SPESIFIKASI TEKNIS PINTU AIR 1

SPESIFIKASI TEKNIS

Pasal 1:
URAIAN PEKERJAAN
1.1. LINGKUP PEKERJAAN
Pekerjaan yang akan dilaksanakan pada Pembangunan Pintu Air meliputi
pekerjaan:
1.

Pekerjaan Persiapan

2.

Pekerjaan Tanah &Pondasi

3.

Pekerjaan Beton Cor Pintu Air

4.


Pekerjaan Lantai Luar

5.

Pekerjaan Tangga

6.

Pekerjaan Lain-Lain

1.2. SARANA BEKERJA
Untuk kelancaran pelaksanaan pekerjaan, pemborong harus menyediakan:
-

Tenaga kerja/tenaga ahli yang memadai dengan jenis pekerjaan yang akan
dilaksanakan

-

Alat-alat yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pekerjaan.


-

Bahan-bahan bangunan dalam jumlah yang cukup untuk setiap pekerjaan yang
akan dilaksanakan tepat pada waktunya.

1.3. CARA PELAKSANAAN
Pekerjaan harus dilaksanakan dengan penuh keahlian, sesuai dengan ketentuanketentuan dalam Rencana Kerjas dan Syarat-syarat (RKS), gambar rencana, berita
acara penjelasan serta mengikuti petunjuk dan keputusan Pengawas Lapangan /
Direksi.

Pasal 2
PETUNJUK UMUM
2.1. SIFAT PEKERJAAN
Dalam pelaksanaan Pembangunan Pintu Air Kabupaten Aceh Tamiang Tahun
Anggaran 2015 yang sangat diperlukan perhatian

adalah masalah Konstruksi

Bangunan, agar para pengguna bangunan ini merasa aman dan nyaman.

Tercakup

dalam

pengertian

pekerjaan

struktur

disini,

adalah

meliputi

pembangunan, penyelesaian, pemeliharaan pekerjaan, penyediaan tenaga kerja,
material, alat-alat pelaksanaan, pekerjaan sementara dan segala sesuatu yang
secara permanen atau temporer diperlukan dalam pembangunan, penyelesaian dan
pemeliharaan, ditentukan dalam Kontrak.


2.2. SYARAT UMUM PELAKSANA PEKERJAAN
Dalam pelaksaan pekerjaan proyek Pembangunan Pintu Air Kabupaten Aceh
Tamiang ini, Penyedia wajib memiliki Peralatan dan Pekerja, minimum peralatan
yang menunjang dalam pelaksaan pekerjaan pintu air dan pekerja yang telah ahli
dalam bidangnya.

2.3. PIHAK-PIHAK YANG TERKAIT
Pihak-pihak yang terkait dalam Pelaksaan Proyek adalah sebagai berikut :
1.

Owner, berarti Perusahaan/Badan atau perorangan sebagai Pemilik Proyek
(Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang).

2.

Direksi Teknis, berarti Perusahaan/Badan atau perorangan yang merupakan
anggota dari Pemilik Proyek (Dinas PU Kabupaten Aceh Tamiang).

3.


Konsultan perencana, berarti Perusahaan/Badan atau perorangan yang
ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk melakukan perencanaan pada proyek ini,
khususnya dalam hal ini adalah Perencanaan Konstruksi.

4.

Konsultan Pengawas, berarti Perusahaan/Badan yang ditunjuk oleh Pemilik
Proyek untuk melakukan Pengawasan atau menjadi Management Konstruksi
untuk pekerjaan pembangunan proyek ini.

5.

Penyedia, berarti Perusahaan/Badan yang ditunjuk oleh Pemilik Proyek untuk
mengerjakan pembangunan proyek ini.

Pasal 3
PERATURAN TEKNIS PEMBANGUNAN YANG DIGUNAKAN
3.1. ACUAN PENGENDALIAN SELURUH PEKERJAAN
Dalam melaksanakan pekerjaan, kecuali bila ditentukan lain dalam Rencana Kerja

dan Syarat-syarat (RKS) ini, berlaku dan beberapa acuan pengandalian seluruh
pekerjaan adalah sebagai berikut :
1.

Seluruh pelaksanaan pembangunan proyek ini harus mengacu pada
standar dan peraturan-peraturan sebagai berikut :
-

Peraturan-peraturan Standar Nasional Indonesia (SNI).

-

Peraturan Semen Portland Indonesia, 1972, NI. No-8.

-

Peraturan Pembangunan Pemerintah Daerah setempat.

-


Ketentuan-ketentuan Umum untuk pelaksanaan Pemborongan Pekerjaan
Umum (AV) No. 9 tanggal 28 Mei 1941 dan Tambahan Lembaran Negara
No. 1457.

-

Petunjuk-petunjuk dan peringatan-peringatan lisan maupun tertulis yang
diberikan Perencana/M.K.

-

Peraturan Beton Indonesia ( NI.2-1971 )

-

Bahan-bahan dalam segala hal harus memenuhi ketentuan – ketentuan
PBI 1971.

Dan peraturan-peraturan lain yang berlaku dan dipersyaratkan berdasarkan
bangunan perumahan di Indonesia yang belum tercantum di atas, serta


mendapat persetujuan Perencana dan Pengawas.
2.

Penyedia harus melaksanakan seluruh pekerjaan menurut dokumen kontrak,
instruksi-instruksi tertulis dari Perencana.

3.

Pengawas berhak memeriksa pekerjaan yang dilaksanakan oleh Penyedia.
Pada setiap saat, kelalaian Perencana dalam pengontrolan/pengawasan
Terhadap kesalahan yang dilakukan Penyedia. Penyedia tetap bertanggung
jawab untuk memperbaiki sampai dengan disetujui Perencana dengan seluruh
biaya ditanggung Penyedia.

4.

Pekerjaan yang tidak memenuhi syarat-syarat peleksanaan (spesifikasi)
atau gambar-gambar dan instruksi tertulis dari Perencana atau Pengawas
harus diperbaiki dengan semua biaya yang diperlukan untuk ini menjadi

tanggung jawab Penyedia.

5.

