Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Oleh Pemerintah Kota Medan

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan adalah rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang
terencana yang dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah
menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa. Pembangunan nasional ini
mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa, seperti aspek politik, ekonomi, sosial,
pertahanan, keamanan dan budaya, serta terkhusus di bidang administrasi negara.1
Upaya pembangunan nasional sebenarnya merupakan salah satu bentuk
tugas dari pemerintah, dan juga merupakan tanggung jawab dari pemerintah.
Pembangunan nasional pada dasarnya
memberikan

kemakmuran

terhadap

menjadi

seluruh


sebuah aktivitas untuk

bangsa

Indonesia.

Upaya

pembangunan ini juga tidak terlepas dari peranan pemerintah sebagai
perpanjangan

tangan

rakyat,

sehingga

pemerintah

melakukan


upaya

pembangunan dengan tujuan untuk menciptakan sebesar-besarnya kemakmuran
rakyat.
Untuk melakukan suatu pembangunan, pemerintah tentu saja memerlukan
dana untuk mempermudah kinerja pembangunan tersebut. Sehingga, pemerintah
harus memutar otak dengan membuat berbagai kebijakan dengan tujuan untuk
mendapatkan dana demi kepentingan pembangunan nasional. Anggaran
Pembelanjaan Nasional ataupun Anggaran Pembelanjaan Daerah, menjadi sumber
dana bagi pemerintah daerah untuk melakukan pembangunan nasional.
1

Sondang P. Siahaan, Administrasi Pembangunan Konsep Dimensi dan Strategi, Gunung
Agung : Jakarta, 1990. hal 39

Universitas Sumatera Utara

Dana yang berada di Anggaran Pembelanjaan Negara maupun Daerah,
merupakan dana yang dihimpun dari penerimaan pajak, baik pajak penghasilan,

retribusi, dan jenis pajak lainnya. Pajak merupakan salah satu sumber pemasukan
kas negara yang sangat potensial untuk pembiayaan penyelenggaraan kegiatan
Pemerintahan, pertahanan dan kebudayaan.
Pembangunan nasional memiliki tujuan akhir untuk memberikan
kesejahteraan dan kemakmuran yang sebesar-besarnya kepada rakyat. Maka dari
itu, sektor pajak memegang peranan penting dalam perkembangan kesejahteraan
bangsa.2 Pajak merupakan sumber utama pemasukan negara, sesuai fungsi pajak
sebagai penerimaan (budgeteir ).3
Selain pajak, sumber pemasukan negara maupun daerah yang digunakan
untuk melakukan pembangunan nasional maupun daerah adalah retribusi.
Retribusi dalam perspektif ekonomi menurut Munawir adalah iuran kepada
pemerintah yang dapat dipaksakan dan mendapatkan jasa balik secara langsung
yang dapat ditunjukan.4 Paksaan yang dimaksud oleh Munawir ini adalah paksaan
yang bersifat ekonomis, karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari
pemerintah, tidak akan dikenakan iuran.
Pengertian retribusi dalam perspektif ekonomi dan perspektif hukum
memiliki perbedaan yang mendasar. Pandangan hukum mengenai retribusi bahwa
retribusi merupakan pungutan oleh pejabat retribusi kepada wajib retribusi yang
bersifat memaksa dengan tegenprerstasi secara langsung dan dapat dipaksakan
2


Wirawan B. Ilyas dan Richard Burton, Hukum Pajak, Salemba Empat : Jakarta. hal 11
Thomas Sumarsan, Perpajakan Indonesia (Konsep, Aplikasi dan Kasus Bedasarkan
Undang-undang Terbaru), Esia Media : Bogor, 2009. hal 4.
4
M. Djafar Saidi, Pembaruan Hukum Pajak, PT. Raja Grafindo Persada : Jakarta, 2007.
hal 3
3

Universitas Sumatera Utara

penagihannya.5 Sarana hukum yang dipergunakan untuk memaksakan penagihan
retribusi tidak berbeda dengan pajak. Dalam retribusi juga memiliki sanksi baik
berupa sanksi pidana berupa hukuman penjara minimal dua tahun serta denda,
maupun sanksi lainnya yang telah diatur dalam peraturan menteri keuangan
republik Indonesia nomor 11/PMK/07/2010 pada Bab VI yaitu berupa penundaan
DAU atau DBH pajak penghasilan bagi daerah yang tidak memperoleh DAU serta
berupa pemotongan DAU dan/atau DBH pajak penghasilan.
Dalam defenisi retribusi pada perspektif hukum, dapat dilihat bahwa sama
halnya dengan pajak yang mengandung unsur wajib pajak, dan juga mengandung

