STUDI LINTAS BUDAYA KEPEMIMPINAN GAYA KOREA DI INDONESIA Pada PT. Semarang Garment - Diponegoro University | Institutional Repository (UNDIP-IR)

(1)

51 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2007), pendekatan penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Salah satu tujuan dari penelitian kualitatif adalah untuk meneliti suatu objek secara mendalam. Hal ini sesuai dengan penelitian ini, dimana akan melihat gaya kepemimpinan Korea di Indonesia secara mendalam melalui beberapa variabel yang membatasi penelitian. Pendekatan yang digunakan terkait dengan penelitian kualitatif ini adalah pendekatan studi kasus (case study) dimana pendekatan yang demikian memusatkan diri secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus. Dalam studi kasus, dapat diperoleh dari semua pihak yang bersangkutan, dengan kata lain data dalam studi ini dikumpulkan dari berbagai sumber (Nawawi, 2003). Studi kasus mengumpulkan beberapa sumber dan hasil penelitian yang hanya berlaku pada kasus yang diselidiki. Lebih lanjut Arikunto (1986) mengemukakan bahwa metode studi kasus merupakan salah satu jenis pendekatan deskriptif, adalah penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam terhadap suatu


(2)

52

individu, lembaga atau gejala tertentu dengan daerah atau subyek byang sempit. Penelitian studi kasus dimaksudkan untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang masalah keadaan dan posisi suatu peristiwa yang sedang berlangsung saat ini, serta interaksi lingkungan unit sosial tertentu yang bersifat apa adanya. Subyek yang diteliti relatif terbatas tetapi menggunakan variabel dengan dimensi tertentu. Pendekatan studi kasus yang digunakan oleh peneliti akan membantu dalam proses penyelesaian penelitian kualitatif yang melihat dan mendalami sebuah studi lintas budaya, khususnya kepemimpinan gaya Korea di Indonesia pada satu perusahaan.

3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 3.2.1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian pada dasarnya merupakan segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008).

Penelitian ini akan menggunakan variabel penilaian budaya, khususnya budaya nasional. Variabel tersebut menjadi pusat perhatian peneliti. Dengan mengenali lebih jauh variabel tersebut, maka akan mudah melihat hakekat sebuah masalah yang diteliti.

3.2.2. Definisi Operasional

Peneliti menggunakan pendekatan penelitian secara kualitatif diakarenakan penelitian kualitatif bersifat fleksibel, luwes, dan terbuka


(3)

53

kemungkinan bagi suatu perubahan dan penyesuaian ketika proses penelitian berjalan namun tetap dibatasi oleh variabel yang telah ditetapkan oleh peneliti. Adapun penjelasan dari variabel yang peneliti gunakan, adalah:

Kerangka Budaya Kluckhohn dan Strodtbeck

Kluckholn dan Strodtbeck (1961) membandingkan budaya berdasarkan atas beberapa dimensi sebagai berikut :

1. Nature of People

Budaya yang berorientasi pada sifat manusia membagi karakter manusia menjadi: baik, buruk, dan campuran antara baik dan buruk. Masyarakat Barat, umumnya, memandang manusia memiliki karakter yang baik, sedangkan masyarakat Timur (misalnya Cina) memandang manusia memiliki sifat baik atau buruk. Orientasi seperti ini memiliki konsekuensi yang sangat berarti dalam bersikap kepada orang lain, baik dalam aspek kepercayaan atau interaksi dengan orang lain.

2. Relationship to The Environment

Pada budaya yang berorientasi pada alam, berkaitan dengan cara manusia memperlakukan lingkungannya. Manusia dapat menguasai atau mengungguli lingkungan, hidup selaras dengan lingkungan, atau menaklukkan (subjugate) lingkungannya. Masyarakat Barat berpendirian bahwa mereka dapat mengendalikan lingkungan dan semua kekuatan alam (misalnya badai, banjir). Masyarakat Timur berpendirian bahwa manusia harus hidup selaras dengan lingkungannya dan bahkan memujanya. Orientasi terhadap lingkungan mempengaruhi sikap manusia terhadap agama, estetika, kepemilikan benda, kualitas hidup, dan hubungan terhadap manusia lainnya.


