Hubungan Perilaku Anak dengan Angka Kejadian Skabies di Panti Asuhan Bait Allah Kecamatan Medan Sunggal Tahun 2016

4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku
Perilaku merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas individu, yang
merupakan hasil dari berbagai faktor, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Faktor internal adalah karakteristik individu yang bersangkutan,
misalnya tingkat pengetahuan, jenis kelamin, dan lain-lain. Faktor eksternal
meliputi lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, politik, dan lain-lain.
Faktor ini adalah faktor yang cenderung mewarnai perilaku individu.1
Ahli psikologi pendidikan Benyamin Bloom membagi perilaku kedalam tiga
domain yaitu domain kognitif, afektif, dan psikomotor. Seiring dengan berjalan
waktu, teori Bloom dikembangkan dan dimodifikasi menjadi :
2.1.1. Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”. Proses ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap objek spesifik yang diamatinya. Pengindraan
berlangsung melalui lima cabang indra manusia yang terdiri dari indra
pendengaran, indra penciuman, indra penglihatan, indra peraba, dan indra perasa.
Indra penglihatan dan indra pendengaran merupakan dua sumber indra terbesar
yang paling sering digunakan untuk mendapatkan pengetahuan. Pengetahuan dan

area kognitif merupakan domain yang paling penting dalam menentukan tindakan
seseorang (overt behavior ).6
Menurut domain kognitif maka tingkatan pengetahuan dibagi menjadi enam
bagian, yaitu :
1.

Tahu
Arti tahu disini adalah dapat meningat kembali materi-materi yang pernah

diajarkan sebelumnya, termasuk materi-materi spesifik dan seluruh materi yang
telah dipelajari atau rangsangan yang pernah diterima.
2.

Memahami
Ketika seseorang memahami sebuah objek atau materi, maka seseorang

tersebut dapat menjelaskan serta menginterpretasi objek yang telah dipelajari
secara tepat.

Universitas Sumatera Utara


5

3.

Aplikasi
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menerapkan materi yang telah

dipelajari di kehidupan sebenarnya. Contohnya adalah seseorang mampu
menerapkan rumus-rumus statistik dalam penelitian yang sedang dilakukannya.
4.

Analisis
Analisis diartikan sebagai kemampuan untuk menjabarkan materi-materi

menjadi komponen-komponen, namun masih terdapat di dalam satu organisasi
yang terstruktur, dan masih memiliki hubungan satu sama lain.
5.

Sintesis

Sintesis adalah kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian menjadi

bentuk keseluruhan yang baru. Artinya, sintesis adalah kemampuan individu
untuk membuat formulasi baru melalui formulasi-formulasi yang telah ada.
6.

Evaluasi
Evaluasi artinya kemampuan seseorang untuk memberikan penilaian

terhadap suatu objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada kriteria-kriteria
yang telah ada, ataupun kriteria-kriteria yang ditentukan sendiri.
Indikator-indikator lainnya yang dapat digunakan untuk menilai dan
mengetahui tingkat pengetahuan terhadap kesehatan, dapat dikelompokkan
menjadi:
1.

Pengetahuan tentang sakit dan penyakit meliputi :
 Penyebab penyakit
 Gejala penyakit


 Bagaimana cara mengobati penyakit

 Bagaimana penyakit tersebut dapat menular

 Bagaimana cara mencegah penyakit tersebut

2.

Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat,
meliputi:

 Jenis dan contoh makanan bergizi

 Manfaat makanan yang bergizi bagi kesehatan
 Apa fungsi olahraga bagi kesehatan

Universitas Sumatera Utara

6


 Bahaya merokok, minum-minuman keras, dan lain-lain
 Apa pentingnya istrirahat yang cukup bagi kesehatan

3.

Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan, meliputi:
 Guna dan manfaat air bersih

 Cara membuang limbah yang benar

 Manfaat pencahayaan dan penerangan rumah yang benar
 Dampak dari polusi bagi kesehatan

Pengukuran tingkat pengetahuan dapat diketahui dan dinilai dengan
menggunakan angket atau wawancara mengenai isi materi yang ingin diukur dari
subjek penelitian atau responden.1
2.1.2. Sikap
Sikap adalah respons atau reaksi tertutup dari individu terhadap suatu objek
atau stimulus. Manifestasi sikap tidak dapat langsung terlihat, namun hanya dapat
ditafsirkan terlebih dahulu melalui perilaku yang tertutup. Seorang ahli psikologi

sosial bernama Newcomb, menyatakan bahwa sikap adalah kesiapan untuk
bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum
menentukan suatu tindakan, namun berupa predisposisi tindakan suatu perilaku.1
Seperti halnya pengetahuan, sikap terdiri dari beberapa tingkatan. Bila
pengetahuan memiliki enam tingkatan, maka sikap terdiri dari empat tingkatan :
1.

Menerima
Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memberi perhatian

kepada stimulus yang diberi (objek).
2.

Merespons
Merespons artinya bahwa seseorang memberikan tanggapan terhadap

stimulus

yang


diterima.

Misalnya,

memberi

jawaban

apabila

ditanya,

menyelesaikan tugas yang diberikan, dan lain-lain.
3.

Menghargai
Ketika seseorang ada dalam tingkat menghargai, maka orang tersebut dapat

mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4.


Bertanggung jawab

Universitas Sumatera Utara

7

Mampu menerima semua resiko dari tindakan-tindakan yang telah dipilihnya
merupakan indikator bahwa seseorang bertanggung jawab.
Sama seperti pengetahuan, sikap juga memiliki indikator-indikator sikap
yang memiliki hubungan terhadap kesehatan. Indikator-indikator tersebut antara
lain :
1.

Sikap terhadap sakit dan penyakit
Adalah penilaian atau tanggapan seseorang terhadap: gejala dan tanda

penyakit, penyebab atau etiologi penyakit, bagaimana cara penyakit tersebut dapat
menular, cara mencegah penyakit, dan lain-lain.
2.


Sikap cara pemeliharaan dan cara hidup sehat
Adalah penilaian individu terhadap pemeliharaan hidup sehat. Misalnya,

penilaian terhadap makanan, minuman, olahraga, istirahat, dan lain-lain.
3.

Sikap terhadap kesehatan lingkungan
Adalah penilaian atau tanggapan terhadap lingkungan dan hubungan serta

pengaruh terhadap kesehatan. Misalnya, penilaian terhadap pembuangan limbah,
air bersih, dan lain-lain.
Pengukuran sikap dapat dilakukan baik secara langsung maupun tak
langsung. Secara langsung dapat berupa wawancara mengenai pendapat atau
pernyataan responden perihal sebuah objek. Secara tidak langsung dapat diukur
dengan menggunakan pernyataan-pernyataan hipotesis , kemudian ditanyakan
pendapat responden. Misalnya, saya akan menikah apabila saya berusia 25 tahun
(sangat setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju).1
2.1.3. Praktik atau Tindakan
Suatu sikap tidak langsung terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior ).

Untuk mewujudkannya, diperlukan faktor pendukung, antara lain adalah fasilitas.
Selain faktor fasilitas, diperlukan juga faktor dukungan dari pihak lain. Seperti
halnya pengetahuan dan sikap, tindakan juga memiliki tingkatan.1
1.

Respons terpimpin
Artinya dapat melakukan sesuatu sesuai urutan yang benar dan sesuai dengan

contoh. Contohnya, seorang ibu memasak dengan tepat, mulai dari cara mencuci

Universitas Sumatera Utara

8

yang baik dan memotong-motong bahan makanan, lamanya memasak, menutup
panci dengan tepat, dan seterusnya.
2.

