t ipa 1008843 chapter3

(1)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen “the static group pretest-posttest” (Fraenkel and Wallen, 2007) yang penentunya dilakukan secara acak kelas. Eksperimen dilakukan dengan memberikan pembelajaran dengan model Problem Based Learning pada kelompok eksperimen 1 dan pembelajaran dengan menggunakan model konvensional pada kelompok eksperimen 2. Kedua kelompok diberikan pretest dan posttest yang diharapkan dapat mengukur penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa pada kedua kelompok sebelum dan sesudah mendapat pembelajaran. Tabel desain yang dilakukan seperti pada tabel. 3.1 berikut :

Tabel 3.1. Desain penelitian the static group pretest-posttest

Kelompok Pretest perlakuan Postest

Eksperimen 1 O X1 O

Eksperimen 2 O X2 O

Keterangan :

O : Pretes-Postes

X1 : Pembelajaran dengan model problem based learning. X2 : Pembelajaran dengan metode konvensional.

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa Soal yang diberikan pada pretest dan


(2)

dianalisis, dan dilakukan perhitungan secara statistik untuk mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.

B. Prosedur Penelitian

Adapun langkah-langkah yang akan dilaksanakan dalam penelitian adalah sebagai berikut :

1. Tahap perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan yaitu:

a. Studi pendahuluan, Studi pendahuluan dapat berupa menganalisis Mata Pelajaran fisika Pada Kurikulum KTSP SMK, melihat penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa untuk mata pelajaran fisika, serta mengobservasi pembelajaran yang dilakukan di sekolah. b. Merumuskan masalah penelitian.

c. Studi literatur.

d. Merumuskan perangkat pembelajaran dan instrumen Perumusan perangkat pembelajaan dapat berupa menyusun rencana pembelajaran, dan membuat instrument angket serta instrumen penilaian pemahamaan konsep siswa pada materi fluida statis

e. Menguji validitas instrumen oleh dua dosen fisika. Instrumen yang divalidasi adalah instrument tes penguasaan konsep siswa dan keterampilan berpikir kritis siswa.

f. Melakukan revisi terhadap instrument penelitian yang telah divalidasi g. Menguji coba instrument ke siswa-siswa di luar subjek penelitian tetapi


(3)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

2. Tahap pelaksanaa

Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan adalah :

a. Memberikan pretest bagi kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2 untuk mengetahui pengetahuan awal terhadap penguasaan konsep fluida statis dan keterampilan berpikir kritis yang dimiliki siswa.

b. Pelaksanaan kegiatan belajar fluida statis menggunakan model problem based learning dengan media set eksperimen

c. Melakukan observasi kegiatan belajar mengajar

d. Memberikan posttest untuk mengetahui peningkatan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran fluida statis dan keterampilan berpikir kritis yang dimiliki siswa.

3. Tahap akhir

a. Mengolah data hasil penelitian

b. Menganalisis dan membahas hasil temuan penelitian c. Menarik kesimpulan

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 pada salah satu SMK di Paloh Kabupaten Sambas Kalimantan Barat untuk tahun ajaran 2011/2012 yang akan mengikuti pelajaran fisika pada pokok bahasan fluida statis yang terdiri atas 4 kelas. Sampel yang diambil sebanyak dua kelas yang dipilih berdasarkan metode convenient sampling. Dari dua kelas XI yang ada pada SMK tersebut diambil dan digunakan untuk kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2. Pemilihan kelas eksperimen 1 dan kelas eksperimen 2


(4)

berdasarkan saran dari guru bidang studi yang bersangkutan mengacu pada kemampuan yang dimiliki siswa. Kelas yang diambil sebagai populasi adalah kelas yang sedang akan mempelajari submateri pokok yang ingin diteliti, yaitu fluida statis.


