Analisis Tindak Tutur Ilokusi Permohonan dan Penolakan dalam Percakapan Bahasa Jepang (Studi Kasus Buku Nameraka Nihongo Kaiwa)
BAB II
TINJAUAN UMUM PENGGUNAAN TINDAK TUTUR, KESANTUNAN,
SERTA BENTUK-BENTUK DAN PENGGUNAAN TINDAK
TUTUR ILOKUSI PERMOHONAN DAN PENOLAKAN
BAHASA JEPANG
2.1. Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur menurut Schmidt dan Richard dalam Purba (2002:77) adalah
segala tindak tutur yang dilakukan melalui berbahasa, segala yang kita lakukan
ketika kita berbahasa. Tindak berbahasa yang dimaksud bisa seperti melaporkan,
menyatakan, memohon, meminta, mengkritik, menolak, dan lain sebagainya.
Kemudian Chaer dan Agustina (2004:50) mendefinisikan bahwa tindak tutur
merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Jadi, tindak tutur adalah tindak berbahasa yang biasa dilakukan seperti
melaporkan, menyatakan, mengkritik, memohon, meminta dan menolak, serta
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu.
2.2. Jenis-jenis Tindak Tutur
Austin dalam Chaer dan Agustina (2004:53) membagi tindak tutur menjadi
tiga jenis bentuk tindakan yang kita lakukan dalam menyatakan sebuah tuturan,
yaitu lokusi (locutionary act), ilokusi (illocutionary act), dan perlokusi
(perlocutionary act).
14
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Tindak Tutur Lokusi
Tindak tutur menurut Yule (2006:83) merupakan tindak dasar tuturan atau
menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Kemudian Rahardi
(2009:17) menambahkan definisi tindak tutur lokusi adalah tindak tutur dengan
kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa,
kalimat itu sendiri. Tindak tutur lokusi biasanya menyampaikan informasi yang
disampaikan oleh penutur. Kemudian tindak tutur lokusi disebut juga dengan the
act of saying something. Berikut contoh tindak tutur lokusi :
A
: 来週会議する予定です。
Raishuu kaigi suru yotei desu.
‘Minggu depan rapat’.
B
: はい、わかりました。
Hai, wakarimashita.
‘Ya, mengerti’.
Dari percakapan di atas dapat dilihat A memberikan informasi kepada B
bahwa minggu depan ada rapat. Jadi, tindak tutur lokusi pada percakapan di atas
adalah “Raishuu kaigi suru yotei desu”.
Maka dapat disimpulkan bahwa tindak tutur lokusi merupakan ungkapan
linguistik yang bermakna dan biasanya berbentuk informasi yang disampaikan
oleh penutur.
2.2.2 Tindak Tutur Ilokusi
Austin dalam Chaer dan Agustina (2004:53), tindak tutur ilokusi adalah
tindak tutur yang biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan
terima kasih, menyuruh, menawarkan, menjanjikan, dan lain-lain. Yule (2006:84)
15
Universitas Sumatera Utara
menambahkan bahwa tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif
suatu tuturan untuk membuat suatu pernyataan, tawaran, penjelasan, atau maksudmaksud komunikatif lainnya. Kemudian Rahardi (2009:17) juga mengungkapkan
bahwa ada semacam daya atau force di dalamnya yang dicuatkan oleh makna dari
sebuah tuturan. Tindak ilokusi bisa juga dinyatakan dengan ungkapan the act of
doing something. Berikut contoh tindak tutur ilokusi :
母
:もう遅くなりましたよ。
Haha
: Mou osoku narimashita yo.
Ibu
‘Sudah larut ya’.
子
:「部屋に入ります」
Ko
: ( heya ni hairimasu )
Anak
‘( masuk ke kamar )’
Tindak tutur ilokusi bahasa Jepang dari percakapan diatas adalah “もう遅
く なりましたよ ” yang artinya “sudah larut ya”. Kalimat “sudah larut ya”
bermakna bahwa “ibu menyuruh anak-anak untuk tidur karena sudah larut
malam”.
Jadi, tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan
pemberian izin, penjelasan, penawaran, menyuruh, dan lain sebagainya dimana
dalam tindak tutur tersebut terdapat makna yang dicuatkan dari sebuah tuturan.
2.2.3 Tindak Tutur Perlokusi
Rahardi (2005:36) mengungkapkan bahwa tindak tutur perlokusi adalah
tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Tindak perlokusi
disebut juga dengan the act of affecting someone. Berikut contoh tindak tutur
perlokusi :
16
Universitas Sumatera Utara
先生
:レらちゃん、読んでください。
Rera chan, yonde kudasai.
‘Rera, silahkan dibaca’.
レら
: はい、わかりました。
Hai, wakarimashita.
‘Iya, mengerti’.
Dari percakapan diatas dapat dilihat bahwa guru menyuruh salah satu
muridnya yang bernama rera untuk membaca. Rera dengan patuh langsung
membaca apa yang guru katakan. Sikap rera tersebut menunjukkan tindak tutur
perlokusi, dimana pada percakapan tersebut terdapat pada kalimat “はい、わか
りました” yang artinya “iya, mengerti”.
2.3
Kesantunan
Dalam sebuah tindak tutur kesantunan sangat penting digunakan agar tidak
menyinggung perasaan antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan juga berfungsi
sebagai rasa hormat antara penutur dan lawan tutur.
Leech (1993:132) mengungkapkan kesantunan atau politeness adalah
bentuk-bentuk interaksi dalam tingkah laku yang bertujuan untuk menciptakan
dan memelihara keharmonian dalam berinteraksi sosial, melawan kekurangankekurangan yang berhubungan dengan pengendalian egosentris.
Lakoff dalam Rahardi (2009:27) menunjukkan bahwa kesantunan tuturan
itu dapat dicermati dari tiga hal, yakni dari sisi keformalannya (formality),
ketidaktegasannya (hesitancy), dan peringkat kesejajaran atau kesekawanannya.
Kesantunan yang dinyatakan oleh Brown dan Levinson dalam Rahardi
(2009:27) adalah kesantunan dalam sebuah tuturan dapat diukur dengan
17
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan jauh dekatnya jarak sosial (social distance between speaker
and hearer), jauh dekatnya peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur
(speaker and hearer relative power), dan tinggi rendahnya peringkat tindak tutur
(degree of imposition between speaker and hearer).
Jadi dapat disimpulkan
bahwa kesantunan adalah tingkah laku setiap individu kepada individu lainnya
pada saat berinteraksi atau berkomunikasi.
Di dalam suatu interaksi kesantunan mempunyai makna memperlihatkan
kesadaran akan muka orang lain. Dalam hal ini kesantunan dapat menghilangkan
jarak sosial atau keakraban dalam sebuah situasi.
Muka yang dimaksudkan oleh teori Brown Levinson dalam Yule (2006:107)
terdiri atas positif face ‘muka positif’ dan negative face ‘muka negatif’. Muka
positif mengacu pada keinginan untuk disetujui oleh orang lain (being approved).
Muka negatif mengacu pada keinginan untuk menentukan sendiri (selfdeterminating). Ron Scollon and Suzanne Wong Scollon dalam Rahardi
(2002:39) menambahkan bahwa pada komunikasi interpersonal sesungguhnya,
muka seseorang dapat dikatakan selalu berada dalam keadaan terancam (facetreathened).
Kesantunan menurut Brown dan Levinson dalam Rahardi (2009:68)
terdapat tiga skala penentu tinggi rendahnya perigkat kesantunan sebuah tuturan,
yaitu :
(1) Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra penutur (social distance
between speaker and hearer) , yang banyak ditentukan oleh parameter
perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural.
18
Universitas Sumatera Utara
(2) Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur (the speaker and
hearer relative power) atau sering disebut dengan peringkat kekuasaan (powe
rating), yang didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur dan mitra
tutur.
(3) Skala peringkat tindak tutur atau sering disebut dengan rank rating atau
lengkapnya adalah didasarkan pada kedudukan relatif tindak tutur yang satu
dengan tindak tutur lainnya.
2.3.1 Kesantunan dalam Bahasa Jepang
Kesantunan dalam bahasa Jepang disebut keigo. Sudjianto (2004:189)
berpendapat bahwa pada dasarnya keigo dipakai untuk menghaluskan bahasa yang
dipakai orang pertama (pembicara atau penulis) untuk menghormati orang kedua
(pendengar atau pembaca) dan orang ketiga (yang dibicarakan). Jadi yang
dipertimbangkan pada saat menggunakan keigo adalah konteks tuturan termasuk
orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga.
Sachiko Ide dan Megumi Yoshida dalam Irwan (2010:13-15), menjelaskan
bahwa keigo ditentukan oleh :
1. Tingkat Keakraban, misalnya ketika berbicara dengan orang yang baru
dikenal, seseorang akan menggunakan bentuk sopan seperti はじめまし
て 、 私 は パ イジ ョ で す。 ど う ぞ よろ し く。 ’senang berkenalan
dengan Anda, saya Paijo.’
2. Usia, orang yang lebih tua usianya akan berbicara dengan ragam biasa
kepada orang yang lebih muda, sedangkan orang yang lebih muda akan
berbicara dengan ragam sopan kepada orang yang kebih tua usianya.
19
Universitas Sumatera Utara
Jika seusia, mereka menggunakan ragam percakapan biasa. Hubungan
Senpai-Kohai ‘senior-junior’ ternyata sangat kuat di antara pelajar
Jepang, khususnya di antara pelajar yang berada dalam satu kelompok
maupun di perusahaan dan lingungan kerja. Senpai akan menggunakan
ragam bahasa biasa dan kohai menggunakan bahasa sopan.
3. Hubungan Sosial, maksudnya adalah hubungan antara majikan dan
pekerja, penyedia jasa dan pengguna jasa, guru dan murid. Hubungan ini
disebut
hubungan
profesionalitas.
Pada
umumnya
orang
yang
mempunyai status sosial lebih tinggi akan menggunakan ragam bahasa
biasa dan bawahan akan menggunakan ragam bahasa sopan atau sangat
sopan.
4. Status Sosial. Orang yang berstatus sosialnya tinggi akan menggunakan
bahasa sopan seperti keluarga kaisar, kantor, berita, dan sebagainya.
5. Jenis Kelamin. Tuturan akan dianggap lebih akrab jika berbicara dengan
sesama jenis kelamin.
