DOCRPIJM 51fc82bea8 BAB VIIBab VII Aspek Lingkungan dan Sosial

BAB VII ASPEK LINGKUNGAN DAN SOSIAL RPI2-JM bidang Cipta Karya membutuhkan kajian pendukung dalam hal lingkungan dan sosial untuk meminimalkan pengaruh negatif pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya

  

terhadap lingkungan permukiman baik di perkotaan maupun di perdesaan. Kajian aspek lingkungan dan sosial meliputi acuan peraturan perundang-undangan, kondisi eksisting

lingkungan dan sosial, analisis dengan instrumen, serta pemetaan antisipasi dan rekomendasi perlindungan lingkungan dan sosial yang dibutuhkan.

7.1 Aspek Lingkungan

  

Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam penyusunan RPI2-JM bidang Cipta Karya oleh Pemerintah Kabupaten Tengah telah mengakomodasi prinsip perlindungan

danpengelolaan lingkungan hidup. Adapun amanat perlindungan danpengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut:

  1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; “Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakanlingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan HidupStrategis (KLHS), Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

  2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional; “Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baikperlu penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di segala bidang”

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014; “Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumberdaya alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan peningkatan daya dukung dan daya tamping lingkungan; peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”

  4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup Strategis; Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLH Sdigunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat diminimalkan

  5. Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

  Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

  

Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, danpemerintah kabupaten/kota dalam aspek lingkungan terkait bidangCipta Karya mengacu pada UU No. 32/2009 tentang

Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup yaitu: RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 1 Tahun 2015-2019

1. Pemerintah Pusat a. Menetapkan kebijakan nasional.

  b. Menetapkan norma, standar, prosedur, dan kriteria.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai KLHS.

  d. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal danUKL-UPL.

  e. Melaksanakan pengendalian pencemaran dan kerusakanlingkungan hidup.

  f. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenaipengendalian dampak perubahan iklim dan perlindunganlapisan ozon.

  g. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaankebijakan nasional, peraturan daerah, dan peraturan kepaladaerah.

  h. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

i. Mengembangkan dan melaksanakan kebijakan pengaduanmasyarakat.

  j. Menetapkan standar pelayanan minimal.

2. Pemerintah Provinsi a. Menetapkan kebijakan tingkat provinsi.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat provinsi.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal danUKL-UPL.

  d. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaankebijakan, peraturan daerah, dan peraturan kepala daerahkabupaten/kota.

  e. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  f. Melakukan pembinaan, bantuan teknis, dan pengawasankepada kabupaten/kota di bidang program dan kegiatan.

  g. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota a. Menetapkan kebijakan tingkat kabupaten/kota.

  b. Menetapkan dan melaksanakan KLHS tingkat kabupaten/kota.

  c. Menetapkan dan melaksanakan kebijakan mengenai amdal danUKL-UPL.

  d. Mengembangkan dan menerapkan instrumen lingkungan hidup.

  e. Melaksanakan standar pelayanan minimal.

7.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)

  

Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau

kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 2 Tahun 2015-2019

1. RPI2-JM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan pembangunan infrastruktur.

  

2. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah karena RPIJM berada pada tataran Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan prinsip-prinsip

kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup.

Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti (1) perubahan iklim, (2)

kerusakan, kemerosotan, dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati, (3) peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan

dan lahan, (4) penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, (5) peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, (6) peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya

keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau (7) peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu tersebut menjadi kriteria apakah

rencana/program yang disusun teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu tersebut. Penapisan usulan rencana program RPIJM berdasarkan kriteria KLHS disajikan

dalam tabel berikut ini.

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 3 Tahun 2015-2019

Tabel 7.1. Kriteria Penapisan KLHS Usulan Program/Kegiatan RP2IJM Bidang Cipta Karya Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2015-2019

  Penilaian No Kriteria Penapisan Uraian Pertimbangan

  Kesimpulan

  Usulan kegiatan RPI2JM merupakan suatu upaya untuk mengantipasi dampak perubahan iklim, seperti kegiatan penyediaan air minum sebagai upaya memberikan pelayanan air minum pada daerah sulit air

  1. Perubahan Iklim Tidak Signifikan bersih, kemudian kegiatan penyediaan drainase sebagai upaya mengurangi dampak meluasnya genangan akibat curah hujan yang tinggi.

  Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan Usulan kegiatan RPI2JM tidak bersinggungan dengan kawasan lindung yang berkaitan dengan 2.

  Tidak Signifikan keanekaragaman hayati lingkungan hayati. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana Usulan kegiatan RPI2JM khususnya sektor Pengembangan Permukiman salah satu kegiatannya

  3. banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan bertujuan sebagai mitigasi bencana seperti pembuatan dinding penahan tanah pada kawasan longsor Tidak Signifikan lahan dan pembuatan jalur evakuasi bencana.

  Usulan kegiatan RPI2JM justru berupaya menjaga kualitas dan kelimpahan sumber daya air baku,

  4. Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam melalui kegiatan penyediaan drainase berbasis konservasi air tanah serta penyediaan IPAL Komunal Tidak Signifikan untuk menjaga kualitas air tanah dari pencemaran air limbah domestik.

  5. Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan Usulan kegiatan RPI2JM tidak menyebabkan alih fungsi kawasan hutan atau lahan produktif. Tidak Signifikan Usulan kegiatan RPI2JM justru sebagai upaya penanggulangan kemiskinan melalui program-program

  Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya 6. peningkatan swadaya masyarakat seperti kegiatan PNPM dan kegiatan-kegiatan Tidak Signifikan keberlanjutan penghidupan kelompok masyarakat penyediaan infrastruktur dasar pada kawasan kumuh dan masyarakat miskin

  Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan Usulan kegiatan RPI2JM justru berupaya meningkatkan kualitas lingkungan permukiman menjadi lebih 7.

  T idak Signifikan manusia layak huni bagi masyarakat.

  

Dari hasil penapisan di atas terlihat tidak teridentifikasi usulan kegiatan RPIJM Bidang Cipta Karya berpengaruh terhadap kriteria-kriteria penapisan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

(KLHS).

8.1.2 AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH

  

Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang jenis rencana usaha dan/atau

kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang wajib

dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yaitu:

  1. Proyek wajib AMDAL

  2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL

  3. Proyek tidak wajib UKL-UPL tapi SPPLH RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 4 Tahun 2015-2019

  Deskpripsi Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL_

Tabel 7.2 Perbedaan Instrumen KLHS dan AMDAL

  a) RujukanPeraturanPerundangan

  • UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
  • UU 32 tahun 2009 tentang Perlindungan danPengelolaan Lingkungan Hidup
  • Permen PPU 10/PRT/M/2008 tentang jenis kegiatanbidang PU wajib UKL UPL
  • Permen LH 09/2011 tentang Pedoman umum KLHS
  • Permen LH 5/2012 tentang jenis rencana usahadan/atau kegiatan Wajib AMDAL

  • Rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh,dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsippembangunan berkelanjutan telah menjadi dasardan terintegrasi dalam pembangunan suatuwilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atauprogram.
  • Kajian mengenai dampak penting suatu usaha dan/ataukegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yangdiperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentangpenyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan. Usahadan/atau Kegiatan adalah segala bentuk aktivitas yangdapat menimbulkan perubahan terhadap ronalingkungan hidup serta menyebabkan dampak terhadaplingkungan.

  • Pemerintah dan Pemerintah Daerah
  • Pemrakarsa rencana usaha dan/atau kegiatan yangmasuk kriteria sebagai wajib AMDAL (Pemerintah/swasta)

  • Penyusunan atau evaluasi RTRW, RPJP danRPJM
  • Tahap perencanaan suatu usaha dan atau kegiatan
  • Kebijakan, rencana dan/atau program yangberpotensi menimbulkan dampak dan/atauresiko lingkungan

  • pengkajian pengaruh kebijakan, rencana, dan/atau program terhadap kondisi lingkungan hidup di suatu wilayah;
  • Pemrakarsa dibantu oleh pihak lain yang berkompetensebagai penyusun AMDAL
  • perumusan alternatif penyempurnaankebijakan, rencana, dan/atau program; dan
  • Dokumen AMDAL dinilai oleh komisi penilai AMDALyang dibentuk oleh Menteri, Gubernur, atauBupati/Walikota sesuai kewenangannya dan dibantuoleh Tim Teknis.
  • rekomendasi perbaikan untuk pengambilankeputusan kebijakan, rencana, dan/atauprogram yangmengintegrasikan prinsippembangunan berkelanjutan.
  • Komisi penilai AMDAL menyampaikan rekomendasiberupa kelayakan atau ketidaklayakan lingkungankepada Menteri, gubernur, dan bupati/walikota sesuaidengan kewenangannya.
  • Menteri, gubernur, dan bupati/walikota berdasarkanrekomendasi komisi penilai AMDAL menerbitkanKeputusan Kelayakan atau Ketidaklayakan lingkungan

