Respons Pertumbuhan Berbagai Bahan Tanam Setek Nilam (Pogostemon cablin Benth.)pada Berbagai Bahan Tanam dan Konsentrasi IBA

PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tanaman nilam (Progestemon cablinBenth.) merupakan salah satu tanaman
penghasil minyak atsiri. Minyak nilam memberikan sumbangan cukup besar bagi
negara Indonesia di antara minyak atsiri lainnya dan merupakan komoditi ekspor non
migas. Namun, produksi minyak nilam di Indonesia masih terbatas dan produksinya
belum optimal (Direktorat Jenderal Perkebunan, 2007).
Indonesia merupakan penghasil minyak nilam terbesar di dunia yang tiap tahun
memasuk sekitar 75% kebutuhan dunia. Jumlah minyak atsiri tersebut, 60% diproduksi
di Nanggroe Aceh Darussalam dan sisanya berasal dari Sumatera Utara, Sumatera
Barat, dan Jawa Tengah. Negara – negara lain yang memproduksi minyak nilam adalah
Brazil, Malaysia, India, dan Taiwan. Hampir seluruh produksi minyak nilam Indonesia
diekspor terutama ke Amerika Serikat, negara – negara Eropa Barat dan Jepang
(Hildani, 2015).
Pada empat tahun terakhir produktivitas nilam Indonesia mengalami penurunan
secara

signifikan

yaitu


tahun

2009

(113,27

kg/ha),

tahun

2010

(90,14 kg/ha), tahun 2011 (71,15 kg/ha) dan tahun 2012 (87,20 kg/ha). Penurunan
tersebut terjadi dikarenakan budidaya yang belum sempurna, bahan tanam yang kurang
sesuai, penanganan bahan dan penyulingan yang kurang baik mengakibatkan
produktivitas rendah (Krismawati, 2005).
Ada beberapa sub varietas tanaman nilam yaitu nilam Lhoksumawe, nilam
Sidikalang dan nilam Tapaktuan yang masing – masing memiliki karakteristik fisik dan
kandungan kimiawi yang berbeda. Nilam Tapaktuan memiliki kemampuan adaptasi yag
tinggi, batang berwarna hijau dengan sedikit warna ungu. Nilam Lhokseumawe juga


Universitas Sumatera Utara

memiliki daya adaptasi yang tinggi dan warna batang ungu.Varietas Sidikalang
memiliki daya adaptasi yang tinggi dan batang ungu gelap. Tingkat PA dari varietas ini
beragam:

yaituTapaktuan

(28.69-35.90%),

Lhokseumawe

(29.11-34.46%)

dan

Sidikalang (30.21-35.20%) (Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Timur, 2013).
Nilam jarang menghasilkan biji, sampai sejauh ini bahan tanam untuk bibit
diperoleh secara vegetatif yaitu dengan setek. Setek dapat langsung di kebun, namun

memerlukan bahan setek yang lebih banyak dan pertumbuhan tanaman kurang baik,
serta kemungkinan setek yang mati lebih banyak. Cara terbaik untuk menghemat bahan
setek adalah dengan membuat pembibitan setek terlebih dahulu sebelum langsung
ditanam di kebun. Untuk memperoleh pertumbuhan bibit setek yang optimal baik
pertumbuhan akar maupun tunas perlu dipilih bahan setek yang besar atau kekar tidak
bengkok,

tampak sehat tanpa gejala kekurangan hara atau tanda-tanda serangan

penyakit dan hama (Nuryani et al, 2007).
Banyak usaha yang dilakukan untuk

merangsang danmendorongpertumbuhan

setek. Diantaranya dilakukan dengan pemberian zat pengatur tumbuh seperti Indole
Acetic Acid (IAA), Indole Butyric Acid (lBA), Naphthalene Acetic Acid (NAA), dan
sebagainya (Suprapto, 2004).
Hormon IBA adalah salah satu hormon yang termasuk dalam kelompok auksin.
Selain dipakai untuk merangsang perakaran, hormon IBA juga mempunyai manfaat
yang lain seperti menambah daya kecambah, merangsang perkembangan buah,

mencegah kerontokan, pendorong kegiatan kambium dan lainnya (Irwanto, 2001).
Berdasarkan hasil penelitian oleh Rikatari (2016) menyatakan bahwa pemberian
hormon NAA dengan tingkat konsentrasi 200 ppm dan lama perendaman 2 jam mampu

Universitas Sumatera Utara

meningkatkan persentase setek batang nilam(Pogostemon cablin Benth), dimana ratarata persentase setek yang berakar mencapai 87,50%.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian setek
nilam dengan menggunakan bahan tanam bagian batang atas, tengah dan
bawahtanamanserta untukmengetahuitingkatkeberhasilan bagian tanaman mana yang
optimum untuk dijadikan bahan tanam setek apabila diaplikasikanIBA padakonsentrasi
tertentu.
Tujuan penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respons pertumbuhan berbagai bahan
tanam

setek

nilam


(Pogostemon

cablin

Benth.)

terhadap

pemberian

IBA

(Indole Butyric Acid).
Hipotesis Penelitian
Ada respons nyata pertumbuhan setek nilam (Pogostemon cablin Benth.)
terhadap berbagai bahan tanam dan pemberian IBA (Indole Butyric Acid) serta interaksi
keduanya.
Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan bagian bahan tanam dan konsentrasi
IBA yang sesuai untuk pertumbuhan setek nilam dan melengkapi data penyusunan

skripsi untuk mendapatkan gelar sarjana di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai sumber informasi bagi
pihak yang membutuhkan.

Universitas Sumatera Utara