(4)

54 3. Activity Orientation

Orientasi terhadap aktivitas manusia berkaitan dengan sikap manusia terhadap suatu aktivitas atau kegiatan. Ada masyarakat yang berorientasi “melakukan” (doing) dimana mereka lebih menekankan kepada aktivitas atau kegiatan, penyelesaian tugas, berkompetisi, dan pencapaian tujuan. Selain itu ada masyarakat yang berorientasi “menjadi” (being). Orang mmelakukan berbagai aktivitas secara spontan, memperturutkan kesenangan, dan menunjukkan spontanitasnya sebagai ekspresi kepribadiannya. Kelompok lainnya adalah kelompok masyarakat yang berorientasi kepada “thinking” (yang memikirkan segala sesuatunya sebelum bertindak).

4. Time Orientation

Orientasi terhadap waktu berkaitan dengan dengan sikap manusia terhadap waktu. Orang dapat memusatkan diri ada masa lampau, saat ini, atau masa yang akan datang. Masyarakat Barat lebih berorientasi pada masa yang akan datang (future). Mereka menganggap bahwa waktu sebagai sesuatu yang harus dihargai, oleh karena itu harus dipergunakan secara efektif. Sebaliknya, masyarakat Timur, lebih berorientasi kepada masa lalu (past) dan tradisi. Mereka memuja leluhur dan memiliki tradisi keluarga yang kuat (misalnya masyarakat Jepang dan Cina). Masyarakat yang berorientasi pada waktu sekarang (present), percaya bahwa waktu sangat berarti.

5. Focus of Responsibility

Orientasi terhadap tanggung jawab pada orang lain merupakan aspek yang sangat penting berkaitan dengan hubungan antar manusia. Kluckhohn & Strodtbeck, 1961, dalam Reisinger (2009: 130) menyebutkan tiga jenis


(5)

55

orientasi terhadap orang lain: (1) individualistik (tujuan-tujuan individu mengatasi tujuan-tujuan kelompok); (2) collateral (individu merupakan bagian dari suatu kelompok sosial yang diakibatkan oleh hubungan yang diperluas secara menyamping (laterally); dan (3) linear (mengutamakan keberlanjutan kelompok melalui penggantian waktu).

6. Conception of Space

Konsepsi keruangan menurut kerangka Kluchkohn dan Strodtbeck berhubungan dengan kepemilikan ruang. Beberapa budaya menganggap bahwa tempat atau ruang harus tetap dijaga sebagai milik pribadi, sementara kebudayaan lain menganggap bahwa sebuah ruang/tempat sangat terbuka bahkan sangat dianjurkan untuk mengembangkan bisnis di publik. Beberapa kelompok masyarakat menggabungkan antara publik dan privat.

Pola-pola Parson

1. Afektivitas-netralitas afektif

Orentasi pola ini berkenaan dengan sifat kepuasan yang dicari oleh manusia. Sisi afektivitas menjadi posisi dari orang yang mencari kepuasan segera dari situasi yang ada.

2. Universalisme-partikularisme.

Orientasi universalistik berfokus pada kategorisasi orang atau obyek dalam konteks referensi universal, sedangkan orientasi partikularistik berfokus pada kategorisasi orang atau obyek secara spesifik.

3. Ketersebaran-keterkhususan.

Orientasi ini berfokus pada cara orang memberi respon pada orang lain. Dengan orientasi ketersebaran, respon holistik akan diberikan seseorang


(6)

56

kepada orang lain, sedangkan orientasi keterkhususan ditampakkan seseorang dengan memberi respon terhadap orang lain dalam cara yang khusus.

4. Askripsi-prestasi.

Orientasi askripsi dari seseorang akan tampak ketika orang tersebut memandang orang lain. Dengan orientasi askriptif, pandangan seseorang akan bertolak pada prediksi sosiokultural, yakni dalam kerangka keanggotaan orang lain di dalam kelompoknya, seperti jender, umur, ras, etnik, kasta, dan sebagainya. Sementara orang dengan orientasi prestasi akan mendasarkan prediksi dalam kerangka prestasi yang dapat diraih orang lain.

