Pengaruh Pelayanan Sosial Terhadap Perilaku Anak Asuh Di Panti Asuhan Bait Allah Medan

(1)

PENGARUH PELAYANAN SOSIAL TERHADAP PERILAKU ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial Pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

OLEH :

NOVALINA M. SINAGA 050902006

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAK

“Pengaruh Pelayanan Sosial Terhadap Perilaku Anak Asuh di Panti Asuhan Bait Allah Medan”

Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi penyebab ketelantaran anak, misalnya masalah sosial ekonomi, sosial psikologi dan orang tua yang tidak bertanggungjawab akan kewajiban memenuhi kebutuhan anak- anaknya. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar ketelantaran anak berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi sosial ekonomi keluarga, sehinngga orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan anak. Keterlantarannya ini yang menyebabkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Selain belum matang jasmani dan rohaninya mereka juga mengalami nasib yang kurang beruntung. Penanganan masalah kesejahteraan sosial anak terlantar sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik melalui sistem sosial panti dan non-panti. Salah satu cara yang dilakukan untuk menanggulangi hal ini adalah dengan adanya Panti Asuhan yang bersedia menampung anak-anak terlantar tersebut, dimana fasilitas yang diberikan sama seperti anak-anak lainnya.

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Bait Allah Medan Jalan Bijai km.7,5 pasar II/ Jalan Puskesmas, Kelurahan Lalang. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatif dengan jumlah sampel sebanyak 35 responden. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan studi lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara, pengisian angket guna memperdalam data dan teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah prduct moment.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pelayanan sosial terhadap perilaku anak asuh. Hal ini terbukti dari hasil analisa korelasi yang dilakukan dengan analisa product moment dimana koefisien korelasi (Rxy) = 0,216 dengan taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) yaitu

0,334%. Maka berdasarkan ketentuan Guilford, koefisien r sebesar 0,216 tersebut mempunyai arti bahwa hubungan antara pelayanan sosial (variabel x) terhadap perilaku anak (variabel y) menunjukkan tingkat hubungan yang rendah.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas segala rahmat dan karunia kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul: ”Pengaruh pelayanan sosial terhadap

perilaku anak asuh di Panti Asuhan Bait Allah Medan”. Skripsi ini disusun

untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam menempuh Ujian Komprehensif untuk mencapai gelar sarjana sosial pada Departemen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara Medan.

Skripsi ini khusus ku persembahkan buat Mama dan Bapak Dra. Ratna

Lindawathy Silalahi dan St. Mangapul Sinaga, SH. Selama penyusunan skripsi

ini, penulis menyadari bahwa masih belum sempurna serta banyak kekurangan dan kelemahan, sehingga penulis membuka diri untuk menerima saran dan kritik yang membangun untuk memperbaiki di masa mendatang.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, dan secara khusus penulis mengucapka terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Matias Siagian, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing dan Dosen Wali yang telah banyak membantu, memberi waktu, membimbing serta memberi dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Seluruh Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, terima kasih buat bimbingan dan materi-materi perkuliahan yang sudah diajarkan selama perkuliahan.

4. Bapak Pdt. Drs. P. Pardede, SH, M. Min selaku pimpinan dan Ketua Panti Asuhan, sekaligus sebagai supervisor lembaga yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan. Khususnya buat adik-adik panti yang sudah mau menerima dan membantu penulis selama penelitian di Panti Asuhan Bait Allah Medan.


(4)

5. Buat Mama dan Bapak yang sangat aku sayangi dan kasihi yang udah menjadi sosok yang sangat ku kagumi, makasih ya ma, pa buat pengorbanan dalam membesarkan dengan tabah dan penuh kesabaran, mendidik, membimbing, mendorong serta mendoakan sampai akhirnya nova dapat menyelesaikan skripsi dan kuliah ini, kalian adalah sumber inspirasi dalam hidupku.

6. Buat abang dan adik-adikku yang ku sayangi, makasih buat semua motivasi yang telah kalian berikan, buat kebersamaan yang selama ini, buat kasih sayang dan perhatian, serta dukungan moral dan moril dalam penyelesaian skripsi ini. Akhirnya aku jadi juga wisuda...

7. Buat semua keluarga besar Sinaga dan Silalahi khususnya Oppung dan buat Tante Yanthi, makasih ya tan buat dukungan, semangat dan nasehatnya untuk nova...

8. Buat sahabat-sahabatku brO JuliA, Kariz, HoTnida, Rohaye n cik Sri, makasih buat persahabatan yang udah kita bina dari semester 1 sampai akhirnya kita menyelesaikan kuliah, suka dan duka yang kita lewati bersama, khusus buat temenku Rohaye, makasih ya udah mau bantu nova ngerjain skripsi ini..

9. Buat teman-teman nge-Mig33 ku yang nggak bisa nova sebutin satu persatu, khususnya penghuni ANEH, buat mZ Bontjos, kaNg dWi, aBanksan2, niEsha ndudh n hallogeen.. makasih ya buat pertemanan, dukungan dan semangat yang rada ANEH yang telah kalian berikan selama ini, buat suka duka yang kita lalui walaupun kita berjauhan tapi kita tetap saling memikirkan dan mendoakan satu dengan yang lain. SEMANGADH!!

10.Buat semua temen-teman Kessos’05 Yustina, JD, Morris, Putri, semua teman yang nggak dapat aku sebutin satu persatu, makasih buat semua persahabatan dan kebersamaan kita selama ini. Buat teman yang lain tetap berjuang dan semangat ya!!!

11.Buatnya teman aku Eka, makasih ya buat pertemanan yang udah kita mulai dari SMA sampai saat ini, makasih buat semangat, dukungan dan


(5)

12.Buatnya Bang Jonny yang udah mau membantu nova mengerjakan dan meluangkan waktunya buat nova dalam mengerjakan skripsi ini, makasih ya buat semua yang udah kamu berikan buatku...

13.Semua teman dan pihak yang udah mau membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih dan berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2009 Penulis


(6)

DAFTAR ISI HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR BAGAN ... viii

BAB I: PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang ... 1

I.2 Perumusan Masalah ……….. 6

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

I.4 Sistematika Penulisan ... 7

BAB II: TINJAUAN PUSTAKA II.1 Kesejahteraan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial ... 9

II.1.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 9

II.1.2 Pengertian Usaha Kesejahteraan Sosial ... 12

II.2 Panti Asuhan sebagai Lembaga Sosial ... 13

II.3 Pelayanan Sosial ………. 17

II.3.1 Pengertian Pelayanan Sosial ... 17

II.3.2 Fungsi –fungsi pelayanan sosial ... 19

II.4 Hakekat Intervensi Sosial ………... 23

II.5 Pola Asuh ... 25

II.6 Perilaku Anak ... 27

II.7 Kerangka Pemikiran ... 30

II.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional ……… 33

II.8.1 Defenisi Konsep ……….. 33

II.8.2 Defenisi Operasional ... 33

II.9 Hipotesis ... 36

BAB III: METODE PENELITIAN III.1 Tipe Penelitian ... 37

III.2 Lokasi Penelitian ... 37

III.3 Populasi dan Sampel ... 37

III.3.1 Populasi ... 37

III.3.2 Sampel ... 38

III.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38

III.5 Teknik Analisa Data ... 39

BAB IV: DESKRIPTIF LOKASI PENELITIAN IV.1 Sejarah Singkat Berdirinya Lembaga ... 41

IV.2 Letak dan Kedudukan Lembaga ... 42


(7)

IV.4.1 Jumlah pengurus/personil panti ... 47

IV.4.2 Sumber Dana/Keuangan Lembaga ... 48

IV.5 Program Kerja ... 49

IV.6 Visi dan Misi Lembaga ... 49

IV.7 Sarana, dan Prasarana Panti Asuhan ... 50

IV.7.1 Prasarana ... 50

IV.7.2 Sarana ... 51

IV.8 Keadaan Umum anak- anak asuh Di Panti Asuhan ... 53

IV.8.1 Jumlah anak asuh ... 53

IV.8.2 Identifikasi/kategori penerimaan anak asuh ... 54

IV.9 Tujuan dan Kegiatan Pelayanan Panti Asuhan ... 55

IV.9.1 Tujuan Pelayanan Panti Asuhan ... 55

IV.9.2 Kegiatan dalam Pelayanan di Panti Asuhan ... 55

BAB V: ANALISIS DATA V.1 Karakteristik Responden ... 59

V.2 Gambaran Variabel Bebas ... 65

V.2.1 Pelayanan Sosial ... 65

V.2.2 Pelayanan Pendidikan Formal ... 69

V.2.3 Kegiatan keterampilan ... 72

V.2.4 Program Bimbingan Rohani ... 74

V.2.5 Pola Asuh di Panti Asuhan ... 76

V.3 Gambaran Variabel Terikat ... 80

V.3.1 Perilaku Anak Asuh ... 80

V.4 Uji Hipotesa ... 94

BAB VI: PENUTUP VI.1 Kesimpulan ... 97

VI.2 Saran ... 98

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jumlah Pengurus dan Personil Panti Asuhan

Bait Allah Medan ... 48

Tabel 2 Prasarana Panyi Asuhan/bangunan yang tersedia ... 51

Tabel 3 Sarana pendukung kegiatan Pelayanan Sosial di Panti Asuhan ... 52

Tabel 4 Klasifikasi Anak asuh berdasarkan tingkat Usia dan Pendidikan ... 53

Tabel 5 Identifikasi/kategori Anak asuh berdasarkan orang tua ... 54

Tabel 6 Identifikasi Anak Asuh berdasarkan daerah asal ... 55

Tabel 7 Jadwal Kegiatan Anak Asuh ... 57

Tabel 8 Karakteristik Responden berdasarkan Umur ... 60

Tabel 9 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 61

Tabel 10 Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan ... 61

Tabel 11 Karakteristik Responden berdasarkan agama ... 62

Tabel 12 Karakteristik Responden berdasarkan Suku Bangsa ... 63

Tabel 13 Karakteristik Responden berdasarkan kategori dalam Panti Asuhan ... 64

Tabel 14 Bahan Makanan Yang diterima setiap hari ... 65

Tabel 15 Menu makanan memenuhi syarat Empat sehat lima sempurna ... 65

Tabel 16 Pemenuhan kebutuhan sandang (pakaian) ... 66

Tabel 17 Pemenuhan Fasilitas mandi ... 67

Tabel 18 Pemenuhan Kebutuhan Papan (perumahan) ... 68

Tabel 19 Jawaban Responden berdasarkan respon Bapak/Ibu Asuh jika sakit ... 68

Tabel 20 Pemenuhan Biaya Pendidikan ... 69

Tabel 21 Pemenuhan Fasilitas pendidikan ... 70

Tabel 22 Sanksi yang diberikan jika tidak bersekolah ... 71

Tabel 23 Kegiatan keterampilan di Panti Asuhan ... 72

Tabel 24 Tanggapan Responden tentang sarana keterampilan ... 73

Tabel 25 Tanggapan Responden tentang Bimbingan Rohani ... 74

Tabel 26 Frekuensi Bimbingan rohani ... 75

Tabel 27 Tanggapan Responden terhadap pola asuh ... 76

Tabel 28 Jawaban responden terhadap sikap Bapak/Ibu Asuh ... 77

Tabel 29 Tanggapan Responden terhadap sering/tidaknya Bapak/Ibu Asuh melakukan tindak kekerasan ... 78