Mekanisme
Artinya dapat melakukan sesuatu secara otomatis tanpa mengikuti panduan


apapun, atau tindakan itu telah menjadi kegiatan sehari-hari. Contohnya, seorang
ibu membawa anaknya untuk diimunisasi pada usia-usia tertentu, tanpa adanya
ajakan dari pihak lain.
3.

Adopsi
Adalah suatu tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya sudah

mengalami modifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Contohnya,
ibu dapat memilih dan memasak makanan yang sehat dan bergizi dari bahanbahan yang murah dan sederhana.
Seperti halnya pengetahuan dan sikap, maka praktik atau tindakan juga
memiliki indikator-indikator yang berhubungan dengan kesehatan. Indikator
praktik kesehatan mencakup hal-hal :
1.

Tindakan atau praktik sehubungan dengan penyakit
Tindakan

atau

perilaku

ini

mencakup

pencegahan

penyakit,

mengimunisasikan anak, melakukan pengurasan bak mandi, dan lain-lain.
Tindakan lainnya adalah penyembuhan penyakit, misalnya minum obat sesuai
dengan anjuran dokter.
2.

Tindakan atau praktik pemeliharaan dan peningkatan kesehatan
Tindakan atau perilaku ini mencakup konsumsi makanan dengan gizi yang

tepat dan seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, dan lain-lain.
3.

Tindakan atau praktik kesehatan lingkungan
Tindakan atau perilaku ini mencakup buang air pada tempat yang layak,

membuang sampah pada tempatnya, menggunakan air yang bersih dan layak
untuk mandi, dan lain-lain.
Pengukuran tindakan dapat dinilai dengan melakukan wawancara terhadap
kegiatan-kegiatan yang dilakukan beberapa hari, minggu, bahkan bulan yang lalu.
Cara pengukuran lain adalah secara langsung, yang artinya mengamati langsung
kegiatan dari responden.1

Universitas Sumatera Utara

9

2.2. Skabies
2.2.1. Pengenalan dan Morfologi
Skabies adalah penyakit yang disebabkarn oleh parasit Sarcoptes scabiei
varietas hominis.2 Parasit ini adalah seeokor tungau, termasuk kedalam filum
Arthropoda, ordo Acari, superfamili Sarcoptoidea, serta genus Sarcoptes. Parasit
ini memiliki ukuran yang sangat kecil sehingga sangat sulit untuk dilihat dengan
mata, bahkan ada beberapa yang memiliki ukuran mikron sehingga hanya dapat
dilihat menggunakan mikroskop.5 Ukuran tungau betina sekitar 330-450 mikron x
250-350 mikron, sedangkan ukuran tungau jantan jauh lebih kecil yakni 200-240
mikron x 150-200 mikron.9 Pada tungau ini, bagian sefalotoraks dan abdomen
menjadi satu tanpa ada batasan yang jelas, dan pada bagian mulut memiliki
kelisera.3 Bentuk dewasa tungau memiliki 4 pasang kaki, 2 pasang kaki di depan
sebagai alat untuk melekat dan 2 pasang kaki kedua pada betina berakhir dengan
rambut, sedangkan pada tungau jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan
rambut dan keempat diakhiri dengan alat perekat.9
2.2.2. Siklus Hidup
Sarcoptes scabiei melalui empat tahapan dalam siklus hidupnya : telur, larva,

nimfa, dan bentuk dewasa. Tungau betina akan menetaskan 2-3 telur per hari pada
saat masuk kedalam lapisan kulit. Telur ini berbentuk oval dan memiliki ukuran
0,1-0,15 mm dan akan menetas dalam waktu 3-4 hari. Setelah menetas, maka telur
akan berubah bentuk mejadi larva. Larva akan berpindah ke permukaan kulit luar
dan akan menetap di lapisan stratum korneum. Di lapisan stratum korneum, larva
akan membentuk terowongan kecil yang hampir kasat mata bernama molting
pouches. Stadium larva memiliki 3 pasang kaki, dan hanya akan bertahan sekitar

