Strategi Pengembangan Sektor Pariwisata Dalam Meningkatkan Kunjungan Wisata di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba di Kecamatan Purba)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan industri yang berkembang cepat dan menjanjikan
bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara selain minyak dan gas, di Indonesia
pengembangan pariwisata pertama kali dilakukan melalui Repelita I tahun 1969,
pemerintah
mengeluarkan
suatu
keputusan
mengenai
pengembangan
kepariwisataan Nasional, dengan tujuan dapat meningkatkan kunjungan wisata
sehingga mampu memberikan nilai lebih bagi penerimaan negara.
Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia juga terus diperbaiki,
terbukti bahwa selalu lahir Undang – Undang (UU) yang mengatur masalah
pembangunan, pemasaran pariwisata, sampai pada usaha menjaga kelestararian
objek pariwisata itu sendiri, UU yang mengatur pengelolaan pariwisata diawali
Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1990 dan terakhir kali diubah menjadi Undang
– Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang mengatur
pengelolaan pariwisata dengan bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan rakyat.
Usaha dalam pengembangan pariwisata dalam meningkatkan kunjungan
wisata di Indonesia juga di perkuat oleh Paket Kebijakan Pemerintah Indonesia
dengan mengeluarkan peraturan – peraturan yang menambah negara bebas visa,
serta menghilangkan persyaratan
yang menghambat dan memperlambat
kunjungan pelancong yacht dan wisata bahari, usaha – usaha ini juga bertujuan
1
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan kunjungan wisata dengan target kunjungan 20 juta
wisatawan pada tahun 2019 1.
Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah tujuan wisata selain Bali,
NTT, Jawa dan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia, potensi wisata yang
dimiliki Sumatera Utara sangat beragam, wisata alam, wisata budaya, dan wisata
agro tentu dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan
nusantara untuk berkunjung ke Sumatera Utara. Selain di topang oleh
keberagaman objek wisata Sumatera Utara juga memiliki keberagaman budaya,
perbedaan budaya dan adat istiadat masyarakat pada setiap objek wisata tentu
menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata Sumatera Utara.
Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara masih belum maksimal,
dimana masih terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara pada
tahun 2015, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, kunjungan
wisatawan (Wisman) pada tahun 2015 sebesar 229.288 wisman, tahun 2014
sebanyak 270.837 wisman, tahun 2013 sebanyak 259.299 wisman 2.
Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terbesar ke-2 di Provinsi
Sumatera Utara, sebagai kabupaten terbesar kedua, potensi wisata di Simalungun
tentu tidak kalah menarik dengan potensi wisata daerah lainnya di Sumatera
Utara. Sektor pariwisata Kabupaten Simalungun sudah cukup dikenal masyarakat
Sumatera Utara bahkan mancanegara, dengan memiliki 63 objek wisata yang
tersebar di 25 kecamatan, serta jenis wisata yang beragam seperti wisata alam,
1
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5954/Paket+Kebijakan+Ekonomi+di+Sektor+Pari
wisata/0/infografis, di unduh pada hari sabtu, tanggal 26/11/2016, pukul 18.19 WIB.
2
http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/45, di unduh pada hari minggu, tanggal
27/11/2016, pukul 13.57 WIB.
2
Universitas Sumatera Utara
wisata agro, wisata budaya, dan wisata lainnya, Kabupaten Simalungun menjadi
salah satu daerah yang memiliki objek wisata terbanyak dan beragam di Sumatera
Utara.
Keberagaman objek wisata yang dimiliki Kabupaten Simalungun di kelola
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 14 Tahun 2001
tentang
Kepariwisataan,
yang
mengatur
masalah
retribusi
izin
usaha
kepariwisataan, diantaranya izin usaha hotel, restaurant, rumah makan, cafe,
billyar, karoke, kolam renang, kolam pancing, kebun binatang dan juga panti pijat.
Selain itu Perda Nomor 14 Tahun 2001 ini juga mengatur masalah promosi
pariwisata dalam meningkatan jumlah kunjungan wisata ke Simalungun.
Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun telah melakukan beberapa
langkah strategi pengembangan sektor pariwisata, antara lain dengan melakukan
studi analisis pasar pariwisata, merumuskan strategi pemasaran dan promosi
pariwisata bekerjasama dengan biro – biro perjalanan, melaksanakan even – even
dan hiburan di lokasi wisata potensial. Dan melakukan promosi pariwisata pada
even besar seperti Pekan Raya Sumatra Utara (PRSU).
Pengembangan objek wisata di Kabupaten Simalungun akan mendorong
terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan
mendorong
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
Seiring
dengan
itu,
pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun secara langsung
maupun tidak langsung akan mendorong pertumbuhan dan pengembangan
wilayah, baik secara fisik, sosial, budaya dan ekonomi, jika pengembangan sektor
3
Universitas Sumatera Utara
pariwisata di Simalungun berdampak langsung terhadap peningkatan jumlah
kunjungan wisata setiap tahunnya.
Namun pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun belum
berjalan sesuai dengan perencanaan pengembangannya, penurunan jumlah
kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan
data dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun januari
tahun 2016, terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang signifikan
antara tahun 2015 dan 2014, dengan jumlah penurunan 65.307 wisatawan (tahun
2014 sebanyak 359.751 wisatawan, dan tahun 2015 sebanyak 294.444
wisatawan) 3.
Penurunan kunjungan wisata di Simalungun erat kaitannya dengan belum
memadainya sarana dan prasana wisata di Simalungun seperti minimnya akses
wisata, terbengkalainya infrastruktur wisata, dan minimnya atraksi budaya, dan
permasalahan lainnya yang berhubungan dengan pariwisata. Sehingga sebagian
besar masyarakat Simalungun memilih untuk mengalihkan tujuan wisatanya pada
objek wisata daerah lain, dari pada berwisata di objek wisata yang ada di
Kabupaten Simalungun.
Salah satu fokus pengembangan objek wisata budaya di Simalungun ialah
objek wisata Rumah Bolon Purba yang terletak di Kecamatan Purba, Rumah
Bolon Purba merupakan istana bagi keluarga kerajaan purba yang dibangun pada
tahun 1864 oleh raja purba ke-XII tuan Rahalim. Rumah Bolon Purba juga
merupakan satu – satunya peninggalan raja – raja di Simalungun yang memiliki
3
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Simalungun. Jumlah Kunjungan Wisata
tahun 2010 – 2015.
4
Universitas Sumatera Utara
nilai sejarah, Rumah Bolon Purba disahkan sebagai objek wisata pada tahun 1961
oleh bapak Rajamin Purba sebagai bupati Simalungun pada saat itu.
Selain menjadi satu – satunya peninggalan raja di Simalungun yang berupa
istana, Rumah Bolon Purba juga menjadi bukti peningggalan dinasti raja purba
yang memerintah sejak tahun 1515 hingga 1946, bentuk bangunan Rumah Bolon
Purba juga beragam dan memiliki makna yang beragam pula, dimulai dari balai
butu yang berarti bangunan jaga, kemudian di tengah berdiri rumah bolon yang
memiliki fungsi sebagai rumah bagi raja, kemudian balai bolon sebagai bangunan
tempat musyawarah dan bangunan lainnya, semua bangunan pada komplek
Rumah Bolon Purba ini dibangun dengan menggunakan kayu dan tidak
menggunakan paku dalam pengerjaannya.
Potensi wisata Rumah bolon Purba yang menarik dan memiliki nilai
sejarah di Simalungun tentu diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisata
yang mengalami penurunan di Simalungun tanpa harus mengesampingkan konsep
pariwisata berkelanjutan.Konsep pariwisata yang mengharuskan pengembangan
pariwisata berkelanjutan tentu harus menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal
masyarakat disekitar objek wisata. Pemanfaatan potensi wisata tentu juga harus
melibatkan masyarakat
lokal, sehingga pengembangan pariwisata dapat
memberikan kontribusi yang besar pada pembangunan wilayah dan peningkatan
taraf hidup masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari atau melihat isu
– isu strategi yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan sektor pariwisata
di Kabupaten Simalungun. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
5
Universitas Sumatera Utara
dengan
judul
“Strategi
Pengembangan
Sektor
Pariwisata
Dalam
Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus
Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Di Kecamatan Purba)”
1.2. Perumusan Masalah
Pengembangan pariwisata tidak hanya sebatas peran pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan yang berkaitan dengan pariwisata, namun peran
masyarakat juga menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata suatu
daerah, sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin melihat dan menganalis
strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten
Simalungun dan keterlibatan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis
menentukan perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Strategi
Pengembangan Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Dalam Meningkatkan
Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun ?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menggambarkan strategi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Simalungun dalam mengembangkan daerah tujuan wisata di
Kabupaten Simalungun.
2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa strategi pengembangan
sektor pariwisata khususnya objek wisata Rumah Bolon Purba, kepada
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun dalam
mengembangkan daerah tujuan wisata Kabupaten Simalungun.
6
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah :
1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan
kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian –
kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, khususnya aparatur pemerintah Dinas Pariwisata Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Simalungun, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan masukan/sumbangan pemikiran dalam mengelola sektor pariwisata
untuk mengembangkan daerah tujuan wisata di Kabupaten Simalungun.
3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu
Administrasi Negara.
1.5. Kerangka Teori
Sebagai dasar menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alami
dalam sebuah penelitian, maka dibutuhkan teori agar penelitian tidak sebatas
tindakan coba – coba. Menurut Kerlinger, Teori adalah serangkaian asumsi,
konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep 4.
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal – hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub
variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian 5. Untuk dapat
menerangkan dan menjelaskan tentang strategi Dinas Pariwisata Pemuda dan
4
Kerlinger,F.N dalam Masri Singarimbun, Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3ES. hal 37.
5
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka
Cipta, hal 92.
7
Universitas Sumatera Utara
Olahraga Kabupaten Simalungun dalam mengembangkan daerah tujuan wisata di
Kabupaten Simalungun, maka penulis menggunakan kerangka teori sebagai
berikut :
1.5.1
Strategi
Strategi Berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti seni berperang,
setiap strategi tentu memiliki landasan dan konsep untuk mencapai sasaran.