(5)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep D. Alur Penelitian

secara garis besar bagan alur penelitian ini diperlihatkan pada gambar berikut ini :

Gambar 3.1 alur penelitian

Tes akhir Pembelajaran menggunakan metode eksperimen

demonstrasi

Analisis Data

Kesimpulan Angket

Observasi

Penyusunan Rencana Pembelajaran Validasi, Uji coba, Revisi

Tes awal Kelas

Eksperimen 1

Kelas eksperimen 2 Pengembangan

pembelajaran menggunakan set eksperimen dengan

model problem

based learning Judgment dan revisi Pembuatan set eksperimen Penyusunan Instrumen

1. soal tes pilihan ganda 2. angket siswa

3. pedoman observasi

Masalah

Studi Literatur

Penyusunan Proposal Studi pendahuluan

Implementasi pembelajaran menggunakan set eksperimen dengan model problem based


(6)

E. Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, digunakan empat macam Instrumen yaitu: tes penguasaan konsep, tes keterampilan berpikir kritis, lembar observasi dan angket tanggapan siswa.

1. Test penguasaan konsep

Tes penguasaan konsep ini berupa tes tertulis. Instrumen tes penguasaan konsep ini berbentuk tes objektif (pilihan ganda) untuk materi fluida statis. Instrumen ini diberikan sebanyak dua kali yaitu pada awal pembelajaran (pretest) dan pada akhir pembelajaran (posttest). Tes yang digunakan pada awal dan akhir pembelajaran ini merupakan instrumen tes yang sama dan digunakan untuk mengukur penguasaan konsep yang dimiliki oleh siswa sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung. Penguasan konsep yang diukur oleh tes ini adalah penguasan konsep pada tingkatan C1 sampai C5 pada taksonomi Bloom.

2. Tes keterampilan berpikir kritis

Tes keterampilan berpikir kritis ini berupa tes tertulis. Instrumen tes keterampilan berpikir kritis ini berbentuk tes objektif (pilihan ganda) untuk materi fluida statis. Instrumen ini diberikan sebanyak dua kali yaitu pada awal pembelajaran (pretest) dan pada akhir pembelajaran (posttest). Tes yang digunakan pada awal dan akhir pembelajaran ini merupakan instrumen tes yang sama dan digunakan untuk mengukur keterampilan berpikir kritis yang dimiliki oleh siswa sebelum dan sesudah pembelajaran berlangsung. Keterampilan berpikir kritis yang diukur dalam tes ini adalah keterampilan


(7)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

berpikir kritis yang di klasifikasikan oleh Ennis yaitu memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar, menyimpulkan memberi penjelasan lanjut, dan mengatur strategi serta taktik.

3. Angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran

Angket tanggapan yaitu berupa pertanyaan-pertanyaan mengenai suatu objek tanggapan yang dapat diberikan dalam bentuk skala rating atau daftar cek. Dalam penelitian ini digunakan angket tertutup artinya jawaban dari setiap pertanyaan sudah diseiapkan sehingga responden tinggal memilih. Pertanyaan dalam angket meliputi pertanyaan yang terdiri dari aspek tanggapan siswa terhadap pembelajaran setelah mengikuti kegiatan pembelajaran menggunakan model problem based learning. Dalam pengukuran tanggapan dikenal berapa jenis skala model summated ratings

(skala likert). Ada dua jenis pertanyaan dalam skala likert yaitu pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.

Skala likert dikatagorikan dengan skala sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju (STS).

4. Lembar Observasi Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

Lembar pengamatan ini bertujuan untuk mengamati keterlaksanaan model problem based learnig sesuai dengan skenario kegiatan pembelajaran berbasis masalah. Skenario model problem based learnig mencakup lima tahap utama yaitu tahap orientasi siswa pada masalah; tahap mengorganisasi siswa untuk belajar (pemberian masalah); analisi masalah menggunakan


(8)

media; mencari informasi tambahan; penyajian solusi; mensintesa serta mengevaluasi. Bertindak sebagai pengamat yaitu peneliti.

Untuk memperoleh data yang dipercaya, diperlukan tes yang mempunyai validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda yang dapat dipertangggungjawabkan. Oleh karena itu, pembuatan instrumen dalam penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1. Menyusun kisi-kisi tes

Pembuatan kisi-kisi tes berdasarkan kutikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) mata pelajaran fisika SMK kelas XI mengenai konsep fluida statis untuk menentukan konsep yang di ukur yang sesuai dengan indikator pembelajaran.

a. Menentukan Validitas Butir Soal

Validitas tes berkaitan dengan tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes dalam mengukur apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas adalah satu ukuran yang dapat menunjukkan tingkat-tingkat kavalidan atau kesahihan suatu instumen. Sebuah instrumen yang digunakan untuk mengukur kemampuan kognitif pada penelitian ini adalah validitas isi dengan cara judgement (timbangan) kelompok ahli.

