REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda).

(1)

Malam” Oleh Melinda)

SKRIPSI

Oleh :

Citra Estiyaning Wamy

0643010255

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JATIM

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


(2)

“Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu

Malam” Oleh Melinda)

Nama Mahasiswa : Citra Estiyaning Wamy

NPM : 0643010255

Jurusan : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Telah disetujui untuk mengikuti ujian / Seminar Proposal

PEMBIMBING

Zainal Abidin Achmad, S.sos, Msi NPT. 3 7303 99 0173 1

KETUA JURUSAN

Juwito, S.Sos, MSi NPT. 3 6704 95 00361


(3)

karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” dapat terselesaikan dengan baik.

Maka pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Zaenal Abidin Achmad, MSi. MEd Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, nasehat serta motivasi kepada penulis. Dan penulis juga banyak menerima bantuan dari berbagai pihak, baik itu berupa moril, spiritual maupun materiil. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

2. Ibu Dra. Hj. Suparwati,Msi Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito ,S.Sos, Msi Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Saifudin Zuhri,Msi selaku sekertaris Jurusan Program Studi Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasioanal ”Veteran” Jawa Timur.


(4)

moril maupun materiil.

7. KakakKu Tercinta ”Viphi” yang selalu setia ngajarin dan bimbing adikmu ini. 8. My Engaged ”Anggi” yang sudah ngasih support dalam segala hal dan selalu

ngingetin biar tetep inget ma shalat.

9. Little Brother makasih buat support dan bantuannya.

10. Temen-teman seperjuangan 06 Ayu ”Anyuz”, Ganda, Ferdian ”Oom”, Dimas ”Samidhi”, Babe, kadhek, Hari ”Duyunk” terima kasih sudah mau nemenin dikampus dan sudah banyak membantu penyelesain skripsi ini.

11. Semua pihak yang secara langsung dan tidak langsung telah membantu penyusunan laporan praktek magang ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, maka kritik dan saran yang bersifat membangun sangatlah dibutuhkan guna memperbaiki kekurangan yang ada. Akhir kata semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca, khususnya untuk teman-teman di Jurusan Ilmu Komunikasi

Surabaya, November 2010


(5)

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ...………. iii

DAFTAR GAMBAR ………....…... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ……….... 1

1.2 Tujuan Penelitian ……… 10

1.3 Tujuan Penelitian ……… 10

1.4 Manfaat penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis ……… 11

1.4.2 Manfaat Praktis ………. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori …..……… 12

2.1.1 Representasi …..………... 12

2.1.2 Pengertian Seksualitas ………. 13

2.1.3 Perilaku Seksual ….………. 18

2.1.4 Budaya Sosial Masyarakat …..……… 22 2.1.5 Lirik Lagu sebagai Pesan dalam proses komunikasi Massa 23


(6)

2.1.9 Ideologi dan Mitologi ………. 34

2.2 Kerangka Berfikir ……….………..…….... 36

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian ……….……….. 38

3.2. Kerangka Konseptual ……….……… 40

3.2.1 Unit Analisis .……….………. 43

3.2.2 Corpus ……….……… 43

3.3. Teknik Pengumpulan Data …….………. 45

3.4. Teknik Analisis Data ………..……….………...…. 45

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran umum Obyek Penelitian... 47

4.2 Lirik lagu “Cinta Satu Malam” menurut Semiologi Roland Barthes... 49

4.3 Penyajian Data dan Pemaknaan Data... 50

4.3.1 Penyajian Data... 50

4.3.2. Pemaknaan Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”... 52

4.4. Analisis dan Interpretasi Data... 55


(7)

(8)

G

Gaammbbaarr 44..11.. PPeettaa TTaannddaa BBaarrtthheess...4949 G

Gaammbbaarr 44..22 .. PPeettaa TTaannddaa BBaarrtthheess ddaallaamm LLiirriikk WWaallaauu c

ciinnttaa kkiittaa sseemmeennttaarraa...5555 G

Gaammbbaarr 44..33 .. PPeettaa TTaannddaa BBaarrtthheess ddaallaamm LLiirriikk CCiinnttaa ssaattuu mmaallaamm...5858 G

Gaammbbaarr 44..44 .. PPeettaa TTaannddaa BBaarrtthheess ddaallaamm LLiirriikk BBuuaattkkuu MMeellaayyaanngg...6060 G

Gaammbbaarr 44..55 .. PPeettaa TTaannddaa BBaarrtthheess ddaallaamm LLiirriikk AAkkaann SSeellaalluu KKuukkeennaanngg...6262 G

Gaammbbaarr 44..66 .. PPeettaa TTaannddaa BBaarrtthheess ddaallaamm LLiirriikk BBuuaattkkuu MMeellaayyaanngg...6363 G

Gaammbbaarr 44..77 .. PPeettaa TTaannddaa BBaarrtthheess ddaallaamm LLiirriikk WWaallaauu SSaattuu MMaallaamm...6464 G

Gaammbbaarr 44..88 .. PPeettaa TTaannddaa BBaarrtthheess ddaallaamm LLiirriikk SSeennttuuhhaannmmuu M

Meemmbbuuaattkkuu TTeerrlleennaa...6565 G

Gaammbbaarr 44..99 .. PPeettaa TTaannddaa BBaarrtthheess ddaallaamm LLiirriikk AAkkuu TTeellaahh TTeerrbbuuaaii MMeessrraa...6666 G


(9)

Gambar 2.1. Peta Tanda Roland Barthes ……….. ... 33

Gambar 2.2. Diagram Kerangka Berfikir... 37

Gambar 2.3. Peta Tanda Roland Barthes ………...….….. ... 46

Gambar 4.1. Peta Tanda Barthes... 49

Gambar 4.2 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Walau cinta kita sementara ... 55

Gambar 4.3 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Cinta satu malam ... 58

Gambar 4.4 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Buatku Melayang ... 60

Gambar 4.5 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Akan Selalu Kukenang... 62

Gambar 4.6 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Buatku Melayang ... 63

Gambar 4.7 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Walau Satu Malam ... 64

Gambar 4.8 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Sentuhanmu Membuatku Terlena... 65

Gambar 4.9 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Aku Telah Terbuai Mesra... 66


(10)

Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda)

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengetahui representasi seksualitas dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang dibawakan oleh “Melinda” dengan menggunakan Semiologi Barthes yang dimaknai dengan menggunakan lima macam kode menurut Barthes, yaitu kode hermeunitik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik dan kode kultural untuk pemaknaan sebuah tanda, dari proses pemaknaan melalui pembacaan dari kode-kode tersebut akan diungkap substansi dari pesan dibalik lirik lagu “Cinta Satu Malam”

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode signifikasi dua tahap (two order of signification) dari Roland Barthes. Diaman pada tahapan pertama tanda denotatif (denotative sign) terdiri atas penanda dan petanda (signifier signified). Dan pada tahapan kedaua tanda denotatif (denotative sign) juga merupakan peanda konotatif (konotative signifier) sehingga muncul petanda konotatif (konotative signified) yang akan membentuk tanda konotatif (konotative sign).

Dari hasil penelitian ini Lirik lagu Cinta Satu Malam secara denotatif adalah berbicara tentang ungkapan kenikmatan dari hubungan seksual, yang berarti segala sesuatu yang menyangkut dan sikap berkaitan dengan perilaku seksual maupun orientasi seksual yang hanya berlangsung satu malam. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang menarik untuk menjadi bahan perbincangan, apalagi yang berhubungan dengan seksual, masalah ini merupakan masalah yang sensitif yang menyangkut masalah-masalah peraturan sosial, segi-segi moral, etika dalam masyarakat dan aturan-aturan dalam agama.


(11)

About Representation semiology "Sexuality" The lyrics "Cinta Satu Malam" By Melinda)

This research was conducted with the aim of knowing the representation of sexuality in the lyrics of the song "Cinta Satu Malam" by "Melissa" by using Barthes semiology is interpreted by using five kinds of code according to Barthes, namely hermeunitik code, code semik, symbolic code, code and code proaretik cultural meaning to a sign, of the meaning through reading of the codes would reveal the substance of the message behind the lyrics of the song "Cinta Satu Malam"

The method used in this study, using a two-step method of significance (two orders of signification), from Roland Barthes. Diaman the first stage denotative sign (denotative sign) consists of signifier and signified (the signified signifier). And at what stage kedaua denotative sign (denotative sign) is also a connotative peanda (konotative signifier) that appear connotative markers (konotative signified) that will form the connotative sign (konotative sign).

From the results of this study Love Song Lyrics One Night in denotative are talking about an expression of pleasure from sexual relations, which means that everything related to and attitudes related to sexual behavior and sexual orientation are linked with one new person we know, and only lasted one night. Problem behavior that deviates from the norm, has always been an attractive material for the subject of debate, especially related to sexual abuse, this issue is a sensitive issue concerning the problems of social rules, moral aspects, ethics in society and the rules in religion.


(12)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna, tanda-tanda adalah basis dari seluruh komunikasi (Littlejohn dalam sobur 2004 : 15). Manusia dengan perantaraan tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini, termasuk juga melalui sebuah media dalam meyampaikan pesannya, salah satunya adalah musik dan lagu.

Musik merupakan hasil dari budaya manusia diantara banyak budaya manusia yang lain yang menarik, karena musik memegang peranan yang sangat banyak di berbagai bidang. Musik senantiasa hadir dimanapun manusia berada dan menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi. Jika dilihat dari sudut pandang sosial, musik hingga menjadi sebuah lagu bisa disebut sebagai cermin tatanan sosial yang ada dalam masyarakat saat lagu tersebut diciptakan. Musik juga telah bergerak menjadi suatu usaha atau bisnis yang sangat menguntungkan.. Hal ini disebabkan karena musik disampaikan melalui beragam media komunikasi elektronik, misalnya radio, televisi, dan internet, ataupun melalui

sarana yang lain seperti pada saat pagelaran, konser musik, pertunjukkan yang diiringi musik.


(13)

melengkapi dan saling bergantung. Komponen tersebut antara lain terdiri dari paduan alat musik atau instrument, suara atau vocal dari penyanyi dan terakhir adalah lirik lagunya. Instrument dan kekuatan vocal penyanyi adalah sebagai tubuh, sedangkan lirik lagu adalah jiwa atau nyawa yang merupakan penggambaran music itu sendiri dan mempunyai peranan yang sangat penting. (Logos, 2005:2)

Yang menarik dari sebuah lagu adalah keberadaan liriknya, karena melalui lirik lagu, pencipta lagu ingin menyampaikan pesan yang merupakan pengekspresian dirinya terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di dunia sekitar, dimana dia berinteraksi di dalamnya.

Lirik lagu merupakan representasi dari sebuah realitas atau fenomena yang dirasakan pencipta. Jika menelusuri lirik lagu lebih dalam kita dapat melihat pandangan hidup dan pola pikir pencipta lagu. Musik hingga menjadi sebuah lagu dapat tercipta dalam waktu yang tidak bisa ditentukan dengan pasti, tergantung dari suasana hati, ide inspirasi si pencipta lagu yang muncul dalam saat menjalani hidup, atau berinteraksi dengan lingkungan sosialnya.

