Tinjauan Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Hunian Tetap Desa Berastepu di Hamparan Desa Gajah Kecamatan Simpang Empat Kabupaten Karo

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sosial Ekonomi
Kehidupan sosial ekonomi harus dipandang sebagai sistem sosial yaitu
suatu keseluruhan bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam
satu kesatuan. Kehidupan sosial adalah kehidupan bersama manusia atau kesatuan
manusia yang hidup dalam suatu pergaulan. Oleh karena itu, kehidupan sosial
pada dasarnya ditandai dengan:
1. Adanya kehidupan bersama yang pada ukuran minimalnya berjumlah dua
atau lebih.
2. Manusia tersebut berhubungan dan hidup bersama dalam waktu yang
cukup lama. Oleh karena itu, berhubungan dan bergaul cukup lama dan
hidup bersama, maka akan terjadi adaptasi dan pengorganisasian perilaku
serta munculnya satu perasaan sebagai kesatuan (kelompok).
3. Adanya kesadaran bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4. Suatu kehidupan sistem bersama (Soleman dalam Herawati 2015:14)
Manusia selalu ingin memenuhi kebutuhan hidupnya baik moral maupun
material. Kebutuhan pokok atau basic human needs dapat dijelaskan sebagai
kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia. Kebutuhan
sosial ekonomi adalah perilaku sosial dari masyarakat yang menyangkut

interaksinya dan perilaku ekonomi dari masyarakat yang berhubungan dengan
pendapatan dan pemanfaatannya. Bila berbicara mengenai kehidupan sosial
ekonomi berarti juga membahas tentang kebutuhan dan bagaimana seseorang

11
Universitas Sumatera Utara

berusaha memenuhi kebutuhan tersebut dan pemanfaatan hasil ekonomi yang
diperoleh. Jadi, kehidupan sosial ekonomi yang dimaksud adalah cara-cara atau
strategi yang diterapkan seseorang dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari serta
pemanfaatan penghasilan atau hasil ekonomi yang diperoleh dan mengenai
keadaan hidup sehari-hari.
UNESCO (dalam Danim,1995:34) mengemukakan manusia dapat
dikatakan hidup layak jika mampu memenuhi kebutuhan hidup minimal (KHM).
Kebutuhan hidup minimal yang dimaksud meliputi sandang, pangan, papan,
pendidikan, dan kesehatan. Sedangkan menurut Abraham H. Maslow berpendapat
bahwa kebutuhan manusia membentuk suatu hierarki, yang terdiri atas lima
tingkatan, yaitu:
Tingkat 5 : Aktualisasi atau realisasi diri dengan indikator psikologik berupa:
keinginan mengembangkan diri secara optimal melalui usaha sendiri,

kreativitas dan ekspresi.
Tingkat 4 : Rasa hormat dengan indikator psikologik: menerima keberhasilan
diri, kompetensi, keyakinan, rasa diterima orang lain, apresiasi,
rekognisi, dan dignitas atau martabat.
Tingkat 3 : Rasa disertakan, rasa cinta dan aktivitas sosial dengan indikator
psikologik berupa: rasa bahagia berkumpul dan berserikat, perasaan
diterima dalam kelompok, rasa bersahabat dan afeksi.
Tingkat 2 : Rasa aman dengan indikator psikologik terhindar dari bahaya dan
bebas dari rasa takut atau terancam.
Tingkat 1 :

Fisik atau biologik dengan indikator lapar, haus, seks, rasa enak,
tidur dan istirahat.

12
Universitas Sumatera Utara

Melly G.Tan (dalam Herawati 2015:16) bahwa kedudukan sosial
ekonomi mencakup 3 (tiga) faktor yaitu pekerjaan, pendidikan dan penghasilan.
Pendapat diatas didukung oleh MaMahbud UI Hag dari Bank Dunia bersama

dengan James Grant dari Overseas Development Council mengatakan bahwa
kehidupan sosial ekonomi dititikberatkan pada pelayanan kesehatan, pendidikan,
perumahan, dan air yang sehat didukung dengan pekerjaan yang layak.