  • Isu Strategis terkait PembangunanBerkelanjutan
  • Kerangka acuan;
  • Kajian pengaruh rencana/program denganisu-isu strategis terkait pembangunanberkelanjutan
  • Andal; dan
  • RKL-RPL. Kerangka acuan menjadi dasar penyusunan Andal danRKL-RPL. Kerangka acuan wajib sesuai dengan rencanatata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruang kawasan.
  • Alternatif rekomendasi untukrencana/program
  • Dasar bagi kebijakan, rencana, dan/atauprogram pembangunan dalam suatu wilayah.
  • Keputusan Menteri, gubernur dan bupati/walikota sesuaikewenangan tentang kelayakan atau ketidaklayakanlingkungan.
  • Rekomendasi KLHS digunakan sebagai alatuntuk melakukan perbaikan kebijakan,rencana, dan/atau program pembangunanyang melampaui daya dukung dan dayatampung lingkungan.
  • Dasar pertimbangan penetapan kelayakan atauketidak layakan lingkungan
  • Jumlah dan jenis izin perlindungan hidup yangdiwajibkan
  • Persyaratan dan kewajiban pemrakarsa sesuai yangtercantum dalam RKL RPL.
  • segala usaha dan/atau kegiatan yang telahmelampaui daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup sesuai hasil KLHS tidakdiperbolehkan lagi.
  • APBD Kabupaten/Kota
  • Kegiatan penyusunan AMDAL (KA, ANDAL, RKLRPL)didanai oleh pemrakarsa,
  • Kegiatan Komisi Penilai AMDAL, Tim Teknis dansekretariat Penilai AMDAL

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 5 Tahun 2015-2019

  b) PengertianUmum

  c) Kewajibanpelaksanaan

  d) Keterkaitan studi lingkungan

  e) Mekanismepelaksanaan

  f) Muatan StudiLingkungan

  g) Output

  h) Outcome

i) Pendanaan

  • Jasa penilaian KA, ANDAL dan RKL-RPL oleh komisiAMDAL dan tim teknis dibiayai oleh pemrakarsa.

  • Dana pembinaan dan pengawasan dibebankan padaanggaran instansi lingkungan hidup pusat, provinsidan kabupaten/kota

  • Masyarakat adalah salah satu komponen dalamkabupaten/kota yang dapat mengakses dokumenpelaksanaan KLHS
  • Masyarakat yang dilibatkan adalah: o

  a. Posisi

  i. Fokus pengendalian dampak

  h. Deskripsi proses

  g. Kedalaman

  f. Alternatif

  e. Titik berattelaahan

  d. Dampak kumulatif

  c. Fokusanalisis

  b. Pendekatan

  Yang terkena dampak; o Pemerhati lingkungan hidup; dan/atau o Yang terpengaruh atas segala bentuk keputusandalam proses AMDAL

  k) Atribut Lainnya:

  j) PartisipasiMasyarakat

  dibebankan padaAPBN/APBD

  • Hulu siklus pengambilan keputusan
  • Akhir sklus pengambilan keputusan

  • Cenderung pro aktif
  • Cenderung bersifat reaktif

  • Evaluasi implikasi lingkungan dan pembangunan berkelanjutan
  • Identifikasi, prakiraan dan evaluasi dampak lingkungan

  • Peringatan dini atas adanya dampak komulatif
  • Amat terbatas
  • Memelihara keseimbangan alam, pembangunan berkelanjutan
  • Mengendalikan dan meminimalkan dampak negative
  • Banyak alternatif
  • Alternatif terbatas jumlahnya
  • Luas dan tidak rinci sebagai landasan untuk mengarahkan visi dan kerangka umum
  • Sempit, dalam dan rinci
  • Proses multi pihak, tumpang tindih komponen, KRP merupakan proses iteratif dan kontinu
  • Proses dideskripsikan dengan jelas, mempunyai awal dan akhir
  • Fokus pada agenda pembangunan berkelanjutan
  • Menangani gejala kerusakan lingkungan
  • Tidak diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan KLHS
  • Diperlukan institusi yang berwenang memberikan penilaian dan persetujuan AMDAL