Pesan yang terkandung dalam sebuah lagu merupakan repreentasi dari pikiran ataupun perasaan dari si pencipta lagu sebagai orang yang mengirim pesan. Konsep ini dapat berupa ungkapan-unkapan dari perasaan senang, sediah atau marah, juga dapat berupa pendapat atau pujian atau bahkan kritik akan suatu hal. Pesan yang


(14)

bahwa pesan tersebut bersuber dari pola pikirnya serta dari frame of reference dan field of experiencenya. Sedangkan pola pemikiran maupun frame of reference dan field of experience seseorang itu terbentik dari hasil interaksinya dengan lingkungan sosial di sekitarnya.

Pemaknaan bahasa pada kegiatan pembuatan hasil karya lirik lagu pada sebuah karya seni musik berbeda pada kegiatan yang lain, seperti pada pemakaian sehari-hari. Perbedaan ini terlihat dari kalimat yang dibuat tersebut kareana didalamnya menganduung makna yang tersembunyi yang dapat dipersepsikan oleh khalayak sebagai sebuah maksud dari lirik lagu tersebut. Maka dari itu pada kata-kata merupakan suatu jalinan asosiasi, pikiran yang berkaitan serta perasaan yang melengkapi konsep yang diterapkan.

Dalam penulisan lagu-lagu komersial, konsep sex sells memang tidak dianggap remeh, sehingga ekspresi seksual pun menjadi salah satu elemen jualan penting yang dimasukkan oleh produser (pencipta lagu) supaya lagu-lagunya laris dipasaran. Sebagai strategi, ini merupakan hal yang wajar. Pesoalan akan timbul bilamana si pencipta lagu tidak bisa mengukur seberapa banyak bumbu seks harus ditakar dalam karya cipta si pencipta lagu. Antara masuk kategori seni atau kategori pornografi.(www.indonesiaindonesia.com/sexdalamlagu.htm)


(15)

karya lagu musisi Indonesia. Tentunya karena lagu adalah sebuah seni auditif, maka porsi terbesar yang mungkin bisa memuat seks adalah dalam ranah idea, yang akan terwujud dalam lirik lagu. Jika unsur seks dimasukkan ke dalam ranah auditif, hasilnya akan mengarah ke porno. Lain halnya jika unsur seks tersebut terkandung dalam lirik. Karena di dalam lirik lagu, si pencipta lagu bisa melakukan penyamaran, asosiasi atau metafora yang bisa membuatpendengar “berfikir ke arah sana” tanpa harus menyebutkannya secara jorok.

Penggunaan ide seks, bersifat tasteful atau beselera. Unsur-unsur yang bisa dimasukkan antar lain : tindakan atau aksi, kondisi seksual seperti orgasme, gairah, hornyness, attraction, sugesti feromone (bau-bauan), reaksi tubuh, segesti suasana, dan lain-lain. Ide seks yang berselera tinggi, umumnya tampil dalam bentuk sugestif, multi interpretativ. Bisa dikatakan sebagai seksual, dan bisa saja tidak. (www.indonesiaindonesia.com/sexdalamlagu.htm)

Kadang, asosiasi atau metafora seks yang seharusnya berselera tinggi, diterapkan melalui “style” yang tidak tepat mengakibatkan imaji yang justru distasteful (menurunkan selera), misalnya seperti penempatan lirik “Ah, ah, ah, mandi madu”. Konsep “mandi madu”, jika di asosiasikan dengan aktifitas seksual, sebenarnya terasa berselera tinggi. Tapi jika style yang digunakan mempunyai konotasi lekat dengan kehidupan malam kelas bawah. Jika ingin memasukkan unsur seks di dalam lagu, agar tidak terkesan murahan. Maka pencipta lagu


(16)

cinta. Nantinya jika pencipta lagu memasukkan unsur seksual, unsur tersebut berdiri sebagai suatu kesatuan penunjang untuk menggambarkan sesuatu (cinta) yang luhur atau abadi atau mendalam atau suci dan lain-lain. Dengan demikian, asosiasi pendenagr tidak mengarah pada aspek jorok, melainkan aspek sisi selera seni yang tinggi. (www.indonesiaindonesia.com/sexdalamlagu.htm)

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut dan sikap berkaitan dengan perilaku seksual maupun orientasi seksual. Kata seksualitas berasal dari kata dasar “seks”, yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah hubungan intim dan mesra dalam kaitannya dengan bermacam-macam hubungan antar pria dan wanita. Seks bukanlah sesuatu yang menakutkan karena seks merupakan karunia dari Tuhan, secara alamiah dorongan seksual ini memang harus terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi mempertahankan keturunan, dan seks dapat dikatakan sebagai kenikmatan bagi setiap orang, asal dilakukan dalam konteks yang sebenarnya yaitu ikatan pernikahan.

Saat ini seks bukan lagi sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan, bahkan pada saat, zaman, keadaan, waktu, dan juga revolusi pola pikir manusia tak jarang seks di jadikan sebagai gaya hidup (life style).. Tetapi bila seks dilakukan sebelum waktunya justru dapat memiliki dampak psikologis yang sangat serius, seperti rasa bersalah, gelisah, depresi, takut dan lain sebagainya.


(17)

dilakukan saling berciuman, saling meraba tubuh, saling membuka baju dan yang terakhir kemidian melakukan senggama. Langkah awal sebelum melakukan kegiatan seksual adalah dari ajakan untuk berkencan dahulu atau berpacaran yang dapat dilakukan dirumah hingga ketempat-tempat hiburan, kemudian menciptakan hubungan intim yang diteruskan dengan mulai berpelukan, saling meraba atau hingga kearah yang lebih intim.

Bagi masyarakat golongan tradisional yang terkait kuat dengan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, terutama bagi kalangan yang dianggap belum dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk sebagai suami-istri merasa risih jika membicarakan tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa dengan hukum-hukum adat, agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan seks secara alamiah ini dalam prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.

Pada kenyataannya dijaman yang modern ini kehidupan seks masyarakat sudah semakin kurang terkendali karena pengaruh dari budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur bangsa kita dan norma ketimuran. Banyak kejadian yang kita dengar dan kita lihat, misalnya saja seks bebas, perselingkuhan dan lain sebagainya. Dimana orang melakukan hubungan seks bukanlah sesuatu yang


(18)

yaitu tertular penyakit kelamin. Dalam kehidupan sehari-hari sering kita jumpai para remaja yang bergaul secara bebas antara laki-laki dan perempuan tanpa batasan-batasan, hal ini karena saat ini banyak sekali fasilitas yang mendukung untuk dapat melakukan aktifitas pergaulan bebas tersebut, misalnya saja : club malam, café music, diskotik, bahkan tempat karaoke pun kadang disalahgunakan bagi mereka untuk ajang pergaulan bebas.

Persepsi masyarakat terhadap perilaku seksual cenderung menghalalkan seks atas dasar argument saling suka, cinta, saling membutuhkan dan situasi yang mendukung. Kondisi semacam ini mengisyaratkan suatu perselingkuhan baik sebelum atau sesudah pernikahan.

Dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang dipopulerkan oleh penyanyi dangdut Melinda yang sebelumnya terkenal dengan lagu “Capek dech” mengandung pemahaman pada sesuatu yang kontra dengan norma agama dan norma-norma yang ada di masyarakat dan berkaitan erat dengan fenomena sosial yang terjadi saat ini, dimana seks bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan baik bagi kalangan remaja maupun orang dewasa. “Cinta Satu Malam”, bisa diartikan banyak bisa positif bisa juga negatif, membahas masalah cinta tidak akan ada habisnya Pada lagu yang bergenre dangdut house music menggambarkan tentang seksualitas. Dimana kisah cinta yang terjadi begitu singkat hanya satu malam namun dikenang sampai akhir


(19)

menyimak liriknya sangat dalam maknanya.

Dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam” apabila dipahami perkalimat, tidak dapat menunjukkan makna yang sepenuhnya. Akan tetaapi bila di ikuti kalimat berikutnya, maka lirik tersebut akan menunjukkan makna/arti yang sebenarnya sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara suara belaka.

Realitas sosial yang terkait dengan lirik lagu “Cinta Satu Malam” akhir-akhir ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Banyak sekali kasus yang muncul terutama di kota-kota besar, dimana kehidupan manusia semakin berkembang pergaulannya, apa yang tidak boleh oleh agama, orang tua atau aturan-aturan yang ada, semakin di langgar, seperti perselingkuhan, seks bebas dan lain sebagainya..

Masalah bisa timbul dari perbedaan persepsi dibenak penikmat musik dikarenakan ketidakjelasan makna lirik lagu dalam musik mengakibatkan kesalahan persepsi ini yang kemudian menimbulkan gejolak dalam masyarakat dan dapat menyudutkan salah satu pihak. Lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang di populerkan oleh penyanyi dangdut Melinda adalah sebuah proses komunikasi yang mewakili seni karena terdapat informasi atau pesan yang terkandung dalam simbol lirik lagu tersebut yang sengaja digunakan oleh komunikator untuk disampaikan kepada komunikan dengan menggunakan bahasa yang


(20)

suatu bentuk komunikasi verbal.

Penyanyi dangdut yang sebelumnya lebih dikenal dengan lagu “Capek Dech’ ini membuat sebuah lagu dengan lirik gaya bahasa yang mempunyai makna yang dalam, sehingga menimbulkan pemahaman yang berbeda-beda dalam masyarakat yang mendengarnya. Bahasa timbul dalam berbagai variasi ujaran atau bahasa tertulis. Kalau kita mendengarkan ujaran seseorang atau membaca sebuah tulisan, kadang-kadang kita sulit untuk memahami apa yang diujarkan atau yang kit abaca. Keraguan, kebingungan dalam mengambil keputusan tentang makna dan aneka tafsiran makna.

Semiologi adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari bahsa secara terpisah dari kandungnnya. Didalam semiologi seseorang diberikan “kebebasan” didalam memaknai sebuah tanda (Kurniawan, 2001 :15). Sementara itu bagi barthes semiologi mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal-hal (things). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal tersebut objek-objek iti hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (kurniawan, 2001 : 53).