2.1.1 Indikator sosial ekonomi
Keadaan sosial ekonomi setiap orang itu berbeda-beda dan bertingkat,
ada yang keadaan sosial ekonominya tinggi, sedang, dan rendah. Sosial ekonomi
menurut Abdulsyani (1994) adalah kedudukan

atau posisi seseorang dalam

kelompok manusia yang ditentukan oleh jenis aktivitas ekonomi, pendapatan,
tingkat pendidikan, jenis rumah tinggal dan jabatan dalam organsasi. Sedangkan
menurut Soerjono Soekanto (2001) sosial ekonomi adalah posisi seseorang dalam
masyarakat berkaitan dengan orang lain dalam arti lingkungan pergaulan,
prestasinya, dan hak-hak serta kewajibannya dalam hubungannya dengan sumber
daya.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan pengertian
keadaan sosial ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan atau posisi
seseorang dalam masyarakat yang berkaitan dengan tingkat pendapatan,

pendidikan, pekerjaan, perumahan, kesehatan dan interaksi sosial.
2.1.1.1 Pendapatan
Pendapatan merupakan semua penerimaan seseorang sebagai balas
jasanya dalam proses produksi. Balas jasa tersebut bisa berupa upah, bunga, sewa,

13
Universitas Sumatera Utara

maupun laba tergantung pada faktor produksi yang dilibatkan dalam proses
produksi.
Defenisi lain dari pendapatan adalah sejumlah dana yang diperoleh dari
pemanfaatan faktor produksi yang dimiliki. Sumber pendapatan tersebut meliputi:
1. Sewa kekayaan yang digunakan oleh orang lain, misalnya menyewakan
rumah atau tanah.
2. Upah atau gaji karena bekerja kepada orang lain ataupun menjadi pegawai
negeri.
3. Bunga karena menanamkan modal di bank ataupun perusahaan, misalnya:
mendepositokan uang di bank dan membeli saham.
4. Hasil dari usaha wiraswasta, misalnya berdagang, berternak, mendirikan
perusahaan ataupun bertani.

Berdasarkan penggolongannya, Biro Pusat Statistik (2014) membedakan
pendapatan menjadi 4 golongan, yaitu:
1. Golongan pendapatan sangat tinggi adalah jika pendapatan rata-rata lebih
dari Rp 3.500.000,00 per bulan.
2. Golongan pendapatan tinggi adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp
2.500.000,00 s/d Rp 3.500.000,00 per bulan
3. Golongan pendapatan sedang adalah jika pendapatan rata-rata antara Rp
1.500.000,00 s/d Rp 2.500.000,00 per bulan
4. Golongan pendapatan rendah adalah jika pendapatan rata-rata Rp
1.500.000,00 per bulan (HR Luhung).
Pendapatan merupakan variabel yang secara langsung mempengaruhi
apakah seseorang atau sekelompok orang akan mampu atau tidak mampu

14
Universitas Sumatera Utara

memenuhi kebutuhan hidupnya agar dapat hidup secara layak sebagai manusia
yang memiliki harkat dan martabat. Anggapan tersebut mudah dipahami bahkan
diterima, menggingat pendapatan dapat digunakan sebagai alat untuk memperoleh
barang dan jasa yang dibutuhkan agar seseorang atau sekelompok orang itu

mampu memenuhi kebutuhan hidupnya (Siagian,2012:69).
2.1.1.2 Pekerjaan
Pekerjaan dalam arti luas adalah aktivitas utama yang dilakukan oleh
manusia. Sedangkan dalam arti sempit, istilah pekerjaan digunakan untuk suatu
tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang. Jadi dapat diketahui
pekerjaan adalah sebuah aktivitas antar manusia untuk saling memenuhi
kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini pendapatan atau penghasilan.
Penghasilan tersebut yang nantinya akan digunakan sebagai pemenuhan
kebutuhan, baik ekonomi, psikis maupun biologis. Hal ini dikarenakan manusia
perlu bekerja untuk dapat mempertahankan hidupnya.
Jenis pekerjaan dapat dibedakan menjadi 2 macam yakni:
a. Pekerjaan sektor formal
Pekerjaan sektor formal adalah kegiatan usaha yang bentuknya
terorganisasi, cara atau jam kerjanya teratur, pembiayaanya dari sumber
resmi dan menggunakan buruh dengan tingkat upah tertentu.
b. Pekerjaan sektor informal
Pekerjaan sektor informal adalah kegiatawn usaha yang bentuknya tidak
terorganisasi (kebanyakan usaha sendiri) cara atau jam kerjanya tidak
teratur, modal kerja dibiayai sendiri atau sumber tak resmi, serta dominan
dikerjakan oleh anggota keluarga.


15
Universitas Sumatera Utara

2.1.1.3 Pendidikan
Pendidikan menurut C.A.Anderson dalam Danim(1995:66) merupakan
sinonim dari sosialisasi, dimana menggamit seluruh komunikasi pengetahuan dan
pembentukan nilai-nilai, sebagai inti utamanya adalah bimbingan terhadap anak
oleh

orang

dewasa.