Menurut Stephanie K. Marrus, Strategi didefinisikan sebagai suatu proses
penentuan rencana para pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar
tujuan tersebut dapat dicapai 6. lebih khusus Hamel dan Prahalad, menjelaskan
bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,
strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan
pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan
perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan 7.
Menurut George A. Steiner, Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya
dari dua perspektif yang berbeda yaitu 8:
1. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi
didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai
6
Stephanie K. Marrus dalam Husein Umar. 2003. Strategik Manajemen in Action. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.hal 31.
7
Hamel dan Prahalad, ibid.
8
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.
8
Universitas Sumatera Utara
tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena program
mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh
manajer dalam merumuskan strategi organisasi.
2. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah
organisasi, maksudnya bahwa strategi merupakan tanggapan organisasi
yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
1.5.1.1 Ciri – ciri dan Manfaat Strategi
Hasil akhir dari strategi adalah sebuah rencana yang diberlakukan oleh
pimpinan sebuah organisasi yang mengacu kepada arah perjalanan sebuah
organisasi dimasa yang akan datang. Sebuah strategi yang telah dirumuskan akan
mengalami perubahan ketika sebuah organisasi akan mengalami perubahan
lingkungan yang ada. Menurut Pardede ciri – ciri strategi antara lain 9 :
1. Mempengaruhi setiap tingkat manajemen.
Keputusan dari rangkaian kegiatan strategi akan mempengaruhi setiap
tingkat manajemen strategi mulai dari manajemen tertinggi hingga
manajemen terendah dari organisasi.Namun pemberlakuan dari strategi
tersebut menjadi tanggungjawab seorang manajemen strategi tertinggi.
2. Menimbulkan pengaruh dalam jangka panjang
Pembuatan putusan – putusanstrategi dapat dibuat dalam waktu yang
lebih singkat, namun keputusan yang dibuat dalam waktu singkat
tersebut akan berpengaruh terhadap jangka panjang dari aktivitas
sebuah organisasi.
3. Berwawasan masa depan
9
Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
9
Universitas Sumatera Utara
Putusan strategi dimaksudkan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan
dimasa yang akan datang oleh karenanya putusan strategi didasari oleh
sebuah analisis yang menyangkut masa yang akan datang seperti
peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari organisasi.
4. Mempengaruhi seluruh bagian organisasi
Bagian dari organisasi merupakan sebuah sistem yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lain. maka ketika putusan –
putusan strategi mempengaruhi satu bidang maka secara otomatis akan
mempengaruhi bidang lainnya. Tentu besar kecilnya berpengaruh
tergantung
kepada
seberapa
besar
tingkat
keterikatan
atau
ketergantungan satu bidang dengan bidang lainnya.
5. Berwawasan terbuka
Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi tentu saja selalu
dipengaruhi oleh berbagai hal yang terdapat diluar organisasi. Oleh
karenanya keputusan strategi itu harus berwawasan terbuka karena
dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan luar organisasi.
6. Memberikan kerangka pengambilan putusan pada manajemen tingkat
yang lebih rendah.
Manajer tertinggi merupakan orang yang paling bertanggungjawab
dalam berjalannya sebuah organisasi. Namun tidak jarang terjadi
dalam pengambilan keputusan sehari – hari manajer tingkat yang lebih
rendah harus membuat berbagai keputusan dalam kegiatannya. Oleh
sebab itu, putusan strategi menjadi sebuah landasan kerangka berpikir
dari manajer tingkat yang lebih rendah untuk mengambil sebuah
10
Universitas Sumatera Utara
keputusan sehingga tidak bertentangan dengan manajer tertinggi dan
arah tujuan organisasi.
7. Membutuhkan sumber daya
Sebuah keputusan strategi akan memerlukan penambahan sumber daya
yang relevan untuk mendukung dan menjalankan strategi tersebut.
Manfaat Strategi
Sebuah strategi dibuat dalam sebuah organisasi tentu saja memiliki
manfaat untuk organisasi tersebut, baik itu menyangkut tentang bagaimana
organisasi dapat berjalan, dapat berkembang menunjukkan pertumbuhan kearah
yang positif, mampu bertahan bahkan mampu untuk menjadi sebuah sektor
organisasi yang unggul dibandingkan organisasi lainnya. Oleh karena itu,
Digantoro memberikan beberapa manfaat dari strategi di antaranya yaitu 10 :
1. Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dan
menentukan jalan yang mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
2. Untuk
meningkatkan
keuntungan
organisasi
walaupun
kenaikan
keuntungan organisasi bukan secara otomatis dengan menerapkan strategi.
3. Membantu
mengidentifikasi,
memprioritaskan
dan
mengeksploitasi
peluang.
4. Menyiapkan pandangan terhadap manajemen problem.
5. Menggambarkanframework untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol
terhadap aktivitas.
6. Meminimumkan pengaruh dan perubahan.
10
Dirgantoro dalam Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
11
Universitas Sumatera Utara
7. Memungkinkan keputusan utama untuk mendukung tujuan yang
ditetapkan.
8. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang efektif.
9. Membantu perilaku yang lebih terintegrasi.
1.5.2
Pariwisata
1.5.2.1 Pengertian Pariwisata
Istilah kepariwisataan berasal dari kata wisata. Didalam UU No. 10 Tahun
2009 Tentang Kepariwisataan, pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan perjalanan untuk
tujuan wisata seperti berkreasi , berbisnis, maupun untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan khusus yang lain disebut sebagai wisatawan (tourist).
Didalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009, keseluruhan lingkup
kegiatan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Didalam UU No. 10 Tahun 2009Tentang
Kepariwisataan, pengertian kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang
terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan , Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan pengusaha.
12
Universitas Sumatera Utara
Kepariwisataan Indonesia adalah kepariwisataan yang berbasis masyarakat
(community
based
tourism)
dan
berbasis
budaya
(cultural
tourism).
Kepariwisataan yang dibangun Indonesia dengan prinsip dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Kepariwisataan Budaya (cultural tourism)
Dilihat dari sisi obyek dan daya tarik wisata, Undang – Undang No.10
Tahun 2009 tentang kepariwisataan antara lain menyebutkan bahwa pembangunan
obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan nilai – nilai agama,
adat istiadat serta pandangan nilai – nilai yang hidup didalam masyarakat,
kelestarian budaya dan lingkungan hidup. Nilai – nilai luhur yang dijunjung
masyarakat, prikehidupan yang unik serta hasil – hasil karya berupa bangunan
atau benda yang indah dan menarik dapat menjadi obyek dan daya tarik wisata.
Dalam memanfaatkan potensi budaya untuk menjadi obyek dan daya tarik wisata,
terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah mengedepankan prinsip pelestarian
budaya itu sendiri.
Pelestarian budaya adalah pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan
kebudayaan sehingga dalam hal ini kepariwisataan adalah alat untuk melestarikan
kebudayaan bukan untuk merusaknya. Bagaimana kebudayaan dari suatu
masyarakat tertentu akan dipelihara, dimanfaatkan dan dikembangkan adalah
menjadi kewenangan masyarakat pendukung budaya itu yang menentukan.
Merekalah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka, masyarakat
dan lingkungan mereka.
Dilihat dari sisi pengunjung (wisatawan), kepariwisataan budaya adalah
suatu kebutuhan wisatawan untuk memperoleh pengalaman budaya yang berbeda,
13
Universitas Sumatera Utara
mengetahui dan mengalamitata kehidupan yang berbeda dan juga untuk
memperoleh nilai – nilai kehidupan baru yang dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.
2. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (community based touris)
Prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan
masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam
berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga manfaat pariwisata sebesar – besarnya
diperuntukkan bagi masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan
haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pemerintah daerah
berperan sebagai fasilitator pengembangan kepariwisataan.
1.5.2.2 Jenis – jenis Pariwisata dan Manfaat Pariwisata
Menurut Pendit, jenis – jenis pariwisata terdiri dari 11:
1. Wisata Budaya
Wisata budaya ini dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas
pandangan hidup seseorang dengan melakukan kegiatan perjalanan ke
tempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, adat – istiadat
mereka, cara hidup mereka, dan budaya dan seni mereka.
2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini biasanya dikaitkan oleh kegiatan olahraga air seperti
danau, pantai, dan laut. Misalanya memancing, berlayar, berselancar,
menyelam sambil melakukan pemotretan, dan lain sebagainya.
11
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramitha.
14
Universitas Sumatera Utara
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Wisata ini biasanya melakukan kegiatan perjalanan ke daerah taman/hutan
lindung yang dikaitkan dengan keindahan alamnya, kesegaran udara
pegunungan, serta flora dan fauna yang jarang ditemukan di tempat lain.
4. Wisata Konvensi
Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan
menyediakan fasilitas bangunan, ruangan – ruangan tempat bersidang bagi
para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan
lainnya baik bersifat nasional maupun internasional.
5. Wisata Pertanian (Agrowisata)
Wisata pertanian ini melakukan perjalanan wisata ke perkebunan, ladang
pembibitan, dan sebagainya.
6. Wisata Pilgrim
Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat – istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok atau masyarakat. Wisata pilgrim banyak
dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat – tempat suci, ke
makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau
pegunungan yang dianggap keramat. Wisata pilgrim ini banyak
dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh
berkah dan kekayaan yang melimpah.
15
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Pariwisata
Menurut Pendit, manfaat pariwisata antara lain 12:
1. Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang
rakyatnya memilki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan citra rasa
yang beraneka ragam pula.
2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena
kegiatanya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional
misalnya :
a. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan pembangunan fasilitas
wisata. Hal ini meliputi perbaikan prasarana pariwisata.
b. Menggugah industri – industri baru yang berkaitan denga jasa – jasa
wisata misalnya : usaha – usaha transportasi, akomodasi (hotel,motel,
pondok
wisata, perkemahan dan lain – lain) yang memerlukan
perluasan beberapa industri seperti peralatan hotel, kerajinan tangan
dan lain – lain.
c. Menambah permintaan dan pemakaian akan hasil – hasil pertanian
semakin bertambah.
d. Memperluas pasar barang – barang lokal.
e. Menunjang pendapatan Negara dengan valuta asing sehingga
mengurangi defisit didalam neraca pembayaran dan memajukan
perekonomian nasional.
f. Memperluas lapangan kerja.
12
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramitha.
