Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

BAB I
PENDAHULUAN

I. 1. Konteks Masalah
Cinta Satu Malam
Cinta satu malam
Oh indahnya
Cinta satu malam
Buatku melayang
Walau satu malam
Akan selalu ku kenang
Mojok di Malam Jumat
Mojok di malam Jumat aduh asyiknya
Cumbulah aku sesukamu
Mojok di Malam Jumat aduh senangnya
Melepas rindu tak tertahan
Abangku sayang
Aw Aw
Tadi malam aw aw ku dibuai aw aw
Sayang-sayangan aw aw mesra-mesraan aw aw
Ku dimanja aw aw ku dicumbu aw aw

Basah hatiku aw aw betapa indah aw aw
Kutipan di atas merupakan penggalan dari lirik lagu- lagu penyanyi
dangdut Melinda yang bernama asli, Eka May Linda, ia lahir di Jakarta pada 29
Mei 1982. Lirik- lirik lagu yang ia bawakan kebanyakan memiliki tema tentang
percintaan dan segala masalah seputar percintaan, seperti cinta yang sementara,
hubungan pria dan wanita yang tidak wajar (hubungan seks). Lirik- lirik tersebut
mengeksploitasi tema- tema seksual atau erotisme sebagai pemikat utamanya.
Erotisme yaitu suatu bentuk estetika yang menjadikan dorongan seksual
sebagai kajiannya. Dorongan seksual tidak harus selalu diikuti dengan melakukan
perbuatan seksual. Tanda- tanda yang dapat menimbulkan dorongan seksual dapat
berupa mimik, gerak, sikap tubuh, suara, kalimat, benda- benda, aroma, sentuhan,
dan juga lirik; serta kombinasinya.
Lirik lagu digunakan sebagai alat untuk berekspresi dan berkomunikasi.
Pada lirik lagu ada pesan yang ingin disampaikan pencipta lagu kepada khalayak.

Universitas Sumatera Utara

Pesan dapat memiliki berbagai macam bentuk baik lisan maupun tulisan. Lirik
lagu memiliki bentuk pesan berupa tulisan kata- kata dan kalimat yang dapat
digunakan untuk menciptakan suatu perasaan, suasana hati atau semangat tertentu

kepada setiap pendengarnya dan juga dapat menggetarkan setiap perasaan
manusia seperti kasih, kelembutan, penghormatan, kesedihan, kemarahan,
kebencian, dan nafsu. Sehingga lirik lagu menjadi sesuatu yang menarik dalam
sebuah lagu, namun tak jarang juga dapat menjadi suatu persoalan apabila
menampilkan unsur erotisme di dalamnya. Mengingat dalam lirik lagu adalah
suatu bentuk pesan komunikasi yang dapat mempengaruhi sikap atau nilai.
Satu inti persoalan yang belakangan ini banyak diperbincangkan orang
tentang musik atau lagu dangdut adalah kedudukan liriknya. Kritik telah banyak
dilontarkan mengenai pemilihan kata- kata yang dipakai guna mengangkat ide
musik dalam sebuah lagu. Lagu dangdut seringkali menampilkan lirik- lirik yang
erotis.
Lagu “Cinta Satu Malam” diciptakan oleh Cahyadi dan dirilis pada awal
November 2009. Lagu ini berirama dangdut house music, karena menurutnya
irama ini lebih identik dengan anak muda. Sekilas lirik lagu yang dinyanyikan
oleh Melinda ini menceritakan tentang seorang wanita yang bertemu dengan
seorang pria, kemudian keduanya sepakat untuk berkencan dan akhirnya
melakukan hubungan intim sebelum berpisah keesokan harinya. Wanita tersebut
merasa bahagia dengan pengalaman percintaan yang singkat tersebut.
Lagu “Cinta Satu Malam” menggunakan lirik yang dinilai terlalu vulgar.
Lagu tersebut dinilai akan merusak mental masyarakat, tidak hanya pada kalangan

anak muda, tetapi juga seluruh lapisan masyarakat yang menikmati alunan lagu
tersebut. Hal ini patut untuk diperhatikan, mengingat bahwa musik dangdut sangat
akrab dengan khalayak. Sehingga tidak heran lagu tersebut akhirnya dicekal oleh
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI).
Uniknya lagu “Cinta Satu Malam” berhasil mendapat banyak penghargaan
walaupun sempat dicekal oleh KPI, seperti Anugerah Musik Indonesia (AMI)
Award dengan dua kategori “Lagu Terpopuler” dan “Artis Terpopuler”, Indosat
Award dengan dua kategori “Lagu Terpopuler” dan “Artis Terpopuler”,
Hongkong Award dengan kategori “Artis Populer”, Telkomsel dengan kategori

