Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara Chapter III V

16

METODE PENELITIAN

Waktu dan Tempat
Penelitian inidilaksanakan pada bulan Pebruari 2017 sampai dengan Maret
2017 di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat
Provinsi Sumatera Utara.Identifikasi Gastropoda dilakukan di Laboratorium
Terpadu Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Pertanian Universitas
Sumatera Utara. Pengukuran parameter fisik dan kimia perairan dilakukan
langsung di lapangan dan pengukuran tipe substrat dilakukan di Laboratorium
Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Peta lokasi
penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.

*Skala untuk diprint di kertas A4

Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

Universitas Sumatera Utara

17


Alat dan Bahan
Alat yang digunakan adalah parang, tali rafia, kantong plastik, toples,
kompas, Global Positioning System (GPS), alat tulis, kamera digital, kertas
milimeter, meteran, refraktometer, termometer dan toolbox.
Bahan yang digunakan adalah sampel Gastropoda, tissue, kertas label,
karet, tally sheet, alkohol 70 %, buku identifikasi mangrove (Noor, dkk., 2006)
dan buku identifikasi Moluska (Carpenter dan Niem, 1998).

Prosedur Pengambilan SampelBiota
Metode yang digunakan adalah purposive random sampling yang dibagi
menjadi 3 stasiun.Setiap stasiun pengamatan ditetapkan sebanyak 3 plot dengan
area sepanjang transek garis tegak lurus dari arah perairan ke daratan yang
didominasi

jenis

mangroveRhizophora

apiculata,


Avicennia

lanata

dan

Sonneratia alba dengan transek kuadrat 10 x 10 m2, dimana pada plot tersebut
terdapat sub plot ukuran 1m×1m yang diletakkan untuk mengamati dan
mengidentifikasi biota gastropoda. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut (Lina dkk, 2015) :
a. Pengambilan sampel Gastropoda dilakukan di dalam transek pengamatan
vegetasi mangrove 10m × 10m.
b. Dalam setiap plot transek 10m ×10 m tersebut dibuat sub petak dengan tiga titik
yang ditempatkan secara acak, dimana masing-masing titik tersebut
menggunakan transek 1m×1m.

Universitas Sumatera Utara

18


c. Pengambilan contoh gastropoda dilakukan pada masing-masing sub petak, yaitu
pada saat air laut surut sehingga mempermudah dalam menghitung dan
mengidentifikasi jenis - jenis gastropoda.
d. Pengambilan biota dilakukan pada substrat, akar , batang dan daun sampai
batas pasang tertinggi.
e. Contoh biota diambil dengan menggunakan sekop (infauna) dan tangan (hand
picking) untuk yang dipohon dan epifauna, selanjutnya biota tersebut
dimasukkan kedalam plastik sampel yang telah diberi larutan alkohol 70% dan
disertakan juga lebel keterangan lokasi stasiun, trasnsek, plot dan tanggal
pengambilan sampel dan selanjutnya diidentifikasi jenisnya.

Deskripsi Stasiun Pengambilan Sampel
Stasiun I :
Lokasi pengambilan sampel pada stasiun I dapat dilihat pada Gambar 5.
Secara geografis letak titik koordinat 04°07’39,71” LU - 098°31’37,87” BTdan
04°08’04,81” LU - 098°31’35,42” BT. Kondisi stasiun I berdekatan dengan tepi
pantai dan terpengaruh oleh pasang surut air laut. Terdapat lokasi pertanian di
sekitar kawasan mangrove.Area ini didominasi mangrove jenis Avicennialanata
pada tepi luarnya.Kondisi stasiun I dapat dilihat pada Gambar 5.


Universitas Sumatera Utara

19

Gambar 5. Stasiun I

Stasiun II :
Lokasi pengambilan sampel pada stasiun II dapat dilihat pada Gambar
6.Secara geografis letak titik koordinat

04°02’36,799” LU - 098°17’46,498”

BTdan 04°02’48,8” LU - 098°17’48,314” BT. Terdapat kawasan pemukiman
disekitar mangrove. Stasiun ini merupakan area hutan yang cukup luas yang
didominasi

mangrove

jenis


Rhizophora

apiculata

dan

beberapa

jenis

mangroveRhizophora stylosa, Avicennia alba dan Sonneratia alba. Kondisi
stasiun II dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Stasiun II

Universitas Sumatera Utara

20


Stasiun III:
Lokasi pengambilan sampel pada stasiun II dapat dilihat pada Gambar
7.Secara geografis letak titik koordinat

04°03’47,481” LU - 098°16’41,212”

BTdan 04°03’47,371” LU - 098°16’43,271” BT. Area ini didominasi mangrove
jenis Sonneratia alba dan beberapa jenis mangrove yang jumlahnya sedikit yaitu
Rhizophora apiculata dan Avicennia alba .Area ini berdekatan dengan kawasan
wisata

mangrove.Stasiun

ini

memiliki

substrat

yang


pada

umumnya

lumpur.Kondisi stasiun III dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Stasiun III

Pengumpulan Data
Data

yang

keanekaragaman

dikumpulkan

Gastropoda,


adalah

kualitas

berupa

perairan,

kepadatan
pH

substrat

Gastropoda,
serta

tipe

substrat.Pengumpulan data dilakukan secara in situ dan pengamatan laboratorium.