Semua bahan yang akan dipakai atau digunakan untuk proyek ini harus
mendapat persetujuan dari Perencana.

6.

Ukuran yang tertera dan terulis pada gambar dan spesifikasi ini adalah ukuran
jadi, bukan ukuran bahan baku.

7.

Apabila terdapat perbedaan antara gambar dengan spesifikasi ini maka,
Penyedia wajib melaporkannya dengan tertulis kepada Perencana untuk
dibuatkan putusannya. Penyedia tidak diperkenankan mengambil keputusan
sendiri.

Pasal 4

KUASA KONTRAKTOR DILAPANGAN
1.

Di lapangan pekerjaan, Kontraktor wajib menunjukkan seorang kuasa
Kontraktor atau biasa disebut pelaksana yang cakap untuk memimpin
pelaksanaan pekerjaan di lapangan dan mendapat kuasa penuh dari kontraktor,
berpendidikan minimum Sarjana Teknik Sipil atau sederajat dengan
pengalaman minimum 3 (tiga) tahun atau SMA dengan pengalaman minimum

7 (tujuh) tahun.
2.

Kontraktor wajib memberitahu secara tertulis kepada TIM Pengelola Teknis
dan Pengawas Lapangan / Direksi, nama dan jabatan pelaksana untuk
mendapat persetujuan.

3.

Dengan adanya pelaksana, tidak berarti bahwa kontraktor lepas tanggung
jawab sebagian maupun keseluruhan terhadap kewajibannya.


4.

Bila kemudian hari, menurut pendapat Tim Pengelola Teknis dan Pengawas
Lapangan/Direksi Pelaksana kurang mampu atau tidak cukup cakap
memimpin pekerjaan, maka akan diberitahukan kepada kontraktor secara
tertulis untuk mengganti pelaksana.

5.

Dalam waktu 7 (tujuh) hari setelah dikeluarkan surat pemberitahuan,
Kontraktor harus menunjuk Pelaksana baru atau Kontraktor sendiri
(Penanggung

Jawab /

Direktur Perusahaan)

yang akan memimpin

pelaksanaan.

Pasal 5
PEKERJAAN PERSIAPAN
5.1. PEMBERSIHAN LAPANGAN
Pembersihan lapangan harus segera dilaksanakan dengan cara membersihkan site
yang akan dibangun dari rumput/ tanaman/ pohon/sampah organic/non organic
sehingga dapat merusak konstruksi dengan luasan ± 100 m2. Sebelum pekerjaan
ini dimulai, penyedia harus menyiapkan semua kebutuhan yang diperlukan
dilapangan atas biaya sendiri untuk menunjang terlaksanya pekerjaan ini antara
lain sebagai berikut:
1.

Pada tahap persiapan Pelaksana sudah harus segera memobilisasi peralatan
kerja dan semua bahan yang diperlukan untuk pelaksanaan dilapangan.

2.

Peralatan kerja harus sudah siap, setelah kontrak ditanda tangani atau sebelum
Surat Perintah Kerja diterbitkan, dimana sebelumnya akan diperiksa oleh
direksi tentang persiapan tersebut.

5.2. PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK (Setting Out)
5.2.1. Pengukuran
-

Kontraktor harus menyediakan alat-alat ukur sepanjang masa pelaksanaan
berikut ahli ukur yang berpengalaman dan setiap kali apabila dianggap perlu
siap untuk mengadakan pengukuran ulang.

-

Penentuan titik ketinggian dan sudut-sudut hanya dilakukan dengan alat-alat
waterpass/ theodolite yang ketepatannya dapat dipertanggung-jawabkan.

-

Pengukuran sudut siku prisma atau benang secara azas segitiga phytagoras
hanya diperkenankan untuk bagian-bagian kecil yang disetujui oleh Direksi
Pengawas.

-

Letak dinding disesuaikan dengan gambar kerja.

-

Pemborong harus membuat ukuran duga tetap diluar bangunan.

-

Ukuran ketinggian lantai ± 0.00 dalam gambar kerja ditetapkan bersamasama di lapangan.

5.2.2. Bouwplank
-

Bouwplank terbuat dari papan yang bagian atasnya diserut dan dibagikan
pada patok kayu persegi 5/7 cm yang tertanam dalam tanah cukup kuat.

-

Pemasangan papan bouwplank dilaksanakan pada jarak maksimum 1,5 m
satu sama lain.

-

Papan dasar pelaksanaan (bouwplank) dibuat dan Kayu Kelas III (sembarang
Keras atau Sejenisnya ) , dengan ukuran tebal 3 cm, Iebar 20 cm.

-

Pemasangan harus kuat dan menggunakan sipat datar (waterpass)

-

Pada papan dasar pelaksanaan (bouwplank) harus dibuat tanda-tanda yang
menyatakan as-as dan atau level/peil-peil dengan wama yang jelas dan tidak
mudah hilang jika terkena air/hujan.

-

Tinggi sisi atas papan patok ukur harus sama satu dengan lainnya, kecuali
dikehendaki lain oleh Direksi Pengawas.

-

Papan dasar pelaksanaan dipasang sejauh 100 cm dari sisi luar galian tanah
pondasi.

-

Setelah selesai pemasangan papan dasar pelaksanaan Kontraktor harus
melaporkan kepada Direksi Pengawas.

5.3. PEKERJAAN PENDAHULUAN
1.

Sebelum memulai pekerjaan pemborong harus memberitahu pengawas
lapangan / Direksi Teknis yang telah ditunjuk.

2.

Pekerjaan harus dilaksanakan dengan baik dan rapi sesuai dengan ketentuanketentuan dalam spesifikasi ini / syarat-syarat teknis / gambar rencana, serta
mengikuti petunjuk dari Direksi Teknis dan Konsultan Supervisi. Semua
ukuran dan persyaratan bahan yang ditentukan dalam bestek ini harus
dipenuhi oleh pemborong.

3.

Mobilisasi alat-alat yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan dilapangan
dilaksanakan dengan baik.

4.

Pekerjaan pasang papan proyek
a.

Pemborong harus membuat papan nama proyek yang ditetapkan pada
bagian depan bangunan dan dapat dilihat dengan jelas.

b.