Tabel 30 Tanggapan Responden terhadap sikap pekerja sosial ... 79

Tabel 31 Tanggapan Responden terhadap tindak kekerasan pekerja Sosial ... 79

Tabel 32 Kepatuhan terhadap Peraturan di Panti asuhan ... 80

Tabel 33 Kepedulian anak asuh terhadap lingkungan panti sebagai Tempat tinggal ... 81


(9)

Tabel 36 Frekuensi melawan Bapak/ibu Asuh ... 83 Tabel 37 Frekuensi melawan Orang tua sebelum masuk Panti ... 84 Tabel 38 Tanggapan Responden Terhadap pernah/tidak membuat

Keributan di Panti ... 84 Tabel 39 Tanggapan Responden Terhadap pernah/tidak membuat

Keributan sebelum masukPanti ... 85 Tabel 40 Tanggapan Responden Terhadap pernah/tidak membuat

kenakalan di Panti ... 86 Tabel 41 Hubungan anak asuh dengan teman di luar Panti ... 86 Tabel 42 Frekuensi keluar Panti tanpa izin ... 87 Tabel 43 Kemauan mengungkapkan masalah kepada Bapak/Ibu

Asuh ... 88 Tabel 44 Kemauan mengungkapkan masalah kepada sesama anak

Asuh ... 89 Tabel 45 Keinginan untuk membina hubungan dengan bapak/Ibu

Asuh setelah keluar panti ... 90 Tabel 46 Kesan dan Perasaan terhadap teman sekamar ... 90 Tabel 47 Kedisiplinan menjalankan ibadah sehari-hari ... 91 Tabel 48 Kedisiplinan menjalankan ibadah sebelum masuk

Panti ... 92 Tabel 49 Keaktifan membaca Alkitab selama berada di Panti ... 92 Tabel 50 Keaktifan membaca Alkitab sebelum masuk Panti ... 93


(10)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1 Bagan Alir Pemikiran ... 32 Bagan 2 Struktur Organisasi Panti Asuhan Bait Allah Medan ... 43


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lembar Pengajuan dan Persetujuan judul skripsi

2. Lembar Penugasan sebagai Dosen Pembimbing Penulisan Proposal/Penelitian/Skripsi

3. Berita Acara Seminar Proposal Penelitian 4. Lembar Izin Penelitian

5. Lembar Balasan Lembaga Penelitian


(12)

ABSTRAK

“Pengaruh Pelayanan Sosial Terhadap Perilaku Anak Asuh di Panti Asuhan Bait Allah Medan”

Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi penyebab ketelantaran anak, misalnya masalah sosial ekonomi, sosial psikologi dan orang tua yang tidak bertanggungjawab akan kewajiban memenuhi kebutuhan anak- anaknya. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar ketelantaran anak berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi sosial ekonomi keluarga, sehinngga orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan anak. Keterlantarannya ini yang menyebabkan anak tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Selain belum matang jasmani dan rohaninya mereka juga mengalami nasib yang kurang beruntung. Penanganan masalah kesejahteraan sosial anak terlantar sudah banyak dilakukan oleh pemerintah maupun swasta baik melalui sistem sosial panti dan non-panti. Salah satu cara yang dilakukan untuk menanggulangi hal ini adalah dengan adanya Panti Asuhan yang bersedia menampung anak-anak terlantar tersebut, dimana fasilitas yang diberikan sama seperti anak-anak lainnya.

Penelitian ini dilakukan di Panti Asuhan Bait Allah Medan Jalan Bijai km.7,5 pasar II/ Jalan Puskesmas, Kelurahan Lalang. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatif dengan jumlah sampel sebanyak 35 responden. Untuk memperoleh data yang diperlukan, maka penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data studi pustaka dan studi lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara, pengisian angket guna memperdalam data dan teknik analisa data yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah prduct moment.

Hasil penelitian memperlihatkan bahwa tidak terdapat hubungan antara pelayanan sosial terhadap perilaku anak asuh. Hal ini terbukti dari hasil analisa korelasi yang dilakukan dengan analisa product moment dimana koefisien korelasi (Rxy) = 0,216 dengan taraf signifikan 5% (taraf kepercayaan 95%) yaitu

0,334%. Maka berdasarkan ketentuan Guilford, koefisien r sebesar 0,216 tersebut mempunyai arti bahwa hubungan antara pelayanan sosial (variabel x) terhadap perilaku anak (variabel y) menunjukkan tingkat hubungan yang rendah.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi penyebab ketelantaran anak, seperti masalah sosial ekonomi, sosial psikologi dan orang tua yang tidak bertanggungjawab akan kewajiban memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar ketelantaran anak berkaitan langsung dengan lemahnya kondisi sosial ekonomi keluarga.

Sesuai dengan data Departemen Sosial, jumlah anak terlantar di Indonesia pada tahun 2006 mencapai 2.815.393 anak. Dimana jumlah anak terlantar di Sumatera Utara sebanyak 333.113 anak 19.00).

Kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak atau sejumlah besar anak-anak terlantar yang karena keadaan keterlantarannya tidak mempunyai kesempatan yang cukup untuk dapat tumbuh dan berkembang secara wajar baik secara jasmani, rohani maupun sosial. Selain belum matang jasmani dan rohaninya mereka juga mengalami nasib yang kurang beruntung. Keadaan ini dapat disebabkan karena salah satu orang tuanya bekerja sepanjang hari sehingga tidak dapat menjalankan fungsinya sebagaimana mestinya.


(14)

Banyak usaha yang telah dilakukan dalam menangani masalah sosial anak terlantar, baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Dalam menangani masalah kesejahteraan anak terlantar ada 2 cara, yaitu dengan menggunakan sistem sosial panti dan sistem non-panti. Selain itu pelayanan sosial dalam bentuk asuhan anak ada tiga jenis, yaitu: adopsi, asuhan keluarga dan Panti Asuhan (Muhidin, 1992: 45)

Penanganan masalah kesejahteraan sosial anak terlantar melalui sistem panti adalah dimana asuhan diberikan kepada anak-anak yang sangat terlantar atau karena tingkah lakunya yang tidak bisa diterima oleh keluarga asuhnya. Asuhan dalam panti adalah sebagai pengganti orangtua bagi anak yang terlantar sehingga anak merasa terjamin hidup dalam kelompok anak-anak. Dimana pelayanan yang diberikan berupa penyediaan fasilitas-fasilitas, pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, pendidikan, bimbingan rohani serta keterampilan dimana diharapkan anak- anak tersebut dapat mengembangkan pribadi, potensi, kemampuan dan minatnya secara optimal. Sedangkan asuhan non-panti adalah asuhan secara berkelompok dalam rumah bagi anak-anak remaja yang tidak dapat menyesuaikan diri dengan keluarga asuhnya.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.4 Tahun 1979 yang dimaksud dengan kesejahteraan anak adalah :

a. suatu tata kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan perkembangan dengan wajar, baik secara jasmani, rohani maupun sosial. b. usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang ditujukan


(15)

Dari pengertian kesejahteraan anak tersebut pada dasarnya selalu berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan yang bersifat rohaniah melalui orangtua sendiri maupun asuhan khususnya. Misalnya kesempatan memperoleh pendidikan, rekreasi dan bermain serta sosialisasi pada umumnya. Kemudian pemenuhan kebutuhan jasmaniah seperti gizi, kesehatan dan kebutuhan fisik lainnya serta santunan atau peningkatan kemampuan berfungsi sosial bagi anak-anak miskin, terlantar, cacat dan yang mengalami masalah perilaku.

Dalam hal ini orangtua adalah orang yang pertama bertanggungjawab atas terwujudnya kesejahteraan anak. Akan tetapi tidak semua orang tua dapat menjalankan peranannya di dalam keluarga. Oleh sebab itu, untuk menyelamatkan anak-anak terlantar, maka ditempuh jalan dengan memasukkan anak-anak terlantar tersebut ke Panti Asuhan, agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang secara wajar, yang nantinya mereka dapat diharapkan membantu dirinya sendiri dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dalam hal ini dapat dilihat bahwa Panti Asuhan berfungsi dalam membantu, merawat dan membina anak-anak terlantar.

Panti Asuhan Bait Allah merupakan salah satu Panti Asuhan swasta di Medan, dimana pelayanannya bertujuan untuk membantu anak-anak terlantar melalui bimbingan dan asuhan panti. Panti Asuhan Bait Allah ini didirikan pada tanggal 23 Febuari 1972. Anak asuh di Panti Asuhan ini datang dari berbagai latar belakang masalah, antara lain: yatim piatu, yatim, piatu, ketidakmampuan keluarga khususnya orangtua mereka, bahkan ada juga anak hasil hubungan gelap. Jumlah anak asuh yang ada di Panti Asuhan ini cukup besar, yaitu sebanyak 84 orang.


(16)

Adapun pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan panti tersebut kepada anak-anak terlantar adalah meliputi asuhan anak, pendidikan formal, kegiatan latihan keterampilan, pembinaan rohani, pembinaan sosial mental, kegiatan olah raga dan kegiatan kesenian. Keseluruhan pelayanan ini secara umum ditujukan untuk membantu meningkatkan kesejahteraan anak dengan sasaran membina dan mendidik anak-anak asuh agar mampu mandiri dan dapat berkembang serta tumbuh dengan baik sehingga dapat menjalankan fungsi sosialnya sebagai anggota masyarakat.

Dalam melakukan pelayanannya Panti Asuhan Bait Allah Medan sudah lama berkiprah dengan dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, seperti: Yayasan Darmais, Donateur, Instansi Pemerintahan, Dinas Sosial berupa bantuan dana. Hal ini sangat membantu panti dalam melaksanakan aktivitas dan program-program pelayanannya dalam membantu dan memenuhi berbagai kebutuhan anak asuh.

Panti Asuhan Bait Allah merupakan suatu badan atau lembaga kesejahteraan sosial yang merupakan keluarga pengganti sekaligus tempat tinggal bagi anak-anak asuh. Panti asuhan dengan sistem pelayanan yang ada di dalamnya merupakan suatu proses bagi anak-anak asuh dimana mereka mendapatkan bimbingan dan asuhan yang seharusnya mereka dapatkan dari keluarga, khususnya orang tua.

Pada kenyataannya pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan juga mempunyai keterbatasan, baik dari pelayanan Panti Asuhan maupun anak asuh itu sendiri. Hal ini yang menyebabkan tidak maksimalnya lembaga panti dalam


(17)

perkembangan dan kepribadian jiwa, pola sikap, perilaku anak-anak asuh, khususnya anak-anak asuh dalam usia remaja dimana pertumbuhan dan perkembangannya membutuhkan perhatian dan dukungan orang lain.