5. Orientasi instrumental-ekspresif.

Orientasi instrumental ditampakkan oleh orang dalam interaksinya dengan orang lain jika interaksi itu merupakan sarana untuk mencapai tujuan lainnya, sedangkan orientasi ekspresif akan tampak pada orang yang interaksinya dengan orang lain merupakan tujuannya.

3.3. Penentuan Populasi dan Sampel 3.3.1. Ukuran Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini, populasi yang dimaksud adalah para pegawai dan jajaran manajemen yang bekerja di perusahaan multi nasional PT. Semarang Garment.


(7)

57 3.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Pelaksanaan wawancara mendalam pada penelitian kualitatif memerlukan waktu cukup lama dan menggali informasi secara detail, sehingga sampel yang digunakan biasanya dalam jumlah yang terbatas. Untuk mendapat informan kunci yang tepat sesuai fokus penelitian, maka informan diambil berdasarkan purposive sampling (pengambilan sampel sesuai kebutuhan). Dengan dasar sampel yaitu jajaran manajer ekspatriat berkebudayaan Korea dan karyawan lokal Indonesia pada PT. Semarang Garment Indonesia yang paham kepemimpinan, sering berinteraksi dengannya atau merasakan kepemimpinannya langsung, sudah bekerja PT. Semarang Garment Indonesia minimal tiga tahun, serta bisa berbicara atau menjawab wawancara secara akurat. Peneliti akan melakukan deteksi dini terhadap pemilihan sampel yang akurat dengan penelusuran personal, misalnya mengajukan beberapa pertanyaan sesuai kondisi nantinya, bersifat fleksibel.

Sumber informasi dalam penelitian akan diambil baik dari data primer maupun sekunder. Dengan dasar kriteria di atas, peneliti menetapkan Sumber Informasi Kunci (Key Informan), yaitu jajaran manajer ekspatriat PT. Semarang Garment yang terdiri dari 3 orang manajer berkebangsaan dan berlatar belakang budaya nasional Korea. Sumber Informasi Penunjang (Supportive Informan), yang terdiri 7 orang karyawan perusahaan dengan latar belakang budaya lokal dan telah bekerja minimal lima tahun di perusahaan tersebut.

Sementara penulis menetapkan sampel dalam penelitian ini hanya mengambil orang –orang tersebut yang didasarkan dari adanya justifikasi sebagai berikut:


(8)

58

1. Jajaran manajer ekspatriat dengan latar belakang budaya Korea dimana merupakan orang-orang yang melakukan kepemimpinan pada PT. Semarang Garment karena mereka merupakan narasumber kunci.

2. Karyawan perusahaan PT. Semarang Garment dengan latar belakang budaya lokal, untuk mengetahui implikasi kepemimpinan gaya Korea di PT. Semarang Garment Indonesia.

3.3.3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan Purposive Sampling, yaitu pengambilan sampel sesuai kebutuhan yang sifatnya fleksibel, berdasar deteksi awal peneliti terhadap kondisi responden sebagai sampel itu dan harus representative mewakili populasi yang akan diteliti. Namun, harus sesuai dengan patokan yang ditetapkan sebelumnya perihal posisi dan latar belakang budaya nasionalnya di dalam perusahaan PT. Semarang Garment.

3.4. Jenis dan Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari dua sumber, yaitu: a. Data Primer

Data primer mengacu pada informasi yang diperoleh dari tangan pertama oleh peneliti yang berkaitan dengan variabel untuk tujuan spesifik studi (Sekaran, 2006). Data ini berkaitan langsung dengan informan. Dalam penelitian ini, data primer berupa data dari wawancara dengan karyawan pada PT. Semarang Garment.


(9)

59 b. Data Sekunder

Data sekunder mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, data sekunder berupa data dari pihak internal baik yang dikumpulkan secara terpusat oleh perusahaan atau dikumpulkan oleh komponen karyawan perusahaan, serta dari pihak eksternal yang telah mengumpulkan dan mungkin mengalihkannya, yaitu dokumen foto, CD, file dokumen digital, buku, artikel, dan lain-lain.

