T1__BAB V Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Dinamika Front National Dilihat dari Pemilu Presiden Prancis Tahun 2007 dan 2012 T1 BAB V

BAB V
DINAMIKA POLITIK FRONT NATIONAL DALAM PEMILU PRESIDEN PRANCIS
TAHUN 2007 DAN 2012

Dalam bab ini akan dipaparkan dua penjelasan, yaitu dinamika FN pada masa pemilu
Presiden Prancis 2007 dan kondisi politik-ekonomi-sosial yang terjadi sepanjang masa
pemerintahan Chirac. Dinamika tersebut yang dipengaruhi oleh identitas FN digambarkan
dengan analisis pengaruh identitas corporate (ideologi partai dan pemimpin partai) yang ada
pada masa ini terhadap identitas social FN (hasil pemilu dan sumber dukungan suara).
Pembentukan identitas social FN membutuhkan interaksi sosial pada prosesnya, yang mana
interaksi sosial ini digambarkan oleh masa kampanye FN. Pada masa kampanye, kondisi politikekonomi-sosial mempengaruhi pengambilan rencana maupun manifesto politik oleh kandidat FN
serta penentuan pilihan oleh para pemilih.
5.1 Dinamika FN: Masa Pemilu Presiden 2007
Dalam sub-bab ini penjelasan dinamika FN akan dijelaskan melalui masa pemilu
Presiden 2007 yang meliputi masa kampanye, hasil pemilu Presiden 2007, serta sumber
dukungan pemilu. Masa kampanye sendiri dihitung semenjak FN mengeluarkan pernyataan
bahwa FN telah memilih kandidat Presidennya. Dalam masa kampanye sikap dan keputusankeputusan FN akan muncul sebagai tanggapan atas isu maupun kondisi politik-ekonomi-sosial
yang ada pada masa itu. Lalu sebagai hasil dari interaksi sosial tersebut, hasil pemilu akan
muncul untuk menjadi tanda pencapaian FN. Selain itu, sumber dukungan yang muncul pula dari
hasil interaksi tersebut juga menjadi tanda pencapaian kepentingan FN.
5.1.1 Masa Kampanye Pemilu Prancis 2007

Masa kampanye dapat dilihat sebagai proses pembentukan identitas social FN. Hal ini
dikarenakan interaksi sosial yang terjadi selama masa kampanye merupakan proses di mana
identitas corporate akan mempengaruhi tindakan dan respon FN terhadap kondisi politikekonomi-sosial Prancis yang akan berujung pada terbentuknya identitas social yaitu hasil pemilu.
Retorika partai serta agenda kerja digunakan untuk menarik dukungan masyarakat Prancis.
40

Di sini peran pemimpin partai menjadi sangat penting sebagai identitas corporate FN.
Hal itu dikarenakan kemampuan pemimpin partai dalam menentukan retorika partai dan agenda
kerja, yang mana kedua hal itu mempengaruhi gambaran utuh FN. Jean-Marie Le Pen, pemimpin
FN yang menjadi kandidat calon Presiden Prancis dari FN, menyatakan agenda kerjanya yang
mencakup sektor imigrasi, keamanan, kesehatan, keluarga, pendidikan, agrikultur, pertahanan,
ekonomi dan perpajakan, lingkungan, transportasi, dan Eropa.
Dari sekian banyak sektor yang dicakup, FN memfokuskan kampanye mereka pada
sektor imigrasi, ekonomi, dan law & order. Pada sektor imigrasi Le Pen menyatakan bahwa ia
akan memberhentikan benefits 1 yang selama ini didapatkan oleh para imigran di Prancis dan
hanya akan memberikan benefits tersebut bagi warga asli Prancis, pengurangan masa ijin tinggal
bagi imigran dari 10 tahun menjadi tiga tahun, pengetatan batas-batas negara dalam bidang
imigrasi dan pemulangan para kriminal asing ke negara asal mereka. Le Pen menyatakan bahwa
imigran dianggap menjadi salah satu pertanda lemahnya batas-batas negara yang dikaitkan
dengan premis melemahnya kedaulatan Prancis. Pada situs web kampanyenya, Jean-Marie Le

Pen menyatakan:
“À l'origine de la plupart des maux dont souffre notre pays, la politique d'immigration
menée depuis plus de trente ans par les gouvernements successifs a été constamment
dénoncée par le Front National qui, dès sa création, a proposé toute une série de
mesures qui n'ont en aucune manière cessé d'être d'actualité, et constituent l'un des
fondamentaux de notre projet global.”
“Sebagai asal-usul banyaknya kejahatan di negara kami, kebijakan imigrasi yang
diberlakukan oleh pemerintah yang sedang menjabat dalam kurun waktu lebih dari 30
tahun telah selalu dicela oleh Front National, yang sejak awal telah mengajukan
serangkaian tindakan yang sama sekali tidak menjadi aktual, dan membentuk salah
satu dasar dari keseluruhan proyek kami.”

Selain itu, ia juga menyatakan:
“Aujourd'hui, les Français s'endettent pour financer des prestations sociales visant à
répondre à la « misère du monde », avec pour conséquence les déficits permanents
des comptes sociaux et les 2 000 milliards d'Euros de dette publique qui menacent, à
court terme, de faillite la Nation.”
“Saat ini, orang-orang Prancis telah berhutang untuk membiayai tunjangan sosial
dalam rangka memenuhi "kesengsaraan dunia", yang mengakibatkan defisit
permanen akun sosial dan hutang publik yang sangat banyak yaitu 2.000 miliar euro,

yang dalam jangka pendek, menyebabkan kebangkrutan negara.”
1

Benefits adalah sumbangan dalam bentuk dana yang diberikan oleh pemerintah bagi kelompok-kelompok
masyarakat maupun individu yang tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya berdasarkan ketentuan umum di
Prancis.

41

Sedangkan pada sektor law & order, Le Pen menyatakan bahwa ia berjanji akan
membangun 75.000 penjara tambahan dan memperkuat satuan kepolisian Prancis. FN
menganggap bahwa law & order di Prancis semakin buruk dilihat dari tren jumlah pelaku
kriminal yang meningkat dari masa ke masa. Dikuti dari laman website Vie Publique, Le Pen
dalam pidato penyampaian agenda kerja pada Maret 2007 menyatakan bahwa:
“Les moyens donnés à la police et à la justice aujourd'hui en France sont notablement
insuffisants. Le gouvernement actuel, surtout son ministre de l'Intérieur, a fait de
nombreuses promesses pour améliorer cette situation : quasiment aucune n'a été
tenue. Le constat est préoccupant.”
“Cara yang dilakukan oleh polisi serta sistem peradilan di Prancis dianggap tidak
memadai. Pemerintahan saat ini, khususnya Kementerian Dalam Negeri, telah bejanji

untuk memperbaiki kondisi ini: tapi tidak ada yang tercapai. Kondisi ini sangat
mengkhawatirkan.”

Pada sektor ekonomi Le Pen berjanji akan mengkaji ulang sistem pensiun dan masa aktif
kerja, mengentaskan masalah pengangguran, mengurangi pajak, serta memberikan perlindungan
khusus terhadap pekerja dan bisnis domestik. Langkah tersebut diambil dengan menyalahkan
pemerintah Chirac yang dianggap tidak berhasil menyelesaikan permasalahan ekonomi Prancis.
Dalam pidatonya Le Pen menyatakan:
“Enfin, le syndicalisme français, dévoyé et moribond, est quant à lui une des causes
du blocage de notre économie et un des obstacles majeurs aux réformes nécessaires
de la société française.”
“Akhirnya, syndicalisme di Prancis, yang tersesat dan hamper mati, merupakan sebab
dari terhalangnya perekonomian serta sebuah rintangan besar untuk melalukan
reformasi yang dibutuhkan demi masyarakat Prancis.”