Untuk mneghitung validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan memiliki validasi yang tinggi jika skor soal tersebut memliki dukungan yang besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas


(9)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

suatu butir soal digunakan rumus korelasi. Salah satu persamaan yang dapat digunakan untuk menghitung koefisien korelasi adalah rumus

korelasi product momentpearson seperti berikut; (Arikunto, 2003).

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy          

 ...(3.1) keterangan: rxy= koefisien korelasi antara dua variabel yaitu X

dan Y

X = Skor butir soal Y = Skor total

N = jumlah mahasiswa

Interpretasi untuk besarnya koefesien korelasi adalah sebagai berikut;

Tabel 3.2. Kategori Validitas Butir Soal

Batasan Kategori

0,80< rxy≤ 1,00 Sangat tinggi (sangat baik) 0,60< rxy≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< rxy≤ 0,60 cukup(sedang)

0,20< rxy≤ 0,40 rendah (kurang)

xy

r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

(Arikunto, 2003) Kemudian untuk mengetahui signifikansi korelasi dilakukan uji-t dengan rumus berikut; (Sudjana, 2005)

2 1 2 xy xy r N r t  

 ...(3.2)


(10)

Keterangan: t = koefisien validitas dari uji t N = Jumlah siswa

rxy= Koefisien korelasi b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah tingkat kestabilan skor yang diperoleh ketika dilakukan ujian ulang dengan menggunakan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu pengukuran ke pengukuran lainnya. Perhitungan koefisien reliabilitas tes dapat dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut; (Arikunto, 2002)

      2 1 2 1 2 1 2 1 11 1 2 r r

r ...(3.3)

keterangan:

r11 = koefesien reliabilitas yang telah disesuaikan

2 1 2 1

r = koefesien korelasi antara soal ganjil dan genap

Harga dari 2 1 2 1

r dapat ditentukan dengan cara mengkorelasikan

skor soal nomor ganjil dan skor nomor genap, menggunakan rumus korelasi product moment Pearson. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto (2003) adalah sebagai berikut;


(11)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Tabel 3.3. Kategori Reliabilitas Butir soal

Batasan Kategori

0,80< r11≤ 1,00 sangat tinggi (sangat baik)

0,60<r11 ≤ 0,80 tinggi (baik)

0,40< r11≤ 0,60 cukup(sedang)

0,20< r11≤ 0,40 rendah (kurang)

11

r ≤ 0,20 sangat rendah (sangat kurang)

(Arikunto, 2003) Kemudian nilai r11 dan r1/2 dihitung dengan persamaan rumus korelasi product momen pearson, seperti berikut:

2 2



2 2

) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy            ...(3.4) c. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya suatu soal. Indeks kesukaran diberi simbol P (proporsi) yang dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut; (Arikunto, 2003)

N B

P  ... (3.5)

keterangan: P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya mahasiswa yang menjawab soal itu dengan betul


(12)

Klasifikasi untuk indeks kesukaran adalah sebagai berikut; Tabel 3.4. Kategori tingkat Kesukaran

Batasan Kategori

P < 0,30 soal sukar

0,30 ≤ P < 0,70 soal sedang

0,70 ≤ P < 1,00 soal mudah

(Arikunto, 2003) d. Daya Pembeda

Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara mahasiswa yang berkemampuan tinggi dengan mahasiswa yang berkemampuan rendah. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi atau Daya Pembeda adalah sebagai berikut; (Arikunto, 2003)

A B

B B

A

A P P

J B J B

D    ... (3.6)

keterangan: JA = Banyaknya peserta kelompok atas JB = Banyaknya peserta kelompok bawah

BA= Banyaknya kelompok atas yang menjawab benar BB= Banyaknya kelompok bawah yang menjawab benar