6. Keanggotaan Kelompok. Orang Jepang mengguakan ekspresi dan istilah
yang berbeda bergantung kepada siapa mereka berbicara. Misalnya
seorang suami akan menyebutkan nama istri ketika berbicara tentang dia
dengan seseorang. Pada ketentuan keenam ini ada dua pengelompokkan
yaitu in-group ‘dalam kelompok’ dan out-group ‘luar kelompok’.
Anggota dalam kelompok seperti keluarga dan teman sekantor.
Sedangkan luar kelompok, yaitu orang-orang yang mempunyai
hubungan jauh dengan penutur.
20
Universitas Sumatera Utara
7. Situasi. Orang-orang akan menggunakan tingkatan bahasa yang berbeda
bergantung pada situasi, bahkan ketika berbicara dengan orang yang
satu tingkat. Ketika mereka bertengkar bahasa yang digunakan dapat
berubah dari bentuk sopan menjadi akrab atau dari akrab menjadi sopan.
2.3.2 Jenis-jenis Kesantunan dalam Bahasa Jepang
2.3.2.1 Sonkeigo
Hirai dalam Sudjianto (2004:190) berpendapat bahwa sonkeigo dipakai bagi
segala sesuatu yag berhubungan dengan atasan sebagai orang yang lebih tua
usianya atau lebih tinggi kedudukannya, yang berhubungan dengan tamu, atau
yang berhubungan dengan lawan bicara (termasuk aktifitas dan segala sesuatu
yang berkaitan dengannya). Sonkeigo juga merupakan cara bertutur kata yang
secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara. Masih dalam
Sudjianto (2004:190) Oishi Shotaro menambahkan bahwa sonkeigo juga
merupakan cara menaikkan derajat orang yang dibicarakan. Berikut contoh
sonkeigo :
A
: 昨日はどこへ行きましたか。
Kinou wa doko he ikimashitaka.
‘Kemarin pergi kemana ?’
B
: 昨日先生のお宅へいらしゃいました。
Kinou sensei n otaku he irashaimashita.
‘Kemarin pergi ke rumah guru’.
Percakapan di atas menunjukkan bentuk sonkeigo. Kata いらしゃいました
pada kalimat “昨日先生のお宅へいらしゃいました” yang artinya “kemarin
21
Universitas Sumatera Utara
pergi ke rumah guru”. Kata “guru” pada kalimat tersebut menunjukkan sonkeigo
dimana “guru” adalah orang ketiga yang dihormati.
2.3.2.2 Kenjoogo
Hirai Masao dalam Sudjianto (2004:192) menyebut kenjoogo dengan istilah
kensoogo. Kensoogo adalah cara bertutur kata yang menyatakan rasa hormat
terhadap lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri. Masih dalam
Sudjianto, Oishi Shotaro (1985:27) mengartikan kensoogo sebagai keigo yang
menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau terhadap teman orang yang
dibicarakan dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan termasuk bendabenda, keadaan, aktifitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya. Berikut
contoh kenjoogo :
ナース
: ここに住所と名前を書いてください。
Naasu
: Koko ni juusho to namae wo kaite kudasai.
Perawat
‘Tolong tuliskan nama dan alamatnya disini’.
お客さん
: はい、わかりました。
Okyakusan
: Hai, wakarimashita.
Tamu
‘Ya, saya mengerti’.
Percakapan diatas menunjukkan bentuk kenjoogo. Kata 書いてください
pada kalimat “ここに住所と名前を書いてください” yang artinya “ Tolong
tuliskan nama dan alamatnya disini”. Kata 書いてください tersebut dipakai
untuk merendahkan diri sendiri terhadap lawan tutur.
22
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.3 Teineigo
Menurut Hirai dalam Sudjianto (2004:194) teineigo adalah cara bertutur
kata dengan sopan santun yang dipakai oleh pembicara dengan saling
menghormati atau menghargai perasaan masing-masing. Masih dalam Sudjianto
(2004:194), Oishi Shotaro menegaskan bahwa pemakaian teineigo sama sekali
tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau menurunkan derajat orang yang
dibicarakan. Jadi, teineigo adalah suatu bentuk kesantunan bahasa Jepang yang
digunakan untuk saling menghormati. Berikut contoh teineigo :
: いっしょに朝ごはんを食べませか。
A
Isshoni asa gohan wo tabemasenka.
‘Mari kita sarapan bersama’.
: はい。
B
Hai .
‘Iya’.
Percakapan di atas menunjukkan bentuk teineigo. Kata 食べませか pada
kalimat “いっしょに朝ごはんを食べませか” yang artinya “mari kita sarapan
bersama”. Kata 食べませか tersebut dipakai untuk saling menghormati antara
penutur dan lawan tutur.
1.
Bentuk-bentuk dan Penggunaan Tindak Tutur Ilokusi Permohonan
Berikut bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi memohon dalam bahasa Jepang
menurut Iori dalam Zulaika (http:// repository.unri.ac.id/ xmlui/ itstream/ handle /
123456789/ 1553/ Jurnal%20Ita%20Zulaika.pdf? sequence=1) adalah sebagai
berikut :
23
Universitas Sumatera Utara
a.
Verba te kudasai
Bentuk sopan yang digunakan kepada orang yang mempunyai hak/pangkat
yang sama atau orang yang lebih rendah kedudukannya, dalam pengungkapan
makna permohonan verba te kudasai biasa digunakan kepada orang yang belum
akrab.
b.
Verba te kudasaimasenka
Bentuk verba te kudasaimasenka adalah ungkapan untuk mengungkapkan
makna permohonan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pendengar.
Maksudnya sesuai dengan apa yang menjadi lumrah menurut pemikiran si lawan
bicara. Ungkapan ini mempunyai tingkat kesopanan yang tinggi, dan juga
merupakan permohonan yang memberi beban yang berat kepada lawan bicara dan
juga ungkapan yang dipakai untuk memohon kepada orang yang lebih tinggi yang
sebenarrnya kita tidak pantas untuk meminta pertolongan.
c.
Verba te kuremasenka
Bentuk ini sama dengan bentuk ~te kudasaimasenka, hanya saja tingkat
kesantunannya saja yang berbeda. Bentuk ~te kuremasenka kedudukannya lebih
rendah dibandingkan dengan ~te kudasaimasenka.
d.
Verba te moraemasenka
Bentuk ini juga sama dengan bentuk ~te kudasaimasenka dan ~te
kuremasenka. Hanya saja bentuk ~te kudasaimasenka lebih tinggi kedudukannya
dengan ~te moraemasenka, dan bentuk ~te moraemasenka tingkat kedudukannya
24
Universitas Sumatera Utara
sama dengan ~te kuremasenka. Jadi, dengan kata lain bentuk ~te moraemasenka
dan ~te kuremasenka bisa digunakan kepada siapa saja, sebagai rasa hormat
terhadap lawan tutur (Nihongo No Kiso II).
e.
Verba te itadakemasenka
Dalam buku Minna no Nihongo II pola kalimat ini digunakan pada waktu
pembicara meminta persetujuan dari lawan bicara terhadap perilaku sendiri. pola
`te itadakemasenka digunakan oleh orang yang kedudukannya lebih tinggi untuk
meminta orang yang kedudukannya lebih rendah agar melakukan sesuatu.
Misalnya, orang tua dan anak, kakak dan adik, atasan dan bawahan, dan
sebagainya.
f.
Verba te kure
Merupakan bentuk biasa dari ~te kudasai. Ungkapan ini juga diucapkan
secara langsung kepada lawan bicara. Ungkapan ~te kure biasanya dipakai oleh
laki-laki ketika lawan bicaranya keluarga, teman yang dekat/akrab, seusia,
maupun orang yang lebih muda.
g.
Verba te
Sama seperti bentuk ~te kure, hanya saja penggunaannya tidak dibatasi oleh
jenis kelamin. Bentuk ~te ini juga merupakan perubahan bentuk verba dari bentuk
kamus kedalam bentuk ~te.
25
Universitas Sumatera Utara
Selain dari teori Iori dalam Zulaika ada juga pola memohon menurut
Kaneko Shiro dalam Irwan (2010:20) yang dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu :
a.
お願いをする Onegai wo Suru (Membuat Permohonan)
Ragam memohon ini di dalam penggunaannya mengandung sifat mulai dari
hikui ‘rendah’ sampai permohonan yang bersifat takai ‘tinggi’. Permohonan ini
dibagi atas beberapa bagian, yaitu :
1. Verba て(verba te)
Merupakan perubahan bentuk verba dari bentuk kamus ke dalam bentuk ~te.
Berikut contoh nya :
ちょっと来て。’Ke sini sebentar’.
2. Verba てもらえる(verba te moraeru)
Digunakan ketika memohon sesuatu pada lawan bicara. Pada umumnya
lawan bicara adalah teman akrab atau orang yang lebih muda. Berikut contoh
nya :
ここに来てもらえる?’Tolong ke sini?’
3. Verba てくれる(verba te kureru)
Bentuk ~te kureru adalah ungkapan memohon yang digunakan kepada
lawan bicara atau kepada seseorang yang berada di sebelahnya. Lawan bicara atau
adalah teman akrab, seusia, dan orang yang lebih muda. Shiro tidak memberikan
contoh pada ragam ini.
26
Universitas Sumatera Utara
4. Verba てもらえない (verba te moraenai)
Bentuk memohon yang lebih sopan dari bentuk ~te moraeru. Bentuk ini
merupakan bentuk negatif dari moraeru, tetapi tidak menunjukkan makna negatif.
Shiro mengelompokkan bentuk imi ke dalam ragam yang digunakan kepada orang
dekat seperti teman, keluarga, dan lain-lain. Shiro juga tidak memberi contoh pada
ragam ini.
5. Verba てくれない (verba te kurenai)
Shiro mengelompokkan bentuk ini ke dalam ragam memohon yang
digunakan kepada orang yang dekat hubungannya dengan penutur seperti teman,
keluarga dan lain-lain. Bentuk ini berasal dari bentuk ~te kureru dan di ubah
menjadi ke dalam bentuk negatif. Seperti contoh berikut ini :
辞書、かしてくれない?’Pinjam kamusnya ?’