3-4 hari. Setelah itu, larva akan menjadi nimfa yang mempunyai 4 pasang kaki.
Nimfa nantinya akan berubah menjadi lebih besar sebelum akhirnya masuk ke
fase dewasa. Larva dan nimfa akan sering ditemukan di kantung-kantung kulit.
Tungau dewasa berbentuk bulat, ukuran tungau betina berkisar antara 0,3-0,45
mm sedangkan ukuran tungau jantan lebih kecil berkisar antara 0,2-0,24 mm.
Perkawinan terjadi setelah tungau jantan secara aktif masuk ke dalam terowongan
yang telah dibuat oleh tungau betina. Setelah kopulasi, maka tungau jantan akan

Universitas Sumatera Utara

10

mati atau bertahan hidup dalam waktu yang singkat di dalam terowongan. Tungau
betina akan keluar ke permukaan kulit untuk mencari tempat yang cocok untuk
membuat terowongan yang baru dan meletakkan telur-telurnya. Siklus hidup dari
telur hingga dewasa memakan waktu satu bulan.10
2.2.3. Cara Penularan
Penularan skabies yang terutama adalah kontak langsung kulit seperti
berjabat tangan, tidur bersama, dan hubungan seksual. Hubungan seksual adalah
faktor tersering penyebab skabies pada dewasa sedangkan pada anak penularan
dapat terjadi akibat kontak langsung dengan teman ataupun orangtua yang terkena
skabies.5
Penularan kontak kulit secara tak langsung pun dapat menyebabkan
penularan terhadap penyakit skabies, misalnya saling meminjam baju, handuk,
perlengkapan tidur dikatakan dapat menjadi penyebab penularan skabies pada
anak maupun dewasa.5
Kelainan kulit skabies ini memiliki banyak sebutan, antara lain, kudis, buduk,
kerak, penyakit amper atau gatal agogo.5
2.2.4. Gejala Klinis
Gejala utama pada pasien skabies adala rasa gatal yang hebat pada malam
hari, atau bila udara hangat dan pada saat penderita sedang berkeringat. Gatal
merupakan gejala utama pada penderita skabies, sebelum gejala klinis lainnya
muncul. Rasa gatal biasanya hanya dirasakan di sekitar daerah lesi, akan tetapi
pada kasus skabies yang menahun rasa gatal dapat dirasakan pada seluruh tubuh.
Daerah sela-sela jari, pergelangan tangan, sekitar pinggang, bokong, genitalia,
pada sekitar pinggang, dan daerah sekitar payudara adalah lokasi kulit yang paling
sering terdapat lesi dan rasa gatal, namun pada bayi atau anak kecil, daerah yang
terinfestasi dapat mengenai seluruh tubuh.5
Lesi kulit dapat berupa papula, vesikel, pustula dan urtikaria. Ekskoriasi,
eksematisasi, dan infeksi sekunder akibat gerakan menggaruk pada daerah lesi
dapat menyebabkan gambaran lesi primer menjadi kabur. Tingkat keparahan
erupsi kulit sangat bergantung terhadap derajat sensitisasi, lama infeksi, higenitas
personal, dan apakah ada atau tidaknya riwayat pengobatan terkait penyakit ini.

