 98,349 Ha Ketinggian 230-500 m.dpl seluas 95,958 Ha Ketinggian 500-750 m.dpl seluas 30,710 Ha Ketinggian 750-1000 m.dpl seluas 17,240 Ha Ketinggian 1000-1600 m.dpl seluas 2,30 Ha
Pada umumnya kemiringan lahan wilayah Kabupaten Belu didominasi kemiringannya antara 0 – 15 %. Kemiringan lahan < 45 % yang termasuk kategori terjal sekitar 2.84 % dari luas Kabupaten Belu berada pada Kecamatan Tasifeto Barat, Kecamatan Tasifeto Timur dan sedikit di bagian Kecamatan Kakuluk Mesak. Keadaan kemiringan lahan wilayah Kabupaten Belu akan dikelompokkan menjadi 5 kelas dengan masing-masing lokasi sebagai berikut:
Daerah dengan kemiringan lereng 0-8 %, yang merupakan dataran landai, terdapat di pesisir pantai selatan dan di bagian barat dan sekitar kecamatan Kota Atambua, Atambua Selatan dan Atambua Barat.
Daerah kemiringan lereng 8-15%, merupakan daerah datar yang meliputi sebagian Kecamatan Tasifeto Barat,
Daerah dengan kemiringan lereng 15-25%, yaitu daerah landai atau bergelombang yang meliputi daerah lembah yang terletak diantara pegunungan, terdapat di Kecamatan Raihat, Lasiolat, Lamaknen Selatan, bagian timur Kecamatan Tasifeto Barat, Daerah dengan kemiringan lereng 25-40%, yaitu daerah yang bergelombang dan berbukit terdapat di bagian utara Kabupaten Belu terutama di Kecamatan Tasifeto Timur, Daerah dengan kemiringan lereng di atas 40%, terdapat di bagian utara kecamatan
Tasifeto Barat, sebagian Kecamatan Nanaet Duabesi, dan sebagian kecil di Kecamatan Kakuluk Mesak.
2.4. Gambaran Geohidrologi
Secara umum kondisi Geohidrologi di Kabupaten Belu terdiri terdiri atas ketersediaan air hujan, ketersediaan air sungai, ketersediaan mata air, ketersediaan tampungan air.
2.4.1. Ketersediaan Air Hujan
Air hujan juga biasa digunakan masyarakat Belu apabila kekurangan air, tetapi penggunaan air hujan sekarang sudah jarang digunakan apalagi frekuensi hujan yang turun juga sangat jarang sehingga penggunaan air hujan hanya di lakukan oleh beberapa orang saja. Selain itu penggunaan air hujan juga sering digunakan untuk menyiram tanaman dan lain-lain. Penggunaan air hujan hanya terdapat di desa-desa terpencil yang kekurangan air sedangkan untuk di kota-kota besar tidak terdapat penggunaan air hujan.
2.4.2. Ketersediaan Air Sungai
15
Kabupaten Belu
50 Sungai Benenain di
4. Kota Atambua Talau
50
18
3. Lamaknen Welulik Malibaka
Aliran sungai yang besar biasanya mengalir sepanjang tahun, tetapi ada juga sungai yang kering pada musim kemarau. Hal ini terjadi karena fluktuasi curah hujan yang sangat kontras antar bulan dan dipengaruhi juga oleh kondisi geologi serta morfologi wilayah dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Terdapat 10 sungai di wilayah Kabupaten Belu dengan nama dan panjang sungai seperti terlihat pada tabel 2.4.
