MAKALAH TENTANG TEORI BEHAVIORISTIK p1

MAKALAH TENTANG TEORI BEHAVIORISTIK
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Psikologi Klinis
DOSEN PENGAMPU:
Jehan Safitri M.Psi, Psikolog

Oleh:
Kelompok 3
Nida Dewi
Anjani
Anggi Aristiani
Putri
Putri Sekar
Wangi
Ghina Amalia

I1C113060

I1C115008

I1C113215


Fajar
Nurcahayati
Maihayana

I1C113218

Maisyarah

I1C115016

I1C113221

Nor Mai Leza

I1C115019

M. Reyhan A.
Ayunia Firdayati
Dita Mahfira
Asmaul Fauziah

Cahya Aulia A.
Dini Hardianti

I1C114028
I1C114204
I1C114210
I1C115004
I1C115006
I1C115007

Alya Hanin
Fitri Fauziah
Nor Anita H.
Rizka Aulia
Rizka Syifa A.

I1C115027
I1C115030
I1C115038
I1C115041

I1C115042

Akbar

I1C115050

I1C115015

Adelina
Tandilalong
Annisa Aulia
Noor
Christina
Hariska
Dyah
Nurdina R.
Ervina Dewi
Jinan Seff
Nur Asmi K.
Rif’at Aditya

Selvia Dwi A

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2017

I1C115202
I1C115205
I1C115207
I1C115210
I1C115214
I1C115219
I1C115231
I1C115236
I1C115240

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah kami ucapkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
karena berkat rahmat, taufik serta hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan

makalah tentang teori behavioristik untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi
Klinis dengan dosen pengampu Ibu Jehan Safitri, M. Psi, Psikolog dan Bapak
Sukma Noor Akbar, M. Psi, Psikolog. Berkat dari kerjasama kelompok yang baik
kami dapat dengan lancar menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah tentang
teori behavioristik dapat dipergunakan dengan semestinya dan memberikan
pengetahuan bagi para pembaca. Kami sadar makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak kekurangan, oleh sebab itu kritik dan saran yang
membangun akan kami terima untuk menjadi lebih baik ke depannya.

Banjarbaru, 12 April 2017

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2

1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan..................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Teori Behavioristik.........................................................3
2.2 Teori tentang Dinamika Perilaku Manusia Implikasi Psikologi
Behavioristik................................................................................................4
2.3 Konsep Gangguan Psikologi Dari Perspektif Behavioristik..................6
2.4 Pengertian Pendekatan Behavioristik.....................................................9
2.5 Konsep Pendekatan Belajar..................................................................10
2.6 Tujuan dan Kegunaan Teori Behavioristik..........................................10
2.7 Karakteristik Dasar dan Asumsi...........................................................12
2.8 Teknik-Teknik Terapi Behavioristik....................................................12
2.9 Proses Terapi........................................................................................14
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Analisis Film........................................................................................17
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................19
4.2 Saran.....................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................21


BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Perilaku dapat dibedakan menjadi nyata (overt) dan tersembunyi

(covert).Perilaku nyata pada dasarnya merupakan jelmaan dari perilaku
tersembunyi. Pembagian ini penting artinya karena ada yang penelitiannya hanya
dan terhenti pada perilaku nyata yaitu behaviorisme dengan stimulus responnya,
seperti menyetel tv dengan menekan knop (stimulus) dan gambar muncul di layar
(respons) tanpa ingin tahu apa yang terjadi antara keduanya atau bagaimana
terjadi. Seringkali orang mengalami kesulitan karena tingkah lakunya sendiri
berlebih atau ia kekurangan tingkah laku yang pantas. Konselor yang mengambil
tingkah laku behavioral membantu klien untuk belajar cara bertindak yang baru
dan pantas, atau membantu mereka untuk memodifikasi atau mengeliminasi
tingkah laku yang berlebih. Dengan perkataan lain membantu klien agar tingkah
laku nya menjadi adaptif dan menghilangkan yang maladaptif. Pendekatan