Hal ini dapat dilihat dari keadaan di panti yang tidak sejalan dengan tujuan pelayanannya, yaitu salah satunya adalah pola pengasuhan yang salah dari pengasuh ataupun pekerja sosial yang ada di panti tersebut. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pekerja sosial kadang tidak sejalan dengan sebagaimana layaknya seorang pekerja sosial, bahkan tidak jarang peneliti melihat adanya perlakuan kasar atau keras terhadap anak-anak asuh dalam memerintah untuk melaksanakan tugas atau kegiatan sehari-hari yang ada di panti. Hal ini yang dapat menyebabkan perkembangan anak selanjutnya akan terpengaruh ataupun anak akan merasa tertekan dengan situasi yang diterimanya, sehingga dapat berpengaruh terhadap psikis anak.

Sementara sebagaimana yang kita ketahui, pengertian dari pelayanan sosial adalah suatu aktivitas yang terorganisasi yang bertujuan untuk membantu agar tercapai suatu penyesuaian timbal balik antara individu dengan lingkungan sosialnya. Berdasarkan pengertian di atas pelayanan yang dilakukan dalam Panti Asuhan Bait Allah belum dapat dikatakan sebagai suatu upaya yang memberikan kesempatan bagi anak-anak terlantar agar dapat mengembangkan kemampuan diri, khususnya perilaku dalam hidup bermasyarakat. Akibatnya tidak jarang anak asuh kurang mampu melaksanakan program yang telah ditetapkan oleh panti, hal seperti ini dapat dilihat dari ketidakdisiplinan mereka, yaitu dalam berperilaku yang tidak diharapkan misalnya nakal, melawan Ibu atau Bapak asuh, bahkan keluar dari lokasi panti.


(18)

Berada di Panti asuhan bagi anak asuh tentu saja berbeda dengan kondisi anak-anak lain yang tinggal bersama orang tuanya. Bagaimanapun, anak-anak panti harus menjalankan kegiatan-kegiatan dalam panti, mulai dari kegiatan belajar, sekolah, dan kegiatan-kegiatan yang lainnya setiap hari. Anak asuh harus dapat menyesuaikan diri terhadap keadan panti serta pelayanan-pelayanan yang ada dan tentunya dengan didikan ataupun dibina dengan baik oleh petugas panti. Berdasarkan dari uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti masalah tersebut dalam suatu karya ilmiah dengan judul : “PENGARUH PELAYANAN SOSIAL

TERHADAP PERILAKU ANAK ASUH DI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN”.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dirumuskan suatu masalah sebagai berikut : “Sejauhmana pengaruh pelayanan sosial terhadap perilaku anak asuh di Panti Asuhan Bait Allah Medan”,

I.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.3.1 Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan maslah di atas maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan Bait Allah 2. Untuk mengetahui perilaku anak asuh


(19)

I.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi dalam perbaikan teori-teori dan model-model pelayanan sosial sehingga dapat menjamin perkembangan psikis anak kearah yang lebih positif.

I.4 Sistematika Penulisan

Bab I : Pendahuluan

Berisi tentang latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

Bab II : Tinjauan Pustaka

Berisi tentang pengertian panti asuhan sebagai lembaga sosial, pelayanan sosial, hakekat intervensi sosial, perilaku anak, kerangka pemikiran, defenisi konsep dan defenisi operasional.

Bab III : Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisa data.

Bab IV : Deskripsi lokasi Penelitian

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat berdirinya Panti Asuhan Bait Allah, struktur organisasi dan gambaran umum lokasi penelitian.


(20)

Bab V : Analisa Data

Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya.

Bab VI : Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran- saran penulis dari hasil penelitian.


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial dan Usaha Kesejahteraan Sosial II.1.1 Kesejahteraan Sosial

Kesejahtaraan sosial adalah mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan masyarakat yang lebih baik, sedangkan menurut rumusan Undang-undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok kesejahteraan sosial pasal 2 ayat 1, adalah:

”Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesusilaan dan ketentraman lahir dan batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban sesuai dengan Pancasila” (RI,1974).

Salah satu ciri ilmu kesejahteraan sosial adalah upaya pengembangan metodologi untuk menangani berbagai macam masalah sosial, baik tingkat individu, kelompok, keluarga maupun masyarakat.


(22)

1. Harorld L. Wilensky dan Charles N. Lebeaux

Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari usaha-usaha pelayanan sosial dan lembaga-lembaga sosial, untuk membantu individu-individu dan kelompok dalam mencapai tingkat hidup serta kesehatan yang memuaskan. Maksudnya agar individu dan relasi-relasi sosialnya memperoleh kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengembangkan kemampuan-kemapuannya serta meningkatkan atau menyempurnakan kesejahteraan sebagai manusia sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

2. Arthur Dunham

Kesejahteraan sosial dapat didefenisikan sebagai kegiatan-kegiatan yang terorganisasi dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan diri dari segi sosial melalui pemberian bantuan kepada orang yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan di dalam beberapa bidang seperti kehidupan keluarga dan anak, kesehatan, penyesuaian sosial, waktu senggang, standar-standar kehidupan dan hubungan-hubungan sosial. Pelayanan kesejahteraan sosial memberi perhatian utama terhadap individu-individu, kelompok-kelompok, komunitas-komunitas dan kesatuan-kesatuan penduduk yang lebih luas; pelayanan ini mencakup pemeliharaan atau perawatan, penyembuhan dan pencegahan.

3. Walter A. Friedlander

Kesejahteraan sosial adalah suatu sistem yang terorganisir dari peleyanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bermaksud untuk membantu


(23)

kehidupan dan kesehatan yang memuaskan serta hubungan-hubungan perorangan dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan segenap kemampuan dan meningkatkan kesejahteraan mereka selaras dengan kebutuhan-kebutuhan keluarga maupun masyarakat.

4. Alfred J. Khan

Kesejahteraan sosial terdiri dari program-program yang tersedia selain yang tercakup dalam kriteria pasar untuk menjamin suatu tindakan kebutuhan dasar seperti, kesehatan, pendidikan kesejahteraan dengan tujuan meningkatkan derajat kehidupan komunal dan berfungsinya individual agar dapat mudah menggunakan pelayanan-pelayanan maupun lembaga-lembaga yang ada pada umumnya serta membantu mereka yang mengalami kesulitan dan dalam pemenuhan kebutuhan mereka.

5. Perserikatan Bangsa- bangsa

Kesejahteraan sosial adalah suatu kegiatan yang terorganisir dengan tujuan membantu penyesuaian timbal balik antara individu-individu dengan lingkungan sosial mereka. Tujuan ini dicapai secara seksama melalui teknik-teknik dan metode-metode dengan maksud agar memungkinkan individu-individu, kelompok-kelompok maupun komunitas-komunitas memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan memecahkan masalah-masalah penyesuaian diri mereka terhadap perubahan pola-pola masyarakat, serta melalui tindakan kerjasama untuk memperbaiki kondisi-kondisi ekonomi dan sosial.


(24)

Kesejahteraan sosial sebagai fungsi terorganisir adalah kumpulan kegiatan yang bermaksud untuk memungkinkan idividu-individu, keluarga-keluarga dan komunitas-komunitas menanggulangi masalah sosial yang diakibatkan oleh perubahan kondisi-kondisi. Tetapi disamping itu, secara luas kecuali bertanggung jawab terhadap pelayanan-pelayanan khusus, kesejahteraan sosial berfungsi lebih lanjut ke bidang yang lebih luas di dalam pembangunan sosial suatu negara.

Pada pengertian yang lebih luas, kesejahteraan sosial dapat memainkan peranan penting dalam memberikan sumbangan untuk secara efektif menggali dan menggerakkan sumber-sumber daya manusia serta sumber-sumber material yang ada disuatu negara agar dapat berhasil menanggulangi kebutuhan-kebutuhan sosial yang ditimbulkan oleh perubahan, dengan demikian berperan serta dalam pembinaan bangsa (Sumarnonugroho, 1987:28).

II.1.2 Usaha Kesejahteraan Sosial

Menurut Undang- undang Republik Indonesia No.6 Tahun 1974, Usaha- usaha kesejahteraan sosial adalah semua upaya, program, dan kegiatan yang ditujukan untuk mewujudkan, membina, memelihara, memulihkan dan mengembangkan kesejahteraan sosial (Sumarnonugroho, 1987:39).

Usaha kesejahteraan sosial mengacu pada program, pelayanan dan berbagai kegiatan yang secara konkret berusaha menjawab kebutuhan ataupun masalah- masalah yang dihadapi anggota masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial dapat diarahkan pada individu, keluarga, kelompok atau komunitas. Beberapa contoh dari Usaha Kesejahteraan sosial yang searah dengan tujuan pembangunan


(25)

a. Beberapa tipe unit usaha kesejahteraan sosial yang secara langsung memberikan sumbangan terhadap peningkatan produktifitas individu, kelompok ataupun masyarakat, contohnya adalah pelayanan konseling pada generasi muda dan lain- lain.

b. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang berupaya untuk mencegah atau meminimalisir hambatan (beban) yang dapat dihadapi oleh para pekerja (yang masih produktif).

c. Jenis usaha kesejahteraan sosial yang memfokuskan pada pencegahan dampak negatif urbanisasi dan industrialisasi pada kehidupan keluarga dan masyarakat atau membantu mereka agar dapat mengidentifikasi dan mengembangkan ”pemimpin” dari suatu komunitas lokal.

Beberapa karakteristik usaha kesejahteraan sosial, antara l;ain: 1. Menanggapi kebutuhan manusia

2. Usaha kesejahteraan sosial diorganisir guna menanggapi kompleksitas masyarakat perkotaan yang modern.

3. Kesejahteraan sosial mengarah ke spesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan sosialnya juga menjadi terspesialisasi.

4. Usaha kesejahteraan sosial menjadi sangat luas.

II.2 Panti Asuhan sebagai Lembaga Sosial

Lembaga sosial sebagai wadah pelaksanaan usaha- usaha kesejahteraan sosial memiliki tujuan, sasaran dan misi sesuai dengan bidang kegiatannya. Oleh karena itu lembaga sosial memiliki klasifikasi dan karakteristik masing- masing,


(26)

sehingga bentuk-bentuk intervensi sosial berbeda satu sama lain (Nurdin, 1989:41).

Lembaga sosial adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dianggap penting atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia (Horton, 1987:244).

Dari pengertian di atas dapat dilihat bahwa lembaga sosial mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, dimana lembaga sosial tersebut, baik lembaga agama, politik, ekonomi, pendidikan mempunyai nilai-nilai atau norma-norma yang merupakan atauran dan pedoman tingkah laku yang mengatur kegiatan-kegiatan masyarakat untuk mencapai tujuan tertentu. Dimana norma dan nilai tersebut merupakan pola-pola perilaku yang harus dituruti dan dilaksanakan.

Menurut Merton, lembaga sosial memeliki dua fungsi, yaitu:

1. Fungsi manifest yang merupakan tujuan lembaga yang diakui, jelas dan biasannya dipuji oleh masyarakat.

2. Fungsi Laten yang merupakan hasil yang tidak dikehendaki dan mungkin tidak diakui (Horton, 1987: 251).

Demikian halnya dengan lembaga social sebagai wadah pelaksanaan usaha kesejahteraan sosial yang memiliki tujuan dan sasaran dengan bidang kegiatannya. Lembaga atau organisasi sosial sebagai wadah kegiatan-kegiatan sosial merupakan salah satu unsur penting dalam proses intervensi sosial di samping adanya pekerja sosial, profesi-profesi lain yang bekerja dalam bidang kesejahteraan sosial.