Penelitian tentang semiologi yaitu pemaknaan system tanda bahasa, salah satunya untuk melihat bagaimana pencipta lagu member makna pada lagu tersebut dan seperti apa ia merefleksikan permasalahan kedalam sistem tanda komunikasi berupa lirik lagu. Untuk menganalisa sistem tanda komunikasi bahasa berupa lirik lagu


(21)

semiologi Roland Barthes. Yaitu, petanda (aspek material), penanda (aspek mental), tanda denotative, penanda konotatif, petanda konotatif dan tanda konotatif. Aspek material adalah lirik lagu yang ada dalm lagu “Cinta Satu Malam” , sedangkan aspek mental adalah gambaran yang muncul pada peneliti ketika membaca aspek material pada lirik lagu tersebut. Peneliti akan menganalisis perkalimat berdasarkan peta tanda Roland Barthes, kemudian peneliti memaknai kalimat-kalimat, lalu akan memaknai perbait dan memaknai keseluruhan lirik lagu “Cinta Satu Malam”

Dari fenomena yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk mengkaji lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang dibawakan oleh penyanyi dangdut “Melinda”. Sehingga penelitian ini berupaya lebih menitikberatkan pada “Representasi Seksualitas” dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “ Bagaimanakah representasi seksualitas pada lirik lagu “Cinta Satu Malam” oleh penyanyi dangdut “Melinda”?


(22)

seksualitas dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang dibawakan oleh “Melinda”.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada perkembangan serta pendalaman studi komunikasi dengan menganalisis semiologi dalam lirik lagu.

1.4.2 Manfaat Praktis

Membantu pembaca dan penikmat musik dalam memahami lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang di populerkan oleh penyanyi dangdut Melinda diharapkan dapat menjadi kerangka acuan bagi pencipta musik agar semakin kreatif dalam menggambarkan suatu lirik lagu.


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Representasi

Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut “pengalaman berbagi”. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam “bahasa” yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental. Yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua “bahasa”, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam “bahasa” yang lazim, supaya kita da[at menghubungkan konsep dan ide tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu. (www.kunci.or.id/nws/representasi tanggal 15/07/2010 pukul 21;18)

Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara


(24)

sesuatu dengan sistem peta konseptual kita. Dalam proses kedua, kita mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem peta konseptual dengan bahasa atau symbol yang berfungsi merepresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara sesuatu, peta konseptual, dan bahasa atau simbol adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan antara ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang kita namakan representasi. (www.kunci.or.id/nws/representasi tanggal 15/07/2010 pukul 21;18)

2.12 Pengertian Seksualitas

Seksualitas adalah segala sesuatu yang menyangkut dan sikap berkaitan dengan perilaku seksual maupun orientasi seksual. Kata seksualitas berasal dari kata dasar “seks”, yang berasal dari bahasa Inggris yang artinya adalah hubungan INTIM, saat ini seks bukan lagi sesuatu yang tabu untuk diperbincangkan, bahkan pada saat, zaman, keadaan, waktu, dan juga revolusi pola pikir manusia tak jarang seks di jadikan sebagai gaya hidup (life style). ‘Seks” juga yang memiliki beberapa arti, yaitu:

1. Jenis Kelamin: keadaan biologis manusia yang membedakanlaki da perempuan. Istilah jenis kelamin berbeda dengan jender. Jender adalah pembedaan jenis kelamin berdasarkan peran yang dibentuk


(25)

oleh masyarakat/budaya tertentu (misalnya perempuanlembut,laki-laki kasar).

2. Reproduksi Seksual: Membuat bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu laki maupun perempuan bisa menghasilkan bayi dengan kondisi-kondisi tertentu. Bagian tubuh itu disebut alat atau organ reproduksi. Organ reproduksi laki-laki dan perempuan berbeda karena punya fungsi yang berbeda.

3. Organ reproduksi: organ reproduksi laki-laki dan perempuan terdiri atas organ bagian luar dan bagian dalam.

4. Rangsangan atau Gairah Seksual: rangsangan seksual dapat disebabkan perasaan tertarik sekali (seperti magnit) pada seseorang sehingga terasa ada getaran “aneh” yang muncul dalam tubuh.

5. Hubungan Seks: Hubungan seks (HUS) terjadi bila dua individu saling merasa terangsang satu sama lain (dapat terjadi pada lain jenis maupun pada sejenis) sampai organ seks satu sama lain bertemu dan terjadi penetrasi.

6. Orientasi seksual (sexual orientation) adalah kecenderungan seseorang mencari pasangan seksualnya berdasarkan jenis kelamin. Ada tiga orientasi seksual:


(26)

• Homoseksual (tertarik pada jeniskelamin yang sama: gay pada laki-laki, lesbian pada perempuan). 50 Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya

• Biseksual (tertarik pada dua jenis kelamin: laki-laki dan perempuan).

7. Kelainan Perilaku Seksual (sexual disorders) adalah kecenderungan seseorang untuk memperoleh kepuasan seksual melalui tingkah laku tertentu. Misalnya:

- Vayourisme

- Fetihisme

- Sanisme: memperoleh kepuasan seksual dengan melukai/menyiksa pasangannya.

- Machosisme: memperoleh kepuasan seksual dengan melukai diri sendiri.

Seksualitas adalah konstruksi historis yang dibentuk oleh banyak hal. Mulai dari faktor biologis, mental, identitas gender, perbedaan budaya, kecakapan reproduktif, keperluan, keinginan, hingga fantasi-fantasi. Semuanya tentunya terikat dengan norma-norma atau nilai budaya yang ada di masyarakat.

Orang banyak memandang seksualitas adalah hal tabu yang sangat pantang untuk dibicarakan. Padahal dalam Al-Quran sendiri


(27)

seks dipaparkan dengan sangat indahnya, dengan kata-kata kiasan yang begitu indah, yang menunjukkan, seks tidak pantang untuk di bicarakan. (www.shvoong.com)

Menurut antropolog dan pakar kajian perempuan dari University of Western, Australia, Dr. Lyn Parker, dunia barat mengenal tiga konsep seksualitas, yaitu heteroseksual, gay, dan lesbian.

Dalam dunia barat, seksualitas tak ada hubungannya dengan seks, reproduksi, ataupun komitmen. Seks bisa dilakukan dengan banyak orang, tanpa komitmen dan tak ada akibat dengan reproduksi. Di Indonesia sebaliknya. "Hanya seksualitas yang heteroseksual yang dianggap pantas. Begitu pun dengan keluarga yang heteroseksual. Seksualitas yang aktif seharusnya terjadi dalam pernikahan. Maka itu, di Indonesia selalu ada kaitan antara pernikahan, seksualitas, dan reproduksi. Konseptualisasi seksualitas dalam konteks Indonesia selalu mempertimbangkan agama. (ikarlina@gmail.com/seksualitas‐dan‐ keremajaan‐beda‐di.html)

Fenomena yang terjadi di Indonesia saat ini, masih banyak pro dan kontra di kalangan masyarakat terkait pendidikan seks bagi para remaja. Selain itu, pembicaraan-pembicaraan mengenai masalah seks, masih dianggap sebagai hal yang tabu untuk dibahas. Dan sebagian masyarakat masih berpandangan stereotype dengan pendidikan seks, bahwa seolah-olah hal itu sebagai sesuatu yang vulgar untuk


(28)

disampaikan kepada para remaja. Karena membicarakan seks dan pendidikan mengenai itu masih dianggap tabu, maka justru akan mendorong para remaja untuk berhubungan seks. (redaksi@voa-islam.com tanggal 31 Jul 2010)

Cara pandang para remaja terhadap seksualitas perlu diarahkan, agar mereka tidak salah menganggap hal alamiah itu menjadi sebuah aktivitas yang biasa untuk dilakukan bagi kalangan usia muda.

Pengamat kesehatan, Dr Tengku Yenni Febrina di Medan, mengungkapkan masa remaja merupakan saat fase transisi dari anak-anak menuju dewasa, sehingga pada masa itu mereka membutuhkan perhatian dari orang tua dan sekolah untuk kehidupan sosialisasi pergaulan remaja.

Pada masa remaja perlu mendapat bimbingan yang cukup besar dari orang para orang tua. Sehingga para remaja tersebut tidak akan mudah terpengaruh atau terjurumus dari perbuatan negatif, serta pergaulan bebas yang merugikan masa depan mereka. Salah satu pergaulan bebas saat ini yang paling populer adalah menganggap free sex sebagai hal yang biasa untuk dilakukan.

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian para remaja terhadap pergaulan bebas, bahaya serta risiko yang akan dialami jika melakukan hal itu, dan mereka perlu diberikan pendidikan seks yang benar dan jelas. Cara pandang remaja yang salah terhadap seksualitas,


(29)

akan memberikan dampak negatif terhadap generasi muda, terlebih tatanan kehidupan sosial nantinya yang disebabkan salah kaprah memahami hal itu. Bahkan, dengan terjadinya kekeliruan itu, remaja perempuan lebih rentan terhadap berbagai resiko yang akan diderita dari perilaku seksual secara bebas tanpa ikatan agama.

2.1.3 Perilaku Seksual

Membicarakan seks bukanlah menjadi suatu pembicaraan yang tabu walaupun sebagian tradisi di daerah melarang menceritakan tentang perilaku seksualitas terkait dengan norma-norma dan nilai-nilai yang mengikatnya sehingga banyak individu-individu maupun kelompok tertentu malu menceritakan masalah seks, apalagi penyakit kelamin. Pemahaman tentang perilaku seksualitas sungguh memprihatinkan, apalagi institusi pendidikan masih kurang mengenalkan pelajaran tentang perilaku seksualitas dan kesehatan reproduksi karena di anggap masih tabu, bahkan kebijakan negara mengenai masalah pornografi, keluarga berencana dan permasalahan ini mendoktrin masyarakat sebagai hal yang sungguh privasi bahwa semua permasalahan seks dapat dipelajari dengan sendirinya, hal ini terjadi terkait dengan gejala sosial yang mempengaruhi kesadaran individu serta perilakunya yang berbeda dari karakteristis psikologis, biologis individu.


(30)

Perilaku seksual merupakan salah satu kebutuhan pokok yang senantiasa mewarnai pola kehidupan manusia dalam masyarakat. Perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan batas kepentingan tersendiri terhadap perilaku seks. Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilai dan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandang seks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.

Gejala sosial yang riil merupakan fakta sosial yang harus dipelajari secara sistematis dengan metode-metode empiris, seperti yang di ungkapkan oleh ahli sosiologis Emile Durkheim sebagai kekuatan yang memaksa, bersifat eksternal. Kehadiran kekuatan ini dapat di kenal walaupun tidak di ikuti, baik dengan adanya sanksi tertentu maupun perlawanan yang diberikan kepada setiap usaha individu yang cendrung melanggarnya. Fakta sosial terkait dengan


(31)

perilaku seksualitas individu-individu memberikan perspektif bahwa perilaku seksualitas menjadi suatu privasi pribadi individu tetapi menjadi akar permasalahan sosial yaitu pelacuran sebagai transaksi bisnis yang disepakati oleh pihak yang terlibat sebagai suatu yang bersifat kontrak jangka pendek, yang memungkinkan satu orang atau lebih mendapatkan kepuasan seks dengan metode yang beranekaragam.( Perkins dan Bernnet. 1985 ), kekerasan dalam rumah tangga, pekerjaan, kesehatan reproduksi dan ketidakadilan gender.