behavioral merupakan pilihan untuk membantu klien yang mempunyai masalah
spesifik seperti gangguan makan, penyalah gunaan zat, dan disfungsi
seksual.Pendekatan ini juga berguna untuk membantu gangguan yang
diasosiasikan dengan kecemasan (anxiety), stress, asertivitas, berfungsi sebagai
orang tua atau interaksi sosial.
Behavior therapy memusatkan perhatian pada tingkah laku yang dapat
diobservasi dan tidak mencari determinan-determinan di dalam diri individu,
melainkan mencari determinan-determinan luar tingkah laku patologis.Salah satu
aspek yang paling penting dalam gerakan modifikasi tingkah laku adalah
penekanannya pada tingkah laku yang bisa di definisikan secara operasional,
diamati, dan diukur.Bahavior memberi dorongan yang kuat kearah penyelidikan
eksprimental. Ada sejumlah prinsip yang banyak mendasari pendekatan
behavioral untuk interfensi klinis. Pendekatan ini banyak menyandarkan dari pada

tradisi psikologi empiris.Dalam intervensi klinis, ini diterjemahkan menjadi
kebutuhan untuk mengoperasionasikan masalah klien (yaitu mensifikasikan
dengan jelas tindakan yang akan diambil di seputar kesulitan yang dimaksud) dan
penyadaran diri terhadap pengumpulan dan terinfertasi data, yang dapat
dikumpulkan melalui pengukuran langsung, observasi, atau self-tracking
dilakukan oleh klien.

1.2

Rumusan Masalah
Masalah yang akan dibahas pada makalah ini adalah Pendekatan

Behavioristik dan Terapi Behavioristik.
1.3

Tujuan Penulisan
Dalam penyusunan dan penulisan makalah ini, penulis memiliki beberapa

tujuan diantaranya :
1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Klinis.
2. Untuk mengetahui dan memahami pendekatan behaviorisme.
1.4

Manfaat Penulisan
1. Diharapkan dapat menjadi sumber penambah wawasan bagi
pembaca terutama bagi penulis.
2. Dapat memenuhi tugas mata kuliah Psikologi Klinis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori Behavioristik
Dustin dan George (1977), yang dikutip oleh George and Cristiani (1981)
mengemukakan pandangan tentang perinsip dasar behavioristik yakni:
1.

Perilaku nyata dan terukur memiliki makna tersendiri, bukan sebagai

2.

perwujudan dari jiwa atau mental yang abstrak
Aspek mental dari kesadaran yang tidak memiliki bentuk fisik adalah pseudo

3.

problem untuk sciene, harus dihindari.

Penganjur utama adalah Watson :overt, observable behavior, adalah satu-

4.

satunya subyek yang sah dari ilmu psikologi yang benar.
Dalam perkembangannya, pandangan Watson yang

5.

dikembangkan lagi oleh para behaviorist dengan memperluas ruang
lingkup studi behaviorisme dan akhirnya pandangan behaviorisme juga

ekstrem

ini

menjadi tidak seekstrem Watson, dengan mengikutsertakan faktor-faktor
6.

internal juga, meskipun fokus pada overt behavior tetap terjadi.
Aliran behaviorisme juga menyumbangkan metodenya yang terkontrol dan

7.

bersifat positivistik dalam perkembangan ilmu psikologi.
Banyak ahli (a.l. Lundin, 1991 dan Leahey, 1991) membagi behaviorisme ke
dalam dua periode, yaitu behaviorisme awal dan yang lebih belakangan.
Behaviorisme memandang pula bahwa ketika dilahirkan, pada dasarnya

manusia tidak membawa bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan
stimulus yang diterimanya dari lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang buruk
akan menghasilkan manusia buruk, lingkungan yang baik akan menghasilkan
manusia baik. Karena behavioris memusatkan dirinya pada pendekatan yang
sungguh-sungguh objektif. Faktor-faktor lingkungan adalah faktor utama yang
bekerja untuk membentuk kepribadian seseorang. Pusat perhatian aliran ini adalah
proses dalam pendidikan dan cara mengajar manusia untuk memperoleh
kebiasaan-kebiasaan tertentu.
2.2 Teori tentang Dinamika Perilaku Manusia Implikasi Psikologi
Behavioristik

1. Pengkondisian Klasik
Menurut para penganut behaviorisme, kebanyakan reaksi spontan emosi
kita terjadi melalui proses pengkondisian klasik (classical conditioning), ketika
kita mengasosiasikan suatu respon spontan dengan stimulus yang tidak
berhubungan. .Misalnya, bau merek parfum tertentu mungkin membuat anda
merasa sangat sedih hingga anda menyadari bahwa parfum tersebut adalah parfum
yang digunakan kakek anda yang baru saja meninggal. Pada contoh ini, anda
membentuk asosiasiantara stimulus yang secara alamiah bersifat netral (parfum)
dengan stimulus yangsecara alamiah bersifat membangkitkan kenangan (kakek
yang sudah meninggal)yang menghasilkan suatu reaksi emosi (menjadi berlinang
air mata).
Hubungan ini terbentuk melalui pemasangan dua jenis stimulus secara
berulang-ulang. Stimulus netral disebut sebagai stimulus yang dikondisikan
(conditioned stimulus) karena menghasilkan respon sebelum pengondisian apapun
terjadi. Stimulus yang memunculkan sesuatu secara alami disebut stimulus tak
terkondisikan (unconditioned stimulus) karena menghasilkan respon sebelum
diberi pengkondisian apapun. Reaksi emosi yang diasosiasikan dengan stimulus
terkondisikan (parfum) disebut respon terkondisikan (conditioned response).
Sebelum

