Kepastian Hukum Penguasaan Negara Atas Usaha-Usaha Pertambangan Mineral dan Batabara di Indonesia Chapter III V

BAB III

Hak dan kewajiban pemegang izin usaha pertambangan dalam
mengelola Mineral dan Batubara

A. Izin Pengelolaan Mineral dan Batubara
Kontrak atau Izin pengelolaan mineral dan batubara di indonesia saat ini
beraneka ragam, dikarenakan masih berlakunya berbagai jenis kontrak atau izin
yang ditetapkan sebelum berlakunya undang-undang No. 4 Tahun 2009 Tentang
Mineral dan Batubara. Kontrak atau izin pertambangan yang berlaku sebelum
undang-undang No. 4 Tahun 2009, meliputi:
1.

Kontrak karya;

2.

Perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara;

3.


Kuasa Pertambangan;

4.

Izin Pertambangan Rakyat (IPR)
Sementara itu, izin yang dikenal dalam undang-undang No. 4 Tahun 2009,

meliputi:
1.

Izin Pertambangan Rakyat (IPR);

2.

Izin Usaha Pertambangan (IUP); dan

3.

Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
Apabila disintesiskan pembagian diatas, maka kontrak atau izin pengelolaan


mineral dan mineral yang berlaku kini, meliputi:
a.

Kontrak Karya;

b.

Perjanjian Karya Pengusahaan petambangan batubara (PKP2B);

Universitas Sumatera Utara

c.

Kuasa Pertambangan;

d.

Izin Pertambangan Rakyat;


e.

Izin Usaha Pertambangan (IUP); dan

f.

Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK)
Ke-enam

jenis

pengelolaan

mineral

dan

batubara

tersebut


dapat

dikualifikasikan menjadi dua macam yaitu:

a.

Kontrak Karya
Kontrak termasuk ke dalam golongan perjanjian. Menurut R. Subekti66,

pengertian kontrak lebih sempit dari perjanjian karena kontrak mensyaratkan
bentuknya selalu tertulis,sedangkan perjanjian bentuknya selain tertulis dapat
juga dilakukan secara lisan. Dengan demikian, mazhab kontrak dapat termasuk
ke dalam perjanjian. Di dalam sebuah kontrak, para pihak dapat menentukan
sendiri mengenai ketentuan ketentuanyang akan mengatur para pihak yang
terlibatdidalamnya.
Berdasarkan asas tersebut, maka kaidah hukum perjanjian dapat
dipersempitatau diperluas oleh para pihak yang membuat perjanjian atau
kontrak.67Subjek hukum yang terlibat di dalam sebuah kontrak tidak terbatas
pada individu kodrati melainkan para pihak yang terdiri lebih dari

satuindividu.Kebijakan Pemerintah dalam pertambangan Batu bara dilaksanakan
untuk

memberikan

manfaat

sebesar-besarnya

kemakmuran

rakyat.

Selanjutnya,kesempatan kerja dan usaha. Selain itu,pembangunan bidang usaha
66

R.Subekti,Pokok-Pokok Hukum Perjanjian,Intermasa,Jakarta,1983.hal. 1.
Sri Soemantri M.,Permasalahan Hukum Tata Negara (dan Politik) Dalam Perspektif
Penelitian,Pengembangan dan Pendidikan Hukum di Indonesia,Semarang: FH-UNDIP-Dikti Depdikbud,1996), hal 8


67

Universitas Sumatera Utara

pertambangan

terutama

dilakukan

melalui

program

pengolahan

hasil

pertambangan secara efisien. 68
Di Indonesia terdapat beberapa ketentuan yang digunakan dalam hal

investasi pertambangan batu bara sebelum di berlakukannya Undang – Undang
No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara diantaranya
adalah dengan menggunakan Kontrak Karya dalam Pertambangan (KKP).
Kontrak Karya dalam Pertambangan merupakan perjanjian antara pemerintah
dan

pengusaha

pertambanganuntuk

melaksanakan

kegiatan-kegiatan

pertambangan di Indonesia. 69Di dalamkonsep kontrak karya ini kedudukan
antara pemerintah dan pengusaha pertambangan memiliki kedudukan yang sama
yaitu sebagai pihak-pihak yang sedang melakukan perjanjian. Pemerintah
sebagai principal sedangkan pengusaha sebagai contractor.
Di dalam Kontrak Karya Pertambangan terdapat ketentuan – ketentuan yang
mengatur berbagai hak dan kewajiban kontraktor serta berbagai kemudahan yang

dapat diberikan pemerintah kepada kontraktor untuk melaksanakan kegiatan
usahanya. 70Adanya kontrak karya pertambangan ini lahir dari amanat Undang –
undang No 11 Tahun 1967 tentang pokok-pokok Pertambangan yang merupakan
dasara dari kegiatan pertambangan di Indonesia terutama mengenai mineral dan
batu bara. Undang–undang ini merupakan undang-undang yang medahului
adanya undang–undang No 4 Tahun 2009. Penerapan konsep Kontrak Karya

68

Aminuddin Ilmar,Hukum Penanaman Modal di Indonesia ,(Jakarta:Preneda
Media,2005),hal 144
69
Ari wahyudi Hertanto,kontrak karya (suatu kajian hukum keperdataan),hukum dan
pembangunan 2, Jakarta, 2008. Hal 204
70
Joko Susilo dan Adi Prathomo,Sejarah Perkembangan Pertambangan Indonesia ( Kumpulan
Tulisan S.Sigit,1967-2004)”,Yayasan Minergy Informasi Indonesia,Jakarta, 2004. hal 91

Universitas Sumatera Utara


Pertambangan ini didasari pada pasal 10 Undang – undang No 11 Tahun
1967,yaitu 71:
1.

Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor apabila
diperlukan untuk melaksanakan sendiri oleh Instansi Pemerintah atau
Perusahaan

Negara

yang

bersangkutan

selaku

pemegang

kuasapertambangan.
2.


Dalam mengadakan perjanjian karya dengan kontraktor seperti yang
dimaksud dalam ayat 1 pasal ini, Instansi Pemerintah atau Perusahaan
Negara harusberpegang pada pedoman-pedoman, petunjuk-petunjuk dan
syarat-syarat yang diberikan oleh menteri.

3.