Kampanye-kampanye tersebut merupakan bentuk respon FN terhadap kondisi politik-ekonomisosial yang terjadi sepanjang masa pemerintahan Chirac.
Identitas corporate FN yaitu pemimpin partai serta ideologi konservatisme, ultranasionalis, dan xenofobia mempengaruhi pembentukan retorika partai. Dengan kampanye
“menghentikan kontribusi bantuan sosial dari pemerintah bagi migran dan mengkhususkan
kontribusi tersebut hanya bagi warga negara Prancis” Jean-Marie Le Pen, yang dikenal luas
sebagai politikus yang rasis dan anti-semit, mengindikasikan sikap kebencian terhadap migran

karena dianggap sebagai penyebab bengkaknya pengeluaran negara yang mana menjadi sebab
tingginya defisit negara serta perlambatan pertumbuhan GDP Prancis.
Selain agenda kampanye pada sektor imigrasi, identitas FN juga terlihat pada agenda
kerja Jean-Marie Le Pen pada sektor law & order serta ekonomi. Penulis melihat bahwa
42

kemunculan agenda FN untuk membangun lebih banyak penjara dan memperkuat satuan
kepolisian dipengaruhi oleh fakta yang menunjukkan tren kenaikan angka kriminal serta ideologi
konservatif FN. Ideologi konservatif FN menyatakan bahwa pemimpin maupun pemerintah yang
kuat penting adanya demi terciptanya kesejahteraan negara (Davies, 1999: 29). Tren kenaikan
angka kriminalitas kemudian dianggap sebagai tanda lemahnya otoritas pemerintah dalam
menegakkan law & order, yang mana proposal agenda kerja FN menunjukkan upaya penguatan
kekuatan pemerintah dalam menjaga sistem law & order.
Walaupun secara garis besar FN tidak menaruh perhatian besar dalam sektor ekonomi,
namun dapat dilihat bahwa peran ideologi FN mempengaruhi Le Pen untuk mengadopsi agenda
kerja dalam sektor ekonomi. Sikap yang anti-liberalis menjadi tanda pengaruh idelogi
konservatisme FN. Pemerintahan Chirac yang tidak melakukan liberalisasi dan tetap berpegang
pada prinsip-prinsip konservatisme, tidak membuat Le Pen sepaham dengan kebijakan yang
Chirac keluarkan. Ia menganggap pemerintah tidak mampu memperbaiki keadaan perekonomian
Prancis dan kesejahteraan masyarakat.

Angka pengangguran yang tinggi serta stagnansi perekonomian menjadi sumber sikap
anti-imigran dalam pembuatan proposal agenda kerja yang konservatif, yaitu dengan berfokus
pada perkembangan perekonomian domestik (inward looking). Selain itu, kesejahteraan
masyarakat dilihat pula dari taraf hidup para pensiunan dan pekerja. Para pekerja yang
diwajibkan untuk membayar pajak yang berasal dari hampir 60% pendapatannya kemudian
menjadi tolok pikir FN dalam membuat agenda reformasi pajak.
5.1.2

Hasil Pemilu Prancis Sebagai Identitas Social

Pemilu Presiden Prancis tahun 2007 merupakan pemilu ketujuh selama masa La
Cinquieme Republique. Pemilu putaran pertama dilakukan pada 22 April 2007 dengan diikuti
oleh 12 kandidat yang telah berhasil mengumpulkan 500 tandatangan sebagai syarat utama.
Dilansir dari laman website Ministre l’Interieur 12 kandidat tersebut antara lain adalah François
Bayrou (Union pour la Démocratie Française - center), Olivier Besancenot (Ligue Communiste
Révolutionnaire – l’extrême gauche), Marie-George Buffet (Parti Communiste Française –
l’extrême gauche), Arlette Laguiller (Lutte Ouvrière – l’extrême gauche), Jean-Marie Le Pen
(Front National – l’extrême droite), Frédéric Nihous (Chasse, Pêche, Nature et Traditions center), Ségolène Royal (Parti Socialiste - gauche), Nicolas Sarkozy (Union pour un Mouvement
43


Populaire - droite), Gérard Schivardi (PT – l’extrême droite), Philippe de Villiers (Mouvement
Pour la France – l’extrême droite), José Bové (mandiri), dan Dominique Voynet (Les Verts –
green center).
Gambar 1
Hasil pemilu putaran pertama tahun 2007

Gambar 1
Hasil pemilu putaran pertama tahun 2007

dilansir dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2007.htm

Gambar 1 menjelaskan bahwa putaran pertama kemudian dimenangkan oleh Sarkozy
dengan perolehan suara sebanyak 31,18% dan Royal dengan 25,87%. Le Pen dengan perolehan
suara sebanyak 10,44% tidak mampu lolos ke putaran kedua dan berada pada peringkat empat
pemilik suara terbanyak di bawah Bayrou yang berhasil mendulang dukungan sebanyak 18,57%.
Dari sekian banyak kandidat, dapat dilihat bahwa terdapat empat kandidat utama dalam putaran
pemilu kali ini, yaitu Sarkozy (31,18%), Royal (25,87%), Bayrou (18,57%), dan Le Pen
(10.44%).
Dengan pengalaman yang tak terduga pada pemilu Presiden tahun 2002, Le Pen kembali
hadir dalam pemilu Presiden tahun 2007 dengan mengantongi suara sebanyak 10,44%, jauh

turun dibandingkan dengan perolehan suara pada periode lalu yang berjumlah 16,9%. Jumlah
suara ini menempatkan Le Pen pada urutan ke-empat partai dengan dukungan suara terbanyak
dan alhasil ia gagal untuk lolos pada pemilu putaran kedua. Namun begitu, Le Pen berhasil
membawa FN menjadi partai l’extrême droite yang mendapatkan dukungan suara di atas 5%.

44

Gambar 2
Hasil pemilu putaran kedua tahun 2007

dilansir dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2007.htm

Putaran kedua dilaksanakan pada 6 Mei 2007 dengan dua kandidat yang berhasil lolos
putaran pertama, yaitu Sarkozy dan Royal. Gambar 2 menjelaskan bahwa pada putaran kedua
Sarkozy berhasil memenangkan pemilu dengan perolehan suara 53.06% atas Royal yang
mendapatkan suara sebanyak 46,94%. Kemenangan Sarkozy ini tak dapat dilepaskan dari
citranya yang tegas dan revolusioner selama ia menjabat sebagai Ministre di l’Interieur (Menteri
Dalam Negeri) selama pemerintahan Chirac serta keberhasilannya dalam menarik pendukung
l’extrême droite.
Kekalahan FN pada putaran pertama pemilu serta menangnya Sarkozy pada pemilu kali

ini, menandakan bahwa Le Pen belum dapat mencapai kepentingannya. Penulis melihat hal
tersebut sebagai hasil dari identitas social FN pada pemilu ini. Hasil pemilu sebagai bentuk
identitas social ini menyatakan bahwa FN merupakan partai ke-empat yang mendapatkan suara
terbanyak dalam pemilu, sehingga tidak dapat melanjutkan pemungutan suara pada putaran
kedua. Gagalnya FN untuk lolos dalam putaran kedua menghilangkan kesempatan Le Pen, dan
tentu saja FN, untuk menjadi Presiden yang mana menjadi kepentingan FN dalam kontestasi
politik ini. Hasil pemilu ini kemudian juga akan mempengaruhi pengambilan sikap FN di masa
depan dalam bentuk sejarah serta pengalaman, yang mana hal ini menjadikan hasil pemilu bukan
hanya sebagai identitas social melainkan sebagai identitas corporate pula bagi FN.
Dilansir dari laman website France Politique, FN berhasil mendapatkan dukungan
sebanyak 10,44% atau setara dengan 3.834.530 pemilih. Dari angka tersebut dapat dicari kembali
dari kelas-kelas sosial masyarakat manakah yang menjadi pendukung FN. Di bawah ini terdapat
45

tabel yang menjelaskan dukungan FN berdasarkan kelompok-kelompok masyarakat di Prancis.
No.