PA= proporsi kelompok atas yang menjawab benar PB= proporsi kelompok bawah yang menjawab benar


(13)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Kategori daya pembeda adalah sebagai berikut : Tabel 3.5. Kategori Daya Pembeda

Batasan Kategori

D ≤ 0,20 Jelek

0,20 < D ≤ 0,40 Cukup

0,40 < D ≤ 0,70 Baik

0,70 < D ≤ 1,00 baik sekali

(Arikunto, 2003) Hasil uji coba instrumen tes di analisis menggunakan anates untuk tes penguasaan konsep sedangkan untuk tes berpikir kritis menggunakan microsft excel. Dimana hasil rekapitulasinya terlampir dalam lampiran.

F. Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dapat digolongkan menjadi dua jenis, yaitu data kualitatif dan kuantitatif.

1. Data Kuantitatif

Data kuantitatif yang diperoleh dari penelitian ini adalah skor tes awal, skor tes akhir dan hasil angket tanggapan siswa. Tes awal dan tes akhir terdiri dari tes untuk mengetahui penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa. Tanggapan siswa diperoleh melalui angket yang diberikan setelah selesai pembelajaran. Hasil angket ini dinyatakan dalam persentase tanggapan siswa untuk tiap pernyataan.


(14)

2. Data Kualitatif

Data kualitatif dalam penelitian ini ialah aktivitas siswa dan guru selama proses pembelajaran. Data ini diperoleh dengan menggunakan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.

G. Prosedur dan Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh adalah (1) Hasil tes tertulis (tes awal dan tes akhir); (2) Hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning; (3) Hasil observasi berupa keterlaksanaan pembelajaran.

Adapun prosedur analisi data dalam penelitian ini adalah :

1. Data yang diperoleh dari hasil tes (pretest dan posttest) dikelompokkan berdasarkan indikatornya.

2. Menghitung skor total pretest dan posttest

3. Menentukan nilai persentase skor pretest dan posttest

4. Menentukan uji signifikansi perbedaan rata-rata pretest dan posttest dengan menggunakan spss 18

5. Menghitung n-gain antara nilai pretest dan posttest dengan menggunakan rumus yang digunakan Hake (1998) sebagai berikut :

...(3.7)

6. Menafsirkan nilai N-Gain sesuai dengan kriteria yang dikemukakan oleh Hake (1998), seperti terlihat pada tabel 3.6


(15)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

Tabel 3.6 Kriteria nilai N-gain

Nilai (g) Klasifikasi

g ≥ 0,7 Tinggi

0,7 > g ≥ 0,3 Sedang

g < 0,3 Rendah

Hake (1998)

7. Menganalisis hasil observasi dan hasil angket tanggapan siswa

Teknik pengolahan data dalam penelitian ini ada tiga macam yaitu teknik pengolahan data untuk tes tertulis, angket tanggapan siswa dan Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah. Adapun teknik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Tes Tertulis

a. Skor Tes Penguasaan Konsep dan kemampuan berpikir kritis.

Tes yang dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes awal dan tes akhir untuk kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2 pada test penguasaan konsepn dan tes kemampuan berpikir kritis. Skor mentah tes bernilai 1 untuk setiap jawaban yang benar dan 0 untuk jawaban yang salah. Selanjutnya dilakukan penskoran total untuk masing-masing tes dengan rumus sebagai berikut.

Nilai x

maksimal skor

mentah skor

100%

...(3.8) Peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa setelah pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning diperoleh dengan menghitung nilai rata-rata gain yang dinormalisasi. Rumus yang digunakan adalah: (Hake, 1998)


(16)

...(3.9)

Interpretasi nilai rata-rata gain yang dinormalisasi ditunjukkan oleh Tabel 3.6 (Hake, 1998)

Setelah nilai rata-rata gain yang dinormalisasi untuk kedua kelompok diperoleh, maka selanjutnya dibandingkan untuk melihat perbedaan peningkatan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa untuk kedua kelas. Jika nilai rata-rata gain yang dinormalisasi dari suatu pembelajaran lebih tinggi dari nilai rata-rata gain yang dinormalisasi dari pembelajaran lainnya, maka dikatakan bahwa pembelajaran tersebut lebih efektif dalam meningkatkan penguasaan konsep dengan keterampilan berpikir kritis siswa dibandingkan pembelajaran lain.