Universitas Sumatera Utara

11

Pada kasus skabies menahun, ruam dapat menebal (likenifikasi) dan menghitam
(hiperpigmentasi). Pada anak lesi lebih sering berupa vesikel dan infeksi sekunder
akibat garukan, dan dapat mengenai seluruh tubuh, termasuk kepala, leher,
telapak tangan dan kaki. Lesi pada skabies juga dapat berupa bula, sehingga
gambaran klinisnya dapat serupa dengan dermatosis vesikobulosa. Pada anak
biasanya menjadi gelisah dan lelah, akibat tidur yang terganggu karena rasa gatal
yang hebat dirasakan pada malam hari, yang dapat pula menyebabkan nafsu
makan yang menurun. Pada penderita dapat ditemukan vesikel dan eritema yang
meluas. Hal ini disebabkan penggunaan detergen, sabun keras, minyak tanah, oli,
atau air aki oleh penderita yang kesal karena penyakitnya tidak sembuh-sembuh.5
Ditemukan terowongan (kunikulus) pada tempat predileksi berwarna putih
keabu-abuan dan berkelok-kelok, memilki panjang 2-3 mm, dan pada akhir
terowongan biasanya terdapat papula atau vesikel. Tempat predileksi yang
dimaksud adalah tempat dengan stratum korneum tipis.9
2.2.5. Patogenesis
Kegiatan tungau yang membuat terowongan pada stratum korneum
menyebabkan sensitisasi kulit terhadap ekskret dan sekret yang dikeluarkan
tungau pada masa pembuatan terowongan, sehingga timbul rasa gatal pada
penderita. Gatal paling sering dialami pada malam hari. Erupsi khas dapat
dikenali dengan bentuk terowongan halus dengan panjang 2-3 mm, sedikit
meninggi, berkelok-kelok, dan berwarna putih keabu-abuan. Terowongan
terbentuk akibat gerakan tungau sambil makan hancuran stratum korneum.5
2.2.6. Diagnosis
Diagnosis pasti adalah dengan cara menemukan tungau atau telur tungau
pada kulit penderita, namun menemukan tungau atau telur adalah hal yang sulit
untuk dilakukan.11 Banyak praktisi menegakkan diagnosis berdasarkan dengan
gejala klinis yang khas seperti gatal pada saat malam hari dan berkeringat,
maupun ditemukannya terowongan tungau pada permukaan kulit.12 Hal lain yang
juga dapat dijadikan pegangan diagnosis berdasarkan gejala klinis adalah ada
tidaknya kontak dengan penderita skabies sebelumnya.11

Universitas Sumatera Utara

12

Cara menemukan tungau sebagai diagnosis pasti adalah, antara lain :
1.

Mencari terowongan skabies, kemudian di ujung yang terlihat papula ataupun
vesikel dicongkel dengan menggunakan jarum dan diletakkan di kaca obyek,
lalu ditutup dengan kaca penutup dan dilihat dengan menggunakan
mikroskop cahaya.9

2.

Dengan cara menyikat dengan sikat dan ditampung diatas selembar kertas
dan dilihat dengan kaca pembesar.9

3.

Dengan membuat biopsy irisan dengan cara mejepit lesi dengan 2 jari,
kemusian membuat irisan tipis dengan pisau dan diperiksa dengan mikroskop
cahaya.9

4.

Dengan biopsy eksisional dan diperiksa dengan menggunakan pewarnaan
H.E.9
Namun cara diagnosis lain yang dapat digunakan juga adalah dengan metode

Burrow Ink Test. Tes ini menggunakan tinta untuk dapat menemukan terowongan

halus pada kulit penderita skabies. Cara nya adalah dengan mengoleskan tinta
(Sheaffer cartridge) yang berisi tinta biru ataupun hitam pada papula atau lesi
yang dicurigai. Setelah menutupi lesi dengan tinta, tinta langsung dihapus atau
diusap dengan menggunakan kapas beralkohol untuk menghapus tinta dari
permukaan lesi. Bila hasil positif maka tinta akan mengikuti bentuk terowongan
halus dari tungau, yang bersifat berkelok-kelok. Cara ini merupakan salah satu
cara yang memiliki efisiensi terbaik untuk mendiagnosa skabies.13,14
2.2.7. Diagnosis Banding
Ada beberapa pendapatan yang mengemukakan bahwa penyakit skabies
merupakan penyakit dengan sebutan the great imitator karena dapat menyerupai
banyak penyakit kulit dengan keluhan gatal. Diagnosa banding untuk skabies
antara lain : prurigo, pedikulosis korporis, dermatitis, dan sebagainya.9
2.2.8. Fakto Resiko
Ada beberapa faktor resiko untuk penyakit skabies, dan mayoritas
didalamnya adalah faktor-faktor resiko yang ditemukan di negara berkembang.
Faktor resiko dapat terjadi akibat hubungan erat langsung dengan penderita, yang
umum terjadi di panti asuhan, asrama, dan diantara sesama anggota keluarga.