President’s

Commission

on


Higher

Education

mengemukakan bahwa pendidikan adalah suatu lembaga yang muncul pada
masyarakat beradab, akan tetapi tujuan pendidikan tidak selalu sama dalam setiap
masyarakat. Sistem dan tujuan pendidikan didasarkan atas prinsip-prinsip nilai,
cita-cita dan falsafah yang berlaku dalam suatu masyarakat atau bangsa.
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyatakan bahwa
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya, pada dasarnya jenjang
pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat
perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang
dikembangkan..
Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan
mengembangkan manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan

jasmani

dan

rohani,

kepribadian

yang

mantap

dan

bertanggungjawab

kemasyarakatan dan kebangsaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan
diselenggarakan melalui jalur pendidikan sekolah (pendidikan formal) dan jalur

16

Universitas Sumatera Utara

pendidikan luar sekolah (pendidikan nonformal). Jalur pendidikan sekolah
(pendidikan formal)

terdapat jenjang pendidikan sekolah, jenjang pendidikan

sekolah pada dasarnya terdiri dari pendidikan prasekolah, pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.
1. Pendidikan prasekolah
Menurut PP No. 27 Tahun 1990, pendidikan prasekolah adalah pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani
peserta didik di luar lingkungan keluarga sebelum memasuki pendidikan
dasar, diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau di jalur pendidikan
luar sekolah.
2. Pendidikan dasar
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 17 menyatakan bahwa
pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang
pendidikan menengah. Pendidikan dasar berbentuk Sekolah Dasar (SD) dan
Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah

Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk
lain yang sederajat.
3. Pendidikan menengah
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 18 menyatakan bahwa
pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan
menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA),
Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan
Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain yang sederajat.

17
Universitas Sumatera Utara

4. Pendidikan tinggi
Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 19 menyatakan bahwa
pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan
menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister,
spesialis, dan doktor yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.
Pendidikan tinggi diselenggarakan dengan sistem terbuka.
2.1.1.4 Kesehatan
Kesehatan adalah elemen terpenting dalam kehidupan yang sangat
dibutuhkan oleh manusia. Sesuai dengan isi dari UU Kesehatan Nomor 36 Tahun
2009 pasal 4 yang berbunyi “ Setiap orang berhak atas kesehatan”. Sehat sebagai
hak hidup yang merupakan hak dasar yang tidak bisa diganggu gugat dalam
keadaan apapun. “Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh kesehatan”. Ketentuan ini terdapat dalam Undang-undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD NKRI 1945) pasal 28H ayat 1.
2.1.1.5 Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau hunian yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan yaitu
kelengkapan fisik lingkungan, misalnya penyediaan air minum, pembuangan
sampah, tersedianya listrik, telepon, dan jalan yang memungkinkan lingkungan
pemukiman sebagai mana mestinya.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan
dan Pemukiman, terdapat beberapa pengertian dasar, yaitu:

18
Universitas Sumatera Utara

1. Perumahan dan kawasan pemukiman adalah satu kesatuan sistem yang
terdiri atas pembinaan, penyelenggaraan perumahan, penyelenggaraan
kawasan permukiman, pemeliharaan dan perbaikan, pencegahan dan
peningkatan kualitas terhadap perumahan kumuh dan permukiman kumuh,
penyediaan tanah, pendanaan dan sistem pembiayaan serta peran
masyarakat.
2. Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik
perkotaan maupun pedesaan yang dilengkapi dengan prasarana, sarana dan
fasilitas umum sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni.
3. Kawasan permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar
kawasan lindung, baik berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan, yang
berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan
tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan.
4. Lingkungan hunian adalah bagian dari kawasan pemukiman yang terdiri
atas lebih dari satu satuan permukiman.
5. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hunian yang terdiri atas lebih
dari satu satuan perumahan yang mempunyai prasarana, sarana, fasilitas
umum, serta mempunyai penunjang kegiatan fungsi lain di kawasan
perkotaan atau kawasan pedesaan.
6. Penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman adalah kegiatan
perencanaan, pembangunan, pemanfaatan, dan pengendalian, termasuk
didalamnya

pengembangan

kelembagaan,

pendanaan

dan

sistem

pembiayaan, serta peran masyarakat yang terkoordinasi dan terpadu.