  VII - 6 Tahun 2015-2019

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  j. Institusi Penilai Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut:

Tabel 7.3 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

  No Jenis Kegiatan

  Skala/Besaran A Pe rsampahan:

  a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill: > 10 ha

  • luas kawasan TPA, atau

  > 100.000 ton

  • Kapasitas Total

  b. TPA di daerah pasang surut: semua kapasitas/

  • luas landfill, atau

  besaran

  • Kapasitas Total

  c. Pembangunan transfer station: > 500 ton/hari

  • Kapasitas

  d. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu: > 500 ton/hari

  • Kapasitas

  e. Pengolahan dengan insinerator: semua kapasitas

  • Kapasitas

  f. Composting Plant: > 500 ton/hari

  • Kapasitas

  g. Transportasi sampah dengan kereta api: > 500 ton/hari

  • Kapasitas

  B Pe mbangunan Perumahan/Permukiman:

  a. Kota metropolitan, luas > 25 ha

  b. Kota besar, luas > 50 ha

  c. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha

  d. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha

  C Air Limbah Domestik

  a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang: > 2 ha

  • luas landfill, atau

  > 11 m3/hari

  • Kapasitas Total

  b. Pembangunan IPAL limbah domestik, termasuk fasilitas penunjangnya: > 3 ha

  • luas landfill, atau

  > 2,4 ton/hari

  • Kapasitas Total

  c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah: > 500 ha

  • luas landfill, atau

  > 16.000 m3/hari

  • Kapasitas Total

  D Pe mbangunan Saluran Drainase (Primer dan/atau sekunder) di permukiman

  a. Kota besar/metropolitan, panjang: > 5 km

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 8

  • Luas layanan

  b. Pembangunan jaringan transmisi

  i. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang

  Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos

  v. Pembangunan Incenerator

  iv. Pembangunan Instalasi/Pengolahan Sampah Terpadu

  Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan system controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang:

  Sektor Teknis CK Kegiatan dan Batasan Kapasitasnya

Tabel 7.4 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL tapi Wajib UKL-UPL

  Jenis kegiatan bidang Cipta karya dan batasan kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tercermin dalam tabel 10.10

  Sumber: Permen LH 5/2012 Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen AMDAL tetapi wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL.

  > 10 km

  > 500 ha

  a. Pembangunan jaringan distribusi

  E Jar ingan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan

  b. Kota sedang, panjang: > 10 km

  • panjang
    • Luas kawasan, atau < 10 Ha
    • Kapasitas total < 10.000 ton

ii. TPA daerah pasang surut

  • Luas landfill, atau < 5 Ha
  • Kapasitas total < 5.000 ton

iii. Pembangunan Transfer Station

a. Persampahan i.

  • Kapasitas < 1.000 ton/hari
  • Kapasitas < 500 ton
  • Kapasitas < 500 ton/hari vi.

  • Kapasitas > 50 s.d. < 100 ton/ha

  • Luas < 2 ha
  • Atau kapasitas < 11 m3/hari ii. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah

b. Air Limbah Domestik/Permukiman

  • Luas < 3 ha
  • Atau bahan organik < 2,4 ton/hari iii. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman
  • Luas < 500 ha

  VII - 8

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  • Atau debit air limbah < 16.000 m3/hari

