Gambaran Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008.
GAMBARAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK) DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008
TESIS
Oleh: Dr. Balqhis Nora
(2)
GAMBARAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK) DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008
Tesis
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister dalam Bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Bedah
Kepala Leher
Oleh: Dr. Balqhis Nora
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK
ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROK BEDAH KEPALA LEHER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2011
(3)
Medan, April 2011 Tesis dengan judul
GAMBARAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK) DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008
Telah disetujui dan diterima baik oleh Komisi Pembimbing
Ketua
Prof. dr. Askaroellah Aboet, SpTHT-KL(K) NIP: 19460305 197503 1 001
Anggota
Dr. dr. Delfitri Munir, SpTHT-KL(K) dr. Yuritna Haryono, SpTHT-KL(K) NIP: 19540126 198403 1 001 NIP: 130 422 449
Diketahui oleh
(4)
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan Bismillahirahmanirrahim, saya sampaikan rasa syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan karuniaNya saya dapat menyelesaikan tesis ini sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan untuk memperoleh gelar Magister dalam bidang Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan. Saya menyadari penulisan tesis ini masih jauh dari sempurna, baik isi maupun bahasannya. Walaupun demikian, mudah-mudahan tulisan ini dapat menambah perbendaharaan penelitian tentang Gambaran Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2008.
Dengan telah selesainya tulisan ini, pada kesempatan ini dengan tulus hati saya mengucapkan terima kasih yang tak terhingga dan penghargaan setinggi-tingginya kepada yang terhormat :
Prof. dr. Askaroellah Aboet, Sp.THT-KL(K) atas kesediaannya sebagai ketua pembimbing penelitian ini, Dr. dr. Delfitri Munir, Sp.THT-KL(K) dan dr. Yuritna Haryono, Sp.THT-KL(K) sebagai anggota pembimbing. Di tengah kesibukan beliau, dengan penuh perhatian dan kesabaran, telah banyak memberi bantuan, bimbingan, saran dan pengarahan yang sangat bermanfaat kepada saya dalam menyelesaikan tulisan ini.
Dengan telah berakhirnya masa pendidikan saya, pada kesempatan yang berbahagia ini perkenankanlah saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang
(5)
Yang terhormat Rektor Universitas Sumatera Utara, Bapak Prof. Dr. dr. Syahril
Pasaribu, Sp.A(K), DTM&H dan mantan Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. dr. Chairuddin Panusunan Lubis, Sp.A(K), DTM&H, yang telah memberikan
kesempatan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik di Departemen THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Yang terhormat Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Prof. dr. Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD(KGEH), atas kesempatan yang diberikan kepada saya untuk mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik di Fakultas Kedokteran USU.
Yang terhormat Bapak Direktur RSUP H. Adam Malik Medan, yang telah mengizinkan dan memberikan kesempatan pada saya untuk menjalani masa pendidikan di lingkungan rumah sakit ini.
Yang terhormat Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok dan Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran USU Prof. dr. Abdul Rachman Saragih, Sp.THT-KL(K) dan Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran USU, dr. T. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT-KL yang telah memberikan izin, kesempatan dan ilmu kepada saya dalam mengikuti Program Magister Kedokteran Klinik sampai selesai.
(6)
Sjailandrawati Hrp, SpTHT-KL, dr.Adlin Adnan, Sp.THT-KL, dr. Rizalina A. Asnir, KL(K), (Almh) dr. Ainul Mardhiah, KL, dr. Siti Nursiah, Sp.THT-KL, dr. Andrina Y.M. Rambe, Sp.THT-Sp.THT-KL, dr. Harry Agustaf Asroel, Sp.THT-Sp.THT-KL, dr. Farhat, Sp.THT-KL, dr. T. Siti Hajar Haryuna, Sp.THT-KL, dr. Aliandri, Sp.THT-KL, dr. Asri Yudhistira, Sp.THT-KL, dr. Devira Zahara, SpTHT-KL, dr. H.R. Yusa Herwanto, SpTHT-KL, dr. M. Pahala Hanafi Harahap, SpTHT-KL dan dr. Ferryan Sofyan, M.Kes, SpTHT-KL. Terima kasih atas segala ilmu, keterampilan dan bimbingannya selama ini.
Yang terhormat dr. Bisara L. Tobing, M.Kes, yang telah banyak memberikan petunjuk, perhatian dan bimbingan di bidang Metodologi Penelitian, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis Magister ini.
Yang tercinta teman-teman sejawat PPDS Ilmu Kesehatan THT-KL Fakultas Kedokteran USU, atas bantuan, nasehat, saran maupun kerjasamanya selama masa pendidikan.
Yang mulia dan tercinta Ayahanda M.Noor AR, BBA dan Ibunda Hj. Rahimah Nst, ananda sampaikan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga serta penghargaan yang setinggi-tingginya atas kasih sayang yang telah diberikan dan dilimpahkan kepada ananda sejak dalam kandungan, dilahirkan, dibesarkan dan diberi pendidikan yang baik serta diberikan suri tauladan yang baik hingga menjadi landasan yang kokoh dalam menghadapi kehidupan ini, dengan memanjatkan doa kehadirat Allah SWT, Ya Allah ampuni dosa kami dan dosa kedua orang tua kami, serta kasihilah mereka sebagaimana mereka mengasihi kami sejak kecil.
(7)
Yang tercinta Bapak mertua H. Djajasdi Djalil, BA dan Ibu mertua Hj. Nellyati yang selama ini telah memberikan dorongan dan restu untuk selalu menuntut ilmu setinggi-tingginya.
Kepada suamiku tercinta Felix Novian Djalil, SH, serta buah hati kami tersayang Mhd. Irsyad Djalil dan Mhd. Danish Najib Djalil, tiada kata yang lebih indah yang dapat saya ucapkan selain ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya atas pengorbanan tiada tara, kesabaran, ketabahan dan dorongan semangat yang tiada henti-hentinya kepada ibunda sehingga dengan ridho Allah SWT akhirnya kita sampai pada saat yang berbahagia ini.
Kepada abang, adik, kakak dan adik ipar penulis mengucapkan terima kasih atas limpahan kasih sayang dan tak henti-hentinya memberikan dorongan serta doa kepada penulis.dan Kepada seluruh kerabat dan handai taulan yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Akhirnya izinkanlah saya mohon maaf yang setulus-tulusnya atas segala kesalahan dan kekurangan saya selama mengikuti pendidikan ini, semoga segala bantuan, dorongan, petunjuk yang diberikan kepada saya selama mengikuti pendidikan kiranya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT, Yang Maha Pemurah, Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Amin.
(8)
GAMBARAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK) DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008
Abstrak
Latar belakang: Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan lanjutan dari episode initial otitis media akut yang ditandai dengan adanya sekret persisten dari telinga tengah melalui perforasi membran timpani. Sampai saat ini masih sering dijumpai di masyarakat dan merupakan salah satu penyakit infeksi telinga yang dipengaruhi umur, keadaan sosioekonomi, status gizi serta kekerapan mendapat infeksi saluran nafas atas. Untuk itu OMSK memerlukan penanganan yang tepat dan tuntas. RSUP H.Adam Malik Medan sebagai pusat rujukan diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan OMSK secara paripurna.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) di Bagian THT-KL Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2008.
Bahan dan cara: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan design case
series dari data sekunder di RSUP H.Adam Malik Medan. Seluruh data penderita
dengan diagnosa OMSK yang dilakukan pengobatan di RSUP H. Adam Malik Medan sejak Januari sampai Desember 2008. Data yang diambil meliputi umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan, faktor resiko, keluhan utama, telinga yang terlibat, jenis OMSK dan penatalaksanaan.
Hasil: Jumlah penderita OMSK sebanyak 208 penderita yang terdiri dari laki-laki 106 (50,96%) dan kelompok umur terbanyak 11-30 tahun 86 (41,36%) dan kelompok umur 1-10 tahun sebanyak 40 (19,23%), Suku batak 137 (65,87% ). Penderita OMSK yang bekerja sebanyak 80 (38,46%) yang terdiri dari wiraswasta yaitu 44 (21,15% ). Sebanyak 146 (70,19%) mengeluhkan telinga berair, unilateral 142 (68,27%), telinga kanan 81 (38,94% ) dan tipe benigna 161 (77,40% ). Sebanyak 85 (40,87% ) kasus OMSK yang kekambuhannya didahului gejala ISPA. Penanganan OMSK sebagian besar adalah medikamentosa yaitu 180 (86,54% ), sedangkan pembedahan yaitu mastoidektomi radikal 19 (8,14%) dan mastoidektomi sederhana 8 (3,84%).
Kata kunci: Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK), gambaran, case series
(9)
CHRONIC SUPPURATIVE OTITIS MEDIA (CSOM) DESCRIPTION AT GEN-ERAL HOSPITAL OF ADAM MALIK MEDAN YEAR 2008
Abstract:
Background: Chronic suppurative otitis media (CSOM) is the result of an initial epi-sode of acute otitis media and is characterized by a persistent discharge from the middle ear through a tympanic perforation. Until now this disease is still common in our com-munity and one of the ear infection disease that depends on age, socio-economic status, nutritional status and also the frequency of upper respiratory tract infection.
This study aimed to learn about Chronic Supuratif Otitis Media (CSOM) at ENT-HNS Department of General Hospital of H.Adam Malik Medan, year 2008.
Method: This research is a Descriptive by using design case series from secondary data at General Hospital of H.Adam Malik, Medan since January until Desember 2008. Age, sex, race, occupation, chief of complaint and the concerned ear, type of CSOM, predis-position and treatment were included in this data.
Result: The total patients of CSOM is 208 and 106 male (50,96%) and largest age group of 11-30 years old 86 (41,36%) and 1-10 years old 40 (19,25%), Bataknese 137 (65,87%). They are 80 working CSOM patients, most of them are unemployed indi-viduals 44 (21,15%). About 146 (70,19%) complain having ear discharge, unilateral 142 (68,27%), right ear 81 (38,94% ) and benign type 161 (77,40% ). About 85 (40,87% ) cases which occur by upper respiratory tract infection. The treatment of CSOM is mostly by conservative 180 (86,54% ), while radical mastoidectomy 19 (8,14%) and simple mastoidectomy 8 (3,84%).