(27)

Lembaga sosial pada dasarnya merupakan perwujudan fungsi-fungsi kesejahteraan sosial yang melahirkan bentuk-bentuk program pelayanan yang bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari bidang pelayanan sosial dalam praktek pekerja sosial. Dalam menjalankan fungsi-fungsinya, lembaga sosial dapat memberikan sanksi-sanksi dan sumber-sumber yang diperlukan oleh pekerja sosial dan profesi lainnya yang terkait dalam menjalankan kegiatan praktek (Nurdin, 1989:41).

Sumber-sumber yang disediakan lembaga sosial adalah seperti: dana, tempat, tenaga kerja dan fasilitas-fasilitas lainnya. Dalam hal ini lembaga kesejahteraan sosial mempunyai tujuan dan misi yang berbeda dengan lembaga sosial lainnya.

Sebagai organisasi formal yang menjalankan fungsi dan tugasnya, lembaga kesejahteraan sosial perlu dilengkapi prasarana dan sarana yang merupakan isi standard, yaitu :

1). Tempat, gedung dan peralatan serta fasilitas-fasilitas yang memadai

2). Tenaga administrasi yang cakap dan tersedianya tenaga professional yang bertanggungjawab terhadap pelayanan kepada klien

3). Program kegiatan yang jelas, baik yang menyangkut jangka panjang atau jangka pendek

4). Tata laksana kesejahteraan sosial yang teratur dan tertib (Sumarnonugroho, 1987:57).

Salah satu fungsi lembaga kesejahteraan sosial adalah kesejahteraan anak, yaitu bimbingan sosial dan pelayanan panti untuk anak-anak, yang mencakup anak-anak terlantar, tergantung pada bantuan orang lain, anak-anak di luar


(28)

pernikahan yang sah, menjalani persoalan perilaku yang serius (Sumarnonugroho, 1987:46).

Dari batasan di atas dapat diketahui bahwa pelayanan panti asuhan merupakan wujud dari fungsi lembaga kesejahteraan sosial dalam menangani berbagai masalah kesejahteraan anak, khususnya anak-anak terlantar. Dimana salah satu lembaga sosial yang biasa menangani masalah anak terlantar adalah Panti Asuhan.

Panti Asuhan adalah lembaga atau unit kerja pelayanan kesejahteraan bagi pemelihara dan pembinaan anak yatim piatu, yatim, piatu, terlantar atau kurang terurus dalam pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosialnya secara wajar (Marpaung, 1988:52).

Fungsi- fungsi Panti Asuhan adalah: 1. Fungsi perlindungan

Menghindarkan anak dari ketelantaran, perlakuan kekejaman atau semena- mena dari orangtua atau walinya.

2. Fungsi pendidikan

Membimbing dan mengembangkan kepribadian anak asuh secara wajar melalui berbagai keahlian, teknik dan penggunaan fasilitas-fasilitas sosial untuk tercapainya pertumbuhan dan perkembangan fisik, rohaniah dan sosial anak asuh.

3. Fungsi pengembangan

Mengembangkan kemampuan atau potensi anak asuh sesuai dengan situasi dan kondisi lingkungan yang baik sehingga anak tersebut dapat menjadi


(29)

anggota masyarakat yang hidup layak dan penuh tanggungjawab terhadap dirinya, keluarga maupun masyarakat.

4. Fungsi pencegahan

Menghindarkan anak asuh dari pola-pola tingkah laku sosial anak asuh yang bersifat menghambat atau negatif dengan mendorong lingkungan sosialnya untuk mengembangkan pola-pola tingkah laku yang wajar melalui kegiatan penyuluhan dan bimbingan sosial (Marpaung, 1988:69).

II.3 Pelayanan Sosial

II.3.1 Pengertian Pelayanan Sosial

Pelayanan sosial adalah sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk dengan lingkungan sosialnya (Muhidin, 1992:43).

Pelayanan sosial disebut juga sebagai pelayanan kesejahteraan sosial. Menurut Walter Friedlander (1961), kesejahteraan sosial adalah ;

“ Sistem yang terorganisir dari pelayanan-pelayanan sosial dan lembaga-lembaga yang bertujuan untuk membantu individu dan kelompok untuk mencapai standard hidup dan kesehatan yang memuaskan serta relasi-relasi pribadi dan sosial yang memungkinkan mereka mengembangkan kemampuan sepenuh mungkin dan meningkatkan kesejahteraannya selaras dengan kebutuhan keluarga dan masyarakat” (Muhidin, 1992:1).

Dari defenisi di atas dapat dijelaskan bahwa :

1. Konsep Kesejahteraan Sosial sebagai suatu sistem atau “organized system” yang berintikan lembaga-lembaga dan pelayanan sosial.


(30)

2. Tujuan sistem tersebut adalah untuk mencapai tingkat kehidupan yang sejahtera dalam arti tingkat kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan juga relasi-relasi sosial dengan lingkungannya.

3. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan cara meningkatkan “kemampuan individu” baik dalam memecahkan masalahnya maupun dalam memenuhi kebutuhannya.

Sementara Elizabeth Wickenden mengemukakan bahwa kesejahteraan social termasuk di dalamnya peraturan perundangan, program, tunjangan dan pelayanan yang menjamin atau memperkuat pelayanan untuk memenuhi kebutuhan sosial yang mendasar dari masyarakat serta menjaga ketentraman dalam masyarakat.

Kesejahteraan sosial sebagai suatu kondisi dapat terlihat dari rumusan

Undang-undang Republik Indonesia nomor 6 tahun 1974 tentang ketentuan-ketentuan Pokok Kesejahteraan Sosial pasal 2 ayat 1:

“Kesejahteraan sosial adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial materil maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan, kesulitan dan ketentraman batin, yang memungkinkan bagi setiap warga negara untuk mengadakan usaha pemenuhan kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, sosial yang sebaik-sebaiknya bagi dirinya sendiri, keluarga serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak-hak asasi serta kewajiban manusia sesuai dengan pancasila”(RI, 1980:2).

Dari berbagai pengertian di atas dapat terlihat luas lingkup pengertian kesejahteraan sosial yang sebenarnya sangat meluas dan melingkupi berbagai


(31)

aspek kehidupan. Dalam kesejahteraan sosial juga terdapat usaha kesejahteraan sosial, dimana pelayanan sosial juga termasuk dari salah satu di dalamnya.

Perlu dibedakan dua macam pengertian pelayanan sosial, yaitu:

1. Pelayanan sosial dalam arti luas adalah pelayanan sosial yang mencakup fungsi pengembangan termasuk pelayanan sosial dalam bidang pendidikan, kesehatan, perumahan, tenaga kerja dan sebagainya.

2. Pelayanan sosial dalam arti sempit atau disebut juga pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial dan sebagainya (Muhidin, 1992:41).

Semakin tersebarnya dan dipraktekkan secara universal pelayanan sosial, maka pelayanan yang ditujukan kepada golongan masyarakat yang membutuhkan pertolongan khusus.

II.3.2 Fungsi–fungsi pelayanan sosial

Pelayanan sosial telah dan mungkin akan diklasifikasikan dalam berbagai cara, tergantung dari tujuan klasifikasi. Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) mengemukakan fungsi dari pelayanan sosial adalah sebagai berikut:

1. Peningkatan kondisi kehidupan masyarakat. 2. Pengembangan sumber-sumber manusiawi.

3. Orientasi masyarakat terhadap perubahan-perubahan sosial dan penyesuaian sosial.

4. Mobilisasi dan pencipta sumber-sumber masyarakat untuk tujuan pembangunan.


(32)

5. Penyediaan dan penyelenggaraan struktur kelembagaan untuk tujuan agar pelayanan-pelayanan yang terorganisasi dapat berfungsi.

Richard M. Titmuss mengemukakan bahwa pelayanan sosial ditinjau dari

perspektif masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk lebih meningkatkan kesejahteraan individu, kelompok dan masyarakat untuk masa sekarang dan untuk masa yang akan datang.

2. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan untuk melindungi masyarakat

3. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai suatu investasi yang yang diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan sosial. 4. Pelayanan-pelayanan atau keuntungan-keuntungan yang diciptakan sebagai

program kompensasi bagi orang-orang yang tidak mendapat pelayanan sosial misalnya kompensasi kecelakaan industri dan sebagainya.

Alfred J. Khan menyatakan bahwa fungsi utama pelayanan sosial adalah:

1. Pelayanan Sosial untuk Sosialisasi dan pengembangan

2. Pelayanan Sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi 3. Pelayanan akses

Pelayanan sosial untuk sosialisasi dan pengembangan dimaksudkan untuk mengadakan perubahan-perubahan dalam diri anak dan pemuda melalui program-program pemeliharaan, pendidikan (non formal) dan pengembangan. Yang tujuannya yaitu untuk menanamkan nilai-nilai masyarakat dalam usaha pengembangan kepribadian anak.


(33)

Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut adalah: 1. Program penitipan anak

2. Program-program kegiatan remaja/ pemuda

3. Program-program pengisian waktu terluang bagi anak dan remaja dalam keluarga.

Pelayanan Sosial untuk penyembuhan, perlindungan dan rehabilitasi mempunyai tujuan untuk melaksanakan pertolongan kepada seseorang, baik secara individual maupun di dalam kelompok/keluarga dan masyarakat agar mampu mengatasi masalah-masalahnya.

Bentuk-bentuk pelayanan sosial tersebut antara lain: a. Bimbingan sosial bagi keluarga

b. Program asuhan keluarga dan adopsi anak

c. Program bimbingan bagi anak nakal dan bebas hukuman d. Program-program rehabilitasi bagi penderita cacat e. Program- program bagi lanjut usia

f. Program-program penyembuhan bagi penderita gangguan mental.

g. Program-program bimbingan bagi anak-anak yang mengalami masalah dalam bidang pendidikan.

h. Program-program bimbingan bagi para pasien di rumah sakit.

Kebutuhan akan program pelayanan sosial akses disebabkan oleh karena: a. Adanya birokrasi modern

b. Perbedaan tingkat pengetahuan dan pemahaman masyarakat terhadap hal-hal dan kewajiban/tanggungjawab.


(34)

d. Jarak geografi antara lembaga-lembaga pelayanan dari orang-orang yang memerlukan pelayanan sosial (Muhidin, 1992:44).

Pelayanan sosial untuk tujuan menyembuhkan, memberikan bantuan, rehabilitasi, perlindungan sosial biasanya melalui kegiatan/program dalam suatu lembaga, misalnya lembaga panti, lembaga rehabilitasi dan lain-lain. Tujuan dari pelayanan ini adalah memulihkan kemampuan peranan sosial dan memberi bantuan guna penyesuaian yang memadai dengan lingkungan sosialnya. Bentuk pelayanan panti merupakan salah satu pelayanan kesejahteraan sosial mencakup program pertolongan dan perlindungan kepada golongan yang tidak beruntung seperti pelayanan sosial bagi anak-anak terlantar, keluarga miskin, cacat, tuna sosial, dan sebagainya. Pelayanan kesejahteraan sosial yang diberikan misalnya pelayanan di Panti Asuhan, Panti Jompo, Panti Karya, dan lain- lain.

