Analisis Hukum Mengenai Penjatuhan Sanksi Pidana Terhadap Pelaku Usaha Pertambangan Tanah Tanpa Izin Usaha Pertambangan Di Kabupaten Deli Serdang Chapter III V

BAB III

FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA KASUS PERTAMBANGAN TANAH
TANPA IZIN DI KABUPATEN DELI SERDANG

Kabupaten Deli Serdang adalah sebuah kabupaten di provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Ibu kota kabupaten ini berada di Lubuk Pakam. Kabupaten Deli Serdang
dikenal sebagai salah satu daerah dari 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera
Utara. Kabupaten yang memiliki keanekaragaman sumber daya alamnya yang besar
sehingga merupakan daerah yang memiliki peluang investasi cukup menjanjikan.
Selain memiliki sumber daya alam yang besar, Deli Serdang juga memiliki
keanekaragaman budaya, yang disemarakan oleh hampir semua suku-suku yang ada
di nusantara. Adapun suku asli penghuni Deli Serdang adalah Suku Karo, Melayu,
dan Simalungun; serta beberapa suku pendatang yang dominan seperti dari suku
Jawa, Batak, Minang, Banjar, dan lain-lain. Dulu wilayah ini disebut Kabupaten Deli
dan Serdang, dan pemerintahannya berpusat di Kota Medan. Memang dalam
sejarahnya, sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, wilayah ini terdiri dari dua
pemerintahan yang berbentuk kerajaan (kesultanan) yaitu Kesultanan Deli berpusat di
Kota Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan.47

47


https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Deli_Serdang Diakses pada tanggal 26 juli 2016

Universitas Sumatera Utara

Sebelum Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945,
Kabupaten Deli Serdang yang dikenal sekarang ini merupakan dua pemerintahan
yang berbentuk kerajaan (Kesultanan) yaitu Kesultanan Deli yang berpusat di Kota
Medan, dan Kesultanan Serdang berpusat di Perbaungan (± 38 km dari Kota Medan
menuju Kota Tebing Tinggi). Dalam masa pemerintahan Republik Indonesia Serikat
(RIS), keadaan Sumatera Timur mengalami pergolakan yang dilakukan oleh rakyat
secara spontan menuntut agar NST (Negara Sumatera Timur) yang dianggap sebagai
prakarsa Van Mook (Belanda) dibubarkan dan wilayah Sumatera Timur kembali
masuk

Negara

Republik

Indonesia.


Para

pendukung

NST

membentuk

Permusyawaratan Rakyat se Sumatera Timur menentang Kongres Rakyat Sumatera
Timur yang dibentuk oleh Front Nasional. Negara-negara bagian dan daerah-daerah
istimewa lain di Indonesia kemudian bergabung dengan NRI, sedangkan Negara
Indonesia Timur (NIT) dan Negara Sumatera Timur (NST) tidak bersedia.48

Akhirnya Pemerintah NRI meminta kepada Republik Indonesia Serikat (RIS)
untuk mencari kata sepakat dan mendapat mandat penuh dari NST dan NIT untuk
bermusyawarah dengan NRI tentang pembentukan Negara Kesatuan dengan hasil
antara lain Undang-Undang Dasar Sementara Kesatuan yang berasal dari UUD RIS
diubah sehingga sesuai dengan Undang-Undang Dasar 1945. Atas dasar tersebut
terbentuklah Kabupaten Deli Serdang seperti tercatat dalam sejarah bahwa Sumatera

Timur dibagi atas 5 (lima) Afdeling, salah satu diantaranya Deli en Serdang, Afdeling

48

Ibid

Universitas Sumatera Utara

ini dipimpin seorang Asisten Residen beribu kota Medan serta terbagi atas 4 (empat)
Onderafdeling yaitu Beneden Deli beribu kota Medan, Bovan Deli beribu kota
Pancur Batu, Serdang beribu kota Lubuk Pakam, Padang Bedagai beribu kota Tebing
Tinggi dan masing-masing dipimpin oleh Kontrolir.49

Selanjutnya dengan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Sumatera Timur
tanggal 19 April 1946, Keresidenan Sumatera Timur dibagi menjadi 6 (enam).
Kabupaten ini terdiri atas 6 (enam) Kewedanaan yaitu Deli Hulu, Deli Hilir, Serdang
Hulu, Serdang Hilir, Bedagei / Kota Tebing Tinggi pada waktu itu ibu kota
berkedudukan di Perbaungan. Kemudian dengan Besluit Wali Negara tanggal 21
Desember 1949 wilayah tersebut adalah Deli Serdang dengan ibu kota Medan
meliputi Lubuk Pakam, Deli Hilir, Deli Hulu, Serdang, Padang dan Bedagei. Pada

tanggal 14 November 1956. Kabupaten Deli dan Serdang ditetapkan menjadi Daerah
Otonom dan namanya berubah menjadi Kabupaten Deli Serdang sesuai dengan
Undang-Undang Nomor 22 tahun 1948 yaitu Undang-Undang Pokok-pokok
Pemerintahan Daerah dengan Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956. Untuk
merealisasikannya dibentuklah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan
Dewan Pertimbangan Daerah (DPD).50

Tahun demi tahun berlalu setelah melalui berbagai usaha penelitian dan
seminar-seminar oleh para pakar sejarah dan pejabat Pemerintah Daerah Tingkat II

49
50

Ibid
Ibid

Universitas Sumatera Utara

Deli Serdang pada waktu itu (sekarang Pemerintah Kabupaten Deli Serdang),
akhirnya disepakati dan ditetapkanlah bahwa Hari Jadi Kabupaten Deli Serdang

adalah tanggal 1 Juli 1946. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1984,
ibu kota Kabupaten Deli Serdang dipindahkan dari Kota Medan ke Lubuk Pakam
dengan lokasi perkantoran di Tanjung Garbus yang diresmikan oleh Gubernur
Sumatera Utara tanggal 23 Desember 1986. Demikian pula pergantian pimpinan di
daerah inipun telah terjadi beberapa kali. Dulu daerah ini mengelilingi tiga “daerah
kota madya” yaitu kota Medan yang menjadi ibu kota Provinsi Sumatera Utara, kota
Binjai dan kota Tebing Tinggi disamping berbatasan dengan beberapa kabupaten
yaitu Langkat, Karo, dan Simalungun, dengan total luas daerah 6.400 km² terdiri dari
33 Kecamatan dan 902 Kampung.51

Daerah ini, sejak terbentuk sebagai kabupaten sampai dengan tahun tujuh
puluhan mengalami beberapa kali perubahan luas wilayahnya, karena kota Medan,
Tebing Tinggi dan Binjai yang berada didaerah perbatasan pada beberapa waktu yang
lalu meminta/mengadakan perluasan daerah, sehingga luasnya berkurang menjadi
4.397,94 km². Diawal pemerintahannya Kota Medan menjadi pusat pemerintahannya,
karena memang dalam sejarahnya sebagian besar wilayah kota Medan adalah “tanah
Deli” yang merupakan daerah Kabupaten Deli Serdang. Sekitar tahun 1980-an,
pemerintahan daerah ini pindah ke Lubuk Pakam, sebuah kota kecil yang terletak di
pinggir jalan lintas Sumatera lebih kurang 30 kilometer dari Kota Medan yang telah


51

Ibid

Universitas Sumatera Utara

ditetapkan menjadi ibu kota Kabupaten Deli Serdang. Tahun 2004 Kabupaten ini
kembali mengalami perubahan baik secara Geografi maupun Administrasi
Pemerintahan, setelah adanya pemekaran daerah dengan lahirnya Kabupaten baru
Serdang Bedagai sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2003, sehingga berbagai potensi
daerah yang dimiliki ikut berpengaruh. Dengan terjadinya pemekaran daerah, maka
luas wilayahnya sekarang menjadi 2.394,62 km² terdiri dari 22 kecamatan dan 403
desa/kelurahan, yang terhampar mencapai 3,34% dari luas Sumatera Utara.52

Dengan banyaknya jumlah pertambangan di Deli Serdang yaitu pada tahun
2010 berjumlah 1879 pertambangan53, memunculkan berbagai isu khususnya
penambangan tanpa izin yang dilakukan di Kab. Deli Serdang. Dengan adanya kasus
pertambangan tanah tanpa izin memunculkan berbagai penyebab, diantaranya yaitu:
A.