(10)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
ABSTRAK v
ABSTRACK vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR GAMBAR x
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB 1 PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Perumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penelitian 3
1.3.1 Tujuan Umum 3
1.3.2 Tujuan Khusus 3
1.4 Manfaat Penelitian 3
BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 4
2.1 Anatomi Telinga Tengah 4
(11)
2.1.2 Kavum Timpani 5
2.1.3 Tuba Eustachius 6
2.1.4 Prosesus Mastoideus 7
2.2 Otitis Media Supuratif Kronis 7
2.1.2 Defenisi 7
2.1.3 Faktor Resiko 7
2.1.4 Klasifikasi 11
2.1.5 Patogenesis 12
2.1.6 Gambaran klinis 13
2.1.7 Diagnosa 14
2.1.8 Komplikasi 16
2.1.8 Penatalaksanaan 16
2.3 Kerangka Teori dan Kerangka Konsep 17
BAB 3 METODE PENELITIAN 18
(12)
3.2.2 Sampel 18
3.4 Variabel Penelitian 18
3.5 Definisi Operasional 19
3.6 Kerangka Kerja 20
3.7 Cara Analisis Data 20
BAB 4 HASIL PENELITIAN 21
BAB 5 PEMBAHASAN 25
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 30
KEPUSTAKAAN 32
(13)
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Proporsi penderita OMSK berdasarkan karakteristik penderita 21
Tabel 5.2 Proporsi penderita OMSK berdasarkan faktor resiko 22
Tabel 5.3 Proporsi penderita OMSK berdasarkan keluhan utama 23
Tabel 5.4 Proporsi penderita OMSK berdasarkan telinga yang terlibat 23
Tabel 5.5 Proporsi penderita OMSK berdasarkan jenis OMSK 23
(14)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Membran timpani 4
Gambar 2. Kavum timpani 5
Gambar 3. Tuba Eustachius 6
Gambar 4. Kerangka teori dan kerangka konsep penelitian 17
(15)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Data Penelitian
Lampiran 2. Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian Bidang Kesehatan
Lampiran 3. Surat izin pengambilan data dari rekam medis SMF THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan
Lampiran 4. Surat Keterangan Pembimbing Tesis
(16)
GAMBARAN OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS (OMSK) DI RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2008
Abstrak
Latar belakang: Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan lanjutan dari episode initial otitis media akut yang ditandai dengan adanya sekret persisten dari telinga tengah melalui perforasi membran timpani. Sampai saat ini masih sering dijumpai di masyarakat dan merupakan salah satu penyakit infeksi telinga yang dipengaruhi umur, keadaan sosioekonomi, status gizi serta kekerapan mendapat infeksi saluran nafas atas. Untuk itu OMSK memerlukan penanganan yang tepat dan tuntas. RSUP H.Adam Malik Medan sebagai pusat rujukan diharapkan dapat melakukan penatalaksanaan OMSK secara paripurna.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) di Bagian THT-KL Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2008.
Bahan dan cara: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan design case
series dari data sekunder di RSUP H.Adam Malik Medan. Seluruh data penderita
dengan diagnosa OMSK yang dilakukan pengobatan di RSUP H. Adam Malik Medan sejak Januari sampai Desember 2008. Data yang diambil meliputi umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan, faktor resiko, keluhan utama, telinga yang terlibat, jenis OMSK dan penatalaksanaan.
Hasil: Jumlah penderita OMSK sebanyak 208 penderita yang terdiri dari laki-laki 106 (50,96%) dan kelompok umur terbanyak 11-30 tahun 86 (41,36%) dan kelompok umur 1-10 tahun sebanyak 40 (19,23%), Suku batak 137 (65,87% ). Penderita OMSK yang bekerja sebanyak 80 (38,46%) yang terdiri dari wiraswasta yaitu 44 (21,15% ). Sebanyak 146 (70,19%) mengeluhkan telinga berair, unilateral 142 (68,27%), telinga kanan 81 (38,94% ) dan tipe benigna 161 (77,40% ). Sebanyak 85 (40,87% ) kasus OMSK yang kekambuhannya didahului gejala ISPA. Penanganan OMSK sebagian besar adalah medikamentosa yaitu 180 (86,54% ), sedangkan pembedahan yaitu mastoidektomi radikal 19 (8,14%) dan mastoidektomi sederhana 8 (3,84%).
Kata kunci: Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK), gambaran, case series
(17)
CHRONIC SUPPURATIVE OTITIS MEDIA (CSOM) DESCRIPTION AT GEN-ERAL HOSPITAL OF ADAM MALIK MEDAN YEAR 2008
Abstract:
Background: Chronic suppurative otitis media (CSOM) is the result of an initial epi-sode of acute otitis media and is characterized by a persistent discharge from the middle ear through a tympanic perforation. Until now this disease is still common in our com-munity and one of the ear infection disease that depends on age, socio-economic status, nutritional status and also the frequency of upper respiratory tract infection.
This study aimed to learn about Chronic Supuratif Otitis Media (CSOM) at ENT-HNS Department of General Hospital of H.Adam Malik Medan, year 2008.
Method: This research is a Descriptive by using design case series from secondary data at General Hospital of H.Adam Malik, Medan since January until Desember 2008. Age, sex, race, occupation, chief of complaint and the concerned ear, type of CSOM, predis-position and treatment were included in this data.
Result: The total patients of CSOM is 208 and 106 male (50,96%) and largest age group of 11-30 years old 86 (41,36%) and 1-10 years old 40 (19,25%), Bataknese 137 (65,87%). They are 80 working CSOM patients, most of them are unemployed indi-viduals 44 (21,15%). About 146 (70,19%) complain having ear discharge, unilateral 142 (68,27%), right ear 81 (38,94% ) and benign type 161 (77,40% ). About 85 (40,87% ) cases which occur by upper respiratory tract infection. The treatment of CSOM is mostly by conservative 180 (86,54% ), while radical mastoidectomy 19 (8,14%) and simple mastoidectomy 8 (3,84%).
(18)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) merupakan lanjutan dari episode initial otitis media akut dengan karakteristik adanya sekret persisten dari telinga tengah me-lalui perforasi membran timpani. Ini menjadi masalah penting untuk mengatasi ketulian yang kini menimpa negara berkembang (WHO, 2004).
Survei prevalensi di seluruh dunia yang walaupun masih bervariasi dalam hal definisi penyakit, metode sampling serta mutu metodologi, menunjukkan beban dunia akibat OMSK melibatkan 65-330 juta orang dengan telinga berair, 60% diantaranya (39-200 juta) mengalami gangguan pendengaran yang signifikan. Diperkirakan 28000 mengalami kematian dan <2 juta mengalami kecacatan; 94% terdapat di negara berkembang (WHO, 2004).
Suryanti (2003) di Surabaya mendapatkan jumlah penderita OMSK di RS Soe-tomo tahun 2002 sebanyak 331 penderita yang terdiri dari penderita laki-laki sebanyak 56,50% dan penderita perempuan 43,50%. Berdasarkan distribusi OMSK menurut umur, penderita usia produktif (21-50 tahun) merupakan kelompok terbanyak menderita OMSK (51,95%). Adapun keluhan yang paling sering adalah otore (75,83%). Sebanyak (26,28%) penderita OMSK yang kekambuhannya didahului oleh infeksi saluran per-nafasan atas (ISPA). Penderita yang didiagnosa OMSK eksaserbasi akut sebanyak (50,48%), OMSK tubotimpanal sebanyak (24,88%), OMSK atikoantral sebanyak (19,38%) dan perforasi kering sebanyak (5,26%). Penanganan OMSK sebagian besar
(19)
ditangani secara medikamentosa (64,35%) sedangkan penanganan secara pembedahan sebanyak (36,65%).
Data selama 5 tahun di Makasar periode 2004-2008 didapati jumlah kasus OMSK pada balita sebanyak 700 kasus (22,94%) dari seluruh kasus OMSK dan kasus tertinggi terjadi pada tahun 2005. Kasus terbanyak pada kelompok umur 2-4 tahun (51,3%) dan lebih banyak terjadi pada laki-laki (55,3%) dibanding perempuan (44,7%) (Talango, 2009).
Jumlah kasus OMSK baru di poliklinik THT-KL RSUD dr. Sutomo dari tahun 2004 hingga 2008 secara berurutan adalah 322, 142, 157, 150 dan 197 (Ahadiah, 2009). Wulandari (2009) di RSUD Surakarta mendapatkan 49 kasus OMSK atikoantral dari 296 kasus mulai Januari hingga Desember 2008.
Data poliklinik THT RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2006 menunjukkan pasien OMSK merupakan 26% dari seluruh kunjungan pasien (Aboet, 2007). Di bagian THT FK USU/ RS.H.Adam Malik Medan kunjungan penderita OMSK cukup tinggi, data yang dikumpulkan Wajdi (2000) di Medan dari Januari 1997 hingga Desember 1998 didapatkan sebanyak 546 orang penderita OMSK.
Saat ini belum didapatkan data mengenai gambaran yang pasti tentang penderita OMSK di RSUP H. Adam Malik Medan, karena itulah penulis mencoba untuk melakukan penelitian tentang gambaran OMSK ini di bagian THT-KL RSUP H. Adam Malik Medan.
(20)
1.2 . PERUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) di Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2008.
1.3 . TUJUAN PENELITIAN 1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran kasus baru Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) di Bagian THT-KL Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara / Rumah Sa-kit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Tahun 2008.
1.3.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui proporsi penderita OMSK baru menurut kelompok umur dan jenis kelamin.
b. Mengetahui proporsi penderita OMSK baru menurut suku.
c. Mengetahui proporsi penderita OMSK baru berdasarkan pekerjaan. d. Mengetahui proporsi penderita OMSK baru berdasarkan faktor risiko. e. Mengetahui proporsi keluhan utama penderita OMSK baru.
f. Mengetahui proporsi telinga yang terlibat pada penderita OMSK baru. g. Mengetahui proporsi jenis OMSK baru.
(21)
1.4 Manfaat Penelitian
a. Untuk memperoleh data awal untuk penelitian selanjutnya.
b. Sebagai sumber referensi untuk perbaikan kelengkapan data penderita OMSK.
c. Sebagai bahan untuk pengembangan keilmuan dibidang Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok dan Bedah Kepala Leher.
(22)
20
BAB 2
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
2.1. Anatomi telinga tengah
Telinga tengah terdiri dari membran timpani, kavum timpani, tuba Eustachius dan prosessus mastoideus (Dhingra, 2007).
2.1.1. Membran Timpani
Membran timpani dibentuk dari dinding lateral kavum timpani yang memisahkan liang telinga luar dari kavum timpani. Membran ini memiliki panjang vertikal rata-rata 9-10 mm dan diameter antero-posterior kira-kira 8-9 mm dengan ketebalannya rata-rata 0,1 mm (Dhingra, 2007). Secara Anatomis membran timpani dibagi dalam 2 bagian, yaitu: Pars tensa dan pars flaksida.
Gambar 1. Membran timpani (Probst dan Grevers, 2006)
Pars tensa merupakan bagian terbesar dari membran timpani suatu per-mukaan yang tegang dan bergetar dengan sekelilingnya yang menebal dan me-lekat di anulus timpanikus pada sulkus timpanikus pada tulang dari tulang tem-poral. Pars flaksida atau membran Shrapnell, letaknya dibagian atas muka dan
(23)
lebih tipis dari pars tensa. Pars flaksida dibatasi oleh 2 lipatan yaitu plika maleo-laris anterior (lipatan muka) dan plika maleomaleo-laris posterior (lipatan belakang) (Dhingra, 2007).