Perjanjian karya tersebut dalam ayat 2 pasal ini berlaku sesudah
disahkan oleh pemerintah setelah berkonsultasi dengan Dewan
Perwakilan

Rakyat

apabila

menyangkuteksploitasigolonganasepanjangmengenaibahan-bahangalian
yang ditentukan dalam pasal 13 Undang-undang ini dan/atau yang
perjanjian karyanya berbentuk penanaman modal asing.
Setiap perusahan pertambangan yang ingin memiliki usaha di bidang

pertambangan harus menggunakan konsep kontrak karya ini. Penerapan konsep
ini ditegaskan keberlakuannya di dalam pasal 8 Undang – undang No 1 Tahun
1967 tentang Penanaman Modal Asing, yaitu :
“Penanaman modal asing di bidang pertambangan didasarkan pada suatu
kerjasama dengan Pemerintah atas dasar kontrak karya atau bentuk lain

71

Indonesia ,Undang – Undang Pokok Pertambangan,UU No.11 Tahun 1967,(LN No.22 Tahun
1967),pasal 10

Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku” 72
Berdasarkan beberapa penjelasan diatas, maka dasar hukum dari kontrak
karya untuk diterapkan dalam penanaman modal dalam bidang pertambangan
batu bara di Indonesia diatur dalam pasal 8 ayat (1) Undang-undang No.1 Tahun
1967 dan pasal 10 ayat (1) dan ayat (3) Undang-undang No 11 Tahun 1967. Dari
dua dasar hukum tersebut dalam dipahami bahwa kontrak karya pada dasarnya
tergolong ke dalam sebuah perjanjian. Subjek dari perjanjian itu adalah
pemerintah dan pengusaha pertambangan, sedangkan objek dari perjanjian itu
sendiri adalah pertambangan mineral dan batu bara.
Di dalam Undang-undang No 5 Tahun tentang penanaman modal asing
mengatur mengenai bentuk badan usaha yang dapat diberikan izin untuk
menanamkan modalnya di Indonesia. Hal mengenai bentuk badan usaha tersebut
diatur di dalam pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 25 Tahun yang
menyatakan bahwa penanaman modal asing di Indonesia harus dalam bentuk
Perseroan Terbatas berdasarkan hukum di Indonesia dan berkedudukan di dalam
wilayah Indonesia,kecuali ditentukan lain oleh Undang-undang. Berdasarkan
ketentuan

tersebut

maka

sudah

tegas bahwabentuk badan usaha untuk

melakukan penanaman modal asing haruslah berbetnuk Perseroan Terbatas atau
PT. Dengan demikian, bentuk badan usaha Perseroan Terbatas haruslah tunduk
dan berdasarkan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang perseroan
Terbatas, yang menyatakan bahwa Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang
merupakan persekutuan modal yang didirikan berdasarkan perjanjian dan
melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam
72

Indonesia , Undang – undang Penanaman Modal Asing , UU No. 1 Tahun 1967, ( LN Tahun 1967
No 1,TLN Tahun 1967 No), Ps8.

Universitas Sumatera Utara

saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang – undang
Perseroan Terbatas serta peraturan pelaksana Undang – Undang Perseroan
Terbatas. 73Di dalam ketentuan yang dikandung dalam Undang – undang
penanaman modal dimungkinkanpenanaman
sebagian modalnya dimiliki oleh

modal

yang

seluruh

atau

asing. 74Perusahaan yang mengandung

modal asing maka disebut sebagai PT PMA atau Peseroan Terbatas Penanaman
Modal Asing.
Kontrak karya memiliki definisi lain yang diberikan di dalam keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No.1614 Tahun 2004 tentang
Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam rangka Penanaman Modal
Asing,yaitu:
“Suatu perjanjian yang dibuat antara pemerintah Indonesia dengan
Kontraktor Asing semata – mata dan/atau merupakan patungan antara badan
hukum asing dengan badan hukum domestik untuk melakukan kegiatan
eksplorasi maupuneksploitasi dalam bidang pertambangan umum,sesuai
dengan jangka waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak.” 75
Bedasarkan beberapa definisi diatas dapat ditarik beberapa unsur yang
terdapat di dalam konsep Kontrak Karya Pertambangan,yaitu:
1.

Adanya Konsep kontraktual,yaitu perjanjian yang dibuat oleh parapihak;

2.

Adanya subjek hukum yang merupakan pihak – pihak yang terlibat di

73

Indonesia,Undang – undang Perseroan Terbatas,UU No 40 Tahun 2007,(LN No. 106 Tahun
2007,TLN No.4756),ps. 1 angka (1)
74
Indonesia,Undang – undang Perseroan Terbatas,UU No 40 Tahun 2007,(LN No. 106 Tahun
2007,TLN No.4756),ps. 1 angka (1)
75
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral,Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral tentang Pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka Penanaman Modal Asing ,KepMen Energi
dan SDM No. 1614 Tahun 2004 ,Ps. 1 angka 1

Universitas Sumatera Utara

dalam perjanjian tersebut yaitu antara pemerintah dan pengusaha
pertambangan

yang

dapat

berupa

kontraktor

asing

atau

perusahaaangabungan;
Karakteristik sistem pengelolaan mineral dengan menggunakan kontrak
karya, yaitu Subjek hukumya, Yaitu :


pemerintah indonesia dengan badan hukum indonesia atau merupakan
gabungan antara badan hukum indonesia dengan badan hukum asing;



Objeknya, yaitu pemanfaatan dan pengembangan potensi pertambangan di
indonesia;



Segala biaya untuk melakukan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi
kelayakan, konstruksi, dan operasi ditanggung oleh badan hukum;





Membayar segala jenis pajak sebagaimana ditentukan dalam kontrak karya;
Haknya, meliputi:


Hak tunggal untuk mencari dan melakukan eksplorasi mineral di dalam
wilayah kontrak karya;



Mengembangkan dan menambang secara baik setiap endapan mineral
yang ditemukan dalam wilayah pertambangan;



Mengolah dan memurnikan, menyimpan dan mengangkut dengan cara
apapun semua mineral yang dihasilkan;



Memasarkan dan menjual atau melepaskan semua produksi di dalam
maupun luar negeri, melakukan kegiatan lainnya yang mungkin perlu
atau

memudahkan

serta

akan

dilaksanakan

dengan

betul-betul

memperhatikan persetujuan ini.
Sistem seperti yang dijelaskan diatas sebenarnya telah dikenal pada zaman

Universitas Sumatera Utara

sebelum kemerdekaan,melalui Indishe Mijnwet 1899. Indische Mijnwet adalah
sebuah ketentuan mengenai pertambangan yang diterapkan oleh kolonial
Belanda. Pemerintah Kolonial Belanda mendeklarasikan penguasaan barang
tambang seperti mineral dan logam yang ada di wilayah Indonesia. Peraturan
mengenaipertambanganini mengalami perubahan pada Tahun 1910 dan 1918dan
dengan menerapkan Mijnordonnantie 76sebagai ketentuan pelengkap. Perbaikan
pada tahun 1910 menambahkan pasal 5a Indische Mijnwet,yang menjadi dasar
bagi perjanjian,yang kemudian sering disebut dengan “5a Contract”. 77 Ketentuan
dari 5a Contract adalah sebagai berikut:
1.

Pemerintah berwenang untuk melakukan penyelidikan dan ekploitasi
selama hal itu tidak bertentangan dengan hak – hak yang telah diberikan
kepada penyidik atau pemegangkonsepsi;

2.

