Gambaran Perilaku Penghuni Panti Asuhan Bait Allah Medan Terhadap Pencegahan Skabies

(1)

GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN TERHADAP PENCEGAHAN SKABIES

Oleh :

TRINYANASUNTARI MUNUSAMY 070100235

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

GAMBARAN PERILAKU PENGHUNI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN TERHADAP PENCEGAHAN SKABIES

KARYA TULIS ILMIAH

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana kedokteran

Oleh :

TRINYANASUNTARI MUNUSAMY 070100235

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

Judul Penelitian: Gambaran Perilaku Penghuni Panti Asuhan Bait Allah, Medan Terhadap Pencegahan Skabies

Nama: Trinyanasuntari Munusamy Nim : 070100235

Dosen Pembimbing Penguji I

(dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed) ( dr . Sufitni, M.Kes)

Penguji II

( dr. Supriatmo,sp A)

Medan 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp. PD-KGEH) NIP: 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Pendahuluan. Skabies merupakan suatu manifestasi kulit yang disebabkan oleh tunggau Sarcoptes scabiei var. hominis. Banyak faktor yang menjadi faktor predisposisi untuk transmisi skabiasis seperti kesesakan, immigrasi, penjagaan kesehatan yang jelek, nutrisi yang kurang dan kontak seksual. Panti asuhan beresiko tinggi untuk tertularnya penyakit skabies karena mempunyai banyak faktor predisposisi dan hygiene memainkan peranan penting dalam pencegahan skabies.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku penghuni Panti Asuhan Bait Allah dalam pencegahan skabies. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif,pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah studi potong lintang (cross sectional) dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non-random dengan metode sampel quota. Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 44 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan pengetahuan responden terhadap pencegahan skabiasis dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 59.1% , sedangkan pada kategori baik 40.9. Hasil uji sikap dan tindakan responden terhadap pencegahan skabiasis mayoritas berada dalam kategori sedang, yaitu 45.5%, 15.5% baik dan 25.0% dengan sikap dan tindakan yang kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sikap dan tindakan serta pengetahuan penghuni panti asuhan Bait Allah berada dalam kategori sedang. Diharap penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penelitian cohort studies agar hubungan tingkat pengetahuan dengan prevalensi terjadinya skabies dapat dikaji. Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, pencegahan skabies, Sarcoptes scabiei


(5)

ABSTRACT

Introduction. Scabies is a skin manifestation caused by Sarcoptes scabiei var.

hominis. There are many risk factor that causes transmission of this disease. This

includes overcrowding, immigration, poor personal hygiene, poor nutrition and sexual contact. Orphanage house has the highest risk of transmitting the disease, and hereby, personal hygiene of the residents is among the highly influenced prevention of scabies.

Methods: The aim of this research is to know the knowledge attitude and action of the residents of Bait Allah Orphanage House on prevention of scabies. This is a descriptive research with cross-sectional approach and the sample withdrawal is done by using a non-random with quota sampling method.

Results. With the total sample of 44 respondents, the results shows that the majority of the respondent’s knowledge on prevention of scabies is on the average category that is 59.51%, the good category and 40.9% on the less category. The research result on the respondents’ attitude and action on prevention of scabies shows that the majority of the respondents are on the average category which is 45.5% and the fewer categories is 25.0%. The good category has 15.5%. No any respondents have a good knowledge on prevention of scabies.

Discussion. From the results mentioned above, we can conclude that the residents

there have an average attitude, action and knowledge. By conducting this research, hopefully there will be a further research conducted using cohort studies in order to find the prevalention of scabies and the relationship with the knowledge of the residents

Key words: knowledge, attitude, action, scabies prevention, Sarcoptes scabiei var.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dalam rangka memenuhi kewajiban untuk diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Rasa hormat, cinta dan terima kasih yang dalam saya persembahkan kepada kedua orang tua penulis, serta adik-adikku atas doa dan dukungannya selama ini kepada saya selama menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Saya mengucapkan terima kasih kepada dr. Hemma Yulfi, DAP&E, M.Med.Ed selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang telah menyediakan waktu, tenaga, pemikiran dan kesabarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik. Dalam penelitian Karya Tulis Ilmiah ini, saya juga mendapatkan bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dosen penguji seminar proposal dan hasil penelitian dr.Supriatmo, dr.Sufitni serta Dekan Fakultas Kedokteran USU dan seluruh staf pengajar FK USU.

2. Penghuni Panti Asuhan Bait Allah yang telah memberikan kerjasama dengan mengisi kuesioner yang diberikan.

3. Teman-teman angkatan 2007 FK USU yang telah membantu dalam penyusunan dan pengumpulan data Karya Tulis Ilmiah ini.


(7)

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi isi maupun bahasanya. “Tak ada gading yang tak retak”. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi menyempurnakan Karya Tulis Ilmiah ini di masa yang akan datang. Akhirnya peneliti mengharapkan semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat membawa manfaat terutama bagi peneliti sendiri dan para pembaca sekalian.

Medan, Nopember 2010

Trinyanasuntari Munusamy NIM : 070100235


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN ... 3

ABSTRAK ... 4

ABSTRACT ... 5

KATA PENGANTAR ... 6

DAFTAR ISI ... 8

DAFTAR TABEL ... 10

DAFTAR GAMBAR ... 12

DAFTAR LAMPIRAN ... 12

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 13

1.2 Rumusan Masalah... 14

1.3 Tujuan Penelitian... 14

1.4 Manfaat Penelitian... 14

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Skabies... 15

2.2 Perilaku dan Tindakan... 21

2.3 Sifat Kulit sebagai Barrier terhadap Infeksi ... 22

2.4 Personal Hygiene sebagai Pencegahan Skabies ……… 23

2.5 Kepadatan sebagai Faktor Predisposisi Skabies……… 23

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 25

3.2 Defenisi Operasional... 26

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian... 29

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian... 29

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian... 29

4.4 Metode Pengumpulan Data ... 30


(9)

4.4.2. Reliabilitas ... 31

4.5 Metode Analisa Data ... 33

4.6 Etika Penelitian ... 33

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... ... 34

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 34

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden ... 34

5.1.3. Distribusi Jenis Kelamin Penghuni ... 35

5.1.4. Distribusi Umur Penghuni ... 35

5.1.5. Distribusi Frekuensi Jawaban responden pada variabel Pengetahuan………. 36

5.1.6. Distribusi Frekuensi Jawaban responden pada variabel Sikap dan tindakan……… 37

5.2 Pembahasan 5.2.1. Pengetahuan ………. 42

5.2.2. Sikap dan tindakan ……….. 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ………. 47

6.1. Kesimpulan ………. 47

6.2. Saran ……… 47

DAFTAR PUSTAKA ... 48 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1 Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, 26 Hasil Ukur dan Skala Ukur

4.1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk

Tiap Pertanyaan dalam Kuesioner 32

5.1 Distribusi Jenis Kelamin Penghuni 35

5.2 Distribusi umur Penghuni 35

5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada

Variabel Pengetahuan 36

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan

Pengetahuan 37

5.5 Distribusi Penghuni 38


(11)

5.7 Distribusi Penggunaan bahan 39

5.8 Distribusi Kongsi bahan 39

5.9 Distribusi Tukar sprai 39

5.10 Distribusi Cuci pakaian 40

5.11 Distribusi Pengobatan 40

5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap

dan Tindakan 41


(12)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Model Health Belief 21

Gambar 3.1 Kerangka konsep tentang sikap dan perilaku 25 Penghuni terhadap pencegahan skabies

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup Lampiran 2 Lembar Penjelasan

Lampiran 3 Lembar Persetujuan Selepas Penjelasan Lampiran 4 Lembar Kuesioner

Lampiran 5 Lembar Izin Penelitian dan Pengumpulan Data

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan


(13)

ABSTRAK

Pendahuluan. Skabies merupakan suatu manifestasi kulit yang disebabkan oleh tunggau Sarcoptes scabiei var. hominis. Banyak faktor yang menjadi faktor predisposisi untuk transmisi skabiasis seperti kesesakan, immigrasi, penjagaan kesehatan yang jelek, nutrisi yang kurang dan kontak seksual. Panti asuhan beresiko tinggi untuk tertularnya penyakit skabies karena mempunyai banyak faktor predisposisi dan hygiene memainkan peranan penting dalam pencegahan skabies.

Metode. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran perilaku penghuni Panti Asuhan Bait Allah dalam pencegahan skabies. Penelitian ini dilakukan dengan metode penelitian deskriptif,pendekatan yang digunakan pada desain penelitian ini adalah studi potong lintang (cross sectional) dan pengambilan sampel dengan menggunakan teknik non-random dengan metode sampel quota. Hasil. Dengan jumlah sampel sebanyak 44 orang, diperoleh hasil penelitian yang menunjukkan pengetahuan responden terhadap pencegahan skabiasis dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 59.1% , sedangkan pada kategori baik 40.9. Hasil uji sikap dan tindakan responden terhadap pencegahan skabiasis mayoritas berada dalam kategori sedang, yaitu 45.5%, 15.5% baik dan 25.0% dengan sikap dan tindakan yang kurang.

Diskusi. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa sikap dan tindakan serta pengetahuan penghuni panti asuhan Bait Allah berada dalam kategori sedang. Diharap penelitian ini dapat dilanjutkan dengan penelitian cohort studies agar hubungan tingkat pengetahuan dengan prevalensi terjadinya skabies dapat dikaji. Kata kunci: pengetahuan, sikap, tindakan, pencegahan skabies, Sarcoptes scabiei


(14)

ABSTRACT

Introduction. Scabies is a skin manifestation caused by Sarcoptes scabiei var.

hominis. There are many risk factor that causes transmission of this disease. This

includes overcrowding, immigration, poor personal hygiene, poor nutrition and sexual contact. Orphanage house has the highest risk of transmitting the disease, and hereby, personal hygiene of the residents is among the highly influenced prevention of scabies.

Methods: The aim of this research is to know the knowledge attitude and action of the residents of Bait Allah Orphanage House on prevention of scabies. This is a descriptive research with cross-sectional approach and the sample withdrawal is done by using a non-random with quota sampling method.

Results. With the total sample of 44 respondents, the results shows that the majority of the respondent’s knowledge on prevention of scabies is on the average category that is 59.51%, the good category and 40.9% on the less category. The research result on the respondents’ attitude and action on prevention of scabies shows that the majority of the respondents are on the average category which is 45.5% and the fewer categories is 25.0%. The good category has 15.5%. No any respondents have a good knowledge on prevention of scabies.