Alur pengolahan data untuk menguji hipotesis mengenai afektivitas penggunaan model problem based learning pada materi fluida statis untuk meningkatkan pemahaman konsep ditunjukkan oleh Gambar 3.2.


(17)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

b. Uji Normalitas Distribusi Nilai Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi. Uji normalitas dimaksud untuk menguji kenormalan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk mengetahui uji yang digunakan selanjutnya. Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dengan uji-t dan jika tidak terdistribusi normal menggunakan uji Mann-Whitney. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 dengan menggunakan uji normalitas one-sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uyanto, 2009). Pada uji ini menggunakan α = 0,05 dengan melihat nilai P-value dari hasil analisis. Jika P-value lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika P-value lebih kecil dari 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.

c. Uji Homogenitas

Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians dengan uji levene

menggunakan SPSS 16. Uji hipotesis levene digunakan untuk mengetahui apakah varian kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H1 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar


(18)

pengambilan keputusan, jika P-value > α maka H0 diterima sedangkan jika P-value < α maka H0 ditolak dan H1 diterima.

d. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Setelah diketahui kedua data berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan uji-t. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu sisi untuk sisi atas. Pada uji-t ini ini menggunakan software SPSS 16 dengan uji-t dua sampel independen. Dengan SPSS ini juga melakukan uji hipotesis Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi kedua variance sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesis: H0: terhadap H1 :

dimana = variance group 1 dan = variance group 2. Dari hasil

Levene’s Test kita kita dapatkan p-value, jika lebih besar dari

maka H0: diterima, dengan kata lain asumsi kedua varians sama besar terpenuhi. Jika dari hasil Levene’s Test didapat p-value lebih kecil maka H1 : diterima atau kedua varians tidak sama besar.

Uji-t dengan SPSS mempunyai dua keluaran yaitu pertama, untuk kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi; maka kita menggunakan hasil uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians sama (equal variances assumed) dengan hipotesis H0 : µ1

≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2. Kedua, untuk kedua varians sama besar tidak terpenuhi (equal variances not assumed); maka kita menggunakan hasil uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians tidak sama


(19)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

besar (equal variances not assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2.

Pada hasil uji tes ini terdapat keluran nilai t dan p-value, untuk mengetahui hasil hipotesis ada dua cara, pertama membandingkan nilai thitung dengan t Tabel. Jika thitung > t Tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Kedua membandingkan p-value dengan tingkat kepercayaan yang kita ambil yaitu . P-value yang dihasilkan untuk uji dua sisi, maka hasil p-value tersebut dibagi dua dan dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang kita gunakan . Jika p-value/2 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya.

jika sampel tidak berasal dari populasi yang normal dan homogen, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis nonparametrik, statistik nonparametrik yang sesuai adalah uji mann-whitney U karena kedua data bersifat bebes.

e. Uji Hipotesis dengan Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney (Ma nn-Whitney Test) merupakan uji Statistik Nonparametrik. Uji Mann-Whitney ekivalen dengan Uji Jumlah Peringkat Wilcoxon (Wilcoxon Rank Sum Test), merupakan alternative dari uji-t dua sampel independen. Uji Mann_Whitney digunakan untuk membandingkan dua sampel independen dengan skala ordinal atau skala interval tapi tidak terdistribusi normal.


(20)

Pada penelitian ini digunakan uji hipotesis satu sisi (one-tailed test)

untuk sisi atas dengan hipotesis: H0: µ1 ≤ µ2 terhadap H1: µ1 > µ2. Pada uji ini untuk melihat hasil analisis dengan cara mendapatkan nilai p-value, tampilan pada p-value SPSS adalah untuk uji dua sisi (two-tailed), sehingga untuk uji satu sisi membagi dua menjadi p-value/2. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan = 0,05. Jika p-value/2 < 0,05 maka H0: µ1 ≤ µ2 ditolak atau H1: µ1> µ2 diterima, begitu juga sebaliknya.