Tabel 2.4 Nama Dan Panjang Sungai tiap Kecamatan di Kabupaten Belu45
2. Tasifeto Timur Baukama Baukoek Motamoru
10
41
1. Tasifeto Barat Motabuik Luradik
No Kecamatan Nama Sungai Panjang (km)
10
2.4.3. Ketersediaan Mata Air
Selain sungai di Kabupaten Belu juga terdapat mata air yang biasa digunakan warga untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Sangat penting pemanfaatan sumber mata air yang ada di Kabupaten Belu untuk dioptimalkan. Adapun data-data sumber mata air yang ada di Kabupaten Belu dapat dilihat pada tabel 2.5 berikut ini:
Tabel 2.5 Nama Lokasi, Sumber, dan Debit Mata Air
Kabupaten Belu
LOKASI NAMA DEBIT KETERANGAN KECAMATAN DESA Kpg./Dsn. MATA AIR L/dt1 Tasifeto Barat Derokfaturene Hedanfehan
11 Ahabauk
2 Di Turap Derokfaturene Sarabau
12 Lebun 1 Belum diturap
13 Lebun 2
14 Lebun 3
15 Lebun 4
16
16 Lebun 5
17 Lebun 6
18 Lebun 7 Bakustulama Rotiren
19 Wesabot 1,5 Di Turap Asora
20 Wetabora 0,2 Di Turap
21 Abitkibaras 0,4 Di Turap Halikelen Oetfo
22 Wehamusuk 0,9 Di Turap Naikasa Kilosepuluh
23 Wekonu 0,4 Di Turap
24 Wekari 0,25 Di Turap
25 Naikasa 3 Di Turap
26 Oetfo 1,5 Di Turap Naikasa
27 Wematan A PDAM
28 Wematan B
10
29 Wematan 1
30 Wematan 2 Tukuneno Weberliku
31 Bonan 0,4 Belum diturap
32 Wenaka 3,5 Di Turap
33 Ebun
1 Belum diturap Tala
34 Tala 1 0,2 Di Turap
35 Tala 2 Di Turap
36 Webereliku
37 Motarama
38 Tirta A
39 Tirta C
LOKASI NAMA DEBIT KETERANGAN KECAMATAN DESA Kpg./Dsn. MATA AIR L/dt Tukuneno Tala
40 Tala 3 Di Turap Berkase
41 Berkase 0,3 Di Turap Kabuna Haliwen
42 Kabuna 1 0,2 Di Turap
43 Kabuna 2 0,3
3 Tasifeto Timur Dafala Dafala
44 We Totani
3 Di Turap
45 We Rinai
46 Wetulan
47 Wenu
48 Webora
49 Depala
20 Webuak
50 Weraikuak
1 Silawan Silawan
51 Wekiar
3
52 Suliren 0,1
53 Webliuk
54 Wekabau
55 Mesi
56 Oelas
- 57 We Has
3 -
4 Kakuluk Mesak
58 Wetua 1
1 Di Turap
59 Wetua 2
60 Wetua 3 Di Turap
5 Atambua Manleten Lalosuk
61 Lalosuk
5 Di Turap Umanen Wenu
62 Wenu 0,2
63 Wehedan Wekatimun
64 Nuntores 1,52 Di Turap
65 Webukrak 0,2 Di Turap Fatubenao Bakoek
66 Wekakoli 0,3 Di Turap
67 Matitis 0,3 Di Turap
6 Raihat Tohe Haekesak
68 Webot 1
80 Di Turap
69 Webot 2 120 Di Turap
70 Webot 3
40 Di Turap
71 Motetu
25 Di Turap Wekerame
72 Wesanis
10 Di Turap Fatukidi
73 Webua 1 1,3 Belum diturap
74 Webua 2 3,5 Belum diturap
75 Webua 3 0,5 Belum diturap
76 Webua 4 0,5 Belum diturap
77 Weraikuak 1 25,7 Belum diturap
LOKASI NAMA DEBIT KETERANGAN KECAMATAN DESA Kpg./Dsn. MATA AIR L/dt
78 Weraikuak 2 Belum diturap
79 Weitas
80 Wetear
81 Buris Tohe Kroe
82 Weselawak
2 Belum diturap Raifatus
83 Wetear
3 Di Turap
8 Lasiolat Fatulotu Fatulotu
91 Weau
7 Di Turap Takarabat
92 Wekiik 0,3
93 Amatohu 0,3 Belum diturap Lahurus
94 Lahurus
17 Di Turap BaudaokMa Hein
95 Wemerut 0,7 Belum diturap
96 Numoha 0,3 Belum diturap
97 Wekaen
98 We Bot
99 Wetihu 1 Belum diturap 100 Wetihu 2 120 101 Wetihu 3 Dualasiraiulun Maulakak 102 Weau 0,5 Di Turap 103 Wehalek 1
75 Belum diturap 104 Wehalek 2 Belum diturap 105 Wehalek 3