Discussion. From the results mentioned above, we can conclude that the residents

there have an average attitude, action and knowledge. By conducting this research, hopefully there will be a further research conducted using cohort studies in order to find the prevalention of scabies and the relationship with the knowledge of the residents

Key words: knowledge, attitude, action, scabies prevention, Sarcoptes scabiei var.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar belakang

Skabies merupakan suatu kondisi kulit yang diakibatkan oleh tungau. Ini menampakkan gejala seperti gatal yang hebat pada waktu malam di celah-celah jari, bagian punggung dan alat kelamin. Skabies mempunyai epidemiologi yang luas sejak 3000 tahun dahulu di Asia Tengah, Cina dan India. Wabah skabies dapat terjadi secara lokal atau secara besar-besaran yaitu epidemik atau pandemik. Banyak faktor yang berperanan dalam terjadinya skabies. Faktor predisposisi yang umum adalah seperti kepadatan penduduk (Walton SF, 2004), imigrasi, kebersihan yang buruk, status gizi buruk, tunawisma, demensia, dan kontak seksual. Langsung kulit-ke-kulit antara 15 dan 20 menit yang dibutuhkan untuk menularkan tungau dari satu orang ke orang lain.

Populasi yang dipilih yaitu penghuni Panti Asuhan mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya skabies. Penghuni Panti Asuhan juga mudah terinfeksi atau terinfestasi karena kepadatan dan kesesakan pada tempat tinggal yang memudahkan proses penularan sesuatu penyakit.

Panti Asuhan di Medan yang dipilih untuk penelitian ini adalah Yayasan Panti Asuhan Bait Allah. Panti Asuhan ini terdiri dari 50 penghuni dengan keadaan sebuah kamar kecil memuatkan lebih kurang 10 orang didalamnya. Tempat tidur penghuni juga tidak dalam keadaan yang baik dan tidak cukup untuk memuatkan semua penghuninya. Pengetahuan penghuni Panti Asuhan ini mengenai perilaku hidup yang bersih dan sehat masih dipersoalkan.


(16)

1.2 Rumusan Masalah

Keterbatasan mengenai penelitian yaitu gambaran perilaku penghuni Panti Asuhan dalam pencegahan skabies di Medan adalah penyebab penelitian ini dilakukan. Suatu penelitian evaluatif terhadap perilaku penghuni Panti Asuhan terhadap pencegahan skabies diperlukan. Bagaimanakah gambaran perilaku penghuni Panti Asuhan dalam pencegahan skabies di Medan?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran perilaku penghuni Panti Asuhan Bait Allah dalam pencegahan skabies.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengetahuan anak Panti Asuhan Bait Allah terhadap pencegahan skabies.

2. Mengetahui sikap anak Panti Asuhan terhadap pencegahan skabies. 3. Mengetahui tindakan anak Panti Asuhan terhadap pencegahan

skabies.

1.4Manfaat Penelitian:

• Memberi data primer tentang gambaran perilaku penghuni Panti Asuhan terhadap pencegahan skabies.

• Masukkan untuk strategi pengolahan skabies di asrama.

• Hasil dari penelitian ini, harap dapat menjadi rujukan untuk penelitian-penelitian sebegini pada masa akan datang.

• Untuk peneliti, penelitian ini diharap dapat menambahkan wawasan dan pengetahuan tentang cara-cara membuat penelitian dengan benar


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Skabies

Skabies pada manusia adalah penyakit yang sangat menular yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei var. hominis. Tungau ini adalah parasit obligat untuk manusia. Skabies tidak hanya menular dengan penyakit seksual semata-mata (Habif, 2007) tetapi mempunyai banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhinya seperti “personal hygiene” yang jelek dan sebagainya.

Secara epidemiologik, distribusi skabies adalah pada seluruh negara dan beberapa daerah seperti Kepulauan Carribean merupakan endemik dengan hampir kesemuanya mengalami penyakit ini. Pada masa lalu, skabies muncul dalam suatu siklus yang dikenal sebagai gatal tujuh tahun (Sterry 2006), tapi ini tidak lagi terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, epidemik lebih pada panti jompo, panti asuhan dan beberapa tempat yang mungkin mengalami kesesakan.

Faktor predisposisi umum adalah kepadatan penduduk (Walton SF,2004) imigrasi, kebersihan yang buruk, status gizi buruk, tunawisma, demensia, dan kontak seksual. Selain itu, diasosiasi dengan gangguan lain yang umum seperti infeksi dengan leukemia T-sel manusia atau limfoma virus I (HTLV-1) dan HIV dikaitkan dengan terjadinya skabies (Chosidow O, 2000) Kontak langsung kulit-ke-kulit antara 15 dan 20 menit dibutuhkan untuk memindahkan tungau dari satu orang ke orang lain. (Hicks dan Elston, 2009).

Sarcoptes scabiei var. hominis atau juga dikenal sebagai tungau , adalah di kelas Arachnida arthropoda, subkelas Acari dan keluarga Sarcoptidae (Centers for Disease Control and Prevention,2008). Secara anatomis tungau dewasa adalah 0.3-0.4 mm panjang ( Hunter, Savin dan Dahl, 2006) dan memiliki tubuh pipih, oval dengan wrinklelike, korugasi melintang dan delapan kaki. Saluran


(18)

pencernaan mengisi sebagian besar tubuh dan mudah diamati bila tungau dilihat pada specimen histologiknya. ( Habif, 2007)

Siklus hidup tungau berlangsung selama 30 hari dan dihabiskan dalam epidermis manusia. Tunggau ini biasanya merangkak atau crawl dengan kecepatan 2.5cm pada permukaan kulit yang bersuhu normal (Chosidow, 2006). Setelah kopulasi, tungau jantan mati dan tungau betina membentuk liang ke dalam lapisan kulit yang dangkal dan meletakkan kira-kira 60-90 telurnya. Ova membutuhkan 10 hari untuk berkembang menjadi tahap larva dan nimfa menjadi tungau dewasa. Kurang dari 10% dari telur berkembang menjadi tungau dewasa. Setelah impregnasi pada permukaan kulit, tungau betina mengeluarkan substansi keratolytic berupa protease untuk mendegradasi stratum korneum dan membentuk terowongan ke stratum korneum, sering membentuk terowongan yang dangkal dalam waktu 30 menit. Secara bertahap memperluas saluran ini dengan kira-kira 0,5-5 mm/24 jam sepanjang batas stratum granulosum. Dideposit 1-3 telur oval dan banyak pelet kotoran coklat (scybala) setiap hari (Behrman, 2007). Ketika selesai bertelur , dalam 4-5 minggu, tungau betina meninggal dalam liang itu. Telur menetas dalam 3-5 hari, melepaskan larva yang pindah ke permukaan kulit dan bertukar menjadi nimfa. Kematangan dicapai dalam waktu sekitar 2-3 minggu. Setelah kopulasi terjadi, tungau betina menyerang kulit untuk melengkapi siklus hidup.

Mereka memberi makan pada jaringan terlarut tetapi tidak menelan darah. Scybala (tinja) tertinggal karena perjalanan melalui epidermis, membentuk lesi klinis linear diakui sebagai liang atau burrow (Cordoro, 2009). Masa inkubasi sebelum timbulnya gejala tergantung pada apakah infestasi itu merupakan pemaparan awal atau kekambuhan atau infeksi ulang. Setelah infestasi awal, reaksi hipersensitivitas tipe IV berlaku terhadap kutu, telur, atau scybala yang berkembang selama 4-6 minggu berikutnya. Individu yang peka hasil dari proses sensitisasi sebelumnya dapat mengembangkan gejala dalam beberapa jam


(19)

pemaparan ulang. Reaksi hipersensitivitas bertanggung jawab atas pruritus intens yang merupakan ciri penyakit klinis.

Sistem imun tubuh banyak memainkan peranan dalam infestasi tungau ini. Secara imunologis, reaksi hipersensitivitas tipe IV dan bukan respons asing-tubuh bertanggung jawab atas lesi, yang mungkin menunda tampaknya gejala skabiasis. Peningkatan titer IgE terjadi pada beberapa pasien yang kronis , bersama dengan eosinofilia, dan reaksi hipersensitivitas tipe segera terhadap ekstrak yang dibuat dari tungau betina. Tingkat IgE menurun dalam waktu setahun setelah infestasi tetapi Eosinofilia kembali normal segera setelah perawatan. Gejala diakui berkembang jauh lebih cepat pada waktu reinfestasi, dan ini membuktikan bahwa gejala dan lesi dari skabies adalah hasil dari reaksi hipersensetivitas. (Habif, 2007). Penyakit ini dimulai secara pasif. Gejala berupa seperti gigitan serangga dan tampak seperti kulit kering. Menggaruk lokasi terowongan akan menghancurkan dan menghapuskan tungau serta memberikan kelegaan pada peringkat awal (Habif, 2007). Pasien tetap nyaman selama hari tapi gatal pada malam hari.Gejala klinis yang paling umum adalah pruritus yang amat sangat pada waktu malam. Bagi orang dewasa, lesi kelihatan terutama pada aspek fleksor pergelangan tangan, ruang web interdigital tangan, kaki punggung, aksila, siku, pinggang, pantat, dan alat kelamin. Pruritic papula dan vesikula di dalam skrotum dan penis laki-laki dan bagi perempuan areolae sangat khas (Cordoro, 2009). Secara fizik, lesi boleh digolongkan menjadi lesi primer dan sekunder. Lesi primer adalah manifestasi pertama dari kutu, dan ini biasanya meliputi papula kecil, vesikula, dan liang. Lesi sekunder hasil menggosok dan menggaruk-garuk, dan mereka mungkin menjadi satu-satunya manifestasi klinis dari penyakit ini. Jika demikian, diagnosis harus disimpulkan oleh sejarah, distribusi lesi, dan gejala yang menyertainya.

Sifat dari lesi primer adalah distribusi ini sangat khas. Burrows adalah tanda patognomonik dan merupakan terowongan intraepidermal diciptakan oleh tungau betina bergerak. Mereka muncul sebagai serpiginous, keabu-abuan dan seperti


(20)

benang ketinggian berkisar 2-10 milimeter panjang. Mereka tidak nampak dan harus aktif dicari. Sebuah titik hitam dapat dilihat di salah satu ujung liang itu, yang mengindikasikan keberadaan sebuah tungau. Ukuran sebanyak 2 - 5 mm papula merah yang dominan ditemukan di daerah intertriginosa atau hangat dan dilindungi (Frankel, 2006). Eritem dan vesikula terlihat dalam distribusi khas pada orang dewasa. Vesikula adalah lesi diskrit diisi dengan cairan yang jelas, walaupun mungkin muncul cairan keruh jika vesikel yang lebih dari beberapa hari tua. Papula jarang mengandung kutu dan kemungkinan besar merupakan suatu reaksi hipersensitivitas. Papula yang umum pada batang penis pada pria dan di areolae pada wanita.