pengkondisian,

refleks

ini

disebut

respon

tak

terkondisikan

(unconditioned response) karena tidak diperlukan pembelajaran bagi anda untuk
menangis ketika anda teringat kakek anda.
2. Pengondisian operant
Pengondisian operan (operant conditioning) adalah proses pembelajaran
ketika individu memeperoleh seperangkat perilaku melalui penguatan. Kebalikan
dengan pengkondisian klasik, pengondisian operan melibatkan perilaku yang
tidak otomatis. Orang yang belajkar tersebut mencoba menjadi cakap untuk
menampilkan perilaku yang akan memberi hasil yang positif, seperti perhatian,
pujian atau pemuasan kebutuhan biologis. Prinsip pengondisian operan
dikembangkan oleh B.F. Skinner (1904-1990) yang gagasannya mengenai
perilaku menjadi dasar bagi filosofi sifat manusia didunia. Seseorang yang

memuaskan kebutuhan biologis (lapar, haus, sembuh dari luka, seks)
disebutpenguat primer karena mereka mendapat penghargaan secara intrinsic.
Perilaku juga digerakkan oleh penguat sekunder yang memperoleh nilai mereka
dari asosiasi dengan penguat primer.
Dalam pengondisian operant seperti halnya pada pengondisian klasik,
penguatan memiliki efek menyenangkan atau tidak menyenangkan. Saat tidak ada
penguatan, sebagian besar perilaku yang dipelajari cenderung berkurang dan
akhirnya hilang. Pengondisian operant juga dimaksudkan untuk menerapkan
perolehan penguasaan perilaku, mempelajari suatu bahasa atau menjadi musisi
yang mahir.
3. Pembelajaran sosial dan kognisi sosial
Para teoritikus yang mengusung teori belajar sosial tertarik untuk
memahami bagaimana orang mengembangkan gangguan psikolagis melalui
hubungan mereka dengan orang lain dan melalui obsevasi orang lain. Beberapa
teoritikus dalam perspektif ini juga memfokuskan diri pada kognisi sosial, faktorfaktor yang memengaruhi cara orang memersepsi dirinya dan orang dan serta
membentuk penilaian penyebab perilaku. Menurut pespektif-perspektif ini, tidak
hanya penguatan langsung yang memengaruhi perilaku, tetapi penguatan tidak
langsung juga dapat memengaruhi perilaku, ketika orang memperoleh perilaku
tersebut dengan melihat orang lain melakukan perilaku tersebut dengan orang lain
melakukan perilaku tertentu dan melihat mereka diberi penghargaan atau
hukuman. Evaluasi Perspektif Berbasis Perilaku. Mungkin hal utama yang
menarik dari perspektif perilaku adalah kesederhanaan dan ketergantungannya
pada konsep yang dapat diterjemahkan menjadi objek yang terukur.

