CERPEN AL MUTHARADAH KARYA NAGUIB AL MAH

CERPEN AL-MUTHARADAH KARYA NAGUIB AL-MAHFOUZ
(ANALISIS SEMIOTIK PIERCE)
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester Enam
Mata Kuliah Naqd an-Nushush al-’Arabiyyah

Oleh:
Imalatus
Syarifah

(12110098)
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Bermawy Munthe, MA.

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA ARAB
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA

2015
I
Makalah ini akan membahas tentang cerpen karya Naguib

Mahfouz salah satu sastrawan Arab yang berjudul al-Mutharadah dengan
menggunakan analisis semiotik dari Charles Sanders Pierce yang memiliki
teori bahwa hubungan antara tanda dan acuannya terdiri dari tiga jenis,
yaitu ikon, indeks, dan symbol.
II
Pada makalah-makalah sebelumnya telah banyak disinggung
biografi dari Naguib Mahfouz. Ia merupakan sastrawan Arab dari Mesir
yang berhasil meraih penghargaan nobel sastra. Naguib Mahfouz lahir di
Gamaliya, Kairo pada tanggal 11 Desember 1911 dan ia wafat pada 30
Agustus 2006.
Naguib Mahfouz began writing when he was seventeen. His first novel was
published in 1939 and ten more were written before the Egyptian Revolution of July 1952,
when he stopped writing for several years. One novel was republished in 1953, however,
and the appearance of the Cairo Triology, Bayn al Qasrayn, Qasr al Shawq, Sukkariya
(Between-the-Palaces, Palace of Longing, Sugarhouse) in 1957 made him famous
throughout the Arab world as a depictor of traditional urban life. 1
Dalam situs nobelprize.org telah dijelaskan bahwa Naguib Mahfouz sempat
vakum dalam kegiatan menulisnya setelah adanya revolusi di Mesir. Dia kembali dengan
novel triloginya yaitu Bayn al Qasrayn, Qasr al Shawq, dan Sukkariya pada tahun 1957.
Novel trilogi tersebut membuat ia terkenal di seluruh penjuru dunia Arab.


Salah satu karyanya ialah al-Mutharadah (terpinggirkan) yang
akan dianalisis melalui teori semiotik Charles Sanders Pierce (1839-1914).
Berdasarkan objeknya, Pierce membagi tanda-tanda dalam gambar dan
dapat dilihat dari jenis tanda yang digolongkan dalam semiotik,
diantaranya: ikon, indeks, dan simbol.

1

Nobelprize.org

Teori Pierce mengatakan bahwa sesuati itu dapat disebut sebagai
tanda jika ia mewakili sesuatu yang lain. Sebuah tanda haruslah mengacu/
mewakili sesuatu yang disebut obyek/ acuan (denotatum/ referent). Tanda
tersebut harus ditangkap dan dipahami dalam perspektif kesaling
hubungan antara tanda itu sendiri, ground atau sebuah tata acuan atau
konvensi yang mendasari pemahaman tanda, denotatum yaitu suatu kelas
dari acuan yang ditunjuknya. 2
Pierce membedakan hubungan antara tanda dan acuannya
menjadi tiga jenis yaitu:

i.

Ikon, jika ia berupa hubungan kemiripan

ii.

Indeks, jika ia berupa hubungan kedekatan eksistensi

iii. Symbol, jika ia berupa hubungan yang sudah terbentuk secara
konvensi.
Sebelum menganalisis dengan teori semiotik, peneliti akan
menganalisis secara struktural pada cerpen al-Mutharadah tersebut.
Cerpen ini terdiri dari tiga tokoh sentral yaitu Zakiyah, Usman, dan
Syeikh Harrah. Diawal kisah, diceritakan bahwa Zakiyah kembali ke
desanya setelah menghilang selama satu tahun dengan menggendong
anaknya yang masih bayi. Tidak ada yang tahu kepergian dan
kedatangannya. Selama di desa itu, ia bekerja sebagai pedagang keliling.
Ketika ia berhenti di depan toko Usman suaranya dilantangkan. Ia selalu
sinis ketika diajak bicara oleh Usman. Lalu Usman menceritakan
masalahnya terhadap Syeikh Harrah mengenai Zakiyah yang memintanya

untuk bertanggung jawab atas anak yang diasuhnya sekarang. Singkat
cerita, Syeikh harrah siap untuk bertanggung jawab atas anak Zakiyah
akan tetapi Zakiyah menolaknya, ia tetap bersikukuh agar Usman yang
bertanggung jawab.