Bahan yang digunakan adalah papan dengan dilapisi seng yang diberi
warna cat dasar putih dan diberi tulisan dengan warna hitam.

c.

d.

Tulisan yang tercantum adalah sebagai berikut:
-

Nama Proyek

-

Nama Pekerjaan

-

Harga Borongan

-

Jangka Waktu Pelaksanaan

-

Konsultan Pengawas

-

Waktu Mulai Pelaksanaan

Papan tersebut dipasang pada dua buah tiang kayu ukuran 5/7 cm yang
ditanam kuat dalam tanah.

Pasal 6
PEKERJAAN TANAH & PONDASI
6.1

PEKERJAAN GALIAN
1.

Galian tanah untuk pondasi dan galian lainnya harus dilakukan menurut
ukuran dalam, lebar dan sesuai dengan elevasi seperti yang tercantum di
dalam gambar rencana.

2.

Akar pohon-pohon yang terdapat di bagian pondasi harus dibongkar dan
dibuang, begitu juga bila terdapat bahan atau benda lain yang akan
mengganggu pekerjaan pondasi.

3.

Penggalian melebihi batas yang ditentukan harus diurug kembali dengan
material yang disetujui oleh Direksi/KonsultanPengawas sehingga mencapai
kerataan yang ditetapkan dan urugan harus dipadatkan secara mekanis.

4.

Kontraktor harus menjaga agar lubang-lubang galian pondasi tersebut bebas
dari longsoran-longsoran tanah dikiri dan dikanannya (bila perlu dilindungi
dengan konstruksi penahan tanah) dan bebas dari genangan air (bila perlu
dipompa) sehingga pekerjaan pondasi dapat dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan spesifikasi.

5.

Tanah sisa galian yang tidak dipakai harus di angkut dan di buang terutama
ketempat

yang

telah

disiapkan

atas

petunjuk

Direksi/Konsultan

Pengawas/Manajemen Konstruksi.
6.

Toleransi yang dapat diterima untuk galian adalah ±10 mm terhadap kerataan
yang ditentukan.

7.

Pekerjaan galian mencakup galian pondasi Foot Plate,Sloff dan lain-lain
sesuai yang tercantum dalam gambar rencana.

8.

Kontraktor wajib mempelajari semua gambar Struktur yang berhubungan
dengan pekerjaan-pekerjaan dibawah permukaan tanah.

9.

Elevasi galian pada pondasi dan sarana-sarana lain seperti tercantum dalam
gambar.

6.2. PEKERJAAN URUGAN TANAH DAN PASIR
1.

Pekerjaan ini mencakup pengambilan, penangkutan, penghamparan dan
pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk bahan urugan,
urugan kembali tanah hasil galian.

2.

Bahan hasil galian pondasi dapat dipergunakan, apabila memenuhi syarat
sebagai bahan urugan.

3.

Jenis bahan urugan biasa adalah tanah berbutir atau sirtu yang disetujui
pengawas. Bahan Urugan pasir adalah menggunakan pasir yang telah disetujui
Direksi Keet/Konsultan Pengawas harus bersih dari humus dan tumbuhtumbuhan, serta bahan lain yang menganggu.

4.

Penimbunan harus dilakukan lapis perlapis ( maksimum 30 cm) sambil
disiram dengan air dan dipadatkan dengan alat pemadat roller vibrator atau
stamper.

5.

Urugan Pasir bias diperuntukan urugan pada galian pondasi, urugan
penggalian lantai dan urugan lainnya yang diperlukan.

6.

Urugan npasir diperuntukan pada urugan bawah pondasi , dibawah lantai kerja
dan urugan lainnya yang diperlukan.

7.

Elevasi ketinggian level urugan sesuai yang ditunjuk dalam gambar rencana.
Semua pekerjaan urugan harus dipadatkan sesuai syarat-syarat pemadatan.

6.3. PEMADATAN URUGAN
1.

Pemadatan urugan dilakukan lapis demi lapis dengan ketebalan maximum 30
cm, nilai kepadatan sekurang-kurangnya mencapai ± 90% dari optimum dry
density.

2.

Pemadatan dapat dilakukan dengan mesin gilas dan stamper. Bagian-bagian
yang dianggap dapat merusak saluran atau pekerjaan – pekerjaan lain sesuai
petunjuk Konsultan Pengawas, tidak diizinkan memakai mesin penggilas.

3.

Pemadatan pada pondasi dimana dasar pondasi harus diurug dulu maka syarat
pengurugan seperti diatas harus di penuhi dengan kepadatan 95 % dari
optimum dry density.

6.4. PONDASI BATU GUNUNG
Batu gunung tentunya batu yang berasal dari gunung. Mengapa harus digunakan
batu gunung dalam membuat pondasi dikarenakan bangunan bisa bertahan kuat
dan lebih tahan lama dikarenakan bagian ini menerima beban bangunan untuk
diteruskan ke tanah dasar. Berikut rincian tahap pekerjaan Pondasi Batu gunung :
1.

Pondasi bangunan menggunakan batu gunung dengan ukuran buah kelapa
atau mangga.

2.

Pasangan pondasi adalah dari batu gunung dengan perekat campuran semen
dan pasir dengan perbandingan 1 : 4

3.

Celah-celah yang besar antara batu setelah direkatkan diisi lagi denganbatu
yang lebih kecil yang cocok padatnya.

4.

Pasangan Pondasi tidak saling bersentuhan dan selalu ada perekat
diantaranya hingga rapat.

Pasal 7
PEKERJAAN BETON

Pekerjaan beton meliputi seluruh material, tenaga dan peralatan yang diperlukan untuk
melaksanakan pekerjaan beton. beberapa Material seperti Semen, Pasir, Koral / Split,
Air dan Besi Beton.
7.1. SEMEN
Bahan baku semen untuk pelaksanaan pekerjaan ini harus memenuhi beberapa
kriteria umum:
1.