  • Panjang < 5 km ii. Pembangunan kolam retensi/polder di area/kawasan pemukiman
  • Luas kolam retensi/polder (1 – 5) ha
  • luas layanan : 100 ha s.d. < 500 ha ii. Pembangunan jaringan pipa transmisi
  • Metropolitan/besar, Panjang: 5 s.d <10 km
  • Sedang/kecil, Panjang: 8 s.d. M 10 km
  • Pedesaan, Panjang : - iii. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lainnya (debit)
  • Sungai danau : 50 lps s.d. < 250 lps
  • Mata air : 2,5 lps s.d. < 250 lps iv. Pembangunan Instalasi Pengolahan air lengkap
  • Debit : > 50 lps s.d. < 100 lps
  • Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM : 2,5 lps - < 50 lps
  • Kegiatan komersil: 1,0 lps - < 50 lps
  • Fungsi usaha meliputi bangunan gedungperkantoran, perdagangan, perindustrian,perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal danbangunan gedung tempat penyimpanan: 5000m2 s.d. 10.000 m2
  • Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjidtermasuk mushola, bangunan gereja termasukkapel, bangunan pura, bangunan vihara, danbangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
  • Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunangedung pelayanan pendidikan, pelayanankesehatan, keudayaan, laboratorium, danbangunangedung pelayanan umum : 5000 m2s.d. 10.000 m2
  • Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasipertahanan dan keamanan dan bangunansejenis yang ditetapkan oleh menteri
  • Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjidtermasuk mushola, bangunan gereja termasukkapel, bangunan pura, bangunan vihara, danbangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
  • Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunangedung pelayanan pendidikan, pelayanankesehatan, keudayaan, laboratorium, danbangunangedung pelayanan umum : 5000 m2s.d. 10.000 m2
  • Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasipertahanan dan keamanan dan bangunansejenis yang ditetapkan oleh menteri

  • Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian,perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal danbangunan gedung tempat penyimpanan: 5000m2 s.d. 10.000 m2

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 8

  c. Drainase Permukaan Perkotaan

  i. Pembangunan saluran primer dan sekunder

  d. Air Minum

  i. Pembangunan jaringan distribusi:

  v. Pengambilan air tanah dalam untuk kebutuhan:

  e. Pembangunan Gedung

  i. Pembangunan bangunan gedung di atas/bawah tanah:

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untukAmdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL ii. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanahyang melintasi prasarana dan atau sarana umum:

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untukAmdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL iii. Pembangunan bangunan gedung di bawah atau diatas air:

  • Fungsi usaha meliputi bangunan gedungperkantoran, perdagangan, perindustrian,perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal danbangunan gedung tempat penyimpanan: 5000m2 s.d. 10.000 m2
  • Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjidtermasuk mushola, bangunan gereja termasukkapel, bangunan pura, bangunan vihara, danbangunan kelenteng : 5000 m2 s.d. 10.000 m2
  • Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunangedung pelayanan pendidikan, pelayanankesehatan, kebudayaan, laboratorium, danbangunangedung pelayanan umum : 5000 m2s.d. 10.000 m2
  • Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasipertahanan dan keamanan dan bangunansejenis yang ditetapkan oleh menteri

  • Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
  • Luas kawasan: < 10 ha ii. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi local pedesaan (Kota Terpadu Mandiri eks transmigrasi,fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

  • Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
  • Luas kawasan: < 10 ha iii. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan SiapBangun/ Lingkungan Siap Bangun)
  • Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
  • Luas kawasan: < 10 ha
  • Luas kawasan: < 10 ha ii. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil,kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
  • Luas kawasan: < 10 ha iii. Pengembangan kawasan perdesaan untukmeningkatkan ekonomi lokal (penanganankawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa
  • Luas kawasan: < 10 ha
  • Luas kawasan: < 5 ha

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 8

  Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untukAmdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

  f. Pengembangan kawasan permukiman baru

  i. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR),misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

  g. Peningkatan Kualitas Permukiman

  i. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebutuhandasar (basic need) pelayanan infrastruktur,tanpa pemindahan penduduk;

  KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

  h. Penanganan Kawasan Kumuh Perkotaan

  i. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahanpenduduk, dan dapat dikombinasikan denganpenyediaan bangunan rumah susun

  Sumber : Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL menjadikannya tidak wajib dilengkapi dokumen UKL-UPL tetapi wajib dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH).

8.2. Aspek Sosial

  • Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan dengan memberi perhatian yang lebih besarpada kelompok masyarakat yang kurang beruntung, termasukmasyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal di wilayahterpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
  • Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaangender dan anak di tingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
  • Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara,dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak.
  • Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan, dan percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
  • Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses dan partisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
  • Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
  • Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,serta kewenangan masing-masing.