Sifat dari lesi sekunder adalah lesi merupakan hasil dari menggaruk, infeksi sekunder, dan atau respon kekebalan host terhadap kutu dan produk mereka. Karakteristik temuan termasuk excoriasi, eksim luas, pengerasan kulit berwarna madu, hiperpigmentasi postinflammatory, erythroderma, nodul prurigo, dan Pioderma.

Terdapat variasi dari lesi yang berupa pioderma yaitu pruritus mengarah ke eksoriasi dan erosi yang menjadi infeksi sekunder. Pada beberapa bagian, terbentuk lingkaran berupa impetigo yang menyebakan terjadinya glomerulonefritis. Selain itu, Skabies incognita merujuk pada pasien dengan

personal hygine yang baik dan terjaga serta pasien dengan penggunaan obat

kortikosteroid topikal, dimana pada kedua golongan ini diagnosis dari skabiasis hanyalah berdasarkan dari keluahan pruritus sahaja. Skabies nodular merupakan papula persisten yang biasanya kelihatan pada bayi dengan lokasi paling sering adalah pangkal paha, aksila, dan alat kelamin. Kadang-kadang terlihat pada orang dewasa terutamanya pada bagian alat kelamin. Pada biopsi, kelihatan infiltrat walaupun setelah lama dieliminasi tungaunya. Ini karena kehadiran antigen secara persisten. (Sterry 2006).


(21)

Diagnosa berdasarkan oleh identifikasi mikroskopis tungau, larva, ova, atau scybala (pelet tinja) dalam mengorek kulit. Selain itu, Peningkatan titer imunoglobulin E dan eosinofilia mungkin akan ditunjukkan pada beberapa pasien dengan infeksi skabies ( Cordoro, 2009). Secara klinikal, dapat dideteksi amplifikasi DNA oleh Sarcoptes dalam skala epidermis oleh Polymerase Chain

Reaction (Hicks dan Elston, 2009). Selain itu, penggunaan alat seperti Dermoskopi

memungkinkan mengidentifikasi struktur segitiga yang sesuai dengan bagian anterior dari tungau termasuk bagian mulut dan 2 pasang kaki depan. Aspek ini telah digambarkan sebagai pesawat jet mirip dengan jejak, sebuah glider delta atau spermatozoid. Dermoskopi adalah alat yang berguna untuk diagnosis skabiasis baik sebagai tes diagnostik atau panduan bagi tes diagnostik tradisional (Prins C,2004).

Prosedur dalam pemeriksaan adalah untuk scrapping kulit, tempatkan setetes minyak mineral pada slide kaca, menyentuh minyak mineral, dan situs menggores kulit penuh dengan menggunakan scapel blade No.15 ( Habif, 2007), sebaiknya lesi primer seperti vesikula, papula , dan liang. Kulit dikorek diletakkan pada slide kaca, ditutupi dengan coverslip, dan diperiksa di bawah mikroskop cahaya pada pembesaran 40x. Beberapa korekan diperlukan untuk mengidentifikasi tungau atau produk mereka. Alternatif lain adalah dengan menggunakan solusi tetrasiklin Topical untuk uji tinta liang. Setelah aplikasi dan penghapusan solusi tetrasiklin kelebihan dengan alkohol, liang itu diperiksa di bawah lampu Wood. Tetrasiklin tersisa dalam liang fluoresces warna kehijauan. Metode ini lebih disukai karena tetrasiklin merupakan solusi yang tidak berwarna dan daerah besar kulit dapat diperiksa.

Dalam pemeriksaan histologis, didapati bahwa adanya infiltrat yang superfisial dan dalam terdiri dari limfosit, histiosit, sel mast, dan eosinofil. Spongiosis dan pembentukan vesikel dengan exocytosis dari eosinofil dan neutrofil sesekali hadir. Biopsi dari lesi yang lebih tua tidak berguna untuk diagnostik karena tidak persis.


(22)

Kondisi Kulit kadang-kadang selesai spontan. Penatalaksaan berupa 5% pimetrin atau krim permetrin (Elimite) atau hexachloride gamma benzena (lindana), tetapi mungkin neurotoksik dan tidak disarankan untuk wanita hamil atau menyusui (Cordoro, 2009). Juga boleh digunakan crotamiton 10%, N-etil-o-crotonotoluidide (Eurax) untuk bayi di bawah 2 bulan. Mandi air hangat sebelum aplikasi karena ini meningkatkan efektivitas pengobatan dan harus diingat bahwa dengan daerah lesi, penyerapan meningkat. Selimut dan pakaian harus dicuci selalu dengan air panas. Untuk kasus resisten atau epidemic, ivermectin 150-400μg/kg po diberikan pada hari 1 dan 14 adalah sangat efektif (Sterry 2006).

Scabicide harus diterapkan selama 8 sampai 12 jam dan kemudian dibersihkan.

Ulangi aplikasi dalam 1 minggu jika tungau hidup atau telur yang masih ada. Hilangkan fomites dengan mencuci pakaian dan alas tidur dan panas pengeringan (lebih dari 50 º C) atau dengan menyimpan dalam wadah plastik tertutup selama 7 hari.

Kegagalan perawatan jarang jika pedoman diikuti. Pruritus mungkin memerlukan antihistamin atau penggunaan singkat dari kortikosteroid topikal atau oral. Infeksi Sekunder mengharuskan penggunaan antibiotik berdasarkan pada data kultur dan sensitivitas. Flaring atau pengaktifan kembali sudah ada ekzema atau dermatitis atopik memerlukan penggunaan pengobatan ekzema standar.

Komplikasi dari skabies adalah Acarophobia yaitu takut terhadap infeksi yang persisten selepas pengobatan. Ini boleh menyebabkan efek psikik yang serius pada pasien (Sterry 2006). Selain itu, boleh juga menyebabkan sepsis sekunder dan komplikasi pasca-infeksi. Beberapa pasien mengalami bentuk ekstrim dari penyakit ini, yaitu crusted scabies, di mana ratusan tungau dapat menempati kulit menyebabkan pengerasan kulit yang parah dan hiperkeratosis (Walton SF,2004). Prognosis sangat baik dengan diagnosa yang tepat dan perawatan pada orang yang sehat. Bagi pasien yang Immunocompromised mempunyai risiko mendapat crusted


(23)

2.2 Perilaku dan Tindakan

Perilaku dan tindakan penghuni Panti Asuhan dalam penjagaan hygiene adalah penting dalam pencegahan skabies. Beberapa faktor yang menjadi predisposisi dalam infestasi terhadap skabies adalah personal hygiene yang tidak terjaga, kepadatan dan kesesakan, kemiskinan, kurang pengetahuan, kontak langsung dengan orang terinfestasi dan penggunaan peralatan yang terkontaminasi (Benjamin, 2009). Dibawah ini menunjukkan adaptasi dari Health Belief Model, ini menunjukan keterkaitan antara suatu faktor dengan faktor lainnya dengan resiko terjadinya infestasi.

Persepsi Individual Faktor dimodifikasi Kemungkinan tindakan

Gambar 2.1 Model Health Belief

Ancaman terhadap

Variabel Demografik: umur, jenis kelamin, status sosial ( Pengetahuan mengenai infeksi, paparan awal terhadap infeksi)

Sinyal untuk tindakan: kampanye media Massa,

nasihat dari orang lain, penyakit dari anggota keluarga atau teman-teman, artikel Koran atau majalah dan persuassi orang lain yang signifikan

Kemungkinan mengambil tindakan preventif kesehatan yang direkomendasikan. Contohnya personal hygiene, immunisasi, isolasi, eliminasi terhadap sumber infeksi dan timbulkan kesadaran dianggap kerentanan terhadap infeksi kulit. Contohnya kemiskinan, kepadatan dan kesesakan, hygiene buruk, kontak dengan orang terinfeksi, lingkungan kurang sehat ( bahaya infeksi kulit)

Tindakan pencegahan infeksi kulit, ada batasan terhadap pencegahan.Conto hnya kurang pengetahuan dan motivasi kesehatan diri yang rendah


(24)

Model Health Belief ini adalah pendekatan yang paling berpengaruh berkenan untuk menjelaskan cara-cara bagi orang sehat dan orang-orang sakit mencari nasihat untuk menghindari kondisi penyakit. Model ini menyediakan alat untuk mengidentifikasi persepsi masyarakat tentang penyakit dan proses pengambilan keputusan dalam mencari pelayanan kesehatan. Perilaku mencari kesehatan dipantau dari perspektif model dipengaruhi oleh beberapa variabel. Unsur-unsur utama dari model ini adalah adalah persepsi individu terhadap ancaman penyakit, memodifikasi faktor-faktor dan kemungkinan tindakan yang dilakukan.

2.3 Sifat Kulit sebagai Barrier terhadap Infeksi

Rata-rata orang dewasa memiliki luas permukaan kulit sekitar 1, 75 m2. Bagian permukaan kulit, epidermis, memiliki lima lapisan. Stratum korneum, lapisan terluar, terdiri dari rata sel-sel mati (korneosit atau squames) melekat satu sama lain untuk membentuk suatu lapisan, keratin bergerigi dicampur dengan beberapa lipid, yang membantu menjaga hidrasi, kelenturan, dan efektivitas dari

barrier kulit. Lapisan keratin bergerigi ini dibandingkan dengan dinding bata

(korneosit) dan mortir (lipid) dan berfungsi sebagai pelindung utama (Jarrett A, 2009). Sekitar 15 lapisan membentuk stratum korneum, diganti setiap 2 minggu dimana lapisan baru dibentuk setiap hari (Schaefer H, 2009). Dari kulit yang sehat, sekitar 107 partikel yang disebarkan ke udara setiap hari, dan 10% dari kulit squames mengandung bakteri (Noble WC, 2009). Penyebaran organisme yang lebih besar terjadi pada laki-laki daripada perempuan dan bervariasi antara orang yang menggunakan regimen higienis yang sama sebanyak lima kali lipat.

Kadar air, kelembaban, pH, lipid intraselular, dan tingkat peluruhan membantu mempertahankan sifat pelindung kulit. Ketika barrier terganggu, misalnya, dengan terjadinya kulit kering, iritasi, retak dan terbentuk terowongan akibat tungau, struktur kulit akan terganggu.