Permasalahan terkait dengan perilaku seksualitas dari perspektif gender dalam satu fakta sosial riil memberikan penjelasan bahwa pengaturan-pengaturan yang mengikat tidak memberikan ruang bebas dalam memberikan solusi permasalahan perilaku seksualitas. (Johnson Doyle Paul : 174-178)

Secara biologis perilaku seksualitas manusia merupakan fungsi kegiatan harmonial, khususnya kegiatan hormon-hormon seks di dalam tubuh setiap manusia, terkait dengan gender. Istilah gender tercetus pada tahun 1972 oleh sosiolog feminis dari Inggris bernama An Oakley yang ketika itu merefleksikan tubuh perempuan penuh dengan embel oleh masyarakat sebagai suatu kodrat sehingga proses embel-embel dinamakan dengan istilah ”pengenderan”. Istilah gender menunjuk pada perilaku kedua seks jantan dan betina yang dipelajari dan diharapkan secara sosial bahkan merupakan konstruksi sosial


(32)

Perilaku seksual dipengaruhi oleh hormon estrogen dan progesteron pada wanita serta hormon testosteron pada laki-laki. Hormon estrogen memicu timbul-timbulnya gejala psikologis dari birahi dan memicu timbulnya tanda-tanda fisik pada wanita begitu pula dengan hormon testosteron pada laki-laki memicu timbulnya tanda-tanda fisik pada laki-laki. Perbedaan secara biologis memicu terjadinya perbedaan gender serta menjadi alasan bagi laki-laki untuk mengesahkan perbedaan peran sosial atas dasar gender. Ketidakadilan atas gender semakin menyudutkan kaum perempuan dalam aktivitas sosial maupun segala bidang pekerjaan bahkan budaya patriarki mendukung alasan ketidakadilan gender. (Subagya 2009)

Kaum perempuan terbelenggu oleh fakta sosial yang riil terjadi di masyarakat bahwa norma-norma dan nilai-nilai yang mengikat kaum perempuan tidak memberikan ruang bebas dalam segala bidang. Fakta sosial terkait dengan kebijakan negara yaitu pornografi, keluarga berencana, kesehatan reproduksi terkait dengan kesuburan, sikap masyarakat terhadap perempuan hamil, perempuan pekerja. Pada manusia, perilaku seksualitas merupakan interaksi antara perilaku prokreatif dengan situasi fisik serta sosial yang melengkunginya. Dalam konsep Sigmund Freud tentang seksualitas manusia bukan sekedar kegiatan genitalia dengan tujuan prokreatif tetapi lebih merupakan perilaku mencari kesenangan dalam arti luas ( Eros ),yang


(33)

terdiri dari 2 unsur yaitu pelestarian pribadi ( Self Preservation) dan reproduksi.

Dalam kasus Poligami sebagai perilaku seksual yang normal bagi laki-laki di berbagai komunitas tradisional dunia, sedangkan perilaku seksual poliandri secara universal belum dapat diterima sebagai kenyataaan realitas sosial. Perilaku homoseksual, gay dan lesbian masih belum diterima sebagai fakta sosial yang ada. (Kartono. 1989 : 1-9)

2.1.4 Budaya Sosial Masyarakat

Menurut bahasa Kebudayaan, culture dalam bahasa Belanda dan culture dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Latin “colore” yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Dari pengertian budaya dalam segi demikian berkembanglah arti culture sebagai ‘segala daya dan aktivitet manusia untuk mengolah dan mengubah alam”.

Menurut istilah Kebudayaan adalah sebagi semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah yang diperlukan manusia untuk mnguasai alam sekelilingnya untuk keperluan masyarakat. Rasa yang meliputi jiwa manusia yang mewujudkan segala kaidah-kaidah dan nilai-nilai kemasyarakatan. Cipta merupakan kemampuan mental, kemampuan berfikir dari orang-orang yang hidup


(34)

sebagai anggota mesyarakat, semua karya, rasa, dan cipta dikuasai oleh karsa dari orang-orang yang menentukan kegunaanya agar sesuai dengan kepentingan masyarakat. (Selo Soemarjan dan Soelaeman Sumardi).

a. Perubahan sosial

Perubahan sosial adalah perubahan dalam masyarakat yang mempengaruhi sistem sosial, nilai, sikap, dan pola perilaku individu dalam kelompoknya.

b. Perubahan budaya

Perubahan budaya adalah perubahan yang terjadi dalam sistem ide yang dimiliki bersama pada berbagai bidang kehidupan dalam masyarakat yang bersangkutan.

2.1.5 Lirik Lagu sebagai Pesan dalam proses komunikasi Massa

Perkembangan musik di Indonesia saat ini menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Menurut Sawung Jabo, hal ini bisa terjadi karena adanya sifat yang lentur dari kebudayaan di Indonesia, yang selalu terbuka terhadap sumber-sumber dari luar. Masyarakat Indonesia selalu tanggap dan menghimpun segala sesuatu hal yang baru dan menciptakan kembali. Sebagai contoh sering kita temukan adanya adaptasi kata-kata dari lagu pop Amerika mengenai cinta yang dicerna oleh komponis Indonesia. (Sobur, 2003:148)


(35)

Pesan terdiri dari dua spek, yakni isi atau isi pesan (the content of message) dan lambang (symbol) untuk mengekspresikannya. Sebagai sebuah pesan, lirik lagu juga memiliki dua spek tersebut. Aspek isi dalam lirik lagu adalah hal apa yang terkandung dalam lirik lagu yang ingin disampaikan si pencipta kepada khalayaknya. Aspek lambang dalam lirik lagu adalah kata-kata yang merupakan bahsa lisan yang disampaikan secara khusu yaitu dengan dinyanyikan mengikuti pola-pola nada dan irama tertentu dengan iringan musik. (Effendy, 1993:312)

Lirik lagu merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan (yang bisa ditulis untuk didokumentasikan). Makna yang terkandung bisa eksplisit atau implicit tergantung dari tujuan pola pikir penciptanya. Ia dapat merupakan suatu bentuk respon dari kejadian-kejadian yang ada, sehingga dalam lirik lagu dapat berisi ungkapan-ungkapan baik pujian maupun kritik sosial.

Untuk memahami sebuah lirik lagu, berarti harus memahami maknanya, baik yang eksplisit maupun yang implisit. Lirik lagu pada hakekatnya adalah suatu karya seni yang menggunakan suatu bahsa sebagi medium dan juga suatu bentuk pengungkapan pendapat dari pencipta lirik lagu kedalam bentuk lambang-lambang.

Suatu lirik lagu dapat menggambarkan realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan


(36)

perilaku seks bebas yang ada dalam masyarakat. Musik terkait erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupoakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bunyi suara belaka, karena juga menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah pergaulan hidup dengan wadah bahsa atau lirik sebagai penunjangnya.

Dalam penelitian ini, lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang dibawakan oleh Melinda sebagai proses pesan. Dan pesan tersebut dipaparkan dalam pembentukan tanda-tanda berupa kata-kata dalam bentuk bahsa lewat sebuaj lirik lagu.

2.1.7 Makna Dalam kata

Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang membingungkan . untuk menjelaskan istilah makna, harus dilihat dari segi kata, kalimat dan apa yang dibutuhkan oleh pembicara untuk berkomunikasi. Secara luas makna dapat diartikan sebagi pengertian yang diberikan kepada sesuatu bentuk kebahasaan. Istilah makna meskipun membingungkan sebenarnya lebih dekat dengan kata. Sering kita berkata, apa artinya kata ini, apakah artinya kalimat itu ? (Pateda,2001:79)


(37)

Bagi orang awam untuk memahami makna tertentu, ia dapat mencari dikamus, sebab di dalam kamus terdapat makan kata yang disebut makna leksikal. Dalam kehidupan sehari-hari orang sulit menerapkan makna yang terdapat di dalam kamus, sebab makna sebuah kata sering bergeser jika berada dalam satuan kalimat.

Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam suatu komunikasi secara tekhnis, kata adalah satuan ujaran yang berdiri sendiri yang terdapat di dalam kalimat, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi. Makna dalam kata yang dimaksud disini yakni berbentuk yang sudah dapat diperhitungkan sebagai kata atau dapat disebut sebagai makna leksikal yang terdapat didalam kamus ( Pateda, 2001:34).

Agar dapat mengunakan makna, perlu dibedakan beberapa pengertian antara lain (Muhadjir dalam Sobur, 2003 ; 256) :

- Terjemah atau translation

Terjemah merupakan upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda, media tersebut mungkin berupa bahasa yang satu ke bahasa yang lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya.


(38)

Kepada penafsiran tetap bepegangan pada materi yang ada, dicari latar belakangnya supaya konteksnya dapat dikemukakan konsep atau gagasan yang lebih jelas.

- Ektrapolasi

Lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal dibalik yang tersajikan.

- Pemaknaan atau meaning

Memberikan makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut pada kemampuan intregratif manusia : inderawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Materi yang disajikan seperti juga ekstrapolasi dilihat tidak lebih dari tanda-tanda atau indikator bagi sesuatu yang lebih jauh, hanya saja ektrapolasi terbatas dalam arti empiric logic, sedang pada pemaknaan dapat menjangkau yang etik ataupun transcendental lebih kongkrit lagi.

2.1.8 Kode-Kode Pembacaan

Untuk memberi ruang atensi lapang bagi desiminasi makna dan pluralitas teks, Roland Barthes (1990:13) mencoba memilah-milah penanda-penanda pada wacana naratif kedalam serangkaian fragmen ringkas dan beruntunyang disebutnya sebagai leksia-leksia (lexias), yaitu satuan-satuan pembacaan (units of reading) dengan panjang


(39)

pendek yang bervariasi. Sepotong bagian “teks”, yang bila diisolasikan akan berdampak atau memiliki fungsi yang khas bila dibandingkan dengan potongan-potongan ‘teks” lain disekitarnya, adalah sebuah leksia.

Segala sesuatu yang bermakna tergantung pada kode. Menurut Roland Barthes didalam teks setidaknya beroperasi lima kode pokok (five major codes) yang didalamnya semua penanda tekstual (baca leksia) dapat dikelompokkan. Setiap atau masing-masing leksia dapat dimasukkan kedalam salah atu dari lima buah kode ini. Kode-kode ini menciptakan sejenisa jaringan (network). (Barthes,1990:20). Adapun kode-kode pokok tersebut yang dengannya seluruh aspek tekstual yang signifikan dapat dipahami meliputi aspek sintagmatik dan semantic sekaligus, yaitu menyangkut bagaimana bagian-bagiannya berkaitan satu sama lain dan terhubung dengan dunia luar teks.

Kelima jenis kode tersebut meliputi kode hermeunitik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode cultural :

1. Kode Hermeunitik (hermeunitic code) adalah satuan-satuan yang dengan berbagai cara berfungsi untuk mengartikulasi suatu persoalan, penyelesaiannya, serta aneka peristiwa yang dapat memformulasikan persoalan tersebut, atau yang justru menunda penyelesaiannya, atau bahkan menyusun semacam teka-teki (enigma) dan sekedar member isyarat bagi penyelesaiannya


(40)

(Barthes, 1990;17). Pada dasarnya kode ini adalah sebuah kode “pencitraan”, yang dengannya sebuah narasi dapat mempertajam permasalahan, menciptakan ketegangan dan misteri, sebelum memberikan pemecahan atau jawaban.