Faktor Internal
Terjadinya perbuatan penambangan tanah tanpa izin oleh si pelaku dapat dinilai

dari faktor internal dan eksternal kenapa si pelaku melakukan kejahatan tersebut.
Kejahatan terjadi dari pengaruh-pengaruh di luar diri sipelaku. Adapun faktor internal
tersebut meliputi faktor pendidikan, faktor jumlah penduduk, faktor ekonomi, dan
faktor geografis/luas wilayah dari Kabupaten Deli Serdang.
1.

Faktor Pendidikan

Luas Wilayah Kabupaten Deli Serdang sebesar 2497,72 Km2 dengan jumlah
Penduduk Kabupaten Deli Serdang sebesar 1.984.598 jiwa dan kepadatan penduduk
52
53

Ibid
http://www.migas.bisbak.com/1212.html Diakses pada tanggal 26 juli 2016

Universitas Sumatera Utara


795 jiwa/km2 (sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang). Dengan luas
Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Deli Serdang hampir mencapai 2 juta
jiwa, mayoritas penduduk Deli Serdang memiliki pendidikan yang rendah bahkan tak
pernah mencicipi pendidikan. Faktor pendidikan yang rendah mengakibatkan
mayoritas penduduk Deli Serdang melakukan kegiatan hanya semata untuk
memperoleh keuntungan tanpa mengetahui apakah perbuatan yang dilakukan
menyalahi atau tidak. Masyarakat Deli Serdang menambang tanah tanpa mengetahui
sama sekali apakah perbuatannya masuk ke ranah hukum.
Tabel 1
Tingkat Pendidikan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
No

Jenjang Pendidikan

Jumlah (Orang)

1

SD


241.648

2

SMP

95.091

3

SMA

31.467

4

DI-DIII

358


5

S1

903

6

S2

2
Total

369.463

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.

Dilihat dari tabel di atas dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan di
Kabupaten Deli Serdang tahun 2014 berbeda-beda. Pada jenjang SD terdapat


Universitas Sumatera Utara

sebanyak 241.648 orang, jenjang SMP sebanyak 95.091 orang, jenjang SMA
terdapat sebanyak 31.467 orang, jenjang DI-DIII sebanyak 358 orang, jenjang S1
terdapat sebanyak 903 orang, dan jenjang S2 terdapat sebanyak 2 orang. Jumlah
keseluruhan penduduk Kabupaten di Deli Serdang yang menempuh pendidikan
sebanyak 369.463 orang.
Tabel 2
Banyaknya Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas yang Termasuk Angkatan
Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Kabupaten Deli
Serdang Tahun 2014
No

Jenjang Pendidikan

1

Tidak/Belum Pernah Sekolah,

Jumlah (Orang)
241.341

Tidak/Belum Tamat SD
2

SMP

230.392

3

SMA

365.403

4

Diploma I/II/III

17.227

5

Akademi/Universitas

43.670

Total

898.033

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.

Serasi Marpaung, Pegawai Negeri Sipil di Dinas Cipta Karya dan Pertambangan
Kabupaten Deli Serdang (wawancara 08 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :54
“ketidaktahuan masyarakat, kurangnya pemahaman terhadap Undang-Undang
apalagi Undang-Undang Pertambangan, jadi kurang paham aturan-aturan yang berlaku”

54

Hasil wawancara Pegawai Negari Sipil Dinas Cipta Karya Dan Pertambangan Kabupaten
Deli Serdang, Serasi Marpaung, Penelitian Dilaksanakan Tanggal 08 Agustus 2016 Pukul 10.30 WIB

Universitas Sumatera Utara

Jhony Handri. warga Kecamatan Patumbak Desa Marindal Kabupaten Deli

Serdang (wawancara 09 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :55
“ Gimanalah nggak ini yang di kerjakan, tamat SD pun nggak, yang tau cuma
nguli lah ”
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah angkatan kerja yang termasuk
angkatan kerja yang berumur 15 tahun ke atas di Kabupaten Deli Serdang pada
jenjang tidak/belum pernah sekolah,tidak/belum tamat SD adalah sebanyak 241.341
orang, jenjang SMP adalah sebanyak 230.392 orang, jenjang SMA adalah sebanyak
365.403 orang, jenjang Diploma I/II/III

adalah sebanyak

17.227, jenjang

Akademi/Universitas adalah sebanyak 43.670 orang. Jumlah keseluruhan angkatan
kerja yang termasuk angkatan kerja yang berumur 15 tahun ke atas adalah sebanyak
8987.033 orang.
2.

Faktor Ekonomi

Tabel 3
Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Usaha Utama Dan Jenis Kelamin
di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

No
1
2
3
4
5
6

Lapangan Usaha
Pertanian
Pertambangan/Penggalian
Industri Pengolahan
Listrik, Gas, Air Minum
Bangunan
Perdagangan Besar, Eceran,

Laki-Laki
89.948
1.353
68.559
3.247
188.282
75.023

Perempuan
52.099
47.516
1.719
82.705

Jumlah
142.047
1.353
116.075
3.247
190.001
157.728

55

Hasil wawancara warga Kecamatan Patumbak Desa Marindal Kabupaten Deli Serdang,
Jhony Handri, penelitian yang dilaksanakan tanggal 09 Agustus 2016, Pukul 14.30 WIB

Universitas Sumatera Utara

7
8

9

Rumah Makan dan Hotel
Pengangkutan dan
Komunikasi
Keuangan, Asuransi, Usaha
Persewaan Bangunan,
Tanah dan Jasa Perusahaan
Jasa Kemasyarakatan
Jumlah

41.872

4.426

46.298

20.095

1.814

21.909

68.249
556.628

88.255
278.534

156.504
835.162

Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Deli Serdang.