Semen yang dipergunakan untuk pekerjaan beton harus semen Portland yang
memenuhi SNI 15-2049-1994 kecuali jenis IA, IIA, IIIA dan IV. Apabila
menggunakan bahan tambahan yang dapat menghasilkan gelembung udara,

maka gelembung udara yang dihasilkan tidak boleh lebih dari 5%, dan harus
mendapatkan persetujuan dari Direksi Pekerjaan.
2.

Dalam satu campuran, hanya satu merk semen Portland yang boleh
digunakan, kecuali disetujui oleh Direksi Pekerjaan. Jika dalam satu proyek
digunakan lebih dari satu merk semen, maka Penyedia Jasa harus mengajukan
kembali rancangan beton sesuai dengan merk semen yang digunakan.

7.2. AIR
1.

Air yang dipergunakan untuk campuran, perawatan, atau pemakaian lainnya
harus bersih, dan bebas dari bahan yang merugikan seperti minyak, garam,
asam, basa, gula atau organis.

2.

Air harus diuji sesuai dengan dan harus memenuhi ketentuan dalam SNI 036817-2002, air yang diketahui dapat diminum dapat digunakan.

3.

Jika timbul keraguan atas mutu air yang diusulkan dan pengujian air seperti
diatas tidak dilakukan, maka harus diadakan perbandingan pengujian kuat
tekan mortar semen dan pasir

dengan memakai air yang diusulkan dan

dengan memakai air suling. Air yang diusulkan dapat digunakan jika kuat
tekan mortar dengan air tersebut pada umur 7 hari dan 28 hari minimum 90%
kuat tekan mortar dengan air suling pada periode perawatan yang sama.
7.3. AGREGAT (PASIR DAN KORAL /SPLIT)
1.

Semua pemakaian koral ( kerikil ), batu pecah ( agregat kasar ) dan pasir
beton, harus memenuhi syarat – syarat :
-

Peraturan umum pemeriksaan bahan bangunan ( NI.3-1956 )

-

Peraturan beton Indonesia ( NI.2-1971 )

-

Tidak mudah hancur ( tetap keras ), tidak porous

-

Bebas dari tanah / tanah liat ( tidak bercampur dengan tanah / tanah liat
atau kotoran–kotoran lainnya.

2.

Kekerasan dari butir–butir agregat kasar diperiksa dengan bejana penguji dari
Rudelaff dengan beban penguji 20 ton, agregat kasar harus memenuhi syarat
sebagai berikut :

-

Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 9,5-19 mm lebih dari 24%

-

Tidak terjadi pembubukan sampai fraksi 19-30 mm lebih dari 22% atau
dengan mesin pengaus Los Angelos dimana tidak terjadi kehilangan berat
lebih dari 50%.

-

Koral ( kerikil ) dan batu pecah ( agregat kasar ) yang mempunyai ukuran
lebih besar dari 25 mm, untuk penggunaannya harus dapat persetujuan
Konsultan Pengawas.

-

Gradisi dari agregat–agregat tersebut secara keseluruhan harus dapat
menghasilkan mutu beton yang baik, padat dan mempunyai daya kerja
yang baik dengan semen dan air, dalam proporsi campuran yang akan
dipakai.

-

Konsultan Pengawas dapat minta kepada Kontraktor untuk mengadakan
test kwalitas dari agregat–agregat tersebut dari tempat penimbunan yang
ditunjuk oleh Konsultan Pengawas, setiap saat dalam laboratorium yang
diakui atas biaya Kontraktor.

-

Dalam hal adanya perubahan sumber dari mana agregat tersebut disuplay,
maka Kontraktor diwajibkan untuk memberitahukan kepada Konsultan
Pengawas.

-

Agregat harus disimpan di tempat yang bersih, yang keras permukaannya
dan dicegah supaya tidak pencampuran satu sama lain dan terkotori.

7.4. BESI BETON
Besi tulangan adalah hot rolled steel bar, cold reduced steel wire atau steel fabric
yang mempunyai komposisi, manufaktur, sifat kimia dan fisik yang sesuai dengan
SNI (Standart Nasional Indonesia).
7.4.1. Besi (Tulangan)
Semua besi beton yang digunakan harus memenuhi syarat – syarat :
- Peraturan beton Indonesia ( NI.2-1971 )
- Bebas dari kotoran–kotoran, lapisan minyak- minyak, karat dan tidak
cacat ( retak– retak, mengelupas dan luka sebagainya ).

- Dari jenis baja dengan mutu SNI.
- Bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan – ketentuan
PBI 1971.
- Mempunyai penampang yang sama rata
- Ukuran disesuaikan dengan gambar–gambar yaitu SNI Ø 10 mm dan 14
mm
7.4.2. Penyediaan dan Pengujian
- Sumber besi tulangan yang akan dipakai harus mendapatkan persetujuan
dari Direksi Teknis dan pengawas lapangan setara dengan Krakatau steel
dengan berlabel SNI.
- Semua besi tulangan yang dikirim kelapangan berasal dari satu sumber.
- Selain mendapatkan persetujuan dari Direksi Teknis dan Pengawas
lapangan atas sumber besi tulangan, Penyedia jasa juga bertanggung
jawab pada pemenuhan spesifikasinya.
- Semua material yang tidak memenuhi syarat karena kwalitasnya tidak
sesuai dengan spesifikasi ( RKS ) diatas, harus segera dikeluarkan dari
lapangan setelah mendapat instruksi tertulis dari Konsultan Pengawas,
dalam waktu 2 x 24 jam.
- Setelah diserahkan ke Direksi Teknis dan Pengawas lapangan segera
dapat dilaksanakan pembangunan sesudah penandatanganan kontrak.
7.4.3. Perlengkapan
-

Sediakan penjaga jarak dak dudukan untuk
menahan tulangan agar tetap dalam posisinya.

-

Beton

: dibuat dengan agregat 10 mm,

digunakan dalam pekerjaan ekspose.
-

Mortar : dibuat dari semen-pasir dengan
perbandingan 1 : 2

7.4.4. Keahlian (Umum)

Bagian lain : Bagian ini terkait dengan semua bagian lain yang
berhubungan dengan konstruksi beton cor ditempat.
-

Penyimpangan tulangan diletakkan dengan
tidak menyentuh muka tanah dan harus dicegah kontaminasi oleh
material lain.