Romanyshyn (1971) mengemukakan bahwa pelayanan sosial bukan hanya sebagai usaha memulihkan, memelihara, meningkatkan kemampuan berfungsi sosial individu dan keluarga, melainkan juga sebagai usaha untuk menjamin berfungsinya kolektivitas seperti kelompok-kelompok sosial, organisasi serta masyarakat (Nurdin, 1989: 50).

Tujuan pelayanan kesejahteraan sosial adalah mengaktualkan potensi klien. Sementara tugas pelayanan sosial adalah memberikan pelayanan (bantuan, santunan, bekal lain) untuk membangkitkan motivasi klien, dan mengorganisasi lingkungan yang sesuai atau mungkin disesuaikan (Danim, 1995:39).

Anak asuh adalah anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera ataupun yang sudah tidak memiliki orangtua dan mendapat pengasuhan di luar lingkungan


(35)

mengasuh dan menyediakan segala keperluan si anak. Dapat juga berupa yayasan ataupun lembaga yang bergerak di bidang pengasuhan dan perlindungan anak.Anak asuh merupakan anak terlantar yang mendapat bantuan, perlindungan serta bimbingan dalam Panti Asuhan dengan sistem pelayanan didalamnya.

Dalam salah satu teori Marxist diseburtkan bahwa organisasi atau lembaga pelayanan sosial cenderung mengutamakan nilai-nilai ekonomi dan menekankan system ekonomi kapitalis, yaitu mengambil keuntungan sehingga seringkali membawa kerugian pada masyarakat. Pandangan ini banyak dilakukan organisasi atau lembaga pelayanan sosial.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa lembaga atau organisasi sosial seringkali tidak mencapai tujuan yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena pekerja sosial sebagai pelaksanaan pelayanan tidak professional dan tidak bersungguh-sungguh dalam melakukan pelayanannya kepada masyarakat.

II.4 Hakekat Intervensi Sosial

Dalam konsep kesejahteraan sosial kita mengenal istilah “intervensi”. Istilah ini dapat kita temukan di dalam defenisi kesejahteraan sosial menurut

Romanyshyn.

Secara harfiah istilah “intervensi” mempunyai arti sebagai ikut campur atau semacam pengantaran yang mencakup perbuatan-perbuatan atau cara-cara yang menghubungkan antara pihak yang satu dengan pihak yang lainnya (Sumarnonugroho,1987:22).


(36)

Dalam kamus istilah kesejahteraan sosial diberi batasan bahwa intervensi merupakan tindakan yang bertujuan untuk mengadakan perubahan dalam sistem-sistem sosial (Suparlan, 1990:54).

Intervensi melalui pendekatan institusional meliputi dua komponen, yaitu intervensi mikro dan intervensi makro. Dimana intervensi mikro mencakup individu-individu, keluarga dan kelompok kecil. Sementara intervensi makro meliputi lingkungan tetangga, komunitas, organisasi formal, masyarakat atau lebih luas lagi (Sumarnonugroho, 1987:23)

Dengan demikian intervensi dalam bidang kesejahteraan sosial memiliki arti tersendiri. Dewasa ini kesejahteraan social dipandang sebagai suatu sistem intervensi. Sistem kesejahteraan sosial yang dapat dilaksanakan oleh badan-badan atau lembaga kesejahteraan sosial, terdiri dari bentuk-bentuk intervensi sosial utama yang dikategorikan sebagai berikut:

1. Analisis dan perencanaan kebijaksanaan kesejahteraan sosial 2. Program-program perbaikan penghasilan (income)

3. Program-program pelayanan sosial 4. Administrasi kesejahteraan sosial, dan 5. Aksi sosial (Nurdin, 1989:49).

Jenis dan corak intervensi di atas dapat dilaksanakan dalam bentuk pelayanan-pelayanan dan usaha-usaha kesejahteraan sosial institusional, baik pemerintahan atau kelompok-kelompok masyarakat/swasta. Usaha-usaha tersebut merupakan respon-respon terencana untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan tugas-tugas pemecahan masalah yang dihadapi individu-individu dan


(37)

keluarga-Bentuk pelayanan dan usaha kesejahteraan sosial dapat dilihat dalam pelayanan sosial di Panti Asuhan. Dimana pelayanan yang diberikan pada anak asuh ditujukan agar mereka dapat melakukan segala aktivitasnya sebagaimana yang dilakukan oleh anak-anak lain yang tinggal bersama keluarga, khususnya orangtua mereka. Intervensi atau pelayanan sosial dalam Panti Asuhan juga ditujukan untuk membantu anak-anak terlantar agar kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi. Jika kebutuhannya terpenuhi maka mereka akan dapat melakukan fungsi sosialnya dalam hidup bermasyarakat, yaitu wujud perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang diharapkan, baik dalam Panti Asuhan maupun dalam masyarakat luar setelah mereka keluar nantinya.

II.5 Pola Asuh

Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan pada anak dan bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Pola perilaku ini dapat dirasakan oleh anak, baik dari segi positif maupun negatif. Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh, yaitu:

1. Pola asuh Demokratis

Dimana pola asuh ini memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu dalam mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Pola asuh seperti ini merupakan tipe yang bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua dengan tipe ini juga akan memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat.


(38)

Pola asuh demokratis akan menghasilkan karakteristik anak yang mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan yang baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat terhadap hal-hal baru dan kooperatif terhadap orang lain.

2. Pola asuh Otoriter

Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Misalnya, kalau tidak mau makan maka tidak akan diajak bicara. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan, maka orang tua dengan tipe seperti ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasinya bersifat satu arah.

Pola asuh otoriter akan menghasilkan karakteristik anak yang penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, suka menentang atau melawan, suka melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan cenderung menarik diri.

3. Pola asuh Permisif

Pola asuh permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup dari orang tua. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka.

Pola asuh seperti ini akan menghasilkan karakteristik anak yang impulsif, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang sendiri, dan


(39)

4. Pola asuh Penelantar

Tipe seperti ini umumnya memberikan waktu dan biaya yang minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja dan juga kadang kala biaya pun dihemat untuk keperluan anak mereka.

Pola asuh ini menghasilkan karakteristik anak yang moody, impulsif, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, self esteem (harga diri) yang rendah, sering bolos dan bermasalah dengan teman.

Dari berbagai penjelasan diatas dapat dilihat bahwa pola asuh yang diterapkan atau pola asuh yang diberikan kepada anak-anak asuh adalah pola asuh yang bersifat otoriter. Hal ini dapat dilihat dari tingkah laku atau sikap yang ditunjukkan oleh pekerja sosial yang ada di Panti dalam memerintah anak asuh. Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pekerja sosial tidak terlihat seperti sikap-sikap pekerja sosial yang sebenarnya, tidak jarang terlihat anak-anak dipukul baik menggunakan tangan ataupun dengan benda lain. Bahkan sering juga terdengar kata- kata yang tidak layak dikatakan kepada anak

II.6 Perilaku Anak

Perilaku adalah setiap cara, reaksi atau respon manusia, mahluk hidup terhadap lingkungannya (Gunarsa, 1993:4). Perilaku diwujudkan dalam perbuatan baik atau buruk oleh setiap manusia dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dimana ia berada. Reaksi atau cara tersebut timbul disebabkan adanya berbagai kepentingan dan kebutuhan hidupnya.


(40)

Dalam kaitannya dengan kegiatan-kegiatan dan perilaku manusia, baik secara umum maupun khusus dalam interaksi sosial terhadap motif dan sikap sebagai pengertian-pengertian utama (Gerungan, 1987:140). Motif merupakan suatu pengertian yang meliputi semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan-dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan ia berbuat sesuatu.

Dalam pertumbuhan dan perkembangan setiap anak membutuhkan orang lain. Orang lain yang terutama bertanggung jawab adalah orangtua sendiri. Pada dasarnya anak sangat membutuhkan lingkungan keluarga, rasa aman yang diperoleh dari orangtua. Rasa aman dalam keluarga merupakan salah satu syarat bagi kelancaran perkembangan anak (Gunarsa, 1993:26).

Menurut Woodworth, pada dasarnya terdapat 4 jenis hubungan antara individu dengan lingkungan. Individu dapat bertentangan dengan lingkungan, menggunakan lingkungan, berpartisipasi dengan lingkungan, individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya (Gerungan, 1987:55).

Demikian halnya dengan kondisi dari anak asuh yang berada di Panti Asuhan. Semakin bertambahnya usia mereka, pertumbuhan dan perkembangan jiwanya dipengaruhi oleh lingkungan tempat dimana mereka bersosialisasi dan berinteraksi. Perilaku anak tidak hanya dipengaruhi oleh bagaimana sikap orang-orang yang berada di tempat tinggalnya, melainkan juga bagaimana sikap-sikap mereka dan bagaimana pula mereka berhubungan dengan orang-orang yang berada di dalam maupun di luar lingkungan tempat tinggal mereka misalnya lingkungan sekolah, dan lain-lain.


(41)

Kehidupan dan perilaku anak remaja merupakan suatu masa dimana anak dipengaruhi lingkungan yang memberikan banyak rangsangan-rangsangan dimana anak tidak dapat menolaknya.

Masa remaja adalah suatu periode yang sering dikatakan sebagai ”badai” dan ”tekanan’ yaitu sebagai suatu masa dimana terjadi ketegangan emosi yang tinggai yang diakibatkan adanya perubahan fisik dan kelenjar. Di masa ini remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu-ke waktu,karena mereka ada dalam masa peralihan dan mereka berusaha menyesuaikan perilaku baru dari fase-fase perkembangan sebelumnya(Hurlock, 1993:212). Menurut Mappiare (1982), masa remaja berlangsung antara umur 12-21 tahun bagi wanita dan 13-22 tahun bagi pria (Asrori, 2004:9).

Pada masa remaja ada 4 tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku, yaitu tingginya emosi, minat dan peran, minat dan perilaku serta menginginkan dan menuntut kebebasan (Hurlock, 1993:207).

Ketika anak mulai menginjak masa remaja ia mulai meninggalkan dunia keluarga dan mulai memasuki ruang lingkup kehidupan yang lebih luas, yaitu dunia luar, lingkungan sosial, lingkungan pergaulan. Dalam memasuki ruang lingkup yang lebih luas anak tidak bisa dilepas begitu saja untuk menjelajahi dunianya tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari orang lain (Gunarsa, 1993:112).

Masa remaja merupakan masa yang rentan karena dalam masa remaja seorang anak meninggalkan masa kanak-kanak menuju tahap yang selanjutnya. Dimana masa remaja sering disebut sebagai masa krisis, karena anak belum memiliki pegangan atau pendirian yang tetap. Kondisi dan situasi seperti ini dapat


(42)

menimbulkan perilaku anak menjadi tidak terawasi dan melakukan hal-hal yang tidak diharapkan, misalnya kenakalan remaja.

Kenakalan atau sifat-sifat asosial pada anak remaja disebabkan adanya rasa mencari-cari atau memilih nilai-nilai yang cocok untuk dirinya, sehingga bila terdapat nilai yang dianggap kurang sesuai selalu ditentang dengan mencoba norma-normanya sendiri (Partolisastro, 1983:41).