2.3 Konsep Gangguan Psikologi Dari Perspektif Behavioristik
A. Ganguan perilaku menurut BF skinner

Perilaku Abnormal Skinner berpendapat bahwa perilaku abnormal
berkembang dengan prinsip yang sama dengan perilaku normal. Lebih jauh, ia
mengatakan bahwa perilaku abnormal dapat diubah menjadi perilaku normal
dengan memanipulasi lingkungan.
Perilaku Abnormal Kaum behavioris menyatakan: tingkah laku abnormal,
menyimpang (kalut, anarkitis, kacau, sakit, psikopatologis) adalah kebiasaankebiasaan yang maladaptif dalam cara penyesuaian dirinya. Maka, gangguan
mental itu adalah bentuk tingkah laku lahiriah atau eksternal; dan orang tidak
memandangnya sebagai produk dari konfik-konflik internal atau batiniah.
B. Perspektif Behavioristik (ganguan mental)
Pada bagian ini kita akan mendiskusikan dua perspektif yang berfokus
padaperilaku abnormal dan proses berfikir, yaitu perspektif perilaku dan
perspektif kogniti-perilaku. Menurut perspektif perilaku behavioral perspective,
abnormalitas disebabkan oleh pengalaman belajar yang keliru.
Perspektif Behaviorisme menyatakan bahwa perilaku abnormal dapat
berkembang melalui respon yang dipelajari dengan cara yang sama seperti
perilaku lainnya yang dipelajari, melalui classical conditioning, operant
conditioning, atau modeling. Para behavioris lebih memperhatikan perilaku
abnormal hasil dari perilaku yang bertahan disebabkan berbagai kejadian hadiah
atau hukuman yang mendorong pola respon yang bermasalah.
a) Classical conditioning
Classical conditioning dapat menimbulkan ketakutan patologis
dimana adanya stimulus netral diikuti dengan respon yang tidak
menyenangkan sehingga menimbulkan gangguan perilaku seperti phobia.

b) Operant conditioning

Adanya penguatan positif yang memperkuat tindakan negatif.
Seperti agresi verbal diikuti oleh pujian teman-temannya sehingga
perilaku tersebut terus berulang.
c) Modeling
Perilaku abnormal disebabkan karena mengamati orang lain. Orang
lain mendapat sesuatu yang positive ketika melakukan suatu hal, sehingga
pengamat cenderung untuk menirunya. Seperti minuman keras, karena
sang model menikmati minuman keras maka individu akan meniru sang
model untuk merasakan kenikmatan minuman tersebut tersebut.
Para ahli psikologi behavioristik memandang manusia tidak pada
dasarnya, memandang manusia sebagai pemberi respons (responder), sebagai
hasil dari proses kondisioning yang telah terjadi. Dustin &George(1977), yang
dikutip oleh George & Cristiani(1981), mengemikakan pandangan behavioristik
terhadap konsep manusia, yakni:
1. Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan
individu yang baik atau yang jahat, tetapi sebagai individu yang selalu
berada dalam keadaan sedang mengalami, yang memiliki kemampuan
untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
2. Manusia mampu mengkonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya
sendiri.
3. Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
4. Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan
perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.

C. Karakteristik Perilaku Bermasalah
Perilaku bermasalah dalam pandangan behaviorist dapat dimaknakan
sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku yang tidak tepat,
yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Perilaku yang salah

penyesuaian

terbentuk

melalui

proses

interaksi

dengan

lingkungannya.

Behaviorist memandang perilaku yang bermasalah adalah sebagai berikut:
a.

Tingkah laku bermasalah adalah tingkah laku atau kebiasaan-kebiasaan
negatif atau tingkah laku yang tidak tepat yaitu tingkah laku yang tidak
sesuai dengan tuntutan lingkungan.

b.

Tingkah laku yang salah hakikatnya terbentuk dari cara belajar atau
lingkungan yang salah.

c.

Manusia yang bermasalah itu mempunyai kecenderungan merespon
tingkah laku negatif dari lingkungannya. Tingkah laku maladaptif terjadi
juga karena kesalah pahaman dalam menanggapi lingkungan dengan tepat.

d.

Seluruh tingkah laku manusia didapat dengan cara belajar da juga tingkah
laku tersebut juga dapat diubah dengan menggunakan prinsip-prinsip
belajar

D. Identifikasi Gangguan Psikologis dengan Pendekatan Behaviorisme
Orientasi behaviorisme dalam pendekatan dan penyembuhan gangguan
psikologis didasarkan atas teori-teori behaviorisme, antara lain prinsip-prinsip
kondisioning klasik, kondisioning operan dan belajar sosial. Untuk pendekatan
behaviorisme dapat digunakan skema (dalam Kanfer & Philips, dalam Suwondo,
1980)

S–O–R–K–C

S = stimulus

C = concequence, akibat

O = organisme

K = contigency, kedekatan

R

=

respon

Salah satu asumsi model belajar untuk memahami gangguan jiwa adalah
bahwa gangguan jiwa merupakan respons yang tidak cocok (inapropriate) yang