6. Verba てください (verba te kudasai)
Bentuk ~te kudasai lebih halus dari bentuk ~te kure. Shiro menambahkan
bentuk ini digolongkan lagi kepada ungkapan memohon yang bersifat lebih umum
‘mottomo ippanteki’. Lawan bicara atau penutur beranggapan bahwa hal yang
diinginkan oleh penutur adalah hal yang wajar. Bentuk ini merupakan bentuk
permohonan yang bersifat sopan. Seperti contoh berikut ini :
明日は朝9時に集まってください。’Besok tolong kumpul jam 9 pagi’.
27
Universitas Sumatera Utara
7. Verba てもらえますか (verba te moraemasuka)
Bentuk ini lebih halus dari bentuk ~te moraeru. Adanya bentuk kata kerja
~masu menunjukkan kesopanan ungkapan tersebut. Seprti contoh berikut ini :
ペンチを貸してもらえますか。’Boleh pinjam tang?’
8. Verba てくれますか (verba te kuremasuka)
Bentuk ini lebih sopan dari bentuk ~te kureru. Adanya kata bantu kata kerja
~masu menunjukkan makna sopan. Shiro tidak memberikan contoh untuk ragam
ini.
9. Verba もらえませんか (verba te moraemasenka)
Bentuk ini lebih sopan dari ~te moraemasuka dan merupakan bentuk
negatifnya, ~masu dihilangkan lalu ditempel ~masen dan ditambah ka sebagai
penanda kalimat tanya. Shiro menambahkan ragam ini dikelompokkan ke dalam
yaya teinei ‘agak sopan’. Shiro tidak memberi contoh pada ragam ini.
10. Verba てくれませんか (verba te kuremasenka)
Bentuk ini lebih halus dari ~te kuremasuka. Perubahan ke dalam bentuk
negatif ~masenka,
menunjukkan ungkapan tersebut
lebih sopan. Shiro
menambahkan ragam memohon ini dikelompokkan ke dalam yaya teinei ‘agak
sopan’. Seperti contoh berikut ini :
ペンチを貸してくれませんか。’Boleh tidak pinjam tangnya?’.
28
Universitas Sumatera Utara
11. Verba ていただけますか (verba te itadakemasuka)
Verba bentuk ~te ini diikuti oleh itadaku adalah bentuk tuturan yang sopan
dan dengan berubah menjadi ~te itadakemasuka menunjukkan makna yang lebih
sopan. Shiro tidak memberikan contoh pada ragam ini.
12. Verba てくださいますか (verba te kudasaimasuka)
Bentuk ini berasal dari bentuk~te kudasaru, ru mengalami konjugasi
menjadi ~saimasu dan ditambah dengan penanda kalimat tanya ~ka. Shiro tidak
memberikan contoh untuk ragam ini.
13. Verba ていただけませんか (verba te itadakemasenka)
Bentuk ini berasal dari bentuk ~te itadaku, kemudian diubah menjadi
itadakemasenka yang menunjukkan tingkatan yang lebih sopan lagi, sehingga
dikatakan bentuk ini adalah bentuk yang sangat sopan. Shiro mengelompokkan
bentuk ini ke dalam hijouni teinei ‘sangat sopan’. Seperti pada contoh berikut ini :
委任状を書いていただけませんか。’Bisa tolong tuliskan surat kuasa?’
14. Verba くださいませんか (verba te kudasaimasenka)
Bentuk ini berasal dari ~te kudasaru dan lebih sopan dari ~te kudasai. Sama
seperti ~te itadakemasenka, bentuk ini mengandung makna yang sangat sopan.
Shiro mengelompokkan lagi ke dalam hijouni teinei ‘sangat sopan’. Seperti pada
contoh berikut ini :
委任状を書いていただけませんか。’Bisa tolong tuliskan surat kuasa?’
29
Universitas Sumatera Utara
b.
許可をお願いする Kyoka wo Suru (Meminta Izin)
Digunakan pada waktu memohon izin sesuatu dengan menggunakan bentuk
verba を~さ(せて). Shiro memberikan beberapa contoh sebagai berikut :
1. ~さ(せて) ~sa (sete)
写真、撮らせて。(友達に)’Fotokan’ (kepada teman)
2. ~さ(せて)くれる ~sa (sete) kureru
電話、使わせてくれる。(友達に)’Boleh pinjam telpon?’ (kepada
teman)
3. ~さ(せて)くれない ~sa (sete) kurenai
留学させてくれない。(親に)’Izinkan saya belajar di luar negeri?’
(kepada orang tua)
4. ~さ(せて)ください ~sa (sete) kudasai
‘Tolong izinkan saya belajar di luar negeri’
5. ~さ(せて)もらえますか ~sa (sete) moraemasuka
意見を言わせてもらえますか。 ’Boleh saya mengeluarkan pendapat
saya?’
30
Universitas Sumatera Utara
6. ~ さ ( せ て ) い た だ け ま せ ん か / く だ さ い ま せ ん か ~sa (sete)
itadakemasenka/kudasaimasenka
明日、使わせていただけませんか
くださいませんか。’Besok boleh
saya menggunakannya?’
c.
そ の ほ か の お 願 い の 表 現 Sono Hoka no Onegai no Hyougen
(Ungkapan Memohon yang Lainnya)
Menunjukkan ungkapan yang digunakan untuk memaparkan keadaan
sekarang seperti perasaan, keadaan, dan keinginan. Hal tersebut dilakukan agar
penutur memahami hal yang diinginkan. Kalimat yang di dalam kurung adalah
kalimat yang sebenarnya ingin diucapkan. Seperti pada contoh berikut ini :
•
のどがカラカラなんですけど...(水を飲ませてください)
‘Kerongkongan saya kering...’ (izinkan saya minum)
•
子供が寝ているので...(静かにしてください)
‘Anak saya sedang tidur...’ (mohon tenang)
2.
Bentuk-bentuk dan Penggunaan Tindak Tutur Ilokusi Penolakan
Dalam melakukan penolakan, penutur harus mengetahui kapan dan
bagaimana memakai bentuk yang tepat sesuai dengan tingkat keakraban, usia,
hubungan sosial, status sosial, jenis kelamin, keanggotaan kelompok, dan situasi.
Bentuk-bentuk penolakan menurut Beebe, Takahashi & Uliss Weltz dalam
Anggreni(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123421RB08M45Tindak%20tutur
31
Universitas Sumatera Utara
Literatur.pdf) terbagi atas dua, yakni penolakan secara langsung dan penolakan
secara tidak langsung.
a.
Penolakan Secara Langsung
Penolakan langsung atau direct merupakan bentuk yang menampilkan
tindak ilokusi penolakan yang jelas, tidak bermakna ambigu dan lebih ringkas.
(1)
Menggunakan verba performatif.
Penutur
menolak
ajakan dugaan
menggunakan verba yang menunjukkan tindakan penolakan.
Contoh :
会長
: 彼はドキュメントの状態を盗んだので、解雇される
べきだと思う。どうですか。
Kaichou
: Kare wa dokyumento no jyoutai wo nusunda node, kaiko
sareru beki da to omou. Doudesuka?
Kepala Direksi ‘Karena dia telah mencuri dokumen negara, saya pikir dia
harus dipecat’.
部長
: 断りです。私たちは最初のしょうこを見つけなけれ
ばなりません。
Buchou
: Kotowari desu. Watashi tachi wa saisho no shouko wo
mitsukenakereba narimasen.
Kepala Bagian ‘Saya menolak. Kita harus menemukan bukti terlebih
Dahulu’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan verba
performatif adalah “断りです” yang artinya “menolak”. Penolakan ini digunakan
ketika lawan tutur adalah orang yang mempunyai status sosial yang tinggi.
32
Universitas Sumatera Utara
(2)
い や . Dalam Kamus Gakken Kokugo Daijiten, ‘iya’ berarti hoshiinai
youdesu ‘tidak ada keinginan’,ki ni iranai youdesu ‘tidak seperti itu’,
konomashikunai youdesu ‘seperti tidak diinginkan’, kirai dearu ‘benci’.
Contoh :
A
: レンさん、明日いっしょに Twilightという映画 を見よう。
Ren san, ashita isshoni Twilight to iu eiga wo miyou.
Ren, besok nonton bareng film Twilight yuk?
B
: いやだ、見たよ。
Iyada, mita yo.
‘Tidak, aku sudah nonton’.
Dari percakapan diatas bentuk penolakan yang digunakan adalah “いや”
yang artinya “tidak”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah seusia
atau orang yang lebih muda.
(3)
Ungkapan ketidaksanggupan. Lawan tutur mengungkapkan ketidaksanggupannya kepada penutur.
Contoh :
A
: タくん、英語のことを教えてくれませんか。
Ta kun, eigo no koto wo oshiete kuremasenka.
‘Ta kun, tolong ajarkan bahasa Inggris ya?’
B
: すみません、英語ができません。
Sumimasen, eigo ga dekimasen.
‘Maaf, saya tidak bisa bahasa Inggris’.
33
Universitas Sumatera Utara
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
ketidaksanggupan adalah “できません” ‘tidak bisa’. Penolakan ini digunakan
ketika lawan tutur adalah senpai, seusia, orang yang mempunyai status sosial
yang tinggi, dan orang yang mempunyai hubungan jauh dengan penutur.
b.
Penolakan Secara Tak Langsung
Penolakan tidak langsung atau indirect merupakan bentuk yang tidak
termasuk kedalam ketiga kategori di atas. Pada bentuk penolakan ini dilakukan
melalui beberapa tahap dan dapat dimengerti setelah pengajak menangkap maksud
penolakan dari respon yang diberikan tersebut.
(1)
Pernyataan penyesalan atau permintaan maaf didalam kasus penolakan,
penggunaan bentuk ini dipakai dengan maksud untuk mengungkapkan
penyesalan penutur karena tidak dapat menyanggupi ajakan penutur.
Contoh :
先生
: 来週子供の結婚式に来てくれる。
Sensei
: Raishuu kodomo no kekkon shiki ni kureru.
Guru
‘Minggu depan datang ya ke pesta pernikahan anak saya’.
学生
: 申し訳ありません。来週はちょっと...
Gakusei : Moushi wake arimasen. Raishuu wa chotto…
Murid
‘Maaf. Minggu depan…’
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang mengungkapkan
penyesalan penutur karena tidak dapat menyanggupi ajakan penutur adalah “申し
34
Universitas Sumatera Utara
訳ありません” yang artinya “maaf”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur
adalah guru, atasan, dan orang yang mempunyai status sosial yang tinggi lainnya.