2. Kode Semik (code of semes) atau konotasi adalah kode yang memanfaatkan isyarat, petunjuk, atau “kilasan makna” yang ditimbulkan oleh penanda-petanda tertentu. Pada tataran tertentu kode konotatif ini agak mirip dengan apa yang disebut oleh para kritikus sastra anglo-America sebagai ‘tema’ atau “struktur tematik”, sebuah Thematic Group.(Barthes, 1990:19)

3. Kode Simbolik (symbolic code) merupakan kode “pengelompokkan” atau konfigurasi yang gampang dikenali karena kemunculannya yang berulang-ulang secara teratur melalui berbagai cara dan sarana tekstual, misalnya berupa serangkaian anitesis : hidup dan mati, diluar dan didalam, dingin dan panas, dan seterusnya. Kode ini memberikan dasar bagi struktur simbolik.(Barthes,1990:17)

4. Kode Proairetik (proairetic code) merupakan kode “tindakan” (action). Kode ini didasarkan atas konsep proairesis, yakni “kemampuan untuk menentukan hasil atau akibat dari suatu tindakan secara rasional” (Barthes, 1990:18), yang mengimplikasikan suatu logika perilaku manusia;


(41)

tindakan-tiindakan membuahkan dampak-dampak, dan masing-masing dampak memiliki nama generic tersendiri, semacam “judul” bagi sekuens yang bersangkutan.

5. Kode cultural (cultural code) atau kode referensial (reference code) yang berwujud sebagai semacam suara kolektif yang anonym dan otoratif: bersumber dari pengalaman manusia, yang mewakili atau berbicara tentang sesuatu yang hendak dikukuhkannya sebagai pengetahuan atau kebujaksanaan yangt diterima umum. Kode ini bisa berupa kode-kode pengetahuan atau kearifan (wisdom) yang terus menerus dirujuk oleh teks, atau yang menyediakan semacam dasar autoritas moral dan ilmiah bagi suatu wacana.(Barthes, 1990:18)

2.1.9 Semiologi Roland barthes

Roland Barthes dikenal sebagai salah seorang pemikir strukturalis yang getol mempraktikkan model linguistic dan semiologi Saussure. Pendekatan karya strukturalis mmeberikan perhatian terhadap kode-kode yang digunakan untuk menyusun makna. Strukturalisme merupakan suatu pendekatan yang secara khusus memperhatikan struktur karya sastra atau seni. Fenomena kesastraan dan estetika didekati sebagai sistem tanda-tanda.(Budiman, 2003;111)


(42)

lain, Barthes memperhatikan makna sebagai proses negoisasi antara pembaca dengan penulis melalui teks.Tanda-tanda yang terdapat dalam teks berinteraksi dengan pengalaman personal an cultural penggunanya dan juga secara konvensi dengan apa yang diharapkan dan dialami oleh penggunanya.(Fiske,2006:17)

Semiologi Barthes mengacu pada Saussure dengan meyelediki hubungan penanda dan petanda pada sebuah tanda. Hubungan penanda dan petanda ini bukanlah kesamaan (Equality), tetapi ekuivalen. Bukannya yang satu membawa pada yang lain, tetapi korelasilah yang menyatukan keduanya.

Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi signifier (penanda) dan signified (petanda). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dank arena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya suatu petanda, tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda, petanda atau yang ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistic. “Penanda dan petanda merupakan kesatuan, seperti dua sisi dari sehelai kertas’.(Sobur, 2004:46)

Gagasan Barthes ini dikenal dengan order of signification. Yaitu mencakup denotasi (makna sebenarnya sesuai kamus) dan konotasi (makna ganda yang lahir dari pengalaman cultural personal). Disinilah letak perbedaan Saussure dengan Barthes, meskipun Barthes tetap mempergunakan Signifier dan Signified yang di usung Sausure.


(43)

Konotasi dan metabahasa adalah cermnan yang berlawanan satu sama lain. Metabahasa adalah operasi yang membentyk mayoritas bahasa-bahasa-ilmiah yang berperan untuk menerapkan sistem riil, dan dipahami sebagai petanda, diluar kesatuan penanda-penanda, asli, diluar alam deskriptif. Sedangkan konotasi meliputi bahasa-bahasa yang sifat utamanya sosial dalam hal pesan lliteral member dukungan bagi makna kedua sebuah tatanan arifisial atau ideologis secara umum.(Kurniawan, 2001:68)

Salah satu area yang penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran “pembaca” (the reader). “Pembaca” mempunyai kekuasaan absolute untuk memaknai sebuah hasil karya (lirik lagu) yang dilihatnya, bahkan tidak harrus sama dengan maksud pengarang. Semakin cerdas pembaca itu menafsirkan, semakin cerdas pula karya lirik dalam lagu itu memberikan maknanya. Wilayah kajian “teks” yang dimaksud Barthes memang sangat luas, mulai bahasa verbal seperti karya sastra hingga fashion atau cara berpakaian. Konotasi, walaupun merupakan sifat asli tanda, membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagi sistem pemaknaan tataran ke-dua, yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. (Sobur, 2004:68-69)


(44)

ke-ke-dua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang didalam mythologies-nya secara tegas ia bedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan tataran pertama. Barthes menggambarkannya dalam sebuah peta tanda:

Gambar 1. Peta tanda Roland Barthes

1. Signifier (Penanda)

2. Signified (Petanda) 3.Denotative sign

(tanda denotatif) 4.Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

5.Connotative Signified (Petanda Konotatif) 6.Connotative Sign

(tanda konotatif)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada sat yang bersamaan, tanda denotatif adalah juga merupakan penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material. Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagiab tanda denotative yang melandasi keberadaanya. (Sobur,2004;69)


(45)

Barthes memampatkan ideologi dengan mitos karena bail didalam mitos maupun ideologi, hubungan antara penanda konotatif terjadi secara termotivasi (Budiman, 2001:28)

Didalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penada, petanda, dan tanda. Namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau dengan kata lain mitos adalah juga merupakan suatu sistem pemaknaan tataran ke-dua.

2.1.10 Ideologi dan Mitologi

Mitos berasal dari bahasa Yunani “mutos”, berarti cerita. Biasanya digunakan untuk menunjuk cerita yang tidak benar, cerita buatan yang tidak mempunyai kebenaran historis. Meskipun demikian, ccerita semacam itu tetap dibutuhkan agar manusia dapat memahami lingkungan dan dirinya. Ciri mitos (kisah yang tidak benar) dan fungsinya (diperlukan untuk memahami lingkungan) inilah yang coba direorisasikan oleh Barthes dengan menggunakan pendekatan Semiologi. (Sunardi, 2004:89)

Mitos adalah kebutuhann manusia, itulah sebabnya dieksploitasi sebagai media komunikasi. Sebagaimana dikatakan Barthes dalam bukunya Mythologies (1993), dalam buku tersebut ia mengatakan bahwa sebagai bentuk symbol dalam komunikasi, mitos bukan hanya diciptakan dalam bentuk diskursus tertulis, melainkan


(46)

Gejala ini memang kita saksikan sehari-hari dalam advertensi lewat televisi. (Sobur, 2004:208)

Sebuah teks tak pernah terlepas dari ideologi (Sobur, 2004:208). Kita bisa menemukan ideologi dalam teks dengan jalan meneliti berbagai konotasi yang ada didalamnya. Salah satu cara adalah mencari mitologi dalam teks-teks semacam itu. Ideologi adalah sesuatu yang abstrak, sementara mitologi (kesatuan mitos-mitos yang koheren) menyajikan inkarnasi makna-makna yang mempunyai wadah dalam ideologi.(Sobur, 2004:209)

Jadi mitos adalah uraian naratif atau penuturan (representasi kolektif) tentang sesuatu yang suci (Sacred), yaitu kejadian-kejadian yang luar biasa, diluar dan mengatasi pengalaman manusia sehari-hari. Sedangkan ideolodi merupakan suatu pemikiran yang abstrak (berdasar ide dan gagasan) dengan tujuan menawarkan perubahan melalui prose pemikiran yang normatif.

Mitos dan ideologi pada dasarnya ialah dua hal yang sulit dipisahkan, perbedaannya bila mitos bertumpu pada kepercayaan, sedangkan ideologi pada intelektualitas. Tetapi mitos akan lumpuh pada waktu normal, jika merujuk pada sejarah, mitos lebih subjektif sedangkan ideologi lebih objektif. (Kuntowijoyo, 1997:80 dalam Sobur,2004:2009)


(47)

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam memaknai suatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of reference) dan pengetahuan (field of experience) yang berbeda-beda pada setiap individu tersebut. Dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam bentuk lagu maka pencipta lagu juga tidak terlepas dari dua hal tersebut.

Begitu juga peneliti dalam memaknai tanda dan lambang yang ada dalam objek, juga berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki peneliti. Dalam penelitian ini peneliti melakukan interpretasi terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan pada lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang dibawakan oleh penyanyi dangdut Melinda, dalam hubungannya dengan Barthes, sehingga akhirnya dapat diperoleh hasil dari interpretasi data mengenai representasi seksualitas yang digambarkan dalam lagu “Cinta Satu Malam’ oleh Melinda.

Dari data-data berupa lirik lagu ‘Cinta Satu Malam”, kata-kata dan rangkaian kata dalam kalimat lirik lagu tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan metode signifikasi dua tahap yaitu tahap pertama tanda denotatif (denotative sign) terdiri atas penanda dan petanda (signifier signified) dan pada tahap kedua tanda denotatif (denotative sign) juga merupakan penanda konotatif (konotative signified) yang akan membentuk tanda konotatif (konotative sign).


(48)

mendadai masyarakat yang berkaitan dengan budaya sekitar. Kumudian teks akan di maknai dengan menggunakan lima macam kode menurut Barthes, yaitu kode hermeunitik, kode semik, kode simbolik, kode proairetik, dan kode kutural untuk pemaknaan sebuah tanda, dari proses pemaknaan melalui pembacaan dari kode-kode tersebut akan diungkap substansi dari pesan dibalik lirik lagu “Cinta Satu malam”.

Secara sistematis dapat ditunjukkan bagan kerangka berfikir sebagai berikut :

Gambar 2. Diagram Kerangka Berfikir Analisis lirik lagu, melalui 

kata dan kalimat, serta  peribahasa atau vokalika,  menggunakan semiology  Roland Barthes 

Hasil  interpretasi  data  mengenai  representasi  seksualitas  Lagu “Cinta 

Satu Malam”  oleh Melinda 


(49)

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian semiologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis data kualitatif. Penelitian deskriptif adalah penelitian sistematis melukiskan fakta atau karakteristik tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan cermat. Dalam penelitian ini peneliti menginterpretasikan secara rinci representasi dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang dipopulerkan oleh penyanyi dangdut Melinda. Dalam peneletian ini akan mengungkapkan secara terperinci fenomena kehidupan sosial masyarakat tertentu tanpa harus melakukan hipotesa yang telah dirumuskan secara ketat. Dalam metode ini memfokuskan pada “teks” sebagai objek, serta bagaimana menafsirkan dan memaha,I kode (decoding) dibalik teks tersebut.