Universitas Sumatera Utara

“The Best House Music”. Tidak hanya single saja yang sukses di pasaran, Ring
Back Tone (RBT) “Cinta Satu Malam” juga sukses dan Melinda juga berhasil
terpilih menjadi duta budaya pada tahun 2008. Ini menunjukkan bahwa lagu
dangdut tersebut diterima dan diminati oleh banyak orang, sehingga menjadi
populer di berbagai kalangan.
Selanjutnya, lagu “Mojok di Malam Jumat” dirilis pada tahun 2010.
Sekilas lagu ini menceritakan tentang hubungan seorang wanita dan pria yang
masih berstatus pacaran, namun hubungan mereka sudah mengarah pada perilaku

seks bebas (free sex). Seorang wanita yang ditampilkan berani mengekspresikan
keinginannya untuk bermesra- mesraan di tempat sepi dengan kekasihnya yang
ternyata belum datang untuk menemuinya hingga membuatnya kesal. Setelah
sukses dengan single “Cinta Satu Malam” dan “Mojok di Malam Jumat”, Melinda
kembali mendendangkan lagu “Aw Aw” pada tahun 2011.
Lagu “Aw Aw” diciptakan oleh Endang Raes dan dirilis pada tanggal 13
September 2011. Lagu ini berirama dangdut house music, dengan mengandalkan
lirik- lirik vulgar dan agak sedikit nakal. Lagu “Aw Aw” tidak jauh berbeda
dengan lagu “Cinta Satu Malam” dan “Mojok di Malam Jumat”. Lagu ini
mengisahkan tentang suatu hubungan asmara yang singkat dan mengarah kepada
perilaku seks bebas. Lagu “Aw Aw” milik Melinda ini juga mendapat pencekalan.
Lagu “Aw Aw” dicekal Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID)
Provinsi Jawa Tengah setelah mendapat pengaduan dari masyarakat dan sejumlah
tokoh agama yang merasa resah akibat beredarnya lagu- lagu dangdut yang dinilai
terlalu vulgar baik goyangannya, gaya berpakaian dan juga liriknya, yang akan
berpotensi untuk ditiru oleh masyarakat terutama anak- anak dan remaja. Lagunya
dinilai terlalu vulgar karena berkonotasi pada aktivitas seksual dan kenikmatan
seksual sehingga dapat membangkitkan rangsangan dan keinginan seks bagi siapa
saja yang mendengar lagu tersebut. Hal ini tentu tidak baik untuk dikonsumsi oleh
masyarakat, karena dapat berpotensi merusak mental masyarakat. Akibatnya

KPID Provinsi Jawa Tengah

melarang atau membatasi penyiarannya

(http://kpid.jatengprov.go.id/index.php?option=com_content&view=article&id=5
2&Itemid=102).
Lagu ini sekilas mengisahkan tentang percintaan sepasang kekasih yang

Universitas Sumatera Utara

tengah kasmaraan yang terjadi hanya satu jam saja. Kemudian, bagaimana
pasangan tersebut bergaul bebas menikmati pengalaman percintaannya yang erotis
dan perempuan digambarkan hanya sebagai objek seksual.
Lagu- lagu Melinda tersebut tepat menggambarkan bahwa lirik- liriknya
mengandung unsur erotisme, terlihat dari pencekalan- pencekalan yang dilakukan
oleh KPI. Tidak dapat dipungkiri bahwa pencipta lagu memiliki pengaruh dalam
proses menghasilkan sebuah lagu. Sebuah karya seni selalu diidentifikasikan
dengan seniman atau penciptanya. Seorang pencipta lagu dalam menciptakan
sebuah lagu sangat berhubungan erat dengan cara berpikir, cara hidup, cara
bermasyarakat serta pandangan hidup seniman pengkarya, pelaku serta