Berdasarkan uraian di atas dapat dilihat bahwa kenakalan pada anak remaja disebabkan karena keinginan mencari atau memilih nilai-nilai yang sesuai bagi dirinya. Nilai-nilai tersebut bisa saja diperoleh dari lingkungan sekolah atau kelompok bermain. Seringkali anak tidak menyadari bahwa nilai tersebut tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

II.7 Kerangka Pemikiran

Intervensi yang berupa pelayanan-pelayanan sosial dalam lembaga Panti Asuhan ditujukan untuk membantu anak-anak terlantar atau yang dikenal dengan anak asuh. Dalam usaha kesejahteraan sosial, intervensi yang dilakukan salah satunya adalah melalui kegiatan pelayanan di Panti Asuhan baik oleh pemerintah maupun swasta.

Panti Asuhan merupakan suatu lembaga sosial yang mana didalamnya terdapat aturan-aturan dan peraturan-peraturan tertentu mengenai program dan kegiatan dalam membantu memecahkan masalah, misalnya dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan anak asuh. Pelayanan sosial yang ada di Panti Asuhan adalah untuk membantu anak-anak asuh agar dapat mencapai standar hidup, baik


(43)

Pelayanan dalam panti asuhan menyediakan sumber-sumber yang dibutuhkan oleh anak-anak asuh, membentuk dan mengubah tinglah laku anak asuh serta membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi oleh anak.

Demikian halnya dengan Panti Asuhan Bait Allah Medan, dimana pelayanan yang diberikan kepada anak asuh meliputi: pelayanan asuhan anak, pendidikan formal/non-formal, bimbingan rohani, keterampilan yang saling berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya, yaitu dalam suatu sistem pelayanan sosial. Pelayanan sosial ini di harapkan dapat dilakukan sebaik-baiknya sehingga anak-anak dapat mengembangkan kepribadiannya serta tumbuh dan berkembang dengan wajar.

Keberadaan panti asuhan bagi anak asuh adalah sebagai pengganti keluarga, dimana mereka diasuh dan dibimbing dengan program-program yang ada di Panti. Anak asuh diharapkan dapat menyesuaikan dirinya dalam lingkungan panti maupun diluar panti asuhan, khususnya perilaku mereka baik dalam melakuakan kegiatan–kegiatan panti, kedisiplinan dalam melakukan tugas sehari- hari, dan yang terpenting anak asuh dapat mandiri setelah keluar dari Panti Asuhan.

Dari uraian diatas maka dapat kita buat penjelasan singkat dalam bagan kerangka pemikiran sebagai berikut:


(44)

Bagan 1

BAGAN ALIR PEMIKIRAN

ANAK- ANAK ASUH

PELAYANAN SOSIAL PANTI ASUHAN BAIT

ALLAH MEDAN

INTERVENSI KESEJAHTERAAN

SOSIAL:

1.Pelayanan pemenuhan kebutuhan anak asuh:

-pemenuhan kebutuhan sandang

-pemenuhan kebutuhan pangan

-pemenuhan kebutuhan papan

- kesehatan

2.Pelayanan pendidikan formal

3.Kegiatan ketrampilan 4.Program

pembinaan/bimbingan rohani

5.Kegiatan Olah raga 6. Pola asuh

PERILAKU ANAK ASUH


(45)

II.8 Defenisi Konsep dan Defenisi Operasional II.8.1 Defenisi Konsep

Konsep adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1981:33). Defenisi konsep bertujuan untuk merumuskan istilah yang digunakan secara mendasar dan menyamakan persepsi tentang apa yang akan diteliti serta menghindari salah pengertian yang dapat mengaburkan tujuan penelitian.

Untuk mengetahui pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan, maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:

1. Pelayanan sosial, suatu aktifitas yang bertujuan untuk memberikan pertolongan, bimbingan, perlindungan kepada individu, keluarga, masyarakat agar dapat melaksanakan fungsi sosialnya.

2. Perilaku, setiap cara, reaksi atau respon manusia terhadap lingkungannya. 3. Anak asuh, adalah anak yang berasal dari keluarga pra sejahtera ataupun

yang sudah tidak memiliki orangtua dan mendapatkan pengasuhan di luar lingkungan yang sah.

4. Panti Asuhan, adalah lembaga atau unit kerja pelayanan kesejahteraan bagi pemeliharaan dan pembinaan anak yatim piatu, terlantar, kurang terurus dalam pemenuhan kebutuhan jasmani, rohani dan sosialnya secara wajar.

II.8.2 Defenisi Operasional

Defenisi Operasional merupakan unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel (Singarimbun, 1981:33).


(46)

Adapun variabel yang diteliti adalah sebagai berikut: A. Variabel Bebas (Independent Varieble)

Variabel bebas (X) adalah segala jenis, faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi munculnya variabel kedua yang disebut sebagai variabel terikat. Tanpa variabel ini maka variabel berubah sehingga akan muncul menjadi variabel terikat yang berbeda atau yang lain atau bahkan sama sekali tidak ada yang muncul (Nawawi, 1991:57).

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pelayanan Sosial di Panti Asuhan yang meliputi :

1. Pelayanan asuhan anak melalui pemenuhan kebutuhan anak. a. Pemenuhan kebutuhan sandang

b. Pemenuhan kebutuhan pangan c. Pemenuhan kebutuhan papan d. Kesehatan

2. Pelayanan Pendidikan formal 3. Kegiatan keterampilan

a. Jenis kegiatan keterampilan b. Sarana/ peralatan keterampilan 4. Program pembinaan/bimbingan rohani

a. Frekuensi mempelajari pelajaran agama b. Melakukan kegiatan-kegiatan rohani 5. Pola Asuh Panti Asuhan


(47)

B. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat (Y) adalah sejumlah gejala atau faktor maupun unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan adanya variabel bebas dan bukan karena adanya variabel lain (Nawawi, 1991:57).

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku anak asuh yang meliputi :

a. Kepatuhan menjalankan program Panti asuhan

b. Kepedulian akan Panti Asuhan sebagai tempat tinggal c. Disiplin dalam melakukan tugas sehari-hari

d. Disiplin mempelajari program keterampilan

e. Sering tidaknya melanggar perintah Bapak/ibu asuh f. Sering tidaknya membuat keributan

g. Sering tidaknya melakukan kenakalan

h. Cara bergaul dengan teman sekolah atau orang diluar panti i. Kesediaan mengungkapkan masalah

j. Kesan dan perasaan terhadap teman sekamar k. Menjalankan ibadah

l. Keaktifan membaca alkitab

Dari variabel-variabel yang digunakan tersebut, diharapkan dapat disimpulkan seberapa besar pengaruh pelayanan sosial terhadap perilaku anak asuh Panti Asuhan Bait Allah dalam melaksanakan fungsi sosialnya.


(48)

II.9 Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam laporan penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti benar melalui data yang terkumpul (Nawawi, !991:50).

Ho : Tidak terdapat pengaruh pelayanan sosial terhadap perilaku anak asuh di Panti Asuhan Bait Allah Medan.

Ha : Adanya pengaruh pelayanan sosial terhadap perilaku anak asuh di Panti Asuhan Bait Allah Medan.


(49)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian ini adalah penelitian explanatif, yang bertujuan untuk mencari atau meneliti sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada suatu arah berdasarkan pada koefisien korelasi.

III.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Panti Asuhan Bait Allah yang berkeduduka n di Jalan Binjai Km. 7.5 pasar II/ Jalan Puskesmas, Kelurahan Lalang. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena Panti Asuhan Bait Allah merupakan salah satu panti Asuhan swasta berkiprah dalam pelayanannya membantu anak-anak terlantar.

III.3 Populasi dan Sampel III.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan aspek penelitian yang terdiri dari manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, gejala, nilai atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam suatu penelitian (Nawawi, 1991:141).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh anak asuh yang terdaftar dalam Panti Asuhan Bait Allah Medan yang berjumlah 84 orang, dengan tingkat usia antara 9 bulan-21 tahun.


(50)

III.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang diambil datanya dengan menggunakan cara-cara tertentu (Nawawi, 1991:144). Dalam penelitian ini teknik pengambilan sampel dengan menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang ditetapkan secara sengaja oleh peneliti dengan pertimbangan usia anak asuh yang berusia 12-21 tahun yang berjumlah 35 anak. Dengan harapan mereka memberikan data yang dibutuhkan dalam penelitian.

III.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan informasi atau data yang dibutuhkan, maka peneliti menggunakan metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Studi kepustakaan, yaitu teknik pengumpulan data atau informasi menyangkut masalah yang diteliti dengan mempelajari dan menelaah buku, majalah, surat kabar, tulisan yang ada relevansinya terhadap masalah yang diteliti.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data yang diperoleh melalui penelitian dengan turun langsung ke lokasi penelitian untuk mencari fakta yang berkaitan dengan masalah yang diteliti, yaitu dengan cara :

a. Observasi, yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai objek penelitian


(51)

b. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data yang dilaksanakan dengan menyebarkan angket kepada anak asuh yang menjadi respondennya.

c. Wawancara, yaitu dimaksudkan untuk mengajukan pertanyaan secara tatap muka dengan responden yang bertujuan untuk melengkapi data yang diperlukan.

III.5 Teknik Analisa Data

Data yang dikumpulkan akan dianalisis dengan menggunakan teknik analisis product moment dengan rumusan sebagai berikut (Bungin, 2005:195):

Rxy = n.∑ XY - ( ∑X ) ( ∑Y )

____________________________________

√[n. ( ∑X² ) - ( ∑X )² ] [n. ( ∑Y² ) - ( ∑Y)²]

KETERANGAN :

Rxy = koefisien korelasi Product Moment n = jumlah individu dalam variabel X = angka mentah untuk variabel X Y = angka mentah untuk variabel Y (Singarimbun, 1989:137).


(52)

Menurut Sugiono (1994:75), untuk menggambarkan jenis hubungan digunakan ketentuan Guilford, yaitu:

1. <0.199 = hubungan rendah sekali/lemah 2. 0.20-0.399 = hubungan rendah tapi pasti 3. 0.40-0.699 = hubungan cukup berarti 4. 0.70-0.899 = hubungan tinggi/kuat 5. > 0.90 = hubungan tinggi/kuat sekali


(53)

BAB IV

DESKRIPTIF LOKASI PENELITIAN

IV.1 Sejarah Singkat Berdirinya Panti Asuhan Bait Allah Medan

Panti Asuhan Bait Allah merupakan salah satu lembaga swasta yang ada di Medan yang awalnya berdiri pada tanggal 23 Febuari 1972, dimana yayasan diurus dan dijalankan oleh satu badan pengurus yang terdiri dari seorang ketua, wakil ketua, sekretaris, bendahara dan beberapa komisaris.Panti Asuhan Bait Allah didirikan dibawah akte notaris Roesli. Dimana Panti Asuhan Bait Allah ini terletak di Jl. Binjai Km. 7,5 Psr II Kelurahan Lalang Medan yang didirikan oleh Pdt. DR. SB Pardede sebagai ketua, dengan wakil ketua Armenius Manalu, sekretaris Karmen Efendy Nainggolan, bendahara Ny. Rachel Pardede serta komisaris deminee Jesajas Ladun Pardede.