Untuk hal tersebut, pemerintah dapat melakukan sendiri penyelidikan
dan eksploitasi atau mengadakan perjanjian dengan perorangan atau
perusahaan yang memenuhi persyaratan sebagaimana yang tercantum
dalam pasal 4 Undang –undang ini sesuai dengan perjanjian itu maka
wajib melaksanakan eksploitasi ataupun penyelidikan dan eksploitasi
yangdimaksud;

3.

Perjanjian yang demikian itu tidak akan dilaksanakan,kecuali telah
disahkan dengan undang –undang. 78

Berdasarkan ketentuan diatas yang dijadikan acuan untuk membentukkonsep

76

Mijnordonnantie adalah sistem hukum pertambangan pada masa kolonial Belanda yang
merupakan perbaikan dari sistem Indische Mijnwet.
77
Muhammad Chalid,”Studi Agenda Tersembunyi di Balik Kontrrak Karya dan Operasi Tambang
INCO”,disampaikan pada temu Profesi Tahunan (TPT) IX dan Kongres IV PerhimpunanAhli
Pertambangan Indonesia (PERHAPI)),(14 September200)
78
Abrar Saleng,Hukum Pertambangan ,Op.Cit,hal .65

Universitas Sumatera Utara

kontrak karya ,maka dikenal sistem konsesi yang juga merupakan sistem
pengelolaan pertambangan yang mencakup hak menguasai atas tanah disamping
pemberian kuasapertambangan. Sistem kontrak karya pada dasarnya mengambil
jalan tengah antara sistem konsesi ini, dimana kontraktor asing mendapat hak
penuh terhadap mineral dan tanah,dengan model kontrak bagi hasil dimana
negara tuan rumah langsung mendapatkan hak atas peralatan dan prasarana
dan dalam waktu singkat seluruhoperasi menjadi milik negara. 79
Dalam Undang – undang No 11 Tahun 1967,padadasarnya semua mineral
diuasahakan oleh Negara dan berdasarkan ketentuan undang-undang dimaksud,
Menteri dapat menunjuk pihak lain sebagai kontraktor untuk pekerjaan yang
belum mampu dikerjakan sendiri. Pemerintah dalam hal ini mengawasi dan
memantau jalannya pelaksanaan pekerjaandimaksud,sedangkansarana yang
melandasi dan merupakan dasar hukumnya adalah berupa perjanjian yang harus
terlebih dahulu mengkonsultasikannya dengan Dewan Perwakilan Rakyat. 80
Dalam perkembangan konsep Kontrak Karya Pertambangan ini mengalami
beberapa perubahan untuk memperbaiki berbagai konsep yang ada di dalamnya
yang menyangkut beberapa bidang selain dari bidang pertambangan seperti
bidang keuangan,pajak, dan pendapatan negara lainnya, walaupun selama
perkembangannya tidak mengalami perubahan yang mendasar dan signifikan.
Dengan demikian dalam kurun waktu 30 Tahun (1967-1997), terdapat tujuh
generasi KKP. 81
Berdasarkan prinsipnya,kontrak karya termasuk ke dalam suatu perjanjian.
79

Salim H.S.,Hukum Pertambangan di Indonesia,Opcit hal143
Ari Wahyudi.Op.Cit. Hal 5
81
Joko Susilo dan Adi Prathomo, Opcit. hal28

80

Universitas Sumatera Utara

Suatu perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang
lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu
hal. 82Dengan adanya perjanjian ini maka akan menimbulkan suatu hubugan
perikatan. Intisari dari sebuah perjanjian adalah adanya janji-janji atau
kesanggupan-kesanggupan antara satu pihak dengan pihak yang lainnya.
Komtrak adalah keseluruhan dari kaidah-kaidah hukum yang mengatur
hubungan hukum antar dua pihak atau lebih berdasarkan kata sepakat untuk
menimbulkan akibat hukum. 83
Di dalam kontrakkarya ini terdapat suatu bentuk kerjasama antara para
pihak yang terikat di dalamnya. Berdasarkan definisinya, kerjasama adalah
ikatan dua orang atau lebih yang mempunyai kepentingan – kepentingan yang
saling menguntungkan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Di dalam mencapai
suatu tujuan tersebut tedapat suatu titik keseimbangan diantara kepentingan
mereka. Titik keseimbangan dapat bertahan apabila para pihak melaksanakan
kewajiban

masing-masing

sesuai

yang

diperjanjikan

disertai

dengan

keseimbangan yang optimal dari kepentingan ekonomi masing-masing. 84Inti dari
Kontrak karya ini adalah adanya motivasi untuk sama- sama mencari keuntungan
untuk kedua belah pihak. Melalui pendekatan ekonomi,jelas dapat terbaca bahwa
motivasi dari kerjasama migas dan pertambangan umumpada akhirnya adalah
motif untuk mendapatkan keuntungan, dimana secara jumlah sudah dapat
diperhitungkan versus risiko dan segala hambatannya. 85

82

Subekti,Hukum Perjanjian,cetakan XX,(Jakarta,PT Intermasa,tahun 2004), hal 11

83

Ibid

84

Sutadi Pudjo Utomo,Prinsip-prinsip dalam Perjanjian Kerja sama,BPMIGA,jakarta. Hal 2

85

Ibid

Universitas Sumatera Utara

Adapun pihak – pihak yang berwenang untuk menandatangani kontrak karya
menurut Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 1614 Tahun
2004 tentang pedoman Pemrosesan Permohonan Kontrak Karya dan Perjanjian
Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dalam Rangka Penanaman Modal
Asing, gubernur dan bupati/walikota tidak lagi menjadi salah satu pihak dalam
kontrak karya. Menurut Keputusan ini pihak yang berwenang untuk
menandatangani adalah Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral dengan badan
hukum Indonesia atau kontraktor, terutama badan hukum asing. Sedangkan
pejabat yang berwenang untuk pemrosesan permohonan Kontrak Karya
Pengusahaan Pertambangan Batubara adalah Direktur Jenderal Geologi dan
Sumber Daya Mineral, gubernur, dan Bupati/Walikota.
Pemerintah di dalam Kontrak Karya, kedudukannya sama dengan pihak lain,
dimana posisinya sama dengan posisi para pihak di dalam perjanjian keperdataan
pada umum. Para pihak memiliki kedudukan yang sama di hadapan hukum
perjanjian yang dibuat oleh para pihak dan tidak ada yang memiliki kedudukan
yang suprior dibandingkan dengan pihak yang lainnya di dalam perjanjian
tersebut. Menurut pak Bagir Manan adalah hubungan (hukum) kesederajatan
yang merupakan hubungan keperdataan antara pemerintah dengan orang atau
badan hukum keperdataan. 86Hal ini dilakukan bukan untuk merendahkan posisi
pemerintah

Indonesia

agar

setara

dengan

badanhukumswasta.Haliniuntukmewujudkankesejahteraanumumdansebesarbesarnya kemakmuran rakyat dengan membentuk fungsi-fungsi baru yang tidak
bersifat pemerintahan, menuntut pemerintah turut serta dalam pergaulan
86