masyarakat pemiliknya. Gambaran dari ide pencipta lagu terdapat pada lagu yang
diciptakannya.
Si pencipta lagu dalam menciptakan lagu yang bertema percintaan
menggunakan lirik- lirik yang mengandung unsur erotisme agar karyanya tersebut
diperhatikan orang. Mengingat sejak dulu seks adalah tema- tema yang tidak
pernah habis dibicarakan serta menarik minat banyak orang. Lagu dangdut yang
harus dituntut untuk dapat bersaing dengan lagu Pop, Rock, K-Pop, J-Pop
sehingga si pencipta lagu melihat peluang ini. Menggunakan lagu- lagu yang
bertemakan percintaan dengan menggunakan lirik- lirik yang mengandung unsur
erotisme untuk menarik minat khalayak pendengar.
Para musisi atau pencipta lagu akan meniru segala sesuatu yang sedang
“naik daun” atau laris agar karyanya laku di pasaran dan secara otomatis akan
menghasilkan untung yang besar. Sehingga tidak heran akhir- akhir ini lagu
dangdut bertemakan seksualitas semakin populer. Jika pencipta lagu tidak mampu
berusaha dengan menggunakan akal dan budi yang baik karena ia terlalu terpaku
pada selera pasar, maka dengan begitu juga artinya pencipta lagu sebagai seniman
telah membiarkan hal- hal yang dapat merusak moral terus berkembang.
Melihat akhir- akhir ini musik atau lagu dangdut telah menjangkau semua
kalangan masyarakat mulai dari kalangan kelas bawah, kalangan menengah
hingga kelas ataspun sudah mulai menikmati seni musik dangdut. Banyaknya

peminat lagu- lagu dangdut, menyebabkan lagu dangdut sering dihadirkan pada
stasiun radio dan juga diapresiasi oleh hampir semua stasiun televisi swasta

Universitas Sumatera Utara

nasional dengan membuat acara- acara kontes dangdut, seperti acara
“D’Academy” di Indosiar, “D’Terong” di Indosiar, “Tunjuk Satu Bintang” di
MNC. Bahkan, acara- acara musik yang biasanya menampilkan musik- musik pop
populer seperti “Dahsyat” di RCTI dan “Inbox” di SCTV juga menyuguhkan
lagu- lagu dangdut yang populer saat ini. Namun musik atau lagu dangdut
seringkali menuai kontroversi terkait unsur erotisme yang ditampilkan, tidak
hanya pada goyangannya tetapi juga lirik lagunya.
Ini tentu menjadi suatu fenomena dalam masyarakat. Bagi sebagian orang
hal ini sangat menarik, tetapi bagi sebagian orang lainnya menganggap risih dan
dianggap tidak layak diperdengarkan kepada khalayak luas. Perdebatan pro dan
kotra yang muncul dari berbagai pihak, karena dianggap tidak sesuai dengan tata
nilai budaya yang masih menjunjung tinggi adat ketimuran. Banyak kalangan
merasa prihatin, mulai dari masyarakat biasa, pakar hukum, pakar media, bahkan
raja dangdut sendiri Rhoma Irama menganggap lirik lagu- lagu dangdut sekarang
erotis dan dapat merusak citra musik dangdut itu sendiri.

Rhoma Irama mengaku sangat prihatin dengan semakin banyaknya
penyanyi dangdut yang mempertontonkan goyangan vulgar. Tidak hanya itu saja
“Raja Dangdut” itu juga menghimbau agar pencipta lagu tidak hanya menulis
lirik- lirik lagu yang erotis, agar tidak mengundang kontroversi dan merugikan
banyak pihak (http://m.liputan6.com/health/read/628867/rhoma-irama-lirik-dangoyang-dangdut-tak-harus-erotis).
Lirik lagu yang menonjolkan unsur bermuatan cabul, memperolok,
merendahkan, melecehkan, atau mengabaikan nilai- nilai agama dan martabat
manusia Indonesia merupakan bentuk pelanggaran terhadap Undang- Undang no
32 tahun 2002 tentang Penyiaran yakni pasal 36 ayat 5 dan ayat 6. Dan juga
bertentangan dengan Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran
(P3/ SPS) tahun 2009 yakni pasal 9, pasal 17, pasal 18, dan pasal 19.
Selain itu, lirik lagu bertema seksual dapat menimbulkan dampak erotis
pada setiap orang yang menikmati lagu tersebut. Seperti yang ditemukan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Brian A. Primack, M.D., Ed.M, M.S., dari Pusat
Penelitian Kesehatan di University of Pittsburgh School of Medicine, menemukan
adanya hubungan antara lirik lagu bertema seks dalam perannya mensugesti otak