-

Kebersihan : pada waktu pengecoran beton,
tulangan harus bersih dari kotoran dan bebas bintik karat, serpihan besi
lepas, karat lepas, minyak, kulit giling dan bahan – bahan lain yang
dapat menyebabkan pengaruh negatif pada tulangan, beton atau ikatan
diantaranya.

-

Semua besi beton harus dipasang pada posisi
yang tepat

-

Noda karat : mencegah kontak tulangan dari
cuaca yang dapat menyebabkan noda karat pada muka beton. Ekspose.

7.4.5. Pemotongan dan Pembengkokan
-

Pembengkokan tulangan tanpa cara pemanasan
(cold bending): membengkokkan tulangan dengan alat pembengkok
yang disetujui konsultan pengawas.

- Penyesuaian: Sediakan fasilitas alat pembengkok manual di lapangan
untuk melakukan penyesuaian–penyesuaian ditempat.
-

Tulangan yang menunjukkan tanda–tanda retak
tidak boleh digunakan.

-

Pembengkokan

tulangan

dengan

cara

pemanasan ( hot bending ) tidak diijinkan.
-

Stek tulangan yang terpasang tidak boleh
dibengkokkan tanpa pesetujuan Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

-

Pemasangan besi beton dilakukan sesuai
dengan gambar–gambar atau mendapat persetujuan dari Direksi Teknis
dan Pengawas lapangan.

7.4.6. Bahan Tambahan (Admixture)
Bila perlu menggunakan bahan tambahan, maka penyedia jasa harus
mendapat persetujuan dari Direksi Pekerjaan. Jenis dan takaran tambahan
yang akan digunakan untuk tujuan tertentu harus dibuktikan kebenarannya
melalui pengujian campuran laboratorium. Ketentuan mengenai bahan
tambahan ini harus mengacu pada SNI 03-2495-1991.
7.4.7. Mutu Beton
- Adukan ( adonan ) beton harus memenuhi syarat – syarat PBI 1971-NI
beton dibuat dari campuran semen, air dan agregat dengan suatu
perbandingan tepat sehingga diperoleh suatu bahan yang padat kokoh
dan awet sehingga mencapai kekuatan tekan karakteristik yang
diinginkan.
- Penyedia Jasa diharuskan mengajukan rencana perbandingan/campuran
beton yang berisikan perbandingan agregat kasar dan halus, berat semen
dan nilai air semen sesuai syarat–syarat dalam spesifikasi teksnis ini
serta mengajukan cara–cara metode pelaksanaan pekerjaan beton dan
harus mendapat persetujuan Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.
- Penyedia Jasa diharuskan membuat adukan percobaan (trial mixes)
untuk mengontrol daya kerjanya sehingga tidak ada kelebihan pada
permukaan

ataupun

menyebabkan

terjadinya

pengendapan

(segregation) dari agregat.
- Cara - cara mempersiapkan benda uji, jumlah dan hasil–hasil percobaan
pendahuluan harus sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknis ini. Bila
hasil percobaan pendahuluan ternyata memenuhi persyaratan, maka
rencana campuran dan metode kerja yang diajukan dapat disetujui untuk
digunakan pada pekerjaan–pekerjaan yang sesuai.
- Jika dalam masa pelaksanaan pekerjaan beton ternyata hasil pekerjaan
tidak dapat mencapai persyaratan, Direksi Teknis dan Pengawas
lapangan berhak merubah perbandingan campuran beton tersebut.

- Adukan beton yang dibuat setempat ( site mixing ) dengan adukan
beton harus memenuhi syarat–syarat :
a.

Semen diukur menurut volume

b.

Agregat diukur menurut volume

c.

Pasir diukur menurut volume

d.

pengadukan harus benar- benar tercampur semua bahan yang berada
dalam satu tempat/ wadah sehingga tidak langsung beuhubungan
dengan tanah.

e.

Campuran untuk Beton jenis : Rabat, Lantai Kerja, Pondasi
Pasangan Batu Bata adalah : 1PC : 3Ps : 5Kr (C1)

f.

Campuran untuk semua pekerjaan Beton bertulang, antara lain :
Balok Sloof, Pondasi Stempat, Kolom, Balok Struktu, dll. adalah :
1PC : 2Ps : 3Kr (C2)

7.4.8. Faktor Air Semen
-

Agar dihasilkan konstruksi beton yang sesuai dengan
yang direncanakan, maka faktor air semen ditentukan sebagai berikut :

-

Faktor air semen untuk, balok sloof, dan plat pondasi
maksimum

0,55 mm.

-

Faktor air semen untuk kolom, balok, pelat lantai ,
dinding, beton, relief maksimum 0,60 mm.

7.4.9. Pengecoran Beton
1.

Penyedia Jasa harus memberitahukan rencana pengecoran kepada
Direksi Teknis dan Pengawas lapangan selambat–lambatnya 24 jam
sebelum rencana pengecoran dilaksanakan dan mendapat persetujuan
dari Direksi Teknis dan Pengawas lapangan, pengecoran tidak boleh
dimulai sebelum pekerjaan perancah, acuan dan pekerjaan persiapan
sebagaimana disebutkan dalam spesifikasi teknis ini telah sempurna
dikerjakan dan disetujui oleh Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

2.

Jika tidak ada persetujuan Direksi Teknis dan Pengawas lapangan,
maka penyedia jasa dapat diperintahkan untuk membongkar beton
yang sudah dicor tanpa persetujuan atas biaya penyedia jasa sendiri.

3.

Persiapan pekerjaan pengecoran : Sebelum pekerjaan pengecoran
dimulai, maka semua peralatan, material harus sudah siap dan berada
ditempat dimana seharusnya dan alat – alat dalam keadaan bersih
serta siap untuk digunakan. Permukaan acuan disebelah dalam harus
bersih dari bahan–bahan lepas, kotoran ataupun potongan kawat besi.

4.

Pelaksanaan pengecoran
-

Pengecoran harus dilaksanakan sesuai dengan rencana yang
telah disetujui Direksi Teknis dan Pengawas lapangan. Rencana
tersebut harus disiapkan untuk menyelesaikan suatu struktur
secara menyeluruh sesuai dengan gambar rencana.