3.5. Metode Pengumpulan Data

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan penelitian ini adalah: a. Studi Kepustakaan

Studi pustaka merupakan metode pengumpulan data yang dilakukan dengan membaca buku-buku, literatur, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan atau referensi lain yang diterbitkan secara umum yang berkaitan dengan penelitian gaya kepemimpinan dan penerapan manajemen.

b. Wawancara (Interview)

Wawancara bertujuan mencatat opini, perasaan, emosi, dan hal lain berkaitan dengan individu yang ada dalam organisasi. Peneliti dapat memperoleh data yang lebih banyak sehingga peneliti dapat memahami budaya melalui bahasa dan ekspresi pihak yang diwawancara dan dapat melakukan klarifikasi atas hal-hal yang tidak diketahui. Hal pertama yang akan menjadi perhatian peneliti saat melakukan interview adalah pihak yang harus diwawancara. Untuk memperoleh data yang kredibel maka interview harus


(10)

60

dilakukan dengan Knowledgeable Respondent yang mampu menceritakan dengan akurat kasus yang diteliti.

Hal kedua yang akan menjadi perhatian peneliti adalah membuat responden mau bekerja sama baik dengan peneliti. Untuk merangsang pihak lain mau meluangkan waktu untuk diinterview, maka perilaku pewawancara dan responden harus selaras sesuai dengan perilaku yang diterima secara sosial, sehingga ada kesan saling menghormati. Selain itu, interview harus dilakukan dalam waktu dan tempat yang sesuai sehingga dapat menciptakan kenyamanan.

Data yang diperoleh dari wawancara umumnya berbentuk pernyataan yang menggambarkan pengalaman, pengetahuan, opini dan perasaan pribadi. Untuk memperoleh data ini, peneliti menggunakan metode wawancara standar yang terskedul (Schedule Standardised Interview), interview standar tak terskedul (Non Schedule Standardised Interview) atau interview informal (Non Standardised Interview). Ketiga pendekatan tersebut dapat dilakukan dengan teknik sebagai berikut: (a) Sebelum wawancara dimulai, memperkenalkan diri dengan sopan untuk menciptakan hubungan baik. (b) Menunjukkan bahwa responden memiliki kesan bahwa dia orang yang “penting”. (c) Menggali data sebanyak mungkin. (d) Tidak mengarahkan jawaban. (e) Mengulangi pertanyaan jika perlu. (f) Mengklarifikasi jawaban. (g) Mencatat interview (Chariri, 2007).

Wawancara sebagai proses interaksi antara peneliti dengan informan mempunyai peranan penting dalam penelitian kualitatif. Oleh sebab itu, teknik wawancara yang akan peneliti lakukan tidak dengan suatu struktur yang ketat, melainkan secara longgar, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang


(11)

61

bersifat terbuka sehingga dapat diperoleh informasi yang lengkap dan mendalam. Kelonggaran ini senantiasa memberi kesempatan kepada informan untuk dapat memberikan jawaban secara bebas dan jujur. Wawancara semacam ini dapat pula disebut sebagai indepth interviewing. Dengan teknik wawancara ini akan mendorong terciptanya hubungan baik antara peneliti dengan informan sehingga sangat membantu dalam upaya memperoleh informasi. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi mengenai kepemimpinan gaya Korea yang diterapkan di PT. Semarang Garment, hubungan antara jajaran manajer ekspatriat dengan karyawan atau pekerja lokal, dan beberapa hal lain yang berkaitan dengan fokus penelitian.

c. Participant Observation

Adapun tujuan observasi ini adalah untuk memperoleh data mengenai penerapan model kepemimpinan lintas budaya di perusahaan PT. Semarang Garment, dan keefektifan kepemimpinan tersebut, yang dilihat dari penilaian orang-orang di sekitarnya yang dipadukan dengan referensi ilmiah yang ada. d. Telaah Organisational Record

Metode pengumpulan data ini bisa mendukung data dari observasi dan interview. Selain itu, telaah terhadap catatan organisasi dapat memberikan data tentang konteks historis setting organisasi yang diteliti. Arsip dan catatan organisasi merupakan bukti unik dalam studi kasus, yang tidak ditemui dalam interview dan observasi. Sumber ini merupakan sumber data yang dapat digunakan untuk mendukung data dari observasi dan interview. Selain itu, telaah terhadap catatan organisasi dapat memberikan data tentang konteks


(12)

62

historis setting organisasi yang diteliti. Sumber datanya dapat berupa catatan adminsitrasi, surat-menyurat, memo, agenda, dan dokumen lain yang relevan.