19
Universitas Sumatera Utara

7. Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal
yang layak huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan
martabat penghuninya, serta aset bagi pemiliknya.
8. Rumah komersial adalah rumah yang diselenggarakan dengan tujuan
mendapatkan keuntungan.
9. Rumah swadaya adalah rumah yang dibangun atas prakarsa dan upaya
masyarakat.
10. Rumah umum adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
11. Rumah khusus adalah rumah yang diselenggarakan untuk memenuhi
kebutuhan khusus.
2.1.1.6 Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah proses sosial yang menyangkut hubungan timbal
balik antarpribadi, kelompok, maupun pribadi dengan kelompok. Interaksi sosial
tersebut merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Mengingat
dalam interaksi sosial tersebut disamping ruang lingkupnya sangat luas dan
bentuknya yang dinamis.
Konsep interaksi sosial merupakan konsep penting untuk dipahami,
karena sesungguhnya tidak ada orang hidup dalam keterisolasian dan keterasingan
yang terus-menerus. Sebagai makhluk sosial, manusia selalu mengembangkan
interaksi

sosialnya

sebagai

manifestasi

interdependensi

antarsesamanya.

Kehidupan masyarakat tidak terlepas dari aktivitas interaksi sosial. Manusia selalu
berinteraksi baik secara individual maupun kelompok. Interaksi sosial itu dapat

20
Universitas Sumatera Utara

terjadi melalui proses-proses sugesti, identifikasi,simpati dan imitasi (Soekanto
dalam Supardan,2009:140).

2.2 Strategi Bertahan Hidup
Menurut Suharto (2009) strategi bertahan hidup

dalam mengatasi

goncangan dan tekanan ekonomi dapat dilakukan dengan berbagai strategi.
Strategi bertahan hidup dapat digolongkan menjadi 3 kategori:
1. Strategi Aktif
Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan
cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Strategi aktif merupakan
strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan
segala

potensi

keluarga

(misalnya

melakukan

aktivitas

sendiri,

memperpanjang jam kerja dan melakukan apapun demi menambah
penghasilannya). Strategi aktif yang biasanya dilakukan petani kecil
adalah dengan diversifikasi penghasilan atau mencari penghasilan
tambahan dengan cara melakukan pekerjaan sampingan.
2. Strategi Pasif
Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan
cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto
yang menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi bertahan hidup
dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk
sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya).

21
Universitas Sumatera Utara

3. Strategi Jaringan
Strategi

jaringan

adalah

strategi

yang

dilakukan

dengan

cara

memanfaatkan jaringan sosial. Strategi jaringan merupakan strategi
bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi . baik formal
maupun dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan
(misalnya: meminjam uang kepada tetangga, mengutang di warung atau
toko, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir
atau bank dan sebagainya) (Rifki Fandi W.2016:21).

2.3 Masyarakat
Masyarakat merupakan istilah yang lazim dipakai untuk menyebut
kesatuan-kesatuan hidup manusia, baik dalam tulisan ilmiah maupun dalam
bahasa sehari-hari. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari
kata Latin socius, yang berarti “kawan”. Istilah masyarakat sendiri berasal dari
akar kata Arab syaraka yang berarti “ikut serta, berpatisipasi”. Jadi dapat
disimpulkan masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinu, dan yang terikat
oleh suatu rasa identitas bersama (Koentjaraningrat,2002:146).
Kata masyarakat dalam bahasa Inggris diterjemahkan menjadi dua
pengertian, yaitu society dan community. Dengan lain perkataan, masyarakat
sebagai community cukup memperhitungkan dua variasi dari suatu yang
berhubungan dengan kehidupan bersama (antarmanusia) dan lingkungan alam.
Jadi, ciri dari community ditekankan pada kehidupan bersama dengan bersandar
pada lokalitas dan derajat hubungan sosial atau sentimental.

22
Universitas Sumatera Utara

Selo

Soemardjan

(dalam

Supardan,2009:28)

menyatakan

bahwa

masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama dan menghasilkan
kebudayaan. Pengertian masyarakat terdiri atas beberapa unsur:
a. Manusia yang hidup bersama. Dalam ilmu sosial, tidak ada angka mutlak
ataupun pasti untuk menentukan jumlah manusia yang harus dipersyaratkan.
b. Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Dalam hal waktu pun tidak
ditentukan berapa lama sebagai standar minimal mereka berkumpul. Yang
terpenting bahwa dengan berkumpulnya manusia di tempat yang sama itu
memberikan

kemungkinan

lahirnya

manusia-manusia

baru.