45 Belum diturap 106 Siata Di Turap Matanwai Lakanmanu Haliren 107 2,5 Di Turap
(Wefeto) Matawain 108 0,5 Di Turap (Wemane)
Raiulun 109 Mauhalek 110 Siata Mauhalek 111 Wefia 112 Wefihu
9 Raimanuk Teun Teun 113 Abatbuti
6 Belum diturap 114 Hera
4 Di Turap 115 Naihu
2 Seon Kekuun 116 Kekuun 1 Di Turap 117 Kekuun 2 Di Turap 118 Kekuun 3
6 Di Turap 119 Kekuun 4 Di Turap
15 Lamaknen Lutha Rato 142 Liumauk
LOKASI NAMA DEBIT KETERANGAN KECAMATAN DESA Kpg./Dsn. MATA AIR L/dt Selatan 143 Diuk
20 Lamaknen 162 Fatumutin 163 Puamasa 164 Mokmil 165 Mabelis 166 Illep 167 Lesuama 168 Mauhalek 169 HUT 170 Kanlai 171 Solimar 172 Berewen 173 Lookun 174 Lesutil 175 Ailulu 176 Wesey 177 Silala 178 Ilmok
2.4.4. Ketersediaan Tampungan Air Tampungan air yang ada di Kabupaten Belu berupa embung, dan bendungan.
Tampungan air yang ada tersebut digunakan untuk kebutuhan air baku, irigasi dan lain- lain. Adapun data-data untuk tampungan air tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 2.6 Nama Lokasi, Sumber, dan Debit Embung
di Kabupaten Belu
Lokasi Nama Waduk/Embung NoTahun Pembuatan Irigasi Kecamatan Desa/Kel/Dusun
1 Embung Naitimu Tasifeto Barat Naitimu 1993
3 Embung Oetfo Tasifeto Barat Naekasa 1994
4 Embung Kimbana Tasifeto Barat Bakustulama 1994
5 Embung Biakhale Kakuluk Mesak Fatuketi 1994
6 Embung Fatuketi Kakuluk Mesak Fatuketi 1994
7 Embung Tala Tasifeto Barat Tala 1994
8 Embung Naekasa Tasifeto Barat Naekasa 1994
No Nama Waduk/Embung Irigasi Lokasi Tahun Pembuatan Kecamatan Desa/Kel/Dusun
58 Embung Fulanfehan Lamaknen Dirun 2008
50 Embung Dubesi Nanaet Duabesi Dubesi 2009
51 Embung Sirani Tasifeto Timur Umaklaran 2002
52 Embung Buris Raihat Raifatus 2007
53 Embung Loncilon Raihat Aitoun 2007
54 Embung Fatuto’ur Raihat Toheleten 2009
55 Embung Duamone Lasiolat Lasiolat 2005
56 Embung Raman Lasiolat Fatulotu -
57 Embung Delebotu Lamaknen Dirun -
59 Embung Holgoto Lamaknen Fulur 2008
47 Embung Sesekoe Atambua Barat Umanen -
60 Embung Mahui Lamaknen Mahuitas 2009
54 Embung Fatuto’ur Raihat Toheleten 2009
55 Embung Duamone Lasiolat Lasiolat 2005
56 Embung Raman Lasiolat Fatulotu -
57 Embung Delebotu Lamaknen Dirun -
58 Embung Fulanfehan Lamaknen Dirun 2008
59 Embung Holgoto Lamaknen Fulur 2008
60 Embung Mahui Lamaknen Mahuitas 2009
49 Embung Bekomean Tasifeto Barat Naitimu 2008
35 Embung Haekrit Tasifeto Timur Manleten 2007
9 Embung Halisikun Tasifeto Barat Halisikun 1994
20 Embung Halifehan Lamaknen Halifehan 1997
10 Embung Halikelen Tasifeto Barat Halikelen 1994
11 Embung Fatuatis I Kakuluk Mesak Dualaus 1995
12 Embung Fatuatis II Kakuluk Mesak Dualaus 1995
13 Embung Baikene Kakuluk Mesak Dualaus 1995
16 Embung Fatukarau Tasifeto Barat Fatukarau 1996
17 Embung Oebuluan Kakuluk Mesak Fatuketi 1996
18 Embung Talerun Nanaet Dubesi Lawalutolus 1996
19 Embung Waikada Tasifeto Barat Waikada 1996
21 Embung Luaguju Lamaknen Luaguju 1997
34 Embung Haliwen Tasifeto Timur Umaklaran 2002
22 Embung Wesasuit Tasifeto Timur Wesasuit 1997