(25)

2.4 Personal Hygiene sebagai Pencegahan Skabies

Hygiene dedefinisikan sebagai ilmu kebersihan dan meningkatkan kesehatan

baik individu dan masyarakat (The Columbia Encyclopedia, 2008). Hygiene memiliki banyak aspek seperti kebersihan pribadi yang terdiri dari kebiasaan hidup yang teratur, kebersihan tubuh dan pakaian, diet sehat, seimbang rejimen istirahat dan olahraga. Kebersihan domestik seperti sanitasi dalam persiapan makanan, kebersihan, dan ventilasi rumah. Kebersihan umum seperti pengawasan air dan suplai makanan, penahanan penyakit menular, pembuangan sampah dan limbah, pengendalian pencemaran udara dan air. Kebersihan industri seperti langkah-langkah yang meminimalkan penyakit kerja dan kecelakaan serta higiene mental yaitu faktor mental dan emosional dalam gaya hidup sehat. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization-WHO) mempromosikan praktek-praktek higienis di tingkat internasional. Antaranya adalah tabiat mandi yaitu membersihkan kulit dengan penghapusan mekanik bakteri dari korneosit. Jumlah bakteri yang setidaknya sama tinggi atau lebih tinggi setelah mandi atau mandi dengan sabun biasa daripada sebelumnya. Untuk pencegahan skabies, sekurang-kurangnya mandi 2 kali sehari diperlukan. Mandi dengan produk antimikroba mengurangi tingkat infeksi kulit dan bisa bermanfaat saat infeksi kulit yang mungkin atau sebelum prosedur bedah tertentu.

2.5 Kepadatan sebagai Faktor Predisposisi Skabies

Kepadatan adalah sejumlah manusia dalam setiap unit ruangan atau sejumlah individu yang berada di suatu ruang atau wilayah tertentu dan lebih bersifat fisik. Suatu Keadaan dikatakan lebih bersifat padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Hasnida S, 2002). Menurut Hasnida, Terlihat bahwa lantai rumah yang kurang dari 10 meter persegi per orang merupakan faktor resiko yang bermakna baik untuk terjadinya


(26)

penyakit. Penelitian terhadap manusia dibuat untuk mengetahui reaksi manusia terhadap kepadatan dan hasilnya dampak memperlihatkan hal-hal negative dari kepadatan. Pertama diperhatikan ketidaknyahmanan dan kecemasan, peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, hingga terjadi penurunan kesehatan. Keduanya adalah peningkatan agresivitas atau menjadi sangat turun yaitu berdiam diri atau murung bila kepadatan tinggi sekali. Juga diperhatikan kehilangan minat untuk berkomunikasi, bekerjasama, dan tolong-menolong sesame anggota kelompok. Ketiga, terjadi penurunan ketekunan dalam pemecahan persoalan atau pekerjaan. Dalam penelitian tersebut diketahui pula bahwa dampak negatif kepadatan lebih berpengaruh terhadap pria berbanding wanita. Pria bereaksi lebih negatif terhadap anggota kelompok baik, pada kepadatan tinggi atau kepadatan rendah justru wanita lebih menyukai anggota kelompoknya pada kepadatan tinggi.

Kesesakan atau crowding merupakan persepsi individu terhadap keterbatasan ruang, sehinga lebih bersifat psikis. Kesesakan terjadi bila mekanisme privasi individu gagal berfungsi dengan baik karena individu atau kelompok terlalu banyak berinteraksi dengan yang lain tanpa diinginkan individu tersebut. Kepadatan yang tinggi dapat mengakibatkan kesesakan pada individu.


(27)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASONAL

3.1 Kerangka Konsep

Pada penelitian ini kerangka konsep tentang sikap dan gambaran perilaku penghuni Panti Asuhan terhadap pencegahan skabies akan diuraikan berdasarkan variabel independen yaitu resiko terjadinya skabies dengan gambaran perilaku Penghuni Panti Asuhan terhadap pencegahan skabies.

Gambar 3.1. Kerangka konsep tentang sikap dan gambaran perilaku penghuni terhadap pencegahan skabies

Gambaran Perilaku

Penghuni Panti Asuhan

terhadap pencegahan Skabies

Resiko terjadinya Skabies • Kepadatan tempat

tinggal

Personal Hygine • Pengetahuan penyakit

kulit


(28)

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1: Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Hasil Ukur dan Skala Ukur

Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur Alat ukur

Hasil ukur Skala Ukur Dependen Gambaran

Perilaku dan sikap penghuni Panti Asuhan terhadap pencegahan skabies

Wawancara Kuesioner 0:Tidak ada tanggapan/

Tidak tahu

1: Sangat tidak baik

2: Tidak baik 3: Baik

4: Sangat Baik 5: Sangat baik sekali

Ordinal

Independen Pengetahuan Resiko terjadinya skabies

Wawancara Kuesioner Pengetahuan

responden baik apabila jawaban responden benar > 75% dari nilai tertinggi

Pengetahuan

sedang apabila jawaban reponden benar antara 40-75% dari nilai


(29)

Untuk variabel dependen, Hasil ukur disesuaikan dengan jawaban pada soalan, dimana nilai 5 diberi bagi perlakuan atau sikap dan tindakan yang sering serta baik dan nilai 0 untuk perlakuan yang jelek. Skor total mewakili sikap dan tindakan seperti dibawah:

5: Sangat baik sekali

Lebih atau sama dengan 30: Baik 20-29 : Sedang Kurang dari 20 : Kurang

tertinggi.

Pengetahuan

kurang apabila jawaban

responden benar < 40% dari nilai tertinggi

0:Tidak ada tanggapan/ Tidak tahu 1: Sangat tidak baik

2: Tidak baik 3: Baik


(30)

Bagi variabel independen, Skala pengukuran mengikut: 2 untuk jawaban ya atau yang paling benar

1 untuk jawaban tidak atau yang mendekati benar 0 untuk jawaban yang salah

Untul soalan 17 dan 18, skor diberikan berdasarkan total (x) yang ditanda pada kotak.

Skor pengetahun dinilai dengan metode (Pratomo 1966) yaitu dengan menilai jawaban responden, dibagi dengan nilai total soalan dan dikali 100%. Contoh seperti dibawah:

x (jawaban responden) / X (total skor soalan) dikali 100%.


(31)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metode potong lintang (cross-sectional). Pengumpulan data akan dilakukan berdasarkan pemberian kuesioner pada kelompok kasus penelitian.

4.2. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Yayasan Panti Asuhan Bait Allah yang berlokasi di Jalan Bijai km.7,5 pasar II/ Jalan Puskesmas, Kelurahan Lalang, Medan. Waktu penelitian direncanakan pada bulan Agustus – Oktober 2010.

4.3. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah penghuni Panti Asuhan Bait Allah data 2008 hingga 2009. Keseluruhan populasi Panti Asuhan ini terdiri dari 50 penghuni. Sampel penelitian ditentukan mengikut beberapa langkah tertentu:

a. Menentukan besarnya sampel yaitu perkiraan besar sampel yang minimal pada penelitian ini diambil berdasarkan rumus dibawah ini, dimana tingkat kepercayaan yang dikehendaki sebesar 95% dan tingkat ketepatan relatif 0, 05 (Notoatmodjo, 2005). Maka diperoleh 44 sampel secara keseluruhan dan teknik sampling yang akan digunakan adalah Non-Random dengan metode Quota sampling.


(32)

n = N

1+ N ( d2 ) n= Besar sampel

dimana: N= Besar Populasi; 50 Penghuni

d= Tingkat Kepercayaan/ ketepatan; 95%

b. Memilih sampel yaitu berdasarkan teknik Non-random, metode quota sampling diambil sebanyak 44 sampel responden untuk penelitian ini.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan adalah berupa kuesionar pada penghuni di Panti Asuhan. Kuesionar yang dibuat sendiri ini akan dinilai berdasarkan wawancara dengan cara pencatatan Field Rating yaitu dilakukan dengan cara sebelum mengadakan pencatatan dengan sendirinya, saya mempersiapakan terlebih dulu kuesioner mengenai data yang akan dikumpulkan, dan sekali gus memperhitungkan jawaban yang digolongkan ke dalam beberapa kategori. Tiap-tiap kategori diberi nilai atau “kata nilai”. Dalam penelitian ini, tindakan dan sikap, jawaban disediakan seperti berikut:

Selain itu, metode pencatatan data wawancara dengan kode atau Field Coding juga digunakan. Jawaban responden dinilai tanda atau kode. Kode berupa huruf atau

• 0:Tidak ada tanggapan / Tidak tahu • 1: Sangat tidak baik

• 2: Tidak baik • 3: Baik

• 4: Sangat Baik • 5: Sangat baik sekali


(33)

tanda-tanda lain yang mengkiaskan jawaban-jawabannya. Digunakan huruf A,B,C,D dan E, tanda positif (+) atau tanda negatif (-), atau tanda (x) pada kotak berkenaan untuk mewakili jawaban ”ya” atau ”tidak”.

4.4.1. Uji validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji validitasnya dengan SPSS.

Kuesioner penelitian ini telah diuji validitas dan reliabilitasnya dan dari 18 soalan, hanya 15 soalan yang divalidasi, 3 soalan lainnya telah direvisi tetapi tidak divalidasi ulang. Pengujian ini menggunakan perangkat lunak SPSS. Sampel untuk uji validitas adalah 30 orang responden yang diambil dari salah satu Panti Asuhan yang mempunyai karakteristik responden yang sama seperti dalam penelitian. Uji validitas ini dilaksanakan pada bulan September 2010.

Uji validitas dilakukan dengan korelasi Pearson, skor yang didapat dari setiap pertanyaan dikorelasikan dengan skor total untuk tiap variabel. Setelah semua korelasi untuk setiap pertanyaan dengan skor total diperoleh, nilai-nilai tersebut dibandingkan dengan nilai r tabel. Nilai r tabel untuk jumlah responden 30 orang dengan taraf signifikasi 5% adalah 0.361 dan 1% adalah 0.463. Jika nilai koefisien korelasi Pearson dari suatu pertanyaan tersebut berada diatas nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut valid.

4.4.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan indeks yang dipakai untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan kuesioner yang telah selesai disusun akan diuji reliabilitasnya dengan menggunakan SPSS.


(34)

Kuesioner penelitian ini yang disusun sebelumnya telah dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan perangkat lunak SPSS. Sampel untuk uji reliabilitas adalah 30 orang responden yang diambil dari Panti Asuhan yang mempunyai karakteristik responden yang sama seperti dalam penelitian. Uji reliabilitas ini dilaksanakan pada bulan September.

Uji reliabilitas dilakukan pada seluruh pertanyaan yang valid dengan koefisien Reliabilitas Alpha pada aplikasi SPSS. Jika nilai Alpha lebih besar dari nilai r tabel, maka pertanyaan tersebut reliabel. Bila koefisien reliabilitas telah dihitung, makan untuk menentukan keeratan hubungan bias digunakan kriteria Guilford (1956), yaitu, mengikut tabel dibawah, nilai yang diperoleh adalah 0.778 bagi variabel sikap dan tindakan dan bermaksud hubungan yang erat, dan nilai 0.631 bagi variabel pengetahuan bermaksud hubungan yang cukup rapat.