Menurut Bogdan dan Taylor, metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menhasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan pada individu secara holistic (utuh). Jadi hal ini tidak boleh mengisolasikan individu kedalam variable atau hipotesis, tetapi memandangnya sebagai keutuhan (Moloeng, 2002:3).


(50)

dalam penelitian ini karena ada kecenderungan dewasa ini memandang berbagai wacana sosial, politik, ekonomi, seni dan desain sebagai fenomena bahasa. Berdasarkan pandangan semiologi, pendekatan semiologi lebih menitikberatkan bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Sehingga dalam penerapannya semiologi lebih memberikan kebebasan kepada seseorang didalam memaknai sebuah tanda ditengah masyarakat, karena seseorang dapat menyampaikan makna yang berbeda dengan orang lain dikarenakan lingkungannya.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini, menggunakan metode signifikasi dua tahap (two order of signification) dari Roland Barthes. Diaman pada tahapan pertama tanda denotatif (denotative sign) terdiri atas penanda dan petanda (signifier signified). Dan pada tahapan kedaua tanda denotatif (denotative sign) juga merupakan peanda konotatif (konotative signifier) sehingga muncul petanda konotatif (konotative signified) yang akan membentuk tanda konotatif (konotative sign). Dalam tahap kedua dari tanda konotatif akan muncul mitos yang menandai masyarakat yang berkaiatan dengan budaya sekitar. Kemudian teks akan dimaknai dengan menggunakan lima macam kode menurut Barthes, yaitu kode hermeunitik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik dan kode kultural untuk pemaknaan sebuah tanda, dari proses pemaknaan melalui pembacaan dari


(51)

kode-“Cinta Satu Malam”.

3.2 Kerangka Konseptual

Agar konsep dalam penelitian ini semakin jelas , maka penulis mencoba memberikan batasan judul, sehingga tidak menimbulkan interpretasi yang lain dari judul yang ada. Adapun judul penelitian ini adalah representasi seksualitas dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam”, yang sama artinya dengan representasi seksualitas, yang dimaksud seksualitas pada penelitian ini adalah :

Segala sesuatu yang menyangkut dan sikap berkaitan dengan perilaku seksual maupun orientasi seksual. Kata seksualitas berasal dari kata dasar “seks”, yang memiliki beberapa arti, yaitu:

1. Jenis Kelamin: keadaan biologis manusia yang membedakanlaki da perempuan. Istilah jenis kelamin berbeda dengan jender. Jender adalah pembedaan jenis kelamin berdasarkan peran yang dibentuk oleh masyarakat/budaya tertentu (misalnya perempuanlembut,laki-laki kasar).

2. Reproduksi Seksual: Membuat bayi. Bagian-bagian tubuh tertentu laki maupun perempuan bisa menghasilkan bayi dengan kondisi-kondisi tertentu. Bagian tubuh itu disebut alat atau organ reproduksi. Organ reproduksi laki-laki dan perempuan berbeda


(52)

atas organ bagian luar dan bagian dalam.

4. Rangsangan atau Gairah Seksual: rangsangan seksual dapat disebabkan perasaan tertarik sekali (seperti magnit) pada seseorang sehingga terasa ada getaran “aneh” yang muncul dalam tubuh.

5. Hubungan Seks: Hubungan seks (HUS) terjadi bila dua individu saling merasa terangsang satu sama lain (dapat terjadi pada lain jenis maupun pada sejenis) sampai organ seks satu sama lain bertemu dan terjadi penetrasi.

6. Orientasi seksual (sexual orientation) adalah kecenderungan seseorang mencari pasangan seksualnya berdasarkan jenis kelamin. Ada tiga orientasi seksual:

• Heteroseksual (tertarik pada jenis kelamin yang berbeda).

• Homoseksual (tertarik pada jeniskelamin yang sama: gay pada laki-laki, lesbian pada perempuan). 50 Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja Bagi Calon Konselor Sebaya

• Biseksual (tertarik pada dua jenis kelamin: laki-laki dan perempuan).

7. Kelainan Perilaku Seksual (sexual disorders) adalah kecenderungan seseorang untuk memperoleh kepuasan seksual melalui tingkah laku tertentu. Misalnya:


(53)

- Fetihisme

- Sanisme: memperoleh kepuasan seksual dengan melukai/menyiksa pasangannya.

- Machosisme: memperoleh kepuasan seksual dengan melukai diri sendiri.

3.2.1 Unit analisis

Unit analisis yang digunakan dalm penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, yaitu terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang ada pada lirik lagu “Cinta Satu Malam”.

3.2.2 Corpus

Corpus adalah kumpulan bahan yang terbatas yang ditentukan pada perkembangan oleh analisi dengan semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin (kurniawan, 2001:70). Sifat yang sehomogen ini diperlukan untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur-unsurnya dapat dianalisis sebagai keseluruhan. Tetapi sebagai analisis, corpus itu bersifat terbuka pada konteks yang beraneka ragam. Sehingga memungkinkan untuk memahami banyak aspek dari sebuah teks yang tidak dapat ditangkap atas dasar suatu analisis yang bertolak dari unsur tertentu yang terpisah dan berdiri sendiri dari teks yang


(54)

tidak didahului oleh pra anggapan atau interpretasi sebelumnya.

Corpus merupakan kata lain dari sampel, khusus diguunakan untuk analisis wacana. Corpus pada penelitian ini adalah lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang dipopulerkan oleh penyanyi dangdut Melinda. Berikut adalah lirik lagu ‘Cinta Satu Malam”.

Cinta Satu Malam

Oleh : Melinda

Walau cinta kita sementara Aku merasa bahagia

Kalau kau kecup mesra di keningku

Cinta satu malam Oh indahnya Cinta satu malam Buatku melayang

Walau satu malam Akan selalu kukenang Dalam hidupku

Cinta satu malam Oh indahnya


(55)

Walau satu malam Akan selalu kukenang Selama-lamanya

Sentuhanmu membuatku terlena Aku telah terbuai mesra

Yang kurasa hangat indahnya cinta Hasratku kian membara

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder yang diperoleh dari :

1. Data primer: pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan denagn cara mendengarkan secara langsung lagu “Cinta Satu Malam”, dan membaca serta memahami kata-perkata dari lirik lagunya. Yang kemudian ditulis kembali oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.

2. Data sekunder: data yang berasal dari bahan-bahan referensi seperti buku artikel-artikel, da data dari internet yang berhubungan dengan objek kajian yang diteliti.


(56)

Peneliti menginterpretasikan teks dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam”, serta menyimpulkan berbagai representasi mengenai bagaimana penggambaran seksualitas dalam lirik lagu tersebut. Dari lirik lagu yang terdiri dari judul lagu, sing, reff inilah yang kemudian akan dianalisis dalam penelitian ini dengan menggunakan pandangan dari Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap (two order of signification). Penulis akan memberikan batasan-batasan dan menjelaskan istilah serta beberapa pengertian yang terdapat dalam judul skripsi ini, dan tanda-tanda berupa tulisan, terdiri dari kata-kata tersebut akan dipenggal-penggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia (satuan bacaan) yang dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraph, atau beberapa paragraph, untuk dikategorikan kedalam lima macam kode pembacaan menurut Barthes, yaitu kode hermeunitik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode kultural untuk pemaknaan sebuah tanda, sehingga akan mengetahui tanda denotatif dan tanda konotatifnya. Bila di jelaskan berdasarkan peta tanda dari Barthes, maka lirik lagu “Cinta Satu Malam” akan tampak sebagai berikut :


(57)

lirik lagu “Cinta Satu Malam”

konsep makna menurut kamus bahasa indonesia

3.Denotative sign :

Kata-kata yang bermakna paling nyata 4.Konnotative Signifier :

kata yang bermakna paling nyata

5.Konnotative Signified : Konsep baru yang muncul dari pembaca terhadap kata-kata yang bermakna paling nyata

6.Konnotative Sign : kata-kata tersebut adalah konsep dari pembaca

Sumber ; Paul cobley 7 Litza Janz, 199. Dalam Alex sobur, 2004 : 69

Yang pada akhirnya akan dapat ditarik suatu makna yang sebenarnya mengenai bagaimana seksualitas bila digambarkan dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam”.


(58)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran umum Obyek Penelitian

Ada satu fenomena yang serius untuk ditanggapi, yaitu sering sekali di radio dan televisi diputar atau minta diputar dari remaja dan muda-mudi lagu yang diciptakan oleh Melinda penyanyi bergenre Dangdut yang judulnya “Cinta Satu Malam”. Dalam lirik tersebut menceritakan tentang sesuatu yang kontra dengan norma agama dan norma-norma yang ada di masyarakat, dimana seks bukan lagi sesuatu yang tabu untuk dibicarakan baik bagi kalangan remaja maupun orang dewasa.

Belakangan ini, siapa tidak kenal lagu Cinta Satu Malam dengan tarian khas jari telunjuk yang dinyanyikan oleh penyanyi dangdut asal Bandung, Melinda. Selain di radio, televisi, dan toko kaset, lagu dangdut berirama house music ini terdengar hampir di semua tempat. Di mall, toko-toko di pinggir jalan, di warnet, serta dinyanyikan para pengamen di lampu merah dan kendaraan umum.

Melinda, adalah salah satu penyanyi dangdut yang juga merambah dunia akting. Beberapa sinetron yang pernah ia perankan adalah GERHANA, TUYUL MILENIUM, TITIPAN ILAHI, SELEB I'M IN LOVE, BABE DOYAN KAWIN, KETAWA SORE, KOK GITU SICH, BEAUTY AND THE BUS PATAS, ABDEL N TEMON, serta LADY JET SET ASTRO yang ditayangkan


(59)

di Malaysia dan Singapura. Melinda yang kerap tampil seksi ini juga mendapat kesempatan untuk menjajal kemampuan aktingnya lewat film KUNTILANAK. Salah satu prestasi Melinda sebagai penyanyi dangdut, dia berhasil terpilih menjadi duta budaya pada tahun 2008 silam. (www.kapanlagi.com)

Awal November 2009, Meli, demikian ia biasa dipanggil. Setelah sukses dengan single pertamanya yang berjudul Capek Dech, kini Melinda mengeluarkan single terbarunya, Cinta Satu Malam, yang diambil dari album keenamnya. Kali ini dia mengusung genre dangdut house, karena menurutnya genre ini lebih identik dengan anak muda. Melinda mengatakan bahwa lagu yang dibawakannya itu merupakan kisah nyata percintaan yang pernah dialaminya. Cinta satu malam atau one night stand memang pernah dialami Melinda saat di Singapura pada awal 2009 dengan seoarang lelaki yang sangat dicintainya, yang sama sekali tidak disesalinya. Bahkan, membuatnya seperti ‘melayang’. Sama dengan lagunya.. Namun, selepas kejadian ‘yang hanya satu malam itu’ sang lelaki pergi tanpa memberikan kabar. (www.AnneAhira.com)

4.2 Lirik lagu “Cinta Satu Malam” menurut Semiologi Roland Barthes

Salah satu area yag dirambah oleh Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran dari pembaca. Roland Barthes sebagai salah seorang pengikut Saussure membuat sistematika dalam menganalisa makna dari


(60)

tanda-tanda. Fokus perhatian Barthes lebih bertujuan pada gagasan tentang signifikasi dua tahap terhadap tanda (two step of signification).