unsur fiskus yang berfungsi untuk melakukan pemungutan pajak, dalam retribusi
juga mengandung unsur wajib retribusi yang berkewajiban untuk membayarkan
iuran kepada negara atau daerah, dan juga terdapat juga unsur pemerintah, yang
bertugas untuk menagih iuran kepada wajib retribusi.
Wajib pajak yang memiliki peranan penting dalam pemasukan negara
adalah perusahaan-perusahaan, baik perusahaan asing maupun perusahaan dalam
negeri. Kegiatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan tersebut, sedikit
banyaknya akan memberikan pemasukan kepada negara ataupun daerah.
Perusahaan dalam melakukan aktivitas di Indonesia, baik perusahaan
dalam negeri maupun perusahaan asing, terlebih dahulu harus mendapatkan izin
dari pemerintah, berupa izin usaha, maupun bentuk izin lainnya. Bentuk perizinan
ini merupakan salah satu dasar yang kuat bagi pelaku usaha untuk menjalankan
kegiatan usahanya di suatu negara.

5

Ibid

Universitas Sumatera Utara


Perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia, selain
berkewajiban untuk membayar pajak, juga memiliki kewajiban untuk membayar
retribusi kepada pemerintah, yang akan dimasukan kedalam keuangan negara.
Apabila ditinjau dari perspektif ekonomi yang menyatakan wajib retribusi baru
memiliki kewajiban untuk membayar retribusi pada saat wajib retribusi tersebut
mendapatkan keuntungan secara langsung dari pemerintah, dapat diambil sebuah
konklusi bahwa perusahaan yang berinvestasi berkewajiban untuk membayar
iuran ataupun retribusi ketika perusahaan tersebut telah menerima keuntungan
secara langsung dari pemerintah. Bentuk keuntungan yang diterima oleh
perusahaan yang membayar retribusi tersebut adalah perusahaan yang melakukan
aktivitas di suatu negara mendapatkan izin untuk menjalankan usahanya tersebut.
Dalam pemberian izin usaha dan penagihan biaya retribusi tersebut,
pemerintah telah menunjuk pejabat yang berwenang untuk melakukan pemberian
izin usaha dan penagihan biaya retribusi. Permasalahanya adalah, terjadi
kesimpang siuran yang berwenang untuk memberikan izin usaha tersebut, apakah
pejabat dari pemerintah pusat, atau pejabat dari pemerintah daerah di tempat
perusahaan tersebut melakukan aktivitas.
Dalam sistem hukum administrasi negara, terdapat beberapa asas yang
memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengurus daerahnya
sendiri. Baik asas dekonsentrasi, desentralisasi dan asas tugas pembantuan

sebagaimana yang termuat dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 jo
Undang-undang Nomor 9 Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah. Karena,
pada dasarnya pemerintah daerah lebih mengetahui apa yang diperlukan oleh

Universitas Sumatera Utara

daerahnya sendiri, dan juga pemerintah daerah lebih mengetahui bagaimana cara
yang tepat untuk menyelesaikan suatu permasalahan pada suatu daerah itu sendiri.
Dengan adanya asas-asas tersebut baik asas dekonsentrasi, desentralisasi,
maupun asas tugas pembantuan yang diatur dalam Undang-undang Pemerintahan
Daerah, memberikan suatu pedoman kepada pemerintah daerah untuk mengurus
daerahnya sendiri.
Dalam hirarki peraturan perundang-undangan yang disebutkan dalam
Pasal 7 Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Peraturan Perundangundangan, menyebutkan salah satu bentuk peraturan perundang-undangan di
Indonesia adalah Peraturan Daerah. Peraturan Daerah merupakan peraturan yang
dibentuk oleh Kepala Daerah bersama dengan Badan Legislatif Daerah, yang
hanya berlaku pada suatu daerah tertentu. Hal ini membuktikan adanya peranan
pemerintah daerah untuk mengurusi daerahnya sendiri dengan Peraturan Daerah.
Kota Medan, yang merupakan salah satu kota yang memiliki kawasan
industri dan merupakan kawasan strategis untuk melakukan usaha industri,

membentuk suatu Peraturan Daerah Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang
Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar
Perusahaan, yang menjadi dasar acuan untuk memberikan izin usaha industri.
Permasalahan yang muncul adalah apakah Peraturan Daerah ini memiliki
keabsahan untuk mengatur pemberian izin usaha industri, dan bagaimana prosedur
yang disebutkan dalam Perda Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang
Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan, Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar
Perusahaan tersebut.