3.6. Metode Analisis Data

3.6.1. Uji Reliabilitas dan Validilitas

Dalam penelitian kualitatif, validitas dan reliabilitas sering dinamakan Kredibilitas. Case Study (dasar penelitian kualitatif) memiliki dua kelemahan utama: (a) Peneliti tidak dapat seratus persen independen dan netral dari research setting; (b) Case Study sangat tidak terstruktur (messy) dan sangat interpretive. Dalam Moleong (2007) menawarkan beberapa prosedur untuk meningkatkan kredibilitas penelitian kualitatif, yaitu triangulation, disconfirming evidence, research reflexivity, member checking, prolonged engagement in the field, collaboration, the audit trail, thick and rich description dan peer debriefing. Dalam peningkatan kredibilitas penelitian ini, maka peneliti memilih prosedur triangulation. Prosedur ini dipilih karena disesuaikan dengan fokus penelitian kualitatif yang dilakukan, yang berdasarkan case study dimana peneliti merupakan instrument riset utama.

Prosedur triangulasi yaitu menggunakan berbagai pendekatan dalam melakukan penelitian. Maksudnya, peneliti dapat menggunakan berbagai sumber data, teori, dan metode agar informasi yang disajikan konsisten. Oleh karena itu, untuk memahami dan mencari jawaban atas pertanyaan penelitian, peneliti dapat mengunakan lebih dari satu teori, lebih dari satu metode (inteview, observasi dan analisis dokumen). Di samping itu, peneliti melakukan interview manajer Korea menginterpretasikan temuan dengan pihak lain, yaitu karyawan lokal.


(13)

63 3.6.2. Analisis Data

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pendekatan tunggal dalam analisis data. Pemilihan metode sangat tergantung pada pertanyaan penelitian dan kerangka penelitianyang mendasari penelitian. Untuk melakukan analisis, peneliti menangkap, mencatat, menginterpretasikan dan menyajikan informasi. Satu hal yang menjadi perhatian peneliti adalah analisis data ini tidak dapat dipisahkan dari data collection. Oleh karena itu, ketika data mulai terkumpul dari nara sumber, observasi dan literatur atau data pendukung, analisis data harus segera dilakukan untuk menentukan pengumpulan data berikutnya. Adapun langkah analisis dapat dilakukan sebagai berikut (Chariri, 2007):

a. Data Reduction

Intinya, mengurangi data yang tidak penting sehingga data yang terpilih dapat diproses ke langkah selanjutnya. Ini karena data masih mentah, jumlahnya sangat banyak, dan bersifat non-kuantitatif (sangat deskriptif) sehingga tidak dapat digunakan secara langsung untuk analisis. Data reduction mencakup kegiatan berikut ini:

1. Organisasi Data (Menentukan Kategori, Konsep, Tema, dan Pola atau Pattern)

Data dari interview akan ditulis penulis lengkap dan dikelompokkan menurut format tertentu (misal menurut jabatan struktural). Dengan cara ini, peneliti dapat mengidentifikasi informasi sesuai pemberi informasi dengan misalnya jabatan responden. Transkrip hasil interview kemudian dianalisis dan key points akan ditandai untuk memudahkan coding dan pengklasifikasian. Sedangkan data dari observasi dan arsip akan berupa catatan (field note).


(14)

64

Prosesnya tidak berbeda jauh dengan data hasil wawancara. Field note selama observasi, diorganisir ke dalam form dengan judul tertentu, seperti tanggal, jam, peristiwa, partisipan, deskripsi peristiwa, dimana terjadinya, bagaimana terjadi, apa yang dikatakan, serta opini dan perasaan peneliti. Sementara itu, data dari analisis catatan organisasi (arsip), diorganisir ke dalam format tertentu untuk mendukung data dari observasi dan interview.