-

Adukan beton harus secepatnya dibawah ketempat pengecoran
dengan menggunakan cara (metode) yang sepraktis mungkin,
sehingga tidak memungkinkan adanya pengendapan agregat
dan tercampurnya kotoran – kotoran atau bahan lain dari luar.

-

Pengecoran

dilakukan

selapis

demi

selapis

dan

tidak

dibenarkan menuangkan adukan dengan menjatuhkan dari
suatu ketinggian, yang akan menyebabkan pemisahan agregat.
-

Pengecoran dilakukan secara terus menerus ( continue tanpa
berhenti ). Adukan yang tidak dicor ( ditinggalkan dalam waktu
lebih dari 15 menit setelah keluar dari adukan beton, dan juga
adukan

yang

tumpah

selama

pengangkutan

),

tidak

diperkenankan untuk dipakai lagi.
-

Tempat dimana pengecoran akan dihentikan, harus mendapat
persetujuan Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

-

Penambahan campuran tambahan harus disetujui Direksi
Teknis dan Pengawas lapangan.

7.4.9.1.Pemadatan

-

Selama dan sesudah pengecoran, beton harus dipadatkan dengan
cara manual. Penyedia Jasa harus menyediakan peralatan yang cukup
untuk mengangkut dan menuangkan beton dengan konsisten cukup
sehingga dapat diperoleh beton padat tanpa perlu mengetarkan dalam
waktu tidak terlalu lama sehingga tidak terjadi pemisahan bahan
( segregation ) beton.

-

Pelaksanaan pemadatan / penggetaran ini harus dilaksanakan
oleh pekerja – pekerja yang telah berpengalaman dan dilaksanakan
sesuai dengan pengarahan dan petunjuk Direksi Teknis dan Pengawas
lapangan.

7.4.9.2.Penyelesaian Permukaan Beton
-

Hasil dari pekerjaan beton harus rata, lurus tidak tampak
bagian–bagian yang keropos, melendut atau bagian–bagian yang
membengkak pada permukaannya. Ujung–ujung atau sudut–sudut
harus berbentuk penuh dan tajam.

-

Segera setelah acuan dibongkar, semua bagian–bagian
yang rapuh, kasar, lubang-lubang dan bagian–bagian yang tidak
memenuhi persyaratan harus diperbaiki dengan cara memahatnya dan
mengisinya kembali dengan adukan semen yang sesuai baik kekuatan
maupun Warnanya untuk kemudian diratakan (digrouting). Bila
diperlukan seluruh permukaan beton dihaluskan dengan ampelas,
carborundum atau gerinda. Perbaikan ini dilakukan setelah mendapat
persetujuan dari Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

7.4.10. Perawatan Dan Perlindungan Beton
1.

Adukan beton harus dilindungi dari panas berlebihan atau pengeringan
yang terlalu dini akibat penguapan air yang berlebihan. Untuk daerah
yang berangin kencang, harus dibuat pelindung angin sesuai dengan
pengarah dan petunjuk Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

2.

Selama yang baru selesai harus dilindungi terhadap hujan, panas
matahari serta kerusakan–kerusakan lain yang disebabkan gaya–gaya
sentuhan sampai beton mencapai kekerasan dan kekuatan sebagaimana
disyaratkan.

3.

Permukaan beton harus dilindungi terus menerus setelah pengecoran
dengan cara menutupnya dengan karung–karung basah atau bekas
bungkus sak semen basah.

4.

Cara lain melindungi beton harus mendapat persetujuan Direksi Teknis
dan Pengawas lapangan dan sesuai dengan PBI 1971.

5.

Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap basah selama 7 hari
dengan menyemprotkan air.

7.4.11. Penolakan Hasil Pekerjaan.
Direksi Teknis dan Pengawas lapangan berhak menolak dan
memerintahkan pembongkaran hasil pekerjaan beton jika pekerjaan
beton tersebut menunjukkan hasil yang tidak memenuhi persyaratan
teknis antara lain :
1.

Porous, segregasi atau berlubang–lubang

2.

Construction joints dibuat pada lokasi maupun cara–cara yang tidak
sesuai dengan rencana.

3.

Letak / posisi tulangan baja bergeser (tidak sesuai dengan rencana)
selama dan setelah penecoran.

4.

Penyimpangan–penyimpangan

hasil

pelaksanaan

sudah

diluar

toleransi yang dapat diberikan sesuai dengan spesifikasi teknis ini.
5.

Permukaan finishing tidak dapat memenuhi persyaratan.

7.4.12. Cetakan Beton / Bekisting
1.

Bahan
a.

Bekisting beton biasa (ekspose )

b.

Papan kayu ukuran 1” x 9” inchi.

c.

Paku, angkur form ties dan sekrup-sekrup : ukuran sesuai
dengan keperluan dan cukup kuat dan untuk menahan bekisting
agar tidak bergerak ketika dilakukan pengecoran.

2.

Pelaksanaan
a.

Pemasangan bekisting harus direncanakan, dilaksanakan dan
diusahakan sedemikian rupa agar pada waktu pengecoran dan
pembongkaran tidak mengakibatkan cacat gelombang maupun
perubahan bentuk ukuran.

b.

Tentukan jarak dan level sebelum memulai pekerjaan pastikan
ukuran–ukuran ini sudah sesuai dengan gambar.

c.

Pasang bekisting dengan tepat dan sudah diperkuat ( bracing ),
sesuai dengan design dan standard yang telah ditentukan :
sehingga bisa dipastikan akan menghasilkan beton yang sesuai
dengan kebutuhan–kebutuhan akan berbentuk, kelurusan dan
dimensi.

d.

Sambungan–sambungan antar papan bekisting harus lurus dan
harus dibuat kedap air, untuk mencegah kebocoran adukan atau
kemungkinan deformasi bentuk beton. Hubungan–hubungan ini
harus diusahakan seminimal mungkin.

e.

Bekisting untuk dinding pondasi dan sloof harus dipasang pada
kedua sisinya.

f.