2. Angket Tanggapan Siswa

Pengolahan data yang dilakukan untuk melihat tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah, setelah mengikuti pembelajaran secara keseluruhan. Pernyataan angket yang meliputi tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah, diolah sebagai berikut.

Data yang di peroleh dari angket di hitung persentasinya menggunakan rumus sebagai berikut :

…….... (3.10) Keterangan : T = persentase sikap terhadap setiap pertanyaan

J = jumlah jawaban siswa setiap kelompok sikap N = jumlah siswa

H. Deskripsi hasil uji coba instrumen

Uji coba soal dilakukan dengan menggunakan anates dan menggunakan

microsoft excel, uji coba anates digunakan untuk uji coba tes penguasaan konsep dan microsoft excel digunakan untuk uji coba tes keterampilan berpikir kritis.


(21)

Sudirman, 2012

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep

hasil uji coba soal untuk tes penguasaan konsep tersaji pada lampiran C. soal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 25 soal dari 51 soal yang di ujicoba. Adapun soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7 dan 3.8

Tabel.3.7 Hasil Uji Coba Tes Soal Penguasaan Konsep No.

soal

Daya pembeda Tingkat

kesukaran Validitas Reliabilitas ket

D Kriteria P Kriteria t-hit Kriteria Nilai Kriteria 1 54.55 Baik 58.97 Sedang 0.34 Signifikan

0.79 Tinggi

Dipakai

2 45.45 Baik 61.54 Sedang 0.347 Signifikan Dipakai

3 45.54 Baik 56.41 Sedang 0.343 Signifikan Dipakai

4 36.36 Cukup 69.23 Sedang 0.347 Signifikan Dipakai

9 63.64 Baik 41.03 Sedang 0.433 Sangat sign Dipakai

10 54.55 Baik 33.33 Sedang 0.419 Sangat sign Dipakai

11 36.36 Cukup 35.90 Sedang 0.333 Signifikan Dipakai

13 36.36 Cukup 17.95 Sukar 0.344 Signifikan Dipakai

17 36.36 Cukup 33.33 Sedang 0.325 Signifikan Dipakai

21 36.36 Cukup 15.38 Sukar 0.429 Sangat sign Dipakai

22 81.82 Baik

sekali 38.46 Sedang 0.637 Sangat sign Dipakai

24 36.36 Cukup 17.95 Sukar 0.421 Sangat sign Dipakai

25 45.45 Baik 43.59 Sedang 0.424 Sangat sign Dipakai

27 63.64 Baik 43.59 Sedang 0.573 Sangat sign Dipakai

29 45.45 Baik 51.28 Sedang 0.382 Signifikan Dipakai

Tabel 3.10 hasi uji coba tes keterampilan berpikir kritis No.

soal

Daya pembeda Tingkat

kesukaran Validitas Reliabilitas Ket D Kriteria P Kriteria T-hit Kriteria Nilai Kriteria

1 0,34 Cukup 0,58 Sedang 6,77 Valid

0,6 tinggi

Dipakai

2 0,41 Baik 0,73 Mudah 2,58 Valid Dipakai

3 0,4 Cukup 0,55 Sedang 3,23 Valid Dipakai

4 0,28 Cukup 0,55 Sedang 2,69 Valid Dipakai

7 0,34 Cukup 0,58 Sedang 6,66 Valid Dipakai

10 0,28 Cukup 0,61 Sedang 2,6 Valid Dipakai

12 0,51 Baik 0,48 Sedang 5,79 Valid Dipakai

14 0,57 Baik 0,39 Sedang 9,43 Valid Dipakai

16 0,38 Cukup 0,3 Sedang 3,15 Valid Dipakai


(22)