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 8

  

Aspek sosial terkait dengan pengaruh pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya kepada masyarakat pada taraf perencanaan, pembangunan, maupun pasca

pembangunan/pengelolaan. Pada taraf perencanaan, pembangunan infrastruktur permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan isu-isu yang

marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak sehingga diperlukan

proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian pada pasca pembangunan atau pengelolaan perlu diidentifikasi apakah

keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya tersebut membawa manfaat atau peningkatan taraf hidup bagi kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitarnya. Dasar peraturan perundang-undangan yang menyatakan perlunya memperhatikan aspek sosial adalah sebagai berikut:

  1. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

  2. UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum:

  3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

  4. Peraturan Presiden No. 15/2010 tentang Percepatan penanggulangan Kemiskinan

  5. Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Nasional

  Tugas dan wewenang pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah kabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta Karya adalah:

  1. Pemerintah Pusat: a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yangbersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 8 b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum yang bersifat strategis nasional ataupun bersifat lintas provinsi.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat pusat.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender gunaterselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan programpembangunan nasional berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

2. Pemerintah Provinsi: a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum yangbersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umumyang bersifat regional ataupun bersifat lintas kabupaten/kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melaluibantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaanusaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangkameningkatkan kegiatan ekonomi di tingkat provinsi.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender gunaterselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan programpembangunan di tingkat provinsi berperspektif gender,khususnya untuk bidang Cipta Karya.

3. Pemerintah Kabupaten/Kota: a. Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum dikabupaten/kota.

  b. Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum dikabupaten/kota.

  c. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melaluibantuan sosial, pemberdayaan masyarakat, pemberdayaanusaha mikro dan kecil, serta program lain dalam rangkapeningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

  d. Melaksanakan pengarusutamaan gender gunaterselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk bidang Cipta Karya.

8.2.1 Aspek Sosial pada Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  

Aspek sosial pada perencanaan pembangunan bidang Cipta Karya diharapkan mampu melengkapi kajian perencanaan teknis sektoral. Salah satu aspek yang perlu ditindaklanjuti adalah

isu kemiskinan. Kajian aspek sosial lebih menekankan pada manusianya sehingga yang disasar adalah kajian mengenai penduduk miskin, mencakup data eksisting, persebaran,

karakteristik, sehingga kebutuhan penanganannya, seperti tertuang pada tabel berikut ini.

  • Mata pencaharian secara umum:
  • Rendahnya aksesibilitas
  • Penataan perumahan dengan konsolidasi
  • Penyediaan Infrastruktur permukiman
  • Pemberdayaan masyarakat
  • Penyediaan air minum dan sanitasi
  • Bantuan stimulant rumah layak huni

  • Kondisi lingkungan: kumuh di
  • >Keterbatasan infrastruktur dasar permuk
  • Status kepemilikan secara umum:
  • Pemberdayaan masyarakat dalam penataan
  • Perumahan yang tidak layak huni
  • Penyediaan infrastruktur kawasan kumuh
  • Penyediaan PS Air Minum dan Sanitasi • Legalisasi lahan
  • Pemberian kredit perumahan dengan bunga
  • Mata pencaharian secara umum:
  • Rendahnya aksesibilitas
  • >Penyediaan Infrastruktur permuk
  • Kondisi lingkungan: kumuh di pesisir
  • Pemberdayaan masyarakat
  • Penyediaan air minum dan sanitasi
  • Bantuan stimulant rumah layak huni
  • Keterbatasan infrastruktur dasar
  • Status kepemilikan secara umum:
  • Perumahan yang tidak layak huni
  • Penyediaan infrastruktur kawasan kumuh
  • Penyediaan PS Air Minum dan Sanitasi • Penataan perumahan dengan relokasi
  • Mata pencaharian secara umum:
  • Rendahnya aksesibilitas
  • Penyediaan Infrastruktur permukiman
  • Pemberdayaan masyarakat
  • Penyediaan air minum dan sanitasi
  • Bantuan stimulant rumah layak huni
  • Kondisi lingkungan: kumuh di pinggir
  • Keterbatasan infrastruktur dasar

  ilegal

  terhadap pelayanan air minum dan sanitasi

  permukiman

  4 Sungaiselan

  nelayan dan sektor informal

  sungai

  ilegal

  permukiman

  terhadap pelayanan air minum dan sanitasi

  5 Padang Mulia

  sektor informal

  legal

  terhadap pelayanan air minum dan sanitasi

  permukiman

  

Pelaksanaan pembangunan bidang Cipta Karya secara lokasi, besaran kegiatan, dan durasi berdampak terhadap masyarakat. Untuk meminimalisir terjadinya konflik dengan masyarakat

penerima dampak maka perlu dilakukan beberapa langkah antisipasi, seperti konsultasi, pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan, serta permukiman

kembali.