Bagir Manan,Bentuk – Bentuk Perbuatan Keperdataan yang Dapat Dilakukan oleh Pemerintah
Daerah,Journal Padjajaran University,( Bandung :LP.Unpad,1996),hal.24

Universitas Sumatera Utara

kemasyarakatan atau hubungan (hukum) sebagai pihak atau subjek yang tidak
berbedadengan subjek hukum perorangan atau badan-badan hukum keperdataan
pada umumnya. 87Suatu perbuatan keperdataan hanya dapat dilakukan oleh
Badan Hukum atau pribadi kodrati, oleh karena itu, suatu negara jika ingin
melakukan suatu kegiatan keperdataan harus diwakili oleh badan hukum yang
mengatasnamakan Negara,

dapatberupa Badan Hukum Negara. Selain badan

hukum negara,pemerintah juga dapat mewakili negara sebagai subjek hukum
untuk melakukan kegiatan keperdataan

berupa kontrak. Pemerintah dapat

langsung melakukan kontrak dengan menggunakan pemerintah pusat atau daerah
maupun tidak langsung dengan menggunakan Badan Usaha Milik Negara atau
Badan Usaha MilikDaerah.
Pemerintah dalam hal ini mewakili negara dapat memasukan unsur hukum
publik di dalam kontrak yang akan dilakukannya. Walaupun kontrak bersifat
keperdataan namun karena negara bersifat mewakili kepentingan publik maka
unsur tersebut dapat dimasukkan ke dalam kontrak. Kepentingan publik yang
dimaksud

dapat

berupa

ketentuang

perundang-undangan

yang

berlaku

dimasukkan sebagai syarat-syarat kontrak tersebut. Hubungan antara pemerintah
dengan mitranya atau (lawan kontraknya) tidak berada di dalam kedudukan yang
sama,tetapi pemerinahmempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari mitranya.
Karena itu disebut perjanjian publik.
b. Perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B),
merupakan:

87

Abrar Saleng,”Kepastian Hukum dan Status Hukum Pemerintah dalam Kontrak Karya
Pertambangan”,Buletin Mimbar Hukum, 2010 hal .75

Universitas Sumatera Utara

Perjanjian antara pemerintah republik indonesia dengan perusahaan swasta
asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka PMA) untuk
pengusahaan batubara dengan berpedoman kepada undang-undang No. 1 Tahun
1967 Tentang penanaman modal asing serta undang-undang No.11 Tahun 1967
tentang ketentuan-ketentuan pokok pertambangan umum”.
88

Dengan menganalisis defenisi ini, maka dapat dikemukakan karakteristik
perjanjian

karya

pengusahaan

pertambangan

batubara

(PKP2B).

Karakteristik itu, disajikan berikut ini:


Subjek hukumnya, yaitu pemerintah rapublik indonesia dengan perusahaan
swasta asing atau patungan antara asing dengan nasional (dalam rangka
PMA);





Objeknya, yaitu untuk pengusahaan batubara;
Kewajibannya, meliputi:
− Menyampaikan rencana kerja dan rencana anggaran belanja tahunan
kepada pemerintah;
− Menyerahkan sebesar 13,50 % (tiga belas dan lima puluh perseratus) hasil
produksi batubara kepada pemerintah secara tunai atas harga pada saat
berada di atas kapal (free on board) atau harga setempat (at sale point);
− Membayar pajak kepada pemerintah sesuai dengan peraturan perundangundangan perpajakan yang berlaku pada saat perjanjian ditandatangani;
− Membayar pungutan-pungutan daerah untuk fasilitas atau pengesahan
yang diberikan oleh pemerintah;

88

I b i d Hal 55

Universitas Sumatera Utara

− Membayar iuran tetap (dead rent) kepada pemerintah berdasarkan luas
wilayah kerja pengusahaan pertambangan batubara sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku;
− Menyampaikan daftar rencana kebutuhan barang modal dan bahan yang di
impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada pemerintah untuk
mendapatkan persetujuan;
− Mendirikan badan hukum menurut hukum indonesia, berkedudukan di
indonesia dan semata-mata berusaha dalam bidang pengusahaan
pertambangan batubara;
− Dalam hal kontraktor swasta merupakan perusahaan penanaman modal
asing yang seluruh modalnya dimiliki dan/atau badan hukum asing,
perusahaan kontraktor swasta tersebut menjual sebagian sahamnya kepada
warganya dan/atau badan hukum indonesia, sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
− Wajib mengutamakan penggunaan hasil produksi dan jasa dalam negeri,
tenaga kerja indonesia;
− Memperhatikan kebijaksanaan pemerintah dalam pengembangan daerah
dan perlindungan lingkungan.


Adapun haknya, meliputi:
− Melakukan kegiatan eksplorasi, dan eksploitasi terhadap sumber daya
tambang batubara diwilayah hukum pertambangan indonesia;
− Dibebaskan dari bea masuk;

− Dibebaskan pungutan impor; dan

Universitas Sumatera Utara

− Dibebaskan bea balik nama sehubungan dengan pemilikan barang-barang
tersebut, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Dalam pasal 2 huruf i undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang
Pertambangan disebutkan pengertian kuasa pertambangan adalah :
“wewenang yang diberikan kepada badan/perorangan untuk melaksanakan
usaha pertambangan”.
Wewenang merupakan hak dan kekuasaan yang diberikan oleh hukym kepada
badan/perorangan untuk melakukan usaha pertambangan. Sementara pejabat yang
berwenang untuk memberikan kewenangan kepada perorangan adalah menteri,
gubernur, bupati/walikota. Pemberian kewenangan tersebut dituangkan dalam
surat keputusan pemberian kuasa pertambangan. Sementara itu, badan/perorangan
yang dapat diberikan kewenangan untuk melaksanakan usaha pertambangan
adalah:


Instansi

pemerintah

yang

ditunjuk

oleh

menteri,

gubernur,

bupati/walikota;








Perusahaan negara;
Perusahaan daerah;
Perusahaan dengan modal bersama antara negara dan daerah;
Badan atau perseorangan swasta yang memenuhi syarat-syarat yang telah
ditentukan (pasal 5 undang-undang no.11 tahun 1967).

Sebagaimana tertuang dalam pasal 1 Peraturan Pemerintah RI Nomor 75
Tahun 2001 tentang perubahan kedua atas peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun
1969 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1967 Tentang
Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangantelah ditentukan bahwa setiap usaha

Universitas Sumatera Utara

pertambangan bahan galian yang termasuk dalam golongan bahan galian strategis
dan golongan bahan galian vital, baru dapat dilaksanakan apabila terlebih dahulu
mendapatkan kuasa pertambangan. Dimana kuasa pertambangan tersebut
dituangkan kedalam surat keputusan kuasa pertambangan, yang diterbitkan oleh:


Kewenangan bupati/walikota
Bupati/walikota berwenang menerbitkan surat keputusan kuasa pertambangan

apabila wilayah kuasa pertambangannya terletak dalam wilayah kabupaten/kota
dan/atau diwilayah laut sampai 4 mil laut.