(1)

b. Uji Normalitas Distribusi Nilai Rata-Rata Gain yang Dinormalisasi. Uji normalitas dimaksud untuk menguji kenormalan data yang diperoleh dari hasil penelitian. Uji normalitas ini juga dilakukan untuk mengetahui uji yang digunakan selanjutnya. Jika data terdistribusi normal maka pengujian hipotesis dengan uji-t dan jika tidak terdistribusi normal menggunakan uji Mann-Whitney. Dalam penelitian ini, pengujian dilakukan dengan menggunakan SPSS 16 dengan menggunakan uji normalitas one-sample Kolmogorov-Smirnov Test (Uyanto, 2009). Pada

uji ini menggunakan α = 0,05 dengan melihat nilai P-value dari hasil analisis. Jika P-value lebih besar dari 0,05 maka data berdistribusi normal dan jika P-value lebih kecil dari 0,05 maka data berdistribusi tidak normal.

c. Uji Homogenitas

Setelah diketahui data berdistribusi normal, maka langkah selanjutnya adalah melakukan uji homogenitas varians dengan uji levene

menggunakan SPSS 16. Uji hipotesis levene digunakan untuk mengetahui apakah varian kedua kelompok data sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi. Hipotesis statistik yang digunakan adalah sebagai berikut:

Dengan H0 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi homogen dan H1 adalah skor kedua kelompok memiliki variansi tidak homogen. Dasar


(2)

pengambilan keputusan, jika P-value > α maka H0 diterima sedangkan jika P-value < α maka H0 ditolak dan H1 diterima.

d. Uji Hipotesis dengan Uji-t

Setelah diketahui kedua data berdistribusi normal, maka pengolahan data dilanjutkan dengan menggunakan uji-t. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t satu sisi untuk sisi atas. Pada uji-t ini ini menggunakan software SPSS 16 dengan uji-t dua sampel independen. Dengan SPSS ini juga melakukan uji hipotesis Levene’s Test untuk mengetahui apakah asumsi kedua variance sama besar terpenuhi atau tidak terpenuhi dengan hipotesis: H0: terhadap H1 :

dimana = variance group 1 dan = variance group 2. Dari hasil

Levene’s Test kita kita dapatkan p-value, jika lebih besar dari

maka H0: diterima, dengan kata lain asumsi kedua varians sama besar terpenuhi. Jika dari hasil Levene’s Test didapat p-value lebih kecil maka H1 : diterima atau kedua varians tidak sama besar.

Uji-t dengan SPSS mempunyai dua keluaran yaitu pertama, untuk kedua varians sama besar (equal variances assumed) terpenuhi; maka kita menggunakan hasil uji-t dua sampel independen dengan asumsi kedua varians sama (equal variances assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2. Kedua, untuk kedua varians sama besar tidak terpenuhi (equal variances not assumed); maka kita menggunakan hasil


(3)

besar (equal variances not assumed) dengan hipotesis H0 : µ1 ≤ µ2 terhadap H1 : µ1 > µ2.

Pada hasil uji tes ini terdapat keluran nilai t dan p-value, untuk mengetahui hasil hipotesis ada dua cara, pertama membandingkan nilai thitung dengan t Tabel. Jika thitung > t Tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya. Kedua membandingkan p-value dengan tingkat kepercayaan yang kita ambil yaitu . P-value yang dihasilkan untuk uji dua sisi, maka hasil p-value tersebut dibagi dua dan dibandingkan dengan tingkat kepercayaan yang kita gunakan . Jika p-value/2 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima, begitu juga sebaliknya.

jika sampel tidak berasal dari populasi yang normal dan homogen, maka analisis yang dipergunakan adalah analisis nonparametrik, statistik nonparametrik yang sesuai adalah uji mann-whitney U karena kedua data bersifat bebes.

e. Uji Hipotesis dengan Uji Mann-Whitney

Uji Mann-Whitney (Ma nn-Whitney Test) merupakan uji Statistik Nonparametrik. Uji Mann-Whitney ekivalen dengan Uji Jumlah Peringkat Wilcoxon (Wilcoxon Rank Sum Test), merupakan alternative dari uji-t dua sampel independen. Uji Mann_Whitney digunakan untuk membandingkan dua sampel independen dengan skala ordinal atau skala interval tapi tidak terdistribusi normal.