(2)
Alasan, penyebab, penjelasan. Bentuk ini digunakan lawan tutur untuk
menjelaskan mengapa lawan tutur tidak dapat memenuhi ajakan penutur.
Contoh :
A
:ザちゃん、明日はショピングに行かない。
Za chan, ashita ha shopingu ni ikanai.
‘Za chan, besok shoping yuk’.
: あのう、用事があるから。
B
Anou, youji ga aru kara.
‘Hmm, saya ada urusan’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan alasan,
penyebab, penjelasan mengapa menolak ajakan penutur adalah “用事があるから”
yang artinya “ada urusan”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah
siapa saja, di sesuaikan dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penutur.
(3)
Penawaran alternatif. Penutur mengusulkan alternatif lain sebagai pengganti
ajakan yang ditolak dengan maksud tetap menjaga hubungan baik dengan
penutur.
Contoh :
A
: 今週の土曜日いっしょにショピングに行こうか。
Konshuu no doyoubi isshoni shopingu ni ikouka.
‘Sabtu minggu ini pergi shoping bareng yuk’.
B
: そうですね。私なら再来週の土曜日のほうがいいんじゃない
か。デニムスーパーに割引があるそうなので。
35
Universitas Sumatera Utara
Soudesu ne. watashi nara saraishuu no doyoubi no houga ii
njyanai. Denim suupa ni waribiki ga aru souna node.
‘Oh gitu. Tapi kalau menurut saya sabtu dua minggu ke depan
lebih baik ya. Karena sepertinya akan ada diskon di toko Denim’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
penawaran alternatif lain demi menjaga hubungan baik dengan penutur adalah “私
なら...のほうがいい” yang artinya “menurut saya....lebih baik”. Penolakan
ini digunakan ketika lawan tutur adalah siapa saja, di sesuaikan dengan ragam
bahasa yang digunakan oleh penutur.
(4)
Avoidance
atau penghindaran. Penutur menggunakan taktik menunda
memberikan respon atas ajakan yang diberikan.
(1)
Nonverbal
a. Diam
Contoh :
A
:さっきの会議で、私の意見はどう思いますか。
Sakki no kaigi de, watashi no iken wa dou omouimasuka.
‘Pada rapat tadi, bagaimana menurut anda mengenai ide saya?’
B
: ...
Dari percakapan di atas menjelaskan bahwa seorang teman bertanya
kepada rekan kerjanya mengenai ide rapat yang diajukannya. Karena lawan
tutur memikirkan perasaan penutur yang sudah sangat ingin menjalankan
ide yang diajukannya, maka lawan tutur memilih tidak menjawab (diam)
agar tidak tersinggung. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah
seusia, orang yang lebih muda, teman.
36
Universitas Sumatera Utara
(2)
Verbal
a. Membuat candaan.
Contoh :
: 私と結婚してくれる。
A
Watashi to kekkon shite kureru.
‘Maukah kamu menikah dengan ku?’
: ハハ、それはありえないよ。君の奥さんがもう2人
B
だよ。
Haha, sore wa arienai yo. Kimi no okusan mou futari da yo.
‘Haha, itu tidak mungkin ya. Kamu sudah memiliki dua
orang istri’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan dengan cara membuat
candaan tawa agar penutur tidak tersinggung, namun memiliki maksud yang
serius untuk menolak penutur. Bentuk penolakan yang menunjukkan
candaan tawa pada percakapan diatas adalah “ハハ、それはありえないよ。
君の奥さんがもう2人だよ” yang artinya “Haha, itu tidak mungkin ya.
Kamu sudah memiliki dua orang istri”. Penolakan seperti ini digunakan
ketika lawan tutur adalah seusia, teman, orang yang lebih muda.
b.Mengulang bagian dari pernyataan.
A
: あのう、できればつぎのミーティングは月曜日の午後
に変更させていただけないでしょうか。
Anou, dekireba tsugi no miitingu wa getsuyoubi no gogo ni
henkou sasete itadakenai deshouka.
37
Universitas Sumatera Utara
‘Uhm, apakah bisa kalau rapat selanjutnya di ubah menjadi
hari senin sore?’
B
: あれ?月曜日の午後ですか。
Are? Getsuyoubi no gogo desuka.
‘Ha? Hari senin sore?’
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
pengulangan bagian dari pernyataan penutur adalah “あれ?月曜日の午後
で す か ” yang artinya “ha?hari senin sore?”. Penolakan ini digunakan
ketika lawan tutur adalah teman, seusia, rekan kerja, atau orang yang lebih
muda.
b. Penundaan.
Contoh :
秘書
: 会長、つぎの会議は明後日にしましょうか。
Hisho
: Kaichou, tsugi no kaigi wa asatte ni shimashouka.
Sekretaris
‘Pak Kepala Direksi, rapat selanjutnya dilakukan
dua hari mendatang?’
会長
: ちょっと考えておきますね。
Kaichou
: Chotto kangaete okimasu ne.
Kepala Direksi
‘Biarkan saya berpikir sebentar’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
penundaan adalah “ 考 え て お き ま す ね ” yang artinya “biarkan saya
berpikir”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah siapa saja, di
sesuaikan dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penutur.
38
Universitas Sumatera Utara
Selain dari teori Beebe, Takahashi & Uliss Weltz bentuk penolakan secara
tidak langsung di kemukakan oleh Anggreni (2008:6-7), yaitu :
(1)
Pernyataan
tentang
pendapat
positif
atau
persetujuan
penutur
mengungkapkan pendapat yang positif atas ajakan yang ditawarkan.
Contoh :
A
: つまらなくならないように、つぎの会議はレストランでや
ればどうでしょうか。
Tsumaranaku naranai youni, tsugi no kaigi wa resutoran de
yareba dou deshouka.
‘Agar tidak bosan, bagaimana kalau rapat selanjutnya di restoran?’
B
: たしかに、それはいい考えだが、お金をかからないように
通常の道路に会社でやったほうがいいんじゃないかと思い
ます。
Tashika ni, sore wa ii kangae daga, okane wo kakaranai youni
tsuujyou no douro ni kaisha de yatta houga ii njyanai ka to
omoimasu.
‘Sebenarnya, hal itu ide yang bagus ya, tetapi menurut saya
apakah tidak lebih baik di kantor seperti biasanya daripada
menghabiskan uang ?’
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
pernyataan tentang pendapat positif atas apa yang ditawarkan oleh penutur
adalah “ そ れ は い い 考 え だ が ...” yang artinya “ide bagus, tetapi..”.
Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah teman, seusia, orang
yang lebih muda, bawahan, keluaga, dan rekan kerja bahkan kepada orang
yang lebih tinggi status sosialnya.
39
Universitas Sumatera Utara
(2)
Pengisi waktu jeda. Bentuk ini digunakan sebagai pengisi waktu antara
selesainya tuturan yang dituturkan penutur dengan dimulainya tuturan
penolakan yang akan diucapkan lawan tutur.
Contoh :
A
: 明日映画を見ませんか。
Ashita eiga wo mimasenka.
‘Besok nonton film yuk?’
B
: あのー、明日はちょっと...
Anou, ashita wa chotto...
‘Uhm, besok...’
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan pengisi
waktu jeda adalah “あのー” yang artinya “hmm”. Penolakan ini digunakan ketika
lawan tutur adalah seusia, teman, keluarga, dan orang yang lebih muda.
(3)
Terima kasih atau apresiasi. Penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya
atas ajakan yang ditawarkan kepadanya. Contoh :
A
:リーンさん、来月私と両親は日本へいく予定で、いっしょ
に行きませんか。
Riin san, raigetsu watashi to ryoushin wa nihon he iku yotei de,
isshoni ikimasenka.
‘Riin san, bulan depan saya dan orang tua saya pergi ke Jepang.
Apakah kamu ingin ikut bersama?’
B
: 大変ありがたい話ですが、 インドへいくのでできないと
思います。
Taihen arigatai hanashi desu ga, indo he iku no de dekinai to
omoimasu.
‘Sungguh terima kasih, saya tidak bisa karena saya pergi ke India’.
40
Universitas Sumatera Utara
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan kata
terima kasih atau apresiasi adalah “大変ありがたい話ですが…” yang artinya
“sungguh terima kasih tetapi...”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur
adalah orang yang hubungan jauh dengan penutur, orang yang berstatus sosial
tinggi dan usia yang lebih tua.
Kemudian Kana juga menambahkan bentuk-bentuk penolakan dalam bahasa
Jepang (http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/ handle / 123456789/3856/3
YEYENDA %20KANA.pdf?sequence =1) :
(1)
あのう、すみませんが...
A
: ミタさん、いっしょに昼ごはんを食べませんか。
Mita san, isshoni hirugohan wo tabemasenka.
‘Mita san, makan siang bersama yuk’.
B
: あのう、すみませんが 断食です。
Anou, sumimasenga danjiki desu.
‘Hmm, maaf tapi saya puasa’.
Pada percakapan diatas, bentuk penolakannya adalah “あのう、すみ
ませんが...” yang artinya “hmm, maaf ...”. Penolakan ini digunakan ketika
lawan tutur adalah orang yang hubungannya dekat, keluarga, seusia, orang
yang lebih muda, dan teman.
(2)
すみません、ちょっと...
A
: レラさん、今日はいっしょに散歩しましょうか。
Rera san, kyou wa isshoni sanpo shimashouka.
‘Rera san, hari ini jalan-jalan bersama yuk?’
41
Universitas Sumatera Utara
B
:すみませんが、明日はちょっと...
Sumimasen ga, ashita wa chotto....
‘Maaf, tapi besok..’
Pada percakapan diatas, bentuk penolakannya adalah “すみませんが、
明 日 は ち ょ っ と ” yang artinya “maaf, tapi besok..”. Penolakan ini
digunakan ketika lawan tutur adalah orang yang hubungannya dekat,
keluarga, seusia, orang yang lebih muda, dan teman.
42
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN UMUM PENGGUNAAN TINDAK TUTUR, KESANTUNAN,
SERTA BENTUK-BENTUK DAN PENGGUNAAN TINDAK
TUTUR ILOKUSI PERMOHONAN DAN PENOLAKAN
BAHASA JEPANG
2.1. Pengertian Tindak Tutur
Tindak tutur menurut Schmidt dan Richard dalam Purba (2002:77) adalah
segala tindak tutur yang dilakukan melalui berbahasa, segala yang kita lakukan
ketika kita berbahasa. Tindak berbahasa yang dimaksud bisa seperti melaporkan,
menyatakan, memohon, meminta, mengkritik, menolak, dan lain sebagainya.