Kewenangan Gubernur
Gubernur berwenang menerbitkan kuasa pertambangan apabila wilayah kuasa

pertambangannya terletak dalam beberapa wilayah kabupaten/kota dan tidak
dilakukan kerjasama antara kabupaten/kota maupun antar kabupaten/kota dengan
provinsi, dan/atau diwilayah laut yang terletak antara 4 sampai dengan 12 mil laut.


Kewenangan Menteri
Menteri berwenang menerbitkan kuasa pertambangan apabila wilayah kuasa

pertambangannya terletak dalam beberapa wilayah provinsi dan tidak dilakukan
kerja sama antar provinsi, dan/atau diwilayah laut yang terletak diluar 12 mil laut.
Sebelum pejabat yang berwenang menerbitkan surat kuasa pertambangan,
syarat dan ketentuan yang berlaku pada saat itu yang terdapat dalam surat
keputusan

menteri

Energi

dan

Sumber

Daya

Mineral

Nomor

1453

K/29/MEM/2000 Tentang Pedoman Teknis penyelenggaraan Tugas Pemerintahan
diBidang Pertambangan Umum.
c.

Kuasa Pertambangan

Universitas Sumatera Utara

Selain konsep Kontrak Karya Pertambangan ini terdapat juga konsep
Kuasapertambangan. Menurut Undang-undang No 11 Tahun 1967,kuasa
pertambangan adalah wewenang yang diberikan kepada badan/perorangan
untuk

melaksanakan usaha pertambangan. 89Kuasa Pertambangan adalah

salah satu instrumen hukum yangdapat digunakan untuk melaksanakan
kegiatan usaha pertambangan olehuntuk melaksanakan kegiatan usaha
pertambangan olehpemegang kuasa pertambangan. Setiap pihak yang ingin
melakukan usaha pertambangan di Indonesia harus memiliki kuasa
pertambangan terlebih dahuluWewenang yang dimaksud di dalam pasal 2
huruf i Undang-undang Nomor 11 Tahun 1967 adalah hak dan kekuasaan
yang secara hukumdiberikan kepada badan/perseorangan untuk melakukan
usaha pertambangan. Wewenang untuk memberikan Kuasa Pertambangan
tersebut dimiliki oleh pejabat-pejabat sesuai dengan wilayah kekuasaannya
diantaranya adalah menteri, gubernur, walikota/bupati. Menurut
Undang-undangNomor

11

tergolongdalambadan/perseorangan

Tahun
yang

dapat

pasal 5
1967yang

diberikan

kuasa

pertambangan adalah sebagai berikut: 90
a.

Instansi Pemerintah yang ditunjuk olehMenteri;

b.

PerusahaanNegara;

c.

PerusahaanDaerah;

d.

Perusahaan dengan modal bersama antara Negara danDaerah;

89

Indonesia,Undang-Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan,UU Nomor11
Tahun 1967,LN No.22 Tahun 1967 ,Ps. 2 huruf i.
90

Indonesia,Undang – Undang tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan,UU Nomor
11 Tahun 1967,LN No.22 Tahun 1967.Ps 5.

Universitas Sumatera Utara

e.

Koperasi;

f.

Badan atau perseorangan swasta yang telah memenuhipersyaratan;

g.

Perusahaan dengan modal bersama antara Negara dan/atau Daerah
dengan Koperasi dan/atau Badan/Perseorangan Swasta yang telah
memenuhi persyaratan;

h.

Pertambanganrakyat.

Walaupun telah ditentukan para pihak-pihak yang dapat memiliki Kuasa
Pertambangan,namun di dalam pasal 6 sampai dengan pasal 9 Undang – undang No 11
Tahun 1967 Tentang Ketentuan – ketentuan Pokok Pertambangan mengatur lebih rinci
pembagian pihak – pihak lembaga,badan usaha atau perseorangan yang dapat melakukan
usaha pertambangan khususnya bahan galian strategis dan bahan galian vital.
Konsep Kuasa Pertambangan memiliki tiga jenis yang diatur lebih lanjut di dalam
Peraturan Pemerintah No. 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
No 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang – undang No 11 Tahun 1967 tentang
Ketentuan – ketentuan Pokok Pertambangan, antara lain :

a.

Surat Keputusan PenugasanPertambangan

Surat Keputusan Penugasan Pertambangan adalah Kuasa Pertambangan
yang diberikan oleh menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai kewenangannya
kepada Instansi Pemerintah yang meliputi tahap kegiatan penyelidikan umum
dan tahap eksplorasi.
b.

Surat Keputusan Izin PertambanganRakyat

Surat Keputusan Izin Pertambangan Rakyat adalah Kuasa Pertambangan yang
diberikan oleh Bupati/Walikota kepada rakuat setempat untuk

melaksanakanusaha

pertambangan secara kecil – kecilan dan dengan luas wilayah yang sangat terbatas.

Universitas Sumatera Utara

c.

Surat Keputusan Pemberian KuasaPertambangan

Surat

Keputusan

Pemberian

Kuasa

Pertambangan

adalah

Kuasa

Pertambangan yang diberikan oleh menteri, gubernur, bupati/walikota sesuai
kewenangannya kepada perusahaan negara, perusahaan daerah, badan usaha
swasta atau perorangan untuk meliputi usaha pertambangan yang meliptu tahap
kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, eksploitasi, pengolahan dan pemurnian
serta pengangkutan dan penjualan barang tambang.
Pemberian Kuasa Pertambangan bersifat parsial pada setiap tahapan
kegiatan usaha pertambangan. Berdasarkan pasal 7 ayat (2) Peraturan
Pemerintah No. 75 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
No 32 Tahun 1969 tentang Pelaksanaan Undang – undang No 11 Tahun 1967
tentang

Ketentuan-ketentuanPokok

Pertambangan.

Jenis-jenis

Kuasa

Pertambangan tersebut adalah sebagai berikut: 91
a.

Kuasa Pertambangan PenyelidikanUmum
Kuasa pertambangan penyelidikan umum adlah kuasa untuk melakukan
penyelidikan secara geologi umum dengan maksud untuk membuat peta
geologi umum atau untuk mentepkan tanda – tanda adanya bahan galian
pada umumnnya;

b.

Kuasa PertambanganEksplorasi
Kuasa pertambangan eksplorasi adalah wewenang yang diberikan oleh
pejabat berwenang untuk melakukan penyidikan geologi pertambangan

91

Indonesia,Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah No 32 Tahun
1969 tentang Pelaksanaan Undang – undang No 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan – ketentuan
Pokok Pertambangan, PP No 75 Tahun 2001,LN Nomor 151 Tahun 2001.Ps 7 ayat 2

Universitas Sumatera Utara

untuk menetapkan lebih teliti/seksama adanya sifat letakan bahan
galian;
c.

Kuasa PertambanganEksploitasi
Kuasa pertambangan eksploitasi adalah kuasa pertambangan dengan
maksud untuk menghasilkan bahan galian dan memanfaatkannya;

d.