terbentuk melalui proses belajar dan dapat bertahan karena adanya penguat yang
mempertahankannya. Neurosis adalah ‘an inapropriate response affecting your
life’.
Dalam interview, tidak perlu digali peristiwa-peristiwa di masa lampau
dan konflik-konflik yang tidak didasari seperti halnya dalam pendekatan
psikoanalisis. Pendekatan behaviorisme tidak melihat adanya peran semua itu.
Yang penting untuk memahami dan menyembuhkan suatu simtom adalah keadaan
masa kini yang langsung mencetuskan simtom tersebut. Suatu simtom hanya
diperhatikan kuantitasnya, apakah berlebihan (excess) atau kekurangan (deficit).
Contoh simtom defisit misalnya anak yang ‘malas belajar’ atau kasus R yang
‘kurang mau peduli terhadap lingkungan keluarga’.
2.4 Pengertian Pendekatan Behavioristik
Terapi dengan pendekatan behaviorisme dinamakan behavior therapy.
Tetapi

pada psikoanalisis disebut dengan insight therapy. Perbedaan antara

insight therapy dan behavior therapy adalah :insight therapy (dinamakan juga
terapi tradisional) yang dipelopori oleh Freud pada dasarnya masih
mempertahankan model penyakit yang diterapkan pada keadaan mental. Pusat
perhatian terapis adalah pada masa lalu yang dianggap sebagai sumber
permulaan gangguan. Konflik-konflik dimasa lalu yang tidak disadari itu harus
disadarkan agar terjadi penyembuhan. Behavior therapy memusatkan perhatian
tingkah laku yang dapat diobservasi dan tidak mencari determinan-determinan di
dalam diri individu, melainkan mencari determinan-determinan luar dari suatu
tingkah laku patologis.
Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam
menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan
dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup,yang dilakukan melalui
proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif,lalu mampu
menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien.
Aktifitas inilah yang disebut dengan belajar.

Terapi perilaku (Behaviour therapy)pendekatan untuk psikoterapi yang
didasari oleh Teori Belajar (Learning Theory) yang bertujuan untuk
menyembuhkan

psikopatologi

seperti

:

depression,anxiety

disorders,phobias,dengan memakai teknik yang didesain menguatkan kembali
perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
2.5 Konsep Pendekatan Belajar
Skinner

Pavlov, Dolland

Bandura

Struktur

Respon

& Miller
atau respon

kepribadian
Dinamika

operan

kebiasaan

Kondisioning

Kondisioning

Meniru

operan

klasik

social learning

Tidak penting

Tidak penting

Tidak penting

Utama

Utama

Utama

kepribadian
(proses)
Masa lalu /
kini
Masa kini
Alam

tak

sadar
Alam sadar
Tingkah
laku

atau

Perilaku

-

-

-

Penting

Penting

Penting

Hasil

belajar Hasil

yang salah
yang salah
abnormal
Sumber : Pervin, hal 93, Hall, et.al, hal 98

model

belajar Model yang tidak
adekuat

2.6 Tujuan dan Kegunaan Teori Behavioristik
Pendekatan behavioristik merupakan usaha untuk memanfaatkan secara
sistematis pengetahuan teoritis dan empiris yang dihasilkan dari penggunaan
metode eksperimen dalam psikologi untuk memahami dan menyembuhkan pola
tingkah laku abnormal. Untuk pencegahan dan penyembuhan abnormalitas
tersebut dimanfaatkan hasil studi eksperimental baik secara deskriptif maupun
remedial. Pendekatan behavior bertujuan untuk menghilangkan tingkah laku

yang salah suai dan membentuk tingkah laku baru. Pendekatan tingkah laku
dapat digunakan dalam menyembuhkan berbagai gangguan tingkah laku dari
yang sederhana hingga yang kompleks, baik individual maupun kelompok.
Menurut Corey (1988) tujuan pendekatan behavioristik adalah sebagai
refleksi masalah konseli, dasar pemilihan dan penggunaan strategi konseling dan
sebagai kerangka untuk menilai hasil konseling. Karakateristik pendekatan
behavioristik yang dikemukakan oleh Eysenck, adalah pendekatan tingkah laku
yang ;
a.

Didasarkan pada teori yang dirumuskan secara tepat dan konsisten yang

b.

mengarah kepada kesimpulan yang dapat diuji.
Berasal dari hasil penelaahan eksperimental yang secara khusus

c.

direncanakan untuk menguji teori-teori dan kesimpulannya.
Memandang simptom sebagai respons bersyarat yang tidak sesuai (un-

d.
e.

adaptive conditioned responses).
Memandang simptom sebagai bukti adanya kekeliruan hasil belajar.
Memandang bahwa simptom-simptom tingkah laku ditentukan
berdasarkan perbedaan individual yang terbentuk secara conditioning dan

f.

autonom sesuai dengan lingkungan masing-masing.
Menganggap penyembuhan gangguan neurotik sebagai pembentukan

g.

kebiasaan (habit) yang baru.
Menyembuhkan simptom secara langsung dengan jalan menghilangkan
respon bersyarat yang keliru dan membentuk respon bersyarat yang

h.

diharapkan.
Menganggap

bahwa

pertalian

pribadi

tidaklah

esensial

bagi

penyembuhan gangguan neurotik, sekalipun untuk hal-hal tertentu yang
kadang-kadang diperlukan.