Kemudian Chaer dan Agustina (2004:50) mendefinisikan bahwa tindak tutur
merupakan gejala individual, bersifat psikologis, dan keberlangsungannya
ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu.
Jadi, tindak tutur adalah tindak berbahasa yang biasa dilakukan seperti
melaporkan, menyatakan, mengkritik, memohon, meminta dan menolak, serta
keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam
menghadapi situasi tertentu.
2.2. Jenis-jenis Tindak Tutur
Austin dalam Chaer dan Agustina (2004:53) membagi tindak tutur menjadi
tiga jenis bentuk tindakan yang kita lakukan dalam menyatakan sebuah tuturan,
yaitu lokusi (locutionary act), ilokusi (illocutionary act), dan perlokusi
(perlocutionary act).
14
Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Tindak Tutur Lokusi
Tindak tutur menurut Yule (2006:83) merupakan tindak dasar tuturan atau
menghasilkan suatu ungkapan linguistik yang bermakna. Kemudian Rahardi
(2009:17) menambahkan definisi tindak tutur lokusi adalah tindak tutur dengan
kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung oleh kata, frasa,
kalimat itu sendiri. Tindak tutur lokusi biasanya menyampaikan informasi yang
disampaikan oleh penutur. Kemudian tindak tutur lokusi disebut juga dengan the
act of saying something. Berikut contoh tindak tutur lokusi :
A
: 来週会議する予定です。
Raishuu kaigi suru yotei desu.
‘Minggu depan rapat’.
B
: はい、わかりました。
Hai, wakarimashita.
‘Ya, mengerti’.
Dari percakapan di atas dapat dilihat A memberikan informasi kepada B
bahwa minggu depan ada rapat. Jadi, tindak tutur lokusi pada percakapan di atas
adalah “Raishuu kaigi suru yotei desu”.
Maka dapat disimpulkan bahwa tindak tutur lokusi merupakan ungkapan
linguistik yang bermakna dan biasanya berbentuk informasi yang disampaikan
oleh penutur.
2.2.2 Tindak Tutur Ilokusi
Austin dalam Chaer dan Agustina (2004:53), tindak tutur ilokusi adalah
tindak tutur yang biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan
terima kasih, menyuruh, menawarkan, menjanjikan, dan lain-lain. Yule (2006:84)
15
Universitas Sumatera Utara
menambahkan bahwa tindak ilokusi ditampilkan melalui penekanan komunikatif
suatu tuturan untuk membuat suatu pernyataan, tawaran, penjelasan, atau maksudmaksud komunikatif lainnya. Kemudian Rahardi (2009:17) juga mengungkapkan
bahwa ada semacam daya atau force di dalamnya yang dicuatkan oleh makna dari
sebuah tuturan. Tindak ilokusi bisa juga dinyatakan dengan ungkapan the act of
doing something. Berikut contoh tindak tutur ilokusi :
母
:もう遅くなりましたよ。
Haha
: Mou osoku narimashita yo.
Ibu
‘Sudah larut ya’.
子
:「部屋に入ります」
Ko
: ( heya ni hairimasu )
Anak
‘( masuk ke kamar )’
Tindak tutur ilokusi bahasa Jepang dari percakapan diatas adalah “もう遅
く なりましたよ ” yang artinya “sudah larut ya”. Kalimat “sudah larut ya”
bermakna bahwa “ibu menyuruh anak-anak untuk tidur karena sudah larut
malam”.
Jadi, tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan
pemberian izin, penjelasan, penawaran, menyuruh, dan lain sebagainya dimana
dalam tindak tutur tersebut terdapat makna yang dicuatkan dari sebuah tuturan.
2.2.3 Tindak Tutur Perlokusi
Rahardi (2005:36) mengungkapkan bahwa tindak tutur perlokusi adalah
tindak menumbuhkan pengaruh (effect) kepada mitra tutur. Tindak perlokusi
disebut juga dengan the act of affecting someone. Berikut contoh tindak tutur
perlokusi :
16
Universitas Sumatera Utara
先生
:レらちゃん、読んでください。
Rera chan, yonde kudasai.
‘Rera, silahkan dibaca’.
レら
: はい、わかりました。
Hai, wakarimashita.
‘Iya, mengerti’.
Dari percakapan diatas dapat dilihat bahwa guru menyuruh salah satu
muridnya yang bernama rera untuk membaca. Rera dengan patuh langsung
membaca apa yang guru katakan. Sikap rera tersebut menunjukkan tindak tutur
perlokusi, dimana pada percakapan tersebut terdapat pada kalimat “はい、わか
りました” yang artinya “iya, mengerti”.
2.3
Kesantunan
Dalam sebuah tindak tutur kesantunan sangat penting digunakan agar tidak
menyinggung perasaan antara penutur dan lawan tutur. Kesantunan juga berfungsi
sebagai rasa hormat antara penutur dan lawan tutur.
Leech (1993:132) mengungkapkan kesantunan atau politeness adalah
bentuk-bentuk interaksi dalam tingkah laku yang bertujuan untuk menciptakan
dan memelihara keharmonian dalam berinteraksi sosial, melawan kekurangankekurangan yang berhubungan dengan pengendalian egosentris.
Lakoff dalam Rahardi (2009:27) menunjukkan bahwa kesantunan tuturan
itu dapat dicermati dari tiga hal, yakni dari sisi keformalannya (formality),
ketidaktegasannya (hesitancy), dan peringkat kesejajaran atau kesekawanannya.
Kesantunan yang dinyatakan oleh Brown dan Levinson dalam Rahardi
(2009:27) adalah kesantunan dalam sebuah tuturan dapat diukur dengan
17
Universitas Sumatera Utara
mempertimbangkan jauh dekatnya jarak sosial (social distance between speaker
and hearer), jauh dekatnya peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur
(speaker and hearer relative power), dan tinggi rendahnya peringkat tindak tutur
(degree of imposition between speaker and hearer).
Jadi dapat disimpulkan
bahwa kesantunan adalah tingkah laku setiap individu kepada individu lainnya
pada saat berinteraksi atau berkomunikasi.
Di dalam suatu interaksi kesantunan mempunyai makna memperlihatkan
kesadaran akan muka orang lain. Dalam hal ini kesantunan dapat menghilangkan
jarak sosial atau keakraban dalam sebuah situasi.
Muka yang dimaksudkan oleh teori Brown Levinson dalam Yule (2006:107)
terdiri atas positif face ‘muka positif’ dan negative face ‘muka negatif’. Muka
positif mengacu pada keinginan untuk disetujui oleh orang lain (being approved).
Muka negatif mengacu pada keinginan untuk menentukan sendiri (selfdeterminating). Ron Scollon and Suzanne Wong Scollon dalam Rahardi
(2002:39) menambahkan bahwa pada komunikasi interpersonal sesungguhnya,
muka seseorang dapat dikatakan selalu berada dalam keadaan terancam (facetreathened).
Kesantunan menurut Brown dan Levinson dalam Rahardi (2009:68)
terdapat tiga skala penentu tinggi rendahnya perigkat kesantunan sebuah tuturan,
yaitu :
(1) Skala peringkat jarak sosial antara penutur dan mitra penutur (social distance
between speaker and hearer) , yang banyak ditentukan oleh parameter
perbedaan umur, jenis kelamin, dan latar belakang sosiokultural.
18
Universitas Sumatera Utara
(2) Skala peringkat status sosial antara penutur dan mitra tutur (the speaker and
hearer relative power) atau sering disebut dengan peringkat kekuasaan (powe
rating), yang didasarkan pada kedudukan asimetrik antara penutur dan mitra
tutur.
(3) Skala peringkat tindak tutur atau sering disebut dengan rank rating atau
lengkapnya adalah didasarkan pada kedudukan relatif tindak tutur yang satu
dengan tindak tutur lainnya.
2.3.1 Kesantunan dalam Bahasa Jepang
Kesantunan dalam bahasa Jepang disebut keigo. Sudjianto (2004:189)
berpendapat bahwa pada dasarnya keigo dipakai untuk menghaluskan bahasa yang
dipakai orang pertama (pembicara atau penulis) untuk menghormati orang kedua
(pendengar atau pembaca) dan orang ketiga (yang dibicarakan). Jadi yang
dipertimbangkan pada saat menggunakan keigo adalah konteks tuturan termasuk
orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga.
Sachiko Ide dan Megumi Yoshida dalam Irwan (2010:13-15), menjelaskan
bahwa keigo ditentukan oleh :
1. Tingkat Keakraban, misalnya ketika berbicara dengan orang yang baru
dikenal, seseorang akan menggunakan bentuk sopan seperti はじめまし
て 、 私 は パ イジ ョ で す。 ど う ぞ よろ し く。 ’senang berkenalan
dengan Anda, saya Paijo.’
2. Usia, orang yang lebih tua usianya akan berbicara dengan ragam biasa
kepada orang yang lebih muda, sedangkan orang yang lebih muda akan
berbicara dengan ragam sopan kepada orang yang kebih tua usianya.
19
Universitas Sumatera Utara
Jika seusia, mereka menggunakan ragam percakapan biasa. Hubungan
Senpai-Kohai ‘senior-junior’ ternyata sangat kuat di antara pelajar
Jepang, khususnya di antara pelajar yang berada dalam satu kelompok
maupun di perusahaan dan lingungan kerja. Senpai akan menggunakan
ragam bahasa biasa dan kohai menggunakan bahasa sopan.
3. Hubungan Sosial, maksudnya adalah hubungan antara majikan dan
pekerja, penyedia jasa dan pengguna jasa, guru dan murid. Hubungan ini
disebut
hubungan
profesionalitas.
Pada
umumnya
orang
yang
mempunyai status sosial lebih tinggi akan menggunakan ragam bahasa
biasa dan bawahan akan menggunakan ragam bahasa sopan atau sangat
sopan.
4. Status Sosial. Orang yang berstatus sosialnya tinggi akan menggunakan
bahasa sopan seperti keluarga kaisar, kantor, berita, dan sebagainya.
5. Jenis Kelamin. Tuturan akan dianggap lebih akrab jika berbicara dengan
sesama jenis kelamin.
