Gambaran Karakteristik Penderita Rinosinusitis Tipe Dentogen di RSUP H. Adam Malik Medan 2009-2012

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Rinosinusitis merupakan salah satu penyakit telinga hidung dan

tenggorokan yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.(Deepthi et al,
2012). Sinusitis didefinisikan sebagai inflamasi mukosa sinus paranasal.
Umumnya disertai atau dipicu oleh rinitis sehingga sering disebut rinosinusitis
(Mangunkusumo dan Soetjipto 2007).
Bila mengenai beberapa sinus disebut multisinusitis, sedangkan bila
mengenai semua sinus paranasal disebut pansinusitis. Konsensus di tahun 2004
membagi sinusitis menjadi akut dengan batas sampai empat minggu, subakut
antara empat minggu sampai tiga bulan dan kronik jika lebih dari tiga bulan.
(Mangunkusumo dan Soetjipto, 2007)
Berdasarkan penyebabnya rinosinusitis dibagi kepada sinusitis tipe
rinogen dan sinusitis tipe dentogen. Rinosinusitis tipe rinogen terjadi disebabkan
kelainan atau masalah di hidung yang menyebabkan sumbatan pada hidung dan
menyebabkan sinusitis (Paramasivan, 2011). Tipe


rinogenik umumnya

merupakan lanjutan dari rinosinusitis akut yang tidak terobati secara adekuat
(Mangunkusumo dan Soetjipto, 2007). Rinosinusitis tipe dentogen terjadi
disebabkan karena kelainan gigi, keadaan yang sering menyebabkan rinosinusitis
tipe ini adalah infeksi pada gigi geraham atas yaitu pre molar dan molar
(Paramasivan, 2011).
Pengertian dari rinosinusitis dentogen sendiri adalah suatu infeksi rongga
sinus yang disebabkan oleh adanya penyebaran infeksi dari gigi. Tipe dentogen
diperkirakan sekitar 10% dari keseluruhan kasus rinosinusitis maksilaris (Lee dan
Lee, 2010). Secara anatomis apeks gigi-gigi rahang atas sangat dekat dengan dasar
sinus, terutama sinus maksilaris. Gigi yang berlubang, adanya abses atau infeksi
di sekitar gigi harus segera diobati sebab masalah gigi di rahang atas dapat
menjalar ke sinus. (Hoesin, 2012)

Universitas Sumatera Utara

Di Amerika Serikat, Rinosinusitis kronik mengenai lebih dari 30 juta
individu per tahun. Wald di Amerika, menjumpai insiden pada orang dewasa

antara 10-15% dari seluruh kasus rinosinusitis yang berasal dari infeksi gigi.
Ramalinggam (1990) di Madras, India mendapatkan bahwa rinosinusitis maksila
tipe dentogen sebanyak 10% kasus yang disebabkan oleh abses gigi dan abses
apikal. Becker et al dari Bohn, Jerman menyatakan 10% infeksi pada sinus
maksila disebabkan oleh penyakit pada akar gigi. Granuloma dental, khususnya
pada premolar kedua dan molar pertama sebagai penyebab maksila dentogen.
Highler dari Minnesota, Amerika Serikat menyatakan 10% kasus rinosinusitis
maksila yang terjadi setelah gangguan pada gigi (Hoesin, 2012).
Menurut Soetjipto (2006) di

Indonesia prevalensi rinosinusitis cukup

tinggi, hal ini dibuktikan dari data DEPKES RI tahun 2003 yang menyebutkan
bahwa penyakit ini berada pada urutan ke-25 dari 50 pola penyakit peringkat
utama. Data dari Divisi Rinologi Departemen THT RSCM periode JanuariAgustus 2005 didapatkan jumlah pasien rinologi adalah 435 pasien, 69%nya (300
pasien) adalah rinosinusitis kronis.
Menurut Dewanti (2008) dalam Multazar (2011) di Yogyakarta data dari
Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran UGM/RS Dr. Sardjito pada tahun
2006 – 2007 didapatkan 118 penderita rinosinusitis kronis (42%) dari seluruh
pasien rinologi.