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan permasalahan yang muncul dari latar belakang di atas,
maka penulis akan membahas secara cermat dan lengkap permasalahan tersebut
dalam sebuah skripsi yang berjudul “Prosedur Pemberian Izin Usaha Industri
Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan NOMOR 10 Tahun 2002
oleh Pemerintah Kota Medan”

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran pemerintahan daerah dalam upaya pembangunan daerah?
2. Bagaimana pengaturan mengenai pemberian izin dalam peraturan

perundang-undangan terkait pemberian izin usaha industri?
3. Prosedur pemberian izin usaha industri dalam peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan,
Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar Perusahaan Oleh Pemerintah Kota
Medan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Berdasarkan pada permasalahan tersebut, maka yang dijadikan tujuan dan
manfaat penulisan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui upaya yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah
dalam pembangunan daerah
2. Untuk mengetahui substansi yang diatur dalam peraturan perundangundanga mengenai pemberian izin usaha industri.
3. Untuk mengetahui prosedur pemberian izin usaha industri yang diberikan
oleh Pemerintah Daerah Kota Medan berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Medan Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri,
Perdagangan, Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar Perusahaan.

Universitas Sumatera Utara

D. Keaslian Penulisan

Setelah dilakukan penelitian di perpustakaan Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara, belum ada terdapat tulisan yang mengangkat tentang “Prosedur
Pemberian Izin Usaha Industri Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Medan
Nomor 10 Tahun 2002 Tentang Retribusi Izin Usaha Industri, Perdagangan,
Ruangan/Gudang, dan Tanda Daftar Perusahaan Oleh Pemerintah Kota Medan”.
Oleh karena itu penulisan skripsi ini dapat dikatakan masih original, sehingga
keabsahannya dapat dipertanggungjawabkan secara moral dan akademis.

E. Tinjauan Kepustakaan
Izin usaha industri merupakan izin yang wajib dimiliki oleh perusahaan
industri jenis tertentu. Pengertian perusahaan industri disini adalah badan usaha
yang ruang lingkup kegiatan usahanyaa di bidang industri, yaitu kegiatan
mengelola bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi atau barang jadi
menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi dalam penggunaannya.
Selain izin untuk melakukan kegiatan industri, izin usaha industri juga
berlaku sebagai izin gudang bagi gudang atau tempat penyimpanan yang berada di
kompleks usaha industri. izin gudang merupakan izin untuk menyimpan peralatan
dan perlengkapan, termasuk baham baku dan bahan penolong atau barang jadi
untuk keperluan industrinya. Jangka waktu berlaku usaha industri ini adalah
selama perusahaan industri yang bersangkutan beroperasi.

Peraturan perundang-undangan terkait dengan izin usaha industri adalah
sebagai berikut:

Universitas Sumatera Utara

1. Undang-undang Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian
2. Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 1995 jo Peraturan Pemerintah
Nomor 107 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha Industri
3. Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 41/M-IND/PER/6/2008 jo
Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 81/M-IND/PER/10/2014
Tentang Ketentuan dan Tata Cara Pemberian Izin Usaha Industri, Izin
Perluasan, dan Tanda Daftar Industri
4. Peraturan

Menteri

Perindustrian

Nomor

05/M-IND/PER/2/2014

Tentang Tata Cara Pemberian Izin Usaha Kawasan Industri dan Izin
Perluasan Kawasan Industri.

F. Metode Penulisan
Dalam sistematika penulisan yang baik dan benar, haruslah menggunakan
metode penelitian yang benar. Adapun penelitian yang digunakan oleh penulis
dapat diuraikan sebagai berikut:
1. Jenis dan Tipologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini disesuaikan
dengan permasalahan yang diangkat di dalamnya. Untuk mendapatkan data yang
diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti, maka dalam hal ini penulis
menggunakan metode penelitian yang bila dilihat dari tipologinya merupakan
penelitian hukum normatif (yuridis normative ). Penelitian ini dilakukan dengan
cara menelaah berbagai peraturan perundang-undangan tertulis dan berbagai
literatur yang berkaitan dengan permasalahan. Penelitian yuridis normative ini
juga disebut dengan penelitian hukum doctrinal.6
6

Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Bayu Media:
Surabaya, 2007. hal 300.