Status dan Pekerjaan

1.

3.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Pensiun
Pengangguran
Gaji dari sektor publik
Gaji dari sektor privat
Pekerja
Karyawan
Petit independent
Petani

Jumlah dukungan
FN dari total suara
dengan partai lain

9%
9%
12%
12%
23%
14%
15%
19%

Tabel 5.1
Sumber dukungan FN pada pemilu Presiden 2007 berdasarkan status dan pekerjaan,
direkap dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2007.htm

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat bahwa sumber dukungan FN terbesar datang dari
kelompok masyarakat pekerja (23%), petani (19%), serta petit independent (15%).Tiga
kelompok masyarakat tersebut merasa bahwa Jean-Marie Le Pen dan FN dapat memenuhi
utilitas mereka secara maksimal. Hal ini menandakan bahwa agenda kerja Jean-Marie Le Pen
dan FN dianggap dapat menyelesaikan permasalahan yang mereka alami. Dukungan suara FN
yang banyak berasal dari tiga kelompok masyarakat ini juga didukung dengan melihat
persebaran dukungan suara FN di masing-masing region Prancis, yang ditunjukkan melalui tabel
di bawah ini:

46

Nama Region

Jumlah Suara

Alsace
Aquitaine
Auvergne
Bougogne
Bretagne
Centre
Champagne-Ardenne
Corse
Franche-Comté
Guadeloupe
Guyane
Ile-de-France
Languedoc-Roussillon
Limousin
Lorraine
Martinique
Midi-Pyrénées
Nord-Pas-de-Calais
Basse Normandie
Haute Normandie
Pays-de-la-Loire
Picardie
Poitou-Charentes
Provence-Alpes-Côte
d'Azur
Réunion
Rhône-Alpes

Persentase
135.732

13,56

168 665
78 804
119 041
143 926
168 912
114 522
23 433
94 172
5 335
1 953
430 562
214 468
38 525
196 698
3 367
154 767
335 856
88 386
126 795
158 843
168 742
88 074

8,65
9,28
12,22
7,18
11,39
15,2
15,26
13,72
3,18
5,51
7,54
13,91
8,24
14,43
2,11
8,88
14,67
9,72
12,02
7,35
15,42
8,17

377 830
17 469
360 297

13,84
4,88
10,5

Tabel 5.2
Persebaran suara FN berdasarkan region di Prancis,
direkap dari http://www.interieur.gouv.fr/Elections/Lesresultats/Presidentielles/elecresultPresidentielle2007/(path)/Presidentielle_2007/index.html

Menurut Tabel 5.2, tiga region dengan persentase dukungan suara terbanyak ditemukan
di Picardie (15.42%), Corse (15.27%), dan Champagne-Ardanne (15,2%). Picardie merupakan
daerah yang berada di utara Prancis berbatasan langsung dengan Inggris dan bersampingan
dengan Nord-Pas-de-Calais, sedangkan Corse berada di selatan Prancis yang merupakan sebuah
pulau di Laut Mediterania yang berbatasan langsung dengan Italia. Letak Corse yang berada di

47

perairan hangat dan geografi yang indah menjadikan Corse sebagai salah satu tujuan tempat
wisata favorit yang mengandalkan industri wine, dairy products, dan buah-buahan sebagai
sumber perekonomian terbesar mereka. Dari segi demografinya Corse mengandalkan industri
jasa dan agrikultur. Hal tersebut menyebabkan pekerja jasa, petani, serta petit independent
menjadi mayoitas jenis pekerjaan yang dianut oleh warga region ini. Sedangkan Picardie adalah
salah satu kota di Prancis yang memiliki tanah yang subur, sehingga perekonomian region ini
sangat kuat dalam sektor agrikultur bukan dalam sektor industri. Industri yang paling
berkembang dalam region ini juga merupakan industri hasil olah makanan maupun industri hasil
olah produk agrikultur. Industri dengan mesin besar hanya industri penghasil bagian mobil,
karet, besi, plastic, dan kimia tidak begitu berkembang dalam region ini.
Seperti Picardie, Champagne-Ardanne merupakan dataran subur di daerah utara Prancis
sehingga sektor agrikultur menjadi penting dalam pilar ekonomi region ini. Produk penting dari
region ini bukan lain adalah minuman anggur berkilau khas region ini, yaitu champagne. Selain
sektor agrikultur region ini juga mengandalkan sektor jasa, karena wilayah ini terkenal atas
pariwisata historis serta taman-taman dan hutan-hutannya.
Terdapat beberapa kesamaan dari tiga region tersebut yang antara lain adalah merupakan
region perbatasan antara Prancis dengan negara lain serta mengandalkan sektor agraris maupun
pariwisata dalam perekonomian lokalnya. Masing-masing region merupakan region perbatasan,
yang mana kehidupan masyarakatnya tidak dapat dilepas dari keterlibatan orang asing maupun
imigran. Hal ini kemudian membuat masyarakat region-region itu cenderung merasakan
permasalahan-permasalahan terkait imigran dan imigrasi secara langsung dalam kehidupan
mereka. Masyarakat dalam region-region ini akan memilih partai yang dianggap dapat secara
maksimal menyelesaikan permasalahan terkait imigran itu. Hal ini menjadi faktor utama regionregion ini memberi dukungan pada FN yang notabene memiliki agenda kerja xenofobia/antimigran.
Selain itu tiga region tersebut merupakan region di mana petani, petit independent, serta
para pekerja menjadi kelompok masyarakat mayoritas. Secara geografis masing-masing region
membentuk pekerjaan masyarakatnya, yang dalam kasus ini masing-masing region membentuk
tiga kelompok masyarakat tersebut sebagai pilar utama dalam perekonomian lokal mereka.
Ketiga kelompok masyarakat ini merupakan kelompok-kelompok yang merasakan langsung
dampak serta permasalahan dari kehadiran imigran, kondisi imigrasi yang terjadi di region
48