23 Embung Salore Tasifeto Timur Tulakadi 1997
24 Embung Tasilengluhan Tasifeto Timur Umaklaran 1993
25 Embung Halihedibesi Raimanuk Rafae 2001
27 Embung Dualasi Lasiolat Dualasi 2008
28 Embung Faturika Raimanuk Faturika 2008
30 Embung Nanaet Nanaet Dubesi Fohoeka 2008
31 Embung Fatuahu Raimanuk Rafae 2008
32 Embung Haliulun Kota Atambua Fatubenao 2008
61 Embung Lakuuman Lamaknen Selatan Lutharahato 2008
Lokasi Nama Waduk/Embung No Tahun Pembuatan Irigasi Kecamatan Desa/Kel/Dusun
Lamaknen
62 Embung Abistais Selatan Lakmaras 2009 Lamaknen
63 Embung Nualain Selatan Nualain 2009 Lamaknen
64 Embung Lo’onuna Selatan Lo’onuna -
2.5. Gambaran Geologi
Adapun jenis batuan yang dijumpai di Kabupaten Belu dapat dikelompokkan sebagai berikut: Kompleks Mutis (MU) Kompleks mutis dijumpai di Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Lamaknen.
Kompleks Maubesi Formasi maubesi banyak dijumpai di Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Tasifeto Barat.
Formasi Bisene Formasi ini dijumpai di Kecamatan Tasifeto Barat, dan Kecamatan Lamaknen. Formasi Aitutu Formasi ini dijumpai di Kecamatan Kecamatan Tasifeto Barat dan Kecamatan Tasifeto Timur. Bagian bawah terdiri dari selang-seling batu dengan Nepal dan batu gamping. Bagian atas terdiri dari pergantian pelapisan kolsilulit (batu gamping serpihan) dengan serpih yang berwarna kelabu. Berumur trias akhir.
Kompleks Bobonaro Terdiri dari dua satuan batuan yaitu lempung serpihan dan bongkahan-bongkahan asing yang bermacam-macam jenis dan ukuran. Kontak dengan formasi di atasnya adalah tektonik (ketidaksejaaran). Berumur Myosin tengah sampai Pilosen. Kompleks bobonaro banyak dijumpai di Kecamatan Lamaknen, Kecamatan Tasifeto Timur dan Kecamatan Tasifeto Barat.
Formasi Manamas Formasi ini dijumpai di Kecamatan Tasifeto Barat. Formasi ini mempunyai struktur geser dan patahan naik.
Formasi Viqueque
Formasi ini dijumpai di Kecamatan Tasifeto Barat, Lamaknen, Raihat, dan Tasifeto Timur. Formasi Noele Terdiri dari Napal pasiran berselang-seling dengan batu pasir, konglomerat dan sedikit tuff desit. Berumur Plio-pleistosin.
Formasi batu gamping coral Terdiri dari batu gamping berwarna putih dan batuan gamping napalan setempat berkembang batu gamping terumbu berkoral. Berumur quarter.
Formasi Raised Coral Reef Formasi ini dijumpai di Kecamatan Tasifeto Timur. Hasil pelapukan formasi ini membentuk tanah jenis rendzina yang dihuni oleh tumbuhan semak terpencar, maka formasi ini termasuk dalam kategori erosi sedang dan kemungkinan besar dijumpai sungai-sungai bawah tanah hasil pelarutan dari air dengan karbontan tersebut.
Endapan Alluvial, endapan alluvial dijumpai di sepanjang sungai Kabupaten Belu berupa gosong-gosong pasir. Endapan alluvial pantai dijumpai sepanjang pantai selatan dan pantai utara berupa pasir pantai, sedangkan endapan teras-teras tua merupakan endapan purba dari sungai-sungai purba. Terdiri dari pasir, kerikil, kerakal. Berumur quartal.