Universitas Sumatera Utara

untuk memberikan rangsangan seksual. Dr Primack juga mengatakan lagu- lagu

bertema seks juga mempunyai pengaruh sebagai sugesti untuk melanjutkan ke sesi
seks yang sebenarnya (http://psychcentral.com/news/2009/02/26/song-lyricsinfluence-sexual-behavior/4366.html).
Lagu- lagu dangdut dengan menggunakan lirik- lirik yang mengandung
aspek erotisme yang dulu dianggap tabu, tidak menutup kemungkinan akan
menjadi dianggap lumrah dalam masyarakat. Seperti kata “dicumbu”, dulu
dianggap tabu namun sekarang dianggap lumrah dan menjadi budaya baru.
Lagu- lagu dangdut tersebut nantinya akan ditampilkan lewat media massa
dan menjadi konsumsi masyarakat umum. Namun yang perlu diketahui bahwa
masyarakat umum juga meliputi anak- anak dan kalangan remaja. Lagu- lagu
yang memiliki aspek erotika memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap anakanak dan remaja. Mengingat usia anak- anak dan remaja yang masih dalam tahap
pencarian jati diri, sulit menentukan mana yang baik dan mana yang buruk. Di
masa ini, seorang anak akan langsung mengikuti apa yang didengar atau dilihat.
Bila masih usia dini sudah disuguhi dengan lirik lagu- lagu dangdut yang erotis,
maka mereka akan sangat mungkin melakukan penyimpangan seksual.
Dangdut adalah musik yang lahir dari perpaduan musik populer India,
Arab, Barat, dan Melayu. Pada masa awal perkembangannya, musik dangdut
disebut Orkes Melayu (disingkat OM). Dalam periode awal itu, yaitu tahun 1960an, muncul beberapa penyanyi dan pencipta lagu terkenal. Diantaranya, Emma
Gangga, Hasnah Tahar, Said Effendi, Munif Bahaswan, Elly Khadam dan
sebagainya.
Penyebutan nama „dangdut‟ sendiri merupakan peniruan bunyi tabla

(dalam dunia dangdut disebut gendang), yaitu dang dan ndut. Pada awalnya nama
ini dianggap merendahkan musik tersebut. Selanjutnya perkembangan musik
dangdut sudah banyak dipengaruhi oleh aliran musik lainnya, antara lain musik
Pop, House Music, dan Rock. Pada awal tahun 1970- an, mantan pemusik rock
Rhoma Irama (sebelumnya bernama Oma Irama), bersama kelompok OM Soneta
(kemudian Soneta Group) dan pasangan duet Elvie Sukaesih, masuk dalam
blantika musik dangdut. Rhoma Irama mengurangi warna India dalam dangdut
dan meningkatkan warna Timur Tengah serta warna rock. Dengan perubahan ini

Universitas Sumatera Utara

dangdut menjadi sangat populer, dan Rhoma Irama kemudian dinobatkan menjadi
“Raja Dangdut” (Purba & Pasaribu, 2006: 78).
Musik atau lagu dangdut mengalami pasang naik, dari segi penjualan
rekaman, pertunjukan, dan produksi film. Kemudian semakin marak, seiring
munculnya penyanyi- penyanyi baru yang memiliki gaya tersendiri, diantaranya,
A. Rafiq, Mansyur S, Muchsin Alatas, Rita Sugiarto, Meggi Z, Rama Aiphama,
Itje Tresnawati, Inul Daratista, Evie Tamala, Camelia Malik dan lain- lain. Hingga
akhirnya memasuki dasawarsa 90- an ke tahun 2000, dangdut dapat diterima
sebagai salah satu milik budaya bangsa.

Dangdut terus berkembang dari tahun ke tahun. Dangdut kini terdengar
lebih modern. Musik dangdut mulai mendapat sentuhan alat- alat musik modern
seperti gitar elektrik, organ elektrik, perkusi, terompet dan lain- lain untuk
meningkatkan kreativitas para musisi. Dangdut juga semakin populer akibat
pengaruh dari berkembangnya industri kaset, peranan radio- radio swasta, surat
kabar dan majalah hiburan populer, iklan, dan akhirnya menjangkau dunia film.
Populer merupakan istilah yang menggambarkan musik yang memiliki
daya tarik yang luas dan biasanya didistribusikan kepada khalayak yang besar
melalui industri musik. Beberapa ciri dari musik populer adalah sebagai berikut:
(1) Lagu dan lirik akrab dengan pendengar; (2) Pemain profesional dengan
teknologi canggih; (3) Penyanyi adalah bintang; (4) Disebarluaskan lewat media;
(5) Mencari konsumen (audiens) secara maksimal; (6) Strategi pasar, menawarkan
unsur baru: penyanyi, gaya, lagu, aransemen, produksi, serta menyoroti gaya
hidup si penyanyi (sistem bintang/ idola); (7) Versi rekaman menjadi standar atau
patokan (Supanggah, Sumarno, Wijaya, & Anwar, 2009: 35).
Musik dalam hal ini lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi
massa. Dimana komunikasi massa merupakan proses penyampaian pesan yang
dikomunikasikan melalui media massa kepada sejumlah besar orang. Musik
merupakan media yang efektif untuk menyampaikan pesan. Penyampaian pesan
dapat dilakukan melalui lirik lagu kepada khalayak luas. Pada dasarnya lirik lagu
mengandung pesan dan makna yang ingin disampaikan oleh pencipta lagu kepada
khalayak. Musik, dalam hal ini lirik lagu adalah pesan yang akan disampaikan
pada khalayak melalui media tertentu. Musik dikemas, dipasarkan, dan disebarkan