2.1.2. Kavum timpani
Kavum timpani merupakan rongga yang disebelah lateral dibatasi oleh membran timpani, disebelah medial oleh promontorium, di sebelah superior oleh tegmen timpani dan inferior oleh bulbus jugularis dan n. Fasialis. Dinding posterior dekat ke atap, mempunyai satu saluran disebut aditus, yang menghubungkan kavum timpani dengan antrum mastoid melalui epitimpanum. Pada bagian posterior ini, dari medial ke lateral, terdapat eminentia piramidalis yang terletak di bagian superior-medial dinding posterior, kemudian sinus posterior yang membatasi eminentia piramidalis dengan tempat keluarnya korda timpani (Helmi, 2005).
(24)
Kavum timpani terutama berisi udara yang mempunyai ventilasi ke nasofaring melalui tuba Eustachius. Menurut ketinggian batas superior dan inferior membran timpani, kavum timpani dibagi menjadi tiga bagian, yaitu epitimpanum yang merupakan bagian kavum timpani yang lebih tinggi dari batas superior membran timpani, mesotimpanum yang merupakan ruangan di antara batas atas dengan batas bawah membran timpani, dan hipotimpanum yaitu bagian kavum timpani yang terletak lebih rendah dari batas bawah membran timpani. Di dalam kavum timpani terdapat tiga buah tulang pendengaran (osikel), dari luar ke dalam maleus, inkus dan stapes. Selain itu terdapat juga korda timpani, muskulus tensor timpani dan ligamentum muskulus stapedius (Helmi, 2005; Dhingra, 2007).
2.1.3. Tuba Eusthachius
Tuba Eustachius disebut juga tuba auditory atau tuba faringotimpani, bentuknya seperti huruf S. Tuba ini merupakan saluran yang menghubungkan antara kavum timpani dengan nasofaring.
(25)
Tuba Eustachius terdiri dari 2 bagian yaitu : bagian tulang yang terdapat pada bagian belakang dan pendek (1/3 bagian) dan bagian tulang rawan yang terdapat pada bagian depan dan panjang (2/3 bagian).
Fungsi tuba Eusthachius untuk ventilasi telinga yang mempertahankan keseimbangan tekanan udara di dalam kavum timpani dengan tekanan udara luar, drainase sekret yang berasal dari kavum timpani menuju ke nasofaring dan menghalangi masuknya sekret dari nasofaring menuju ke kavum timpani (Dhilon, 2000; Helmi, 2005).
2.1.4. Prosesus Mastoideus
Rongga mastoid berbentuk seperti segitiga dengan puncak mengarah ke kaudal. Atap mastoid adalah fossa kranii media. Dinding medial adalah dinding lateral fosa kranii posterior. Sinus sigmoid terletak di bawah duramater pada daerah tersebut dan pada dinding anterior mastoid terdapat aditus ad antrum (Dhingra, 2007).
2.2. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) 2.2.1. Definisi
Otitis media merupakan suatu keadaan inflamasi pada telinga tengah dan rongga mastoid, tanpa melihat pada etiologi atau patogenesis. Ada tidaknya efusi telinga tengah dan lamanya efusi akan membantu dalam mendefinisikan prosesnya. Efusi bisa serous, mukoid, atau purulen, jangka waktunya dibagi atas
(26)
2.2.2. Faktor Risiko
Faktor risiko OMSK merupakan faktor yang mempermudah terjadinya OMSK, antara lain:
a. Lingkungan
Anak-anak yang tinggal di dalam rumah yang penuh sesak, perawatan sakit yang minim, terpapar dengan anak lain yang terinfeksi, atau terpapar dengan asap, dipercaya meningkatkan insidensi OMSK (Kenna dan Latz, 2006). b. Sosial ekonomi
Faktor sosial ekonomi mempengaruhi kejadian OMSK dimana kelompok sosioekonomi rendah memiliki insiden yang lebih tinggi. Penelitian menunjukkan bahwa kesehatan secara umum termasuk status imunisasi, diet dan tempat tinggal yang padat juga memengaruhi kejadian OMSK. (Browning, 1997; Akinpelu et al, 2008).
c. Gangguan fungsi tuba
Pada otitis kronis aktif, tuba Eustachius sering tersumbat oleh edema tetapi apakah hal ini merupakan fenomen primer atau sekunder masih belum diketahui (Browning, 1997). Ahadiah (2008) di Surabaya memperoleh 11 penderita dengan 16 telinga yang mengalami OMSK (11 tipe tubotimpanal dan 5 tipe atikoantral), sebanyak 16 gambaran endoskopi muara tuba Eustachius faringeal terdapat kelainan. Mukosa udem 9 kasus (56,25%), mukosa hiperemis 4 kasus (25%), terdapat sekret seromukus 12 kasus (75%).
d. Otitis media sebelumnya
Secara umum dikatakan otitis media kronis merupakan kelanjutan dari otitis media akut atau otitis media dengan efusi, tetapi tidak diketahui faktor apa
(27)
keadaan kronis (Browning, 1997). Homoe et al (1999) mendapatkan 35% anak-anak dengan OMSK didahului dengan otitis media akut yang berulang sedangkan Lasisi et al (2008) mendapatkan 70% OMSK dengan onset otitis media sebelumnya pada usia yang lebih dini.
e. Infeksi saluran pernafasan atas
Banyak penderita mengeluh sekret telinga sesudah terjadi infeksi saluran nafas atas. Infeksi virus dapat mempengaruhi mukosa telinga tengah menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap organisme yang secara normal berada dalam telinga tengah, sehingga memudahkan pertumbuhan bakteri (Browning, 1997). Lasisi et al (2007) di Nigeria pada 189 anak mendapatkan sebanyak 45% anak dengan OMSK didahului dengan infeksi saluran nafas atas.
f. Infeksi
Bakteri yang diisolasi dari mukopus atau mukosa telinga tengah baik aerob ataupun anaerob menunjukkan organisme yang multipel. Organisme yang terutama dijumpai adalah gram negatif, bowel-type flora dan beberapa organisme lainnya (Browning, 1997). Nursiah di Medan (2000) mendapatkan jenis kuman aerob terbanyak adalah S. aureus (36,1%), diikuti E. coli (27,7%), Proteus sp (19,4%), S. albus (5,6%), S. viridan (5,6%), Klebsiella sp (2,8%) dan P. aeroginosa (2,8%).
(28)
g. Genetik
Faktor genetik masih diperdebatkan sampai saat ini, terutama apakah insiden OMSK berhubungan dengan luasnya sel mastoid yang dikaitkan sebagai faktor genetik. Sistem sel-sel udara mastoid lebih kecil pada penderita otitis media, tapi belum diketahui apakah hal ini primer atau sekunder (Browning, 1997).
Penelitian pada pasangan kembar, kembar monozygot memiliki riwayat otitis media yang lebih besar dibandingkan kembar dizygot, yang kemungkinan oleh karena komponen genetik yang lebih kuat. Faktor genetik pada otitis media bersifat komplek dengan kontribusi dari banyak gen (Rovers et al, 2004).
h. Autoimun
Penderita dengan penyakit autoimun akan memiliki insiden lebih besar terhadap otitis media kronis (Browning, 1997). Akinpelu et al (2008) dari 160 pasien OMSK, 2,5% dengan penyakit imunodefisiensi, sedangkan Weber et al (2006) meneliti 459 anak dengan HIV terdapat 14,2% yang menderita OMSK. i. Alergi
Penderita alergi mempunyai insiden otitis media kronis yang lebih tinggi dibanding yang bukan alergi (Browning, 1997). Susilo (2010) di Medan memeriksa 54 objek dan mendapatkan reaksi alergi pada penderita OMSK tubotimpanal lebih besar dibandingkan dengan reaksi alergi pada penderita non OMSK yaitu sebesar 741% pada kelompok penderita OMSK tipe tubotimpanal dan 407% pada kelompok non OMSK.
Lasisi et al (2007) mendapatkan dari 189 anak dengan OMSK sebanyak 28% menderita alergi. Lasisi et al (2008) melakukan tes kulit kepada 20 pasien
(29)
dengan OMSK, sebanyak 80% tes kulit positif terhadap satu atau lebih jenis alergen.
2.2.3. Klasifikasi
Secara klinis OMSK dapat dibagi atas 2 tipe yaitu : tipe tubotimpanal (tipe mukosa = tipe benigna) dan tipe atikoantral (tipe tulang = tipe maligna. Penyakit tubotimpanal ditandai oleh adanya perforasi sentral atau pars tensa dengan gejala klinik yang bervariasi dari luas serta tingkat keparahan penyakit. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi keadaan ini terutama patensi tuba Eustachius, infeksi saluran nafas atas, pertahanan mukosa terhadap infeksi yang gagal pada pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah, disamping itu campuran bakteri aerob dan anaerob, luas dan derajat perubahan mukosa, serta migrasi sekunder dari epitel skuamous (Dhingra, 2007).
Secara klinis penyakit tipe tubotimpanal terbagi atas: penyakit aktif dan tidak aktif. Pada yang aktif terdapat sekret pada telinga dan tuli. Biasanya didahului oleh perluasan infeksi saluran nafas atas melalui tuba Eutachius atau setelah berenang, kuman masuk melalui liang telinga luar. Sekret bervariasi dari mukoid sampai mukopurulen. Ukuran perforasi bervariasi dari sebesar jarum sampai perforasi subtotal pada pars tensa. Jarang di temukan polip yang besar pada liang telinga luar. Sedangkan yang tidak aktif, pada pemeriksaan telinga dijumpai perforasi total yang kering dengan mukosa telinga tengah yang pucat.
(30)
menghasilkan kolesteatom. Kolesteatom adalah suatu massa amorf, konsistensi seperti mentega dan berwarna putih. Kolesteatom dapat dibagi atas 2 tipe yaitu : kolesteatom kongenital dan kolesteatom didapat. Kriteria untuk mendiagnosa kolesteatom kongenital, menurut Derlaki dan Clemis (1965) adalah: Berkembang dibelakang dari membran timpani yang masih utuh, tidak ada riwayat otitis media sebelumnya, dan pada mulanya dari jaringan embrional dari epitel skuamous atau dari epitel undiferential yang berubah menjadi epitel skuamous selama perkembangan (Mills, 1997).
Kolesteatom didapat terbagi atas primary acquired cholesteatoma dimana kolesteatom terjadi pada daerah atik atau pars flaksida, dan secondary
acquired cholesteatoma yang berkembang dari suatu kantong retraksi yang
disebabkan peradangan kronis, biasanya bagian posterosuperior dari pars tensa. Khasnya perforasi marginal pada bagian posterosuperior (Meyer, 2006).
2.2.4. Patogenesis
Patogenesis OMSK benigna terjadi karena proses patologi telinga tengah, pada tipe ini didahului oleh kelainan fungsi tuba, maka disebut juga sebagai penyakit tubotimpanal. Terjadinya OMSK hampir selalu dimulai dengan otitis media berulang pada anak, jarang dimulai setelah dewasa (Helmi, 2005). Sumbatan tuba Eustachius merupakan faktor penyebab utama dari otitis media. Karena fungsi tuba Eustachius terganggu, pencegahan invasi kuman ke telinga tengah juga terganggu, sehingga kuman masuk ke dalam telinga tengah dan terjadi peradangan (Djaafar, 2007). Kadang-kadang infeksi berasal dari telinga luar masuk ke telinga tengah melalui perforasi membran timpani, maka terjadilah proses inflamasi. Bila terbentuk pus akan terperangkap didalam
(31)
dengan perbaikan fungsi ventilasi telinga tengah, biasanya proses patologis akan berhenti dan kelainan mukosa akan kembali normal (Helmi, 2005).