Tahap pertama, tanda merupakan hubungan antara signifier dan signified, Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. Selanjutnya tahap kedua ialah makna konotasi dari tanda, hal ini menggambarkan interaksi yang terjadi ketika anda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai-nilai dari kebudayaannya. Dengan kata lain denotasi adalah apa yang digambarkan tanda terhadap suatu objek, sedangkan konotasi adalah bagaimana cara menggambarkannya.(Fiske, 1990:72)

Begitupun juga dengan lirik lagu “ Cinta Satu Malam” yang mengalami proses signifikasi dua tahap (two step signification). Karena dalam lirik lagu tersebut menggambarkan suatu makna konotatif dari realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat kita. Bila dijelaskan berdasarkan peta tanda Barthes, maka lirik lagu “Cinta Satu Malam” akan tampak sebagai berikut :


(61)

Gambar 4.1. Peta Tanda Barthes

1. Signifier (Penanda)

2. Signified (Petanda) 3.Denotative sign

(tanda denotatif) 4.Connotative Signifier

(Penanda Konotatif)

5.Connotative Signified (Petanda Konotatif) 6.Connotative Sign

(tanda konotatif)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat yang bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain hal tersebut merupakan unsure material: hanya jika anda mengenal tanda “singa” barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin.

Jadi dalam konsep barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. (Sobur, 2004:69)


(62)

4.3 Penyajian Data dan Pemaknaan Data

4.3.1 Penyajian Data

Data yang digunakan dalam peneletian ini yaitu berupa lirik lagu “Cinta Satu Malam” yang diciptakan dan dibawakan oleh Melinda. berikut adalah lirik lagu “Cinta Satu Malam”

“Cinta Satu Malam”

Oleh :Melinda

Walau cinta kita sementara Aku merasa bahagia

Kalau kau kecup mesra di keningku Ku rasa bagai di Surga

Cinta satu malam Oh indahnya Cinta satu malam Buatku melayang

Walau satu malam Akan selalu kukenang Dalam hidupku


(63)

Cinta satu malam Oh indahnya Cinta satu malam Buatku melayang

Walau satu malam Akan selalu kukenang Selama-lamanya

Sentuhanmu membuatku terlena Aku telah terbuai mesra

Yang kurasa hangat indahnya cinta Hasratku kian membara

Berdasarkan pengamatan terhadap lirik lagu diatas, maka hasil pengamatan tersebut kemudian akan diinterpretasikan dan disajikan representasinya, setelah itu akan diketahui pesan yang terkandung didalamnya tentang Representasi Seksualitas Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”. Lirik lagu tersebut selanjutnya dianalisis berdasarkan landasan teori dari Roland Barthes, untuk mengetahui pengungkapan representasi yang nantinya dalam hasil representasi tersebut mengandung sebuah pesan sosial.

Tanda-tanda berupa tulisan, terdiri dari kata-kata tersebut akan dipenggal-dipenggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia (satuan bacaan) yang dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraph atau


(64)

beberapa paragraph, untuk dikategorikan ke dalam lima kode pembacaan Barthes, sehingga dapat diketahui bagaimana representasi seksualitas dalam lirik lagu tersebut.

Definisi tanda dari Roland Barthes adalah berdasarkan unsure penanda (signifier) dan petanda (Signified). Hubungan antara keduanya akan terjadi melalui dua tahap signifikasi (two order of signification). Pada tataran pertama disebut sebagai tanda denotative yaitu berupa realitas atau sebuah kenyataan yang ada dalam masyarakat. Kemudian pada tataran kedua terdapat tanda konotatif yang akan membentuk sebuah ideology terhadap cerminan kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat.

4.3.2. Pemaknaan Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”

Berdasarkan pengamatan terhadap lirik lagu di atas, hasil pengamatan tersebut kemudian akan diinterpretasikan dan disajikan representasinya. Setelah itu baru diketahui apa pesan yang terkandung di dalamnya. Lirik lagu tersebut selanjutnya akan di analisis berdasarkan landasan teori dari Roland Barthes, untuk menegetahui pengungkapan representasi seksualitas dibalik lirik lagu “Cinta Satu Malam”.

Tanda – tanda berupa tulisan, terdiri dari kata – kata tersebut akan di penggal – penggal terlebih dahulu menjadi beberapa leksia (satuan bacaan)


(65)

yang dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraph atau beberapa paragraph, untuk dikategorikan ke dalam kode Barthes.

Definisi tanda dari Roland Barthes adalah berdasarkan unsure penanda (signifier), petanda (signified), dan diantara hubungan tersebut terdapat dua tahap yang disebut tataran pertama dan tataran kedua. Pada tataran pertama berupa realitas atau kenyataan dan juga tanda yang ada dalam masyarakat. Barthes menyebutkan tataran ini sebagai denotasi. Kemudian pada tataran kedua merupakan suatu pencerminan kebudayaan yang dimiliki masyarakat atau disebut Barthes sebagai konotasi.

Pemaknaan lirik lagu “Cinta Satu Malam” oleh peneliti akan dilakukan penjabaran makna tiap kalimat yang terdiri dari rangkaian kata-kata, lalu tiap bait yang terdiri dari rangkaian kalimat. Tentunya dalam memaknai pesan yang terkandung dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam” berdasarkan atas frame of reference (pengetahuan) dan field of experience (pengalaman) dari peneliti. Setiap kata tentu mengandung suatu makna, baik makna denotatif maupun makna konotatif. Makna denotatif ialah suatu konsep mental yang telah disepakati bersama oleh masyarakat. Disini peneliti berpedoman pada kamus lengkap Bahasa Indonesia (KBI-Besar) untuk menentukan makna yang telah disepakati bersama tersebut.

Makna konotatif ialah makna subjektif yang terbentuk dari interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan atau emosi dari pembaca serta nilai nilai dari kebudayaannya. (Fiske, 1990:72). Jadi peneliti


(66)

subjektif untuk menentukan makna konotatif sesuai dengan nilai-nilai dan kebudayaan yang dianut oleh peneliti.

Dalam lagu ini pencipta lagu menggunakan kata “Cinta Satu Malam” sebagai judul. Dimana bila dipisah kata tersebut terdiri dari cinta+satu+malam. Kata Cinta merupakan ungkapan kepada seseorang yang artinya Kasih sayang, rasa Kasih dan Asmara. Sedangkan kata Satu mempunyai makna tunggal atau menunjukkan suatu bilangan angka. Dan kata Malam mempunyai makna suasana setelah dan sebelum matahari menampakkan diri atau menunjukkan keterangan waktu. Akan tetapi kata cinta juga sering digunakan sebagai kata ungkapan kasih sayang kepada seseorang atau kepada lawan jenis, tetapi kata Cinta dapat berbeda makna dari makna yang sesungguhnya bila diikuti kata sesudahnya, akan tetapi bila berdiri sendiri kata Cinta mempunyai makna yang indah hubungan dua insan (Asmara/Amor), jadi rangkaian kata Cinta satu Malam bermakna menunjuk pada sesuatu hubungan kasih sayang atau perasaan terpikat kepada lawan jenis yang mengarah pada hubungan seks karena hubungan tersebut berlangsung secara singkat, hanya satu malam saja. Akan tetapi dalam lagu kata Cinta satu Malam bila berdiri sendiri (tidak di ikuti kata yang lain) maka kata tersebut tidak mempunyai makna yang jelas atau hanya sebutan.


(67)

4.4 Analisis dan Interpretasi Data

Pemaknaan lirik lagu “Cinta Satu Malam” oleh peneliti akan dilakukan penjabaran makna tiap kalimat yang terdiri dari rangkaian kata – kata, lalu tiap bait yang terdiri dari rangkaian kalimat. Tentunya dalam memaknai pesan yang terkandung dalam lirik lagu “Cinta Satu Malam” berdasarkan atas frame of reference (pengetahuan) dan field of experience (pengalaman) dari peneliti. Setiap kata tentu mengandung suatu makna, baik makna denotatif atau makna konotatif. Disini peneliti berpedoman pada kamus lengkap bahasa Indonesia dan kamus Inggris-Indonesia untuk menentukan makna yang telah disepakati bersama tersebut.

Pemakanaan bait pertama, kalimat pertama :

Walau cinta kita sementara Aku merasa bahagia

Kalau kau kecup mesra di keningku Ku rasa bagai di Surga

Gambar 4.2 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Walau cinta kita sementara 1. Penanda : Walau cinta

kita sementara

2. Petanda : konsep tentang cinta sesaat 3. Tanda denotatif: pengalaman cinta yang hanya satu

malam

4. Penanda Konotatif: Cinta yang didasarkan pada hasrat seksual yang berlangsung hanya satu malam.

5. Petanda Konotatif: Hasrat seksual yang diumbar hanya satu malam

6. Tanda Konotatif: Pertemuan sesaat yang menimbulkan hasrat seksual yang diwujudkan hanya satu malam


(68)

Kalimat pertama pada bait ini termasuk dalam kode hermeneutik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat Walau cinta kita sementara,  karena dalam kalimat ini terdapat kata sementara yang menimbulkan pertanyaan apa dan kenapa bersifat sementara? Hal ini menujukkan kentalnya unsur one night stand, yaitu cinta yang berdasarkan hasrat seksual hanya sementara. Cinta itu kekal dan abadi, sementara hasrat seksual selalu sementara dan cepat sirna. Pemuasan hasrat seksual tidak dapat memberikan jaminan keabadian cinta pada perasaan seorang manusia. Setiap kali hasrat seksual itu disalurkan, maka hasrat itu akan berhenti memelas dan cinta -yang palsu tentuanya- akan segera hilang. Oleh karena itu, seorang pecinta hakiki, walaupun dia telah menikmati kelezatan bersama orang yang dicintainya dan telah melewati batas kepuasan seksual, semua itu tidak menyurutkan perhatian dan kepeduliannya terhadap orang yang dicintainya, juga tidak mengurangi hasratnya, bahkan hasrat tersebut semakin bertambah besar. Dia merasa bahwa hasrat itu kembali baru dan terus baru. Dia tidak pernah merasa bosan atau sudah merasa puas dengan kekasihnya.