Jenlon Erich, Pegawai Negeri Sipil di Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Kabupaten
Deli Serdang (wawancara 08 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :56
“Mengharapkan keuntungan, agar cepat memiliki imbalan atau uang untuk kebutuhan
hidup.“
Asrul Rangkuti, warga Kecamatan Patumbak Desa Marindal Kabupaten Deli

Serdang (wawancara 09 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :57
“saya kerja sebagai kuli itulah mata pencaharian saya pekerjaan seperti ini saja tidak
cukup memenuhi kebutuhan keluarga kayak sekolah, belanja dapur, pakaian dan kebutuhan
lainnya“

Penduduk Deli Serdang mayoritas sebagai kuli bangunan, hal ini menunjukkan
bahwa lapangan pekerjaan yang tersedia kurang mencukupi. Mayoritas masyarakat
Deli Serdang yang menggantungkan hidupnya sebagai kuli bangunan, belum tentu

56

Hasil wawancara Pegawai Negari Sipil Dinas Cipta Karya Dan Pertambangan Kabupaten
Deli Serdang, Jenlon Erich, Penelitian Dilaksanakan Tanggal 08 Agustus 2016 Pukul 11.00 WIB
57
Hasil wawancara warga Kecamatan Patumbak Desa Marindal Kabupaten Deli Serdang,
Asrul Rangkuti, penelitian yang dilaksanakan tanggal 09 Agustus 2016, Pukul 14.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

mendapatkan pekerjaan tetap karena pembangunan rumah atau kantor tidak
merupakan kegiatan rutinitas. Hal ini mengakibatkan, masyarakat Deli Serdang
mencari pekerjaan yang dapat menghasilkan uang untuk memenuhi kebutuhannya,
dari kuli bangunan sebagai pekerjaan yang terdaftar pada Badan Pusat Statistik
beralih menjadi penambang untuk memenuhi kebutuhannya. Pada umunya mereka
yang dipekerjakan oleh perusahaan yang membutuhkan tanah untuk menimbun dan
meratakan wilayah untuk dijadikan perumahan.
Hal ini menunjukkan selain faktor pendidikan yang kurang paham akan dampak
pekerjaan yang dilakukan dalam penambangan tanah, faktor ekonomi yang
pendapatan mayoritas Masyarakat Deli Serdang tergolong rendah bahkan tidak
mencukupi untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari, masyarakat mau tidak mau
melakukan pekerjaan penambangan tanah yang dipekerjakan oleh suatu perusahaan
dengan imbalan yang menurut mereka sepadan tanpa mempertanyakan kelegalitasan
penambangan tanah yang mereka lakukan. Berikut ini adalah data dari Badan Pusat
Statistik Kabupaten Deli Serdang mengenai sector pekerjaan masyarakat Kabupaten
Deli Serdang.

B.

Faktor Eksternal

Universitas Sumatera Utara

Selain faktor internal yang mengakibatkan masyarakat Deli Serdang
melakukan penambangan tanah tanpa izin yang tergolongan perbuatan pidana,
terdapat juga faktor eksternal terjadinya penambangan tanah tanpa izin di Deli
Serdang yaitu :
1. Faktor Kurangnya Sosialisasi Tentang Pertambangan.
Sosialisasi merupakan suatu bentuk/wadah penyampaian suatu tujuan yang
ingin dicapai dan merupakan suatu bentuk pemahaman bagi masyarakat. Dalam hal
ini, sosialisasi pertambangan kepada masyarakat, agar masyarakat paham tentang
pertambangan. Masyarakat Deli Serdang tidak mendapatkan sosialisasi tentang
hukum pertambangan. Bila dilihat dari aturan tentang pertambangan terdapat
ketentuan pidana. Hal ini wajib di sosialisasikan terlebih dahulu oleh Pemda setempat
demi kepentingan masyarakat Deli Serdang. Dengan adanya sosialisasi masyarakat
Deli Serdang lebih berhati-hati dalam melakukan pertambangan, karena dalam aturan
pertambangan banyak mengatur tentang izin. Dalam aturan tersebut pelanggar izin
dapat

di

pidana.

Kurangnya

pemahaman

tentang

hukum

pertambangan

mengakibatkan kerugian bagi masyarakat Deli Serdang itu sendiri. Sosialisasi hukum
pertambangan merupakan kewajiban Pemerintah Daerah Deli Serdang.
Jenlon Erich, Pegawai Negeri Sipil di Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Kabupaten
Deli Serdang (wawancara 08 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :58

58

Hasil wawancara Pegawai Negari Sipil Dinas Cipta Karya Dan Pertambangan Kabupaten
Deli Serdang, Jenlon Erich, Penelitian Dilaksanakan Tanggal 08 Agustus 2016 Pukul 11.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

“Karena kurangnya minat masyarakat terhadap sosialisasi yang diadakan
Pemda Kabupaten Deli Serdang, kurang atau tidak tertarik terhadap sosialisasi oleh
Pemda setempat.”
Kurangnya ketertarikan masyarakat Kabupaten Deli Serdang tentang
pentingnya

sosialisasi

di

bidang

pertambangan

mengakibatkan

terjadinya

pelanggaran-pelanggaran khususnya di bidang pertambangan mengenai penerbitan
izin.
2. Faktor Tentang Pengurusan Izin Yang Rumit.
Adapun Jenis Izin Usaha Pertambangan dalam Peraturan Daerah Deli Serdang :
1) Setiap orang pribadi atau badan usaha yang akan melaksanakan kegiatan Usaha
Pertambangan hanya dapat dilaksanakan setelah diterbitkan Izin Usaha
Pertambangan (IUP).
2) Izin Usaha Pertambangan (IUP) terdiri dari :
a. IUP Eksplorasi
b. IUP Operasi Produksi
3) IUP diterbitkan oleh Bupati setelah mendapat pertimbangan teknis dari Dinas dan
dalam kondisi tertentu harus dengan melampirkan rekomendasi teknis dari instansi
terkait.
IUP dapat diberikan kepada :
c. Perseorangan
d. Badan
IUP diberikan melalui tahapan :
c. Pemberian WIUP ( Wialayah Izin Usaha Pertambangan) dan
d. Pemberian IUP
Pemberian WIUP :
(1). Pemberian WIUP sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 huruf a terdiri atas :
a. WIUP Radioaktif
b. WIUP Mineral Logam
c. WIUP Batubara

Universitas Sumatera Utara

d. WIUP Mineral bukan Logam dan/atau
e. WIUP Batuan
(2). WIUP Radioaktif diperolah sesuai ketentuan peraturan perUndang-Undangan.
(3). WIUP Mineral Logam dan Batubara diperoleh dengan cara lelang.
(4). WIUP Mineral Bukan Logam dan Batuan diperoleh dengan cara mengajukan
permohonan wilayah.
Tata cara pemberian WIUP :
1) Untuk mendapatkan WIUP Mineral bukan Logam atau Batuan, Badan Usaha,
Koperasi, atau Perseorangan mengajukan permohonan Wilayah kepada Bupati.
2) Apabila WIUP yang di mohon berada dilintas wilayah Kabupaten/Kota dalam 1
(satu) Provinsi dan/atau Wilayah laut 4 (empat) Mil sampai dengan 12 (dua belas)
Mil, maka pengajuan WIUP kepada Gubernur dan harus mendapat rekomendasi
terlebih dahulu dari Bupati.
3) Permohonan WIUP Mineral Bukan Logam dan/atau Batuan yang terlebih dahulu
telah memenuhi persyaratan koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan
ketentuan sistem informasi geografis yang berlaku secara nasional, memperoleh
prioritas pertama untuk mendapatkan WIUP.
4) Bupati dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) hari kerja setelah diterima
permohonan wajib memberikan keputusan menerima atau menolak atas
permohonan WIUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
5) Keputusan menerima sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disampaikan kepada
pemohonan disertai dengan Penyerahan Peta WIUP berikut batas dan koordinat
WIUP dengan membayar uang pencadangan wilayah sebesar Rp. 1.000.000,- (satu
juta rupiah)
6) Keputusan menolak sebagaimana dimaksud pada ayat (4) harus disampaikan
secara tertulis kepada pemohon WIUP disertai dengan alasan penolakan.
Persyaratan Izin Usaha Pertambangan (IUP)
1) IUP terdiri dari :
a. IUP Eksplorasi meliputi kegiatan penyelidikan umum, Eksplorasi dan studi
kelayakan.
b. IUP Operasi Produksi meliputi kegiatan instruksi, Penambangan, Pengolahan,
dan Pemurnian, serta pengangkutan dan penjualan.
2) IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan untuk 1 (satu) jenis mineral.
3) Pemegang IUP Eksplorasi dan pemegang IUP Operasi Produksi dapat melakukan
sebagian atau seluruh kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
4) Bahan galian yang memerlukan IUP Eksplorasi sebelum dikeluarkannya Operasi
Produksi adalah bahan galian sebagaimana yang terdapat dalam pasal 2 huruf a. b
dan c antara lain : mineral radioaktif meliputi radium, thorium, uranium, monasid,
bahan galian radioaktif lainnya, mineral logam meliputi litium, berilium,