6. Keanggotaan Kelompok. Orang Jepang mengguakan ekspresi dan istilah
yang berbeda bergantung kepada siapa mereka berbicara. Misalnya
seorang suami akan menyebutkan nama istri ketika berbicara tentang dia
dengan seseorang. Pada ketentuan keenam ini ada dua pengelompokkan
yaitu in-group ‘dalam kelompok’ dan out-group ‘luar kelompok’.
Anggota dalam kelompok seperti keluarga dan teman sekantor.
Sedangkan luar kelompok, yaitu orang-orang yang mempunyai
hubungan jauh dengan penutur.
20
Universitas Sumatera Utara
7. Situasi. Orang-orang akan menggunakan tingkatan bahasa yang berbeda
bergantung pada situasi, bahkan ketika berbicara dengan orang yang
satu tingkat. Ketika mereka bertengkar bahasa yang digunakan dapat
berubah dari bentuk sopan menjadi akrab atau dari akrab menjadi sopan.
2.3.2 Jenis-jenis Kesantunan dalam Bahasa Jepang
2.3.2.1 Sonkeigo
Hirai dalam Sudjianto (2004:190) berpendapat bahwa sonkeigo dipakai bagi
segala sesuatu yag berhubungan dengan atasan sebagai orang yang lebih tua
usianya atau lebih tinggi kedudukannya, yang berhubungan dengan tamu, atau
yang berhubungan dengan lawan bicara (termasuk aktifitas dan segala sesuatu
yang berkaitan dengannya). Sonkeigo juga merupakan cara bertutur kata yang
secara langsung menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara. Masih dalam
Sudjianto (2004:190) Oishi Shotaro menambahkan bahwa sonkeigo juga
merupakan cara menaikkan derajat orang yang dibicarakan. Berikut contoh
sonkeigo :
A
: 昨日はどこへ行きましたか。
Kinou wa doko he ikimashitaka.
‘Kemarin pergi kemana ?’
B
: 昨日先生のお宅へいらしゃいました。
Kinou sensei n otaku he irashaimashita.
‘Kemarin pergi ke rumah guru’.
Percakapan di atas menunjukkan bentuk sonkeigo. Kata いらしゃいました
pada kalimat “昨日先生のお宅へいらしゃいました” yang artinya “kemarin
21
Universitas Sumatera Utara
pergi ke rumah guru”. Kata “guru” pada kalimat tersebut menunjukkan sonkeigo
dimana “guru” adalah orang ketiga yang dihormati.
2.3.2.2 Kenjoogo
Hirai Masao dalam Sudjianto (2004:192) menyebut kenjoogo dengan istilah
kensoogo. Kensoogo adalah cara bertutur kata yang menyatakan rasa hormat
terhadap lawan bicara dengan cara merendahkan diri sendiri. Masih dalam
Sudjianto, Oishi Shotaro (1985:27) mengartikan kensoogo sebagai keigo yang
menyatakan rasa hormat terhadap lawan bicara atau terhadap teman orang yang
dibicarakan dengan cara merendahkan orang yang dibicarakan termasuk bendabenda, keadaan, aktifitas, atau hal-hal lain yang berhubungan dengannya. Berikut
contoh kenjoogo :
ナース
: ここに住所と名前を書いてください。
Naasu
: Koko ni juusho to namae wo kaite kudasai.
Perawat
‘Tolong tuliskan nama dan alamatnya disini’.
お客さん
: はい、わかりました。
Okyakusan
: Hai, wakarimashita.
Tamu
‘Ya, saya mengerti’.
Percakapan diatas menunjukkan bentuk kenjoogo. Kata 書いてください
pada kalimat “ここに住所と名前を書いてください” yang artinya “ Tolong
tuliskan nama dan alamatnya disini”. Kata 書いてください tersebut dipakai
untuk merendahkan diri sendiri terhadap lawan tutur.
22
Universitas Sumatera Utara
2.3.2.3 Teineigo
Menurut Hirai dalam Sudjianto (2004:194) teineigo adalah cara bertutur
kata dengan sopan santun yang dipakai oleh pembicara dengan saling
menghormati atau menghargai perasaan masing-masing. Masih dalam Sudjianto
(2004:194), Oishi Shotaro menegaskan bahwa pemakaian teineigo sama sekali
tidak ada hubungannya dengan menaikkan atau menurunkan derajat orang yang
dibicarakan. Jadi, teineigo adalah suatu bentuk kesantunan bahasa Jepang yang
digunakan untuk saling menghormati. Berikut contoh teineigo :
: いっしょに朝ごはんを食べませか。
A
Isshoni asa gohan wo tabemasenka.
‘Mari kita sarapan bersama’.
: はい。
B
Hai .
‘Iya’.
Percakapan di atas menunjukkan bentuk teineigo. Kata 食べませか pada
kalimat “いっしょに朝ごはんを食べませか” yang artinya “mari kita sarapan
bersama”. Kata 食べませか tersebut dipakai untuk saling menghormati antara
penutur dan lawan tutur.
1.
Bentuk-bentuk dan Penggunaan Tindak Tutur Ilokusi Permohonan
Berikut bentuk-bentuk tindak tutur ilokusi memohon dalam bahasa Jepang
menurut Iori dalam Zulaika (http:// repository.unri.ac.id/ xmlui/ itstream/ handle /
123456789/ 1553/ Jurnal%20Ita%20Zulaika.pdf? sequence=1) adalah sebagai
berikut :
23
Universitas Sumatera Utara
a.
Verba te kudasai
Bentuk sopan yang digunakan kepada orang yang mempunyai hak/pangkat
yang sama atau orang yang lebih rendah kedudukannya, dalam pengungkapan
makna permohonan verba te kudasai biasa digunakan kepada orang yang belum
akrab.
b.
Verba te kudasaimasenka
Bentuk verba te kudasaimasenka adalah ungkapan untuk mengungkapkan
makna permohonan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pendengar.
Maksudnya sesuai dengan apa yang menjadi lumrah menurut pemikiran si lawan
bicara. Ungkapan ini mempunyai tingkat kesopanan yang tinggi, dan juga
merupakan permohonan yang memberi beban yang berat kepada lawan bicara dan
juga ungkapan yang dipakai untuk memohon kepada orang yang lebih tinggi yang
sebenarrnya kita tidak pantas untuk meminta pertolongan.
c.
Verba te kuremasenka
Bentuk ini sama dengan bentuk ~te kudasaimasenka, hanya saja tingkat
kesantunannya saja yang berbeda. Bentuk ~te kuremasenka kedudukannya lebih
rendah dibandingkan dengan ~te kudasaimasenka.
d.
Verba te moraemasenka
Bentuk ini juga sama dengan bentuk ~te kudasaimasenka dan ~te
kuremasenka. Hanya saja bentuk ~te kudasaimasenka lebih tinggi kedudukannya
dengan ~te moraemasenka, dan bentuk ~te moraemasenka tingkat kedudukannya
24
Universitas Sumatera Utara
sama dengan ~te kuremasenka. Jadi, dengan kata lain bentuk ~te moraemasenka
dan ~te kuremasenka bisa digunakan kepada siapa saja, sebagai rasa hormat
terhadap lawan tutur (Nihongo No Kiso II).
e.
Verba te itadakemasenka
Dalam buku Minna no Nihongo II pola kalimat ini digunakan pada waktu
pembicara meminta persetujuan dari lawan bicara terhadap perilaku sendiri. pola
`te itadakemasenka digunakan oleh orang yang kedudukannya lebih tinggi untuk
meminta orang yang kedudukannya lebih rendah agar melakukan sesuatu.
Misalnya, orang tua dan anak, kakak dan adik, atasan dan bawahan, dan
sebagainya.
f.
Verba te kure
Merupakan bentuk biasa dari ~te kudasai. Ungkapan ini juga diucapkan
secara langsung kepada lawan bicara. Ungkapan ~te kure biasanya dipakai oleh
laki-laki ketika lawan bicaranya keluarga, teman yang dekat/akrab, seusia,
maupun orang yang lebih muda.
g.
Verba te
Sama seperti bentuk ~te kure, hanya saja penggunaannya tidak dibatasi oleh
jenis kelamin. Bentuk ~te ini juga merupakan perubahan bentuk verba dari bentuk
kamus kedalam bentuk ~te.
25
Universitas Sumatera Utara
Selain dari teori Iori dalam Zulaika ada juga pola memohon menurut
Kaneko Shiro dalam Irwan (2010:20) yang dikelompokkan menjadi tiga bagian
yaitu :
a.
お願いをする Onegai wo Suru (Membuat Permohonan)
Ragam memohon ini di dalam penggunaannya mengandung sifat mulai dari
hikui ‘rendah’ sampai permohonan yang bersifat takai ‘tinggi’. Permohonan ini
dibagi atas beberapa bagian, yaitu :
1. Verba て(verba te)
Merupakan perubahan bentuk verba dari bentuk kamus ke dalam bentuk ~te.
Berikut contoh nya :
ちょっと来て。’Ke sini sebentar’.
2. Verba てもらえる(verba te moraeru)
Digunakan ketika memohon sesuatu pada lawan bicara. Pada umumnya
lawan bicara adalah teman akrab atau orang yang lebih muda. Berikut contoh
nya :
ここに来てもらえる?’Tolong ke sini?’
3. Verba てくれる(verba te kureru)
Bentuk ~te kureru adalah ungkapan memohon yang digunakan kepada
lawan bicara atau kepada seseorang yang berada di sebelahnya. Lawan bicara atau
adalah teman akrab, seusia, dan orang yang lebih muda. Shiro tidak memberikan
contoh pada ragam ini.
26
Universitas Sumatera Utara
4. Verba てもらえない (verba te moraenai)
Bentuk memohon yang lebih sopan dari bentuk ~te moraeru. Bentuk ini
merupakan bentuk negatif dari moraeru, tetapi tidak menunjukkan makna negatif.
Shiro mengelompokkan bentuk imi ke dalam ragam yang digunakan kepada orang
dekat seperti teman, keluarga, dan lain-lain. Shiro juga tidak memberi contoh pada
ragam ini.
5. Verba てくれない (verba te kurenai)
Shiro mengelompokkan bentuk ini ke dalam ragam memohon yang
digunakan kepada orang yang dekat hubungannya dengan penutur seperti teman,
keluarga dan lain-lain. Bentuk ini berasal dari bentuk ~te kureru dan di ubah
menjadi ke dalam bentuk negatif. Seperti contoh berikut ini :
辞書、かしてくれない?’Pinjam kamusnya ?’