Awal terbentuknya Panti Asuhan ini disebabkan oleh adanya bencana sosial, yaitu buruknya pendidikan karena kurangnya pemerataan didaerah-daerah dan adanya penyalahgunaan hasil panen sehingga terjadinya keterpurukan ekonomi. Hal ini terjadi karena ada seorang yang kaya yang suka bermain judi sampai semua harta bendanya habis. Sifat ketidakpuasannya orang kaya tersebut pun sampai berhutang dimana-mana, bahkan istri dan anaknya pun dijual. Melihat kondisi yang seperti ini pendiri mendirikan Panti Asuhan Bait Allah yang gunanya untuk menampung dan melindungi anak-anak terlantar, yatim piatu, yatim, piatu, fakir miskin, broken home serta korban bencana alam.

Pada tahun 1990 pendiri Panti Asuhan Bait Allah ini meninggal dunia, dan akhirnya Panti asuhan ini diteruskan oleh anaknya yaitu Pdt.Drs. P. Pardede, SH,


(54)

M.Min sampai pada saat ini. Panti Asuhan Bait Allah memiliki daya tampung sebesar 120 orang. Tetapi pada saat ini Panti Asuhan Bait Allah mengasuh 84 anak. Anak-anak yang diasuh di Panti Asuhan ini dari berbagai latar belakang masalah dan kebudayaan.

IV.2 Letak dan Kedudukan Lembaga

Lokasi praktikum ini dilaksanakan di Panti Asuhan Bait Allah yang berkedudukan di Jalan Binjai Km. 7,5 pasar II/Jalan Puskesmas, Kelurahan Lalang. Alasan peneliti memilih lokasi tersebut adalah karena Panti Asuhan Bait Allah merupakan salah satu panti Asuhan swasta berkiprah dalam pelayanannya membantu anak-anak terlantar.

IV.3 Struktur Organisasi Lembaga

Dalam bagian sejarah berdirinya panti Asuhan Bait Allah ini telah ditegaskan, bahwa pendirian panti ini tidak terlepas dari berdirinya Yayasan secara umum dan eksistensinya merupakan pelaksanaan salah satu aktivitas lembaga. Sebagai suatu yayasan, Panti Asuhan Bait Allah Medan mempunyai struktur organisasi yang langsung dipimpin oleh Bapak Drs. P. Pardede, SH, M.Min. kemudian pemimpin panti membawahi sekretaris panti, bendahara panti serta pekerja sosial.

Untuk lebih jelasnya dapat dicantumkan struktur organisasi Panti Asuhan Bait Allah Medan adalah sebagai berikut:


(55)

Bagan 2

STRUKTUR ORGANISASI PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN

Sumber: Kantor Panti Asuhan Bait Allah Medan, 2009.

Adapun tugas masing-masing jabatan pada struktur organisasi Panti Asuhan Bait Allah Medan adalah sebagai berikut:

1. Pimpinan Panti

- Melaksanakan kegiatan dan bertanggungjawab penuh terhadap semua kegiatan dan keadaan, baik kedalam dan keluar Panti Asuhan Bait Allah.

- Mengkoordinir tugas pengurus harian.

SEKRETARIS (Dra.D.Sitompul,MTh)

KEUANGAN (Debora E.P SH, STh)

Sie. Organisasi (Martha F.M)

Sie. Pendidikan (Ailah Tanjung)

Sie.Umum (Samuel

Son)

Sie.Ketrampilan (David Hutajulu

ST,STh) PIMPINAN


(56)

- Mengambil kebijaksanaan organisasi setelah dilaporkan dan mendapat pengesahan dari pengurus harian didalam rapat badan pengurus harian.

- Memimpin rapat pengurus dan rapat tahunan

- Menjalankan pelaksanaan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga serta peraturan Panti Asuhan Bait Allah dengan penuh tanggung jawab dan dedikasi.

- Memberi tugas harian kepada pengurus maupun anggota

- Membuat laporan setiap bulannya kepada pengurus harian Panti Asuhan Bait Allah.

2. Sekretaris

- Mengurus dan mengatur administrasi

- Bertindak sebagai penggerak berjalannya kepengurusan organisasi

- Mempersiapkan surat dan laporan organisasi serta surat- surat lainnya

- Mencatat dan mendata inventaris organisasi.

- Membantu ketua dan mempersiapkan konsep-konsep real program dengan memperhatikan Anggaran Dasar dan Anggaran rumah tangga

- Dan lain-lain yang dianggap perlu oleh ketua berdasarkan keputusan yayasan

- Membantu ketua dan mempersiapkan konsep-konsep real program organisasi dengan memperhatikan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.


(57)

3. Bendahara

- Menerima uang dan membukukannya serta mengeluarkan uang sesuai kebutuhannya dan membukukannya setelah mendapat persetujuan ketua.

- Membuat laporan keuangan setiap bulannya serta mempertanggungjawabkannya.

- Menandatangani laporan keuangan bersama dengan ketua dan mempertanggungjawabkannya di rapat yayasan.

- Membuat rencana pemasukan dan anggaran pengeluaran setiap tahunnya menurut dimulai dan ditutupnya anggaran tahunan yayasan.

- Dan lain- lain yang dianggap perlu oleh ketua.

4. Petugas Harian

- Pengurus Harian disebut sebagai orang atau pribadi yang berhak

mendapat keuntungan dari usaha setiap unit yang akan diatur kemudian oleh Badan Pengurus.

- Pengurus Harian berhak memberi suara dan saran serta tanggapan tentang Roda Organisasi termasuk dengan pengangkatan dan pemberhentian pengurus dan memberi penilaian dan evaluasi terhadap kerja dan kinerja pengurus di Rapat Badan Pendiri.

- Pengurus Harian berhak mengusulkan perubahan dan pembubaran yayasan di Rapat Badan Pengurus Harian yang kemudian diambil keputusan yang sebijak-bijaknya sesuai dengan AD dan ART.

- Pengurus Harian berhak untuk dipilih menjadi pengurus yayasan atau unit lain setelah dihasilkan Rapat Badan Pengurus Harian.


(58)

- Pengurus Harian berhak untuk mengusulkan pembentukan perwakilan atau cabang yayasan yang kemudian ditetapkan oleh Badan Pengurus Harian.

- Ketua Badan Pengurus Harian berhak untuk memilih, menggantikan dirinya sebagai ketua apabila dikemudian hari bahwa salah satu dari Pengurus Harian lebih energik untuk memajukan Yayasan Panti Asuhan Bait Allah baik secara lisan maupun tulisan ataupun dengan akta-akta lainnya, yang kemudian Ketua Pengurus Harian akan menjadi Penasehat Pengurus Harian.

Kesejahteraan

a. Kesejahteraan Badan Pengurus Harian, badan Pengurus Yayasan atau Pengurus Unit lainnya akan diatur dalam mekanisme tersendiri oleh Badan Pengurus Harian Panti Asuhan Bait Allah.

b. Adanya yang meninggal atau sukacita atas diri dari Badan Pengurus maupun unit lainnya akan diatur dalam peraturan tersendiri oleh Keputusan Badan Pengurus Harian.

Disiplin

a. Bentuk-bentuk tindakan yang diambil terhadap Pengurus yang lalai melaksanakan tugasnya, ataupun yang melanggar disiplin Yayasan maupun merugikan martabat dan nama baik Panti Asuhan Bait Allah atau terbukti telah melanggar undang-undang agama atau adat istiadat


(59)

1. Peringatan.

2. Peringatan langsung schorsing.

3. Peringatan langsung schorsing dan pemberhentian sesuai dengan tingkat klasifikasi kesalahan menurut Badan pendiri.

b. Pengurus yang lalai dalam tugas satu bulan berturut-turut di dalam bulan berikutnya dapat dilakukan schorsing dan seminggu setelah

schorsing dapat dilakukan pemecahan.

c. Keanggotaan yang dimaksud dinyatakan gugur apabila: 1. Telah meninggal dunia.

2. Atas permintaan secara tertulis yang disampaikan kepada Badan Pengurus Yayasan selanjutnya disampaikan kepada Badan Pengurus Harian.

3. Akibat dari tindakan disiplin pemecatan sesuai butir a dan b.

IV.4 Sumber Daya dan Sumber Dana Pengelolaan Panti Asuhan IV.4.1 Jumlah pengurus/personil panti

Sejalan dengan gambaran struktur organisasi panti yang diungkapkan diatas, unsur pelaksanaan tugas-tugas pelayanan kesejahteraan sosial di panti hanyalah dijalankan oleh petugas panti. Berdasarkan keadaan dan kenyataan hasil pengamatan di Panti Asuhan, maka terlihat jumlah pengurus dan personil panti sebanyak 7 orang sebagaimana yang tercantum dalam tabel dibawah ini:


(60)

TABEL 1

JUMLAH PENGURUS DAN PERSONIL PANTI ASUHAN BAIT ALLAH MEDAN

No Nama Jabatan Pendidikan

1 2 3 4 5 6 7 Pdt.Drs.P.PardedeSH,M.Min Dra.D.Sitompul,MTh

Debora E.P, SH Martha F.M Ailah Tanjung Samuel Son

David Hutajulu, ST, MTh

Pimpinan Sekretaris Bendahara Sie. Organisasi Sie.Pendidikan Sie.Umum Sie.Ketrampilan Sarjana Sarjana Sarjana SMU SPG SMU Sarjana

Sumber : Kantor Panti Asuhan Bait Allah Medan, 2009

Adapun jumlah pekerja sosial yang ada di Panti Asuhan Bait Allah sebanyak 7 orang, terdiri dari:

a. Sarjana : 4 orang b. SPG : 1 orang c. SMU : 2 orang

IV.4.2 Sumber Dana/Keuangan Lembaga

Sumber dana atau donateur bagi operasional Panti Asuhan Bait Allah, berasal dari anggaran Departemen Sosial RI, Instansi pemerintah, Militer/Sipil. Selain dari Instansi tersebut Panti Asuhan Bait Allah juga memperoleh sumbangan/hibah wasiat atau derma dan juga dari penghasilan dari usaha yayasan.


(61)

IV. 5 Program Kerja

Sesuai dengan tujuan pembangunan ras bahwa sasaran pembangunan itu adalah manusia, maka untuk mencapai pembangunan yang merata baik secara spiritual dan material yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 maka Panti Asuhan Bait Allah akan menyelenggarakan kegiatan berupa pendidikan dan kegiatan sosial. Untuk mencapai sasaran tersebut semaksimalnya maka disusunlah program jangka panjang dan jangka pendek serta menciptakan lapangan kerja atau penyaluran warga binaan agar dapat mandiri.

IV.6 Visi dan Misi Lembaga

Sebagai lembaga yang bergerak dalam bidang perlindungan anak Panti Asuhan Bait Allah memeiliki visi dan misi dalam menjalankan fungsinya. Adapun yang menjadi visi dan misi dari Panti Asuhan Bait Allah ini adalah sebagai berikut:

Visi

Melindungi, memelihara, mendidik, dan membina anak yatim piatu, terlantar, broken home, anak jalanan, fakir miskin untuk menjadi anak yang baik, beriman, bermasyarakat, berbangsa, serta berdisiplin, dan terampil.