Universitas Sumatera Utara

lewat media massa. Media massa digunakan untuk menyampaikan pesan yang
ingin disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Dalam hal ini penyanyi
sebagai komunikator untuk menyampaikan pesannya yang berbentuk lagu dengan
menggunakan media massa tertentu seperti radio dan televisi kepada
komunikannya yaitu khalayak luas. Pesannya yang bersifat linier, dan dari segi
fungsi, musik dapat digunakan sebagai sarana hiburan, dan juga bisa digunakan
sebagai media untuk menyalurkan aspirasi.
Penelitian dengan objek lagu dangdut sudah pernah dilakukan oleh Ermita
Febriani dari Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara dalam
penelitian yang berjudul Membongkar Makna Pesan Verbal dalam Lagu Dangdut
Kontemporer: Analisis Semiotika dalam Lirik Lagu Dangdut “Hamil Duluan”
yang dipopulerkan oleh Tuty Wibowo (2013). Kesamaan penelitian dengan
penelitian yang sudah ada terletak pada jenis lagu yaitu lagu dangdut, metode
yang digunakan yaitu metode kualitatif, dan paradigma yang digunakan yaitu
konstruktivisme. Sedangkan perbedaan dari keduanya terlihat dari segi metode
analisis dan kerangka teori.
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, Peneliti tertarik
melakukan penelitian terhadap erotisme dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam”,
“Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda.
I. 2. Fokus Masalah
Berdasarkan konteks masalah yang telah diurai, Peneliti merumuskan
bahwa fokus masalah, yaitu:
1. Bagaimana erotisme ditampilkan dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam”,
“Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda?
2. Bagaimana mitos terhadap erotisme dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam”,
“Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda?

Universitas Sumatera Utara

I. 3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus dan pembatasan masalah di atas, maka diketahuilah
tujuan- tujuan dari penelitian yang dilakukan, yaitu:
1. Untuk mengetahui erotisme ditampilkan dalam lirik lagu “Cinta Satu
Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda.
2. Untuk mengetahui mitos terhadap erotisme dalam lirik lagu “Cinta Satu
Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda.
I. 4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian adalah sebagai berikut ini:
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi
bagi pengembangan ilmu komunikasi, sebagai tambahan referensi, dalam
hal ini yang berhubungan dengan kajian lagu dan semiotika. Penelitian ini
juga ingin melihat bagaimana konstruksi dan pemaknaan terhadap
erotisme dalam lirik lagu- lagu dangdut, serta menambah pengetahuan dan
pengalaman ilmu mahasiswa di Departemen Ilmu Komunikasi FISIP
USU.
2. Secara teoritis, untuk menerapkan ilmu yang didapat selama menjadi
mahasiswa Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU serta menambah
cakrawala dan wawasan peneliti mengenai analisis semiotika.
3. Secara praktis, penelitian ini diharapkan mampu memberikan gambaran
dalam membaca makna yang terkandung dalam sebuah lagu “Cinta Satu
Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda melalui
semiotika, serta dapat menjadi masukan untuk perbaikan kepada siapa saja
yang ingin melakukan penelitian sejenis.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pemaknaan Lirik Lagu Judas (Studi Analisis Semiotika Lagu Lady Gaga yang berjudul Judas)

22 172 89

ANALISIS ISI UNSUR EROTISME PADA LIRIK LAGU DANGDUT KOPLO

7 33 47

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

8 139 140

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda).

1 9 99

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 13

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 2

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 1 26

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 4

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 5

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda)

0 0 22