2. CodingData

Data yang diperoleh dari langkah di atas, kemudian dikelompokkan ke dalam tema tertentu dan diberi kode untuk melihat kesamaan pola temuan. Coding harus dilakukan sesuai dengan kerangka teoritis yang dikembangkan sebelumnya. Dengan cara ini, Coding memungkinkan peneliti untuk mengkaitkan data dengan masalah penelitian.

3. Pemahaman (understanding) dan Mengujinya

Atas dasar coding, peneliti akan memulai memahami data secara detail dan rinci. Proses ini dapat berupa “pemotongan” data hasil interview dan dimasukkan ke dalam folder khusus sesuai dengan tema/pattern yang ada. Hasil observasi dan analisis dokumen akan dimasukkan ke dalam folder yang sama untuk mendukung pemahaman atas data hasil interview. Data kemudian dicoba dicari maknanya/diinterpretasi. Dalam melakukan interpretasi, peneliti berpegang pada koherensi antara temuan interview, observasi, dan analisis dokumen.

b. Interpretasi

Hasil interpretasi kemudian dikaitkan dengan teori yang ada sehingga interpretrasi tidak bersifat bias tetapi dapat dijelaskan oleh teori tersebut. Untuk


(15)

65

memudahkan analisis, peneliti akan menggunakan strtaegi dibawah ini, merujuk dari Nuemen (2003):

1. Narrative (menceritakan secara detail kejadian dalam setting)

2. Ideal types (membandingkan data kualitatif dengan model kehidupan sosial yang ideal)

3. Success approximation (mengkaitkan data dengan teori secara berulang-ulang, sampai perbedaannya hilang)

4. Illustrative method (mengisi “kotak kosong” dalam teori dengan data kualitatif)

5. Path Dependency and Contingency (memulai dengan hasil kemudian melacak balik urutan kejadian untuk melihat jalur yang menjelaskan kejadian tersebut)

6. Domain analysis (memasukkan istilah-istilah asli yang menunjukkan ciri khas obyek yang diteliti)

7. Analytical Comparison (mengidentifikasi berbagai karakter dan temuan kunci yang diperoleh, membandingkan persamaan dan perbedaan karakter tersebut untuk menentukan mana yang sesuai dengan temuan kunci).

c. Triangulasi

Triangulasi adalah suatu pendekatan analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber. Menurut Institute of Golbal Tech dijelaskan bahwa Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan serta program yang berbasis pada bukti yang telah tersedia.


(16)

66

Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metode berbeda, oleh kelompok berbeda dan dalam populasi berbeda, penemuan mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi dampaknya dari penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian tunggal.

Triangulasi menurut Susan Stainbackdalam Sugiyono (2007:330) merupakan “the aim is not to determinate the truth about same social phenomenon, rather than the purpose oftriangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated.” Dengan demikian triangulasi bukan bertujuan mencari kebenaran, tapi meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya.

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330)

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.


(17)

67

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures (Wiliam Wiersma,1986). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.

Penjelasan Triangulasi diatas sebagai berikut : 1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian adata yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan


(18)

68

yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain. Atau mungkin semua benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.


(19)

69

Triangulasi juga dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

3.7. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian A. Persiapan

Dalam tahapan awal penelitian ini, peneliti melakukan beberapa langkah untuk membantu jalannya proses penelitian sebagai berikut :

a. Penyusunan Proposal. b. Pengurusan Izin Penelitian. c. Pemilahan Informasi Penelitian.

d. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan. e. Pengembangan Pedoman Pengumpulan Data. B. Penelitian Lapangan

Dalam tahap penelitian lapangan, guna memenuhi kebutuhan data penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah berikut ini :

a. Memulai penelitian lapangan dengan benar dengan membekali diri terlebih dahulu dari berbagai literatur.

b. Menentukan research setting. c. Memasuki research site.

d. Melakukan sikap yang akomodatif ketika di research site.

e. Observasi dan pengumpulan data (mengembangkan sikap melihat dan mendengar, serta taking notes).

f. Memfokuskan pada setting khusus. g. Melakukan Field Interviews.