Kuasa Pertambangan Pengolahan danPemurnian
Kuasa pertambangan pengolahan dan pemurnian adalah kuasa
pertambangan untuk mempertinggi mutu bahan galian serta untuk
memanfaatkan dan memperoleh untur yang terdapat pada bahan galian
tersebut;

e.

Kuasa Pertambangan Pengankutan danPenjualan
Kuasa pertambangan pengangkutan dan penjualan adalah kuasa pertambangan
untuk memindahkan bahan galian dan hasil pengelolahan dan pemurnian bahan
galian dari daerah eksplorasi atau tempatpengolahan/pemurnian.

Adapun prosedur pengajuan kuasa pertambangan yang diatur dalam pasal
13,15, dan 17 Peraturan Pemerintah No 75 Tahun 2001 dan Keputusan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral No 1453 K/29/MEM/2000 tentang Pedoman
teknis Penyelenggaran Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan Umum.
Dalam pasal tersebut menyebutkan bahwa kuasa pertambangan diajukan sesuai
dengan bentuk yang ditentukan oleh oleh menteri,gubernur,atau bupati/walikota.
Suatu Kuasa Pertambangan diajukan terpisah secara sendiri-sendiri, lapanganlapangan untuk pertambangan yang terpisah harus diajukan secara terpisah pula
dengan masing-masing kuasa pertambangan yang terpisah pula. Pada tahapan

Universitas Sumatera Utara

penyelidikan umum dan eksplorasi, kuasa pertambangan yang diajukan harus
melampirkan peta wilayah lapangan usaha pertambangan dengan batas – batas
yang jelas, serta menyebutkan bahan galian yang terdapat di wilayahtersebut.
Kuasa Pertambangan memiliki persyaratan yang berbeda – beda untuk pengumpulan
permohonan berkas – berkas yang diajukan. Hal ini diatur dalam lampiran Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No 1453 K/29/MEM/2000 tentang Pedoman
Teknis Penyelenggaraan Tugas Pemerintah di Bidang Pertambangan Umum. Sedangkan
prosedur untuk permohonan Kuasa Pertambangan bergantung pada pejabat yang
berwenang untuk memberikan Kuasa Pertambangan tersebut untuk para pihak pemohon.

d. Izin Pertambangan Rakyat (IPR)
92

Istilah izin pertambangan rakyat berasal dari terjemahan bahasa inggris,

yaitu small-scale mining permit. Sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan
istilah mijnbouw mogelijk te maken, dan dalam bahasa jerman disebut bergbau.
Pengertian izin pertambangan rakyat dirumuskan dalam pasal 1 angka 10 undangundang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
menjelaskan bahwa :
“izin pertambangan rakyat adalah izin untuk melaksanakan usaha
pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan
investasi terbatas”
Adapun unsur-unsur dalam pengertian tersebut meliputi:
• adanya izin;

• adanya usaha pertambangan;

• wilayah pada pertambangan rakyat;

92

Salim HS. Loc cit. hal 89

Universitas Sumatera Utara

• luas wilayahnya terbatas;
• investasi terbatas.

Adapun wilayah pertambangan rakyat (selanjutnya disebut wpr), adalah
bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. Luas
wilayahnya terbatas mengandung makna bahwa pemegang IPR hanya dapat
diberikan pada wilayah penambangan yang tidak begitu luas. Adapun jenis
kegiatan pertambangan dalam pasal 66 undang-undang nomor 4 Tahun 2009
ditentukan ada 4 kelompok kegiatan pertambangan rakyat, ke-empat kelompok itu
antara lain:
• Pertambangan mineral Logam;

• pertambangan mineral bukan logam;
• pertambangan batuan; dan/atau
• pertambangan batubara.
93

Untuk pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan IPR pada dasarnya

tidak setiap orang atau seorang diri yang dapat mengajukan permohonan IPRnya.
Namun yang dapat mengajukannya adalah penduduk setempat. Adapun klasifikasi
penduduk setempat ini antara lain:
• perorangan;

• kelompok; dan
• koperasi.

Namun diantara klasifikasi ini tetap didasarkan kepada orang perorangan atau
masyarakat yang mendiami suatu tempat, apakah itu dalam suatu kampung nagari
93

Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara

Universitas Sumatera Utara

atau lainnya yang bertemapat disekitar WPR. Sementara untukpejabat yang
berwenang untuk menerbitkan IPR adalah Bupati/Walikota, namun dapat
dilimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR kepada camat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebelum IPR diberikan, maka
bupati/walikota menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR).

94

Sedang

untuk luas wilayah pertambangan rakyat bagi pemohon perorangan paling banyak
1 hektar, untuk pemohon masyarakat adalah paling banyak 5 hektar dan untuk
pemohon koperasi paling banyak 10 hektar.
Istilah izin pertambangan rakyat berasal dari terjemahan bahasa inggris, yaitu
small-scale mining permit. Sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan
istilah mijnbouw mogelijk te maken, dan dalam bahasa jerman disebut bergbau.
Pengertian izin pertambangan rakyat dirumuskan dalam pasal 1 angka 10 undangundang No.4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang
menjelaskan bahwa :
“izin pertambangan rakyat

adalah izin untuk

melaksanakan usaha

pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan
investasi terbatas”
Adapun unsur-unsur dalam pengertian tersebut meliputi:
• adanya izin;

• adanya usaha pertambangan;

• wilayah pada pertambangan rakyat;
• luas wilayahnya terbatas;
• investasi terbatas.

94

Pasal 68 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara

Universitas Sumatera Utara

Adapun wilayah pertambangan rakyat (selanjutnya disebut wpr), adalah
bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat. Luas
wilayahnya terbatas mengandung makna bahwa pemegang IPR hanya dapat
diberikan pada wilayah penambangan yang tidak begitu luas. Adapun jenis
kegiatan pertambangan dalam pasal 66 undang-undang nomor 4 Tahun 2009
ditentukan ada 4 kelompok kegiatan pertambangan rakyat, ke-empat kelompok itu
antara lain:
• Pertambangan mineral Logam;

• pertambangan mineral bukan logam;
• pertambangan batuan; dan/atau
• pertambangan batubara.
95

Untuk pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan IPR pada dasarnya

tidak setiap orang atau seorang diri yang dapat mengajukan permohonan IPRnya.
Namun yang dapat mengajukannya adalah penduduk setempat. Adapun klasifikasi
penduduk setempat ini antara lain:
• perorangan;

• kelompok; dan
• koperasi.

Namun diantara klasifikasi ini tetap didasarkan kepada orang perorangan atau
masyarakat yang mendiami suatu tempat, apakah itu dalam suatu kampung nagari
atau lainnya yang bertemapat disekitar WPR. Sementara untukpejabat yang
berwenang untuk menerbitkan IPR adalah Bupati/Walikota, namun dapat
95

Pasal 47 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara

Universitas Sumatera Utara

dilimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR kepada camat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sebelum IPR diberikan, maka
bupati/walikota menetapkan wilayah pertambangan rakyat (WPR).