Mereka

berinteraksi satu sama lain, bercakap-cakap, saling mengerti, dan merasakan
kebersamaannya. Sebagai akibatnya, timbul sistem dan peraturan-peraturan
yang mengatur hubungan antara manusia dalam kelompok tersebut.
c. Mereka menyadari akan kesatuan maupun perbedaan.
d. Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama
menimbulkan kebudayaan karena setiap anggota kelompok merasa dirinya
terikat satu dengan lainnya.
Menurut Abdul Syani dalam Basrowi (2005:37) mengemukakan
masyarakat sebagai community dapat dilihat dari dua sudut pandang. Pertama,
memandang community sebagai unsur statis, artinya community terbentuk dalam
suatu wadah atau tempat

dengan batas-batas tertentu, maka ia menunjukkan

bagian dari kesatuan-kesatuan masyarakat sehingga ia dapat pula disebut sebagai
masyarakat setempat, misalnya kampung, dusun atau kota-kota kecil. Masyarakat
setempat adalah suatu wadah dan wilayah dari kehidupan sekelompok orang yang
ditandai oleh adanya hubungan sosial. Di samping itu, dilengkapi pula oleh

23
Universitas Sumatera Utara

adanya perasaan sosial,nilai-nilai dan norma-norma yang timbul atas akibat dari
adanya pergaulan hidup bersama manusia. Kedua, community dipandang sebagai
unsur yang dinamis, artinya menyangkut suatu proses(nya) yang terbentuk melalui
faktor psikologis dan hubungan antar manusia, maka didalamnya ada yang
sifatnya fungsional.
Pelly dan Menanti dalam Basrowi (2005:39) mengemukakan hakikat
masyarakat sebagai berikut:
a. Masyarakat merupakan sekumpulan manusia yang memiliki budaya sendiri
dan bertempat tinggal di daerah teritorial tertentu. Anggota masyarakat itu
memiliki rasa persatuan dan menganggap mereka memiliki identitas sendiri.
b. Masyarakat merupakan wadah sosialisasi dan transmisi nilai dan norma dari
generasi ke generasi. Dengan demikian, masyarakat adalah salah satu wujud
dari kesatuan hidup sosial manusia.
Abdul Syani dalam Basrowi (2005:41) menyebutkan masyarakat ditandai
oleh ciri-ciri:
a. Adanya interaksi;
b. Ikatan pola tingkah laku yang khas di dalam semua aspek kehidupan yang
bersifat mantap dan kontinu;
c. Adanya rasa identitas terhadap kelompok, dimana individu yang
bersangkutan menjadi anggota kelompoknya.
Menurut Syani dalam Basrowi (2005:42) mengemukakan ada beberapa
unsur yang terkandung dalam istilah masyarakat, antara lain sebagai berikut:
a. Sejumlah manusia yang hidup bersama dalam waktu yang relatif lama; di
dalamnya manusia dapat saling mengerti dan merasa serta mempunyai

24
Universitas Sumatera Utara

harapan-harapan sebagai akibat dari hidup bersama itu. Terdapat sistem
komunikasi dan peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar
manusia dalam masyarakat tersebut.
b. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu kesatuan.
c. Manusia yang hidup bersama itu merupakan suatu sistem hidup bersama.
Yaitu hidup bersama yang menimbulkan kebudayaan, oleh karenanya setiap
anggota masyarakat merasa dirinya masing-masing terikat dengan
kelompoknya.

2.4 Bencana
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2002
tentang Penanggulangan Bencana mendefenisikan bencana adalah peristiwa atau
rangkaian yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkugan, kerugian harta benda dan dampak psikologis.
2.4.1 Jenis bencana
Menurut Undang-undang No.24 Tahun 2007, bencana diklasifikasikan
atas 3 jenis sebagai berikut:
1. Bencana alam
Yaitu bencana yang bersumber dari fenomena alam seperti gempa
bumi, letusan gunug api, meteor, pemanasan global, banjir, topan
dan tsunami.

25
Universitas Sumatera Utara

2. Bencana non alam
Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau rangkaian
peristiwa nonalam yang antara lain berupa gagal teknologi, gagal
modernisasi, epidemi, dan wabah penyakit.
3. Bencana sosial
Adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian
peristiwa yang diakibatkan oleh manusia yang meliputi konflik
sosial antar kelompok atau antar komunitas masyarakat dan teror
(Ramli,2010:18).
Jenis bencana dikelompokkan ke dalam enam kelompok berikut:
1. Bencana geologi,
2. Bencana hydro-meteorologi,
3. Bencana biologi,
4. Bencana kegagalan teknologi,
5. Bencana lingkungan,
6. Bencana sosial dan,
7. Kedaruratan kompleks yang merupakan kombinasi dan situasi bencana
pada suatu daerah konflik (Nurjanah, 2013:20).
2.4.2Dampak bencana
Dampak bencana adalah akibat yang timbul dari kejadian bencana.
Dampak bencana dapat berupa korban jiwa, luka, pengungsian, kerusakan pada
infrastruktur/aset, lingkungan/ekosistem, harta benda, penghidupan, gangguan
pada stabilitas sosial, ekonomi, politik, hasil-hasil pembangunan, dan dampak
lainnya yang pada akhirnya dapat menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat.