(20)

70 C. Menganalisis Data

Setelah pencarian data dirasa cukup dan sudah memenuhi kebutuhan untuk dilakukan analisis maka langkah analisis data akan dilakukan peneliti dengan urutan langkah berikut ini :

a. Melakukan analisis awal apabila data yang terkumpul telah memadai. b. Mengembangkan reduksi data temuan.

c. Melakukan analisis data temuan.

d. Mengadakan pengayaan dan pendalaman data. e. Melakukan interpretasi data berdasar teori yang ada. f. Merumuskan kesimpulan akhir.

g. Menyiapkan penyusunan laporan penelitian dan menguji keabsahan data. D. Penyusunan Laporan Penelitian

Setelah proses analisis data selesai dilakukan, dan diperoleh data yang valid dan reliabel (kredibel), maka peneliti akan melakukan proses akhir dari penelitian, yaitu menyusun laporan penelitian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun laporan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Prewriting (mengatur catatan atau literatur, membuat daftar ide, outlining, melengkapi kutipan dan mengorganisasi komentar pada data analisis).

b. Composing (menuangkan ide dalam kertas sebagai draft pertama, dengan memperhatikan kutipan, menyiapkan data untuk penyajian, serta membuat pengantar dan konklusi).

c. Rewriting (mengevaluasi dan “memoles” laporan dengan memperbaiki koherensi, proofreading atas salah tulis, mengecek kutipan, mengkaji kembali style dan tone tulisan).


(1)

65

memudahkan analisis, peneliti akan menggunakan strtaegi dibawah ini, merujuk dari Nuemen (2003):

1. Narrative (menceritakan secara detail kejadian dalam setting)

2. Ideal types (membandingkan data kualitatif dengan model kehidupan sosial yang ideal)

3. Success approximation (mengkaitkan data dengan teori secara berulang-ulang, sampai perbedaannya hilang)

4. Illustrative method (mengisi “kotak kosong” dalam teori dengan data kualitatif)

5. Path Dependency and Contingency (memulai dengan hasil kemudian melacak balik urutan kejadian untuk melihat jalur yang menjelaskan kejadian tersebut)

6. Domain analysis (memasukkan istilah-istilah asli yang menunjukkan ciri khas obyek yang diteliti)

7. Analytical Comparison (mengidentifikasi berbagai karakter dan temuan kunci yang diperoleh, membandingkan persamaan dan perbedaan karakter tersebut untuk menentukan mana yang sesuai dengan temuan kunci).

c. Triangulasi

Triangulasi adalah suatu pendekatan analisa data yang mensintesa data dari berbagai sumber. Menurut Institute of Golbal Tech dijelaskan bahwa Triangulasi mencari dengan cepat pengujian data yang sudah ada dalam memperkuat tafsir dan meningkatkan kebijakan serta program yang berbasis pada bukti yang telah tersedia.


(2)

66

Dengan cara menguji informasi dengan mengumpulkan data melalui metode berbeda, oleh kelompok berbeda dan dalam populasi berbeda, penemuan mungkin memperlihatkan bukti penetapan lintas data, mengurangi dampaknya dari penyimpangan potensial yang bisa terjadi dalam satu penelitian tunggal.

Triangulasi menurut Susan Stainbackdalam Sugiyono (2007:330) merupakan “the aim is not to determinate the truth about same social phenomenon, rather than the purpose oftriangulation is to increase one’s understanding of what ever is being investigated.” Dengan demikian triangulasi bukan bertujuan mencari kebenaran, tapi meningkatkan pemahaman peneliti terhadap data dan fakta yang dimilikinya.

Peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330)

Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif.

Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik pemeriksaan dengan memanfaatkan sumber.


(3)

67

Triangulasi dengan sumber artinya membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Patton,1987:331). Adapun untuk mencapai kepercayaan itu, maka ditempuh langkah sebagai berikut :

1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara

2. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi.

3. Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu.

4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan masyarakat dari berbagai kelas.

5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. Triangulation is qualitative cross-validation. It assesses the sufficiency of the data according to the convergence of multiple data sources or multiple data collection procedures (Wiliam Wiersma,1986). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan data dan triangulasi waktu.