mereka, serta kondisi politik-ekonomi-sosial yang buruk selama pemerintahan Chirac yang mana
hal ini kemudian menjadi faktor besarnya dukungan tiga kelompok masyarakat dalam komposisi
dukungan suara FN.
Hasil sumber dukungan suara ini merupakan hasil dari pembentukan preferensi pemillih
yang dipengaruhi oleh kondisi politik-ekonomi-sosial yang terjadi sepanjang masa pemerintahan
Chirac serta agenda kerja Jean-Marie Le Pen. Permasalahan ekonomi seperti tingginya angka
pengangguran serta buruknya performa ekonomi domestik merupakan permasalahan utama yang
dirasakan oleh ketiga kelompok masyarakat serta masyarakat yang hidup dalam wilayah tiga
region di atas. Dapat dilihat bahwa para pendukung FN memilih FN didasari oleh kepercayaan
mereka bahwa FN merupakan partai yang terpercaya dan dianggap dapat memenuhi utilitas
mereka secara maksimal. Ideologi l’extrême droite FN dapat dilihat sebagai patokan bagi para
pendukung, karena FN belum dapat benar-benar berkontribusi pada politik Prancis. Retorika
partai serta agenda kerja FN yang berfokus pada permasalahan imigran dan law & order menjadi
nilai jual FN dalam pemilu kali ini.
Identitas social FN dalam pemilu kali ini adalah hasil pemilu, yang menyatakan bahwa
FN merupakan partai l’extrême droite yang memiliki dukungan terbanyak dari kelompok
masyarakat pekerja, petani, dan petit independent, yang memiliki basis suara terbanyak di
region-region Prancis yang merupakan region perbatasan serta region yang mengandalkan sektor
agraris dan pariwisata. Berdasarkan sejarah l’extrême droite, ketiga kelompok masyarakat
tersebut telah menjadi pendukung ultra-nasionalis dan konservatif di Prancis. Pada era
poujadism, petit independent serta petani telah menjadi dukungan utama partai UDCA. Hal ini
dikarenakan UDCA merupakan partai yang memperjuangkan hak-hak dua kelompok tersebut
dalam kondisi sosio-ekonomi yang serupa, dengan keberadaan orang asing yang meningkat dan
pemerintah yang tidak mampu memperhatikan nasib dua kelompok masyarakat tersebut. Dalam
era petainism para pekerja mendapatkan perhatian karena fokus pemerintah pada masa itu adalah
untuk proteksionis industrialisasi di mana penyerapan tenaga kerja kelompok masyarakat ini
sangat tinggi. Pada masa ini, ketika laju perekonomian melambat dan pengangguran semakin
tinggi, kelompok para pekerja yang paling merasakan dampaknya kembali berupaya melindungi
diri mereka dari permasalahan ekonomi tersebut dengan mendukung FN yang berjanji untuk
kembali menerapkan sistem perekonomian yang proteksionis.
Dengan identitas social ini dapat dilihat bahwa FN belum mampu merangkul seluruh
49

lapisan masyarakat maupun wilayah guna mengumpulkan dukungan suara yang dibutuhkan
untuk memenangkan pemilu. Dapat dilihat dengan dipengaruhi identitas corporate-nya, retorika
partai dan agenda kerja FN mendapatkan pasar dari region-region agrikultur dan pariwisata, serta
dari kelompok masyarakat petani, petit independent, dan pekerja.
5.1.3 Kondisi Politik-Ekonomi-Sosial Sebagai Latar Interaksi Sosial
Kondisi politik-ekonomi-sosial terjadi pada masa pra-pemilu yang berlangsung sepanjang
masa jabatan Presiden hingga masa kampanye berlangsung, dan masa ini akan menyediakan latar
interaksi sosial yang akan digambarkan oleh masa kampanye. Masa pra-pemilu Presiden 2007
dapat dilihat pada sepanjang masa pemerintahan Jacques Chirac dari tahun 2002 hingga kwartal
kedua tahun 2007. Terdapat dua isu utama yang menjadi sorotan pada pemerintahan Chirac dan
Jospin ini, yaitu permasalahan ekonomi serta isu imigrasi.
Pada permasalahan ekonomi, Prancis mulai mengalami stagnansi perekonomian. Karina
Vasavada dalam penelitiannya menyatakan bahwa stagnansi perekonomian Prancis dimulai pada
tahun 2002 setelah mewarisi perlambatan laju perekonomian dari masa Presiden Mitterand
(Vasavada, 2015: 23). Kondisi tersebut diukur melalui laju pertumbuhan GDP, tingginya angka
pengangguran, besarnya hutang negara, serta tingginya defisit pemerintah. Pertama, laju GDP
Prancis dari tahun 2002-2007 dapat dilihat melalui Gambar di bawah ini:
Gambar 3
GDP Prancis dari tahun 2002 hingga 2007

Dari

direkap dari https://data.oecd.org/gdp/gross-domesticproduct-gdp.htm

50

Gambar

3,

laju

pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan dari 28.659 USD per kapita pada tahun 2002
menjadi 35.177 USD per kapita pada tahun 2007. Hal ini memperlihatkan bahwa pemerintahan
Chirac berhasil meningkatkan perekonomian. Namun, hal tersebut bukanlah sebuah pencapaian
ekonomi terbaik Prancis karena pertumbuhan GDP pada masa ini cenderung lemah dan lambat.
Pertumbuhan GDP yang lambat ini kemudian juga diiringi oleh perlambatan laju investasi di
Prancis yang menyebabkan saratnya perkembangan lapangan kerja. Lemahnya laju investasi ini
dapat digambarkan oleh lemahnya FDI (Foreign Direct Investment) 2 di Prancis. Menurut data
yang dikumpulkan OECD, nilai FDI yang berjumlah 68.016 juta USD pada tahun 2005 hanya
bertambah menjadi 76.810 juta USD pada tahun 2006. Kedua hal ini kemudian berdampak pada
perlambatan penyerapan tenaga kerja.Laju angkatan kerja Prancis yang terus bertambah tak
dapat diimbangi oleh laju penyerapan tenaga kerja di Prancis yang mana menimbulkan tingginya
angka pengangguran di Prancis. Tingkat pengangguran digambarkan dengan tabel di bawah ini.
Tahun
2002
2003
2004
2005
2006
2007

Total
7,5
8,1
8,5
8,5
8,4
7,7

Laki-Laki
6,8
7,4
7,8
7,8
7,9
7,3

Perempuan
8,4
9,0
9,3
9,3
9,1
8,1

Tabel 5.3
Tingkat pengangguran di Prancis tahun 2002 hingga 2007,
direkap dari
https://www.insee.fr/fr/statistiques/1906672?sommaire=1906743
&q=ch%C3%B4mage#tableau-T16F042G1

Melalui tabel 5.3 dapat dilihat bahwa persentasi tingkat pengangguran di Prancis dari tahun 2002
hingga tahun 2004 terjadi kenaikan menjadi 8.5% dari total seluruh populasi masyarakat Prancis,
kemudian turun hingga 7.7% pada tahun 2007. Masa pemerintahan Chirac kemudian
meninggalkan rata-rata angka pengangguran sebanyak 8,2%. Angka pengangguran yang terus
berada di atas 7% menimbulkan kondisi sosial yang buruk dan rentan bagi angkatan kerja
Prancis. Kondisi sosial yang buruk tersebut diapat dikenali dengan psikologis masyarakat Prancis
yang semrawut. Mereka menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak mampu menyediakan
2

FDI merupakan catatan tentang nilai transaksi lintas batas negara yang berkaitan dengan investasi langsung di
sebuah negara.