16
Universitas Sumatera Utara
g. Membantu pembangunan daerah – daerah terpencil dalam suatu
Negara jika daerah itu memiliki daya tarik pariwisata.
3. Pariwisata juga berperan dalam meningkatkan kesehatan. Pergantian
tempat dan iklim serta menjauhkan diri dari segala kehidupan rutin sehari
– hari, semua ini akan menambah daya tahan dan menurunkan ketegangan
syaraf.
1.5.2.3 Produk Pariwisata
Menurut S. Medlik dan Middleton, “The product covers The complete
experiences from the time he (tourist) leaves home to the time he returns to it” jika
di artikan dalam bahasa indonesia “Produk Pariwisata adalah semua bentuk
pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat
dimana ia biasa tinggal hingga ia kembali pulang” 13.
Victor T.C. Middleton memberikan batasan produk industri pariwisata
sebagai berikut “The product may be defined as a bundle or package of tangible
and intangible components, based on activity at a destination. They are a five
main components in the total product which are discoussed below”.
Bila diperhatikan lebih dalam maka produk pariwisata terdiri dari tiga
komponen dimana komponen yang satu berhubungan erat dengan komponen yang
lainnya, yaitu 14 :
a. Accessibilities of the touist destination (Akses Destinasi Wisata)
Kemudahan kepada wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan
wisata (DTW)
13
S. Medlik dan Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis
Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 3.
14
Victor T.C. Middleton. Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran
Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.
17
Universitas Sumatera Utara
-
Infrastruktur
: Terminal Bus, Bandara, Pelabuhan, Stasiun
Kreta Api.
-
Transportasi
: Pesawat, Kereta Api, Kapal Laut, Taxi.
-
Kebijakan Pemerintah
: Kebijakan Visa, Transportasi.
-
Prosedur Operasional
: Kebijakan Tarif, frekuensi pelayanan
b. Facilities of the tourist destination (Fasilitas Destinasi Wisata)
-
Unit akomodasi
: Hotel, Motel, Apartemen, Villa.
-
Restoran, Bar dan Cafe
: Kualitas makanan dan minuman.
-
Transportasi dari destinasi
: Taxi, Mobil Rental, Pemandu.
-
Olahraga dan Aktivitas
: Golf, Memancing, Berburu.
-
Toko Retail
: Agen Travel Lokal, Toko Obat,
-
Pelayanan lainnya
: Pusat Informasi Wisata, Polisi.
-
Fasilitas lainnya
: Suvenir, Seni, dll.
c. Tourist Attraction (Daya Tarik Wisata)
-
Daya Tarik Alam
: Pemandangan Alam, Laut, Pantai, dll.
-
Daya Tarik Budaya
: Sejarah dan Cerita Rakyat, Agama, Seni.
-
Daya Tarik Sosial
: Bahasa dan Peluang untuk bersosialisasi.
-
Daya Tarik Buatan
: Bangunan, Monumen, Taman, dll.
1.5.2.4 Pemasaran Pariwisata
Keberhasilan suatu program pemasaran dalam bidang kepariwisataan
sangat ditentukan oleh faktor kesamaan pandangan terhadap peranan pariwisata
bagi pembangunan daerah, karena itu sebelum ada program pemasaran
dilaksanakan, harus ada komitmen dari semua unsur terkait bahwa pariwisata
18
Universitas Sumatera Utara
merupakan sektor ekonomi yang bersifat quick yelding dan merupakan agent of
development bagi daerah itu.
J. Krippendorf dalam bukunya Marketing Et Tourism merumuskan
pemasaran pariwisata “marketing in tourism to be understod as the systematic and
coordinated execution of bussines policy by tourist undertaking whether private
or state owned at local, regional, national or international level to achieve the
optimal of satisfaction of the needs of identifiable consumers group and in doing
so to achieve an approriate return” yang terjemahannya “Pemasaran pariwisata
adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan
bagi perusahaan – perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta
atau pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional atau internasional
untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang
wajar” 15.
Pada dasarnya pemasaran pariwisata adalah usaha yang dilakukan suatu
OPN atau Organisasi Pengelola Destinasi Daerah (OPD) untuk menarik
wisatawan agar lebih lama berwisata dan lebih banyak membelanjakan uangnya di
daerah tujuan wisata yang dikunjungi. Usaha pemasaran pariwisata tentu juga
harus berkelanjutan, oleh karenanya merupakan proses manajemen yang
berkesinambungan, Pengertian Proses manajemen hendaknya diartikan sebagai
berikut 16:
1. Filosofi manajemen mengarahkan bahwa suatu proses harus berkelanjutan
dengan kondisi yang terjadi saat ini dengan memperhatikan waktu yang
15
J. Krippendorf dalam Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah
Tujuan Wisata. Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 1.
16
Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.
Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 3.
19
Universitas Sumatera Utara
akan datang (Future Time), yang membawa OPN atau OPD supaya dapat
menjalankan fungsi – fungsi pemasaran dengan baik.
2. OPN atau OPD hendaknya dapat menerapkan teknik dan strategi pemasaran
modern, terutama dalam hal perencanaan penelitian (reaserch planning),
peramalan (forecasting), seleksi pasar (market selection), atau saluran
distribusi (distribution channel) dengan memperhatikan media iklan yang
sesuai dengan target pasar yang dijadikan sasaran.
3. Menjaga kualitas produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan (needs)
dan keinginan (wants) serta sesuai dengan harapan wisatawan (tourist
expectation), baik kualitas, harga, pelayanan, atau penyajian.
1.5.2.5 Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata
Dalam rangka mengembangkan sebuah destinasi pariwisata tentu harus
memperhatikan dua lingkup pengembangan yang saling melengkapi yaitu :
lingkup pengembangan spasial dan tingkatan pengembangan dari destinasi
tersebut. Lingkup pengembangan spasial maksudnya adalah keharusan seorang
perencana pengembangan destinasi untuk memahami dan memperhatikan latar
belakang kontekstual atau lingkungan makro dari destinasi yang akan
dikembangkan. Perhatian pada lingkungan makro tersebut sangat penting, hal ini
disebabkan keseluruhan strategi pengembangan sebuah destinasi pada intinya
tidak boleh terlepas dari kesesuaiannya dengan konfigurasi lingkungan makronya.
Strategi pengembangan keseluruhan komponen destinasi seperti : tema
dari daya tarik utama, pengembangan amenitas dan akomodasi sampai dengan
pengembangan masyarakat setempat sebagai tuan rumah harus sesuai dengan
konteks lingkungan makronya. Suatu destinasi yang terletak pada wilayah
20
Universitas Sumatera Utara
pertanian atau perkebunan akan membutuhkan pengembangan : tema daya tarik
wisata berbasis pada pertanian, pengembangan akomodasi yang bercirikan
masyarakat pedesaan serta pengembanganmasyarakat yang berbasis nilai budaya
pertanian yang tentu saja sangat berbeda dengan strategi pengembangan destinasi
yang berbasis lingkungan makro perindustian di perkotaan.
Kedua, yang dimaksud keharusan seorang perencana pengembangan
destinasi pariwisata dalam memperhatikan strategi tingkatan pengembangan
destinasi adalah suatu cara pandang atau perspective perencanaan pengembangan
destinasi yang harus berpandangan secara holistic dan menyeluruh, mulai dari
tingkatan strategi perencanaan makro dalam dimensi kerangka waktu jangka
panjang yang akan memberikan arah, prinsip dan panduan – panduan
pengembangan jangka panjang, kemudian ke lingkup perencanaan jangka
menengah yang menetapkan misi – tujuan dan sasaran pengembangan destinasi
dan pemosisian destinasi beserta program – program pengembangan dalam
kerangka waktu menengah, sampai dengan lingkup perencanaan tingkat
operasional yang meliputi: program – program aksi jangka pendek, termasuk
business plan dan pengendaliannya yang harus dilakukan oleh organisasi atau
lembaga yang diberi kewenangan untuk mengelola destinasi.
Menurut Plog dan Pintana, mendasarkan pada pola perilaku pilihan
kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata ada beberapa tipologi wisatawan
sebagai berikut 17 :
17
Sunaryo, Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata :Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Gava Media, hal 17.
21
Universitas Sumatera Utara
1. Allocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi
tempat
–
tempat
yang
belum
diketahui,
kunjungannya
bersifat
pertualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh
masyarakat setempat.
2. Psycocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi
daerah tujuan wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang
sama dengan di negaranya.
3. Mid – centris yaitu kelompok wisatawan yang terletak diantara kedua
tipologi perilaku Allocentris dan Psycocentris.
Dalam
proses
pembangunan
kepariwisataan,
khususnya
dalam
perencanaan pengembangan destinasi wisata, pemahaman mengenai tipologi
wisatawan mendasarkan kepada perilaku pilihannya terhadap produk pariwisata
yang akan dibeli dan jenis destinasi yang akan dikunjungi seperti telah diuraikan
diatas, menjadi sangat perlu untuk dicermati dan khususnya sebagai bahan
masukan informasi dan basis data yang sangat penting dalam rangka
merencanakan produk kepariwisataan , sehingga produk wisata yang dihasilkan
akan menjadi mudah untuk dipasarkan.
1.5.3
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah analisis yang dicetuskan oleh Albert
Humprey pada tahun 1960 – 1970-an. Analisis SWOT merupakan salah satu
metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek
atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) yaitu Strengths
(kekuatan), Weakness (kelemahan) dan faktor eksternal (luar) yaitu, Opportunity
(peluang) dan Threats (ancaman).
22
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sudarmo analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu 18 :
1. Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang
dianaliasis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa
datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor,
kebijakan pemerintah dan kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar.
Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu
sendiri.
Analisis SWOT merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu,
analisis situasi juga mengharuskan manajer/pimpinan strategis untuk menemukan
kesesuaian strategis antara peluang eksternal dan kekuatan internal,disamping
memperhatikan ancaman eksternal dankelemahan internal. Mengingat bahwa
SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weakness, Opportunity dan Threats dari
organisasi yang semuanya merupakan faktor – faktor strategis. Matriks SWOT
dapat dilihat pada Tabel 1.1.
18
Sudarmo dalam Indriyo Gito. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE, hal 115.