Penjelasan Triangulasi diatas sebagai berikut : 1. Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Sebagai contoh, untuk menguji kredibilitas data tentang gaya kepemimpinan seseorang, maka pengumpulan dan pengujian adata yang telah diperoleh dilakukan ke bawahan


(4)

68

yang dipimpin, ke atasan yang menugasi, dan ke teman kerja yang merupakan kelompok kerjasama. Data dari ketiga sumber tersebut, tidak bisa dirata-ratakan seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi dideskripsikan, dikategorisasikan, mana pandangan yang sama, mana pandangan yang berbeda, dan mana spesifik dari tiga sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti sehingga menghasilkan suatu kesimpulan selanjutnya dimintakan kesepakatan dengan tiga sumber data tersebut.

2. Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik untuk menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dokumentasi, atau kuesioner. Bila dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut, menghasilkan data yang berbeda-beda, maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber data yang bersangkutan atau yang lain. Atau mungkin semua benar, karena sudut pandangnya berbeda-beda.

3. Triangulasi Waktu

Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang dikumpulkan dengan teknik wawancara dipagi hari pada saat narasumber masih segar, belum banyak masalah, sehingga akan memberikan data yang lebih valid dan lebih kredibel. Untuk itu dalam rangka pengujian kredibilitas data dapat dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Bila hasil uji menghasilkan data yang berbeda, maka dilakukan secara berulang-ulang sehingga sampai ditemukan kepastian datanya.


(5)

69

Triangulasi juga dapat dilakukan dengan cara mengecek hasil penelitian, dari peneliti lain yang diberi tugas melakukan pengumpulan data.

3.7. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan Penelitian A. Persiapan

Dalam tahapan awal penelitian ini, peneliti melakukan beberapa langkah untuk membantu jalannya proses penelitian sebagai berikut :

a. Penyusunan Proposal. b. Pengurusan Izin Penelitian. c. Pemilahan Informasi Penelitian.

d. Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Kegiatan. e. Pengembangan Pedoman Pengumpulan Data. B. Penelitian Lapangan

Dalam tahap penelitian lapangan, guna memenuhi kebutuhan data penelitian, peneliti melakukan langkah-langkah berikut ini :

a. Memulai penelitian lapangan dengan benar dengan membekali diri terlebih dahulu dari berbagai literatur.

b. Menentukan research setting. c. Memasuki research site.

d. Melakukan sikap yang akomodatif ketika di research site.

e. Observasi dan pengumpulan data (mengembangkan sikap melihat dan mendengar, serta taking notes).

f. Memfokuskan pada setting khusus. g. Melakukan Field Interviews.


(6)

70 C. Menganalisis Data

Setelah pencarian data dirasa cukup dan sudah memenuhi kebutuhan untuk dilakukan analisis maka langkah analisis data akan dilakukan peneliti dengan urutan langkah berikut ini :

a. Melakukan analisis awal apabila data yang terkumpul telah memadai. b. Mengembangkan reduksi data temuan.

c. Melakukan analisis data temuan.

d. Mengadakan pengayaan dan pendalaman data. e. Melakukan interpretasi data berdasar teori yang ada. f. Merumuskan kesimpulan akhir.

g. Menyiapkan penyusunan laporan penelitian dan menguji keabsahan data. D. Penyusunan Laporan Penelitian

Setelah proses analisis data selesai dilakukan, dan diperoleh data yang valid dan reliabel (kredibel), maka peneliti akan melakukan proses akhir dari penelitian, yaitu menyusun laporan penelitian. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun laporan penelitian adalah sebagai berikut:

a. Prewriting (mengatur catatan atau literatur, membuat daftar ide, outlining, melengkapi kutipan dan mengorganisasi komentar pada data analisis).

b. Composing (menuangkan ide dalam kertas sebagai draft pertama, dengan memperhatikan kutipan, menyiapkan data untuk penyajian, serta membuat pengantar dan konklusi).

c. Rewriting (mengevaluasi dan “memoles” laporan dengan memperbaiki koherensi, proofreading atas salah tulis, mengecek kutipan, mengkaji kembali style dan tone tulisan).