Semua bekisting yang tidak mungkin dibongkar / lay in
formwork menggunakan pasangan bata untuk bekisting pondasi
harus atas seijin Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

g.

Semua tanah yang mengotori bekisting pada sisi pengecoran
harus dibuang.

h.

Perkuatan–perkuatan pada bukaan–bukaan di bagian–bagian
yang structural yang tidak diperlihatkan pada gambar harus
mendapat pemeriksaan dan persetujuan dari direksi.

i.

Bekisting harus memenuhi toleransi deviasi maksimal berikut :
Deviasi garis vertikal dan horizontal :

j.

-

6 mm, pada jarak 3000 mm

-

10 mm, pada jarak 6000 mm

-

20 mm, pada jarak 12000 mm, atau lebih

Dimana permukaan yang akan dilapisi bahan dapat rusak akibat
pemakaian bahan pelepas acuan maka bahan pelepas acuan
tidak boleh dipakai. Untuk itu, sisi dalam bekisting harus
dibasahi dengan air bersih. Dan permukaan ini harus dijaga
selalu basah sebelum pengecoran beton.

k.

Sediakan bukaan pada bekisting dimana diperlukan untuk pipa,
conduits, slevees dan pekerjaan lain yang akan merekat pada
atau melalui / menembus beton.

l.

Pasang langsung pada bekisting alat–alat atau pekerjaan lain
yang akan dicor langsung pada beton.

m. Pemasangan water stops harus kontinyu ( tidak terputus dan
tidak mengubah letak besi beton ).
n.

Sediakan bukaan sementara pada beton dimana diperlukan
guna pembersihan dan inspeksi. Tempat bukaan sementara ini
harus dengan bahan yang memungkinkan merekat rapat, rata
dengan permukaan dalam bekisting, sehingga sambungannya
tidak akan tampak pada permukaan beton ekspose.

7.4.13. Kontrol Kualitas.
1.

Periksa dan kontrol bekisting yang dilaksanakan telah sesuai
dengan bentuk beton yang diinginkan, dan perkuatan–perkuatannya
guna memastikan bahwa pekerjaan telah sesuai dengan rancangan
bekisting, wedgeeties, dan bagian–bagian lainnya aman.

2.

Informasikan pada Direksi Teknis dan Pengawas lapangan jika
bekisting

telah

dilaksanakan,

dan

telah

dibersihkan,

guna

pelaksanaan pemeriksaan. Mintakan persetujuan Direksi Teknis dan
Pengawas lapangan terhadap bekisting yang telah dilaksanakan
sebelum dilaksanakan pengecoran beton.

3.

Bekisting yang akan dipakai ulang harus mendapatkan persetujuan
sebelumnya dari Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

7.4.14. Pembersihan.
1.

Bersihkan bekisting selama pemasangan,
buang semua benda–benda yang tidak perlu. Buang bekas–bekas
potongan, kupasan dan puing dari bagian bekisting. Siram dengan
air, menggunakan air bertekanan tinggi, guna membuang benda–
benda asing yang masih tersisa pastikan bahwa air dan puing–puing
tersebut telah mengalir keluar melalui lubang pembersih yang
disediakan.

2.

Buka bekisting secara kontinyu dan sesuai
dengan standard yang berlaku sehingga tidak terjadi beban kejut
( shock load ) atau tidak seimbang beban yang terjadi pada struktur.

3.

Pembukaan

bekisting

harus

dilakukan

dengan hati–hati, agar peralatan–peralatan yang dipakai untuk
membuka tidak merusak permukaan beton.
4.

Untuk yang dipakai kembali, bekisting–
bekisting yang telah dibuka harus disimpan dengan cara yang
memungkinkan perlindungan terhadap permukaan yang akan
kontak dengan beton tidak mengalami kerusakan.

5.

Dimana diperlukan perkuatan–perkuatan
pada komponen–komponen struktur yang telah dilaksana kan guna
memenuhi syarat pembebanan dan konstruksi sehingga pekerjaan–
pekerjaan konstruksi dilantai–lantai diatasnya bisa dilanjutkan.

7.4.15. Pembongkaran Cetakan Beton
1.

Pembongkaran dilakukan sesuai dengan PBI 1971 ( NI.2-1971 ),
dimana bagian konstruksi yang dibongkar cetakannya harus dapat
memikul berat sendiri dan beban–beban pelaksanaannya .

2.

Cetakan beton baru dibongkar bila bagian tersebut untuk : Sisi
balok / kolom setelah berumur 3 hari .

3.

Pekerjaan pembongkaran cetakan harus dilaporkan dan disetujui
sebelumnya oleh Direksi Teknis dan Pengawas lapangan.

4.

Apabila setelah cetakan dibongkar ternyata terdapat bagian–
bagian beton yang kropos atau cacat lainnya, yang akan
mempengaruhi kekuatan konstruksi tersebut, maka Kontraktor
harus segera memberitahukan kepada Direksi Teknis dan Pengawas
lapangan, untuk meminta persetujuan mengenai cara pengisian atau
menutupnya. Semua resiko yang terjadi akibat pekerjaan tersebut
dan biaya – biaya pengisian atau penutupan bagian tersebut menjadi
tanggung jawab penyedia jasa.
Pasal 8
PEKERJAAN LANTAI

8.1

LANTAI BETON COR

Pengecoran dilakukan diatas lapisan pasair urug bawah lantai. Berikut spesifikasi lantai
beton cor :
1.

Bahan-bahan yang dipakai sebelum digunakan terlebih dahulu harus
diserahkan contoh-contohnya, untuk mendapatkan persetujuan Direksi
Pengawas.

2.

Material lain yang tidak ditentukan dalam persyaratan di atas, tetapi
dibutuhkan untuk penyelesaian/penggantian dalam pekerjaan ini, harus barn,
kualitas terbaik dari jenisnya dan harus disetujui Direksi Pengawas.

3.

Pasangan sub lantai dilakukan langsung diatas tanah, maka sebelum pasangan
sub lantai dilaksanakan terlebih dahulu lapisan urug dibawahnya harus sudah
dikerjakan dengan sempuma (telah dipadatkan sesuai persyaratan), rata
permukaannya dan telah mempunyai daya dukung maksimal.