Satuan morfologi datar-agak datar Satuan ini terletak di bagian selatan Kabupaten Belu memanjang sampai tenggara pada pesisir laut Timor dengan kemiringan kurang dari 2%. Di beberapa tempat dijumpai danau-danau air asin. Aktifitas erosi dapat dikatakan tidak ada, kecuali hasil gelombang dari laut Timor. Air tanah belum dipengaruhi intrusi air asin karena pemanfaatannya tidak berlebihan. Satuan morfologi datar berombak-ombak Satuan ini terletak di bagian tengah memanjang ke utara dengan kemiringan 3-6%. Aktifitas gelombang pantai telah berkurang dan faktor erosi sudah mulai kelihatan. Satuan ini menyebar di Kota Atambua, Tasifeto Timur, dataran Oeroki, dan Lamaknen.
Satuan Morfologi bergelombang Terletak di bagian utara dan sebagian kecil di tengah, kemiringan 27-50%. Faktor erosi berperan aktif baik di permukaan tanah maupun oleh pengerjaan sungai. Tanah akan aktif jika curah hujan tinggi, tapi wilayah ini curah hujannya rendah maka gerakan tanah akan aktif jika musim hujan. Wilayah satuan ini meliputi Tasifeto Barat, Tasifeto Timur
Satuan morfologi berbukit-bergunung Berkisar 1300-3000mm. Karena sifat fisik dan morfologinya maka formasi ini mempunyai tingkat erosi yang tinggi dan cukup baik sebagai penyimpan air tanah.
2.6. Gambaran Klimatologi
Daerah Kabupaten Belu dengan temperatur rata-rata 24-34°C beriklim tropis, umumnya berubah–ubah tiap setengah tahun berganti dari musim kemarau dan musim penghujan dengan musim kemarau yang lebih dominan. Hal tersebut bisa dilihat dari data hari hujan dan curah hujan yang rendah. Musim hujan yang sangat singkat dimulai dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei. Curah hujan tertinggi yaitu 4.067 mm terdapat di Kecamatan Wewiku. Letak geografis yang lebih dekat dengan Australia dibanding Asia, membuat Kabupaten Belu memiliki curah hujan yang rendah. Adapun curah hujan rata-rata per kecamatan di Kabupaten Belu sebagai berikut:
<1000 mm/tahun meliputi wilayah Kecamatan Raimanuk, Kakulukmesak dan sebagian Kecamatan Kobalima. Antara 1000 – 1500 mm/tahun meliputi wilayah kecamatan Malaka Barat, Malaka Tengah, Malaka Timur, Sasitamean, Lamaknen, Raihat dan sebagian wilayah kecamatan Kobalima.
Antara 1500 – 2000 mm/tahun meliputi wilayah kecamatan Rinhat. Antara 2000 – 3000 mm/tahun meliputi wilayah kecamatan Kota Atambua, Tasifeto Barat, sebagian wilayah kecamatan Kakuluk Mesak dan Kecamatan Tasifeto Timur.
Temperatur di Kabupaten Belu berkisar suhu suhu rata-rata 27,6º dengan interval 21,5º - 33,7º C. Temperatur terendah 21,5º yang terjadi pada bulan Agustus dengan temperatur tertinggi 33,7º yang terjadi pada bulan Nopember.