2.7 Karakteristik Dasar dan Asumsi
Enam karakteristik kunci dari terapi perilaku dijelaskan di bawah ini :

1. Terapi Perilaku didasarkan pada prinsip-prinsip dan prosedur dari
metode ilmiah.
2. Behavior therapy berhadapan dengan maslah klien saat ini dan
faktor-faktor yang mempengaruhinya.
3. Dalam behavior therapy,klien diharapkan melakukan tindakantindakan spesifik untuk menghadapi masalah mereka.
4. Secara umum,behavior therapy sebisa mungkin membawa klien
pada lingkungan yang natural (yang sebenarnya).
5. Prosedur behavioral dibuat agar cocok dengan kebutuhan masingmasing klien yang unik.
6. Praktek terapi behavioral didasarkan pada hubungan patner yang
kolaboratif antara terapis dan klien.

2.8 Teknik-Teknik Terapi Behavioristik
Lesmana (dalam Lubis,2011)membagi teknik terapi behavioristik dalam
dua bagian, yaitu:
1. Teknik-Teknik Tingkah Laku Umum
Teknik ini terdiri dari beberapa bentuk,yaitu :
a) Skedul Penguatan
Adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah
laku yang baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien.
b) Shaping
Adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku
baru secara bertahap.
c) Ekstingsi
Adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku
maladaptif tidak berulang.
2. Teknik-Teknik Spesifik
Teknik ini terdiri dari beberapa bagian,yaitu :
a) Desensitisasi sistematis
Adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi
tingkah laku desensitisasi sistematis digunakan untuk menghapus

tingkah laku yang diperlukan secara negative,dan menyertakan
kemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan.
b) Terapi Implosive dan Pembanjiran
Adalah sebuah teknik yang terdiri atas permunculan stimulus
berkondisi secara berulang-ulang tanpa pemberian perkuatan.
c) Latihan Asertif
Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang
mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya
layak atau benar.
d) Pengkondisian Aversi
Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku
simtomatik

dengan

cara

menyajikan

stimulus

yang

tidak

menyenangkan,sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut
terhambat kemunculannya.
e) Pembentukan Perilaku Model
Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku baru pada
klien,memperkuat

perilaku

yang

sudah

terbentuk

dengan

menunjukkan kepada klien tentang perilaku model,baik menggunakan
model audio,model fisik atau lainnya yang dapat diamati dan
dipahami jenis perilaku yang akan dicontoh.
f)

Kontrak Perilaku
Kontrak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih
(konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien.
Dalam terapi ini konselor memberikan ganjaran positif yang penting

dibandingkan memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.
g) Token Ekonomi
Token ekonomi dapat digunakan untuk membentuk tingkah laku
apabila persetujuan dan pemerkuat yang tidak bisa diraba lainnya
tidak memberikan pengaruh. Dalam token ekonomi, tingkah laku yang
layak bisa diperkuat dengan perkuatan yang nyata yang nantinya bisa
ditukarkan dengan objek atau hak istimewa yang diinginkan. Tujuan
prosedur ini adalah mengubah motivasi yang ekstrinsik menjadi
motivasi yang intrinsik. Diharapkan bahwa perolehan tingkah laku

yang diinginkan akhirnya dengan sendirinya akan menjadi cukup
mengganjar untuk memelihara tingkah laku yang baru.

2.9 Proses Terapi
Praktisi berorientasi perilaku cenderung aktif dan direktif dan berfungsi
sebagai konsultan dan pemecah masalah. Mereka memperhatikan petunjuk yang
diberikan oleh klien, dan mereka bersedia untuk mengikuti firasat klinis mereka.
Praktisi perilaku harus memiliki keterampilan, sensitivitas, dan ketajaman klinis
(Wilson, 2008). Mereka menggunakan beberapa teknik umum untuk pendekatan
lain, seperti meringkas, refleksi, klarifikasi, dan terbuka pertanyaan. Bagaimana
terapis perilaku melakukan fungsi lain yaitu (Miltenberger, 2008; Spiegler &
Guevremont, 2003):


Berdasarkan

penilaian

fungsional

merumuskan

tujuan

pengobatan

yang
awal

komprehensif,
dan

desain

terapis
serta

mengimplementasikan rencana perawatan untuk mencapai tujuan
tersebut.