Universitas Sumatera Utara

13

Faktor resiko lainya adalah keluarga dengan kondisi sosioekonomi rendah dan
sanitasi yang buruk.8
Di negara maju, prevalensi skabies pada anak dan dewasa cenderung sama,
namun pada negara berkembang usia anak dan remaja lebih cenderung untuk
menderita skabies dibandingkan dengan usia dewasa.5 Di Samoa Amerika, anakanak dengan rentang usia 0-4 tahun 4,9 kali lebih rentan terkena skabies daripada
anak-anak usia 14 tahun, sedangkan anak anak berusia 5-9 tahun 2,2 kali lebih
rentan.6 Pada penelitian yang dilakukan di RS Al-Islam Bandung didapatkan
bahwa pasien skabies berusia < 10 tahun sebanyak 29,14 % dan pasien usia 11-20
tahun berjumlah 39,69 %, dibandingkan dengan usia 21-30 tahun hanya berkisar
15,57%, usia 31-40 tahun berjumlah 6,53%, usia 41-50 tahun berjumlah 6,03%
dan usia >50 tahun berjumlah 3,01%.7 Pada penelitian lain diungkapkan juga
bahwa penderita terbanyak skabies adalah anak/remaja usia 5-14 tahun, bila
dibandingkan dengan anak dibawah usia 5 tahun, dan remaja dewasa usia 15-29
tahun.15
Penduduk yang tinggal pada daerah tropis juga lebih rentan untuk terkena
skabies. Dari beberapa penelitian yang telah dikumpulkan WHO sejak tahun
1971-2001, dapat dikatakan bahwa skabies endemik pada daerah tropis, meskipun
beberapa data dari beberapa negara tidak lengkap dikumpulkan. Angka kejadian
skabies yang tercatat pada daerah tropis berkisar antara 0,2%-24%.16 Sementara
itu Mesir, Amerika Selatan, Australia, dan Kepulauan Karibia merupakan contoh
dari beberapa daerah tropis dan sub-tropis dengan angka skabies yang cukup
tinggi.17
2.2.9. Pengobatan
Syarat pengobatan yang ideal dalam penanganan kasus skabies adalah :
1.

Harus efektif dalam mengatasi seluruh stadium hidup tungau.

2.

Tidak menimbulkan iritasi dan bersifat toksik.

3.

Tidak berbau ataupun kotor dan tidak merusak pakaian.

4.

Mudah diperoleh dan murah.
Syarat pengobatannya adalah mengobati seluruh anggota keluarga tanpa

terkecuali, termasuk orang-orang atau kerabat yang sering berhubungan atau

Universitas Sumatera Utara

14

melakukan kontak langsung dari fisik ke fisik kepada penderita.9 Hal tersebut
ditujukan untuk mengurangi angka kejadian ulangan skabies baik pada penderita
maupun pada keluarga dekat penderita.11 Ada beberapa jenis obat topikal yang
dapat digunakan untuk mengobati penyakit skabies. Obat-obatan tersebut adalah :
1.

Belerang endap (sulfur presipitatum) dengan kadar 4-20 % dalam bentuk
krim atau salap. Preparat ini tidak efektif terhadap stadium telur dari tungau,
maka penggunaannya harus 3 hari berturut-turut. Kerugian lain yang
disebabkan oleh preparat ini adalah berbau dan dapat mengotori pakaian,
bahkan terkadang dapat juga menimbulkan iritasi bagi penderita.9

2.

Emulsi benzil-benzoat dengan kadar 20-25 % efektif terhadap semua stadium
tungau, diberikan setiap malam selama 3 kali. Obat ini jarang diperoleh,
sering menimbulkan iritasi, dan terkadang menimbulkan sensasi gatal yang
berlebih setelah dipakai.9

3.