96

Sedang

untuk luas wilayah pertambangan rakyat bagi pemohon perorangan paling banyak
1 hektar, untuk pemohon masyarakat adalah paling banyak 5 hektar dan untuk
pemohon koperasi paling banyak 10 hektar. Hak dan Kewajiban Izin Usaha
Pertambangan

e.

Izin Usaha Pertambangan Khusus
Sistem pengelolaan mineral dan batubara di Indonesia saat ini bersifat

pulralistik karena berlakunya beraneka ragam kontrak atau izin pertambangan,
baik yang berlaku sebelum atau sesudah berlakunya undang-undang Nomor 29
Tahun 2009. Izin usaha Pertambangan Khusus (selanjutnya disingkat IUPK)
berasal dari terjemahan bahasa ingris yaitu Special Mining Permit atau Special
Mining License sedangkan dalam bahasa belanda disebut dengan istilah Speciale
Mijnbouwlicentie.
97

IUPK merupakan izin yang diberikan penerbit izin kepada pemegang IUPK

untuk melaksanakan usaha pertambangan diwilayah izin usaha pertambangan
khusus sesuai dengan jangka waktu yang ditentukan dalam undang-undang.
Adapun yang berhak untuk mengajukan permohonan IUPK, yaitu:
a. badan usaha milik negara (BUMN);
b. badan usaha milik daerah (BUMD)
c. badan usaha swasta (BUS)
96

Pasal 68 Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan kegiatan usaha
pertambangan mineral dan batubara
97
Salim HS. Loc cit. Hal 157

Universitas Sumatera Utara

Sementara yang berwenang untuk menerbitkan IUPK hanya Menteri Energi dan
Sumber Daya Mineral.
Adapun yang menjadi objek IUPK adalah sebagai berikut: 98
a. penyelidikan umum;
b. eksplorasi;
c. studi kelayakan;
d. konstruksi;
e. penambangan;
f. pengolahan dan pemurnian;
g. pengangkutan dan penjualan; dan
h. pascatambang.
Adapun yang menjadi kekhususan dari izin ini adalah sebagai berikut:
a. Pejabat yang berwenang untuk meneritkan IUPK hanyalah menteri
ESDM.
b. Yang dapat mengajukan permohonan IUPL hanyalah BUMN, BUMb dan
BUS.
c. Objeknya Mineral Logam dan batubara sedangkan IUP meliputi mineral
logam, bukan logam dan batubara.
d. Cara pemberian wilayah izin usaha pertambangan khusus adalah melalui
prioritas dan lelang.
e. WIUPK nya cukup luas. Untuk WIUPK eksplorasi mineral logam adalah
seluas 100.000 hektare, WIUPK produksi seluas 25.000 hektare, WIUPK

98

Pasal 74 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara

Universitas Sumatera Utara

ekplorasi batubara seluas 50.000 hektare dan WIUPK produksi batubara
seluas 15.000 hektare.
f. Jangka waktunya cukup panjang yaitu 48 tahun.

f.

Izin Usaha Pertambangan
Berdasarkan pasal 1 angka 7 UUP Minerba, dijelaskan bahwasanya Izin

Usaha Pertambangan adalah “Izin untuk melaksanakan usaha pertambangan”.99
Apabila kita analisis defenisi ini, maka ada dua unsur yang paling penting dalam
IUP, yaitu:
1.

Adanya izin; dan

2.

Usaha pertambangan.

Izin merupakan suatu pernyataan atau perstujuan yang memperbolehkan
pemegangnya untuk melakukan usaha pertambangan. Sementara itu, usaha
pertambangan atau mining business merupakan:
“Kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral dan batubara yang meliputi
tahapan kegiatan penyeledikan umum, eksplorasi, studi kelayakan
(feasibility study), kontruksi, penambangan, pengolahan, dan pemurnian,
pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang”. 100
Adapun macam-macam IUP terbagi menjadi dua bagian yaitu:


IUP Eksplorasi, adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan
tahapan kegiatan usaha pertambangan, yang meliputi penyelidikan
umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.

99

Pasal 1 Angka 7 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara.
100
Pasal 1 Angka 6 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara

Universitas Sumatera Utara



IUP Operasi Produksi, yaitu izin usaha yanag diberikan setelah selesai
pelaksanaan IUP Ekplorasi untuk melakukan tahapan kegiatan operasi
produksi, yang meliputi kegiatan kontruksi, penambangan, pengolahan
dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan.

Maka dapat disimpulkan bahwa setiap mereka yang ingin mendapatkan izin
usaha pertambangan harus melalui beberapa tahapan. Adapun tahapan itu antara
lain adalah :


Penyelidikan Umum

Penyelidikan

umum

merupakan

tahapan

kegiatan

pertambangan

untuk

mengetahui :
− Kondisi geologi regional, yaitu keadaan struktur dan komposisi dari
mineral pada suatu wilayah tertentu. dan
− Indikasi adanya mineralisasi adalah tanda-tanda adanya bahan mineral
yang terdapat dalam wilayah tertentu.


Eksplorasi merupakan tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang:












Lokasi bahan galian;
Bentuk bahan galian;
Dimensi bahan galian;
Sebaran bahan galian;
Kualitas dan sumber daya terukur dari bahan galian; dan
Lingkungan sosial dan lingkungan hidup.

Universitas Sumatera Utara



Studi kelayakan (feasibility study)

adalah

tahapan kegiatan usaha

pertambangan untuk memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang
berkaitan, untuk menentukan :










Kelayakan ekonomis;
Kelayakan teknis usaha pertambangan;
Analisis mengenai dampak lingkungan; dan
Perencanaan pascatambang.

Operasi produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk
melakukan kegiatan produksi bahan yang meliputi:


Kontruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan
pembangunan seluruh fasilitas operasi prosuksi dan pengendalian
dampak lingkungan.



Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk
memproduksi mineral dan mineral ikutannya.



Pengolahan dan pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk
meningkatkan mutu mineral dan memanfaatkan dan memperoleh mineral
ikutan.



Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan
mineral dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian
sampai tempat penyerahan.



Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil
pertambangan.

Sementara itu, yang dapat mengajukan permohonan untuk memperoleh IUP
Mineral dan batubara, yaitu:

Universitas Sumatera Utara

a) Badan usaha, adalah setiap badan hukum yang bergerak dibidang
pertambangan yang didirikan berdasarkan ketentuan hukum indonesia dan
berkedudukan dalam wilayah NKRI. 101 Ciri badan usah yang dapat
mengajukan permohonan IUP adalah:






badan hukum yang bergerak dibidang pertambangan;
didirikan berdasarkan hukum indonesia; dan
kedudukan badan usaha, yaitu wilayah NKRI.