Universitas Sumatera Utara

2. Data dan Sumber Data
Data dan sumber data yang digunakan dalam menyusun skripsi ini adalah
data sekunder. Adapun data sekunder tersebut diperoleh dari:
a. Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang terdiri dari semua
dokumen peraturan yang mengikat dan ditetapkan oleh pihak
berwenang, yaitu peraturan perundang-undangan. Baik di bidang
hukum perizinan, hukum yang mengatur mengenai pemerintahan
daerah, dan peraturan perundang-undangan lainnya, yang berkaitan
dengan perizinan.
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan
penjelasan terhadap bahan hukum pimer, yakni hasil karya para ahli
hukum berupa buku-buku dan pendapat-pendapat para sarjana.
Dan juga termasuk dokumen yang merupakan informasi atau bahan
kajian perpajakan, seperti modul, majalah hukum, dan karya tulis ilmiah.
c. Bahan hukum tersier atau bahan penunjang yaitu bahan hukum yang
memberikan petunjuk atau penjelasan bermakna terhadap bahan
hukum primer dan/atau bahan hukum sekunder, yaitu kamus hukum,
ensiklopedia dan lain sebagainya.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan yang digunakan adalah studi pustaka (Library research).
Metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data sekunder
dengan cara menggali sumber-sumber bahan hukum tertulis, baik dari instansi
yang terkait, maupun buku literatur yang ada relevansinya dengan masalah
penelitian yang digunakan sebagai kelengkapan penelitian.

Universitas Sumatera Utara

4. Analisis Data
Analisis data dilakukan secara kualitatif yang diuraikan secara deskriptif,
rangkaian kegiatan analisis data dimulai setelah terkumpulnya data sekunder,
kemudian disusun menjadi sebuah pola dan dikelompokan secara sistematis.
Lalu dilanjutkan dengan membandingkan data sekunder terhadap untuk mendapat
penyelesaian permasalahan yang diangkat.

G. Sistematika Penulisan
Dalam menghasilkan karya ilmiah yang baik, maka pembahasannya harus
diuraikan secara sistematis. Sistematika penulisan ini dibagi dalam beberapa
tahapan yang disebut dengan bab. Dimana masing-masing bab dibagi dalam
beberapa sub bab yang masing-masing bab diuraikan masalahnya secara
tersendiri, namun masih dalam konteks yang saling berkaitan antara satu dengan
yang lainnya. Secara sistematis penulis menempatkan materi pembahasan
keseluruhan kedalam 5 (lima) bab terperinci. Adapun sistematika penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut:
BAB I

:

Merupakan bab pendahuluan yang menguraikan tentang
segala hal yang bersifat umum dalam latar belakang,
kemudian dilanjutkan dengan perumusan masalah, tujuan dan
manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan,
metode

penelitian,

dan

ditutup

dengan

memberikan

sistematika dari penulisan.

Universitas Sumatera Utara

BAB II

:

Dalam

bab

ini

akan

diuraikan

tentang

Pelimpahan

Kewenangan Dari Pemerintah Pusat ke Pemerintah Daerah,
Kewenangan Pemerintah Daerah Dalam Otonomi Daerah,
dan Peranan Pemerintah Daerah Dalam Upaya Pembangunan
Daerah.
BAB III

:

Dalam bab ini akan diuraikan tentang pengertian dan
azas-azas perizinan, unsur-unsur perizinan, serta mengatur
mengenai peraturan tentang perizinan, diantaranya Undangundang Nomor 23 Tahun 2014 jo Undang-undang Nomor 9
Tahun 2015 Tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang
Nomor 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian, Peraturan
Pemerintah Nomor 107 Tahun 2015 Tentang Izin Usaha
Industri, dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor
41/M-IND/PER/6/2008 jo Peraturan Menteri Perindustrian
Nomor 81/M-IND/PER/10/2014 Tentang Ketentuan dan Tata
Cara Pemberian Izin Usaha Industri,, Izin Perluasan dan
Tanda Daftar Industri

BAB IV

:

Dalam bab ini akan diuraikan tentang Jenis-jenis Izin Yang
Diberikan Oleh Pemerintah Daerah, Kewenangan Pemerintah
Daerah Dalam Penerbitan Izin Usaha Industri, dan Prosedur
Pemberian Izin Usaha Industri Dalam Peraturan Daerah
Kota Medan Nomor 10 Tahun 2002.

Universitas Sumatera Utara

BAB V

:

Merupakan

bab

terakhir

yang

membahas

mengenai

kesimpulan dan saran. Dalam bab ini akan diuraikan tentang
kesimpulan dari seluruh penulisan yang telah diuraikan dalam
bab-bab yang sebelumnya sekaligus memberikan saran-saran
terhadap data yang ada.

Universitas Sumatera Utara