6. Verba てください (verba te kudasai)
Bentuk ~te kudasai lebih halus dari bentuk ~te kure. Shiro menambahkan
bentuk ini digolongkan lagi kepada ungkapan memohon yang bersifat lebih umum
‘mottomo ippanteki’. Lawan bicara atau penutur beranggapan bahwa hal yang
diinginkan oleh penutur adalah hal yang wajar. Bentuk ini merupakan bentuk
permohonan yang bersifat sopan. Seperti contoh berikut ini :
明日は朝9時に集まってください。’Besok tolong kumpul jam 9 pagi’.
27
Universitas Sumatera Utara
7. Verba てもらえますか (verba te moraemasuka)
Bentuk ini lebih halus dari bentuk ~te moraeru. Adanya bentuk kata kerja
~masu menunjukkan kesopanan ungkapan tersebut. Seprti contoh berikut ini :
ペンチを貸してもらえますか。’Boleh pinjam tang?’
8. Verba てくれますか (verba te kuremasuka)
Bentuk ini lebih sopan dari bentuk ~te kureru. Adanya kata bantu kata kerja
~masu menunjukkan makna sopan. Shiro tidak memberikan contoh untuk ragam
ini.
9. Verba もらえませんか (verba te moraemasenka)
Bentuk ini lebih sopan dari ~te moraemasuka dan merupakan bentuk
negatifnya, ~masu dihilangkan lalu ditempel ~masen dan ditambah ka sebagai
penanda kalimat tanya. Shiro menambahkan ragam ini dikelompokkan ke dalam
yaya teinei ‘agak sopan’. Shiro tidak memberi contoh pada ragam ini.
10. Verba てくれませんか (verba te kuremasenka)
Bentuk ini lebih halus dari ~te kuremasuka. Perubahan ke dalam bentuk
negatif ~masenka,
menunjukkan ungkapan tersebut
lebih sopan. Shiro
menambahkan ragam memohon ini dikelompokkan ke dalam yaya teinei ‘agak
sopan’. Seperti contoh berikut ini :
ペンチを貸してくれませんか。’Boleh tidak pinjam tangnya?’.
28
Universitas Sumatera Utara
11. Verba ていただけますか (verba te itadakemasuka)
Verba bentuk ~te ini diikuti oleh itadaku adalah bentuk tuturan yang sopan
dan dengan berubah menjadi ~te itadakemasuka menunjukkan makna yang lebih
sopan. Shiro tidak memberikan contoh pada ragam ini.
12. Verba てくださいますか (verba te kudasaimasuka)
Bentuk ini berasal dari bentuk~te kudasaru, ru mengalami konjugasi
menjadi ~saimasu dan ditambah dengan penanda kalimat tanya ~ka. Shiro tidak
memberikan contoh untuk ragam ini.
13. Verba ていただけませんか (verba te itadakemasenka)
Bentuk ini berasal dari bentuk ~te itadaku, kemudian diubah menjadi
itadakemasenka yang menunjukkan tingkatan yang lebih sopan lagi, sehingga
dikatakan bentuk ini adalah bentuk yang sangat sopan. Shiro mengelompokkan
bentuk ini ke dalam hijouni teinei ‘sangat sopan’. Seperti pada contoh berikut ini :
委任状を書いていただけませんか。’Bisa tolong tuliskan surat kuasa?’
14. Verba くださいませんか (verba te kudasaimasenka)
Bentuk ini berasal dari ~te kudasaru dan lebih sopan dari ~te kudasai. Sama
seperti ~te itadakemasenka, bentuk ini mengandung makna yang sangat sopan.
Shiro mengelompokkan lagi ke dalam hijouni teinei ‘sangat sopan’. Seperti pada
contoh berikut ini :
委任状を書いていただけませんか。’Bisa tolong tuliskan surat kuasa?’
29
Universitas Sumatera Utara
b.
許可をお願いする Kyoka wo Suru (Meminta Izin)
Digunakan pada waktu memohon izin sesuatu dengan menggunakan bentuk
verba を~さ(せて). Shiro memberikan beberapa contoh sebagai berikut :
1. ~さ(せて) ~sa (sete)
写真、撮らせて。(友達に)’Fotokan’ (kepada teman)
2. ~さ(せて)くれる ~sa (sete) kureru
電話、使わせてくれる。(友達に)’Boleh pinjam telpon?’ (kepada
teman)
3. ~さ(せて)くれない ~sa (sete) kurenai
留学させてくれない。(親に)’Izinkan saya belajar di luar negeri?’
(kepada orang tua)
4. ~さ(せて)ください ~sa (sete) kudasai
‘Tolong izinkan saya belajar di luar negeri’
5. ~さ(せて)もらえますか ~sa (sete) moraemasuka
意見を言わせてもらえますか。 ’Boleh saya mengeluarkan pendapat
saya?’
30
Universitas Sumatera Utara
6. ~ さ ( せ て ) い た だ け ま せ ん か / く だ さ い ま せ ん か ~sa (sete)
itadakemasenka/kudasaimasenka
明日、使わせていただけませんか
くださいませんか。’Besok boleh
saya menggunakannya?’
c.
そ の ほ か の お 願 い の 表 現 Sono Hoka no Onegai no Hyougen
(Ungkapan Memohon yang Lainnya)
Menunjukkan ungkapan yang digunakan untuk memaparkan keadaan
sekarang seperti perasaan, keadaan, dan keinginan. Hal tersebut dilakukan agar
penutur memahami hal yang diinginkan. Kalimat yang di dalam kurung adalah
kalimat yang sebenarnya ingin diucapkan. Seperti pada contoh berikut ini :
•
のどがカラカラなんですけど...(水を飲ませてください)
‘Kerongkongan saya kering...’ (izinkan saya minum)
•
子供が寝ているので...(静かにしてください)
‘Anak saya sedang tidur...’ (mohon tenang)
2.
Bentuk-bentuk dan Penggunaan Tindak Tutur Ilokusi Penolakan
Dalam melakukan penolakan, penutur harus mengetahui kapan dan
bagaimana memakai bentuk yang tepat sesuai dengan tingkat keakraban, usia,
hubungan sosial, status sosial, jenis kelamin, keanggotaan kelompok, dan situasi.
Bentuk-bentuk penolakan menurut Beebe, Takahashi & Uliss Weltz dalam
Anggreni(http://lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123421RB08M45Tindak%20tutur
31
Universitas Sumatera Utara
Literatur.pdf) terbagi atas dua, yakni penolakan secara langsung dan penolakan
secara tidak langsung.
a.
Penolakan Secara Langsung
Penolakan langsung atau direct merupakan bentuk yang menampilkan
tindak ilokusi penolakan yang jelas, tidak bermakna ambigu dan lebih ringkas.
(1)
Menggunakan verba performatif.
Penutur
menolak
ajakan dugaan
menggunakan verba yang menunjukkan tindakan penolakan.
Contoh :
会長
: 彼はドキュメントの状態を盗んだので、解雇される
べきだと思う。どうですか。
Kaichou
: Kare wa dokyumento no jyoutai wo nusunda node, kaiko
sareru beki da to omou. Doudesuka?
Kepala Direksi ‘Karena dia telah mencuri dokumen negara, saya pikir dia
harus dipecat’.
部長
: 断りです。私たちは最初のしょうこを見つけなけれ
ばなりません。
Buchou
: Kotowari desu. Watashi tachi wa saisho no shouko wo
mitsukenakereba narimasen.
Kepala Bagian ‘Saya menolak. Kita harus menemukan bukti terlebih
Dahulu’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan verba
performatif adalah “断りです” yang artinya “menolak”. Penolakan ini digunakan
ketika lawan tutur adalah orang yang mempunyai status sosial yang tinggi.
32
Universitas Sumatera Utara
(2)
い や . Dalam Kamus Gakken Kokugo Daijiten, ‘iya’ berarti hoshiinai
youdesu ‘tidak ada keinginan’,ki ni iranai youdesu ‘tidak seperti itu’,
konomashikunai youdesu ‘seperti tidak diinginkan’, kirai dearu ‘benci’.
Contoh :
A
: レンさん、明日いっしょに Twilightという映画 を見よう。
Ren san, ashita isshoni Twilight to iu eiga wo miyou.
Ren, besok nonton bareng film Twilight yuk?
B
: いやだ、見たよ。
Iyada, mita yo.
‘Tidak, aku sudah nonton’.
Dari percakapan diatas bentuk penolakan yang digunakan adalah “いや”
yang artinya “tidak”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah seusia
atau orang yang lebih muda.
(3)
Ungkapan ketidaksanggupan. Lawan tutur mengungkapkan ketidaksanggupannya kepada penutur.
Contoh :
A
: タくん、英語のことを教えてくれませんか。
Ta kun, eigo no koto wo oshiete kuremasenka.
‘Ta kun, tolong ajarkan bahasa Inggris ya?’
B
: すみません、英語ができません。
Sumimasen, eigo ga dekimasen.
‘Maaf, saya tidak bisa bahasa Inggris’.
33
Universitas Sumatera Utara
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
ketidaksanggupan adalah “できません” ‘tidak bisa’. Penolakan ini digunakan
ketika lawan tutur adalah senpai, seusia, orang yang mempunyai status sosial
yang tinggi, dan orang yang mempunyai hubungan jauh dengan penutur.
b.
Penolakan Secara Tak Langsung
Penolakan tidak langsung atau indirect merupakan bentuk yang tidak
termasuk kedalam ketiga kategori di atas. Pada bentuk penolakan ini dilakukan
melalui beberapa tahap dan dapat dimengerti setelah pengajak menangkap maksud
penolakan dari respon yang diberikan tersebut.
(1)
Pernyataan penyesalan atau permintaan maaf didalam kasus penolakan,
penggunaan bentuk ini dipakai dengan maksud untuk mengungkapkan
penyesalan penutur karena tidak dapat menyanggupi ajakan penutur.
Contoh :
先生
: 来週子供の結婚式に来てくれる。
Sensei
: Raishuu kodomo no kekkon shiki ni kureru.
Guru
‘Minggu depan datang ya ke pesta pernikahan anak saya’.
学生
: 申し訳ありません。来週はちょっと...