Pada primary acquired cholesteatoma tidak ditemukan riwayat penyakit
otitis media atau perforasi membran timpani sebelumnya. Kolesteatom ini timbul akibat terjadi proses invaginasi dari membran timpani pars flaksida karena adanya tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan tuba (Dhingra, 2007; Djaafar, 2007).
Pada secondary acquired cholesteatoma, kolesteatom yang terbentuk
setelah adanya perforasi membran timpani. Kolesteatom terbentuk sebagai akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga atau dari pinggir perforasi membran timpani ke telinga tengah atau terjadi akibat metaplasi mukosa kavum timpani karena iritasi infeksi yang berlangsung lama (Dhingra, 2007; Djaafar, 2007).
2.2.5. Gambaran Klinis
OMSK memiliki beberapa gambaran klinis, antara lain : a. Telinga berair (sekret)
Sekret bersifat purulen (kental) atau mukoid (seperti air dan encer) tergantung stadium peradangan. Sekret yang sangat bau, berwarna kuning abu-abu kotor memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya. Dapat terlihat keping-keping kecil, berwarna putih, mengkilap (Dhingra, 2007). Suryanti
(32)
b. Gangguan pendengaran
Dijumpai tuli konduktif namun dapat pula bersifat campuran. Gangguan pendengaran bervariasi namun jarang melebihi 50 dB (Dhingra, 2007). Tala (2010) di Medan memeriksa 64 telinga OMSK, tuli konduktif 40 telinga, tuli saraf 1 telinga dan tuli campur 23 telinga. Olateke memeriksa 52 liang telinga dengan OMSK, 38,5% memiliki tuli konduktif ringan dan 26,9% dengan tuli konduktif sedang (Olateke et al, 2008).
c. Perforasi
Pada yang jinak biasanya sentral, bisa di anterior, posterior atau inferior dari malleus. Pada yang ganas di daerah atik atau posterosuperior (Dhingra, 2007). Tala (2010) di Medan mendapatkan 36 telinga perforasi total, perforasi sentral sebanyak 26 telinga, perforasi subtotal dan atik masing-masing 1 telinga. Ologe dan Nwawolo mendapatkan 6% siswa SD negeri di desa dengan OMSK yang ditandai dengan perforasi persisten membran timpani lebih dari 3 bulan (Ologe dan Nwawolo, 2003).
d. Mukosa kavum timpani
Tampak pada perforasi membran timpani yang besar. Secara normal warnanya merah muda, saat terjadi inflamasi warnanya menjadi merah, udem dan lunak. Kadang-kadang tampak polip (Dhingra, 2007).
2.2.6. Diagnosa
Diagnosis OMSK dapat ditegakkan melalui anamnesa, pemeriksaan otoskopi, pemeriksaan audiometri, pemeriksaan radiologi dan pemeriksaan bakteriologi. Melalui anamnesa dapat diketahui tentang awal mula penyakit, riwayat penyakit terdahulu, faktor risiko, gejala klinis serta hal-hal lainnya yang
(33)
ditegakkan dengan pemeriksaan fisik dan penunjang lainnya (Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz, 2006).
Pada pemeriksaan otoskopi dapat dibedakan jenis OMSK berdasarkan perforasi pada membran timpani, yang terdiri dari perforasi sentral, marginal dan atik. Gambaran yang terlihat dengan otoskopi pada perforasi sentral adalah tampak perforasi yang letaknya sentral pada pars tensa, dapat berbentuk bundar, oval, bentuk ginjal atau hati. Perforasinya dapat subtotal atau total, masih terlihat pinggir membran timpani (annulus timpanikus), melalui perforasi tampak mukosa kavum timpani bewarna pucat, bila ada eksaserbasi akut maka warna mukosa menjadi merah dan jarang terdapat granulasi atau polip. Gambaran otoskopi pada perforasi marginal adalah tampak perforasi yang letaknya marginal, pada pars tensa belakang atas biasanya besar, atau pada pars flaksida muka atau belakang (kecil), prosesnya bukan hanya pada mukosa kavum timpani dan tulang-tulang pendengaran ikut rusak, sering terdapat granulasi atau polip, annulus timpanikus tidak terlihat lagi dan terlihat gambaran nekrosis tulang. Sedangkan gambaran pada perforasi atik adalah perforasi yang letaknya di pars flaksida (Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz, 2006).
Pada pemeriksaan audiometri penderita OMSK biasanya didapati tuli konduktif, tetapi dapat pula dijumpai adanya tuli sensorineural, beratnya ketulian tergantung besar dan letak perforasi membran timpani serta keutuhan
(34)
lebih kecil dengan pneumatisasi lebih sedikit dibandingkan mastoid yang satunya atau yang normal. Erosi tulang, terutama pada daerah atik memberi kesan kolesteatom (Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz, 2006).
Pemeriksaan bakteriologi sekret telinga penting untuk menentukan bakteri penyebab OMSK dan antibiotika yang tepat (Mills, 1997; Telian, 2002; Kenna dan Latz, 2006).
2.2.7. Komplikasi
Komplikasi OMSK terbagi dua, yaitu komplikasi intratemporal (komplikasi ekstrakranial) dan komplikasi ekstratemporal. Komplikasi intratemporal terdiri dari parese n. fasial dan labirinitis. Komplikasi ekstratemporal (komplikasi intrakranial) terdiri dari abses ekstradural, abses subdural, tromboflebitis sinus lateral, meningitis, abses otak dan hidrosefalus otitis. Pada OMSK ini walaupun telinga berair sudah bertahun-tahun lamanya telinga tidak merasa sakit, apabila didapati telinga terasa sakit disertai demam, sakit kepala hebat dan kejang menandakan telah terjadi komplikasi ke intrakranial (Kenna dan Latz, 2006).
2.2.8. Penatalaksanaan
Prinsip penatalaksanaan OMSK dapat dibagi atas penatalaksanaan medis dan bedah. Penatalaksanaan medis adalah aural toilet, yaitu pembersihan telinga dari sekret, dan terapi antimikroba topikal, yaitu pemberian tetes telinga antibiotik topikal (Mills, 1997).
Penatalaksanaan bedah dari OMSK adalah operasi mastoidektomi, yang terdiri dari mastoidektomi sederhana yang bertujuan untuk mengevakuasi penyakit yang hanya terbatas pada rongga mastoid, dan mastoidektomi radikal
(35)
tengah, di mana rongga mastoid, telinga tengah, dan liang telinga luar digabungkan menjadi satu ruangan sehingga drainase mudah. Untuk kasus-kasus yang akan dilakukan perbaikan fungsi pendengaran dilakukan timpanoplasti (Johnson, 2003).
2.3. Kerangka Teori dan Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kepustakaan diatas diusunlah kerangka teori sebagaimana tertera pada gambar berikut:
FAKTOR RISIKO
‐ Lingkungan
‐ Sosial Ekonomi
‐ Gangguan Fungsi Tuba
‐ Otitis Media sebelumnya
‐ ISPA
‐ Genetik
‐ Infeksi (bakteri, virus)
‐ Alergi
‐ Autoimun
Disfungsi Tuba Eustachius Gangguan Ventilasi Telinga Tengah
Tekanan Negatif Telinga Tengah Udem dan Inflamasi Mukosa
OTITIS MEDIA SUPURATIF KRONIS
(36)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan design case series dari data sekunder di RSUP H.Adam Malik Medan.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Departemen/SMF THT-KL FK-USU / RSUP H.Adam Malik Medan mulai Mei 2010 - Desember 2010.
3.3. Populasi, Sampel, Besar Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel 3.3.1. Populasi
Seluruh data penderita dengan diagnosa OMSK yang dilakukan pengobatan di RSUP H. Adam Malik Medan sejak Januari 2008 sampai dengan Desember 2008.
3.3.2. Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah seluruh data penderita baru OMSK dimana data yang diambil dari rekam medis di RSUP H. Adam Malik Medan sejak Januari 2008 sampai dengan Desember 2008.
3.4. Variabel Penelitian
Variable yang diteliti: OMSK, umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan, faktor risiko, keluhan utama, telinga yang terlibat, jenis OMSK, dan penatalaksanaan.
(37)
3.5. Defenisi Operasional
3.5.1. Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK) adalah radang kronis pada telinga tengah dengan adanya sekret purulen yang persisten melalui membran timpani lebih dari 12 minggu.
3.5.2. Umur adalah usia yang dihitung dalam tahun dan menurut ulang tahun terakhir. Perhitungannya berdasarkan kalender Masehi.
3.5.3. Jenis Kelamin yaitu laki-laki dan perempuan.
3.5.4. Suku adalah Suatu masyarakat dengan budaya dan bahasa yang tersendiri.
3.5.5. Pekerjaan adalah profesi sehari-hari yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3.5.6. Faktor risiko merupakan faktor yang mempermudah terjadinya penyakit. 3.5.7. Keluhan Utama adalah keadaan atau kondisi yang meyebabkan penderita
datang berobat.
3.5.8. Telinga yang terlibat yang dibedakan atas telinga kanan, telinga kiri atau keduanya.
3.5.9. Jenis OMSK yang terbagi atas tubotimpanal dan atikoantral.
3.5.10.Penatalaksanaan adalah pengobatan atau tindakan yang diberikan terhadap penderita sesuai penyakitnya.
(38)
3.6. Kerangka Kerja
Penderita OMSK tubotimpanal dan Atikoantral (tahun
2008) Rekam Medis
Umur Jenis kelamin
Suku Pekerjaan Faktor risiko Keluhan utama Telinga yang terlibat
Jenis Penatalaksanaan
Gambar 5. Kerangka kerja
Kerangka kerja pada penelitian ini dimulai dengan mengumpulkan data dari rekam medis yaitu penderita OMSK pada tahun 2008 dan mengklasifikasikannya berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan, faktor risiko, keluhan utama, telinga yang terlibat, jenis dan penatalaksanaan.
3.7. Cara Analisis Data
Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Data yang diperoleh dianalisis secara statistik untuk menilai proporsi OMSK berdasarkan umur, jenis kelamin, suku, pekerjaan, faktor risiko, keluhan utama, telinga yang terlibat, jenis OMSK, dan penatalaksanaan yang diambil dari data Rekam Medik Poliklinik THT-KL FK-USU / RSUP. H. Adam Malik Medan.
(39)
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan menggunakan design case
series dimana pengambilan data dari data klinis di bagian Rekam Medis Ilmu Kesehatan
Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala dan Leher FK USU/RSUP H.Adam Malik Medan. Data penelitiannya adalah seluruh kasus baru OMSK yang berobat di RSUP H.Adam Malik Medan sejak Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 yaitu sebanyak 208 penderita.