26
Universitas Sumatera Utara

Besar-kecilnya dampak bencana tergantung pada tingkat ancaman (hazard),
kerentanan

(vulnerability),

dan

kapasitas/kemampuan

(capacity)

untuk

menanggulangi bencana.

2.5 Relokasi Mandiri Gunung Sinabung
Pengertian relokasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ialah
pemindahan tempat. Relokasi adalah proses pemindahan suatu tempat dari lokasi
yang satu ke lokasi yang lainnya dan biasanya jarak dari lokasi yang awal ke
lokasi yang baru cukup jauh dan bisa mempengaruhi hal-hal yang ada
didalamnya.
Relokasi mandiri dalam pengertian teknis yakni masyarakat menyiapkan
lahan usaha tani dan atau lahan tapak rumah dan pembangunan rumah secara
swakelola kelompok dan secara teknis didampingi oleh tim pendamping.
Pengertian relokasi mandiri dalam petunjuk teknis adalah masyarakat
menyiapkan lahan usaha tani dan atau lahan tapak rumah dan pembangunan
rumah secara swakelola kelompok dan secara teknis didampingi oleh tim
pendamping. Adapun pilihan kategorinya adalah menyiapkan lahan tapak dan
pembangunan rumah secara berkelompok di satu hamparan terpisah atau menyatu
dengan lahan usaha tani dan masih di dalam wilayah Kabupaten Karo ;
menyiapkan lahan tapak dan pembangunan rumah secara tidak berkelompok,
terpisah, atau menyatu dengan lahan usaha tani dan masih dalam wilayah
Kabupaten Karo ; proses penyiapan lahan usaha tani dan atau penyiapan lahan
tapak rumah dan pembangunan rumah, serta pengelolaan dan bantuan
dilaksanakan secara swakelola melalui pengorganisasian dan pendampingan

27
Universitas Sumatera Utara

kelompok yang dibentuk dan beranggotakan warga masyarakat yang telah
ditetapkan sebagai penerima bantuan relokasi.
Adapun jumlah penerima bantuan relokasi mandiri ditetapkan berjumlah
1.682 yang berasal dari Desa Berastepu, Desa Gurukinayan, Desa Gamber dan
Desa Kutatonggal sedangkan yang sudah menetapkan pilihan (sudah diverifikasi)
lokasi lahan dan tapak pembangunan rumah baru sebanyak 26% dan sebanyak
37% sudah menetapkan pilihan (sudah diverifikasi) lokasi lahan usaha tani.
Hingga saat ini, telah dibentuk Aron Pembangunan (Panitia Pembangunan
Rumah) di lokasi hamparan LTR (Desa Gajah, Desa Nangbelawan I, Desa
Ndokum Siroga, Desa Kuta Mbelin dan Desa Manuk Mulia) dan saat ini sedang
difasilitasi penyusunan perencanaan teknis pembangunan rumah dan pemukiman
didampingi oleh Tim Rekompak Kementerian PU Pera bersama dengan Tim
Pendamping Relokasi Mandiri (Kemenkopmk,2016).

2.6 Penelitian yang Relevan
Rujukan penelitian pertama yaitu skripsi Lonaria Sitepu alumni
Universitas Sumatera Utara

tahun 2012 dengan judul Pola Adaptasi Sosial

Ekonomi Masyarakat Pasca Bencana Alam Gunung Sinabung (Studi Kasus pada
Masyarakat Desa Suka Meriah Kecamatan Payung Kabupaten Karo). Dalam
penelitiannya peneliti menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif yang menggambarkan bagaimana pola adaptasi sosial ekonomi yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Suka Meriah untuk dapat bertahan (eksis)
menjalani kehidupan sehari-hari pasca bencana alam Gunung Sinabung.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dengan cara menginterpretasi data-