Tabel 4.1

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas untuk Tiap Pertanyaan dalam Kuesioner Variabel Nomor

Pertanyaan

Total pearson correlation

status alpha status

1 0.701 Valid 0.778 Reliabel

Sikap dan Tindakan

2 0.579 Valid Reliabel

3 0.672 Valid Reliabel

4 0.642 Valid Reliabel

5 0.680 Valid Reliabel

6 0.610 Valid Reliabel

7 0.711 Valid Reliabel

Pengetahuan 11 0.537 Valid 0.631 Reliabel


(35)

13 0.478 Valid Reliabel

14 0.414 Valid Reliabel

15 16 17 18

0.633 Valid Reliabel

0.714 0.477 0.462

Valid Valid Valid

Reliabel Reliabel Reliabel

4.5. Metode Analisa Data

Data dari setiap pewawancara akan diperiksa silang (cross-checked) oleh supervisor dilapangan. Setiap ketidakkonsistenan atau ketidaklengkapan informasi akan diperbaiki sebelum meninggalkan lokasi penelitian. Kuesioner yang lengkap akan dibersihkan dan dimasukkan ke dalam komputer oleh programmer. Pada proses pemasukan data akan dilakukan pengecekan ganda oleh tenaga entry data dan analisis dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan SPSS.

4.6 Etika Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner, dan sebelum pengisian kuesioner akan dilampirkan lembaran persetujuan responden. Dalam kuesioner tersebut nama responden tidak akan dicantumkan. Kuesioner tersebut berisikan pertanyaan-pertanyaan berupa perilaku terhadap pencegahan skabiasis. Hasil penelitian dan jawaban dari responden hanya akan digunakan untuk keperluan penelitian. Pengisian kuesioner kurang lebih memakan waktu responden sebanyak 5 menit.


(36)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh penghuni Panti Asuhan dan kuesioner yang telah diisi tersebut dikumpul pada waktu yang sama. Hasil dianalisis sehingga dapat menyimpulkan gambaran perilaku penghuni Panti Asuhan Bait Allah terhadap pencegahan skabies.

5.1.1 Deskripsi lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Bait Allah Medan Jalan Bijai km.7,5 pasar II/ Jalan Puskesmas, Kelurahan Lalang, Medan. Panti Asuhan ini memuatkan 50 penghuni dengan keadaan sebuah kamar kecil memuatkan lebih kurang 10 orang didalamnya. Penghuninya terdiri dari anak yatim piatu dengan 4 orang staf pengajar. Hanya 2 kamar yang ditemui secara keseluruhan, dan 2 kamar tersebut digunakan oleh staf pengajar serta golongan yang berusia lebih tua. Kelompok anak-anak dan remaja ditempatkan disebuah ruangan lapang, dimana penghuni tersebut harus berkongsi tempat tidur dengan penghuni lainnya. Timbul kesesakan atau kepadatan tempat tinggal yang mempersoalkan hygiene perorangan setiap penghuninya.

5.1.2 Deskripsi Karakteristik responden

Pada penelitian ini responden yang menjadi sampel adalah penghuni panti asuhan Bait Allah, Medan tahun 2010. Jumlah keseluruhan penghuni adalah 50 penghuni tetapi berdasarkan rumus penentuan jumlah sampel yang digunakan


(37)

hanya 44 responden dipilih. Pemilihan dilakukan secara Non-random, metode

quota sampling.

5.1.3 Distribusi Jenis kelamin penghuni

Distribusi jenis kelamin penghuni diperoleh dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.1 dimana mayoritas penghuni yang menjadi responden adalah perempuan.

Tabel 5.1 Distribusi Jenis Kelamin Penghuni Jenis

Kelamin

Frekuensi Persentase (%)

Laki-laki 21 47.7

Perempuan 23 52.3

Total 44 100

5.1.4 Distribusi Umur Penghuni

Distribusi umur penghuni diperoleh dari hasil penelitian yang dapat dilihat pada tabel 5.2 dimana jumlah penghuni dalam kelompok umur yang tertinggi adalah pada 10 hingga 19 tahun.

Tabel 5.2 Distribusi Umur Penghuni

Umur (tahun) Frekuensi Persentase

0-9 8 18.2


(38)

20-29 30-40

9 5

20.5% 11.4%

Total 44 100

5.1.5 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 11 pertanyaan mengenai Pengetahuan terhadap pencegahan skabies. Pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili pengetahuan responden dalam pencegahan skabies. Data lengkap distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden pada variabel pengetahuan dapat dilihat pada table 5.3.

No Pernyataan/ Pertanyaan Jawaban Responden

(Frekuensi dan Persentase)

Ya Tidak Tiada

1 Mencuci tangan dengan kerap 35 79.5% 8 18.2% 1 2.3%

2 Tukar pakaian dalam 32 72.7% 9 20.5% 3 6.8%

3 Kuku pendek dan bersih 35 79.5% 8 18.2% 1 2.3% 4 Guna detergen/sabun cuci pakaian 37 84.1% 6 13.6% 1 2.3% 5 Personal hygiene buruk menyebabkan penyakit 27 61.4% 12 27.3% 5 11.4% 6 Kulit pertahanan terhadap infeksi 26 59.1% 14 31.8% 4 9.1% 7 Kuman penyebab infeksi dalam badan anda

sendiri

24 54.5% 17 38.6% 3 6.8% 8 Suhu tinggi membunuh kuman 19 43.2% 18 40.9% 7 15.9% 9 Nutrisi dan penjagaan kesehatan kulit hindari dari

penyakit


(39)

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Pengetahuan

Berdasarkan tabel diatas pada pertanyaan-pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan Ya yaitu pertanyaan pada nomor 1 dan 3 yaitu sebesar 79.5%. Sedangkan pertanyaan yang paling banyak dijawab dengan Tidak adalah

pertanyaan nomor 8 yaitu sebesar 40.9%. Tiada sebarang respon pertanyaan 10 dan 11 yaitu sebesar 52.3% dan 40.9%.

Penilaian Pengetahuan dalam penelitian ini dibedakan menjadi 3 yaitu baik, sedang dan kurang. Seorang responden akan dikatakan baik bila jawaban responden benar lebih dari 75% dari nilai tertinggi, pengetahuan sedang apabila jawaban reponden benar antara 40 hingga 75% dari nilai tertinggi serta

pengetahuan kurang apabila jawaban responden benar kurang dari 40% dari nilai tertinggi. Berdasarkan hasil uji tersebut maka Pengetahuan penghuni panti asuhan Bait Allah dapat dikategorikan pada tabel 5.4.

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik 18 40.9

Sedang 26 59.1

Kurang 0 0

Total 44 100

10 Perlakuan pencegahan kesehatan diri dan lingkungan

14 31.8% 7 15.9% 23 52.3% 11 Kepentingan personal hygiene 11 25.0% 15 34.1% 18 40.9%


(40)

Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengetahuan dengan kategori sedang adalah terbesar berbanding pengetahuan kurang dan baik. .

5.1.6 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden pada Variabel Sikap dan Tindakan

Pada penelitian ini, dalam lembar kuesioner penelitian terdapat 7 pertanyaan mengenai sikap dan tindakan terhadap pencegahan skabies. Pertanyaan-pertanyaan yang ada didalam kuesioner tersebut telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Sehingga pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat mewakili sikap responden dalam pencegahan skabiasis.

Tabel 5.5 Distribusi Penghuni Jumlah

Penghuni (Orang)

Frekuensi Persentase

2 12 27.3

4 7 10

Lebih dari 10 Tidak Tahu

19 7 4 1 1

43.2 15.9 9.1 2.3 2.3

Total 44 100

Berdasarkan tabel 5.5, dilihat bahwa distribusi penghuni terbesar pada 4 orang dalam 1 kamar.


(41)

Tabel 5.6 Distribusi Mandi

Mandi (kali) Frekuensi Persentase

4 31 70.5

2 1 2.3

Kurang dari 2 10 22.7

jarang 2 4.5

Total 44 100

Berdasarkan tabel 5.6 diatas, didapati bahwa frekuensi mandi seseorang terbesar dalam sehari adalah 4 kali.

Tabel 5.7 Distribusi Penggunaan Bahan

Bahan Frekuensi Persentase

Baik 35 79.5

Buruk 9 20.5

Total 44 100

Berdasarkan tabel 5.7 diatas diperoleh bahwa penggunaan bahan-bahan seperti losyen, sabun antiseptic dan sebagainya baik di kalangan penghuni.

Tabel 5.8 Distribusi Kongsi Bahan

Kongsi Frekuensi Persentase


(42)

Buruk 32 72.7

Total 44 100

Berdasarkan tabel 5.8 diatas diperoleh bahwa penghuni panti asuhan banyak berkongsi barangan seperti handuk, pakaian dan sebagainya.

Tabel 5.9 Distribusi Tukar Sprai

Tukar sprai (kali) Frekuensi Persentase

Lebih 1 kali sebulan 16 36.4

1 kali sebulan 20 45.5

1 kali setahun 7 15.9

Tiada tanggapan 1 2.3

Total 44 100

Berdasarkan tabel 5.9 diatas, dilihat bahwa penghuni panti asuhan paling banyak menukar sprai pada 1 kali sebulan.

Tabel 5.10 Distribusi Cuci Pakaian

Cuci pakaian (kali) Frekuensi Persentase

Sekali seminggu 35 79.5

Sekali dalam 3 minggu 7 15.9

Jarang 1 2.3

Tiada tanggapan 1 2.3

Total 44 100

Berdasarkan tabel 5.10 diatas, dilihat bahwa penghuni panti asuhan banyak mencuci pakaian dalam jenjang waktu sekali seminggu.


(43)

Pengobatan Frekuensi Persentase

Dokter Praktek 6 13.3

Puskesmas 12 26.7

Dukun 6 13.3

Apotek/ Mantra praktek Diobati sendiri

8 13

17.8 28.9

Total 44 100

Dalam tabel 5.11 diatas, diperhatikan bahwa penghuni panti asuhan lebih banyak mengobati penyakitnya sendiri dari yang merujuk ke dokter praktek.

Tabel 5.12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sikap dan Tindakan Sikap

dan Tindakan

Frekuensi Presentase

Baik 13 15.5

Sedang 20 45.5

Kurang 11 25


(44)

Dari tabel 5.12 dapat dilihat bahwa sikap dan tindakan yang dikategorikan sedang lebih besar yaitu 45.5% dari sikap dan tindakan yang baik atau kurang.

Tabel 5.13 Hubungan Pengetahuan dengan Sikap dan Tindakan Baik

Pengetahuan

Sedang Total Sikap dan

Tindakan

Baik 5 8 13

Sedang 8 12 20

Jelek 5 6 11

Total 18 26 44

Berdasarkan tabel 5.13 didapati bahwa penghuni dengan pengetahuan yang baik mempunyai sikap dan tindakan yang sedang serta penghuni dengan pengetahuan sedang mempunyai sikap dan tindakan yang sedang juga.