51

pekerjaan bagi mereka juga. Sehingga seperti apa yang dinyatakan oleh Peter Davies dalam
bukunya bahwa masyarakat Prancis mulai melihat ke belakang, bernostalgia pada masa
keemasan Prancis, dan takut untuk menyongsong masa depan mereka. Kondisi paranoia serta
ketakutan inilah yang menjadi bahan bakar gerakan l’extrême droite untuk berani membuat
tatanan, control, serta otoritas (Davies, 1999: 153).
Lambatnya pertumbuhan GDP juga berdampak pada lambatnya pertumbuhan ekonomi
Prancis secara keseluruhan, termasuk berdampak pada kemampuan pemerintah untuk
menanggulangi hutang dan memotong anggaran defisit pemerintah. Kondisi defisit Prancis ini
digambarkan dengan gambar di bawah ini:

Gambar 4
Defisit Anggaran Prancis dari tahun 2002 hingga 2007

direkap dari https://data.oecd.org/gga/general-governmentdefisit.htm#indicator-chart

Pada Gambar 4 dapat dilihat bahwa defisit anggaran pemerintah Prancis pada tahun 2002 berada
pada tingkat -3.09% dari total GDP semakin turun menjadi -3.86% pada tahun 2003, terendah
sepanjang masa pemerintahan Chirac. Defisit ini sendiri disebabkan oleh tingginya pengeluaran
pemerintah dalam penyediaan dana keamanan sosial (social security) 3. Tingginya angka

3

Dana keamanan sosial Prancis merupakan dana yang disediakan pemerintah untuk membayarkan kebutuhan
masyarakat Prancis. Dana ini mencakup kebutuhan kesehatan, maternitas, disabilitas, kematian, kecelakaan saat
bekerja, jaminan masa tua, dan jaminan keluarga. Dana ini diambil dari pendapatan pajak negara.

52

pengangguran di Prancis menyebabkan tingginya dana keamanan sosial yang harus dikeluarkan
oleh pemerintah Prancis. Selain itu krisis ekonomi tahun 2003 berdampak pada tingginya dana
yang harus dikucurkan oleh pemerintah untuk dapat mendukung likuiditas bank-bank yang ada
di Prancis. Tingginya angka defisit ini kemudian berdampak pada citra pemerintahan Chirac
yang dinilai boros dan tidak stabil. Keberhasilan pemerintahan Chirac dalam menaikkan tingkat
defisit pemerintah pada akhir pemerintahan kemudian tidak dapat dinilai sebuah prestasi karena
pada tahun 2007 defisit berada pada pada tingkat -2,54%, lebih rendah daripada -2,34% pada
tahun sebelumnya.
Gambar 5
Jumlah hutang Prancis dari tahun 2002 hingga 2007,

direkap dari https://data.oecd.org/gga/general-governmentdebt.htm#indicator-chart

Selain tingkat defisit yang tidak dapat terbenahi dengan baik, lambatnya pertumbuhan
GDP juga berdampak pada jumlah hutang yang cenderung tidak dapat turun. Vasavada
menyatakan bahwa dengan lemahnya pertumbuhan GDP serta investasi, pemerintah cenderung
sulit untuk menekan laju hutang mereka. Gambar 5 menjelaskan bahwa terjadi kenaikan jumlah
hutang pemerintah Prancis dari 74,6% dari GDP pada tahun 2002 menjadi 81,7% dari GDP pada
tahun 2005. Kenaikan ini menimbulkan sentiment negatif terhadap kemampuan pemerintahan
Chirac dalam menjaga perekonomian Prancis.
Menurut penelitian Vasavada, kondisi stagnansi perekonomian ini disebabkan oleh
pemerintahan Chirac yang tak mampu menyesuaikan dengan kebijakan-kebijakan yang diberikan
53

UE. Kebijakan yang melibatkan berbagai jenis perlindungan terhadap masyarakat dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan Eropa menguras anggaran pemerintah dan pemerintahan Chirac tidak
berhasil menetapkan kebijakan ekonomi yang dapat mengimbangi pengeluaran tersebut.
Perekonomian Chirac yang cenderung tertutup terhadap perubahan menjadikan perekonomian
Prancis tidak dapat berkembang dengan baik, karena kegagalannya menyesuaikan diri dalam
perekonomian global yang menyongsong perdagangan bebas.
Buruknya performa ekonomi Prancis yang tergambarkan dari lemahnya laju
perkembangan GDP dan tren naiknya tingkat defisit serta hutang menjadikan tanda bahwa
permasalahan ekonomi Prancis tak juga selesai. Yang mana hal ini terus membebani masyarakat
Prancis karena harga barang-barang yang semakin mahal serta pajak yang semakin tinggi tidak
diiringi dengan gaji yang meningkat maupun kemudahan-kemudahan ekonomi lainnya. Beberapa
kelompok masyarakat yang terkena dampak terbesar dari permasalahan ini adalah kelompok
pekerja (blue collar), para petit independent, serta petani.
Pada isu imigrasi kehadiran imigran menjadi hal yang serius dalam permasalahan
Prancis. Walaupun Prancis telah dikenal sebagai negara yang menjunjung tinggi asas kesetaraan
serta kebebasan, xenofobia tetap tidak dapat dilepaskan dari salah satu catatan buruk masyarakat
Prancis. Imigran yang berasal dari negara-negara Arab pada masa Arab Spring bahkan dari masa
perang Algeria, menjadikan Islam melekat dalam istilah imigran di Prancis. Islam sendiri telah
mendapatkan citra buruk dari masyarakat Prancis karena dalam beberapa tindak teror selalu
terhubung dengan identitas pelaku yang baik berasal dari negara-negara Arab maupun beragama
Islam. Hal ini kemudian berdampak pada xenofobia, bahkan Islamofobia, yang ada dalam
masyarakat. Xenofobia ini membuat kehadiran serta laju natalitas warga asing dan imigran
menjadi salah satu permasalahan besar (Davies, 1999: 121). Menurut data yang dilansir INED
(Institut National d’Études Demographiques) dari INSEE tingkat kelahiran dari kedua orangtua
asing pada tahun 2005 berada pada tingkat 10,9% per 100 kelahiran meningkat menjadi 11,1%
pada tahun 2007. Kenaikan ini tidak terjadi pada tingkat kelahiran dari kedua orangtua asli
Prancis, yang malah mengalami penurunan dari 74,4% per 100 kelahiran pada tahun 2005
menjadi 73,7% pada tahun 2007. Selain itu menurut data yang dilansir dari laman website INED
(Institut National d’Études Démographiques), pada masa pemerintahan Chirac arus imigrasi
dimulai pada angka 205.707 jiwa di tahun 2002, yang mana ini sudah menunjukkan kenaikan
besar dari tahun sebelumnya yang berjumlah 182.694 jiwa, dan terus menanjak pada angka
54

215.397 jiwa pada tahun 2003. Selain xenofobia, arus imigran yang tinggi juga dihubungkan
dengan kemampuan pemerintah menjaga batas-batas negara. Tingginya kenaikan arus migran ini
menjadi takaran masyarakat yang menganggap bahwa kemampuan pemerintah menjaga batasbatas terluar Prancis terhadap faktor-faktor serta ancaman-ancaman dari luar semakin berkurang.
Ancaman dari kehadiran imigran tersebut terutama dirasakan oleh kelompok-kelompok
masyarakat yang berada di daerah perbatasan, berada pada taraf kehidupan menengah ke bawah,
serta memiliki okupasi pada bidang-bidang pekerjaan tradisional maupun yang mengalami
dampak langsung dari krisis ekonomi seperti petani, petit independent, dan kaum pekerja kerah
biru (blue collar) (Davies, 1999: 47).
Selain permasalahan ekonomi dan isu imigran, isu pertahanan dan keamanan juga muncul
sebagai isu marginal. Bergabungnya Prancis dalam keanggotaan Uni Eropa menjadi salah satu
faktor permasalahan pertahanan Prancis. Kelsey Hayes dalam penelitiannya menyatakan bahwa
Uni Eropa yang memiliki agenda tersendiri dalam lingkup Eropa sehingga membuat batas-batas
dan otoritas Prancis kian kabur (Hayes, 2011: 37). Uni Eropa dianggap sebagai dampak
globalisasi yang akan mengurangi kedaulatan Prancis. Selain itu, angka kriminal yang tak
kunjung reda pada pemerintahan Chirac juga menjadi latar permasalahan keamanan di Prancis.
Menurut statistic pusat Direction Centrale de la Police Judiciaire angka tindak kriminal dan
pelanggaran pada tahun 2002 mencapai 4.113.882 atau setara dengan 69,32% per 1.000 orang,
dan kemudian angka tersebut turun menjadi 3.589.293 atau setara dengan 58,33% per 1.000
orang pada akhir masa jabatan Chirac (Ministere de l’Interieur, 2008: 14). Angka tersebut
sepuluh kali lebih besar dari jumlah tindak kriminal pada tahun 1965 yang berjumlah 423.216
orang (Ministere de l’Interieur, 2008: 14). Tingginya tindak kriminalitas yang terjadi di Prancis
dianggap menjadi tolok ukur kemampuan pemerintah dalam menjaga tatanan hukum dan
ketertiban (law & order) negara, sehingga opini bahwa pemerintahan Chirac sulit menjaga law &
order juga merebak pada masa ini.
5.2