28
Universitas Sumatera Utara

data penelitian, baik hasil observasi maupun hasil wawancara, masyarakat Desa
Suka Meriah menggunakan beberapa pola adaptasi sosial ekonomi.
Pola adaptasi yang dilakukan adalah dengan menjaga hubungan di
lingkungan sosial (sesama warga/keluarga) untuk dapat menjadi sebuah
modal/aset sosial yang telah terbentuk pascabencana alam. Aset sosial merupakan
hubungan atau jalinan sosial yang telah warga desa kembangkan dan dibina di
lingkungan mereka sehingga pada kondisi sosial ekonomi terdesak memerlukan
uang mereka menggunakan modal sosial yang dilakukan dengan meminjam uang
mereka menggunakan modal sosial yang dilakukan dengan meminjam uang
keluarga dan memanfaatkan keterampilan yang dimiliki warga. Pola adaptasi yang
dilakukan oleh masyarakat Desa Suka Meriah adalah memanfaatkan seluruh
tenaga mereka dengan menjadi buruh harian lepas dan mengelola lingkungan
alam mereka kembali. Sehingga kehidupan masyarakat Desa Suka Meriah saat ini
identik dengan “mengadakan yang tidak ada” dengan cara lebih mengurangi
pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari.
Rujukan penelitian kedua yaitu skripsi Herawati Anastasia Situmorang
alumni Universitas Sumatera Utara tahun 2015 dengan judul Analisis Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Pasca Erupsi Gunung Sinabung di Desa Kutambelin
Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo . Dalam penelitiannya peneliti
menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian yang
dilakukan bertujuan untuk mengetahui gambaran kondisi sosial ekonomi
masyarakat dan strategi hidup masyarakat pasca erupsi Gunung Sinabung di Desa
Kutambelin Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo. Strategi hidup yang
dilakukan warga Desa Kutambelin dengan menjadi aron atau buruh harian lepas

29
Universitas Sumatera Utara

di ladang yang masih dapat diolah untuk memulihkan kembali keadaan
perekonomian keluarganya. Sedangkan kondisi masalah sosial ekonomi
masyarakat Desa Kutambelin menurun. Hal ini karena lahan pekerjaan yang
semakin sulit akibat ladang milik sendiri yang belum bisa ditanami sehingga
berakibat kepada pendapatan yang menurun.
Penelitian yang dilakukan oleh peneliti tidak jauh berbeda dengan
penelitian sebelumnya yang meneliti tentang kehidupan masyarakat pasca erupsi
Gunung Sinabung. Dalam penelitian ini juga dilakukan untuk mengetahui
kehidupan sosial ekonomi masyarakat korban erupsi Gunung Sinabung terutama
masyarakat hunian tetap (huntap) asal Desa Berastepu Kecamatan Simpang Empat
Kabupaten Karo. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif.

2.7 Kerangka Pemikiran
Meletusnya Gunung Sinabung yang terus berlangsung hingga saat ini
memberikan dampak yang besar. Dampaknya terutama dalam kerugian dan
kerusakan yang diakibatkan oleh erupsi seperti sektor ekonomi produktif meliputi
pertanian, perkebunan, peternakan, perdagangan, pariwisata, perikanan, UKM
serta industri. Tidak hanya dalam sektor ekonomi tetapi juga berdampak besar di
sektor permukiman dan infrastruktur lainnya.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyusun
rencana aksi rehabilitasi dan rekonstruksi pasca erupsi Gunung Sinabung.
Rencana tersebut telah selesai dilaksanakan yakni pembangunan pemukiman di
wilayah Siosar Kecamatan Merek dan saat ini pembangunan pemukiman relokasi
mandiri.

30
Universitas Sumatera Utara

Relokasi mandiri hunian tetap merupakan tahap kedua untuk penanganan
korban erupsi Gunung Sinabung yang dilakukan secara mandiri dan Pemerintah
tidak lagi menyiapkan lahan untuk korban erupsi. Relokasi mandiri tahap kedua
ini diberlakukan karena izin pembukaan lahan hutan untuk relokasi tahap kedua
tidak keluar maka diputuskan masyarakat secara berkelompok mencari sendiri
areal untuk pembangunan rumah dan ladang. Sedangkan fasilitas umum
pendukung perumahan nantinya disiapkan oleh pemerintah.
Proses relokasi mandiri hunian tetap ini memberikan dampak yang sangat
besar bagi masyarakat zona merah Gunung Sinabung terutama untuk Desa
Berastepu yang menjadi sasaran program relokasi mandiri. Warga desa dari zona
merah Gunung Sinabung tidak hanya kehilangan lahan pertanian mereka di
desanya tetapi juga harus meninggalkan desa yang mereka tempati selama
bertahun-tahun. Banyak diantara penduduk yang sebenarnya tidak rela untuk
meninggalkan desa tetapi karena keadaan menuntut mereka hanya dapat pasrah.
Keadaan inilah yang mempengaruhi kehidupan sosial ekonomi masyarakat tahap
relokasi mandiri Gunung Sinabung ini berubah. Segala usaha aktivitas
perekonomian dilakukan korban Sinabung untuk memenuhi kebutuhan hidup
keluarga.
Salah satu wilayah yang menjadi daerah relokasi mandiri