5.2 Pembahasan 5.2.1 Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba (Notoadmojo, 2003). Dalam penelitian ini telah dibagikan kuesioner yang telah valid untuk mengukur pengetahuan dan sikap serta tindakan responden pada tingkat pengetahuan pertama, yaitu tahu.

Dari hasil penelitian diperoleh sebanyak, 35 responden (79.5%) telah memiliki pengetahuan yang baik bahwa tindakan mencuci tangan dengan kerap atau selalu merupakan tindakan penjagaan kesehatan yang baik. Sebanyak 32 responden


(45)

(72.7%) menjawab secara baik bahwa harus menukar pakaian dalam setiap hari dalam usaha pencegahan skabiasis dari permukaan kulit. Kuku yang pendek dan bersih menghindari seseorang untuk menggaruk dengan lebih dalam dan menimbulkan infeksi sekunder pada skabies (Habif, 2007).

Pada penelitian ini, 35 responden (79.5%) menjawab dengan baik mengenai kepentingan kuku yang pendek dan bersih. Sebanyak 37 responden (84.1%) menjawab dengan baik bahwa pengunaan detergen atau sabun untuk mencuci pakaian merupakan langkah yang baik dalam penghapusan tunggau. Sebanyak 27 responden (61.4%) mempunyai pengetahuan yang baik mengenai kepentingan penjagaan hygiene dalam pencegahan penyakit. Menurut The Columbia

Encyclopedi (2008), hygiene meliputi sikap seseorang dalam penahanan penyakit

menular pada diri sendiri dengan cara meningkatkan kesehatan dan penjagaan hygiene diri.

Menurut Jarrett (2009), kulit merupakan lapisan pertahanan utama bagi tubuh dalam penanganan infeksi dan dalam penelitian ini, 26 responden (59.1%) menjawab baik dalam pertanyaan ini. Menurut sumber yang sama, mikroorganisme dari badan harus dibuang dengan cara mandi, dan mikroorganisme dalam badan terdapat pada korneosit pada permukaan kulit. Sebanyak 24 responden (54.5%) menjawab dengan baik pada pertanyaan ini. Menurut Sterry (2006),

fomites dihilangkan dengan mencuci pakaian dan alas tidur dan panas pengeringan

(lebih dari 50 º C) dan ini menunjukan suhu berperanan penting dalam membunuh kuman.

Sebanyak 19 responden (43.2%) mempunyai pengetahuan yang baik dalam pertanyaan ini. Menurut The Columbia Encyclopedia (2008), Hygiene memiliki banyak aspek seperti kebersihan pribadi yang terdiri dari kebiasaan hidup yang teratur, kebersihan tubuh dan pakaian, diet sehat, seimbang rejimen istirahat dan olahraga. Sebanyak 27 responden (61.4%) menjawab dengan pengetahuan yang baik untuk pertanyaan ini. Perlakuan yang boleh mencegah penyakit seperti


(46)

seterika pakaian, mandi dan mencuci tangan dengan kerap serta merendam pakaian dalam air panas harus diketahui oleh semua responden.Tetapi dalam penelitian ini, 23 responden (52.3%) tidak mempunyai sebarang tanggapan dan tidak memberi jawaban yang rasional untuk pertanyaan ini. Terdapat banyak kepentingan penjagaan kesehatan tetapi hanya 11 responden (25%) yang menjawab secara benar mengenai pertanyaan ini.

Secara keseluruhan diperoleh sebanyak 26 responden (59.1%) yang mempunyai pengetahuan sedang, 18 responden (40.9%) pengetahuan baik tetapi tiada responden yang berpengetahuan kurang dalam pencegahan skabiasis.

5.2.2 Sikap dan Tindakan

Dalam penelitian sikap dan tindakan, pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisikan pertanyaan yang berhubungan dengan sikap dan tindakan responden terhadap pencegahan skabies. Dari hasil penelitian diketahui bahwa sebagian responden menempati tempat yang sesuai yaitu dengan perkiraan sebesar 43.2% dengan 4 orang menempati dalam 1 kamar. Ini berhubungan dengan suatu penelitian oleh Raza (2009) yang menyatakan bahwa kesesakan atau overcrowding pada tempat tidur merupakan salah satu faktor resiko terjadinya skabiasis dan jumlah penghuni yang melebihi 10 orang dalam 1 kamar merupakan resiko besar penularan skabies. Menurut sumber lain, suatu keadaan dikatakan lebih bersifat padat bila jumlah manusia pada suatu batas ruang tertentu semakin banyak dibandingkan dengan luas ruangannya (Hasnida S, 2002). Menurut Hasnida, Terlihat bahwa lantai rumah yang kurang dari 10 meter persegi per orang merupakan faktor resiko yang bermakna baik untuk terjadinya penyakit. Pada lokasi penelitian ini, batasan terhadap lokasi tempat tidur dan kamar yang kurang untuk penghuninya menyebabkan banyak masalah kesehatan bukan hanya secara fisikal tetapi secara psikis seseorang. Menurut Raza (2009) lagi, personal


(47)

pakaian atau cuci pakaian dan tiada penggunaan sabun ketika mandi menjadi faktor resiko terjadinya skabiasis. Dalam penelitian ini, responden mempunyai sikap dan tindakan baik yaitu 70.5% yang mandi sekurang-kurangnya 4 kali dalam sehari. Selain itu, responden juga mempunyai sikap dan tindakan yang baik yaitu 79.5% karena ada pengunaan seperti losyen, sabun antiseptik dan deodaran dan mencuci pakaian sekali seminggu. Menurut Raza (2009), teori yang dikemukakan bahwa tunggau betina yang sudah difertilisasi berperanan dalam transmisi skabies tetapi jumlahnya yang relatif kecil dan kecenderungan untuk menetap dalam liang membuktikan teoritas ini tidak begitu benar. Terdapat banyak tunggau pada permukaan kulit yang belum matang dan berperanan lebih penting dalam transmisi skabies.

Penjagaan hygiene yang baik seperti mandi yang teratur sekurang-kurangnya 2 kali sehari dan pemakaian sabun ketika mandi besar kemungkinan dapat membuang tunggau yang belum matang dari permukaan kulit, dan sekiranya jumlah tunggau yang belum matang ini berkurang pada permukaan kulit, transmisi oleh karena skabies juga akan berkurang. Sikap berkongsi barangan dengan teman lain dikalangan responden 72.7% dimana masih ada responden yang bertukar handuk mandi serta pakaian dengan teman lain. Ini merupakan salah satu faktor resiko tertularnya skabiasis. Responden juga menukar alas kasur sekali sebulan yaitu 45.5% karena alas kasur yang jarang ditukar mempermudahkan seseorang terinfestasi oleh tunggau atau skabies. Menurut Raza (2009), handuk atau pakaian yang dikongsi bukan merupakan faktor resiko utama transmisi skabiasis, tetapi perkongsian tempat tidur merupakan faktor resiko terpenting. Oleh itu, alas kasur atau sprai harus ditukar dengan lebih sering sebagai langkah pencegahan terhadap skabiasis. Pada responden, sikap untuk mendapat atau merujuk untuk pengobatan sendiri adalah 28.9%. Seharusnya seseorang harus mendapat pengobatan ke dokter praktek atau puskesmas sekiranya terdapat keluhan atau permasalahan pada kulit


(48)

karena penularan penyakit kulit di tempat yang sesak dengan personal hygiene yang kurang seperti pada tabel 5.3 banyak membawa permasalahan kesehatan.

Dari hasil analisa, dilihat bahwa penghuni panti asuhan dalam pencegahan skabiasis berada pada kategori sedang (45.5%), kategori baik (15.5%) sedangkan kategori kurang adalah (25.0%). Sikap dan Tindakan pada penelitian ini mayoritasnya adalah pada kategori sedang mungkin karena kurangnya kesadaran mengenai kepentingan personal hygiene dalam penularan penyakit. Menurut Raza, diperlukan suatu program berupa kesehatan masyarakat untuk memberi edukasi pada masyarakat berhubungan dengan langkah pencegahan penyakit seperti skabies.

Dari hasil analisa secara keseluruhan dapat dilihat bahwa sikap dan tindakan penghuni panti asuhan terhadap pencegahan skabiasis adalah pada kategori sedang (45.5%). Bila dilihat dari pengetahuan responden yang mempunyai pengetahuan sedang (59.1%), maka hal ini adalah bersesuaian dengan teori yang dikemukakan oleh Notoadmojo. Menurut Notoadmojo, pengetahuan yang diperoleh subjek selanjutnya akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap dan tindakan terhadap objek yang telah diketahuinya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa mengikut penelitian ini, pengetahuan yang sedang akan memiliki sikap dan tindakan yang sedang juga. Ini boleh diperhatikan pada tabel 5.13 dimana pada pengetahuan yang sedang memiliki sikap dan tindakan yang juga berupa sedang.


(49)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Dari uraian-uraian yang telah dipaparkan, maka dalam penelitian ini dapat disimpulkan, yaitu:

a. Pengetahuan penghuni panti asuhan Bait Allah dalam pencegahan skabies berada dalam kategori sedang, yaitu 26 responden (59.1%) yang


(50)

mempunyai pengetahuan sedang, 18 responden (40.9%) berpengetahuan baik dan tiada yang berpengetahuan kurang.

b. Sikap dan tindakan penghuni panti asuhan Bait Allah dalam pencegahan skabiasis berada dalam kategori sedang, yaitu sebanyak 20 responden (45.5%), sedangkan pada kategori baik sebanyak 13 responden (15.5%) dan kategori kurang sebanyak 11 responden (25.0%).

6.2. Saran

Dari hasil penelitian yang didapat, maka muncul beberapa saran dari peneliti, yaitu: a. Penelitian dibuat dengan metode cohort studies yaitu penelitian yang

menghubungkan tingkat pengetahuan tentang skabies dengan prevalensi terjadinya skabies.

b. Dibuat tools yang berupa kuesioner dengan nilai validitas dan reliability content mengikut statistik.

DAFTAR PUSTAKA

Barankin, B., Freiman, A., 2006. Clinical Dermatology Pocket Guides. 2nd ed. Philadelphia: F.A. Davis Company

Benjamin,O., et al , 2009. Common Skin Infections among secondary school

students in Mbaise, Imo State, Nigeria: Proxy Predictor of Environmental

Hygiene Standards. Available from:

17th April 2010]


(51)

Centers for Disease Control and Prevention, 2009. Scabies. Atlanta: National Center for Zoonotic, Vector-Borne, and Enteric Diseases (NCZVED) . Available from: http://www.cdc.gov/scabies/ [Acessed 2nd May 2010]

Chosidow,O., 2006. Scabies, New England Journal of Medicine, Available from 2010]

Chosidow ,O., 2000. Scabies and pediculosis, Grp Hosp Pitie Salpetriere, France.