Tabel 4.1. Proporsi penderita OMSK berdasarkan karakteristik penderita Karakteristik Jumlah (n) Persen (%) Kelompok umur (tahun)
1 -10 11-20 21-30 31-40 41-50 51-60 61-70 71-80 40 43 43 29 27 13 9 4 19,23 20,68 20,68 13,94 12,98 6,25 4,32 1,92 Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 106 102 50,96 49,04 Suku Batak Nias Jawa Aceh Melayu 137 4 29 18 10 65,87 1,92 13,94 8,66 4,81
(40)
Dari tabel diatas diketahui penderita OMSK terbanyak pada kelompok umur 11-20 tahun dan 21-30 tahun yaitu masing-masing 43 penderita (11-20,68%) dan kelompok umur 1-10 tahun sebanyak 40 penderita (19,23%). Usia termuda 1 tahun sedangkan usia tertua 80 tahun.
Berdasarkan jenis kelamin penderita OMSK yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 106 penderita (50,96%) sementara perempuan 102 penderita (49,04%), namun perbandingannya hampir sama.
Berdasarkan suku diperoleh yang terbanyak adalah berasal dari suku Batak yaitu 137 penderita (65,87% ) diikuti suku Jawa 29 penderita (13,94%).
Penderita yang bekerja sebanyak 80 (38,46%) yang terdiri dari wiraswasta 44 penderita (21,15%), PNS 19 penderita (9,13), pegawai swasta 12 penderita (5,77%), sopir 3 penderita (1,44%) dan petani 1 penderita (0,96%). Sedangkan penderita yang tidak bekerja sebanyak 128 (61,5%) yang terdiri dari pelajar 42 (20,19%), ibu rumah tangga (IRT) 35 (16,83%), ikut orang tua (dibawah umur) sebanyak 29 (13,94%), pengangguran 13 (6,25%), dan mahasiswa 9 (4,33%).
Tabel 4.2. Proporsi penderita OMSK berdasarkan faktor risiko
Faktor resiko Jumlah (n) Persen (%)
Gejala ISPA (+) OMA Alergi Tuberkulosis (TBC) Tonsilitis Sinusitis KNF Tidak diketahui 86 18 7 4 2 2 1 88 41,35 8,65 3,37 1,92 0,96 0,96 0,48 42,31
Jumlah 208 100
Dari tabel 4.2. di dapat faktor risiko penderita OMSK dengan dijumpai gejala ISPA seperti batuk atau pilek sebanyak 86 penderita (41,35%) dan sebanyak 88 penderita (45,67%) tidak diketahui oleh karena ketidaklengkapan data pada status.
(41)
Tabel 4.3. Proporsi penderita OMSK berdasarkan keluhan utama
Keluhan Utama Jumlah (n) Persen (%)
Telinga berair 146 70,19
Pendengaran menurun 22 10,58
Telinga nyeri 18 8,65
Telinga tersumbat Telinga berdenging
11 9
5,29 4,33
Telinga berdarah 1 0,48
Nyeri kepala 1 0,48
Jumlah 208 100
Dari tabel diatas diperoleh keluhan utama penderita OMSK yang terbanyak adalah telinga berair yaitu 146 penderita (70,19%), diikuti pendengaran menurun sebanyak 22 penderita (10,58%) dan telinga nyeri sebanyak18 penderita (8,65%).
Tabel 4.4. Proporsi penderita OMSK berdasarkan telinga yang terlibat
Telinga yang terlibat Jumlah (n) Persen (%)
Telinga kanan (AD) 81 38,94
Telinga kiri (AS) 61 29,33
Kedua telinga (ADS) 66 31,73
Jumlah 208 100
Dari tabel diatas diperoleh sebanyak 142 (68,72%) bersifat unilateral yang terdiri dari telinga kanan sebanyak 81 penderita (38,94%), diikuti telinga kiri sebanyak 61 penderita (29,33%) sedangkan yang bersifat bilateral sebanyak 66 penderita (31,73%).
Tabel 4.5. Proporsi penderita OMSK berdasarkan jenis OMSK
Jenis OMSK Jumlah (n) Persen (%)
(42)
40
Tabel 4.6. Proporsi penderita OMSK berdasarkan penatalaksanaan
Penatalaksanaan Jumlah (n) Persen (%)
Medikamentosa 180 86,54
Mastoidektomi radikal 19 9,13
Mastoidektomi sederhana ABD
8 1
3,85 0,48
Total 208 100
Dari tabel diatas diperoleh penatalaksanaan OMSK terbanyak adalah medikamentosa yaitu 180 penderita (86,54%), sedangkan mastoidektomi radikal sebanyak 19 penderita (9,13%) dan mastoidektomi sederhana sebanyak 8 penderita (3,85%) dan 1 penderita mendapat rehabilitasi dengan pemakaian alat bantu dengar (ABD).
(43)
BAB 5 PEMBAHASAN
Jumlah penderita dalam penelitian ini sebanyak 208 penderita baru OMSK yang berobat ke RSUP H.Adam Malik Medan mulai Januari 2008 hingga Desember 2008 yang dikumpulkan dari rekam medis.
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat karakteristik penderita OMSK dari kelompok umur yang terbanyak adalah pada kelompok umur 11-20 tahun dan 21-30 tahun yaitu masing-masing 20,68% dan kelompok umur 1-10 tahun sebanyak 19,23%. Hal ini tampak jumlah kunjungan pasien anak dan dewasa muda banyak yang menderita OMSK. Hampir sama dengan hasil penelitian Memon et al (2008) di Pakistan yang mendapatkan 390 pasien OMSK di RSU di pakistan sejak Januari 2004-Juni 2006 dengan umur antara 6 bulan-70 tahun. Umur terbanyak 21-30 tahun 105 (23,08%), 11-20 tahun 90 (26,92%), 6 bulan-10 tahun 82 (21,03%).
Saat ini, otitis media kronis tetap lebih banyak terjadi pada anak-anak dan hal ini merupakan penyebab utama ketidakmampuan fungsional. Selain dari letak anatomis tuba pada anak, faktor yang mempengaruhi termasuk kondisi padat penghuni, status sosio ekonomi lemah, malnutrisi dan imunisasi. Seiring dengan pertambahan usia, kejadian OMSK akan menurun (Akinpelu, 2007).
(44)
2006 yang berumur 5-15 tahun, 270 (54%) pria dan 230 (46%) wanita. Memon et al (2008) di Pakistan mendapatkan penderita laki-laki 45,11% sedangkan Suryanti (2003) di Surabaya mendapatkan penderita laki-laki sebanyak 56,5%.
Berdasarkan suku proporsi penderita OMSK paling banyak berasal dari suku Batak yaitu 65,87%. Suku Batak merupakan suku terbanyak dari penduduk kota Medan dan lokasi penelitian adalah RSUP H.Adam Malik, sehingga jumlah penderita yang datang berobat kebanyakan suku Batak. Sedangkan Sing (2007) di Sarawak sejak Juli 2003 hingga Juni 2004 di poli THT Sarawak General Hospital mendapatkan 8118 pasien THT dengan Otitis media kronis sebanyak 12,3%, kebanyakan dari suku Melayu yaitu 44%.
Faktor individual seperti umur, jenis kelamin dan suku kemungkinan bersifat sekunder terhadap perbedaan ukuran tuba (Kong dan Coates, 2009).
Proporsi penderita OMSK berdasarkan pekerjaan terbanyak adalah wiraswasta yaitu 21,15%, untuk katagori tidak bekerja didapati pelajar 20,19% hampir sama dengan penelitian Adoga et al (2010) di RSU Jos Nigeria sejak Juni 2007- Mei 2008 mendapatkan 74 pasien OMSK dengan umur antara 2-37 tahun, sebanyak 16,2% buruh (unskilled workers), 14,9% wiraswasta (unemployed individuals) dan 10,8% pelajar. Dari tabel 4.2 diperoleh faktor risiko OMSK terbanyak adalah gejala ISPA 41,35%, diikuti riwayat otitis media akut (OMA) sebelumnya sebanyak 8,65%, alergi sebanyak 3,37%. TBC 1,92%, tonsilitis dan sinusitis masing-masing 1,96%, KNF 0,48%. Sebanyak 42,31% tidak diketahui faktor risikonya karena tidak tercantum dalam rekam medis. Studi yang dilakukan Suryanti (2003) di Surabaya dari 331 penderita terdapat 26,28% kasus OMSK yang kekambuhannya didahului oleh ISPA. Akinpelu et
(45)
masalah malnutrisi, tempat tinggal kumuh dan imunisasi yang tidak lengkap 66(41,3%), 25(15,6%) anak-anak dengan inflamasi adenoid, trauma telinga 18(11,3%), palato
schizis 4(2,5%), HIV 4(2,5%), karsinoma nasofaring (KNF) 1 orang dan yang tidak
diketahui sebanyak 41 orang.
OMSK merupakan salah satu penyakit telinga yang umum diderita, khususnya pada anak-anak dan penyakit infeksi yang berhubungan dengan status sosioekonomi rendah seperti malnutrisi, tempat tinggal kumuh, infeksi saluran nafas atas dan tingkat kebersihan yang rendah (Adoga et al, 2010; Adhikari, 2009).
Faktor risiko otitis media antara lain obstruksi tuba Eustachius (misalnya sinusitis, hipertrofi adenoid, KNF), imunodefisiensi (primer atau didapat), kelainan
midfacial kongenital ( misalnya palatoschizis, down syndrom) dan gastroesophageal
reflux. Faktor risiko OMSK secara signifikan termasuk riwayat OMA berulang, orang tua dengan riwayat otitis media kronis, alergi juga menjadi faktor risiko seperti yang didapat beberapa peneliti bahwa alergi menyebabkan obstruksi hidung (Chole dan Nason; 2009).
Dari tabel 4.3 diperoleh keluhan utama penderita OMSK yang terbanyak adalah telinga berair yaitu 70,19%, diikuti pendengaran menurun sebanyak 10,58%. Hampir sama dengan penelitian Akinpelu et al (2008) dari 160 pasien OMSK sebanyak 86,6% dengan keluhan telinga berair dan Adoga et al (2010) dari 74 pasien mendapatkan 78,4% dengan keluhan telinga berair begitu juga Suryanti (2003) dari 331 penderita
(46)
memberi kesan kolesteatoma dan produk degenerasinya (Dhingra, 2007; Chole dan Nasun, 2009), bila sifatnya mukoid, kemungkinan muncul dari kelenjar mukosa telinga tengah keluar ke liang telinga melalui membran timpani yang perforasi (Alabassi et al 2010).
Dari tabel 4.4 dan 4.5 telinga yang terlibat terbanyak adalah telinga kanan 38,94%, sedangkan telinga kiri 29,33% dan kedua telinga yang terlibat 31,73% sedangkan jenis OMSK terbanyak adalah tipe tubotimpanal 77,40%. Adhikari (2007) mendapatkan unilateral sebanyak 81,5%, 26% merupakan penyakit yang aktif dan 88,9% tipe tubotimpanal. Beberapa studi yang lain memberikan hasil yang hampir sama antara lain Akinpelu et al (2008) 35,6% telinga kanan dan 32,5% kedua telinga terlibat, Adhikari (2009) mendapatkan 72% bersifat unilateral, Adoga et al (2010) 62,2% unilateral dan 37,8% bilateral.