2

Uki Sukiman, Ikonitas dalam Novel Hamamah Salam Karya Naguib al-Kailani dalam Jurnal Adabiyyat
vol.1. No. 2. , Maret 2003 (Yogyakarta: Jurusan BSA Fakultas Adab dan Ilmu Budaya IAIN Sunan Kalijaga 2003),
hlm. 114

Cerpen ini mengambil latar di suatu perkampungan, dan
menggunakan alur maju. Latar dalam cerpen ini adalah adanya keinginan
seorang perempuan yang ingin meminta pertanggung jawaban dari
seorang laki-laki yang telah melakukan hal yang merugikannya dan juga
anugerah karena seorang anak merupakan karunia dari Tuhan. Sudut
pandang dalam cerpen ini adalah sudut pandang orang ke tiga serba tahu.
Sedangkan analisis cerpen al-Mutharadah berdasarkan teori
semiotik Pierce adalah sebagai berikut:
1)


‫طفضضل رضضضيع‬pada kisah-kisah awal yang dapat

Istilah

diartikan sebagai anak yang menyusu, maka secara semiotik
dapat diartikan sebagai anugerah karena seorang anak
adalah karunia dari Tuhan, akan tetapi anak di kisah ini dapat
diartikan sebagai suatu beban dikarenakan anak tersebut
butuh seorang ayah yang harus bertanggung jawab atasnya,
lalu si anak tersebut menjadi beban bagi seorang ibu yang
tidak memiliki suami.
2) Lafadz ‫ العصضضى والمظلتا‬yang bermakna tongkat dan
payung dapat dimaknai secara semiotik bahwa tongkat dapat
dimaknai sebagai suatu kekuatan sedangkan payung dapat
dimaknai sebagai perlindungan, di kisah ini yang memilki toko
tongkat dan payung adalah Usman. Jadi, Usman adalah
seorang laki-laki yang seharusnya memiliki kekuatan dan
mampu melindungi seorang iwanita/ stri dan anaknya
(Zakiyah dan bayinya).

3)

Lafadz

‫ قلضضضت ماقصضضضدتا قضضضوله‬yang bermakna aku

mengatakan apa yang bayi ini inginkan, secara semiotik dapat
diartikan kasih sayang dari seorang ibu. Karena ia mendengar
apa yang bayinya inginkan.
4) Lafadz

‫ سكن محترم‬yang dapat diartikan dengan rumah

mewah, secara semiotik dimaknai dengan suatu kehormatan/
tahta karena yang memberikan adalah Syaikh Harrah sebagai

pimpinan

kampung


Zakiyah

yang

dimaksudkan

untuk

mengambil hati Zakiyah dan bertanggung jawab atas bayinya.
5) Lafadz ‫ خطوة واحدة‬secara harfiyah adalah selangkah/ satu
langkah, maka secara semiotik diartikan dengan suatu
kemantapan hati/ keteguhan hati. Karena lafadz tersebut
sebagai penutup dari kisah al-Mutharadah yang ingin
menunjukkan bahwa Zakiyah sebagai tokoh utama adalah
sosok yang tangguh dan tegar karena ia tidak akan pernah
kembali ke kampungnya dan yang tak lain juga kampung
Usman, laki-laki yang meninggalkannya.
no
1


Uraian dalam teks

Analisis semiotik

‫ زكية إلى الحارة بعد غياب‬Anugerah dan juga beban yang
‫ عام وعلى ذراعها طفل‬harus dipertanggung jawabkan
‫رضيع‬3

2

‫ ثم ثبتت عيناها على البيت‬Kekuatan dan perlindungan
‫الخير من ناحية القبو بيت‬
‫المعلم عثمان بائع العصى‬
‫والمظلتا‬4

3

‫ بل قلت ما قصد تا قوله و‬Kasih sayang seorang ibu
‫أنت سيد من يفهم‬5


4

‫ ستقيمين فى سكن محترم‬Kehormatan/ tahta
‫وسأوصى بك شيخ حارتك‬
‫الجديد‬6

5

‫ هضضذه المضضرأة لضضن ترجضضع عمضضا‬Keteguhan hati

3

Naguib Mahfouz, al- Mutharadah, hlm. 283

4

Naguib Mahfouz, al- Mutharadah, hlm. 283

5


Naguib mahfouz, al- Mutharadah, hlm. 284

6

Naguib Mahfouz, al- Mutharadah, hlm. 288

‫تريد خطوة واحدة‬7

III
Dapat disimpulkan bahwa, cerpen al- Mutharadah karya Naguib
Mahfouz ketika dianalisis melalui kacamata semiotik Charles Sanders
Pierce adalah memiliki makna suatu bentuk tanggung jawab yang harus
dilaksanakan oleh seorang laki-laki yang seharusnya ia adalah orang yang
kuat dan mampu melindungi seorang wanita dan bayinya. Sedangkan
suatu tahta belum tentu mampu membahagiakan seorang wanita. Dan
pada akhirnya, keteguhan hati seorang wanita yang digambarkan pada
sosok Zakiyahlah yang berhasil membimbingnya untuk menyusuri lika-liku
kehidupannya.

DAFTAR PUSTAKA

 Ilham, Muhammad, dkk, Kajian Semiotik dalam Karya Sastra Roman
Bumi Manusia Karya Pramoedya Ananta Toer, Jakarta: Universitas
Negeri Jakarta, 2011.

7

Naguib Mahfouz, al- Mutharadah, hlm. 289



Mahfouz, Naguib, al-Mutharadah, Mesir: al- Haiah al-Mishriyyah
al-’Ammah li al-Kitab, 1997.

 Nobelprize. org.
 Sukiman, Uki, Ikonitas dalam Novel Hamamah Salam Karya Naguib
al-Kailani dalam Jurnal Adabiyyat vol.1. No. 2. , Yogyakarta:
Jurusan BSA Fakultas Adab dan Ilmu Budaya IAIN Sunan Kalijaga,
2003.