Available from:

nd May 2010]

Cordoro,M., 2009. Scabies, University of California at San Francisco. Available from:

[Accesed 9 th March 2010]

Frankel, D. H., 2006. Field Guide to Clinical Dermatology. 2nd ed. New York: Lippincott Williams & Wilkins

Green,M., 2005. Epidemiology of Scabies, the Johns Hopkins University School of Hygiene and Public Health, USA. Available from:

epirev.oxfordjournals.org/cgi/content/citation/11/1/126 [Accesed 13th


(52)

Habif, T.P., 2007. Clinical Dermatology: A Color Guide To Diagnosis And

Therapy. 4th ed. USA: Mosby

Hasnida,S., 2002. CROWDING (KESESAKAN) DAN DENSITY

(KEPADATAN),Universitas Sumatera Utara, Indonesia. Available from:

May 2010]

Hicks,MI 2009. Scabies, Geisinger Dermatology, Danville, Pennsylvania. Available from: March 2010]

Hunter, J., Savin, J., Dahl, M., 2006. Clinical Dermatology. 3rd ed.

Australia: Blackwell "hygiene." The Columbia Encyclopedia, Sixth

Edition.2008.Available from: Encyclopedia.com:

st May

2010]

Larson,E., 2006. Hygiene of the Skin:When Is Clean Too Clean?, Columbia University School of Nursing, New York. Available from: 2010]


(53)

Notoadmojo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 68-140

school children in southwest Nigeria, University College Hospital

Ibadan,Nigeria.Available from:

[Accesed 8th March 2010]

Pratomo, Hadi., Sudanti., 1966. Pedoman Pembuatan Usulan Penelitian Bidang

Kesehatan Masyarakat dan Keluarga Berencana atau Kependudukan.

Jakarta: Unit Pelaksana Proyek FKM di Indonesia

Prins ,C., Stucki, L., French, L., Saurat, JH., Braun, RP.,2004. Dermoscopy for the

in vivo detection of Sarcoptes scabiei, Univ Hosp Geneva, Switzerland.

Available from:

nd May 2010]

Raza,N., 2009. Risk factors for scabies among male soldiers in Pakistan: case–

control study, Combined Military Hospital, Abbottabad Cantonment,

Pakistan. Available from: [Accessed 17th April 2010]


(54)

Sterry, W., Paus, R., Burgdorf, W., 2006.Clinical Companion Dermatology. 6th ed. New York: Thieme

Walton, SF., Holt, DC.,Currie, BJ., Kemp, DJ., 2004. Scabies: New future for a

neglected disease, Charles Darwin Univ, Australia. Available from:

nd May 2010]

LAMPIRAN 1:

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Trinyanasuntari Munusamy


(55)

Agama : Hindu

Alamat : Jl. Sumarsono. No. 8 Medan

Riwayat Pendidikan :

1. TK: Tadika Tunas

2. SD: Sekolah Rendah Convent Klang, Selangor, Malaysia

3. SMP & SMA: Sekolah Menengah Kebangsaan Convent Klang, Selangor, Malaysia

4. Lincoln College Asia Pacific ( Foundation in

Science), Kuala Lumpur,

Malaysia Riwayat Pelatihan: -

Riwayat Organisasi: -

LAMPIRAN 2 LEMBAR PENJELASAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya, Trinyanasuntari Munusamy, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Gambaran Perilaku Penghuni Panti Asuhan Bait Allah Medan Terhadap Pencegahan Skabiasis”. Sebagaimana kita tahu bahwa tingkat penjagaan hygiene di kalangan masyarakat Panti Asuhan masih rendah dan ini menyebabkan berbagai penyakit yang boleh ditularkan dikalangan penghuninya. Penelitian saya ini untuk


(56)

mengetahui gambaran perilaku saudara/i dalam aspek penjagaan hygiene dan pengetahuan dalam pencegahan penyakit skabiasis yang juga disebut sebagai tunggau.

Penelitian Saya ini menggunakan lembaran pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban yang sudah saya sediakan. Pilihan jawaban ini dibagikan mengikut aspek sikap, tindakan dan pengetahuan yang mempunyai penilaian yang tersendiri. Saya mengharapkan kerjasama dari Saudara/i untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan pertanyaan yang ada. Dengan menjawab pertanyaaan tersebut kita akan mengetahui sikap, tindakan dan pengetahuan saudara/i dalam pencegahan skabiasis. Setelah pengisian lembaran pertanyaan Saudara/i nantinya akan mendapat penjelasan mengenai kepentingan pencegahan skabiasis dan penjagaan hygiene serta sejumlah imbalan. Jawaban yang Saudara/i berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas Saudara/I tetap dirahasiakan dan tidak akan dituliskan atau disebarkan. Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin Saudara/i tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di :

Alamat : Jl. Sumarsono No. 8 Medan, 20155- Indonesia No. HP : 087868443113

Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini sangat Saya harapkan. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikian penjelasan ini Saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, Saya ucapkan terima kasih.


(57)

Medan, ________________ 2010

Trinyanasuntari Munusamy

LAMPIRAN 3

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN “Informed Consent”

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :……….

Umur :……….

Pekerjaan :……….

Alamat :……….

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada


(58)

penelitian yang berjudul “Gambaran Perilaku Penghuni Panti Asuhan Bait Allah Medan Terhadap Pencegahan Skabiasis”. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, ……… 2010 Yang membuat pernyataan

(……….)

LAMPIRAN 4 : KUESIONER

Penelitian tentang Gambaran Perilaku Penghuni Panti Asuhan

terhadap Pencegahan Skabiasis

Daftar pertanyaan ini bertujuan untuk mengumpulkan data tentang sikap,

pengetahuan dan tindakan penghuni Panti Asuhan terhadap pencegahan skabiasis. Hasil dari penelitian ini akan dipergunakan bagi menilai perilaku penghuni dalam penjagaan kulit yang sehat.

Responden No. : ……… Tanggal di isi : ……… Usia saat ini : ……….


(59)

Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

Bagian I: Sikap dan Tindakan. Tandakan (x) pada kotak berkenaan

1. Berapakah jumlah penghuni dalam 1 kamar yang anda tempati:

2 Orang

4 Orang

7 Orang

10 Orang

Lebih dari 10 Orang

2. Berapa kalikah anda mandi dalam sehari?

2 kali kurang dari 2 kali

4 kali Jarang

3. Tandakan (x) pada bagian kotak, dimana ada penggunaan bahan-bahan tersebut dalam kegiatan harian

Losyen/Lotion


(60)

Sabun Antiseptik

Lain-lain (……….)

4. Pernahkah anda berkongsi barangan dengan teman lain. Jika ya, tandakan (x) pada apa-apa aja barang yang anda kongsi itu.

Handuk Mandi Pakaian

Pakaian/ Baju dalam Lain-lain (…………)

5. Berapa kalikah anda menukar alas kasur atau sprai pada tempat tidur anda?

Lebih 1 kali sebulan

1 kali sebulan


(61)

6. Berapa seringkah anda mencuci/membersihkan pakaian?

Sekali seminggu

Sekali dalam 3 minggu

Jarang/ Pakai tanpa cuci untuk jangka waktu yang lama

7. Pengobatan untuk sakit, anda merujuk kemana biasanya?

Diobati sendiri Ke Dokter praktek

Ke Puskesmas Ke Apotek/ mantra praktek

Ke Dukun Lain-lain (………)

Bagian II: Pengetahuan

8. Adakah anda tahu bahwa tindakan mencuci tangan dengan kerap atau selalu merupakan tindakan penjagaan kesehatan yang baik?

Ya Tidak

9. Adakah anda tahu bahwa anda harus tukar pakaian dalam setiap hari? Ya Tidak


(62)

10. Adakah kuku anda selalunya pendek dan bersih? Ya Tidak

11. Adakah anda tahu bahwa anda harus menggunakan detergen/ sabun untuk mencuci pakaian?

Ya Tidak

12. Adakah anda tahu bahwa penjagaan kebersihan diri/ personal hygiene yang buruk boleh menyebabkan penyakit ?

Ya Tidak

13. Adakah anda tahu bahwa kulit merupakan lapisan pertahanan utama bagi tubuh dalam penanganan infeksi/ terjadinya infeksi?

Ya Tidak

14. Adakah anda tahu bahwa mikroorganisme/ kuman penyebab infeksi terdapat dalam badan anda sendiri?

Ya Tidak

15. Adakah anda tahu bahwa suhu yang tinggi boleh membunuh kuman?


(63)

16. Adakah anda tahu nutrisi yang baik dan penjagaan kesehatan kulit yang baik menghindarkan diri dari penyakit?

Ya Tidak

17. Pada pendapat anda, perlakuan yang mana dibawah ini menunjukkan pencegahan/ penjagaan kesehatan diri dan lingkungan yang baik? Boleh tanda (x) pada lebih dari I kotak.

Rendam pakaian/ Pakaian dalam dengan air panas

Seterika pakaian

Mandi dan mencuci tangan dengan kerap

Sikap kongsi barangan seperti pakaian/handuk/sprei

18. Pada pendapat anda, apakah kepentingan penjagaan kesehatan diri/

Personal Hygine. Anda boleh tandakan (x) pada lebih dari 1 kotak dibawah.