  1. Konsultasi masyarakat Konsultasi masyarakat diperlukan untuk memberikan informasi kepada masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang mungkin terkena dampak akibat pembangunan bidang Cipta Karya di wilayahnya. Hal ini sangat penting untuk menampung aspirasi mereka berupa pendapat, usulan serta saran-saran untuk bahan pertimbangan dalam proses perencanaan. Konsultasi masyarakat perlu dilakukan pada saat persiapan program bidang Cipta Karya, persiapan AMDAL dan pembebasan lahan.

  pantai

  nelayan dan sektor informal

  3 Desa Batu Belubang

  1

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 8

Tabel 8. 3 Analisis Kebutuhan Penangan Penduduk Miskin Kabupaten Bangka Tengah

  No Lokasi Kondisi Umum Permasalahan Bentuk Penangan yang Sudah

  Dilakukan Kebutuhan

  perumahan

  Penanganan

  2 Desa Kurau Desa Kurau Barat

  nelayan dan sektor informal

  bantaran sungai

  ilegal

  terhadap pelayanan air minum dan sanitasi

  rendah

  • Status kepemilikan secara umum:
  • >Perumahan yang tidak layak huni
  • Penyediaan infrastruktur kawasan kumuh
  • Penyediaan PS Air Minum dan Sanitasi • Revitalisasi kaw
  • Rendahnya aksesibilitas
  • Revitalisasi kawasan
  • Penyediaan Infrastruktur permukiman
  • Pemberdayaan masyarakat
  • Penyediaan air minum dan sanitasi
  • Bantuan stimulant rumah layak huni
  • Mata pencaharian secara umum:

  • Kondisi lingkungan: kumuh
  • Status kepemilikan secara umum:
  • >Penyediaan PS Air Minum dan Sani
  • Keterbatasan infrastruktur dasar

  • Perumahan yang tidak layak huni
  • Penyediaan infrastruktur kawasan kumuh

8.2.2 Aspek Sosial pada Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  2. Pengadaan lahan dan pemberian kompensasi untuk tanah dan bangunan Kegiatan pengadaan tanah dan kewajiban pemberian kompensasi atas tanah dan bangunan terjadi jika kegiatan pembangunan bidang cipta karya berlokasi di atas tanah yang bukan milik pemerintah atau telah ditempati oleh swasta/masyarakat selama lebih dari satu tahun. Prinsip utama pengadaan tanah adalah bahwa semua langkah yang diambil harus dilakukan untuk meningkatkan, atau memperbaiki, pendapatan dan standar kehidupan warga yang terkena dampak akibat kegiatan pengadaan tanah ini.

  3. Permukiman kembali penduduk (resettlement)

Seluruh proyek yang memerlukan pengadaan lahan harus mempertimbangkan adanya kemungkinan pemukiman kembali penduduk sejak tahap awal proyek. Bilamana pemindahan

penduduk tidak dapat dihindarkan, rencana pemukiman kembali harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga penduduk yang terpindahkan mendapat peluang ikut menikmati manfaat

proyek. Hal ini termasuk mendapat kompensasi yang wajar atas kerugiannya, serta bantuan dalam pemindahan dan pembangunan kembali kehidupannya di lokasi yang baru.

Penyediaan lahan, perumahan, prasarana dan kompensasi lain bagi penduduk yang dimukimkan jika diperlukan dan sesuai persyaratan.

8.2.3 Aspek Sosial pada Pasca Pelaksanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya

  

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan secara

sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya yang harus dikeluarkan oleh

penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut. Identifikasi kebutuhan penanganan aspek sosial pasca pelaksanaan pembangunan Bidang Cipta Karya disajikan pada tabel

berikut ini : Tabel 8. 4 Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan RPI2-JM Bidang Cipta Karya Kabupaten Tahun 2015-2019

  RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 8 RPI2JM Kabupaten Bangka Tengah

  VII - 8