(4)

Pada penelitian ini digunakan uji hipotesis satu sisi (one-tailed test)

untuk sisi atas dengan hipotesis: H0: µ1 ≤ µ2 terhadap H1: µ1 > µ2. Pada uji ini untuk melihat hasil analisis dengan cara mendapatkan nilai p-value, tampilan pada p-value SPSS adalah untuk uji dua sisi (two-tailed), sehingga untuk uji satu sisi membagi dua menjadi p-value/2. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan nilai kepercayaan = 0,05. Jika p-value/2 < 0,05 maka H0: µ1 ≤ µ2 ditolak atau H1: µ1> µ2 diterima, begitu juga sebaliknya.

2. Angket Tanggapan Siswa

Pengolahan data yang dilakukan untuk melihat tanggapan siswa terhadap pembelajaran berbasis masalah, setelah mengikuti pembelajaran secara keseluruhan. Pernyataan angket yang meliputi tanggapan siswa terhadap model pembelajaran berbasis masalah, diolah sebagai berikut.

Data yang di peroleh dari angket di hitung persentasinya menggunakan rumus sebagai berikut :

…….... (3.10) Keterangan : T = persentase sikap terhadap setiap pertanyaan

J = jumlah jawaban siswa setiap kelompok sikap N = jumlah siswa

H. Deskripsi hasil uji coba instrumen

Uji coba soal dilakukan dengan menggunakan anates dan menggunakan


(5)

hasil uji coba soal untuk tes penguasaan konsep tersaji pada lampiran C. soal yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 25 soal dari 51 soal yang di ujicoba. Adapun soal-soal yang digunakan dalam penelitian ini untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.7 dan 3.8

Tabel.3.7 Hasil Uji Coba Tes Soal Penguasaan Konsep No.

soal

Daya pembeda Tingkat

kesukaran Validitas Reliabilitas ket

D Kriteria P Kriteria t-hit Kriteria Nilai Kriteria 1 54.55 Baik 58.97 Sedang 0.34 Signifikan

0.79 Tinggi

Dipakai

2 45.45 Baik 61.54 Sedang 0.347 Signifikan Dipakai

3 45.54 Baik 56.41 Sedang 0.343 Signifikan Dipakai

4 36.36 Cukup 69.23 Sedang 0.347 Signifikan Dipakai

9 63.64 Baik 41.03 Sedang 0.433 Sangat sign Dipakai

10 54.55 Baik 33.33 Sedang 0.419 Sangat sign Dipakai

11 36.36 Cukup 35.90 Sedang 0.333 Signifikan Dipakai

13 36.36 Cukup 17.95 Sukar 0.344 Signifikan Dipakai

17 36.36 Cukup 33.33 Sedang 0.325 Signifikan Dipakai

21 36.36 Cukup 15.38 Sukar 0.429 Sangat sign Dipakai

22 81.82 Baik

sekali 38.46 Sedang 0.637 Sangat sign Dipakai

24 36.36 Cukup 17.95 Sukar 0.421 Sangat sign Dipakai

25 45.45 Baik 43.59 Sedang 0.424 Sangat sign Dipakai

27 63.64 Baik 43.59 Sedang 0.573 Sangat sign Dipakai

29 45.45 Baik 51.28 Sedang 0.382 Signifikan Dipakai

Tabel 3.10 hasi uji coba tes keterampilan berpikir kritis No.

soal

Daya pembeda Tingkat

kesukaran Validitas Reliabilitas Ket D Kriteria P Kriteria T-hit Kriteria Nilai Kriteria

1 0,34 Cukup 0,58 Sedang 6,77 Valid

0,6 tinggi

Dipakai

2 0,41 Baik 0,73 Mudah 2,58 Valid Dipakai

3 0,4 Cukup 0,55 Sedang 3,23 Valid Dipakai

4 0,28 Cukup 0,55 Sedang 2,69 Valid Dipakai

7 0,34 Cukup 0,58 Sedang 6,66 Valid Dipakai

10 0,28 Cukup 0,61 Sedang 2,6 Valid Dipakai

12 0,51 Baik 0,48 Sedang 5,79 Valid Dipakai

14 0,57 Baik 0,39 Sedang 9,43 Valid Dipakai

16 0,38 Cukup 0,3 Sedang 3,15 Valid Dipakai


(6)