Penelitian lain yang mendapatkan tipe tubotimpanal yang terbanyak antara lain Adhikari (2007) , Memon et al (2008), Adhikari (2009), Adoga et al (2010), berturut-turut sebanyak 88,9%, 88,5%, 76% dan 97,3%. Suryanti (2003) mendapatkan OMSK atikoantral 19,38% dan Wulandari (2009) sebanyak 16,55%.
Berdasarkan tabel 4.6 diperoleh penatalaksanaan OMSK terbanyak adalah medikamentosa yaitu 86,54%, sedangkan operatif sebanyak 12,98%. Hampir sama dengan studi Akinpelu et al (2008) dari 160 kasus sebanyak 82,5% dengan medikamentosa, 10% pembedahan dan 7,5% pemakaian ABD. Demikian juga Memon (2008) secara medikamentosa 72,5% dan eksplorasi operatif 27,5%. Suryanti (2003) mendapatkan penanganan secara medikamentosa sebanyak 64,35% pasien dan operatif 35,65%.
(47)
pendengaran dan komplikasi lain) bila eradikasi tidak memungkinkan. Dapat dilakukan pembersihan liang telinga secara teratur, pemberian antibiotik, rekonstruksi telinga tengah dan penggunaan ABD sebagai usaha rehabilitasi (Adoga et al, 2010).
(48)
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 7.1.1. Penderita OMSK terbanyak terdapat pada kelompok umur 11-20 tahun dan
21-30 tahun yaitu masing-masing 43 penderita (20,68%) dan penderita usia produktif (20-50 tahun) sebanyak 47,60%, berdasarkan jenis kelamin penderita OMSK yang terbanyak adalah laki-laki yaitu 106 penderita (50,96%).
7.1.2. Suku terbanyak yang menderita OMSK adalah suku Batak yaitu 137 penderita (65,87%).
7.1.3. Penderita OMSK yang bekerja sebanyak 80 (38,46%) yang terdiri dari wiraswasta 44 penderita (21,15%).
7.1.4. Faktor risiko OMSK terbanyak adalah gejala ISPA yaitu 85 penderita (41,35% ). 7.1.5. Keluhan utama penderita OMSK yang terbanyak adalah telinga berair yaitu 146
penderita (70,19%).
7.1.6. Telinga yang terlibat pada penderita OMSK terbanyak adalah telinga kanan sebanyak 81 penderita (38,94% ).
7.1.7. Jenis OMSK terbanyak adalah tipe tubotimpanal yaitu 161 penderita (77,40% ). 7.1.8. Penatalaksanaan OMSK terbanyak adalah medikamentosa yaitu 180 penderita
(86,54% ), sedangkan tindakan operasi terbanyak adalah mastoidektomi radikal sebanyak 19 penderita (9,13%).
(49)
7.2. Saran
7.2.1. Perlu dilakukan penyuluhan dan pemahaman terhadap pasien tentang OMSK baik keluhan utama yang paling sering terjadi maupun penatalaksanaan yang sesuai pada penderita OMSK.
7.2.2. Kelengkapan data dalam pengisian rekam medis diperlukan untuk mendapatkan informasi yang lebih baik.
(50)
KEPUSTAKAAN
Aboet A, 2007. Radang telinga tengah menahun. Pidato pengukuhan jabatan guru besar tetap. USU. Medan.
Adhikari P, 2007. Chronic Suppurative Otitis Media in School Children of Kathmandu Valley. Arquivos deORL. Nepal. 11(2). P 421.
Adhikari P, 2009. Chronic Suppurative Otitis Media in urban private school children of Nepal. Braz J Otorhinolaryngol. Nepal. 75(5). P 669-72.
Adoga A, Nimkur T, Silas O, 2010. Chronic suppurative otitis media: Socio-economic implications in a tertiary hospital in Northern Nigeria. PanAfrican Medical Jour-nal. Nigeria. 4:3. hal 1-8.
Ahadiah TH, 2008. Evaluasi muara tuba Eustachius faringeal dengan endoskopi pada penderita Otitis Media Supuratif Kronik, dalam Kumpulan Abstrak PIT-PERHATI. Bandung. Hal 26.
Ahadiah TH, 2009. Peran pendidikan S-1 pada tatalaksana OMSK, dalam Buku Abstrak PITO-4-PERHATI. Palembang. Hal 39.
Akinpelu AV, Amusa HB, Komolafe EO et al, 2008. Challenges in management of chronic suppurative otitis media in a developing country. The Journal of Laryn-gology and Otology. Nigeria. 122. p 16-20.
Alabassi AM, Alsaimary IE, Najim JM, 2010. Prevalence and pattern of chronic suppu-rative otitis media and hearing impairment in Basrah city. Journal of Medicine and Medical Sciences. Irak. 1(4). p 129-33.
Browning GG, 1997. Aetiopthology of inflammatory conditions of the external and middle ear. In: Kerr AG, ed. Scott-Brown’s Otolaryngology. Vol. 3. 6th.
(51)
Butter-Chole RA, 2006. Surgery of Mastoid and Petrosa, in Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD, editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4th ed . vol 2. Philadelphia, USA. Lippincott Williams & Wilkins. p 2093-110.
Chole RA, Nasun R 2009. Chronic Otitis Media with Cholesteatoma in Ballengers Otorhinolaryngology head and neck. Surgery BC Decker Inc. hal: 217-27.
Dhillon RS, East CA, 2000. Otorhoe, in Ear, Nose and Throat and Head and Neck Sur-gery’, 2nd ed. p 14-7.
Dhingra PL, 2007. Anatomy of ear, in Disease of Ear, Nose, and Throat. 3rd ed. El-sevier. New Delhi. p 3-13.
Dhingra PL, 2007. Cholesteatoma and Chronic Suppurative Otitis Media, in Disease of Ear, Nose, and Throat. 3rd ed. Elsevier. New Delhi. p 66-73.
Djaafar ZA, 2007. Kelainan Telinga Tengah, dalam Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga Hidung, Tenggorok Kepala Leher. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. Hal 49-62
Gustomo BS, 2010. Gambaran Otitis Media Supuratif Kronis tipe bahaya di RSUD Dr. Moewardi Surakarta tahun 2007-2009, dalam Kumpulan abstrak PITO-5 dan AANOA-3. Yogyakarta. Hal 28.
Helmi, 2005. Otitis Media Supuratif Kronis, dalam Otitis Media Supuratif Kronis Pen-getahuan Dasar Terapi Medik Mastoidektomi. Balai Penerbit FK UI. Jakarta. Hal 55-72.
(52)
Kenna MA, Latz AD, 2006. Otitis Media and Middle Ear Effusion, in Bailey BJ, John-son JT, Newlands SD, editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4th ed . vol 1. Philadelphia, USA. Lippincott Williams & Wilkins. p 1265-75.
Kong K, Coates HLC, 2009. Natural History, definitions, risk factors and burden of oti-tis media. MJA. Australia. 191(9). p S39-S43.
Lasisi AO, Olayemi O, Irabor AE et al, 2007. Early onset otitis media: risk factors and effects on the outcome of chronic suppurative otitis media. Eur Arch Otorhi-nolaryngol. Nigeria. 265(7). P 765-8.
Lasisi AO, Arinola OG, Olayemi O et al, 2008. Role of elevated immunoglobulin E levels in suppurative otitis media. Ann Trop Paediatr. Nigeria. 28(2). P 123-7. Memon MA, Matiullah S, Ahmad Z et al, 2008. Frequency of un-safe chronic
suppura-tive otitis media in patients with discharging ear. J LUMHS. P 102-5.
Meyer TA, 2006. Cholesteatoma, in Bailey BJ, Johnson JT, Newlands SD, editors. Head and Neck Surgery-Otolaryngology. 4th ed . vol 2. Philadelphia, USA. Lip-pincott Williams & Wilkins. p 2081-91.
Mills RP, 1997. Management of Chronic Suppurative Otitis Media, in Kerr AG (Ed) Scott-Brown’s Otolaryngology. Vol 3. 6th ed. Butterworth-Heinemann. p 3/10/1-19.
Nursiah S, 2000. Pola kuman aerob penyebab OMSK dan kepekaan terhadap antibiotika di bag THT FK USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis. Medan.
Olateke et al, 2008. The prevalence of hearing loss among schoolchildren with chronic suppurative otitis media in Nigeria, and its effect on academic performance. Nige-ria. Ear Nose Throat J. NigeNige-ria. 87(12). p 19
(53)
Ni-Park DC, 2008. Antimicrobial resistance of Staphylococcus from otorrhea in chronic suppurative otitis media and comparison with results of all isolated Staphylococci. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. South Korea. 27(7). p 571-7.
Pasha R, 2006. Infection of The Middle Ear, in Otolaryngology Head and Neck Sur-gery, Clinical Reference Guide. Singular Thomson Learning. p 316-22.
Probst R, Grevers G, 2006.The Middle Ear in Basic Otorhinolaryngology-A step-by-step Learning Guide. Thieme. New York. p 241-9
Restuti RD, 2008. Otitis Media Supuratif Kronik tipe bahaya pada anak, dalam Kumpu-lan Abstrak PIT-PERHATI. Bandung. Hal 31.
Restuti RD, 2010. Profil klinis dan operatif pasien OMSK di RSCM, data 5 tahun, dalam Kumpulan abstrak PITO-5 dan AANOA-3. Yogyakarta. Hal 73.
Roovers MM, Schilder AGM, Zielhuis GA, Rosenfeld RM, 2004. Otitis Media. The Lancet. 363. p 465-72.
Sedjawidada R, 2003. Insiden, komplikasi dan pembedahan pada kolesteatoma, dalam Buku Abstrak Kongres Nasional XIII-PERHATI. Bali. Hal 46.
Sing TT , 2007. Pattern of Otorhinolaryngology Head and Neck disease in outpatient clinic of a Malaysian hospital. The Internet Journal of Head and Neck surgery. 2(1).
Soetjipto D, 2007. Otitis Media Supuratif Kronis , komite nasional penanggulangn gangguan pendengaran dan ketulian (Komnas PGPKT).
(54)
pe-Suryanti DP, 2003. Otitis Media Supuratif Kronik di Poli THT RS Soetomo Surabaya tahun 2002, dalam Buku Abstrak Kongres Nasional XIII-PERHATI. Bali. Hal 240.
Susilo DE, 2010. Alergi sebagai faktor risiko terhadap kejadian Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) tipe benigna di RSUP H.A.Malik Medan. Tesis. Hal 1-69.
Tala SM, 2010. Hubungan jenis OMSK dengan gangguan pendengaran di RSUP H. Adam Malik Medan. Tesis. Hal 1-70.
Talango R, 2009. Insidens Otitis Media Supuratif Kronik pada balita di Rumah Sakit Pendidikan di Makassar periode Januari 2004-Desember 2008, dalam Buku Abstrak PITO-4-PERHATI. Palembang. Hal 39.