Dinamika FN: Masa Pemilu Presiden Prancis 2012
Pada sub-bab ini dinamika politik FN akan dijelaskan melalui masa kampanye, hasil

pemilu, serta sumber dukungan. Pada masa pra-pemilu akan dipaparkan kondisi yang menjadi
latar interaksi sosial dalam masa kampanye. Lalu pada masa kampanye akan memperlihatkan
pengaruh sumber dukungan suara serta hasil pemilu Presiden 2007, bersamaan dengan ideologi
55

dan pemimpin partai dalam pengambilan sikap dalam interaksi sosial yang terjadi pada masa
kampanye. Dan kemudian, sebagai hasil dari interaksi sosial tersebut akan didapatkan identitas
sosial yang berbentuk hasil pemilu serta sumber dukungan suara.
5.2.1

Masa Kampanye Pemilu Presiden Prancis Tahun 2012

Pada tahun 2011 Marine Le Pen, seorang pengacara dengan pandangan konservatif yang
kurang radikal, secara resmi telah terpilih sebagai pemimpin partai menggantikan ayahnya.
Naiknya Marine Le Pen dalam panggung perpolitikkan merupakan perubahan identitas corporate
FN. Perubahan ini kemudian mempengaruhi sikap serta respon FN baik dalam rangka pemilu
Presiden tahun 2012 maupun sekedar respon FN terhadap isu domestik. Marine Le Pen yang
menyatakan bahwa dirinya moderat dan tidak anti-semit kemudian mengeluarkan ayahnya serta
partner-partner radikalnya dari jabatan-jabatan resmi di FN.
Pada masa kampanye Marine Le Pen menjadi kandidat capres mewakili FN menyatakan
manifesto politiknya dalam “12 Engagements de Marine Le Pen”. 12 janji tersebut antara lain
adalah menaikan gaji minimal dan pensiun, memberhentikan imigrasi dan menetapkan prioritas
nasional, menjamin keamanan nasional, mengembalikan moral publik dan suara rakyat Prancis,
mengembalikan kembali pelayanan publik yang sesungguhnya, membantu para keluarga,
mengarahkan kembali arah pendidikan nasional, reindustrialisasi Prancis, membebaskan
penjagaan pasar finansial, menegosiasi kembali traktat-traktat maupun perjanjian-perjanjian
Eropa, menerapkan Republik yang sekular, serta mengembalikan kembali kemandirian
diplomatis dan militer Prancis (Front National, 2012: 16). Terdapat banyak perbedaan
dibandingkan dengan agenda kampanye Presiden tahun 2007. Fokus yang tak lagi hanya terpaku
pada migran menunjukkan salah satu perubahan besar bagi FN.
Fokus kampanye Le Pen pada pemilu kali ini terpaku pada penyelesaian permasalahan
ekonomi, terkhusus permasalahan pengangguran. Pada upaya pengentasan permasalahan
ketenagakerjaan, Le Pen berjanji untuk mengaktifkan Intelligent Border Protection untuk
melawan kompetisi yang tidak adil dengan negara yang memiliki pasar tenaga kerja yang lebih
murah, perlindungan terhadap petit independent (Front National, 2012: 2). Upaya-upaya itu
kemudian disebut sebagai aksi ‘patriotisme ekonomi’ (Front National, 2012: 2). Selain fokus
pada permasalahan pengangguran, dalam sektor ekonomi Le Pen berjanji untuk mengurangi tarif
listrik dan gas hingga 5%, mengubah sistem pensiun, mengurangi pajak, serta menjamin
56

penambahan 200 Euro per bulan bagi pekerja yang mendapatkan gaji 1.500 ke bawah (Front
National, 2012: 2). Di kutip dari laman website Lemonde.fr, Le Pen menyatakan:
“Je vais en avoir deux : la première, c'est de baisser la TIPP. Mais de manière plus
générale, je vais mettre en place une contribution sociale à l'importation, qui me
permettra de faire prendre en charge par l'Etat 200 Euros de cotisations sur tous les
salaires jusqu'à 1,4 fois le smic. Quelle va être la conséquence ? C'est que tous les
salaires, jusqu'à 1,4 fois le smic vont immédiatement augmenter de 200 Euros net."
“Saya akan melakukan dua hal: pertama adalah menurunkan TIPP 4. Namun secara
umum, saya akan lebih menyiapkan kontribusi sosial pada anggaran impor, yang mana
akan memungkinkan saya untuk membuat negara menanggung kontribusi 200 Euro
pada seluruh gaji yang sampai 1.4 kali dari upah minimum. Apa yang akan menjadi
konsekuensinya? Semua upah yang sampai dengan 1.4 kali upah minimum akan segera
meningkat sebanyak 200 Euro net.”

Dalam sektor imigrasi Le Pen menyatakan bahwa ia berjanji akan mengurangi jumlah
imigran dari 200.000 orang setahun menjadi 10.000 orang per tahun. Selain itu ia juga berjanji
untuk mengusir imigran ilegal yang berhasil masuk Prancis, melarang demonstrasi maupun
gerakan massa untuk mendukung imigran ilegal, juga memprioritaskan warga negara Prancis
tanpa melihat daerah asal (Front National, 2012: 6).
Penulis melihat bahwa perubahan identitas corporate ini turut mengubah bagaimana FN
bertindak dan menyikapi sesuatu hal. Penekanan Le Pen pada upaya penyelesaian permasalahan
ekonomi merupakan sebuah perubahan fokus agenda. Jika pada pemilu Presiden sebelumnya
Jean-Marie memfokuskan kampanye penolakan terhadap imigran, Marine yang lebih ‘moderat’
malah membawa FN untuk fokus pada isu yang lebih mainstream yaitu untuk menanggulangi
permasalahan pengangguran.
Selain dari pemimpin partai, identitas corporate yang kemudian juga turut berpengaruh
dalam perubahan fokus kampanye adalah pengalaman dari hasil pemilu Presiden masa
sebelumnya. Berkaca dari kegagalan tersebut, FN mencari cara lain untuk dapat memaksimalkan
dukungan demi memenangkan pemilu Presiden selanjutnya. Untuk dapat memaksimalkan
dukungan ada pemilu tahun 2012, beberapa perubahan terjadi dalam pembentukan retorika partai
sertt agenda kerja. FN tidak lagi fokus pada isu Etno-Nasionalisme, melainkan mengalihkan
fokusnya pada isu ekonomi. Hal ini juga dipengaruhi oleh perubahan identitas corporate FN,
yaitu perubahan pimpinan partai dari Jean-Marie Le Pen ke Marine Le Pen.
Argumentasi di atas dibuktikan dengan pengambilan sikap dan respon FN terhadap isu4

TIPP merupakan pajak yang diberikan terhadap produk berbahan dasar minyak.