Memastikan struktur kulit baik untuk hindari dari infeksi atau luka

Mengeluarkan bahan/substansi pada permukaan kulit dimana kuman boleh Tumbuh, mengurangi resiko infeksi


(64)

Dan memberikan nutrisi yang seimbang

Membuat seseorang lebih nyahman dan relaksasi

Meningkatkan kepercayaan diri seseorang

TERIMA KASIH ATAS KERJASAMA SAUDARA/I

DATA INDUK DAN HASIL OUTPUT

Gambaran Perilaku Penghuni Panti Asuhan Bait Allah dalam Pencegahan Skabiasis Karakteristik responden:

1. Jenis Kelamin:

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(65)

Perempuan 23 52.3 52.3 100.0

Total 44 100.0 100.0

2. Distribusi umur:

Umur responden

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 9 8 9.5 18.2 18.2

10 7 8.3 15.9 34.1

11 1 1.2 2.3 36.4

12 2 2.4 4.5 40.9

13 2 2.4 4.5 45.5

15 2 2.4 4.5 50.0

16 1 1.2 2.3 52.3

17 1 1.2 2.3 54.5

18 3 3.6 6.8 61.4

19 3 3.6 6.8 68.2

20 1 1.2 2.3 70.5

21 4 4.8 9.1 79.5

22 1 1.2 2.3 81.8

23 1 1.2 2.3 84.1

25 1 1.2 2.3 86.4

28 1 1.2 2.3 88.6

30 1 1.2 2.3 90.9

33 1 1.2 2.3 93.2

35 1 1.2 2.3 95.5

40 2 2.4 4.5 100.0


(66)

Missing System 40 47.6

Total 84 100.0

Pertanyaan pengetahuan:

Pertanyaan pengetahuan 1:

Cuci tangan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tiada 1 2.3 2.3 2.3

tidak 8 18.2 18.2 20.5

ya 35 79.5 79.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 2:

tukar pakaian dalam Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tiada 3 6.8 6.8 6.8

tidak 9 20.5 20.5 27.3

ya 32 72.7 72.7 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 3:

Kuku pendek

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(67)

Valid tiada 1 2.3 2.3 2.3

tidak 8 18.2 18.2 20.5

ya 35 79.5 79.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 4:

detergen/sabun

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tiada 1 2.3 2.3 2.3

tidak 6 13.6 13.6 15.9

ya 37 84.1 84.1 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 5:

Personal hygiene

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tiada 5 11.4 11.4 11.4

tidak 12 27.3 27.3 38.6

ya 27 61.4 61.4 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 6:

Kulit pertahanan infeksi Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(68)

Valid tiada 4 9.1 9.1 9.1

tidak 14 31.8 31.8 40.9

ya 26 59.1 59.1 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 7:

kuman/ mikroorganisme Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tiada 3 6.8 6.8 6.8

tidak 17 38.6 38.6 45.5

ya 24 54.5 54.5 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 8:

Suhu bunuh kuman

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tiada 7 15.9 15.9 15.9

tidak 18 40.9 40.9 56.8

ya 19 43.2 43.2 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 9:

Nutrisi baik

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(69)

Valid tiada 7 15.9 15.9 15.9

tidak 10 22.7 22.7 38.6

ya 27 61.4 61.4 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 10:

pencegahan/penjagaan Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tiada 23 52.3 52.3 52.3

tidak 7 15.9 15.9 68.2

ya 14 31.8 31.8 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan pengetahuan 11:

Kepentingan jaga hygiene Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tiada 18 40.9 40.9 40.9

tidak 15 34.1 34.1 75.0

ya 11 25.0 25.0 100.0

Total 44 100.0 100.0

Total skor Pengetahuan dalam kategori:

Pengetahuan Total

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(70)

Valid sedang 26 59.1 59.1 59.1

baik 18 40.9 40.9 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan sikap dan tindakan:

Pertanyaan Sikap dan tindakan 1:

Penghuni dalam 1 kamar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent Valid TAK ADA

TANGGAPAN

1 2.3 2.3 2.3

LEBIH DARI 10 ORANG

1 2.3 2.3 4.5

10 ORANG 4 9.1 9.1 13.6

7 ORANG 7 15.9 15.9 29.5

4 ORANG 19 43.2 43.2 72.7

2 ORANG 12 27.3 27.3 100.0

Total 44 100.0 100.0

Pertanyaan sikap dan tindakan 2:

Berapa kali mandi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid JARANG 2 4.5 4.5 4.5

KURANG DARI 2 KALI

10 22.7 22.7 27.3

2 KALI 1 2.3 2.3 29.5


(1)

Scale Statistics

Mean Variance

Std.

Deviation N of Items

24.90 34.921 5.909 7

Validitas dan Reliabilitas untuk Pengetahuan:

Correlations

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11

Skor total pengetahuan

P1 Pearson

Correlation

1 .217 .247 .079 -.079 -.015 .028 -.093 .156 .033 -.010 .244

Sig. (2-tailed)

.249 .188 .679 .679 .937 .881 .623 .411 .864 .958 .193

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P2 Pearson

Correlation

.217 1 .013 .067 .269 -.141 -.219 .029 .133 .104 .078 .282

Sig. (2-tailed)

.249 .945 .724 .150 .458 .246 .879 .484 .584 .684 .131

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P3 Pearson

Correlation

.247 .013 1 .196 .049 -.037 .071 -.021 .160 -.104 -.151 .153

Sig. (2-tailed)

.188 .945 .299 .797 .845 .710 .912 .400 .586 .427 .419

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P4 Pearson

Correlation


(2)

Sig. (2-tailed)

.679 .724 .299 .559 .014 .050 .017 .019 .843 .941 .002

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P5 Pearson

Correlation -.079

.269 .049 .111 1 .190 -.060 .108 .203 .434* .341 .531**

Sig. (2-tailed)

.679 .150 .797 .559 .314 .752 .571 .281 .016 .065 .003

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P6 Pearson

Correlation -.015 -.141 -.037

.444* .190 1 .618** .431* .619** -.151 -.219 .478**

Sig. (2-tailed)

.937 .458 .845 .014 .314 .000 .018 .000 .426 .245 .008

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P7 Pearson

Correlation

.028 -.219

.071 .361* -.060 .618** 1 .545** .609** -.327 -.200 .414*

Sig. (2-tailed)

.881 .246 .710 .050 .752 .000 .002 .000 .077 .288 .023

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P8 Pearson

Correlation -.093

.029 -.021

.431* .108 .431* .545** 1 .727** .016 .014 .633**

Sig. (2-tailed)

.623 .879 .912 .017 .571 .018 .002 .000 .932 .942 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P9 Pearson

Correlation

.156 .133 .160 .426* .203 .619** .609** .727** 1 -.123 -.030 .714**

Sig. (2-tailed)

.411 .484 .400 .019 .281 .000 .000 .000 .517 .876 .000

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P10 Pearson

Correlation

.033 .104 -.104


(3)

Sig. (2-tailed)

.864 .584 .586 .843 .016 .426 .077 .932 .517 .000 .008

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

P11 Pearson

Correlation -.010

.078 -.151

.014 .341 -.219 -.200 .014 -.030 .672** 1 .462*

Sig. (2-tailed)

.958 .684 .427 .941 .065 .245 .288 .942 .876 .000 .010

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

Skor total penegetahuan

Pearson Correlation

.244 .282 .153 .537** .531** .478** .414* .633** .714** .477** .462* 1

Sig. (2-tailed)

.193 .131 .419 .002 .003 .008 .023 .000 .000 .008 .010

N 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items


(4)

Mean

Std.

Deviation N

P4 1.90 .305 30

P5 1.80 .407 30

P6 1.70 .535 30

P7 1.60 .563 30

P8 1.47 .629 30

P9 1.73 .583 30

P10 .77 .898 30

P11 .70 .794 30

Item-Total Statistics

Scale Mean if Item Deleted

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item

Deleted

P4 9.77 6.047 .427 .599

P5 9.87 5.844 .393 .594

P6 9.97 5.551 .375 .589

P7 10.07 5.720 .276 .612

P8 10.20 4.924 .524 .541

P9 9.93 5.030 .539 .542

P10 10.90 5.266 .172 .673

P11 10.97 5.344 .220 .642

Scale Statistics

Mean Variance

Std.


(5)

Scale Statistics

Mean Variance

Std.

Deviation N of Items

11.67 6.782 2.604 8

DATA SPSS:

NO j

k umur P1 P2 p3 p4 p5 p6 p7 Tot. P8 29 P10 P11 P12 P13 P14 P15 P16 P17 P18

sikapne w

2 1 22 4 5 1 1 3 5 1 0 1 2 1 2 2 2 1 1 1 2 1 1

3 2 23 5 5 5 1 5 5 4 0 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 3

4 2 40 4 5 5 5 5 5 1 0 1 0 2 2 2 2 2 1 1 0 0 2

5 2 19 2 5 5 1 5 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 0 2

6 2 20 2 3 5 1 5 5 1 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 0 0 2

7 1 21 4 5 5 1 3 5 2 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 0 0 2

8 2 16 5 5 5 1 3 5 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2

9 2 18 4 4 5 1 5 5 3 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 1 1 2

10 2 21 3 3 5 1 3 3 2 1 2 2 2 2 2 2 1 1 2 0 0 2

11 2 18 5 5 5 1 3 5 3 1 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2

12 2 10 4 5 5 5 5 5 4 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 1 3

13 2 10 1 3 5 1 1 5 1 0 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 0 1

14 1 9 2 1 1 1 1 5 3 0 2 2 2 2 2 2 2 1 2 0 2 1

15 1 12 3 5 5 1 3 5 4 1 2 2 2 1 2 2 2 1 2 0 0 2

16 1 13 4 5 5 1 3 5 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2

17 1 9 5 5 5 1 3 5 3 1 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2

18 2 9 5 5 5 1 5 5 5 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3

19 1 10 4 5 5 1 3 5 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2

20 1 10 4 5 5 1 3 5 4 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 2

21 1 9 4 5 5 1 3 5 4 2 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 1 3

22 1 9 4 5 5 1 3 5 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3

23 2 10 4 5 5 1 3 5 2 1 2 2 2 2 2 1 2 2 2 0 0 2

24 2 9 4 5 5 1 3 5 4 2 2 1 2 2 1 2 2 2 2 0 0 3


(6)

26 2 10 3 5 5 1 1 5 3 1 2 2 2 2 1 1 2 1 2 0 0 2

27 1 9 0 5 5 1 0 0 1 0 2 2 2 2 1 1 1 0 0 0 0 1

28 1 15 3 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1

29 1 13 5 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3

30 2 19 3 3 5 1 3 3 3 1 2 2 2 1 2 0 0 0 0 2 1 2

31 2 17 4 3 5 1 3 5 1 1 2 2 2 2 1 1 1 1 1 0 1 2

32 1 21 5 5 5 1 3 3 1 1 0 0 1 1 1 2 2 2 2 0 0 2

33 2 15 4 3 1 1 5 3 5 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 1 2

34 1 18 2 3 1 1 1 3 1 0 2 2 2 0 0 1 1 1 1 1 1 1

35 1 12 5 5 5 5 5 5 4 2 2 1 1 2 0 0 0 1 1 1 2 3

36 1 19 5 5 5 5 5 5 5 2 1 1 2 2 1 0 1 0 0 2 2 3

37 2 30 5 5 5 5 5 5 5 2 2 0 0 2 0 1 0 0 0 2 2 3

38 2 28 5 5 5 5 5 5 4 2 2 2 2 2 2 1 1 0 0 2 2 3

39 1 10 4 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 0 3

40 1 11 4 5 1 5 1 3 2 0 2 2 2 2 1 2 2 2 2 0 0 1

41 1 25 3 3 1 1 1 5 4 0 2 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1

42 2 33 4 5 5 5 5 5 5 2 2 2 2 2 2 1 1 1 1 2 2 3

43 2 35 4 3 1 5 3 5 1 1 2 2 2 2 0 0 2 0 1 0 1 2