Kode proareotik, karena dalam kalimat mengandung cerita tentang sesuatu hal yang terjadi secara singkat atau tidak untuk seterusnya. Kode semik karena penggunaan kata sementara merupakan petunjuk yang menunjukkan sesuatu yang tidak untuk seterusnya.

Dalam bait diatas terdapat kata walau yang artinya meski, kata cinta yang memiliki arti perasaan kasih dan sayang kepada sesorang atau lawan jenis, kata kita menunjukkan kami,antara orang pertama dan prang


(69)

kedua, bersifat jamak, lalu kata sementara mempunyai arti tidak untuk seterusnya.

Makna konotasi dari kalimat walau cinta kita sementara ialah meski perasaan kasih dan sayang pada seseorang/lawan jenis (orang pertama dan orang kedua) hanya berlangsung singkat/tidak untuk seterusnya karena perasaan yang terbawa oleh suasana/kondisi saja, dan sementara terkesan disamakan dengan hubungan seksualitas yang hanya sementara.

Jadi pengetian dari kalimat walau cinta kita sementara adalah sebuah ungkapan pengalaman bercinta atau berhubungan seksual yang hanya satu malam saja. Biasanya, kita melakukannya malam itu secara spontan, tanpa kita rencanakan dan tanpa kita sadari.

Pemakanaan bait Pertama, kalimat kedua :

Walau cinta kita sementara Aku merasa bahagia

Kalau kau kecup mesra di keningku Ku rasa bagai di Surga


(70)

Gambar 4.3 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Aku merasa bahagia 1. Penanda : Aku merasa

bahagia

2. Petanda : konsep tentang cinta yang membuat bahagia 3. Tanda denotatif: pengalaman cinta yang membuat

bahagia

4. Penanda Konotatif: Cinta sementara yang membuat perasaan menjadi bahagia

5. Petanda Konotatif: Kebahagiaan yang diumbar hanya satu malam

6. Tanda Konotatif: Pertemuan sesaat yang menimbulkan kebahagiaan yang hanya sesaat

Kalimat pertama pada bait ini termasuk dalam kode hermeneutik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat Aku merasa bahagia, karena dalam kalimat ini terdapat kata yang menimbulkan pertanyaan apa dan kenapa bisa bahagia ? Kode proareotik, karena dalam kalimat mengandung cerita tentang sesuatu hal yang membuat seseorang bahagia, walaupuns sesaat. Dalam bait diatas terdapat kata merasa yang artinya merasakan, kata merasa yang memiliki arti memiliki perasaan.

Jadi pengetian dari kalimat Aku merasa bahagia adalah perasaan bahagia yang timbul dari jalinan hubungan satu malam, yang dalam kalimat ini mengandung unsur kesenangan sesaat, dan semu. Karena setelah itu kita tidak bisa merasakan kebahagiaan yang abadi.


(71)

Pemakanaan bait Pertama, Kalimat Ketiga :

Walau cinta kita sementara Aku merasa bahagia

Kalau kau kecup mesra di keningku Ku rasa bagai di Surga

Gambar 4.4 . Peta Tanda Barthes dalam Lirik Kalau kau kecup mesra di keningku

1. Penanda : Kalau kau kecup mesra di keningku

2. Petanda : konsep tentang kecupan mesra di kening

3. Tanda denotatif: pengalaman cinta sesaat, dengan tanda memberi kecupan di kening.

4. Penanda Konotatif: kecupan mesra di kening yang mengungkapkan perasaan cinta.

5. Petanda Konotatif: kecupan yang

menandakan sayang 6. Tanda Konotatif: kecupan mesra yang menandakan perasaan cinta walaupun

sesaat.

Kalimat pertama pada bait ini termasuk dalam kode hermeneutik atau kode teka-teki, karena dalam kalimat Kalau kau kecup mesra di keningku,  karena dalam kalimat ini terdapat kata yang menimbulkan pertanyaan kenapa member kecupan mesra di kening ? Kode proareotik, karena dalam kalimat mengandung cerita tentang seseorang yang member kecupan di kening, walaupun baru ketemu. Dalam bait diatas terdapat kata kecup yang artinya memberikan ciuman.


(1)

Maka makna yang didapat dari lirik Hasratku kian membara adalah gairah seksualitas yang menggebu-gebu. Yang akan dilanjutkan dengan perilaku seks, atau bercinta yang hanya satu malam saja. Perilaku bercinta yang hanya satu malam saja yang ada pada diri seseorang, akan memunculkan penyesalan pada diri individu karena dapat hamil bagi yang perempuan dan bisa juga terkena penyakit HIV/ AIDS. Hal ini dianggap sebagai suatu pelanggaran terhadap standart internal individu serta merupakan pelanggaran terhadap peraturan sosial, moral atau etika yang ada pada masyarakat, maka akan ada rasa penyesalan pada diri mereka.

4.5. Representasi Keseluruhan Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”

Berdasarkan pemaknaan lirik Cinta Satu Malam diatas, elima jenis kode tersebut meliputi kode hermeunitik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode cultural masuk dalam penelitian ini.

Lirik lagu Cinta Satu Malam secara denotatif adalah berbicara tentang ungkapan kenikmatan dari hubungan seksualitas yang hanya berlangsung satu malam. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang menarik untuk menjadi bahan perbincangan, apalagi yang berhubungan dengan seksual, masalah ini merupakan masalah yang sensitif yang menyangkut masalah-masalah peraturan sosial, segi-segi moral, etika dalam masyarakat dan aturan-aturan dalam agama. Hal ini banyak orang yang menganggap sebagai suatu kegiatan yang tergolong menyimpang dari moral dan


(2)

83   

norma-norma di dalam masyarakat serta melanggar aturan dalam agama. Lagu Cinta Satu Malam pasti menimbulkan banyak kontroversi dalam masyarakat.

Perilaku seksual sangat dipengaruhi oleh nilai dan norma budaya yang berlaku dalam masyarakat. Setiap golongan masyarakat memiliki persepsi dan bataskepentingan tersendiri terhadap perilaku seks. Bagi golongan masyarakat tradisional yang terikat kuat dengan nilaidan norma, agama serta moralitas budaya, cenderung memandangseks sebagai suatu perilaku yang bersifat rahasia dan tabu untuk dibicarakan secara terbuka, khususnya bagi golongan yang dianggap belum cukup dewasa. Para orang tua pada umumnya menutup pembicaraan tentang seks kepada anak-anaknya, termasuk mereka sendiri sebagai suami isteri merasa risih dan malu berbicara tentang seks. Bagi kalangan ini perilaku seksual diatur sedemikian rupa dengan ketentuan-ketentuan hukum adat, Agama dan ajaran moralitas, dengan tujuan agar dorongan perilaku seks yang alamiah ini dalam prakteknya sesuai dengan batas-batas kehormatan dan kemanusiaan.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pemaknaan Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” milik Melinda dengan menggunakan semiologi Roland Barthes menggunakan peta tanda dan kode – kode pembacaan pada korpus penelitian ini.

Lirik lagu Cinta Satu Malam secara denotatif adalah berbicara tentang ungkapan kenikmatan dari hubungan seksualitas yang hanya berlangsung satu malam. Masalah perilaku yang menyimpang dari norma, selalu menjadi bahan yang menarik untuk menjadi bahan perbincangan, apalagi yang berhubungan dengan seksual, masalah ini merupakan masalah yang sensitif yang menyangkut masalah-masalah peraturan sosial, segi-segi moral, etika dalam masyarakat dan aturan-aturan dalam agama. Hal ini banyak orang yang menganggap sebagai suatu kegiatan yang tergolong menyimpang dari moral dan norma-norma di dalam masyarakat serta melanggar aturan dalam agama. Lagu Cinta Satu Malam pasti menimbulkan banyak kontroversi dalam masyarakat. Dan dalam hal ini sikap yang ditimbulkan masyarakat merupakan sikap negative.

       


(4)

85   

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti ajukan adalah:

1. Supaya lebih terbukanya kajian semiologi terhadap objek penelitian dibalik tanda – tanda yang daa dalam masyarakat yang terwakili melalui karya – karya yang kreatif. Beragam tanda selalu menerpa manusia baik secara verbal maupun nonverbal, oleh karena itu untuk mengetahui makna yang terpendam diperlukan kajian yang lebih ilmiah untuk dikaji. 2. Himbauan kepada masyarakat terutama generasi muda agar tidak

menggunakan lagu ini sebagai contoh perilaku kita, tetapi sebaliknya. 3. Penelitian yang dilakukan pada semiotik Lirik lagu Cinta Satu Malam

tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelitian lanjut guna memperbaiki kekurangan yang mungkin ditemui agar dapat memberikan masukkan dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu komunikasi pada umumnya


(5)

Budiman, Kris, 2003, Semiotika Visual, Yogyakarta : Buku Baik.

Effendy, Onong Uchjana, 2002, Ilmu Teori Filsafat Komunikasi, Bandung : Citra Aditya Bakti.

Fiske, John, 2006, Cultural and Communication Studies : Sebuah Pengantar Paling Komprehensif, Jakarta : Jalasutra.

Johnson, Doyle Paul, 1994, Teori Sosiologi Klasik Dan Modern, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Kurniawan, 2001, Semiologi Roland Barthes, Magelang : Indonesia Tera. Moelong, Lexy, 2002, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya.

Pateda, Mansoer, 2001, Semantik Leksikal, Jakarta : PT. Andi Mahasatya.

Sarwono, Sarlito Wirawan, 2004, Psikologi Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Sobur, Alex, 2004, Semiotika Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Remaja Rosdakarya.

Internet :

(www.indonesiaindonesia.com/sexdalamlagu.htm)

(www.kunci.or.id/nws/representasi tanggal 15/07/2010 pukul 21;18)

(www.shvoong.com)

(ikarlina@gmail.com/seksualitas-dan-keremajaan-beda-di.html) (redaksi@voa-islam.com tanggal 31 Jul 2010)


(6)

Dokumen yang terkait

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

8 139 140

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU ” LAGU GITUAN ” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu ” Lagu Gituan ” Yang dipopulerkan Oleh Grup Rap KungPow Chickens Dalam Album ”Alit Da Baong”).

1 6 117

REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU ” PERDAMAIAN ’’ (Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ’’ Perdamaian ’’ Oleh Band GIGI).

0 5 64

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 13

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 2

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 9

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 1 26

Erotisme dalam Lirik Lagu Dangdut Indonesia (Analisis Semiotika terhadap Lirik Lagu “Cinta Satu Malam”, “Mojok di Malam Jumat”, dan “Aw Aw” oleh Melinda)

0 0 4

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU “CINTA SATU MALAM” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu “Cinta Satu Malam” Oleh Melinda)

0 0 22

REPRESENTASI “SEKSUALITAS” PADA LIRIK LAGU ” LAGU GITUAN ” (Studi Semiologi Tentang Representasi “Seksualitas” Pada Lirik Lagu ” Lagu Gituan ” Yang dipopulerkan Oleh Grup Rap KungPow Chickens Dalam Album ”Alit Da Baong”).

0 1 16