Gama Benzena Heksa Klorida atau gameksan dengan kadar 1 % dalam
bentuk krim atau losio, termasuk pilihan yang efektif terhadap seluruh
stadium tungau, mudah digunakan, dan jarang menimbulkan iritasi bagi
penderita. Namun, obat ini sangat tidak dianjurkan terhadap anak-anak
dibawah usia 6 tahun dan ibu hamil karena bersifat toksis terhadap susunan
saraf pusat.9

4.

Krotamiton dengan kadar 10 % dalam bentuk krim maupun solusio juga
merupakan obat pilihan, karena efeknya sebagai anti skabies dan anti gatal.
Namun penggunaan obat ini harus menghindari daerah mata, mulut, dan
uretra.9

5.

Permetrin dengan kadar 5 % dalam krim, tidak terlalu toksik dibandingkan
dengan gameksan, memiliki tingkat efektif yang sama dengan gameksan,
diaplikasikan cukup sekali dan dihapus setelah 10 jam. Bila belum sembuh,
dapat diulangi setelah seminggu. Obat ini sangat tidak dianjurkan pada bayi
di bawah usia 2 bulan.9
Sejauh ini, belum ada konsensus internasional mengenai jadwal pengobatan

skabies, dan rekomendasi dari suatu negara belum berarti dapat diterapkan di
negara lain.11

Universitas Sumatera Utara

15

2.2.10. Pencegahan
Pencegahan infeksi skabies biasanya dilakukan dengan cara memperbaiki
sanitasi dan lingkungan sekitar. Pakaian, seprei dan sarung bantal/guling harus
dengan menggunakan air panas. Kasur, bantal dan guling dijemur setidaknya 2
kali dalam seminggu. Berikutnya, ventilasi tempat tinggal harus diperbaiki. Pada
lingkungan yang padat biasanya rumah tidak memiliki jendela yang menyebabkan
sinar matahari tidak dapat masuk ke dalam rumah. Perlu dipasang beberapa
jendela dalam satu rumah agar sinar matahari dapat memasuki ruangan rumah.5
2.2.11. Prognosis
Dengan pemilihan obat yang baik, dan cara pemberian obat yang tepat,
diikuti dengan pencegahan yang benar untuk menghilangkan faktor predisposisi,
maka penyakit ini dapat disembuhkan dan memberi prognosis yang baik.9
2.3. Hubungan Perilaku dan Skabies
Cara penularan skabies adalah melalui kontak langsung kulit ke kulit dan
kontak tak langsung dengan cara peminjaman barang barang pribadi dari
penderita skabies. Hal ini berhubungan dengan faktor resiko dari skabies dan yang
menghubungankan kedua hal ini adalah perilaku. Seperti yang telah dibahas,
perilaku terdiri dari pengetahuan, sikap, dan tindakan.1,5
Pengetahuan memengaruhi penularan dan faktor resiko dengan cara
mengetahui gejala penyakit, sebab, dan mengetahui apakah penyakit tersebut
dapat menular atau tidak, mengetahui fungsi sanitasi yang baik juga merupakan
indikator yang memengaruhi kejadian skabies. Sikap memengaruhi penularan
dengan cara individu sudah dapat melakukan penilaian terhadap sekitarnya.
Misalnya, seseorang dapat menilai apakah temannya sedang menderita penyakit
skabies, sehingga dapat menentukan sikap yang harus dia ambil, apakah harus
tetap meminjam atau saling berganti barang pribadi, atau berhenti saling
meminjam barang sampai penyakit temannya telah sembuh. Dan terakhir,
tindakan sangat memengaruhi penularan dan faktro resiko dari skabies. Tindakan
memengaruhi penularan dengan cara apakah dia telah menjaga sanitasi yang baik,
dan apakah telah melakukan pencegahan terhadap skabies.1,5

Universitas Sumatera Utara