Universitas Sumatera Utara

magnesium, kalium, kalsium, emas, tembaga, perak, timbal, seng, timah, nikel,
mangaan, platina, bismuth, molibdenum, bauksit, air raksa, wolfram, titanium,
barit, vanadium, kromid, antimony, kobalt, tantalum, catdmium, gallium, indium,
yitrium, magnetit, besi, galena, aluminal, niobium, zirconium, ilmenit, khrom,
erbium, ytterbium, dysprosium, thorium, cesium, lanthanum, neodimyum,
hafnium, scandium, aluminium, palladium, rhodium, osmium, ruthenium, iridium,
telluride, strontium, germanium, zenothin, mineral bahan logam meliputi intan,
korundum, grafit, arsen, pasir kuarsa, fluorspar, kriolit, yodium, brom, klor.
Belerang, fosfat, halit, asbes, talk, mika, magnesit, yarosit, oker, fluorit, ball clay,
fire clay, zeolit, kaolin, feldspar, bentonit, gypsum, dolomite, kalsit rijang,
pirofilit, kuarsit, zircon, wolastonit, tawas, batu kuarsa, perlit, garam batu, clay,
batu gamping untuk semen, batubara, meliputi bitumen padat, batuan aspal,
batubara dan gambut.
5) Bahan galian yang tidak memerlukan IUP Eksplorasi adalah bahan galian
sebagaimana yang terdapat dalam pasal 2 huruf d antara lain : batuan meliputi
pumice, tras, toseki, obsidian, marmer, perlit, tanah diatome, tanah serap (full
earth), slate, granit, granudiorit, andesit, gabro, peridotit, basalt, tarkhit,
leusit,tanah liat, tanah urug, batu apung, opal, kalsedon, chert, Kristal kuarsa,
jasper, krisoprase, kayu terkersikan, gamet, giok, agat, diorite, topas, batu gunung,
quarry besar, krikil galian dari bukit, krikil sungai, batu kali, krikil sungai ayak
tanpa pasir, pasir urug, pasir pasang, krikil berpasir alami (sirtu), bahan timbunan
pilihan (tanah), batu gamping, onik, pasir laut, dan pasir yang tidak mengandung
unsur mineral logam atau unsur mineral bukan logam, dalam jumlah yang berarti
ditinjau dari segi ekonomi pertambangan.
6) Persyratan IUP Eksplorasi Mineral bukan Logam dan/atau Batuan adalah sebagai
berikut :
a. Fhoto copy akte pendirian badan usaha yang bergerak dibidang usaha
pertambanganyang telah di sah kan oleh pejabat yang berwenang.
b. Profil badan usaha.
c. Fhoto copy pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir.
d. Fhoto copy NPWP
e. Susunan direksi dan data pemegang saham
f. Surat keterangan domisili
g. Fhoto copy Surat Tanah yang di legalisasi oleh Instansi yang berwenang.
h. Fhoto copy KTP
i. Daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan dan/atau
geologi yang berpengalaman paling sedikit 3 (tiga) tahun.
j. Keputusan bupati menerima keputusan WIUP dan peta WIUP yang dilengkapi
dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur sesuai dengan ketentuan
sistem informasi geografi yang berlaku secara nasional.
k. Garansi Bank dengan jumlah minimal sebesar Rp.10.000.000,- (sepuluh juta
rupiah) sebagai bukti/jaminan kesungguhan pelaksanaan eksplorasi dan dapat
dicairkan setelah permohonan IUP eksplorasi disetujui atau ditolak.

Universitas Sumatera Utara

1) Setiap orang perseorangan atau badan yang telah mendapatkan Keputusan Bupati
dan peta WIUP beserta batas dan koordinat dalam jangka waktu paling lambat 5
(lima) hari kerja setelah penerbitan peta WIUP mineral bukan logam/batuan harus
menyampaikan permohonan IUP Eksplorasi kepada Bupati.
2) Apabila Badan Usaha, Koperasi atau Perseorangan dalam jangka waktu 5 (lima)
hari kerja tidak menyampaikan permohonan IUP, dianggap mengundurkan diri dan
uang pencadangan wilayah menjadi milik Pemerintah Daerah serta WIUP menjadi
wilayah terbuka.
1) Permohonan IUP Operasi Produksi sebagaimana dimaksud pada pasal 8 ayat 1
huruf b Peraturan Daerah ini, harus melampirkan persyaratan sebagai berikut :
a. Fhoto copy akte pendirian Badan Usaha/Koperasi yang bergerak dibidang
usaha pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.
b. Fhoto copy pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir.
c. Fhoto copy NPWP.
d. Susunan direksi dan daftar pemegang saham atau susunan pengurus koperasi.
e. Surat keterangan domisili.
f. Fhoto copy KTP.
g. Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur
sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang berlaku secara
nasional.
h. Laporan lengkap eksplorasi.
i. Laporan studi kelayakan.
j. Rencana reklamasi dan Surat Pernyataan Pembayaran Jaminan Reklamasi.
k. Rencana kerja dan anggaran biaya.
l. Fhoto copy Surat Tanah, dilegalisasi oleh Pejabat yang berwenang.
m. Surat Pernyataan Tidak Keberatan Masyarakat Sekitar.
n. Rekomendasi Camat.
o. Rekomendasi Dinas PU Bidang Pengairan Kabupaten Deli Serdang, apabila
penambangan di sungai.
p. AMDAL/UKL-UPL
q. Khusus pasir laut diperlukan Rekomendasi Izin Pengerukan dari Departemen
Perhubungan Republik Indonesia, Rekomendasi Izin Pengerukan dari
Syahbandar setempat dengan memperhatikan aspirasi masyarakat nelayan
setempat.
2) Untuk IUP Operasi Produksi yang diperoleh tanpa melalui tahapan IUP
Eksplorasi, maka persyratannya adalah :
a. Salinan akte pendirian Badan Usaha/Koperasi yang bergerak dibidang usaha
pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang.
b. Fhoto copy pelunasan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) tahun terakhir.
c. Salinan NPWP.
d. Fhoto copy KTP.
e. Surat Keterangan Domisili.

Universitas Sumatera Utara

f.
g.
h.
i.

Peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan bujur.
Fhoto copy Surat Tanah yang dilegalisasi oleh Pejabat yang berwenang.
Salinan AMDAL atau UKL-UPL.
Rekomendasi Teknis dari PU Bidang Pengairan apabila Pertambangan di
sungai.
j. Rekomendasi Teknis dari Dinas Pertanian apabila untuk pencetakan sawah.
k. Rekomendasi Camat
l. Surat Keterangan Kepala Desa Tidak Silang Sengketa
m. Surat Pernyataan Tidak Keberatan Masyarakat Sekitar.
n. Surat Penyataan Tenaga Ahli di Bidang Pertambangan disertai salinan ijazah
terakhir (Riwayat Hidup, Pengalaman Kerja dan Fhoto copy KTP).
o. Surat Pernyataan Bertanggung Jawab Atas Lingkungan.
p. Surat Pernyataan Bertanggungjawab Atas Jalan.
q. Rencana Reklamasi dan Surat Pernyataan Pembayaran Jaminan Reklamasi.
3) Dalam hal pemegang IUP Operasi Produksi tidak melakukan kegiatan
pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan pemurnian, kegiatan
pengangkutan dan penjualan dan/atau pengolahan dan pemurnian dapat dilakukan
pihak lain yang memiliki :
a. IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan.
b. IUP Operasi Produksi khusus untuk Pengolahan dan Pemurnian.
4) Persyratan IUP Operasi Produksi khusus untuk pengangkutan dan penjualan
adalah sebagai berikut :
a. Salinan Akte Pendirian Perusahaan.
b. Fhoto copy NPWP
c. Fhoto copy KTP.
d. Salinan IUP Operasi Produksi dan/atau IUP khusus pengolahan dan pemurnian
yang merupakan sumber bahan pertambangan yang diangkut/dijual.
e. Rencana pengangkutan dan penjualan.
5) Persyaratan IUP Operasi Produksi khusus unuk pengolahan dan pemurnian
adalah sebagai berikut :
a. Salinan akte pendirian perusahaan.
b. Denah/sket lokasi pengolahan dan pemurnian yang diketahui oleh camat.
c. Fhoto copy pelunasan Pajak Bumi dan Bagunan (PBB).
d. Fhoto copy NPWP.
e. Fhoto Copy KTP.
f. Salinan AMDAL atau UKL-UPL.
g. Perjanjian jual beli dengan pemegang IUP Operasi Produksi (bagi yang tidak
memiliki IUP Operasi Produksi).
h. Salinan IUP Operasi Produksi yang merupakan sumber bahan pertambangan
yang akan diolah/dimurnikan.
i. Rencana Teknis Pengolahan dan Pemurnian.

Universitas Sumatera Utara

Masa berlaku IUP dan Perpanjangan IUP
1) IUP Eksplorasi untuk pertambangan Mineral bukan Logam dan Batuan dapat
diberikan paling lama dalam jangka waktu 3 (tiga) tahun.
2) IUP Operasi Produksi untuk pertambangan Mineral bukan Logam dapat diberikan
dalam jangka waktu paling lama 10 (sepuluh) tahun dan dapat diperpanjang 2
(dua) kali masing-masing 5 (lima) tahun.
3) IUP Operasi Produksi untuk pertambangan batuan dapat diberikan dalam jangka
waktu paling lama 5 (lima) tahun dan dapat diperpanjang 2 (dua) kali masingmasing 5 (lima) tahun.
4) Permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi diajukan kepada Bupati paling
lambat dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sebelum berakhirnya jangka waktu
IUP dengan melengkapi persyaratan :
a. Peta dan batas koordinat wilayah.
b. Rekomendasi dari Instansi terkait.
c. Laporan akhir kegiatan Operasi Produksi.
d. Laporan pelaksanaan pengelolaan lingkungan.
5) Bupati dapat menolak permohonan perpanjangan IUP Operasi Produksi apabila
pemegang IUP Operasi Produksi berdasarkan hasil evaluasi, pemegang IUP
Operasi Produksi tidak menunjukkan kinerja Operasi Produksi yang baik.
6) Penolakan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus disampaikan kepada
pemegang IUP Operasim Produksi paling lambat sebelum berakhirnya IUP
Operasi Produksi.
Penghentian Sementara Kegiatan Usaha Pertambangan
1) Kegiatan usaha Pertambangan dapat dilakukan penghentian sementara apabila
terjadi :
a. Keadaan Kahar
b. Keadaan yang menghalangi sehingga menimbulkan penghentian sebagian atau
seluruh kegiatan usaha pertambangan.
c. Kondisi daya dukung lingkungan wilayah tersebut tidak dapat menanggung
beban kegiatan operasi produksi sumber daya mineral.
2) Penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tidak mengurangi masa berlaku IUP.
3) Dalam hal terjadi keadaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan b,
penghentian sementara dilakukan Bupati berdasarkan permohonan dari pemegang
IUP.
4) Penghentian sementara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat
dilakukan oleh Petugas Lingkungan Hidup atau dilakukan berdasarkan
permohonan masyarakat kepada Bupati.

Universitas Sumatera Utara

5) Bupati wajib mengekuarkan keputusan tertulis diterima atau ditolak disertai
alasannya atas permohonan yang dimaksud pada ayat (3) paling lama 30 (tiga
puluh) hari sejak menerima permohonan tersebut.
1) Penghentian sementara karena keadaan kahar sebagaimana dimaksud dalam pasal
12 ayat (1) huruf a harus diajukan oleh pemegang IUP dalam jangka waktu paling
lambat 14 (empat belas) hari kalender sejak terjadinya keadaan kahar kepada
Bupati.
2) Jangka waktu penghentian sementara karena keadaan kahar dan/atau keadaan yang
menghalangi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat 1 huruf a dan b diberikan
paling lama 1 (satu) kali untuk 1 (satu) tahun .
3) permohonan perpanjangan penghentian sementara diajukan secara tertulis dalam
jangka waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari kalender sebelum berakhirnya izin
penghentian sementara.
1) Apabila penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan diberikan karena
keadaan kahar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf a, kewajiban
pemegang IUP terhadap Pemerintah tidak berlaku.
2) Apabila penghentian sementara kegiatan usaha pertambangan diberikan karena
keadaan yang menghalangi kegiatan usaha pertambangan dank arena kondisi daya
lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) huruf b dan c,
kewajiban pemegang IUP terhadap Pemerintah tetap berlaku.
Persetujuan penghentian sementara berakhir karena :
a. Habis masa berlakunya atau
b. Permohonan pencabutan dari pemegang IUP.
Berakhir Izin Usaha Pertambangan
Izin Usaha Pertambangan berakhir karena :
a. Dikembalikan oleh pemegang IUP
b. Dibatalkan atau dicabut oleh Bupati
c. Habis masa berlakunya
1) Pemegang IUP dapat menyerahkan kembali IUP dengan pernyataan tertulis
kepada Bupati dan disertai dengan alasan yang jelas.
2) Pengembalian IUP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan sah
setelah disetujui Bupati dan setelah pemegang IUP memenuhi kewajibannya.
1) IUP dapat dibatalkan atau dicabut oleh Bupati apabila :
a. Terdapat kekeliruan dalam IUP sebagai akibat kesalahan pemohon.
b. Pemegang IUP tidak memenuhi kewajiban yang ditetapkan dalam IUP.