23
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Matriks SWOT
KEKUATAN (S)
KELEMAHAN (W)
Identifikasi Kekuatan
Identifikasi Kelemahan
STRATEGI (SO)
STRATEGI (WO)
PELUANG (O)
Menggunakan
Identifikasi Kesempatan
untuk
kekuatan
menangkap
kesempatan
Mengatasi
kelemahan
dengan
mengambil
kesempatan
STRATEGI (WT)
STRATEGI (ST)
Memininal
ANCAMAN (T)
Menggunakan
kelemahan
kekuatan
dengan
menghindari
untuk menghindari ancaman
ancaman
Hasil dari analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan ke arah
mana organisasi akan memberikan perumusan strategi, implementasi bahkan
evaluasi yang dapat mendukung keunggulan organisasi dan kesempatan yang ada
untuk perkembangan sebuah organisasi dan rumusan strategi yang dapat
memperkecil kelemahan bahkan memprediksi ancaman di masa depan serta
menghasilkan cara-cara untuk mengantipasinya.
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi relasi – relasi sumber
daya pariwisata dengan sumber daya lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumber
daya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Didalam analisis SWOT ada sejumlah
unsur dan variabel yang mutlak menjadi fokus kajian seperti dalam Tabel 1.2
berikut ini 19 :
19
Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics, Concepts, Case, Fourth
Edition. New York: Routledge, hal 246.
24
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2
Beberapa unsur dan variabel dalam analisis SWOT pariwisata
UNSUR
VARIABEL
Atraksi alam
Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik
Atraksi budaya
Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik.
Dampak
lingkungan Perubahan lingkungan fisik, ekologis dan daya
yang potensial
dukung.
Aksesibilitas
Daya angkut, akses, mutu, frekuensi dan ongkos.
Pasar
Daerah asal, tipe perjalanan dan tipe kegiatan.
Usaha jasa
Mutu, kesesuaian dengan pasar dan masalah lain.
Informasi wisata
Mutu peta, buku panduan wisata, pemaparan,
akurasi dan autentitas informasi.
Promosi
Efektivitas advertensi, publisitas, kehumasan,
insentif, mode dan promosi.
Organisasi
Organisasi terkait, hubungan kerja, kemitraan, team
work pengembangan pariwisata.
Komitmen
wisata
pelaku Dukungan rill berbagai sektor, sikap publik dan
masyarakat
lokal
terhadap
pengembangan
pariwisata
Sumber :Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics,
Concepts, Case, Fourth Edition. New York: Routledge, hal 246.
25
Universitas Sumatera Utara
Didalam hasil analisis SWOT sebaiknya harus menggambarkan hal – hal
berikut ini:
1. Perkembangan produk dan pasar pariwisata itu sendiri.
2. Organisasi dan kelembagaan pariwisata.
3. Peluang – peluang pengembangan inti kegiatan pariwisata.
4. Jasa – jasa kegiatan lain yang mungkin dikembangkan.
Melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
akan dapat diketahui isu ataupun faktor – faktor strategis yang perlu
dikembangkan dan ditingkatkan pada waktu yang akan datang dalam rangka
pengembangan daerah tujuan wisata.
1.6
Definisi Konsep
Menurut Masri Singarimbun konsep adalah istilah atau definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian kelompok atau individu
yang menjadi pusat ilmu sosial 20. Melalui konsep peneliti diharapkan dapat
menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa
kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penjelasan
tersebut, penulis memberikan batasan atau definisi konsep yang digunakan yaitu :
1. Strategi
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai.
20
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT LP3ES,
hal 33.
26
Universitas Sumatera Utara
Menurut George A. Steiner, Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya
dari dua perspektif yang berbeda yaitu 21:
a. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi
didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan
mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena
program mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang
dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi.
b. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah
organisasi,
maksudnya
bahwa
strategi
merupakan
tanggapan
organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
2. Pariwisata
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait
dibidang tersebut. Adapun usaha – usaha dibidang pariwisata meliputi
pengembangan dalam :
a. Pengembangan Amenitas
Menurut Midedleton pengembangan amenitas terbagi dalam 3 (tiga)
komponen yang saling berhubungan erat yaitu 22:
-
Akses Destinasi Wisata
•
•
•
Infrastruktur (Terminal Bus, Bandara, Stasiun Kereta Api)
Transportasi (Angkutan Umum, Taxi, Bus Wisata)
Kebijakan Pemerintah (Visa, Transportasi)
21
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.
22
Victor T. C. Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis
Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.
27
Universitas Sumatera Utara
•
-
Fasilitas Destinasi Wisata
•
•
•
•
•
•
-
Prosedur Operasional (Kebijakan Tarif, Frekuensi Layanan)
Hotel, motel, apartemen, villa.
Restoran, Bar, dan Cafe
Transportasi dari destinasi (Bus Pemandu Wisata, Taxi)
Agen travel lokal, Apotek
Pusat informasi wisata, Kantor polisi
Suvenir, Seni
Daya Tarik Wisata
•
•
•
•
Daya tarik alam (Pemandangan Alam, Pertanian, Pantai, dll)
Daya tarik budaya (Sejarah, Cerita Rakyat, Agama, Seni)
Daya tarik sosial (bahasa dan peluang bersosialisasi)
Daya tarik buatan (Bangunan, monumen, taman)
b. Pengembangan masyarakat
Jika dalam pelaksanaan penelitian tidak ditemukan ketersediaan Strategi
Pengembangan
Pariwisata
yang
dimaksud
diatas,
maka
penulis
akan
menggunakan Analisis SWOT dalam melakukan pengumpulan data data
dilapangan dan menganalisis pengembangan Objek Wisata budaya Rumah Bolon
Purba.
Analisis SWOT adalah metode untuk menggambarkan kondisi dan
mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor
internal yaitu Kekuatan dan Kelemahan, dan Faktor Eksternal yaitu Peluang dan
Ancaman di sektor pariwisata.
28
Universitas Sumatera Utara
1.7
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep,
defenisi operasional dan sistematika penulisan.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik
lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi dan struktur
organisasi serta hal – hal lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan
selama penelitian berlangsung dan dokumen – dokumen lain yang
akan dianalisis.
29
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS DATA
Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat
penelitian dan memberikan interprestasi atas permasalahan yang
diteliti.
BAB VI
PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu
dari hasil penelitian yang dilakukan.
30
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pariwisata merupakan industri yang berkembang cepat dan menjanjikan
bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara selain minyak dan gas, di Indonesia
pengembangan pariwisata pertama kali dilakukan melalui Repelita I tahun 1969,
pemerintah
mengeluarkan
suatu
keputusan
mengenai
pengembangan
kepariwisataan Nasional, dengan tujuan dapat meningkatkan kunjungan wisata
sehingga mampu memberikan nilai lebih bagi penerimaan negara.
Usaha pengembangan pariwisata di Indonesia juga terus diperbaiki,
terbukti bahwa selalu lahir Undang – Undang (UU) yang mengatur masalah
pembangunan, pemasaran pariwisata, sampai pada usaha menjaga kelestararian
objek pariwisata itu sendiri, UU yang mengatur pengelolaan pariwisata diawali
Undang – Undang Nomor 9 Tahun 1990 dan terakhir kali diubah menjadi Undang
– Undang Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan yang mengatur
pengelolaan pariwisata dengan bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi
dan kesejahteraan rakyat.
Usaha dalam pengembangan pariwisata dalam meningkatkan kunjungan
wisata di Indonesia juga di perkuat oleh Paket Kebijakan Pemerintah Indonesia
dengan mengeluarkan peraturan – peraturan yang menambah negara bebas visa,
serta menghilangkan persyaratan
yang menghambat dan memperlambat
kunjungan pelancong yacht dan wisata bahari, usaha – usaha ini juga bertujuan
1
Universitas Sumatera Utara
untuk meningkatkan kunjungan wisata dengan target kunjungan 20 juta
wisatawan pada tahun 2019 1.
Provinsi Sumatera Utara merupakan daerah tujuan wisata selain Bali,
NTT, Jawa dan daerah tujuan wisata lainnya di Indonesia, potensi wisata yang
dimiliki Sumatera Utara sangat beragam, wisata alam, wisata budaya, dan wisata
agro tentu dapat menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan
nusantara untuk berkunjung ke Sumatera Utara. Selain di topang oleh
keberagaman objek wisata Sumatera Utara juga memiliki keberagaman budaya,
perbedaan budaya dan adat istiadat masyarakat pada setiap objek wisata tentu
menjadi daya tarik tersendiri bagi pariwisata Sumatera Utara.
Pengembangan pariwisata di Sumatera Utara masih belum maksimal,
dimana masih terjadi penurunan kunjungan wisatawan ke Sumatera Utara pada
tahun 2015, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumut, kunjungan
wisatawan (Wisman) pada tahun 2015 sebesar 229.288 wisman, tahun 2014
sebanyak 270.837 wisman, tahun 2013 sebanyak 259.299 wisman 2.
Kabupaten Simalungun merupakan kabupaten terbesar ke-2 di Provinsi
Sumatera Utara, sebagai kabupaten terbesar kedua, potensi wisata di Simalungun
tentu tidak kalah menarik dengan potensi wisata daerah lainnya di Sumatera
Utara. Sektor pariwisata Kabupaten Simalungun sudah cukup dikenal masyarakat
Sumatera Utara bahkan mancanegara, dengan memiliki 63 objek wisata yang
tersebar di 25 kecamatan, serta jenis wisata yang beragam seperti wisata alam,
1
https://kominfo.go.id/index.php/content/detail/5954/Paket+Kebijakan+Ekonomi+di+Sektor+Pari
wisata/0/infografis, di unduh pada hari sabtu, tanggal 26/11/2016, pukul 18.19 WIB.
2
http://sumut.bps.go.id/frontend/linkTabelStatis/view/id/45, di unduh pada hari minggu, tanggal
27/11/2016, pukul 13.57 WIB.
2
Universitas Sumatera Utara
wisata agro, wisata budaya, dan wisata lainnya, Kabupaten Simalungun menjadi
salah satu daerah yang memiliki objek wisata terbanyak dan beragam di Sumatera
Utara.