Telian SA, Schmalbach CE, 2002. Chronic Otitis Media. In Snow JB. Ballenger’s Manual of Otorhinolaryngology Head & Neck Surgery. London: BC Decker Inc. p 46-57.
WHO, 2004. Chronic Suppurative Otitis Media; burden of illness and management op-tions. Child and Adolescent Health and Development Prevention of Blindness and Deafness. WHO Geneva, Switzerland. p 7-8.
Wulandari Y, 2009. gambaran Otitis Media Supuratif Kronis Maligna di RSUD Moe-wardi Surakarta tahun 2008, dalam Buku Abstrak PITO-4-PERHATI. Palembang. Hal 63.
Yeo SG, Park DC, Hong SM et al, 2007. Bacteriology of chronic suppurative otitis me-dia-multicenter study. Acta Otolaryngol. 127 (10). P 1062-7.
(55)
Personalia Penelitian 1. Peneliti Utama
Nama : dr. Balqhis Nora
NIP : 19780122 200502 2 001 Gol/Pangkat : III-c/ Penata
Jabatan : PPDS THT FK-USU (Asisten Ahli) Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala dan Leher Waktu Disediakan : 12 jam/minggu
2. Anggota Peneliti / Pembimbing
A. Nama : Prof.dr.Askaroellah Aboet, SpTHT-KL(K) NIP : 19460305 197503 1 001
Gol/Pangkat : IV/d, Pembina Utama Madya Jabatan : Guru Besar, Kepala Divisi Otologi
Departemen THT-KL FK USU/RSUP HAM Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
(56)
B. Nama : DR. dr. Delfitri Munir, SpTHT-KL(K) NIP : 140 154 796
Gol/Pangkat : IV/a, Pembina
Jabatan : Koordinator Penelitian
Departemen THT-KL FK USU/RSUP HAM
Kepala Divisi Rinologi
Departemen THT-KL FK USU/RSUP HAM
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala dan Leher Waktu Disediakan : 5 jam/minggu
C. Nama : dr. Yuritna Haryono, SpTHT-KL(K) NIP : 130 422 449
Gol/Pangkat : IV/c, Pembina Utama Muda
Jabatan :Staf Divisi Rinologi Departemen THT-KL FK USU/RSUP HAM
Fakultas : Kedokteran
Perguruan Tinggi : Universitas Sumatera Utara
Bidang Keahlian : Ilmu Kesehatan THT, Bedah Kepala dan Leher Waktu Disediakan : 5 jam/minggu
(57)
DAFTAR PASIEN BARU OMSK DI RSHAM MEDAN TAHUN 2008
NO MR NAMA umur SUKU PEKERJAAN TELINGA JENIS KELUHAN
UTAMA FAKTOR terapi KET
(Inisial) L P RESIKO
1 34 48
40 S 33 jawa wiraswasta AD maligna telinga berair operasi radikal
2 34 55
35 MS 8 batak pelajar AD benigna telinga berair tonsilitis obat
3 34 55
59 S 69 jawa wiraswasta ADS benigna pdgrn menurun obat
4 34 61
34 AP 8 karo pelajar ADS benigna telinga berair ISPA obat
5 34 62
19 R 34 minang wiraswasta AD benigna
telinga
ber-denging obat
6 34 62
29 K 22 melayu IRT ADS maligna telinga berair obat
7 34 62
39 R 8 jawa pelajar AS benigna telinga berair OMA obat
8 34 65
70 NS 23 mandailing wiraswasta ADS benigna telinga berair obat
9 34 67
35 S 27 jawa tdk bekerja ADS maligna nyeri kepala operasi radikal
10 34 69
44 MT 1 karo ikut orang tua AD benigna telinga berair ISPA obat
11 34 69
62 LS 52 batak IRT ADS benigna telinga berair obat
12 34 70
24 R 28 aceh wiraswasta ADS benigna pdgrn menurun obat
13 34 71
22 SKO 4 batak ikut orang tua ADS benigna
telinga
tersum-bat ISPA obat
14 34 71
32 RS 41 batak wiraswasta ADS maligna telinga berair obat
15 34 72
29 JT 22 karo wiraswasta AS maligna telinga berair obat
16 34 72
(58)
21 34 85
11 BP 27 batak wiraswasta AS maligna telinga berair operasi radikal
22 34 85
69 KDP 5 jawa ikut orang tua AS maligna telinga berair ISPA obat
23 34 85
95 NS 13 karo pelajar AD maligna telinga nyeri ISPA obat
24 34 87
31 EP 42 batak pelajar AD benigna
telinga
ber-denging obat
25 34 87
50 ABS 2 batak ikut orang tua AS benigna telinga berair ISPA obat
26 34 87
93 ET 36 nias wiraswasta AS benigna telinga nyeri tonsilitis obat
27 34 89
91 SM 43 jawa wiraswasta ADS benigna
telinga
ber-denging NPC obat
28 34 93
12 H 11 jawa pelajar ADS maligna telinga berair ISPA operasi radikal
29 34 85
15 H 69 aceh IRT ADS benigna telinga berair TB paru obat
30 34 94
16 IW 1 minang ikut orang tua AD benigna telinga berair OMA obat
31 34 94
25 RSG 7 karo pelajar AD benigna telinga berair OMA obat
32 34 97
23 IMP 3 karo ikut orang tua AS benigna telinga berair OMA obat
33 34 98
47 RP 50 batak IRT AS benigna telinga berair ISPA obat
34 34 98
80 NS 21 batak tdk bekerja AD maligna telinga berair ISPA operasi radikal
35 35 02
36 RNS 16 batak pelajar AD maligna telinga berair ISPA operasi radikal
36 35 10
59 S 31 jawa wiraswasta AD maligna telinga berair ISPA operasi radikal
37 35 12
31 Z 27 minang
pegawai
swasta ADS maligna telinga berair TB paru obat
38 35 13
38 HNS 23 batak mahasiswa AD benigna telinga berair obat
39 35 14
56 MH 70 mandailing IRT AD benigna telinga berair obat
40 35 14
39 M 36 aceh PNS ADS benigna telinga berair ISPA obat
41 35 14
83 SG 16 karo pelajar ADS benigna telinga berair obat
42 35 18
58 LS 21 batak tdk bekerja ADS maligna pdgrn menurun ISPA operasi radikal
43 35 22
(59)
44 35 07
52 SS 53 batak PNS AS benigna
telinga
ber-denging ISPA obat
45 35 20
76 JS 22 batak wiraswasta AS benigna telinga berair ISPA operasi sederhana
46 35 17
18 DRS 3 karo ikut orang tua AD benigna telinga berair ISPA obat
47 35 17
54 DB 45 karo petani AS benigna telinga berair ISPA obat
48 35 26
40 RB 62 karo wiraswasta AD benigna pdgrn menurun ABD
49 35 31
26 DA 30 minang wiraswasta AS benigna telinga berair obat
50 35 32
12 DS 35 batak IRT AS benigna
telinga
tersum-bat obat
51 35 34
46 A 19 aceh
pegawai
swasta ADS benigna telinga berair sinusitis obat
52 35 22
70 RT 43 batak wiraswasta AD benigna
telinga
tersum-bat pilek - obat
53 35 23
10 S 38 karo wiraswasta AD benigna telinga berair pilek - obat
54 35 26
24 AHL 27 batak
pegawai
swasta AD benigna telinga berair obat
55 33 82
96 HS 27 batak
pegawai
swasta ADS benigna telinga
ber-denging obat
56 35 40
00 JN 1 batak ikut orang tua ADS benigna telinga berair ISPA obat
57 35 43
50 HM 27 batak petani ADS benigna telinga berair ISPA obat
58 35 71
79 S 28 jawa IRT ADS maligna
telinga
ber-denging obat
59 35 49
48 E 14 jawa pelajar ADS benigna telinga berair obat
60 35 49
71 SA 29 karo PNS AD benigna telinga berair obat
61 35 50
93 KN 23 mandailing wiraswasta ADS benigna telinga berair ISPA obat
62 35 58
(60)
67 35 53
07 HP 18 batak pelajar AD benigna
telinga
tersum-bat obat
68 35 51
02 AP 50 batak IRT AS maligna telinga nyeri operasi radikal
69 35 60
55 MN 12 melayu pelajar AD maligna telinga berair ISPA operasi radikal
70 35 60
96 DA 13 karo pelajar AD maligna telinga nyeri ISPA obat
71 35 61
72 MS 45 batak IRT AD benigna
telinga
tersum-bat ISPA obat
72 35 63
24 FG 20 karo tdk bekerja AS benigna telinga berair alergi obat
73 35 63
37 SA 1 jawa ikut orang tua AD maligna telinga berair ISPA obat
74 35 73
89 RS 8 jawa pelajar AS benigna telinga berair ISPA obat
75 35 76
49 NSH 22 batak tdk bekerja AS benigna telinga berair ISPA obat
76 35 76
72 TS 51 karo wiraswasta AD benigna pdgrn menurun obat
77 35 77
09 AHM 43 mandailing wiraswasta AS benigna telinga berair obat
78 35 64
42 S 29 batak
pegawai
swasta AD benigna telinga berair obat
79 35 85
31 ARM 6 karo pelajar AD maligna
telinga
berda-rah ISPA obat
80 35 05
30 S 50 jawa
pegawai
swasta AD maligna telinga berair obat
81 35 80
84 IS 17 batak pelajar ADS benigna telinga berair obat
82 35 87
71 IPS 18 minang tdk bekerja AS maligna telinga berair ISPA operasi radikal
83 35 88
11 F 30 batak IRT ADS maligna telinga nyeri operasi radikal
84 35 94
21 FM 26 mandailing wiraswasta AD benigna telinga berair ISPA operasi sederhana
85 35 37
69 BP 1 menado ikut orang tua AS benigna telinga berair ISPA obat
86 35 95
87 RS 41 batak wiraswasta ADS maligna telinga nyeri ISPA obat
87 35 97
73 RS 45 batak PNS AD benigna
telinga
ber-denging obat
88 35 97
74 Z 14 aceh pelajar AS maligna telinga berair ISPA obat
89 35 97
(61)
90 36 02
46 PS 31 karo wiraswasta AD benigna telinga berair obat
91 36 02
59 MZA 28 jawa wiraswasta AS benigna telinga berair ISPA obat
92 36 07
25 GM 4 batak ikut orang tua AS benigna telinga berair ISPA obat
93 36 07
56 H 18 batak tdk bekerja AD benigna telinga berair operasi sederhana
94 36 07
60 JS 18 batak mahasiswa AS benigna
telinga
tersum-bat ISPA obat
95 36 07
78 AP 12 batak pelajar AD benigna telinga nyeri obat
96 36 08
07 SP 32 batak PNS AD benigna telinga berair obat
97 36 08
22 JS 5 karo ikut orang tua AD benigna telinga nyeri OMA obat
98 36 10
47 PB 62 batak petani ADS benigna pdgrn menurun ISPA obat
99 36 10
79 FSS 22 karo wiraswasta AS maligna telinga berair obat
100 36 15
21 SM 15 alas pelajar ADS maligna telinga berair ISPA operasi radikal