Universitas Sumatera Utara

c. Selama 3 (tiga) bulan berturut-turut setelah beroperasi tidak melaporkan
kegiatannya.
d. Selama 3 (tiga) bulan berturut-turut setelah IUP diterbitkan tanpa adanya
kegiatan usaha.
2) Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan dalam IUP telah habis dan tidak
diajukan permohonan peningkatan atau perpanjangan tahap kegiatan atau
pengajuan permohonan tetapi tidak memenuhi persyaratan, IUP tersebut berakhir.
3) Apabila IUP berakhir, pemegang IUP wajib menyerahkan seluruh data yang
diperoleh dari hasil eksplorasi.
Kewajiban Pemegang IUP
1) Pemegang IUP wajib melaksanakan pemeliharaaan keselamatan kerja,
pengamanan teknis dan lingkungan hidup.
2) Pemegang IUP wajib memelihara tata guna tanah dan air serta keawetan jalanjalan umum sesuai dengan petunjuk instansi teknis yang berwenang.
3) Pemegang IUP wajib mengembalikan tanah (melaksanakan reklamasi) sehingga
tidak menimbulkan kerusakan lingkungan hidup sekitarnya dan tidak
menimbulkan penyakit pada masyarakat serta tidak merugikan kepentingan umum.
4) Pemegang IUP diwajibkan atas beban dan biaya sendiri memperbaiki semua
kerusakan akibat kegiatan dalam usaha pertambangan.
5) Guna kepentingan kelestarian lingkungan kepada pemegang IUP diwajibkan
membayar Jaminan Reklamasi melalui Bank dan menyerahkan asli Jaminan
Reklamasi kepada Kepala Dinas.
6) Besarnya Jaminan Reklamasi adalah :
a. Luas areal s/d 1 Ha
sebesar
Rp. 5.000.000,b. Luas areal lebih dari 1 s/d 5 Ha
sebesar
Rp. 25.000.000,c. Luas areal lebih dari 5 s/d 10 Ha
sebesar
Rp. 50.000.000,d. Luas areal lebih dari 10 s/d 50 Ha
sebesar
Rp.100.000.000,e. Luas areal lebih dari 50 Ha
sebesar
Rp. 200.000.000,7) Uang jaminan reklamasi harus disetorkan sebelum IUP Operasi Produksi diberikan
/diserahkan kepada pemohon, kelalaian pembayarannya dapat dikenakan
pembatalan/pencabutan IUP.
8) Uang jaminan reklamasi dapat dicairkan setelah berakhirnya masa berlaku IUP
dan reklamasi telah dilaksanakan sesuai rencana.
9) Apabila pemegang IUP tidak melaksanakan reklamasi, maka Dinas menghunjuk
perusahaan tertentu untuk mereklamasi areal bekas penambangan atas beban biaya
pemegang IUP sesuai rencana reklamasi yang telah ditetapkan.
10)
Pemegang IUP wajib memberikan laporan secara tertulis atas pelaksanaan
kegiatan dan produksi setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada Dinas.

Universitas Sumatera Utara

Rumitnya mengurus izin yang ditetapkan dalam Perda Kabupaten Deli Serdang
tentang Izin pertambangan mengakibatkan masyarakat Deli Serdang merasa berat
untuk menjalankannya. Dengan adanya Faktor Internal dan Eksternal mengakibatkan
masyarakat Deli Serdang diancam perbuatan penambangan tanah tanpa izin.
Serasi Marpaung, Pegawai Negeri Sipil di Dinas Cipta Karya dan Pertambangan
Kabupaten Deli Serdang (wawancara 08 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :59

“Tidak paham terhadap Undang-Undang, banyaknya dokumen yang harus
dilengkapi, tahapannya banyak, sampai berbulan-bulan dalam penelitiannya.”
Hendri Marpaung, warga Kecamatan Patumbak Desa Marindal Kabupaten Deli
Serdang (wawancara 09 Agustus 2016) mengemukakan bahwa :60
“ngertilah pemerintah ini gimana, semua urusan kalau nggak pakai pelicin
nggak beres, kami warga kecil ini mau apa yang kami borohkan buat izin
penambangan ini, memenuhi kebutuhan hidup aja sudah cukup“
Berdasarkan wawancara dengan informan yang penulis paparkan diatas, warga
Kabupaten Deli Serdang merasa kesulitan terhadap pengurusan izin pertambangan.
Selain dikarenakan pengurusan dokumen-dokumen yang diperlukan sampai berbulanbulan, faktor moral hazard pemerintah Kabupaten Deli Serdang khusus nya di bidang
pertambangan juga jadi penghambat bagi kelancaran pengurusan izin pertambangan.

59

Hasil wawancara Pegawai Negari Sipil Dinas Cipta Karya Dan Pertambangan Kabupaten
Deli Serdang, Serasi Marpaung, Penelitian Dilaksanakan Tanggal 08 Agustus 2016 Pukul 10.30 WIB
60
Hasil wawancara warga Kecamatan Patumbak Desa Marindal Kabupaten Deli Serdang,
Hendri Marpaung, penelitian yang dilaksanakan tanggal 09 Agustus 2016, Pukul 15.00 WIB

Universitas Sumatera Utara

C.

Hambatan-Hambatan Penyebab Terjadinya Kasus Pertambangan Tanah

Tanpa Izin Di Kabupaten Deli Serdang
Setelah pemaparan faktor-faktor penyebab terjadinya pertambangan tanah
tanpa

izin

di

melatarbelakangi

Kabupaten
susahnya

Deli

Serdang

pengurusan

izin

maka

hambatan-hambatan

adalah

kurangnya

yang

ketertarikan

masyarakat Kabupaten Deli Serdang tentang pentingnya sosialisasi di bidang
pertambangan mengakibatkan terjadinya pelanggaran-pelanggaran khususnya di
bidang pertambangan mengenai penerbitan izin.
Selanjutnya warga Kabupaten Deli Serdang merasa kesulitan terhadap
pengurusan izin pertambangan. Selain dikarenakan pengurusan dokumen-dokumen
yang diperlukan sampai berbulan-bulan, faktor moral hazard pemerintah Kabupaten
Deli Serdang khususnya di bidang pertambangan juga jadi penghambat bagi
kelancaran pengurusan izin pertambangan.

Universitas Sumatera Utara

BAB IV
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PELAKU USAHA YANG
MELAKUKAN PERTAMBANGAN TANAH TANPA IZIN

Istilah kebijakan berasal dari kata policy (Inggris) atau Politiek (Belanda).
Bertolak dari pengertian itu maka kebijakan hukum pidana dapat disebut juga dengan
istilah “politik hukum pidana”, dengan kepustakaan dikenal dengan berbagai istilah
yakni Penal Policy, Criminal Law Policy atau straffrechtspolitiek.61
Kebijakan kriminal atau politik kriminal merupakan suatu usaha yang rasional
dari masyarakat dalam menanggulangi kejahatan. Secara Kompleks mengenai arti
kebijakan kriminal ada tiga, yaitu:
a. Dalam arti sempit, ialah keseluruhan asas dan metode yang menjadi dasar dari
reaksi terhadap pelanggaran hukum yang berupa pidana.
b. Dalam arti luas, ialah keseluruhan fungsi dari aparatur penegak hukum,
termasuk didalamnya cara kerja dari pengadilan dan polisi.
c. Dalam arti yang paling luas, ialah keseluruhan kebijakan yang dilakukan
melalui perundang-undangan dan badan-badan resmi yang bertujuan untuk
menegakkan norma-norma sentral dari masyarakat.62

61

Syaiful Bakhri, Kebijakan Kriminal Prespektif Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Jakarta;
Total Media, 2010, halaman.13
62
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan
Konsep KUHP Bar), halaman.3