Keberagaman objek wisata yang dimiliki Kabupaten Simalungun di kelola
berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Simalungun Nomor 14 Tahun 2001
tentang
Kepariwisataan,
yang
mengatur
masalah
retribusi
izin
usaha
kepariwisataan, diantaranya izin usaha hotel, restaurant, rumah makan, cafe,
billyar, karoke, kolam renang, kolam pancing, kebun binatang dan juga panti pijat.
Selain itu Perda Nomor 14 Tahun 2001 ini juga mengatur masalah promosi
pariwisata dalam meningkatan jumlah kunjungan wisata ke Simalungun.
Pemerintah Daerah Kabupaten Simalungun telah melakukan beberapa
langkah strategi pengembangan sektor pariwisata, antara lain dengan melakukan
studi analisis pasar pariwisata, merumuskan strategi pemasaran dan promosi
pariwisata bekerjasama dengan biro – biro perjalanan, melaksanakan even – even
dan hiburan di lokasi wisata potensial. Dan melakukan promosi pariwisata pada
even besar seperti Pekan Raya Sumatra Utara (PRSU).
Pengembangan objek wisata di Kabupaten Simalungun akan mendorong
terjadinya peningkatan pendapatan masyarakat yang pada gilirannya akan
mendorong
peningkatan
kesejahteraan
masyarakat.
Seiring
dengan
itu,
pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun secara langsung
maupun tidak langsung akan mendorong pertumbuhan dan pengembangan
wilayah, baik secara fisik, sosial, budaya dan ekonomi, jika pengembangan sektor
3
Universitas Sumatera Utara
pariwisata di Simalungun berdampak langsung terhadap peningkatan jumlah
kunjungan wisata setiap tahunnya.
Namun pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Simalungun belum
berjalan sesuai dengan perencanaan pengembangannya, penurunan jumlah
kunjungan wisatawan lokal dan mancanegara terjadi setiap tahunnya. Berdasarkan
data dari Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun januari
tahun 2016, terjadi penurunan jumlah kunjungan wisatawan yang signifikan
antara tahun 2015 dan 2014, dengan jumlah penurunan 65.307 wisatawan (tahun
2014 sebanyak 359.751 wisatawan, dan tahun 2015 sebanyak 294.444
wisatawan) 3.
Penurunan kunjungan wisata di Simalungun erat kaitannya dengan belum
memadainya sarana dan prasana wisata di Simalungun seperti minimnya akses
wisata, terbengkalainya infrastruktur wisata, dan minimnya atraksi budaya, dan
permasalahan lainnya yang berhubungan dengan pariwisata. Sehingga sebagian
besar masyarakat Simalungun memilih untuk mengalihkan tujuan wisatanya pada
objek wisata daerah lain, dari pada berwisata di objek wisata yang ada di
Kabupaten Simalungun.
Salah satu fokus pengembangan objek wisata budaya di Simalungun ialah
objek wisata Rumah Bolon Purba yang terletak di Kecamatan Purba, Rumah
Bolon Purba merupakan istana bagi keluarga kerajaan purba yang dibangun pada
tahun 1864 oleh raja purba ke-XII tuan Rahalim. Rumah Bolon Purba juga
merupakan satu – satunya peninggalan raja – raja di Simalungun yang memiliki
3
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Simalungun. Jumlah Kunjungan Wisata
tahun 2010 – 2015.
4
Universitas Sumatera Utara
nilai sejarah, Rumah Bolon Purba disahkan sebagai objek wisata pada tahun 1961
oleh bapak Rajamin Purba sebagai bupati Simalungun pada saat itu.
Selain menjadi satu – satunya peninggalan raja di Simalungun yang berupa
istana, Rumah Bolon Purba juga menjadi bukti peningggalan dinasti raja purba
yang memerintah sejak tahun 1515 hingga 1946, bentuk bangunan Rumah Bolon
Purba juga beragam dan memiliki makna yang beragam pula, dimulai dari balai
butu yang berarti bangunan jaga, kemudian di tengah berdiri rumah bolon yang
memiliki fungsi sebagai rumah bagi raja, kemudian balai bolon sebagai bangunan
tempat musyawarah dan bangunan lainnya, semua bangunan pada komplek
Rumah Bolon Purba ini dibangun dengan menggunakan kayu dan tidak
menggunakan paku dalam pengerjaannya.
Potensi wisata Rumah bolon Purba yang menarik dan memiliki nilai
sejarah di Simalungun tentu diharapkan mampu meningkatkan kunjungan wisata
yang mengalami penurunan di Simalungun tanpa harus mengesampingkan konsep
pariwisata berkelanjutan.Konsep pariwisata yang mengharuskan pengembangan
pariwisata berkelanjutan tentu harus menjaga kelestarian alam dan kearifan lokal
masyarakat disekitar objek wisata. Pemanfaatan potensi wisata tentu juga harus
melibatkan masyarakat
lokal, sehingga pengembangan pariwisata dapat
memberikan kontribusi yang besar pada pembangunan wilayah dan peningkatan
taraf hidup masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mencari atau melihat isu
– isu strategi yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangan sektor pariwisata
di Kabupaten Simalungun. Sehingga penulis tertarik untuk mengadakan penelitian
5
Universitas Sumatera Utara
dengan
judul
“Strategi
Pengembangan
Sektor
Pariwisata
Dalam
Meningkatkan Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun (Studi Kasus
Pada Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Di Kecamatan Purba)”
1.2. Perumusan Masalah
Pengembangan pariwisata tidak hanya sebatas peran pemerintah dalam
melaksanakan pembangunan yang berkaitan dengan pariwisata, namun peran
masyarakat juga menentukan keberhasilan pengembangan pariwisata suatu
daerah, sehingga dalam penelitian ini peneliti ingin melihat dan menganalis
strategi pengembangan pariwisata yang dilakukan pemerintah daerah Kabupaten
Simalungun dan keterlibatan masyarakat.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis
menentukan perumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana Strategi
Pengembangan Objek Wisata Budaya Rumah Bolon Purba Dalam Meningkatkan
Kunjungan Wisata Di Kabupaten Simalungun ?”.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk menggambarkan strategi Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga
Kabupaten Simalungun dalam mengembangkan daerah tujuan wisata di
Kabupaten Simalungun.
2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran berupa strategi pengembangan
sektor pariwisata khususnya objek wisata Rumah Bolon Purba, kepada
Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kabupaten Simalungun dalam
mengembangkan daerah tujuan wisata Kabupaten Simalungun.
6
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai adalah :
1. Secara subjektif, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan
kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah berdasarkan kajian –
kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara praktis, khususnya aparatur pemerintah Dinas Pariwisata Pemuda
dan Olahraga Kabupaten Simalungun, penelitian ini bermanfaat sebagai
bahan masukan/sumbangan pemikiran dalam mengelola sektor pariwisata
untuk mengembangkan daerah tujuan wisata di Kabupaten Simalungun.
3. Secara akademis, sebagai referensi bagi kepustakaan jurusan Ilmu
Administrasi Negara.
1.5. Kerangka Teori
Sebagai dasar menerangkan suatu fenomena sosial atau fenomena alami
dalam sebuah penelitian, maka dibutuhkan teori agar penelitian tidak sebatas
tindakan coba – coba. Menurut Kerlinger, Teori adalah serangkaian asumsi,
konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena
sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep 4.
Kerangka teori adalah bagian dari penelitian, tempat peneliti memberikan
penjelasan tentang hal – hal yang berhubungan dengan variabel pokok, sub
variabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian 5. Untuk dapat
menerangkan dan menjelaskan tentang strategi Dinas Pariwisata Pemuda dan
4
Kerlinger,F.N dalam Masri Singarimbun, Sofian Effendi. 1989. Metode Penelitian Survei.
Jakarta: LP3ES. hal 37.
5
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rhineka
Cipta, hal 92.
7
Universitas Sumatera Utara
Olahraga Kabupaten Simalungun dalam mengembangkan daerah tujuan wisata di
Kabupaten Simalungun, maka penulis menggunakan kerangka teori sebagai
berikut :
1.5.1
Strategi
Strategi Berasal dari bahasa Yunani Kuno yang berarti seni berperang,
setiap strategi tentu memiliki landasan dan konsep untuk mencapai sasaran.
Menurut Stephanie K. Marrus, Strategi didefinisikan sebagai suatu proses
penentuan rencana para pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka
panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar
tujuan tersebut dapat dicapai 6. lebih khusus Hamel dan Prahalad, menjelaskan
bahwa strategi merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa
meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang
apa yang diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian,
strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari
apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan
pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan
perlu mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan 7.
Menurut George A. Steiner, Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya
dari dua perspektif yang berbeda yaitu 8:
1. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi
didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai
6
Stephanie K. Marrus dalam Husein Umar. 2003. Strategik Manajemen in Action. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama.hal 31.
7
Hamel dan Prahalad, ibid.
8
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.
8
Universitas Sumatera Utara
tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena program
mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang dimainkan oleh
manajer dalam merumuskan strategi organisasi.
2. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah
organisasi, maksudnya bahwa strategi merupakan tanggapan organisasi
yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
1.5.1.1 Ciri – ciri dan Manfaat Strategi
Hasil akhir dari strategi adalah sebuah rencana yang diberlakukan oleh
pimpinan sebuah organisasi yang mengacu kepada arah perjalanan sebuah
organisasi dimasa yang akan datang. Sebuah strategi yang telah dirumuskan akan
mengalami perubahan ketika sebuah organisasi akan mengalami perubahan
lingkungan yang ada. Menurut Pardede ciri – ciri strategi antara lain 9 :
1. Mempengaruhi setiap tingkat manajemen.
Keputusan dari rangkaian kegiatan strategi akan mempengaruhi setiap
tingkat manajemen strategi mulai dari manajemen tertinggi hingga
manajemen terendah dari organisasi.Namun pemberlakuan dari strategi
tersebut menjadi tanggungjawab seorang manajemen strategi tertinggi.
2. Menimbulkan pengaruh dalam jangka panjang
Pembuatan putusan – putusanstrategi dapat dibuat dalam waktu yang
lebih singkat, namun keputusan yang dibuat dalam waktu singkat
tersebut akan berpengaruh terhadap jangka panjang dari aktivitas
sebuah organisasi.
3. Berwawasan masa depan
9
Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan. Jakarta: Mitra
Wacana Media.