Klinisi perilaku menggunakan strategi yang memiliki dukungan
penelitian untuk digunakan dengan jenis tertentu dari masalah. Strategi
ini digunakan untuk mempromosikan generalisasi dan pemeliharaan
perubahan perilaku.



Dokter mengevaluasi keberhasilan rencana perubahan dengan mengukur
kemajuan menuju tujuan sepanjang durasi pengobatan. Ukuran hasil
yang diberikan kepada klien pada awal pengobatan (disebut baseline)
dan dikumpulkan lagi berkala selama dan setelah perawatan untuk
menentukan apakah strategi dan rencana pengobatan bekerja. Jika tidak,
berilah nilai yang sesuai yang dibuat dalam strategi yang digunakan.



Tugas utama terapis adalah untuk melakukan penilaian tindak lanjut
untuk melihat apakah perubahan tahan lama dari waktu ke waktu.
Klien belajar bagaimana mengidentifikasi dan mengatasi kemunduran
potensial. Penekanannya adalah membantu klien mempertahankan

perubahan dari waktu ke waktu dan memperoleh keterampilan koping
perilaku dan kognitif untuk mencegah timbulnya kembal perilaku yang
ingin dirubah.
A. Kelebihan dan Kelemahan Behaviour Therapy
Kelebihan :
a. Ada hasil konkret atau nyata yang didapat (yaitu perubahan
perilaku). Jika client centered therapy,humanistic,dan lain-lain
lebih bersifat abstarak dan menekankan pada insight yang
diperoleh klien.
b. Pembuatan tujuan terapi antara terapis dan klien diawal sesi
terapi dan hal itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi.
c. Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan
selalu diperbaharui.
d. Waktu konseling relatif singkat.
e. Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam
penetapan tujuan dan pemilihan teknik.
Kelemahan :
a. Behavior therapy dapat mengubah perilaku,tetapi tidak mengubah
perasaan.
b. Behavior therapy tidak menimbulkan insight.
c. Behavior therapy lebih mementingkan memperlakukan simtomsimtomnya daripada penyebab
d. Behavior therapy meliputi kontrol dan manipulasi oleh terapis.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Analisis Film
Dari film “miracle worker” yang menceritakan seorang anak bernama
Hellen Kelleryang merupakan ABK (Anak Berkebutuhan Khusus) yaitu tuna
netra, tuna rungu, tuna wicara. Ibu Hellen, Catie Keller selalu memberikan
permen kepada Hellen ketika ia mengamuk, guna menenangkannya. Meskipun
pada akhirnya hal tersebut tidak disetujui oleh Ny. Sullivan (pengasuh Hellen)
karena ibunya memberikan hadiah ketika Hellen melakukan kesalahan. Hal itu
membuat Hellen merasa bahwa apa yang dilakukannya itu benar.
Kemudian Ny. Sullivan memberikan suatu terapi yang berfokus untuk
memodifikasi atau mengubah perilaku Hellen. Seperti perilaku atau respon yang
dilakukan dalam suatu lingkungan dan menghasilkan konsekuensi-konsekuensi
tertentu seperti pada saat Hellen menampar pengasuhnya kemudian si pengasuh