57

isu ekonomi pada masa kampanye pemilu Presiden 2007. Identitas corporate FN terlihat dari
ideologinya yang juga memberikan pengaruh bagi sikap dan respon FN pada pemilu Presiden
kali ini. Konservatisme dan ultranasionalisme kemudian mengeluarkan program FN yang dkenal
dengan nama ‘Patriotisme Ekonomi’. Program yang diusung Marine Le Pen ini bersifat sangat
inward looking. Dalam artian, FN memfokuskan pada optimalisasi dan proteksi pada pekerja
domestik. Hal ini nampak pada keluarnya agenda pengaktifan Intelligent Border Protection
untuk melindungi tenaga kerja Prancis dari keganasan globalisme dalam pasar tenaga kerja
internasional, yang sejalan dengan identitas corporate FN.
Sikap yang diambil Marine Le Pen didasarkan pada ideologi FN yang konservatif dan
xenofobia. FN melihat imigran sebagai ancaman, baik dalam kehidupan sosial maupun ekonomi.
Semakin banyak imigran yang masuk Prancis, maka semakin tinggi pula ancaman sosioekonomis yang dihadapi Prancis. Selain dari itu, penulis juga melihat melalui sejarah FN,
kampanye ini digunakan untuk menarik perhatian kelompok masyarakat yang membenci
globalisasi dan liberalisasi. Kelompok masyarakat tersebut biasanya merupakan kelompok yang
bekerja dalam sektor-sektor tradisional dan usaha kecil, yang merasa terancam oleh perusahaanperusahaan besar dan asing yang muncul akibat liberalisasi dan globalisasi. Penggunaan agenda
anti-imigran ini dilihat sebagai upaya FN untuk kembali menarik kelompok tersebut untuk
mendukungnya pada pemilu Presiden kali ini.
5.2.2

Hasil Pemilu Presiden 2012

Putaran pertama pemilu Presiden pada kali ini dilaksanakan pada 22 April 2012 dengan
diikuti oleh sepuluh kandidat. Sepuluh kandidat tersebut adalah Nicolas Sarkozy (Union pour un
Mouvement Populaire – droite), François Hollande (Parti Socialiste – gauche), Marine Le Pen
(Front National – l’extrême droite), Jean-Luc Mélenchon (Front de Gauche – l’extrême gauche),
Francois Bayrou (Mouvement Démocratique - center), Eva Joly (Europe Ecologie – center
green), Nicolas Dupont-Aignan (Debout la République – droite), Philippe Poutou (Anti
Caiptaliste Parti – l’extrême gauche), Nathalie Arthaud (Lutte Ouvrière – l’extrême gauche),
dan Jacques Cheminade (Solidarité et Progress – l’extrême droite).

58

Gambar 6
Hasil pemilu putaran pertama tahun 2012

dilansir dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2012.htm

Gambar 6 menunjukkan bahwa putaran pertama dimenangkan oleh Hollande dan Sarkozy
dengan perolehan suara sebanyak 28,63% dan 27,18%. Dua kandidat tersebut berhasil lolos
menuju putaran kedua yang akan dilaksanakan pada 6 Mei 2012. Namun, Le Pen kembali gagal
untuk maju dalam putaran kedua pemilu kali ini karena ia hanya mendapatkan suara sebanyak
17,9%, menjadikan ia pada urutan ketiga sebagai partai yang mendapatkan suara terbanyak.
Walaupun begitu, dukungan suara yang diperoleh FN pada pemilu kali ini mengalami kenaikan
yang cukup tinggi yang mana menjadi pencapaian tertingginya selama FN berdiri semenjak
tahun 1972 (Ivaldi, 2013: 3).
Gambar 7
Hasil pemilu putaran kedua tahun 2012

dilansir dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2012.htm

59

Gambar 7 menjelaskan perolehan suara yang didapat oleh Hollande dan Sarkozy.
Hollande keluar sebagai pemenang pemilu dengan mendapatkan dukungan suara sebanyak
51,64%, mengalahkan Sarkozy yang berhasil mendapatkan suara sebanyak 48,36%.
Dengan naiknya Hollande sebagai Presiden, hasil pemilu kali ini menyatakan bahwa FN
kembali gagal untuk dapat mewujudkan kepentingannya. Kegagalan Le Pen untuk lolos ke
putaran kedua menghilangkan kesempatan Le Pen untuk dapat menjadi Presiden, yang mana hal
ini menandakan bahwa identitas social FN tidak dapat menjalankan fungsinya dalam upaya
perolehan kepentingannya. Namun, kegagalan ini juga membawa angin segar bagi FN dan
pendukungnya karena jumlah suara pada pemilu kali ini mengalami kenaikan dari pemilu
Presiden sebelumnya.
Dengan total 6.421.426 suara atau setara dengan 17,90% , Le Pen berhasil menyabet
posisi ketiga dalam pemilu Presiden 2012. Perolehan suara tersebut tidak dapat dilepas dari
upaya FN dan Le Pen dalam menarik dukungan selama masa kampanye.
No.

Status dan Pekerjaan

1.
3.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Pensiun
Pengangguran
Gaji dari sektor publik
Gaji dari sektor privat
Pekerja
Karyawan
Petit independent
Petani

Jumlah dukungan FN
dari total suara dengan
partai lain
14%
18%
21%
22%
29%
20%
25%
-

Tabel 5.4
Sumber dukungan FN pada pemilu Presiden 2012 berdasarkan status dan pekerjaan,
direkap dari http://www.france-politique.fr/election-Presidentielle-2012.htm

Tabel 5.4 menjelaskan mengenai perolehan dukungan suara yang didapatkan FN pada
putaran pertama pemilu Presiden 2012 berdasarkan status dan pekerjaan. Dapat dilihat melalui
tabel tersebut bahwa FN berhasil mendapatkan dukungan terbanyak dari kelompok masyarakat
pekerja (29%), petit independent (25%), dan gaji dari sektor privat (22%). Dibandingkan dengan
perolehan suara pemilu periode lalu, secara keseluruhan suara mengalami kenaikan yang cukup
banyak.

60

Nama Region
Alsace
Aquitaine
Auvergne
Bougogne
Bretagne
Centre
Champagne-Ardenne
Corse
Franche-Comté
Guadeloupe
Guyane
Ile-de-France
Languedoc-Roussillon
Limousin
Lorraine
Martinique
Mayotte
Midi-Pyrénées
Nord-Pas-de-Calais
Basse Normandie
Haute Normandie
Pays-de-la-Loire
Picardie
Poitou-Charentes
Provence-Alpes-Côte
d'Azur
Réunion
Rhône-Alpes

Jumlah Suara

Persentase
219 252

22,12

296 151

15,49

139 768

17,07

191 148

20,36

262 095

13,24

280 096

19,37

172 632

23,91

39 209

24,39

141 972

21,29

150 810

17,11

3 920

10,48

207 520

20,15

363 880

23,45

69 256

15,33

308 392

23,66

6 960

4,76

996

2,77

281 085

16,22

517 115

23,29

150 810

17,11

207 520

20,1

308 806

14,39

266 041

25,03

173 595

16,45

650 336

23,87

37 549

10,31

628 332

18,38

Tabel 5.5
Persebaran suara FN berdasarkan region di Prancis,
direkap dari http://www.interieur.gouv.fr/Elections/Lesresultats/Presidentielles/elecresultPresidentielle2012/(path)/Presidentielle_2012/index.html

Dari tabel 5.5 dapat dilihat bahwa tiga region dengan persentase pemilih FN terbanyak berada di
Picardie (25,03%), Corse (24,39%), dan Champagne-Ardenne (23,91%).