Adapun badan usaha dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:






badan usaha swasta nasional;
Badan Usaha Milik Negara (BUMN); dan
Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

b) Koperasi, adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau seorang
atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan atas asas kekeluargaan. 102
103

Adapun prinsip-prinsip dari koperasi itu senidir adalah sebagai berikut:


keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka bagi siapa saja yang
berminat untuk menjadi anggota dengan tanpa memalui suatu proses
formal dan materi tertentu;



pengelolaan usaha dilakukan secara demokratis dalam artian bahwa
setiap keputusan yang berhubungan dengan usaha haruslah melalui

101

Pasal 1 Angka 32 Undang-undang nomor 4 tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan
batubara
102

Pasal 1 Ayat 1 Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian.

103

Pasal 5 Undang-undang nomor 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian

Universitas Sumatera Utara

rapat anggota, pembentukan pengawas, penentuan pengurus, dan
penunjukan pengelola sebagai karyawan yang bekerja dikoperasi;


pembagian Sisa Hasil Usaha dilakukan secara adil sesuai dengan
besarnya jasa usaha masing-masing anggota.



Pemberian balas jasa yang diberikan kepada setiap anggota hanya
terbatas terhadap modal yang diberikannya.



kemandirian, dimana koperasi tidak terikat pada suatu organisasi
tertentu maupun bergantung kepada organisasi lainnya.

c) Perorangan, dapat berupa:




orang perorangan;
perseroan firma, adalah suatu perseroan yang didirikan untuk
melakukan suatu usaha untuk melakukan suatu usaha dibawah satu
nama

bersama. 104

Dalam

perseroan

firma,

tiap-tiap

persero

bertanggung jawab secara renteng untuk seluruh perikatan-perikatan
perseroannya 105;


Perseroan Komanditer, adalh perseroan yang dibentuk dengan cara
meminjamkan uang, didirikan antara seseorang atau beberapa orang
persero yang memiliki tanggung jawab renteng. 106

Dengan di berlakukanya UU No.4Tahun 2009 tentang mineral dan Batubara
secara secara otomatis membuat UU No.11 Tahun 1967 dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku. Maka berakhirlah rezim KP,SIPD,PKP2B dan kontrak karya akan
digantikan

dengan

Izin

Usaha

Pertambangan(“IUP”).Sedangkan

untuk

104

Pasal 16 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD)
Pasal 17 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD)
106
Pasal 19 Kitab Undang-undang Hukum Dagang

105

Universitas Sumatera Utara

KP,SIPD,Kontrak Karya dan PKP2B yang telah lahir sebelum berlakunya UU
No.4 Tahun 2009 tetap dihormati sampai masa berlakunya berakhir. Berikut
peraturan pelaksana dari UU No. 4 Tahun 2009:
a. PP No.22 Tahun 2010 tentang wilayah Pertambangan.
b. PP No.23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha.
c. PP No.55 Tahun 2010 tentang konsep kontrak perjanjian digantikan
dengan system IUP.

Dari penjelasan diatas terdapat perbedaan yang sangat jelas antara kontrak izin
pengusahaan pertambangan yang berlaku baik dimasing-masing masa peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

B. Syarat untuk mendapatkan izin usaha pertambangan Minerba
Setiap masyarakat baik individual, kelompok masyarakat maupun koperasi
dapat mengajukan permohonan untuk mendapatkan IUP, IUPK dan IPR. Adapun
syarat dan ketentuan untuk memiliki setiap izin tersebut adalah berbeda cara,
diantaranya adalah sebagai berikut.
Sebagaimana sudah dijelaskan pada bab sebelumnya, bahwa IUP terbagi
menjadi dua yaitu IUP Eksplorasi dan IUP Operasi Produksi. Adapun syarat
untuk mengajukan IUP tersebut secara umum adalah meliputi :
a. Administratif;
b. teknis;
c. lingkungan; dan
d. finansial.

Universitas Sumatera Utara

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh pemohon badan usaha
yaitu:
a. syarat untuk permohonan IUP yang bergerak dibidang mineral logam dan
batubara, yaitu:


surat permohonan;



susunan direksi dan daftar pemegang saham; dan



surat keterangan domisili perusahaan.

b. Sementara untuk pertambangan diluar mineral logam dan dan batuan,
yaitu:


surat permohonan;



profil badan usaha;



akte pendirian

badan usaha

yang

bergerak

dibidang

usaha

pertambangan yang telah disahkan oleh pejabat yang berwenang;


nomor pokok wajib pajak (NJOP);



susunan direksi dan daftar pemegang saham;



surat keterangan domisili.

Untuk permohonan admistratif oleh pemohon yang berbentuk koperasi
adalah sebagai berikut:
a. syarat mengajukan permohonan IUP dalam rangka pengelolaan mineral
logam dan batubara adalah sebagai berikut:






surat permohonan;
susunan pengurus; dan
surat keterangan domisili.

Universitas Sumatera Utara

b. syarat untuk permohonan IUP dalam rangka pengelolaan dibidang
bukan mineral bukan logam dan batuan antara lain:






surat permohonan;
profil koperasi;
akte pendirian koperasi yang bergerak dibidang pertambangan yang
telah disahkan oleh pejabat yang bewenang;







nomor pokok wajib pajak;
susuanan pengurus; dan
keterangan domisili.

Syarat adminsitratif untuk pemohon yang bersifat orang perorangan adalah
sebagai berikut:
a. syarat untuk mengajukan IUP dalam bidang pertambangan mineral
logam dan batubara adalah sebagai berikut:




surat permohonan; dan
surat keterangan domisili.

b. untuk IUP dalam bidang pertambangan mineral bukan logam dan
batuan, yaitu:








surat permohonan;
kartu tanda penduduk;
nomor pokok wajib pajak;
surat keterangan domisili.

Untuk perusahaan firma dan komanditer dalam permohonannya harus
memenuhi syarat adminsitratif yang sama dengan permohonan oleh perusahaan

Universitas Sumatera Utara

badan usaha.
Disamping syarat administratif, kepada pemohon IUP juga diminta untuk
memenuhi syarat teknis. Syarat teknis untuk mengajukan IUP eksplorasi yang
harus dilengkapi adalah :
a. daftar riwayat hidup dan surat pernyataan tenaga ahli pertambangan
dan/atau geologi yang berpengalaman paling sedikir 3 (tiga) tahun;
b. peta WIUP yang dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang
dan bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi geografi yang
berlaku secara nasional;
syarat teknis untuk mengajukan IUP Operasi produksi, meliputi:
a. peta wilayah dilengkapi dengan batas koordinat geografis lintang dan
bujur sesuai dengan ketentuan sistem informasi yang berlaku secara
nasional;
b. laporan lengkap eksplorasi;
c. laporan studi kelayakan;
d. rencana reklamsi dan pascatambang;
e. rencana kerja dan anggaran biaya;
f. rencana pembangunan sarana dan prasarana penunjang kegiatan operasi
produksi; dan
g. tersedianya

tenaga

ahli

pertambangan

dan/atau

geologi

yang

berpengalaman palaing sedikit 3 (tiga) tahun.
Pemohon IUP juga harus memenuhi persyaratan lingkungan. Pers