Pada penelitian dari 256 penderita yang didiagnosis dengan sinusitis
maksila di poliklinik THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan didapati jumlah
penderita sinusitis maksila dengan infeksi gigi rahang atas sebanyak 35 penderita
dengan insiden didapat sebesar 13,67% (Farhat, 2006).
Rinosinusitis adalah penyakit multifaktorial. Faktor predisposisi lokal
berupa infeksi pada gigi, benda asing, polip, deviasi kavum nasi dan tumor dapat
menyebabkan obstruksi ostial yang berhubungan dengan terjadinya rinosinusitis.
Pada rinosinusitis maksila, dasar sinus maksila adalah processus alveolaris tempat
akar gigi rahang atas (terutama premolar dua; P2 dan molar satu; M1 rahang atas),
sehingga rongga sinus maksila dipisahkan oleh tulang tipis dengan akar gigi.
Infeksi gigi rahang atas seperti infeksi apikal akar gigi atau inflamasi jaringan

Universitas Sumatera Utara

periodontal mudah menyebar secara langsung ke sinus atau pembuluh darah dan
limfe. Rinosinusitis tipe dentogen dapat timbul dari abses periapikal, periodontitis
marginal luas atau apikal kronik, atau setelah ekstraksi gigi. (Hilger (1997) dalam
Paramasivan (2011))
Diagnosis rinosinusitis tipe dentogen ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Penggunaan rinoskopi anterior

dan posterior, nasoendoskopi pada pemeriksaan fisik sangat dianjurkan untuk
diagnosis yang lebih tepat dan dini (Paramasivan, 2011). Pemeriksaan penunjang
dapat berupa pemeriksaan foto sinus paranasal, pemeriksaan mikrobiologi,
pemeriksaan gigi & CT Scan Sinus Paranasal (Hoesin, 2012)
Prinsip penatalaksanaan rinosinusitis tipe dentogen ialah mengatasi
masalah gigi, terapi konservatif dengan memberikan obat-obatan / irigasi, dan
tindakan operatif (Paramasivan, 2011). Tindakan operatif dilakukan bila terapi
konservatif tidak mengalami perbaikan Selain itu terkadang diperlukan konsultasi
dengan departemen kedokteran gigi untuk mendukung dalam membuat diagnosis
& penatalaksanaan rinosinusitis dentogen (Hoesin, 2012).
Berdasarkan insidensi yang telah diuraikan diatas dan juga belum ada data
mengenai rinosinusitis tipe dentogen di RSUP H.Adam Malik Medan 2009-2012,
mendorong peneliti melakukan penelitian ini.

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, dapat

dirumuskan masalah penelitian yaitu Bagaimana Gambaran Karakteristik

Penderita Rinosinusitis tipe Dentogen di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun
2009-2012.

1.3

Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran karakteristik penderita rinosinusitis tipe dentogen di
RSUP H. Adam Malik Medan Departemen THT-KL pada tahun 2009-2012.

Universitas Sumatera Utara

1.3.2 Tujuan Khusus


Mengetahui distribusi penderita rinosinusitis tipe dentogen berdasarkan
usia di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009-2012




Mengetahui distribusi penderita rinosinusitis tipe dentogen berdasarkan
jenis kelamin di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009-2012



Mengetahui distribusi penderita rinosinusitis tipe dentogen berdasarkan
suku di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009-2012



Mengetahui distribusi penderita rinosinusitis tipe dentogen berdasarkan
pekerjaan di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009-2012



Mengetahui distribusi penderita rinosinusitis tipe dentogen berdasarkan
keluhan utama di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009-2012




Mengetahui distribusi penderita rinosinusitis tipe dentogen berdasarkan
jenis gigi yang terkena di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2009-2012



Mengetahui distribusi penderita rinosinusitis tipe dentogen berdasarkan
jenis terapi yang diberikan di SMF THT-KL RSUP H.Adam Malik Medan
tahun 2009-2012

1.4

Manfaat Penelitian


Memberikan informasi mengenai gambaran karakteristik penderita
rinosinusitis tipe dentogen di RSUP H. Adam Malik Medan.




Sebagai bahan untuk pengembangan keilmuan dibidang Ilmu Kesehatan
Telinga, Hidung, Tenggorok dan Bedah Kepala Leher.

Universitas Sumatera Utara