101 36 17
49 STK 18 karo tdk bekerja AD benigna telinga berair obat
102 36 18
33 LS 20 batak tdk bekerja AD maligna
telinga
tersum-bat operasi radikal
103 36 18
14 RG 16 karo pelajar ADS benigna telinga berair ISPA obat
104 36 19
68 HM 17 batak pelajar ADS maligna
telinga
ber-denging ISPA obat
105 36 23
79 PFS 19 batak mahasiswa AS benigna pdgrn menurun ISPA obat
106 36 24
08 ZPA 40 batak
pegawai
swasta AD benigna
telinga
ber-denging alergi obat
107 36 25
71 FAN 20 jawa
pegawai
swasta AD benigna telinga nyeri ISPA obat
108 36 25
(62)
113 36 31
17 JM 21 nias wiraswasta AD benigna telinga nyeri obat
114 36 31
48 B 77 melayu IRT AS maligna
telinga
tersum-bat obat
115 36 35
27 H 44 aceh sopir AD benigna telinga nyeri obat
116 36 35
76 S 38 aceh
pegawai
swasta AS benigna telinga berair obat
117 36 36
15 EG 32 karo
pegawai
swasta AD benigna telinga nyeri alergi obat
118 36 36
59 P 68 jawa IRT AD benigna
telinga
tersum-bat obat
119 36 37
43 FMS 21 batak mahasiswa ADS benigna pdgrn menurun obat
120 36 37
64 J 71 minang wiraswasta AS benigna pdgrn menurun obat
121 36 39
07 M 35 aceh wiraswasta ADS benigna telinga berair ISPA obat
122 36 42
68 C 14 batak pelajar AD benigna telinga berair obat
123 36 42
82 ITS 15 batak pelajar AD benigna pdgrn menurun ISPA obat
124 36 64
48 AP 25 batak
pegawai
swasta AS benigna telinga berair obat
125 36 47
23 SA 7 jawa pelajar AD benigna telinga berair OMA obat
126 36 49
55 GF 2 batak ikut orang tua AD benigna telinga berair OMA obat
127 36 49
92 N 31 batak IRT AD benigna telinga berair obat
128 36 52
21 AT 17 aceh pelajar AS benigna telinga berair obat
129 36 53
57 Z 71 minang wiraswasta ADS maligna pdgrn menurun ISPA obat
130 36 53
91 NM 36 batak IRT AD benigna telinga berair obat
131 36 53
29 NA 55 aceh IRT ADS benigna telinga berair ISPA obat
132 36 54
65 N 35 aceh IRT AD maligna pdgrn menurun operasi radikal
133 36 53
35 CHP 22 mandailing tdk bekerja ADS benigna telinga berair ISPA obat
134 36 60
82 I 23 jawa IRT AS maligna telinga berair obat
135 36 61
(1)
113 36 31
17 JM 21 nias wiraswasta AD benigna telinga nyeri obat
114 36 31
48 B 77 melayu IRT AS maligna
telinga
tersum-bat obat
115 36 35
27 H 44 aceh sopir AD benigna telinga nyeri obat
116 36 35
76 S 38 aceh
pegawai
swasta AS benigna telinga berair obat
117 36 36
15 EG 32 karo
pegawai
swasta AD benigna telinga nyeri alergi obat
118 36 36
59 P 68 jawa IRT AD benigna
telinga
tersum-bat obat
119 36 37
43 FMS 21 batak mahasiswa ADS benigna pdgrn menurun obat
120 36 37
64 J 71 minang wiraswasta AS benigna pdgrn menurun obat
121 36 39
07 M 35 aceh wiraswasta ADS benigna telinga berair ISPA obat
122 36 42
68 C 14 batak pelajar AD benigna telinga berair obat
123 36 42
82 ITS 15 batak pelajar AD benigna pdgrn menurun ISPA obat
124 36 64
48 AP 25 batak
pegawai
swasta AS benigna telinga berair obat
125 36 47
23 SA 7 jawa pelajar AD benigna telinga berair OMA obat
126 36 49
55 GF 2 batak ikut orang tua AD benigna telinga berair OMA obat
127 36 49
92 N 31 batak IRT AD benigna telinga berair obat
128 36 52
21 AT 17 aceh pelajar AS benigna telinga berair obat
129 36 53
57 Z 71 minang wiraswasta ADS maligna pdgrn menurun ISPA obat
130 36 53
91 NM 36 batak IRT AD benigna telinga berair obat
131 36 53
29 NA 55 aceh IRT ADS benigna telinga berair ISPA obat
132 36 54
65 N 35 aceh IRT AD maligna pdgrn menurun operasi radikal
133 36 53
35 CHP 22 mandailing tdk bekerja ADS benigna telinga berair ISPA obat
134 36 60
82 I 23 jawa IRT AS maligna telinga berair obat
135 36 61
(2)
136 36 61
72 JG 30 karo wiraswasta AD benigna telinga berair obat
137 35 88
11 FR 26 batak IRT AS benigna telinga nyeri operasi sederhana
138 36 63
25 GN 20 batak wiraswasta ADS maligna pdgrn menurun ISPA operasi radikal
139 36 66
30 EM 4 Jawa ikut orang tua AS benigna telinga berair TB obat
140 06 51
95 TS 60 batak tdk bekerja AD benigna telinga berair obat
141 36 56
05 R 15 batak pelajar AS benigna telinga berair OMA obat
142 36 72
73 WH 6 batak ikut orang tua ADS benigna telinga berair ISPA obat
143 36 72
80 RP 41 batak PNS AS benigna telinga berair obat
144 36 73
19 S 48 melayu IRT ADS benigna telinga berair obat
145 36 76
57 AS 1 batak ikut orang tua ADS benigna telinga berair ISPA obat
146 36 78
27 ES 55 batak IRT AS benigna telinga nyeri obat
147 36 74
24 D 24 karo PNS AS benigna telinga berair ISPA obat
148 07 35
73 WSA 15 batak pelajar ADS benigna telinga nyeri sinusitis obat
149 36 80
47 DG 45 karo wiraswasta ADS benigna telinga berair obat
150 36 81
24 BM 11 batak pelajar AS benigna telinga berair OMA obat
151 36 81
26 NS 4 batak ikut orang tua ADS benigna telinga berair ISPA obat
152 36 81
29 FZ 8 nias ikut orang tua ADS benigna telinga berair ISPA obat
153 36 81
20 PD 31 batak PNS AD benigna telinga berair ISPA operasi sederhana
154 36 25
55 DT 58 batak PNS AS benigna telinga berair ISPA obat
155 01 83
17 SS 77 batak pensiunan AS benigna pdgrn menurun obat
156 11 75
16 TL 35 batak IRT AD benigna telinga berair ISPA obat
157 36 84
87 TGS 80 batak IRT AD benigna pdgrn menurun obat
158 36 89
(3)
159 18 77
18 HS 61 batak tdk bekerja AD benigna pdgrn menurun obat
160 36 89
29 FD 12 batak pelajar ADS benigna telinga berair obat
161 36 90
16 NP 37 batak IRT ADS benigna telinga berair ISPA obat
162 36 90
15 RS 9 karo pelajar AD benigna telinga berair OMA obat
163 36 91
54 ST 43 karo wiraswasta ADS benigna telinga berair obat
164 36 91
91 F 37 melayu PNS AD maligna telinga berair obat
165 36 93
71 SF 10 karo pelajar ADS benigna telinga berair ISPA obat
166 36 94
40 MH 37 mandailing
pegawai
swasta AS benigna telinga berair obat
167 36 96
11 S 62 batak IRT ADS benigna pdgrn menurun obat
168 36 98
72 D 32 melayu
pegawai
swasta AD benigna pdgrn menurun ISPA obat
169 36 98
79 C 23 batak PNS AS benigna telinga berair ISPA obat
170 37 00
49 AAZ 1 mandailing ikut orang tua ADS benigna telinga berair ISPA obat
171 37 00
90 H 45 melayu sopir AD benigna telinga berair obat
172 37 01
06 L 31 batak PNS AD benigna telinga nyeri ISPA obat
173 37 02
26 MM 36 mandailing IRT ADS benigna telinga berair ISPA obat
174 36 99
56 M 13 mandailing pelajar ADS benigna pdgrn menurun alergi obat
175 36 99
58 SG 39 karo IRT AS maligna telinga berair alergi obat
176 37 09
01 YM 13 batak pelajar AS maligna telinga berair ISPA obat
177 37 10
30 E 21 aceh mahasiswa AD benigna telinga berair ISPA obat
178 37 10
34 SH 70 jawa IRT ADS benigna telinga berair obat
179 36 97
58 RG 42 karo IRT AD benigna telinga berair ISPA obat
180 37 13
22 DP 30 batak mahasiswa ADS benigna telinga berair ISPA obat
181 37 16
(4)
182 37 17
11 PS 46 batak PNS AS maligna telinga berair PPOK obat
183 37 18
02 ZG 2 karo ikut orang tua AS benigna telinga berair ISPA obat
184 37 17
94 AH 3 melayu ikut orang tua AS benigna telinga berair ISPA obat
185 37 18
06 NS 14 aceh pelajar AD maligna telinga berair ISPA obat
186 37 20
38 JB 30 batak wiraswasta ADS benigna telinga berair ISPA operasi sederhana
187 36 89
78 MIM 2 melayu ikut orang tua AS benigna telinga berair TB obat
188 37 23
35 RB 53 batak PNS AD benigna telinga berair obat
189 36 19
76 N 4 jawa ikut orang tua AS benigna telinga berair ISPA obat
190 37 26
50 Z 24 nias wiraswasta AD benigna
telinga
tersum-bat obat
191 37 27
74 IS 12 jawa pelajar AD benigna telinga berair OMA obat
192 37 28
78 AS 11 mandailing pelajar AS benigna telinga nyeri alergi obat
193 37 30
82 SA 28 batak PNS AD benigna telinga berair ISPA obat
196 37 42
04 RA 48 batak wiraswasta AD benigna telinga berair operasi sederhana
197 37 43
95 HM 1,5 batak ikut orang tua AS benigna telinga berair OMA obat
198 25 86
54 MR 56 jawa tdk bekerja AS benigna telinga berair obat
199 34 02
23 RK 59 karo IRT ADS benigna pdgrn menurun obat
200 37 49
98 RA 16 jawa pelajar AS benigna telinga berair OMA obat
201 37 52
67 TAK 6 jawa ikut orang tua AD benigna telinga berair OMA obat
202 37 54
98 S 60 batak tdk bekerja AD benigna pdgrn menurun obat
203 37 55
70 RD 3 mandailing ikut orang tua ADS benigna telinga berair ISPA obat
204 37 57
03 N 42 karo IRT AD benigna telinga berair obat
205 37 24
73 R 40 Jawa IRT AS benigna telinga berair obat
206 37 58
69 HJA 40 batak wiraswasta AS benigna
telinga
(5)
207 37 59
06 A 20 batak mahasiswa AS benigna telinga berair obat
208 37 55
(6)