Selain itu, region

dengan total suara terbanyak berada pada Provence-Alpes-Côte d'Azur dengan jumlah suara
sebanyak 650.336. Provence-alpes-Cote d’Azur (PACA) merupakan region yang menghasilkan
kekayaan terbanyak ketiga di Prancis. PACA merupakan region penerima imigran terbesar di
61

Prancis karena letaknya yang berada di selatan Prancis berbatasan langsung dengan Laut dan
negara-negara Mediterania sehingga menjadi region yang padat penduduknya. Region ini
mengandalkan sektor jasa menjadi sumber pendapatan utama yang mana menunjukkan
pentingnya industri parwisata dalam region ini. Selain sektor jasa dan pariwisata, industri
agrikultur juga menjadi penting karena perkembangannya yang pesat. Hasil utama agrikultur di
Region ini antara lain adalah buah-buahan, sayur-sayuran, wine, dan bunga.
Dengan ini dapat dilihat bahwa secara keseluruhan dukungan FN kembali mengalami
kenaikan pada kelompok masyarakat yang sama serta region yang sama. Hal ini menandakan
bahwa penerimaan serta dukungan terhadap agenda kerja FN juga meningkat. FN kembali
mendapatkan dukungan dari region-region yang mayoritas masyarakatnya merupakan petani,
pekerja, maupun petit independent. Selain itu, FN juga kembali mendapatkan dukungan suara
terbanyak dari kelompok masyarakat pekerja serta petit independent. Semenjak tahun 80-an, FN
sudah menjadi partai yang dikenal sebagai representasi kelompok masyarakat petit independent
serta para pekerja (Ivaldi, 2013: 8). Identitas social tersebut kemudian kembali hadir dalam
pemilu Presiden 2012 sebagai representasi dua kelompok masyarakat tersebut.

62

Gambar 9
Persebaran dukungan terbanyak FN pada
pemilu Presiden 2012

Gambar 8
Persebaran dukungan terbanyak FN pada
pemilu Presiden 2007

Gambar 10
Persebaran dukungan terbanyak FN pada
pemilu Presiden 2007 dan 2012

Dapat dilihat melalui Gambar 8, 9, dan 10 bahwa persentasi dukungan FN pada pemilu
Presiden tahun 2012 tetap berada pada tiga region pemilu Presiden Prancis tahun 2007. Dari sini
63

dapat disimpulkan bahwa FN berhasil memiliki basis dukungan dari region-region yang
mengandalkan sektor agrikultur serta pariwisata. Hal ini menjadi bukti bahwa FN dipercaya serta
mampu untuk memaksimalkan utilitas masyarakat yang berada di region-region tersebut.
Dengan pola pikir Wendt, dapat dinyatakan bahwa perubahan identitas corporate FN
yakni pemimpin partai mempengaruhi respon dan cara bertindak FN yang mana hal ini
mempengaruhi FN dalam pembentukan serta penyampaian agenda kampanye. Perubahan itu
dapat dilihat sebagai upaya FN memaksimalkan dukungan pada pemilu Prancis tahun 2012.
Perubah elemen-elemen ini kemudian mempengaruhi perubahan identitas social FN, yaitu hasil
pemilu serta sumber dukungan. Dalam hasil pemilu terlihat perubahan bahwa FN berhasil
menjadi partai ketiga yang mendapatkan suara terbanyak. Sedangkan perubahan dalam sumber
dukungan terjadi pada kenaikan jumlah pemilih.
5.2.3 Kondisi Politik-Ekonomi-Sosial Sebagai Latar Interaksi Sosial
Pada masa ini terdapat dua isu utama yang menjadi sorotan publik, yaitu permasalahan
ekonomi dan permasalahan imigrasi. Pada permasalahan ekonomi, stagnansi ekonomi yang
dialami Prancis ternyata tak kunjung membaik di bawah pemerintahan Sarkozy. Krisis finansial
yang terjadi pada tahun 2008 memperburuk kondisi ini. Pertumbuhan ekonomi yang masih
lemah, angka pengangguran yang terus naik, serta anggaran belanja negara yang terus naik
hingga 86% dari GDP menjadi penanda buruknya kondisi perekonomian pada masa ini. Janji
reformasi ekonomi untuk memodernisasi perekonomian tidak dilaksanakan, namun pengetatan
serta penutupan diri malah semakin dilakukan (Elgie, 2013: 20). Selain itu, keadaan
perekonomian Eropa yang memburuk dengan jatuhnya Yunani dalam resesi serta negara-negara
lain yang mulai memasuki keadaan yang serupa menjadi salah satu faktor stagnansi ekonomi
Prancis semakin berkepanjangan.

64

Gambar 11
GDP Prancis dari tahun 2007 hingga 2012

direkap dari https://data.oecd.org/gdp/gross-domestic-productgdp.htm

Dari Gambar 11 dapat dilihat bahwa laju pertumbuhan GDP Prancis sangat lambat. GDP
pada tahun 2008 yang berjumlah 35.184 USD per kapita hanya bertumbuh menjadi 37.671 USD
per kapita pada tahun 2012. Krisis finansial pada tahun yang dirasakan oleh seluruh Eropa,
bahkan hampir oleh semua negara, berdampak pada kemampuan negara-negara Eropa bahkan
Prancis untuk berkembang. Krisis finansial tahun 2008 dan 2009 berdampak pada anjloknya
permintaan terhadap produk-produk dasar, yang mana hal ini berujung pada penurunan harga
hasil agrikultur yang mana merugikan kelompok-kelompok masyarakat yang bekerja dalam
sector ini seperti petani.
Pada masa ini pertumbuhan investasi kembali melambat, seperti pada periode
pemerintahan sebelumnya. Laju FDI Prancis bahkan menurun sangat drastis, dari yang awalnya
bernilai 103.081 juta USD pada tahun 2008 anjlok menjadi 35.453 juta USD pada tahun 2012.
Jatuhnya laju investasi ini kemudian berdampak pada lambatnya pertumbuhan GDP Prancis serta
mangkraknya upaya penyerapan tenaga kerja di Prancis, yang mana berujung pada meningkatnya
angka pengangguran di Prancis.

65

Total

2008
2009
2010
2011
2012

7,1
8,7
8,9
8,8
9,4

Laki-Laki
6,7
8,7
8,7
8,5
9,4

Perempuan
7,4
8,8
9,1
9,1
9,

Dokumen yang terkait

Keanekaragaman Makrofauna Tanah Daerah Pertanian Apel Semi Organik dan Pertanian Apel Non Organik Kecamatan Bumiaji Kota Batu sebagai Bahan Ajar Biologi SMA

26 317 36

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

Analisis Sistem Pengendalian Mutu dan Perencanaan Penugasan Audit pada Kantor Akuntan Publik. (Suatu Studi Kasus pada Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Aria, Sukimto dan Rekan)

136 695 18

DOMESTIFIKASI PEREMPUAN DALAM IKLAN Studi Semiotika pada Iklan "Mama Suka", "Mama Lemon", dan "BuKrim"

133 700 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

Pencerahan dan Pemberdayaan (Enlightening & Empowering)

0 64 2

KEABSAHAN STATUS PERNIKAHAN SUAMI ATAU ISTRI YANG MURTAD (Studi Komparatif Ulama Klasik dan Kontemporer)

5 102 24

GANGGUAN PICA(Studi Tentang Etiologi dan Kondisi Psikologis)

4 75 2