Gambar 2.4 Grafik Banyak Hari Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Belu, 2014-2015Sumber : BPS Belu tahun 2016
Gambar 2.5 Banyak Curah Hujan Menurut Bulan di Kabupaten Belu, 2014-2015Sumber : Belu Dalam Angka 2016
2.7. Kondisi Sosial dan Eknomi
2.7.1. Sosial
Kajian aspek sosial budaya perlu dilakukan sebelum mengimplementasikan rencana program investasi jangka menengah bidang PU/cipta karya. Kajian ini meliputi karakteristik sosial penduduk, karakteristik adat istiadat/budaya masyarakat, kehidupan sosial masyarakat, kepadatan penduduk, dan penyebarannya; sehingga realisasi program bidang PU/cipta karya sesuai kebutuhan masyarakat dan tidak bertentangan dengan karakter sosial budaya masyarakat setempat, memberikan manfaat kepada masyarakat sebagai subyek pembangunan. Aspek sosial budaya masyarakat kabupaten Belu dapat dijelaskan sebagai berikut: Ditinjau dari segi Budaya dan Antropologis, penduduk Kabupaten Belu dalam susunan masyarakatnya terbagi atas 4 sub etnik yang besar yaitu : Ema Tetun, Ema Kemak, Ema Bunak dan Ema Dawan Manlea. Keempat sub etnik mendiami lokasi-lokasi dengan karakteristik tertentu dengan kekhasan penduduk bermayoritas penganut agama Kristen Katolik. Masing-masing etnik tersebut mempunyai bahasa dan praktek budaya yang saling berbeda satu sama lain dan kesamaan dilain segi. Kendati demikian, masyarakat Belu dapat dengan mudah hidup rukun dikarenakan aspek kesamaan-kesamaan spesifik. Mata pencaharian utama adalah bertani yang masih dikerjakan secara ekstensif tradisional. Dari aspek ekologis, kondisi tanah Belu sangat subur karena selain memiliki lapisan tanah jenis berpasir dan hitam juga dikondisikan dengan curah hujan yang relatif merata sepanjang tahun. Daerah Belu yang subur tersebut membuatnya potensial untuk dikembangkan menjadi daerah peternakan dan pertanian. Sub sektor perikanan dengan kawasan pantai yang membentang dari Belu bagian selatan sampai utara turut mempengaruhi pemerataan pekerjaan dan pendapatan. Selain itu dari sub sektor kehutanan kontribusi yang diperoleh juga signifikan dengan beberapa jenis pohon.
Sesuai berbagai penelitian dan cerita sejarah daerah di Belu, manusia Belu pertama yang mendiami wilayah Belu adalah “Suku Melus“. Orang Melus dikenal dengan sebutan “Emafatuk oan ema ai oan“, (manusia penghuni batu dan kayu). Tipe manusia Melus adalah berpostur kuat, kekar dan bertubuh pendek. Selain para pendatang yang menghuni Belu sebenarnya berasal dari “Sina Mutin Malaka”. Malaka sebagai tanah asal-usul pendatang di Belu yang berlayar menuju Timor melalui Larantuka. Khusus untuk para pendatang baru yang mendiami daerah Belu terdapat berbagai versi cerita. Kendati demikian, intinya bahwa, ada kesamaan universal yang dapat ditarik dari semua informasi dan data. Ada cerita bahwa ada tiga orang bersaudara dari tanah Malaka yang datang dan tinggal di Belu, bercampur dengan suku asli Melus. Nama ketiga bersaudara itu menurut para tetua adat masing-masing daerah berlainan. Dari Makoan Fatuaruin menyebutnya Nekin Mataus (Likusaen), Suku Mataus (Sonbai), dan Bara Mataus (Fatuaruin). Sedangkan Makoan asal Dirma menyebutnya Loro Sankoe (Debuluk, Welakar), Loro Banleo (Dirma, Sanleo) dan Loro Sonbai (Dawan). Namun menurut beberapa makoan asal Besikama yang berasal dari Malaka ialah; Wehali Nain, Wewiku Nain dan Haitimuk Nain. Bahwa para pendatang dari Malaka itu bergelar raja atau loro dan memiliki wilayah kekuasaan yang jelas dengan persekutuan yang akrab dari masyarakatnya. Kedatangan mereka ke tanah Malaka hanya untuk menjalin hubungan dagang antar daerah di bidang kayu cendana dan hubungan etnis