4.

Pekerjaan sub lantai merupakan campuran antara PC, pasir beton dan kerikil

atau split dengan perbandingan 1:3:5.
5.

Tebal lapisan sub lantai minimal dibuat 5 cm atau sesuai yang disebutkan /
disyaratkan dalam detail.

6.

Permukaan lapisan sub lantai dibuat rata/waterpas, kecuali pada lantai
ruangan-ruangan yang disyaratkan dengan kemiringan tertentu, supaya
diperhatikan mengenai kemiringan sesuai yang ditunjukkan dalam gambar dan
sesuai petunjuk Direksi Pengawas.
Pasal 9
PEKERJAAN DINDING

9.1. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi semua pekerjaan, peralatan dan bahan-bahan yang berhubungan dengan
pekerjaan pasangan dan plesteran seperti yang tercantum dalam spesifikasi dan
gambar.
9.2. PERSYARATAN BAHAN
1.

Semen, Pasir, dan Air
Semen, Pasir dan Air

harus memenuhi persyaratan sebagaimana pada

pekerjaan beton
2.

Batu Bata
Batu bata harus batu biasa dari tanah liat melalui proses pembakaran, dapat
digunakan produksi local dengan ukuran 6 x 12 x 24 cm dan ukuran
diusahakan tidak jauh menyimpang. Bata yang dipakai harus bata kualitas
nomor satu, tanpa cacat atau mengandung kotoran.

9.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1.

Pekerjaan Pasangan Bata
a.

Adukan harus diaduk dengan mesin pengaduk seperti
yang dipersyaratkan dalam pekerjaan beton.

b.

Sebelum dipasang, batu bata tersebut harus dibasahi
dengan air. Bata yang lebarnya kurang tidak boleh dipergunakan.

c.

Benda-benda yang tertanam seperti besi tulangan,bautbaut, angkur sparing-sparing dan barang-barang yang diperlukan untuk
pekerjaan lain dipasang ditempat yang tekah ditentukan.

d.

Sebelum diplester pasangan batu bata harus dibasahi
terlebih dahulu.

2.

Pekerjaan Plesteran
a.

Seluruh material kecuali air harus dicampur,baik
dalam kotak yang rapat atau dalam alat pencampur yang disetujui, hingga
campuran telah berwarna rata, baru sesudahnya air ditambahkan dan
pencampuran dilanjutkan selama lima sampai sepuluh menit. Jumlah air
harus sedemikian sehingga menghasilkan adukan dengan konsisten
(kekentalan) yang diperlukan tetapi tidak boleh melibihi 70% dari berat
semen yang digunakan.

b.

Adukan dicampur hanya dalam kuantitas yang
diperlukan untuk penggunaan langsung. Jika perlu, adukan boleh diaduk
kembali dengan air dalam waktu 30 menit dari proses pengadukan awal.
Pengadukan kembali setelah waktu tersebut tidak diperbolehkan.

c.

Adukan yang tidak digunakan dalam 45 menit
setelah air ditambahkan harus dibuang.

d.

Plesteran semen portland harus dijaga agar
permukaan yang baru diplester tetap basah selama 48 jam. Basahilah
secukupnya tiap-tiap plesteran, bila plesteran tersebut mulai mengeras
untuk mencegah retak-retak. Lindungilah plesteran dari penguapan yang
berlebihan selama udara panas dan kering. Penyiraman juga harus rata,
sudut-sudutnya harus baik tanpa cacat.

e.

Tutup

bagian-bagian

pekerjaan lain dengan kantong atau penutup lain.

yang

masih

terdapat

Pasal 10
PEKERJAAN LAIN-LAIN
10.1. LINGKUP PEKERJAAN
Meliputi pekerjaan pasangan besi steanless pagar & tangga, pasangan batu alam
dinding, pasangan kubah utama enamel, pasangan kubah kecil enamel, pasangan
menara enamel, pengadaan dan pemasangan penangkal petir, pekerjaan ornament.
10.2. BAHAN-BAHAN
Semua jenis material yang dipakai harus disetujui oleh Direksi Pengawas lapangan
dan sesuai dengan petunjuk gambar rencana.
10.3. PELAKSANAAN PEKERJAAN
1.

Pekerjaan pasangan besi teanless

pagar & tangga, pasangan batu alam

dinding, pasangan kubah dan pemasangan penangkal petir harus sesuai
dengan yang ada digambar rencana atau petunjuk dari Direksi/Pengawas
Lapangan.
2.

Ornamen dan motif harus mengikuti seperti yang ada digambar rencana.
Ukiran harus dikerjakan oleh tenaga ahli dibidangnya dan mampu membaca
gambar rencana dan menuangkannya dalam ukiran. Ukiran timbul ini dicat
dan warna harus disesuaikan dengan warna pada gambar rencana atau
petunjuk dari Direksi/Pengawas Lapangan.

Pasal 11
PENUTUP

11.1. Sebelum penyerahan pertama, kontraktor wajib meneliti semuan bagian pekerjaan
yang belum sempurna dan harus diperbaiki, semua item pekerjaan harus ditata
rapid an semua barang yang tidak berguna harus disingkirkan dari lokasi
pekerjaan.
11.2. Meskipun telah ada pengawas dan unsur-unsur lainnya, semua penyimpangan dari
ketentuan rencana

dan gambar menjadi tanggungan pelaksana, untuk itu

pelaksana harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.
11.3. Selama

masa

pemeliharaan

kontraktor

wajid

merawat,

mengamankan,

memperbaiki segala cacat yang timbul, sehingga sebelum penyerahan kedua
dilaksanakan pekerjaan benar-benar telah sempurna.
11.4. Pekerjaan yang nyata-nyata menjadi bagian dari bangunan ini, tetapi tidak
diuraikan atau dimuat dalam RKS, harus tetap dikerjakan dan diselesaikan oleh
kontraktor, untuk penyelesaian yang lengkap dan sempurna menurut pertimbangan
Direksi Teknik.
11.5. Semua yang belum tercantum dalam peraturan ini (RKS) akan ditentukan
kemudian dalam rapat penjelasan (Aanwijzing).