memberikan respon dengan menampar balik supaya Hellen tau bahwa perilakunya
tersebut menyakiti orang. Dan setiap kali Hellen melakukan perilaku yang tidak
baik kepada Ny. Sullivan, kemudian dibalas dengan perlakuan yang sama oleh Ny.
Sullivan kepada Hellen. Dalam hal ini Ny. Sullivan memberikan punishment atas
perilaku tidak baik Hellen.
Selanjutnya Ny. Sulivan membiasakan Hellen menggunakan sandi tangan
untuk memahami segala sesuatu yang ada di sekitarnya, bahkan mengajaknya
berkeliling agar mengetahui dan memahami semuanya itu. Hingga akhirnya
Hellen dapat memahami apa yang diajarkan Ny. Sullivan melalui pembiasaanpembiasaan (conditioning). Seperti mengajari Hellen mengeja kata “cake”
sebelum memberinya kue dan lain sebagainya. Selain itu hal tersebut juga
dilakukan secara berulang-ulang (teori pembiasaan perilaku respon). Selain itu,
Ny. Sullivan juga membiasakan Hellen makan menggunakan piring sendiri,
sendok dan garpu sehingga ia menjadi terbiasa melakukan hal tersebut
(pembiasaan/conditioning) serta dilakukan berulang-ulang hingga Hellen mampu
melakukannya (teori pembiasaan perilaku respon).
Akhirnya setelah dilakukan pembiasaan (conditioning), Hellen mampu
memahami bagaimana menggunakan sandi tangan untuk berkomunikasi dengan
orang lain dan membuatnya memahami bahwa perilaku yang dilakukannya tidak
baik dan tidak normal.
Behavioral Therapy (Terapi Perilaku)
Terapi perilaku berusaha menghilangkan masalah perilaku khusus secepatcepatnya dengan mengawasi perilaku belajar si pasien. Operan conditioning
adalah modifikasi perilaku yang dipertajam atau ditingkatkan frekuensi terjadinya
melalui pemberian reinforcement. Lingkungan sosial digunakan untuk membantu
seseorang dalam meningkatkan kontrol terhadap perilaku yg berlebihan atau
berkurang (Murray & Wilson).

BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Dalam perspektif behavior gangguan psikologis dapat ditangani dengan
Behavior therapy. Behavior therapy memusatkan perhatian tingkah laku yang
dapat diobservasi dan tidak mencari determinan-determinan di dalam diri
individu, melainkan mencari determinan-determinan luar dari suatu tingkah laku
patologis. The here and now is what maintains the behavior, not the lack of
insight. Teknik-teknik dalam behavior therapy sangat bermacam-macam, sama
seperti jenis simtom yang ada. Tidak seperti insight therapy yang menggunakan
teknik seragam untuk semua jenis gangguan. Ini disebabkan karena dalam
psikoterapi tradisional tujuannya adalah mencapai insight , dan bukan suatu
proses belajar gaya conditioning.
Kelebihan teori Behaviour Therapy yaitu:



Ada hasil konkret atau nyata yang dapat (yaitu perubahan perilaku). Jika
client contered therapy, humanistic, dan lain-lain lebih bersifat abstrak dan
menekankan pada insight yang diperoleh klien.



Pembuatan tujuan terapi antara terapis dan klien diawal sesi terapi dan hal
itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi.



Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu
diperbaharui.



Waktu konseling relatif singkat.



Kolaborasi yang baik antara kenselor dan konseing dalam penetapan
tujuan dan pemilihan teknik.

Kelemahan:


Behavior therapy dapat mengubah perilaku, tetapi tidak mengubah
perasaan.



Behavior therapy tidak menimbulkan insight.



Behavior

therapy

lebih

mementingkan

memperlakukan

simtom-

simtomnya daripada penyebab.


Behavior therpy meliputi kontrol dan manipulasi oleh terapis.

4.2 SARAN
Bentuk terapi konseling yang dibahas dalam makalah singkat ini dapat
digunakan untuk terapi klien yang mengalami permasalahan dalam bertingkah
laku. Dalam penerapan model konseling ini hendaknya konselor memiliki
keahlian dan kerampilan yang benar-benar sesuai dan profesional pada bidangnya.

DAFTAR PUSTAKA

Atkinson, R.L., R.C. Atkinson & E.R Hilgard. (1993). Pengantar psikologi.
Nurjanah Taufig. Jakarta: Erlangga.
Corey,Gerald.(1996).Theory and Practice of Counseling and Psycotherapy.USA :
Brooks Cole.
Corey, G., Corey, MS., and Callanan, P,. (1988). Issues and Ethiics in The
Helping Proffesion. Third Edition. Belmont : Brooks/Cole-Thomson
Learning.
Corey,G. (2007). Teori dan Praktek Konseling dan Psikologi terapi.Bandung :
PT.Refika Aditama.
Hall, C. S., Lindzey, G., & Campbell, J. B. (1998). Theories of personality (4th
ed.) NY: John Wiley & Sons.

Pervin, L. A., Cervone, D., & John, O. P. (2005). Personality: Theory and
research (9th ed.). NJ: John Wiley & Sons.
Psychology

and

Me,2016.

Teknik-TeknikTerapi

Behavioristik

(online)

(http://fauziahziah23.blogspot.co.id) diakses pada 10 April 2017.
Tisatiso,2013.Behavior Therapy(online), (http://hayatisaputriyana.blogspot.co.id)
diakses pada 10 April 2017.