Gakusei : Moushi wake arimasen. Raishuu wa chotto…
Murid
‘Maaf. Minggu depan…’
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang mengungkapkan
penyesalan penutur karena tidak dapat menyanggupi ajakan penutur adalah “申し
34
Universitas Sumatera Utara
訳ありません” yang artinya “maaf”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur
adalah guru, atasan, dan orang yang mempunyai status sosial yang tinggi lainnya.
(2)
Alasan, penyebab, penjelasan. Bentuk ini digunakan lawan tutur untuk
menjelaskan mengapa lawan tutur tidak dapat memenuhi ajakan penutur.
Contoh :
A
:ザちゃん、明日はショピングに行かない。
Za chan, ashita ha shopingu ni ikanai.
‘Za chan, besok shoping yuk’.
: あのう、用事があるから。
B
Anou, youji ga aru kara.
‘Hmm, saya ada urusan’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan alasan,
penyebab, penjelasan mengapa menolak ajakan penutur adalah “用事があるから”
yang artinya “ada urusan”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah
siapa saja, di sesuaikan dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penutur.
(3)
Penawaran alternatif. Penutur mengusulkan alternatif lain sebagai pengganti
ajakan yang ditolak dengan maksud tetap menjaga hubungan baik dengan
penutur.
Contoh :
A
: 今週の土曜日いっしょにショピングに行こうか。
Konshuu no doyoubi isshoni shopingu ni ikouka.
‘Sabtu minggu ini pergi shoping bareng yuk’.
B
: そうですね。私なら再来週の土曜日のほうがいいんじゃない
か。デニムスーパーに割引があるそうなので。
35
Universitas Sumatera Utara
Soudesu ne. watashi nara saraishuu no doyoubi no houga ii
njyanai. Denim suupa ni waribiki ga aru souna node.
‘Oh gitu. Tapi kalau menurut saya sabtu dua minggu ke depan
lebih baik ya. Karena sepertinya akan ada diskon di toko Denim’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
penawaran alternatif lain demi menjaga hubungan baik dengan penutur adalah “私
なら...のほうがいい” yang artinya “menurut saya....lebih baik”. Penolakan
ini digunakan ketika lawan tutur adalah siapa saja, di sesuaikan dengan ragam
bahasa yang digunakan oleh penutur.
(4)
Avoidance
atau penghindaran. Penutur menggunakan taktik menunda
memberikan respon atas ajakan yang diberikan.
(1)
Nonverbal
a. Diam
Contoh :
A
:さっきの会議で、私の意見はどう思いますか。
Sakki no kaigi de, watashi no iken wa dou omouimasuka.
‘Pada rapat tadi, bagaimana menurut anda mengenai ide saya?’
B
: ...
Dari percakapan di atas menjelaskan bahwa seorang teman bertanya
kepada rekan kerjanya mengenai ide rapat yang diajukannya. Karena lawan
tutur memikirkan perasaan penutur yang sudah sangat ingin menjalankan
ide yang diajukannya, maka lawan tutur memilih tidak menjawab (diam)
agar tidak tersinggung. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah
seusia, orang yang lebih muda, teman.
36
Universitas Sumatera Utara
(2)
Verbal
a. Membuat candaan.
Contoh :
: 私と結婚してくれる。
A
Watashi to kekkon shite kureru.
‘Maukah kamu menikah dengan ku?’
: ハハ、それはありえないよ。君の奥さんがもう2人
B
だよ。
Haha, sore wa arienai yo. Kimi no okusan mou futari da yo.
‘Haha, itu tidak mungkin ya. Kamu sudah memiliki dua
orang istri’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan dengan cara membuat
candaan tawa agar penutur tidak tersinggung, namun memiliki maksud yang
serius untuk menolak penutur. Bentuk penolakan yang menunjukkan
candaan tawa pada percakapan diatas adalah “ハハ、それはありえないよ。
君の奥さんがもう2人だよ” yang artinya “Haha, itu tidak mungkin ya.
Kamu sudah memiliki dua orang istri”. Penolakan seperti ini digunakan
ketika lawan tutur adalah seusia, teman, orang yang lebih muda.
b.Mengulang bagian dari pernyataan.
A
: あのう、できればつぎのミーティングは月曜日の午後
に変更させていただけないでしょうか。
Anou, dekireba tsugi no miitingu wa getsuyoubi no gogo ni
henkou sasete itadakenai deshouka.
37
Universitas Sumatera Utara
‘Uhm, apakah bisa kalau rapat selanjutnya di ubah menjadi
hari senin sore?’
B
: あれ?月曜日の午後ですか。
Are? Getsuyoubi no gogo desuka.
‘Ha? Hari senin sore?’
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
pengulangan bagian dari pernyataan penutur adalah “あれ?月曜日の午後
で す か ” yang artinya “ha?hari senin sore?”. Penolakan ini digunakan
ketika lawan tutur adalah teman, seusia, rekan kerja, atau orang yang lebih
muda.
b. Penundaan.
Contoh :
秘書
: 会長、つぎの会議は明後日にしましょうか。
Hisho
: Kaichou, tsugi no kaigi wa asatte ni shimashouka.
Sekretaris
‘Pak Kepala Direksi, rapat selanjutnya dilakukan
dua hari mendatang?’
会長
: ちょっと考えておきますね。
Kaichou
: Chotto kangaete okimasu ne.
Kepala Direksi
‘Biarkan saya berpikir sebentar’.
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
penundaan adalah “ 考 え て お き ま す ね ” yang artinya “biarkan saya
berpikir”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah siapa saja, di
sesuaikan dengan ragam bahasa yang digunakan oleh penutur.
38
Universitas Sumatera Utara
Selain dari teori Beebe, Takahashi & Uliss Weltz bentuk penolakan secara
tidak langsung di kemukakan oleh Anggreni (2008:6-7), yaitu :
(1)
Pernyataan
tentang
pendapat
positif
atau
persetujuan
penutur
mengungkapkan pendapat yang positif atas ajakan yang ditawarkan.
Contoh :
A
: つまらなくならないように、つぎの会議はレストランでや
ればどうでしょうか。
Tsumaranaku naranai youni, tsugi no kaigi wa resutoran de
yareba dou deshouka.
‘Agar tidak bosan, bagaimana kalau rapat selanjutnya di restoran?’
B
: たしかに、それはいい考えだが、お金をかからないように
通常の道路に会社でやったほうがいいんじゃないかと思い
ます。
Tashika ni, sore wa ii kangae daga, okane wo kakaranai youni
tsuujyou no douro ni kaisha de yatta houga ii njyanai ka to
omoimasu.
‘Sebenarnya, hal itu ide yang bagus ya, tetapi menurut saya
apakah tidak lebih baik di kantor seperti biasanya daripada
menghabiskan uang ?’
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan
pernyataan tentang pendapat positif atas apa yang ditawarkan oleh penutur
adalah “ そ れ は い い 考 え だ が ...” yang artinya “ide bagus, tetapi..”.
Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur adalah teman, seusia, orang
yang lebih muda, bawahan, keluaga, dan rekan kerja bahkan kepada orang
yang lebih tinggi status sosialnya.
39
Universitas Sumatera Utara
(2)
Pengisi waktu jeda. Bentuk ini digunakan sebagai pengisi waktu antara
selesainya tuturan yang dituturkan penutur dengan dimulainya tuturan
penolakan yang akan diucapkan lawan tutur.
Contoh :
A
: 明日映画を見ませんか。
Ashita eiga wo mimasenka.
‘Besok nonton film yuk?’
B
: あのー、明日はちょっと...
Anou, ashita wa chotto...
‘Uhm, besok...’
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan pengisi
waktu jeda adalah “あのー” yang artinya “hmm”. Penolakan ini digunakan ketika
lawan tutur adalah seusia, teman, keluarga, dan orang yang lebih muda.
(3)
Terima kasih atau apresiasi. Penutur mengekspresikan rasa terima kasihnya
atas ajakan yang ditawarkan kepadanya. Contoh :
A
:リーンさん、来月私と両親は日本へいく予定で、いっしょ
に行きませんか。
Riin san, raigetsu watashi to ryoushin wa nihon he iku yotei de,
isshoni ikimasenka.
‘Riin san, bulan depan saya dan orang tua saya pergi ke Jepang.
Apakah kamu ingin ikut bersama?’
B
: 大変ありがたい話ですが、 インドへいくのでできないと
思います。
Taihen arigatai hanashi desu ga, indo he iku no de dekinai to
omoimasu.
‘Sungguh terima kasih, saya tidak bisa karena saya pergi ke India’.
40
Universitas Sumatera Utara
Percakapan diatas merupakan bentuk penolakan yang menggunakan kata
terima kasih atau apresiasi adalah “大変ありがたい話ですが…” yang artinya
“sungguh terima kasih tetapi...”. Penolakan ini digunakan ketika lawan tutur
adalah orang yang hubungan jauh dengan penutur, orang yang berstatus sosial
tinggi dan usia yang lebih tua.
Kemudian Kana juga menambahkan bentuk-bentuk penolakan dalam bahasa
Jepang (http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/ handle / 123456789/3856/3
YEYENDA %20KANA.pdf?sequence =1) :
(1)
あのう、すみませんが...
A
: ミタさん、いっしょに昼ごはんを食べませんか。
Mita san, isshoni hirugohan wo tabemasenka.
‘Mita san, makan siang bersama yuk’.
B
: あのう、すみませんが 断食です。
Anou, sumimasenga danjiki desu.
‘Hmm, maaf tapi saya puasa’.
Pada percakapan diatas, bentuk penolakannya adalah “あのう、すみ
ませんが...” yang artinya “hmm, maaf ...”. Penolakan ini digunakan ketika
lawan tutur adalah orang yang hubungannya dekat, keluarga, seusia, orang
yang lebih muda, dan teman.
(2)
すみません、ちょっと...
A
: レラさん、今日はいっしょに散歩しましょうか。
Rera san, kyou wa isshoni sanpo shimashouka.
‘Rera san, hari ini jalan-jalan bersama yuk?’
41
Universitas Sumatera Utara
B
:すみませんが、明日はちょっと...
Sumimasen ga, ashita wa chotto....
‘Maaf, tapi besok..’
Pada percakapan diatas, bentuk penolakannya adalah “すみませんが、
明 日 は ち ょ っ と ” yang artinya “maaf, tapi besok..”. Penolakan ini
digunakan ketika lawan tutur adalah orang yang hubungannya dekat,
keluarga, seusia, orang yang lebih muda, dan teman.
42
Universitas Sumatera Utara