9
Universitas Sumatera Utara
Putusan strategi dimaksudkan untuk pedoman pelaksanaan kegiatan
dimasa yang akan datang oleh karenanya putusan strategi didasari oleh
sebuah analisis yang menyangkut masa yang akan datang seperti
peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan dari organisasi.
4. Mempengaruhi seluruh bagian organisasi
Bagian dari organisasi merupakan sebuah sistem yang saling
berhubungan antara satu dengan yang lain. maka ketika putusan –
putusan strategi mempengaruhi satu bidang maka secara otomatis akan
mempengaruhi bidang lainnya. Tentu besar kecilnya berpengaruh
tergantung
kepada
seberapa
besar
tingkat
keterikatan
atau
ketergantungan satu bidang dengan bidang lainnya.
5. Berwawasan terbuka
Setiap kegiatan yang terjadi dalam sebuah organisasi tentu saja selalu
dipengaruhi oleh berbagai hal yang terdapat diluar organisasi. Oleh
karenanya keputusan strategi itu harus berwawasan terbuka karena
dapat mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan luar organisasi.
6. Memberikan kerangka pengambilan putusan pada manajemen tingkat
yang lebih rendah.
Manajer tertinggi merupakan orang yang paling bertanggungjawab
dalam berjalannya sebuah organisasi. Namun tidak jarang terjadi
dalam pengambilan keputusan sehari – hari manajer tingkat yang lebih
rendah harus membuat berbagai keputusan dalam kegiatannya. Oleh
sebab itu, putusan strategi menjadi sebuah landasan kerangka berpikir
dari manajer tingkat yang lebih rendah untuk mengambil sebuah
10
Universitas Sumatera Utara
keputusan sehingga tidak bertentangan dengan manajer tertinggi dan
arah tujuan organisasi.
7. Membutuhkan sumber daya
Sebuah keputusan strategi akan memerlukan penambahan sumber daya
yang relevan untuk mendukung dan menjalankan strategi tersebut.
Manfaat Strategi
Sebuah strategi dibuat dalam sebuah organisasi tentu saja memiliki
manfaat untuk organisasi tersebut, baik itu menyangkut tentang bagaimana
organisasi dapat berjalan, dapat berkembang menunjukkan pertumbuhan kearah
yang positif, mampu bertahan bahkan mampu untuk menjadi sebuah sektor
organisasi yang unggul dibandingkan organisasi lainnya. Oleh karena itu,
Digantoro memberikan beberapa manfaat dari strategi di antaranya yaitu 10 :
1. Sebagai sarana untuk mengkomunikasikan tujuan organisasi dan
menentukan jalan yang mana yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan.
2. Untuk
meningkatkan
keuntungan
organisasi
walaupun
kenaikan
keuntungan organisasi bukan secara otomatis dengan menerapkan strategi.
3. Membantu
mengidentifikasi,
memprioritaskan
dan
mengeksploitasi
peluang.
4. Menyiapkan pandangan terhadap manajemen problem.
5. Menggambarkanframework untuk meningkatkan koordinasi dan kontrol
terhadap aktivitas.
6. Meminimumkan pengaruh dan perubahan.
10
Dirgantoro dalam Pardede, Pontas M. 2011. Manajemen Strategik dan Kebijakan Perusahaan.
Jakarta: Mitra Wacana Media.
11
Universitas Sumatera Utara
7. Memungkinkan keputusan utama untuk mendukung tujuan yang
ditetapkan.
8. Memungkinkan alokasi waktu dan sumber daya yang efektif.
9. Membantu perilaku yang lebih terintegrasi.
1.5.2
Pariwisata
1.5.2.1 Pengertian Pariwisata
Istilah kepariwisataan berasal dari kata wisata. Didalam UU No. 10 Tahun
2009 Tentang Kepariwisataan, pengertian wisata adalah kegiatan perjalanan yang
dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat
tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan
daya tarik wisata yang dikunjungi dalam jangka waktu sementara. Sedangkan
seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan perjalanan untuk
tujuan wisata seperti berkreasi , berbisnis, maupun untuk memenuhi kebutuhan –
kebutuhan khusus yang lain disebut sebagai wisatawan (tourist).
Didalam Undang – Undang Nomor 10 Tahun 2009, keseluruhan lingkup
kegiatan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung oleh
berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Didalam UU No. 10 Tahun 2009Tentang
Kepariwisataan, pengertian kepariwisataan adalah keseluruhan kegiatan yang
terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi antara
wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan , Pemerintah, Pemerintah
Daerah dan pengusaha.
12
Universitas Sumatera Utara
Kepariwisataan Indonesia adalah kepariwisataan yang berbasis masyarakat
(community
based
tourism)
dan
berbasis
budaya
(cultural
tourism).
Kepariwisataan yang dibangun Indonesia dengan prinsip dari masyarakat, oleh
masyarakat dan untuk masyarakat yaitu sebagai berikut :
1. Kepariwisataan Budaya (cultural tourism)
Dilihat dari sisi obyek dan daya tarik wisata, Undang – Undang No.10
Tahun 2009 tentang kepariwisataan antara lain menyebutkan bahwa pembangunan
obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan nilai – nilai agama,
adat istiadat serta pandangan nilai – nilai yang hidup didalam masyarakat,
kelestarian budaya dan lingkungan hidup. Nilai – nilai luhur yang dijunjung
masyarakat, prikehidupan yang unik serta hasil – hasil karya berupa bangunan
atau benda yang indah dan menarik dapat menjadi obyek dan daya tarik wisata.
Dalam memanfaatkan potensi budaya untuk menjadi obyek dan daya tarik wisata,
terlebih dahulu yang harus dilakukan adalah mengedepankan prinsip pelestarian
budaya itu sendiri.
Pelestarian budaya adalah pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan
kebudayaan sehingga dalam hal ini kepariwisataan adalah alat untuk melestarikan
kebudayaan bukan untuk merusaknya. Bagaimana kebudayaan dari suatu
masyarakat tertentu akan dipelihara, dimanfaatkan dan dikembangkan adalah
menjadi kewenangan masyarakat pendukung budaya itu yang menentukan.
Merekalah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri mereka, masyarakat
dan lingkungan mereka.
Dilihat dari sisi pengunjung (wisatawan), kepariwisataan budaya adalah
suatu kebutuhan wisatawan untuk memperoleh pengalaman budaya yang berbeda,
13
Universitas Sumatera Utara
mengetahui dan mengalamitata kehidupan yang berbeda dan juga untuk
memperoleh nilai – nilai kehidupan baru yang dapat meningkatkan kualitas
hidupnya.
2. Kepariwisataan Berbasis Masyarakat (community based touris)
Prinsip dasar kepariwisataan berbasis masyarakat adalah menempatkan
masyarakat sebagai pelaku utama melalui pemberdayaan masyarakat dalam
berbagai kegiatan kepariwisataan, sehingga manfaat pariwisata sebesar – besarnya
diperuntukkan bagi masyarakat. Sasaran utama pengembangan kepariwisataan
haruslah meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Pemerintah daerah
berperan sebagai fasilitator pengembangan kepariwisataan.
1.5.2.2 Jenis – jenis Pariwisata dan Manfaat Pariwisata
Menurut Pendit, jenis – jenis pariwisata terdiri dari 11:
1. Wisata Budaya
Wisata budaya ini dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas
pandangan hidup seseorang dengan melakukan kegiatan perjalanan ke
tempat lain, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan, adat – istiadat
mereka, cara hidup mereka, dan budaya dan seni mereka.
2. Wisata Maritim atau Bahari
Jenis wisata ini biasanya dikaitkan oleh kegiatan olahraga air seperti
danau, pantai, dan laut. Misalanya memancing, berlayar, berselancar,
menyelam sambil melakukan pemotretan, dan lain sebagainya.
11
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramitha.
14
Universitas Sumatera Utara
3. Wisata Cagar Alam (Taman Konservasi)
Wisata ini biasanya melakukan kegiatan perjalanan ke daerah taman/hutan
lindung yang dikaitkan dengan keindahan alamnya, kesegaran udara
pegunungan, serta flora dan fauna yang jarang ditemukan di tempat lain.
4. Wisata Konvensi
Berbagai negara dewasa ini membangun wisata konvensi dengan
menyediakan fasilitas bangunan, ruangan – ruangan tempat bersidang bagi
para peserta suatu konferensi, musyawarah, konvensi, atau pertemuan
lainnya baik bersifat nasional maupun internasional.
5. Wisata Pertanian (Agrowisata)
Wisata pertanian ini melakukan perjalanan wisata ke perkebunan, ladang
pembibitan, dan sebagainya.
6. Wisata Pilgrim
Jenis wisata ini dikaitkan dengan agama, sejarah, adat – istiadat dan
kepercayaan umat atau kelompok atau masyarakat. Wisata pilgrim banyak
dilakukan oleh perorangan atau rombongan ke tempat – tempat suci, ke
makam orang besar atau pemimpin yang diagungkan, ke bukit atau
pegunungan yang dianggap keramat. Wisata pilgrim ini banyak
dihubungkan dengan niat atau hasrat sang wisatawan untuk memperoleh
berkah dan kekayaan yang melimpah.
15
Universitas Sumatera Utara
Manfaat Pariwisata
Menurut Pendit, manfaat pariwisata antara lain 12:
1. Pariwisata adalah faktor penting untuk menggalang persatuan bangsa yang
rakyatnya memilki daerah yang berbeda, dialek, adat istiadat dan citra rasa
yang beraneka ragam pula.
2. Pariwisata menjadi faktor penting dalam pengembangan ekonomi, karena
kegiatanya mendorong perkembangan beberapa sektor ekonomi nasional
misalnya :
a. Meningkatkan urbanisasi karena pertumbuhan pembangunan fasilitas
wisata. Hal ini meliputi perbaikan prasarana pariwisata.
b. Menggugah industri – industri baru yang berkaitan denga jasa – jasa
wisata misalnya : usaha – usaha transportasi, akomodasi (hotel,motel,
pondok
wisata, perkemahan dan lain – lain) yang memerlukan
perluasan beberapa industri seperti peralatan hotel, kerajinan tangan
dan lain – lain.
c. Menambah permintaan dan pemakaian akan hasil – hasil pertanian
semakin bertambah.
d. Memperluas pasar barang – barang lokal.
e. Menunjang pendapatan Negara dengan valuta asing sehingga
mengurangi defisit didalam neraca pembayaran dan memajukan
perekonomian nasional.
f. Memperluas lapangan kerja.