Gunung

Sinabung adalah Kecamatan Simpang Empat.Salah satu desa di Kecamatan
Simpang Empat adalah Desa Gajah. Desa Gajah menjadi salah satu sasaran
wilayah untuk relokasi mandiri hunian tetap Gunung Sinabung karena di Desa
Gajah masih memiliki hamparan wilayah yang cocok untuk 1(satu) kelompok

31
Universitas Sumatera Utara

relokasi mandiri yang terdiri dari empat puluh (40) kepala keluarga yang berasal
dari Desa Berastepu.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dibuat dalam skema yang
menggambarkan kerangka pemikiran yaitu sebagai berikut:

32
Universitas Sumatera Utara

Bagan 2.1 Alur Pikir

Bencana Alam Gunung
Sinabung

Masyarakat Desa Berastepu

Relokasi Hunian Tetap

Hamparan Desa Gajah Kecamatan
Simpang Empat Kabupaten Karo

Kehidupan Sosial dan Ekonomi

Sosial:

Ekonomi:

Interaksi Sosial

1. Pendapatan

1. interaksi dengan individu

2. pekerjaan

2. interaksi dengan kelompok

3. Pendidikan

3. perkumpulan

4. Kesehatan
5. perumahan

33
Universitas Sumatera Utara

2.8 Defenisi Konsep
Untuk menghindari salah pengertian atau makna konsep-konsep yang
dijadikan obyek

penelitian, maka seorang peneliti harus menegaskan dan

memahami makna-makna konsep yang diteliti. Proses dan upaya penegasan dan
pembatasan makna konsep dalam suatu penelitian disebut dengan defenisi konsep.
Secara sederhana defenisi disini diartikan sebagai batasan arti. Defenisi konsep
adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu
penelitian (Siagian, 2011:138).
Konsep adalah suatu makna yang berada di alam pikiran atau di dunia
kepahaman manusia yang dinyatakan kembali dengan sarana lambang perkataan
atau kata-kata. Dengan demikian, konsep bukanlah objek gejalanya itu sendiri,
konsep adalah suatu hasil pemaknaan di dalam intelektual manusia yang memang
merujuk ke gejala nyata ke alam empiris. Konsep adalah sarana merujuk kedunia
empiris, dan bukan merupakan refleksi sempurna (mutlak) dunia empiris bahkan
konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri (Suyanto, Sutinah, 2005:49)
Memahami pengertian mengenai konsep-konsep yang akan digunakan,
maka peneliti membatasi konsep yang digunakan sebagai berikut:
1. Yang dimaksud dengan tinjauan dalam penelitian ini adalah melihat atau
meninjau mengenai sesuatu hal dan kemudian mendeskripsikan hasil
peninjauan tersebut dengan sebuah pendapat mengenai apa yang sedang
berlangsung atau fenomena apa yang terlihat.
2. Yang dimaksud dengan sosial dalam penelitian ini adalah melihat interaksi
yang dilakukan oleh individu dengan individu dan individu dengan
kelompok di masyarakat.

34
Universitas Sumatera Utara

3. Yang dimaksud dengan ekonomi dalam penelitian ini adalah kedudukan
atau posisi seseorang dalam kelompok masyarakat yang ditentukan oleh
jenis pendidikan, pendapatan, pekerjaan dan kesehatan.
4. Yang dimaksud dengan masyarakat dalam penelitian ini adalah kesatuan
manusia yang hidup dan saling berinteraksi secara individu maupun
kelompok yang merupakan masyarakat Desa Berastepu yang relokasi
hunian tetap di Hamparan Desa Gajah.
5. Yang dimaksud dengan relokasi hunian tetap dalam penelitian ini adalah
masyarakat yang menyiapkan lahan usaha tani dan atau lahan tapak rumah
dan pembangunan rumah secara swakelola kelompok dan secara teknis
didampingi oleh tim pendamping dimana dana yang digunakan dikelola
secara swakelola kelompok.
6. Yang dimaksud dengan Hamparan Desa Gajah dalam penelitian ini adalah
salah satu wilayah yang menjadi daerah tempat pembangunan pemukiman
bagi korban erupsi Gunung Sinabung yang berasal dari desa zona merah
Gunung Sinabung yaitu Desa Berastepu.

35
Universitas Sumatera Utara