keagamaan. Sedangkan dari semua pendatang di Belu itu pimpinan dipegang oleh “Maromak Oan“ Liurai Nain di Belu bagian Selatan. Bahkan menurut para peneliti asing Maromak Oan kekuasaannya juga merambah sampai sebahagian daerah Dawan (Insana dan Biboki). Dalam melaksanakan tugasnya di Belu, Maromak Oan memiliki perpanjangan tangan yaitu Wewiku-Wehali dan Haitimuk Nain. Selain juga ada di Fatuaruin, Sonbai dan Suai Kamanasa serta Loro Lakekun, Dirma, Fialaran, Maubara, Biboki dan Insana. Maromak Oan sendiri menetap di Laran sebagai pusat kekuasaan kerajaan Wewiku-Wehali. Para pendatang di Belu tersebut, tidak membagi daerah Belu menjadi Selatan dan Utara sebagaimana yang terjadi sekarang. Menurut para sejararawan, pembagian Belu menjadi Belu bagian Selatan dan Utara hanyalah merupakan strategi pemerintah jajahan Belanda untuk mempermudah system pengontrolan terhadap masyarakatnya. Dalam keadaan pemerintahan adat tersebut muncullah siaran dari pemerintah raja-raja dengan apa yang disebutnya “Zaman Keemasan Kerajaan”. Apa yang kita catat dan dikenal dalam sejarah daerah Belu adalah adanya kerajaan Wewiku-Wehali (pusat kekuasaan seluruh Belu). Di Dawan ada kerajaan Sonbay yang berkuasa di daerah Mutis. Daerah Dawan termasuk Miamafo dan Dubay sekitar 40.000 jiwa masyarakatnya. Menurut penuturan para tetua adat dari Wewiku-Wehali, untuk mempermudah pengaturan system pemerintahan, Sang Maromak Oan mengirim para pembantunya ke seluruh wilayah Belu sebagai Loro dan Liurai.
2.7.2. Ekonomi
Kondisi perekonomian Kabupaten Belu masih didominasi oleh sektor Pertaninan, hal ini dapat dilihat berdasarkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), karena PDRB dapat dipakai sebagai acuan didalam melihat tingkat perkembangan dan struktur ekonomi di suatu daerah. Untuk tahun 2015 PDRB Kabupaten Belu Mencapai Rp. 2.234.860.730.000, dengan sektor pertanian menyumbang Rp. 920.954.220.000 atau 41,20%, urutan kedua oleh sektor Jasa-jasa (service) sebesar 24,49% sedangkan yang terendah adalah sektor Listrik, Gas dan Air bersih yang hanya sebesar 0,16%. Jika dibandingkan dengan tahun 2014, PDRB kabupaten Belu mengalami kenaikan sebesar 10,21%. Untuk Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kabupaten Balu pada tahun anggaran 2015 sebesar Rp. 787.794.466.295,- dan realisasi pengeluaran sebesar Rp. 681.647.652.103, dari pengeluaran tersebut yang digunakan untuk belanja pegawai baik langsung maupun tidak langsung sebesar Rp. 578.140.800.339 atau 84,82%, untuk belanja Modal sebesar 15,18% sedangkan untuk belanja barang dan jasa sebesar 18,11%. Dengan anggaran yang sangat terbatas dan hanya 15,18% dari APBD yang dapat dipakai untuk belanja modal maka sudah tentu berbagai infrastruktur khususnya infrastruktur permukiman belum dapat dibangun untuk memberikan standar pelayanan yang minimal. Seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa perekonomian di Kabupaten Belu lebih banyak digerakkan oleh sektor pertanian, untuk lebih jelasnya dibawah ini kami tampilkan sumbangan masing-masing sektor terhadap kondisi perekonomian daerah.
Pertanian : 41,21%
Listrik, Gas dan Air Bersih : 0,17%
Bangunan : 5,90%
Industri Pengolahan : 1,65%
Keuangan : 4,49%
Pengangkutan dan Komunikasi : 6,17%
Jasa-Jasa : 24,50% Perdagangan,hotel dan Restoran : 14,77% Pertambangan dan Penggalian : 1,18% Gambar 2.6.
Diagram Pie Distribusi Ekonomi Kab.Belu Sumber : Belu Dalam Angka 2016
Tabel 2.7.
Realisasi Penerimaan Daerah Kabupaten Belu
Tahun Anggaran 2014-2015Sumber : Belu Dalam Angka 2016
Tabel 2.8. Realisasi Pengeluaran Daerah Kabupaten Belu Tahun Anggaran 2014-2015Sumber : Belu Dalam Angka 2016