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya pengertian kebijakan atau politik hukum pidana dapat dilihat dari
politik hukum maupun dari politik kriminal. Menurut Prof. Sudarto, “Politik Hukum”
adalah:
a. Usaha untuk mewujudkan peraturan-peraturan yang baik sesuai dengan
keadaan dan situasi pada suatu saat.63
b. Kebijakan dari Negara melalui badan-badan yang berwenang untuk
menetapkan peraturan-peraturan yang dikehendaki yang diperkirakan bisa
digunakan untuk mengekspresikan apa yang terkandung dalam masyarakat
dan untuk mencapai apa yang dicita-citakan.64
Kebijaksanaan (policy, beleid) merupakan kata atau istilah yang digunakan
sehari-hari, tetapi karena keterbiasaannya terdapat semacam kerancuan atau
kebingungan, kerancuan atau kekeliruan dalam mendefenisikan atau menguraikan
istilah kebijakan (wisdom, wijsheid) yang selalu ditautan dengan istilah diskreasi,
selain itu

istilah kebijaksanaan seringkali penggunaannya dipertukarkan dengan

istilah-istilah lain seperti tujuan, program, keputusan, Undang-Undang, ketentuanketentuan, usulan-usulan dan rancangan-rancangan besar bahkan seringkali orang
awam bingung dan tidak dapat membedakan antara policy dan politik.65
Kebijaksanaan sebenarnya dapat dirumuskan sebagai perilaku dari sejumlah
pemeran baik pejabat atau perorangan atau kelompok pakar ataupun instansi, lembaga
63

Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung; Alumni, 1981, halaman.159.
Sudarto, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Bandung; Sinar Baru, 1983,
halaman.20.
65
Syaiful Bakhri, Kebijakan Kriminal Prespektif Sistem Peradilan Pidana Indonesia, Jakarta;
Total Media, 2010, Opcit, halaman.14
64

Universitas Sumatera Utara

pemerintah yang terlibat dalam suatu bidang, kegiatan tertentu yang diarahkan kepada
suatu rumusan masalah, permasalahan, sehubungan dengan adanya hambatanhambatan tertentu untuk selanjutnya mengacu pada tindak atau tindakan berpola yang
mengarah kepada tujuan seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai tujuan dan
atau mewujudkan sasaran yang ingin dicapai. Menyimak konsentrasi dan kehidupan
politik di Indonesia ini, maka dapat di konsentrasi bahwa ciri-ciri khas yang melekat
pada kebijaksanaan-kebijaksanaan negara yang bersumber pada kenyataan bahwa
kebijaksaan itu memiliki kewenangan atau memiliki wewenang dalam sistem politik
tanah air.66
Solly Lubis juga menyatakan bahwa politik hukum adalah kebijaksanaan
politik yang menentukan peraturan hukum apa yang seharusnya berlaku mengatur
berbagai hal kehidupan bermasyarakat dan bernegara.67 Mahfud M.D, juga
memberikan definisi politik hukum sebagai kebijakan mengenai hukum yang akan
atau telah dilaksanakan secara nasional oleh pemerintah. Hal ini juga mencakup pula
pengertian tentang bagaimana politik mempengaruhi hukum dengan cara melihat
konfigurasi kekuatan yang ada dibelakang pembuatan dan penegakan hukum itu.
Dalam konteks ini hukum tidak bisa hanya dipandang sebagai pasal-pasal yang
bersifat imperatif, melainkan harus dipandang sebagai subsistem yang dalam

66

Ibid
Solly Lubis, Serba Serbi Politik dan Hukum, Bandung; Mandar Maju, 1989, halaman. 49

67

Universitas Sumatera Utara

kenyataannya bukan tidak mungkin sangat ditentukan oleh politik, baik dalam
perumusan materinya (pasal-pasal), maupun dalam penegakannya.68
Bertolak dari pengertian itu maka "Criminal policy is the rational
organization of the social reactions to crime". Modern criminal science terdiri dari
tiga komponen yakni: Criminology.69 Criminal Law.70 dan Penal Policy.71
A. kebijakan Hukum Pidana (Penal Policy)
Adapun Penal Policy, adalah ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya
mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan
secara lebih baik dan untuk memberikan pedoman, tidak hanya kepada pembuat
undang-undang dan juga kepada penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan.
Diantara studi mengenai faktor kriminologis disatu pihak dan studi mengenai teknik
perundang-undangan dilain pihak, fenomena legislatif dan bagi suatu seni yang
rasional dimana para sarjana dan praktisi kriminologi dan sarjana hukum dapat
bekerja sama tidak sebagai pihak yang saling berlawanan atau saling berselisih, tetapi
sebagai kawan sekerja yang terkait dalam tugas bersama yaitu tugas bersama untuk

68

Mahfud M.D, Politik Hukum di Indonesia, Jakarta; LP3ES, 1998, halaman.1-2
Criminologi. Ilmu pengetahuan yang mempelajari pola keteraturan, keseragaman, dan sebab
musabab kejahatan, pelaku dan reaksi masyarakat terhadap keduanya, serta meliputi cara
penaggulangannya.
70
Criminal Law. yakni hukum yang menetukan setiap orang yang melakukan kejahatan atau
delik, dan perbuatan apa yang dapat dipidana ats perbuatan tersebut.
71
Penal Policy. adalah kebijakan pemerintah untuk menentukan jenis pemidanaan terhadap
pelaku delik.
69

Universitas Sumatera Utara

menghasilkan suatu kebijakan pidana yang realistis, humanis dan berfikiran maju,
progresif dan sehat.72
Dengan demikian, dilihat sebagai bagian dari politik hukum, maka politik
hukum pidana mengandung arti, bagaimana mengusahakan atau membuat dan
merumuskan suatu perundang-undangan pidana yang baik. Pengertian demikian
terlihat pula dalam definisi “penal policy” dari Marc Ancel yang telah dikemukakan
pada uraian pendahuluan yang secara singkat dapat dinyatakan sebagai “suatu ilmu
sekaligus seni yang bertujuan untuk memungkinkan peraturan hukum positif
dirumuskan secara lebih baik”. Dengan demikian, yang dimaksud dengan “peraturan
hukum positif” (the positive rules) dalam definisi Marc Ancel itu jelas adalah
peraturan perundang-undangan hukum pidana. Dengan demikian, istilah “penal
policy” menurut Marc Ancel adalah sama dengan istilah “kebijakan atau politik
hukum pidana”.
Ruang lingkup kebijakan hukum pidana ini sesungguhnya meliputi masalah
yang cukup luas, yaitu meliputi evaluasi terhadap substansi hukum pidana yang
berlaku saat ini untuk pembaharuan substansi hukum pidana yang akan datang dan
bagaimana penerapan hukum pidana ini melalui komponen sistem peradilan pidana

72

Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana Perkembangan Penyusunan
Konsep KUHP Baru, Opcit, halaman.26

Universitas Sumatera Utara

pencegahan terhadap kejahatan. Upaya pencegahan ini berarti hukum pidana harus
menjadi salah satu instrumen pencegah kemungkinan terjadinya kejahatan.73
Berdasarkan pengertian tentang politik hukum sebagaimana dikemukakan di
atas, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa politik hukum pidana
merupakan upaya menentukan ke arah mana pemberlakukan hukum pidana Indonesia
masa yang akan datang dengan konseptualisasi hukum pidana yang paling baik untuk
diterapkan.74
Didalam Pasal 158 tersebut dinyatakan bahwa “ setiap orang yang melakukan
usaha penambangan tanpa IUP, IPR,atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal
37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1). Pasal 74 ayat (!) atau ayat (5)
dipidana dengan Pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling
banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Unsur- unsur yang terdapat didalam pasal 158 :
e. Setiap Orang
Ada dua pengertian orang /person sebagai subyek hukum :
e)

Natuurlijk person adalah mens person, yang disebut orang atau manusia
pribadi dan,

f)

Rechtperson adalah yang berbentuk badan hukum yang dibagi dalam :

73

Mahmud Mulyadi, Criminal Policy: Pendekatan Integral Penal Policy dan Non-Penal
Policy Dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2008, .halaman
65-88
74
Ibid

Universitas Sumatera Utara

5.