12
Pendit, Nyoman S. 1994. Ilmu Pariwisata sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT Pradnya
Paramitha.
16
Universitas Sumatera Utara
g. Membantu pembangunan daerah – daerah terpencil dalam suatu
Negara jika daerah itu memiliki daya tarik pariwisata.
3. Pariwisata juga berperan dalam meningkatkan kesehatan. Pergantian
tempat dan iklim serta menjauhkan diri dari segala kehidupan rutin sehari
– hari, semua ini akan menambah daya tahan dan menurunkan ketegangan
syaraf.
1.5.2.3 Produk Pariwisata
Menurut S. Medlik dan Middleton, “The product covers The complete
experiences from the time he (tourist) leaves home to the time he returns to it” jika
di artikan dalam bahasa indonesia “Produk Pariwisata adalah semua bentuk
pelayanan yang dinikmati wisatawan semenjak ia berangkat meninggalkan tempat
dimana ia biasa tinggal hingga ia kembali pulang” 13.
Victor T.C. Middleton memberikan batasan produk industri pariwisata
sebagai berikut “The product may be defined as a bundle or package of tangible
and intangible components, based on activity at a destination. They are a five
main components in the total product which are discoussed below”.
Bila diperhatikan lebih dalam maka produk pariwisata terdiri dari tiga
komponen dimana komponen yang satu berhubungan erat dengan komponen yang
lainnya, yaitu 14 :
a. Accessibilities of the touist destination (Akses Destinasi Wisata)
Kemudahan kepada wisatawan untuk berkunjung pada suatu daerah tujuan
wisata (DTW)
13
S. Medlik dan Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis
Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 3.
14
Victor T.C. Middleton. Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran
Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.
17
Universitas Sumatera Utara
-
Infrastruktur
: Terminal Bus, Bandara, Pelabuhan, Stasiun
Kreta Api.
-
Transportasi
: Pesawat, Kereta Api, Kapal Laut, Taxi.
-
Kebijakan Pemerintah
: Kebijakan Visa, Transportasi.
-
Prosedur Operasional
: Kebijakan Tarif, frekuensi pelayanan
b. Facilities of the tourist destination (Fasilitas Destinasi Wisata)
-
Unit akomodasi
: Hotel, Motel, Apartemen, Villa.
-
Restoran, Bar dan Cafe
: Kualitas makanan dan minuman.
-
Transportasi dari destinasi
: Taxi, Mobil Rental, Pemandu.
-
Olahraga dan Aktivitas
: Golf, Memancing, Berburu.
-
Toko Retail
: Agen Travel Lokal, Toko Obat,
-
Pelayanan lainnya
: Pusat Informasi Wisata, Polisi.
-
Fasilitas lainnya
: Suvenir, Seni, dll.
c. Tourist Attraction (Daya Tarik Wisata)
-
Daya Tarik Alam
: Pemandangan Alam, Laut, Pantai, dll.
-
Daya Tarik Budaya
: Sejarah dan Cerita Rakyat, Agama, Seni.
-
Daya Tarik Sosial
: Bahasa dan Peluang untuk bersosialisasi.
-
Daya Tarik Buatan
: Bangunan, Monumen, Taman, dll.
1.5.2.4 Pemasaran Pariwisata
Keberhasilan suatu program pemasaran dalam bidang kepariwisataan
sangat ditentukan oleh faktor kesamaan pandangan terhadap peranan pariwisata
bagi pembangunan daerah, karena itu sebelum ada program pemasaran
dilaksanakan, harus ada komitmen dari semua unsur terkait bahwa pariwisata
18
Universitas Sumatera Utara
merupakan sektor ekonomi yang bersifat quick yelding dan merupakan agent of
development bagi daerah itu.
J. Krippendorf dalam bukunya Marketing Et Tourism merumuskan
pemasaran pariwisata “marketing in tourism to be understod as the systematic and
coordinated execution of bussines policy by tourist undertaking whether private
or state owned at local, regional, national or international level to achieve the
optimal of satisfaction of the needs of identifiable consumers group and in doing
so to achieve an approriate return” yang terjemahannya “Pemasaran pariwisata
adalah suatu sistem dan koordinasi yang harus dilakukan sebagai kebijaksanaan
bagi perusahaan – perusahaan kelompok industri pariwisata, baik milik swasta
atau pemerintah, dalam ruang lingkup lokal, regional, nasional atau internasional
untuk mencapai kepuasan wisatawan dengan memperoleh keuntungan yang
wajar” 15.
Pada dasarnya pemasaran pariwisata adalah usaha yang dilakukan suatu
OPN atau Organisasi Pengelola Destinasi Daerah (OPD) untuk menarik
wisatawan agar lebih lama berwisata dan lebih banyak membelanjakan uangnya di
daerah tujuan wisata yang dikunjungi. Usaha pemasaran pariwisata tentu juga
harus berkelanjutan, oleh karenanya merupakan proses manajemen yang
berkesinambungan, Pengertian Proses manajemen hendaknya diartikan sebagai
berikut 16:
1. Filosofi manajemen mengarahkan bahwa suatu proses harus berkelanjutan
dengan kondisi yang terjadi saat ini dengan memperhatikan waktu yang
15
J. Krippendorf dalam Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah
Tujuan Wisata. Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 1.
16
Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis Pemasaran Daerah Tujuan Wisata.
Jakarta:Pradnya Paramitha. Hal 3.
19
Universitas Sumatera Utara
akan datang (Future Time), yang membawa OPN atau OPD supaya dapat
menjalankan fungsi – fungsi pemasaran dengan baik.
2. OPN atau OPD hendaknya dapat menerapkan teknik dan strategi pemasaran
modern, terutama dalam hal perencanaan penelitian (reaserch planning),
peramalan (forecasting), seleksi pasar (market selection), atau saluran
distribusi (distribution channel) dengan memperhatikan media iklan yang
sesuai dengan target pasar yang dijadikan sasaran.
3. Menjaga kualitas produk yang ditawarkan sesuai dengan kebutuhan (needs)
dan keinginan (wants) serta sesuai dengan harapan wisatawan (tourist
expectation), baik kualitas, harga, pelayanan, atau penyajian.
1.5.2.5 Strategi Pengembangan Destinasi Pariwisata
Dalam rangka mengembangkan sebuah destinasi pariwisata tentu harus
memperhatikan dua lingkup pengembangan yang saling melengkapi yaitu :
lingkup pengembangan spasial dan tingkatan pengembangan dari destinasi
tersebut. Lingkup pengembangan spasial maksudnya adalah keharusan seorang
perencana pengembangan destinasi untuk memahami dan memperhatikan latar
belakang kontekstual atau lingkungan makro dari destinasi yang akan
dikembangkan. Perhatian pada lingkungan makro tersebut sangat penting, hal ini
disebabkan keseluruhan strategi pengembangan sebuah destinasi pada intinya
tidak boleh terlepas dari kesesuaiannya dengan konfigurasi lingkungan makronya.
Strategi pengembangan keseluruhan komponen destinasi seperti : tema
dari daya tarik utama, pengembangan amenitas dan akomodasi sampai dengan
pengembangan masyarakat setempat sebagai tuan rumah harus sesuai dengan
konteks lingkungan makronya. Suatu destinasi yang terletak pada wilayah
20
Universitas Sumatera Utara
pertanian atau perkebunan akan membutuhkan pengembangan : tema daya tarik
wisata berbasis pada pertanian, pengembangan akomodasi yang bercirikan
masyarakat pedesaan serta pengembanganmasyarakat yang berbasis nilai budaya
pertanian yang tentu saja sangat berbeda dengan strategi pengembangan destinasi
yang berbasis lingkungan makro perindustian di perkotaan.
Kedua, yang dimaksud keharusan seorang perencana pengembangan
destinasi pariwisata dalam memperhatikan strategi tingkatan pengembangan
destinasi adalah suatu cara pandang atau perspective perencanaan pengembangan
destinasi yang harus berpandangan secara holistic dan menyeluruh, mulai dari
tingkatan strategi perencanaan makro dalam dimensi kerangka waktu jangka
panjang yang akan memberikan arah, prinsip dan panduan – panduan
pengembangan jangka panjang, kemudian ke lingkup perencanaan jangka
menengah yang menetapkan misi – tujuan dan sasaran pengembangan destinasi
dan pemosisian destinasi beserta program – program pengembangan dalam
kerangka waktu menengah, sampai dengan lingkup perencanaan tingkat
operasional yang meliputi: program – program aksi jangka pendek, termasuk
business plan dan pengendaliannya yang harus dilakukan oleh organisasi atau
lembaga yang diberi kewenangan untuk mengelola destinasi.
Menurut Plog dan Pintana, mendasarkan pada pola perilaku pilihan
kunjungan wisatawan ke suatu destinasi wisata ada beberapa tipologi wisatawan
sebagai berikut 17 :
17
Sunaryo, Drs.Bambang.M.Sc.MS. 2012. Kebijakan Pembangunan Destinasi Pariwisata :Konsep
dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Gava Media, hal 17.
21
Universitas Sumatera Utara
1. Allocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi
tempat
–
tempat
yang
belum
diketahui,
kunjungannya
bersifat
pertualangan, dan mau memanfaatkan fasilitas yang disediakan oleh
masyarakat setempat.
2. Psycocentris yaitu kelompok wisatawan yang hanya ingin mengunjungi
daerah tujuan wisata yang sudah mempunyai fasilitas dengan standar yang
sama dengan di negaranya.
3. Mid – centris yaitu kelompok wisatawan yang terletak diantara kedua
tipologi perilaku Allocentris dan Psycocentris.
Dalam
proses
pembangunan
kepariwisataan,
khususnya
dalam
perencanaan pengembangan destinasi wisata, pemahaman mengenai tipologi
wisatawan mendasarkan kepada perilaku pilihannya terhadap produk pariwisata
yang akan dibeli dan jenis destinasi yang akan dikunjungi seperti telah diuraikan
diatas, menjadi sangat perlu untuk dicermati dan khususnya sebagai bahan
masukan informasi dan basis data yang sangat penting dalam rangka
merencanakan produk kepariwisataan , sehingga produk wisata yang dihasilkan
akan menjadi mudah untuk dipasarkan.