:

Misi

II. Jangka Panjang :

1. Yayasan akan mendirikan Panti Asuhan serta melengkapi sarana dan prasarananya.


(62)

3. Mengusahakan awal tanah untuk lahan pertanian, perkebunan maupun perikanan dan peternakan sebagai sumber pendapatan yayasan.

4. Membangun perpustakaan dan laboratorium serta alat pendukungnya. 5. Memasyarakat anak binaan agar siap mandiri baik mental dan spiritual.

II. Jangka Pendek

1. Membangun gedung panti serta menerima warga binaan sesuai dengan prosedur yang sudah ada.

2. Mengadakan hubungan dengan instansi pemerintah, sipil, maupun militer, swasta, dan unsur-unsur masyarakat lainnya.

3. Mengadakan administrasi panti asuhan dalam hal: persiapan data pribadi anak panti, buku induk warga binaan, formulir pendaftaran dilengkapi surat lurah dan gereja, pengelolaan keuangan dan pelaporannya, dan mempersiapkan surat masuk dan keluar.

IV.7 Sarana, dan Prasarana Panti Asuhan IV.7.1 Prasarana

Adapun prasarana/bangunan yang ada pada Panti Asuhan Bait Allah dalam rangka menunjang kegiatan pelayanan anak asuh dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:


(63)

TABEL 2

PRASARANA PANTI ASUHAN/BANGUNAN YANG TERSEDIA

No Jenis Prasarana Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Ruang tidur Ruang kebaktian Ruang makan Ruang kantor Kamar mandi/WC Ruang dapur Ruang keterampilan Perumahan pengurus Gudang Garasi 6 2 1 1 5 1 1 1 2 1

Sumber : Panti Asuhan Bait Allah Medan, 2009

Dari uraian di atas maka dapat diketahui bahwa prasarana yang ada di Panti Asuhan ini sudah cukup memadai, dimana terdapat fasilitas yang disediakan mulai dari ruang tidur, ruang belajar, dan lain- lain yang dapat digunakan anak-anak asuh dalam pemenuhan kebutuhannya.

IV.7.2 Sarana

Adapun sarana yang tersedia untuk mendukung berbagai kegiatan pelayanan anak asuh dapat dilihat dari tabel berikut ini:


(64)

TABEL 3

SARANA PENDUKUNG KEGIATAN PELAYANAN SOSIAL PANTI ASUHAN

No Jenis Sarana Jumlah

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Tempat tidur Kursi plastik Meja kamar cewek Meja makan Lemari pakaian Peralatan kebaktian:

- podium

- meja kebaktian Peralatan musik:

- keyboard

- drum

- gitar

- sound system Komputer rumah pimpinan Televisi

Kipas Angin dinding

106 unit 200 unit 2 buah 5 buah 50 unit 2 buah 2 unit 2 unit 1 unit 1 unit 1 unit 3 unit 3 buah 3 unit

Sumber : Panti Asuhan Bait Allah Medan, 2009

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sarana yang tersedia di Panti Asuhan Bait Allah dalam mendukung kegiatan pelayanan sosial terhadap anak-anak asuh belum memadai. Hal ini dapat dilihat dari kurangnya sarana yang mendukung kegiatan belajar daripada anak-anak asuh dan kurangnya sarana meja makan untuk anak-anak asuh.


(65)

IV.8 Keadaan Umum anak- anak asuh Di Panti Asuhan

Setelah diuraikan tentang berbagai organisasi panti secara umum, berikut ini diuraikan keadaan umum daripada anak-anak asuh di Panti Asuhan yang meliputi identifikasi umur, kategori dan asal klien.

IV.8.1 Jumlah anak asuh

Jumlah anak asuh di Panti Asuhan Bait Allah keseluruhannya adalah 84 orang dengan klasifikasi tingkat usia dan pendidikannya, dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

TABEL 4

KLASIFIKASI ANAK ASUH BERDASARKAN TINGKAT USIA DAN PENDIDIKAN

No Umur Pendidikan Jumlah

1 2 3 4 5 6

0- 4 tahun 5- 6 tahun 7- 13 tahun 14- 16 tahun 17- 19 tahun 20 tahun keatas

- TK SD SLTP SMU

5 - 44 24 10

1

Jumlah 84


(66)

IV.8.2 Identifikasi/kategori penerimaan anak asuh

Identifikasi/kategori penerimaan anak dimaksudkan adalah untuk mengenal kondisi daripada anak-anak asuh tersebut khususnya kondisi orang tua yang menyebabkan anak tersebut masuk dan menjadi bagian dari Panti Asuhan Bait Allah. Selain itu untuk mengetahui berasal dari daerah mana anak-anak tersebut dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

TABEL 5

IDENTIFIKASI/KATEGORI ANAK ASUH BERDASARKAN ORANG TUA

No Kategori Anak Jumlah

1 2 3 4 5 6 7

Anak Yatim Piatu Anak Yatim Anak Piatu Fakir Miskin

Korban bencana alam Anak terlantar

Broken Home

47 5 6 9 7 8 2

Jumlah 84


(1)

21 3 1 1 1 1 4 2 3 3 1 4 3 1 2

22 3 3 1 1 1 4 2 3 3 1 4 3 1 2

23 3 2 2 1 1 1 2 3 3 1 3 4 1 2

24 3 3 1 1 1 1 2 3 3 1 3 4 1 2

25 3 1 1 1 1 4 2 3 3 1 4 3 1 2

26 3 3 1 1 1 4 2 3 3 1 4 3 1 2

27 3 2 1 1 2 4 2 3 3 1 4 3 1 2

28 3 2 2 1 1 1 2 3 3 1 3 4 1 2

29 3 2 1 1 1 4 2 3 3 1 4 2 1 2

30 3 2 1 1 1 4 2 3 3 1 4 3 1 2

31 2 3 2 1 1 1 2 3 3 1 3 1 1 2

32 2 2 3 1 1 1 2 3 3 1 3 1 1 2

33 1 1 4 1 2 3 2 3 3 1 2 2 1 2

34 3 2 1 1 1 4 2 3 3 1 3 3 1 2


(2)

Lampiran II

Jawaban Responden Berdasarkan Variabel Y No.

Responden

36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

1 2 2 1 2 1 1 2 1 1 1

2 2 2 2 2 4 1 1 1 2 1

3 2 2 2 1 1 1 2 1 2 1

4 1 2 2 2 3 2 1 2 1 2

5 2 2 1 2 4 1 1 1 2 1

6 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1

7 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1

8 2 2 1 2 3 1 2 1 2 1

9 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1

10 2 2 1 2 3 1 2 1 2 1

11 2 2 2 2 3 1 1 2 1 3

12 2 2 1 2 1 2 1 1 2 1

13 2 2 2 2 3 1 2 1 1 1

14 2 2 2 2 1 1 2 1 2 2

15 2 2 1 2 1 1 2 2 1 2

16 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1

17 2 2 2 2 4 1 2 1 2 1

18 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1

19 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1


(3)

No. Responden

36 37 38 39 40 41 42 43 44 45

21 2 2 2 2 1 1 2 1 2 1

22 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1

23 2 2 2 2 2 1 2 1 1 1

24 2 2 2 2 3 1 2 1 2 1

25 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1

26 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1

27 2 2 2 2 4 1 1 1 2 1

28 2 2 2 2 1 1 2 1 1 1

29 2 2 2 2 3 1 1 1 2 1

30 2 2 2 2 2 1 1 1 1 1

31 1 2 2 2 2 2 1 1 1 1

32 1 2 2 2 2 2 1 1 2 1

33 2 1 1 1 1 1 1 3 1 1

34 2 2 2 2 3 1 1 1 1 1


(4)

No. Responden

46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

1 3 1 2 2 2 3 2 3 1 1 1

2 3 1 1 2 2 3 2 3 3 2 1

3 3 1 1 2 2 2 2 2 3 1 1

4 3 1 1 2 2 3 2 2 3 1 1

5 3 2 2 2 2 3 2 3 1 2 1

6 3 1 1 2 2 3 2 3 2 1 1

7 3 2 1 2 2 3 2 3 2 2 1

8 3 1 1 2 2 3 2 3 1 2 1

9 3 2 1 2 1 3 2 2 2 1 1

10 3 2 1 2 2 3 2 3 1 2 1

11 2 1 1 2 1 3 2 3 1 2 1

12 3 1 1 2 1 3 2 3 2 2 1

13 1 1 2 2 3 2 3 2 2 2 1

14 3 1 1 2 2 3 2 3 1 1 1

15 3 1 1 2 2 3 2 3 1 2 1

16 3 1 1 2 2 3 2 2 1 1 1

17 3 1 1 2 2 3 2 3 1 2 2

18 3 2 1 2 2 3 2 2 1 1 2

19 3 1 2 2 2 3 2 3 3 2 2


(5)

No. Responden

46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56

21 3 1 1 2 2 3 2 3 1 1 2

22 3 1 1 2 2 2 2 3 2 2 1

23 3 1 2 2 2 3 2 3 1 1 2

24 3 1 1 2 2 3 2 2 1 1 2

25 2 1 1 2 2 3 2 2 1 2 2

26 3 1 1 2 2 2 2 3 3 2 2

27 3 1 1 2 2 3 2 3 3 2 2

28 3 2 1 2 2 3 2 2 2 1 2

29 2 1 1 2 2 3 2 3 3 1 1

30 1 2 1 2 2 2 3 1 3 1 1

31 1 1 3 1 1 2 2 3 2 1 2

32 2 2 3 2 1 2 2 3 1 2 1

33 2 2 3 2 2 2 2 1 2 2 1

34 3 1 1 2 1 3 2 2 3 2 1


(6)

Kalkulasi Harga X dan Y

No X Y XY

1 51 35 2601 1225 1785

2 47 37 2209 1369 1739

3 47 39 2209 1521 1833

4 45 36 2025 1296 1620

5 45 41 2025 1681 1845

6 44 38 1936 1444 1672

7 48 41 2304 1681 1968

8 49 37 2401 1369 1813

9 47 37 2209 1369 1739

10 55 40 3025 1600 2200

11 48 36 2304 1296 1728

12 47 38 2209 1444 1786

13 50 40 2500 1600 2000

14 49 35 2401 1225 1715

15 52 38 2704 1444 1976

16 49 36 2401 1296 1764

17 50 39 2704 1521 1950

18 47 37 2401 1369 1739

19 50 41 2500 1681 2050

20 44 40 1936 1600 1760

21 50 37 2500 1369 1850

22 50 38 2500 1444 1900

23 53 38 2809 1444 2014

24 46 38 2116 1444 1748

25 50 37 2500 1444 1850

26 50 40 2500 1600 2000

27 52 42 2704 1764 2184

28 49 37 2401 1369 1813

29 50 38 2500 1444 1900

30 49 33 2401 1089 1617

31 39 34 1521 1156 1326

32 46 37 2116 1369 1702

33 46 34 2116 1156 1564

34 49 37 2401 1369 1813

35 49 34 2401 1156 1666