Publiek rechts-person, yang sifatnya ada unsur kepentingan umum
seperti Negara, daerah Tk. I, Tk. II Desa dan,

6.

Privaat rechtspersoon/badan hukum privat, yang mempunyai
sifat/adanya unsur kepentingan individual.75

f. Melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK.
Didalam hal ini unsur-unsur yang terdapat didalam pasal 158 harus dipenuhi
secara komulatif untuk menerapkan ketentuan pidana didalam undang undang ini.
Pasal 37 adalah IUP diberikan oleh :
d) Bupati/walikota apabila WIUP berada di dalam satu wilayah
Kabupaten/Kota.
e) Gubernur apabila WIUP berada pada lintas wilayah Kabupaten/Kota
dalam 1 (satu) provinsi setelah mendapatkan rekomendasi dari
Bupati/Walikota

setempat

sesuai

dengan

ketentuan

peraturan

perundang-undangan; dan
f) Menteri apabila WIUP berada pada lintas wilayah provinsi setelah
mendapatkan rekomendasi dari Gubernur dan Bupati/Walikota
setempat sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

75

R. Soeroso SH, Pengantar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta 2006, halaman 228.

Universitas Sumatera Utara

Contoh Kasus :
1. Posisi Kasus
a. Person Delicti (Pelaku Kejahatan)
Adapun dalam kasus tersebut pelaku kejahatan ialah :
Nama Lengkap

: ABADY NAINGGOLAN alias ADI

Tempat lahir

: Medan

Umur/Tanggal Lahir : 29 Tahun/12 Mei 1985
Kebangsaan

: Indonesia

Tempat Tinggal

: Jalan Ampera No. 38 B Lingkungan VI Kel. Bantan
Kec. Medan Tembung, Kota Medan

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Wirasawasta

b. Locus Delicti (Tempat Kejadian Perkara)
Adapun penambangan illegal yakni penggerukan tanah merah di belakang
Perumahan Oma Deli, Desa Marindal II Kec. Patumbak, Kab. Deli Serdang.
c. Tempus Delicti ( Waktu Kejadian Perkara)

Universitas Sumatera Utara

Adapun Terdakwa ditangkap oleh saksi Parulian Gultom dan saksi
Hamonagan Lubis bersama-sama anggota Kepolisian lainnya dari Polda Sumatera
Utara pada hari Kamis, tanggal 20 Februari 2014, sekitar pukul 14.00 WIB.
d. Kejadaian Apa Yang Terjadi ( Peristiwa Hukum)
Adapun terdakwa ditangkap oleh polisi sebagai pemilik kegiatan dan orangorang yang membantunya tersebut, terkait dengan penambangan illegal yakni
penggerukan tanah merah merah di belakang Perumahan Oma Deli, Desa Marindal II
Kec. Patumbak, Kab. Deli Serdang.
2. Pertimbangan Hukum
Undang-Undang yang mengatur tentang pertambangan adalah UndangUndang RI Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara,
Undang-Undang Pertambangan Mineral dan Batubara tersebut sangat berkaitan erat
dengan Undang-Undang RI No. 32 Tentang Perlindungan dan Pengelolaan
Lingkungan Hidup, karena di dalam UU RI No. 4 Tahun 2009 Tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mensyaratkan adanya izin untuk setiap kegiatan
yang berkaitan dengan sumber daya alam, izin usaha pertambangan (IUP) telah diatur
Peraturan Pemerintah RI No. 22 Tahun 2010 Tentang Wilayah Pertambangan dan
Peraturan Pemerintah RI No. 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Pertambangan Mineral dan Batubara, didalam UU RI No. 4 tahun 2009 Tentang

Universitas Sumatera Utara

Pertambangan Mineral dan Batubara yang berwenang untuk menerbitkan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) adalah Pemerintah Kabupaten/Kota.
Kewenangan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menerbitkan Izin Usaha
Pertambangan (IUP) adalah harus menetapkan Wilayah Pertambangan (WP) yang
dituangkan dalam Perda, Izin diterbitkan setelah adanya Perda tentang Wilayah
Pertambangan (WP), dan Izin itu diterbitkan Pemerintah Kabupaten/Kota didalam
Wilayah Pertambangan (WP), sehingga Pemerintah Kabupaten/Kota tidak dapat
menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) sebelum adanya Perda tentang Wilayah
Pertambangan (WP), karena Izin Usaha Pertambangan (IUP) diterbitkan didalam
Wilayah Pertambangan (WP), Pemerintah Kabupaten/Kota yang belum memiliki
Perangkat Peraturan dalam menjalankan kewenangannya untuk menerbitkan Izin
Usaha Pertambangan (IUP), maka penindakan terhadap pelaku usaha yang
menjalankan usaha pertambangan tanpa izin diberi sanksi dengan jalan peringatan
atau menutup lokasi penambangan.
Provinsi Sumatera Utara, hanya Kabupaten serdang bedagai yang telah
memiliki perangkat Peraturan Daerah tentang Wilayah Pertambangan (WP), dasar
hukum bagi pelaku usaha penambangan tanpa izin yang mendapatkan sanksi
sebagaimana ketentuan pasal 158 UU RI No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan
Mineral dan Batubara, dimana sanksi pidana yang diatur dalam pasal tersebut adalah
penindakan kepada si pelaku atas pelanggaran terhadap wilayah pertambangan (WP),
jika pelaku usaha pernambangan melakukan penambangan diluar Wilayah

Universitas Sumatera Utara

Penambangan (WP), maka pemerintah Kabupaten/Kota yang berwenang akan
melakukan penindakan dengan peringatan dan menutup lokasi, Izin Lingkungan
Hidup dalam melakukan penambangan dibuat untuk bertujuan agar tidak terjadinya
kerusakan lingkungan hidup, untuk menetukan adanya kerusakan lingkungan hidup
harus dilakukan penelitian, segala kegiatan yang berkaitan dengan sumber daya alam
tanpa izin lingkungan maka pelaku terlebih dahulu ditindak dengan sanksi
administrasi yaitu peringatan ataupun penutupan lokasi kegiatan.
3. Diktum
Didalam

Putusan

No.

1561/Pid.B/2014/PN.Mdn

perihal

kegiatan

pertambangan tanah. Kasus di desa Marindal, Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli
Serdang Provinsi Sumatera Utara, terjadi usaha penambangan tanpa izin sehingga
pelaku dalam kasus ini diputus pidana penjara selama 1 (satu) tahun denda sebesar 1
(satu) Miliar berdasarkan dakwaan Pasal 158 Undang Undang Republik Indonesia
No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan, Mineral dan Batubara.
Didalam Pasal 158 tersebut dinyatakan bahwa “ setiap orang yang melakukan
usaha penambangan tanpa IUP,