1.5.3
Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah sebuah analisis yang dicetuskan oleh Albert
Humprey pada tahun 1960 – 1970-an. Analisis SWOT merupakan salah satu
metode untuk menggambarkan kondisi dan mengevaluasi suatu masalah, proyek
atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor internal (dalam) yaitu Strengths
(kekuatan), Weakness (kelemahan) dan faktor eksternal (luar) yaitu, Opportunity
(peluang) dan Threats (ancaman).
22
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sudarmo analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu 18 :
1. Strengths (kekuatan) merupakan kondisi kekuatan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kekuatan yang dianalisis
merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek atau
konsep bisnis itu sendiri.
2. Weakness (kelemahan) merupakan kondisi kelemahan yang terdapat dalam
organisasi, proyek atau konsep bisnis yang ada. Kelemahan yang
dianaliasis merupakan faktor yang terdapat dalam tubuh organisasi, proyek
atau konsep bisnis itu sendiri.
3. Opportunity (peluang) merupakan kondisi peluang berkembang di masa
datang yang terjadi. Kondisi yang terjadi merupakan peluang dari luar
organisasi, proyek atau konsep bisnis itu sendiri. Misalnya kompetitor,
kebijakan pemerintah dan kondisi lingkungan sekitar.
4. Threats (ancaman) merupakan kondisi yang mengancam dari luar.
Ancaman ini dapat mengganggu organisasi, proyek atau konsep bisnis itu
sendiri.
Analisis SWOT merupakan awal proses perumusan strategi. Selain itu,
analisis situasi juga mengharuskan manajer/pimpinan strategis untuk menemukan
kesesuaian strategis antara peluang eksternal dan kekuatan internal,disamping
memperhatikan ancaman eksternal dankelemahan internal. Mengingat bahwa
SWOT adalah akronim untuk Strengths, Weakness, Opportunity dan Threats dari
organisasi yang semuanya merupakan faktor – faktor strategis. Matriks SWOT
dapat dilihat pada Tabel 1.1.
18
Sudarmo dalam Indriyo Gito. Manajemen Strategi. Yogyakarta: BPFE, hal 115.
23
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.1
Matriks SWOT
KEKUATAN (S)
KELEMAHAN (W)
Identifikasi Kekuatan
Identifikasi Kelemahan
STRATEGI (SO)
STRATEGI (WO)
PELUANG (O)
Menggunakan
Identifikasi Kesempatan
untuk
kekuatan
menangkap
kesempatan
Mengatasi
kelemahan
dengan
mengambil
kesempatan
STRATEGI (WT)
STRATEGI (ST)
Memininal
ANCAMAN (T)
Menggunakan
kelemahan
kekuatan
dengan
menghindari
untuk menghindari ancaman
ancaman
Hasil dari analisis SWOT ini akan memberikan sebuah arahan ke arah
mana organisasi akan memberikan perumusan strategi, implementasi bahkan
evaluasi yang dapat mendukung keunggulan organisasi dan kesempatan yang ada
untuk perkembangan sebuah organisasi dan rumusan strategi yang dapat
memperkecil kelemahan bahkan memprediksi ancaman di masa depan serta
menghasilkan cara-cara untuk mengantipasinya.
Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi relasi – relasi sumber
daya pariwisata dengan sumber daya lain. Jadi kekuatan dan kelemahan sumber
daya tersebut perlu ditegaskan sejak awal. Didalam analisis SWOT ada sejumlah
unsur dan variabel yang mutlak menjadi fokus kajian seperti dalam Tabel 1.2
berikut ini 19 :
19
Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics, Concepts, Case, Fourth
Edition. New York: Routledge, hal 246.
24
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1.2
Beberapa unsur dan variabel dalam analisis SWOT pariwisata
UNSUR
VARIABEL
Atraksi alam
Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik
Atraksi budaya
Lokasi,jenis,jumlah,mutu, masalah dan daya tarik.
Dampak
lingkungan Perubahan lingkungan fisik, ekologis dan daya
yang potensial
dukung.
Aksesibilitas
Daya angkut, akses, mutu, frekuensi dan ongkos.
Pasar
Daerah asal, tipe perjalanan dan tipe kegiatan.
Usaha jasa
Mutu, kesesuaian dengan pasar dan masalah lain.
Informasi wisata
Mutu peta, buku panduan wisata, pemaparan,
akurasi dan autentitas informasi.
Promosi
Efektivitas advertensi, publisitas, kehumasan,
insentif, mode dan promosi.
Organisasi
Organisasi terkait, hubungan kerja, kemitraan, team
work pengembangan pariwisata.
Komitmen
wisata
pelaku Dukungan rill berbagai sektor, sikap publik dan
masyarakat
lokal
terhadap
pengembangan
pariwisata
Sumber :Gunn, Clare A. dan Var, Turgut. 2002. Tourism Planning : Basics,
Concepts, Case, Fourth Edition. New York: Routledge, hal 246.
25
Universitas Sumatera Utara
Didalam hasil analisis SWOT sebaiknya harus menggambarkan hal – hal
berikut ini:
1. Perkembangan produk dan pasar pariwisata itu sendiri.
2. Organisasi dan kelembagaan pariwisata.
3. Peluang – peluang pengembangan inti kegiatan pariwisata.
4. Jasa – jasa kegiatan lain yang mungkin dikembangkan.
Melalui analisis SWOT (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman)
akan dapat diketahui isu ataupun faktor – faktor strategis yang perlu
dikembangkan dan ditingkatkan pada waktu yang akan datang dalam rangka
pengembangan daerah tujuan wisata.
1.6
Definisi Konsep
Menurut Masri Singarimbun konsep adalah istilah atau definisi yang
digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian kelompok atau individu
yang menjadi pusat ilmu sosial 20. Melalui konsep peneliti diharapkan dapat
menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa
kejadian yang berkaitan satu dengan yang lainnya. Berdasarkan penjelasan
tersebut, penulis memberikan batasan atau definisi konsep yang digunakan yaitu :
1. Strategi
Strategi didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para
pimpinan puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi,
disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut
dapat dicapai.
20
Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. Jakarta: PT LP3ES,
hal 33.
26
Universitas Sumatera Utara
Menurut George A. Steiner, Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya
dari dua perspektif yang berbeda yaitu 21:
a. Mengenai apa yang hendak dilakukan organisasi, disini strategi
didefenisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan
mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misi organisasi. Karena
program mengacu pada peranan yang aktif, sadar dan rasional yang
dimainkan oleh manajer dalam merumuskan strategi organisasi.
b. Mengenai masalah apa sesungguhnya yang dilakukan oleh sebuah
organisasi,
maksudnya
bahwa
strategi
merupakan
tanggapan
organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu.
2. Pariwisata
Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata
termasuk objek dan daya tarik wisata serta usaha – usaha yang terkait
dibidang tersebut. Adapun usaha – usaha dibidang pariwisata meliputi
pengembangan dalam :
a. Pengembangan Amenitas
Menurut Midedleton pengembangan amenitas terbagi dalam 3 (tiga)
komponen yang saling berhubungan erat yaitu 22:
-
Akses Destinasi Wisata
•
•
•
Infrastruktur (Terminal Bus, Bandara, Stasiun Kereta Api)
Transportasi (Angkutan Umum, Taxi, Bus Wisata)
Kebijakan Pemerintah (Visa, Transportasi)
21
George A. Steiner dan John B. Miner. 1997. Kebijakan dan Strategi Manajemen. Jakarta:
Erlangga, hal 18.
22
Victor T. C. Middleton dalam Drs. H. Oka. A. Yoeti. MBA. 2002. Perencanaan Strategis
Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta. Pradnya Paramitha. Hal 4.
27
Universitas Sumatera Utara
•
-
Fasilitas Destinasi Wisata
•
•
•
•
•
•
-
Prosedur Operasional (Kebijakan Tarif, Frekuensi Layanan)
Hotel, motel, apartemen, villa.
Restoran, Bar, dan Cafe
Transportasi dari destinasi (Bus Pemandu Wisata, Taxi)
Agen travel lokal, Apotek
Pusat informasi wisata, Kantor polisi
Suvenir, Seni
Daya Tarik Wisata
•
•
•
•
Daya tarik alam (Pemandangan Alam, Pertanian, Pantai, dll)
Daya tarik budaya (Sejarah, Cerita Rakyat, Agama, Seni)
Daya tarik sosial (bahasa dan peluang bersosialisasi)
Daya tarik buatan (Bangunan, monumen, taman)
b. Pengembangan masyarakat
Jika dalam pelaksanaan penelitian tidak ditemukan ketersediaan Strategi
Pengembangan
Pariwisata
yang
dimaksud
diatas,
maka
penulis
akan
menggunakan Analisis SWOT dalam melakukan pengumpulan data data
dilapangan dan menganalisis pengembangan Objek Wisata budaya Rumah Bolon
Purba.
Analisis SWOT adalah metode untuk menggambarkan kondisi dan
mengevaluasi suatu masalah, proyek atau konsep bisnis yang berdasarkan faktor
internal yaitu Kekuatan dan Kelemahan, dan Faktor Eksternal yaitu Peluang dan
Ancaman di sektor pariwisata.
28
Universitas Sumatera Utara
1.7
Sistematika Penulisan
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan dan manfaat penelitian, kerangka teori, defenisi konsep,
defenisi operasional dan sistematika penulisan.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, informan
penelitian, teknik penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik
analisis data.
BAB III
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini menguraikan tentang gambaran umum atau karakteristik
lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi, misi dan struktur
organisasi serta hal – hal lain yang berkaitan dengan masalah
penelitian.
BAB IV
PENYAJIAN DATA
Bab ini memuat tentang hasil data yang diperoleh dari lapangan
selama penelitian berlangsung dan dokumen – dokumen lain yang
akan dianalisis.
29
Universitas Sumatera Utara
BAB V
ANALISIS DATA
Bab ini memuat tentang kajian dan analisis data yang diperoleh saat
penelitian dan memberikan interprestasi atas permasalahan yang
diteliti.
BAB VI
PENUTUP
Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran yang dianggap perlu
dari hasil penelitian yang dilakukan.
30
Universitas Sumatera Utara