Universitas Sumatera Utara

21

Pengambilan Contoh Substrat
Pengambilan contoh substrat diambil menggunakan pipa paralon. Proses
ini dilakukan pada saat perairan surut bersamaan dengan pengambilan sampel
Gastropoda. Contoh substrat dianalisis di laboratorium.Beberapa karakteristik
substrat yang dianalisis meliputi nilai pHdan tekstur substrat. Pengambilan sampel
ini dilakukan secara acak pada plot 1, plot 2 dan plot 3 pada masing-masing
stasiun pengamatan.

Pengambilan Data Parameter Fisika Kimia Perairan
Pengukuran parameter fisika kimia perairan dilakukan sebanyak tiga kali
dengan interval waktu 2 minggu selama 2 bulan.Dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Parameter Fisik Kimia Perairan yang diukur
Parameter
Fisika
Suhu
Jenis Substrat

Kimia
Salinitas
pH Substrat

Satuan

Alat/Metode

Tempat Analisis

o

Termometer
GravimetriEx situ

In situ

C
-


-

Ppt Refraktometer
In situ
pH Meter Ex situ

Universitas Sumatera Utara

22

Analisis Data
Analisis Biota
1. Kepadatan Biota
Kepadatan biota dihitung jumlah individu yang didapat dalam satu plot per
Luas daerah Plot tersebut, yaitu :
K=

ni
A

Keterangan :
K : Kepadatan
ni : Jumlah individu suatu jenis
A : Luas area (Brower dan Zar, 1977 dalam Saptarini dkk, 2011)

2. Indeks Keanekaragaman Shannon-Wienner
Rumus indeks keanekaragaman dinyatakan sebagai berikut, yaitu :
s

H′ = − � Pi ln Pi
i=1

Keterangan:
H′
: Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
Pi
: Proporsi jumlah individu spesies ke-i terhdap jumlah jumlah individu
total yaitu Pi = ni/N dengan ni : jumlah suatu spesies i N : total jumlah
spesies(Brower dan Zar, 1977 dalam Saptarini dkk, 2011)
Kriteria:
H' < 1
1 < H'< 3
H' > 3

= keanekaragaman rendah, penyebaran jumlah individu tiap spesies
rendah dan komunitas biota rendah (tidak stabil).
= keanekaragaman sedang, penyebaran jumlah individu tiap spesies
sedang dan komunitas biota sedang.
= keanekaragaman tinggi, penyebaran jumlah individu tiap spesies
tinggi dan komunitas biota tinggi (stabil).

Universitas Sumatera Utara

23

3. Indeks Keseragaman
Rumus indeks keseragaman dinyatakan sebagai berikut, yaitu :
E=

H′
H max

Keterangan :
E
: Indeks keseragaman (Evennes)
H'
: Indeks keanekaragaman Shannon-Wienner
H max : Log2S ; S = Jumlah spesies atau taksa (Brower dan Zar, 1977 dalam
Saptarini dkk, 2011)

4. Indeks Dominansi
Menurut Odum (1994) untuk mengetahui adanya dominansi jenis di
perairan dapat digunakan indeks dominansi Simpson dengan persamaan berikut :
s

�� 2
D = �� �

�=1

Keterangan :
D : Indeks Dominansi Simpson
ni : Jumlah individu jenis ke-i
N : Jumlah total individu
S : Jumlah Genera

Keterangan :
D = 0 : berarti tidak terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau
struktur komunitas dalam keadaan stabil
D = 1 : berarti terdapat spesies yang mendominansi spesies lainnya atau struktur
komunitas labil, karena terjadi tekanan ekologi (stres).

Universitas Sumatera Utara

24

Analisis Substrat
Berikut ini adalah langkah-langkah penentuan tekstur substrat yaitu :
1. Menentukan komposisi dari masing-masing fraksi substrat. Misalnya, fraksi
pasir 45 %, debu 30 % dan liat 25 %.
2. Menarik garis lurus pada sisi persentase pasir dititik 45 % sejajar dengan sisi
persentase debu, kemudian ditarik garis lurus pada sisi persentase debu di titik
30 % sejajar dengan persentase liat, dan tarik garis lurus pada sisi persentase
liat 25 % sejajar dengan sisi persentase pasir.
3. Titik perpotongan ketiga garis tersebut akan menentukan tipe substrat yang
dianalisis, misalnya hal ini adalah lempung. Untuk analisis substrat
menggunakan panduan segitiga USDA dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 8. Segitiga USDA

Universitas Sumatera Utara

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil
Keanekaragaman dan Komposisi Gastropoda
Kelas Gastropoda mempunyai anggota terbanyak dan merupakan
Mollusca yang paling sukses karena mempunyai jenis gastropoda yang bervariasi
selain itu Gastropoda memiliki adaptasi yang cukup besar dengan perubahan
faktor lingkungan yang disebabkan oleh suhu dan sanilitas. Jenis Gastropoda yang
menempel pada batang pohon mangrove memiliki ciri tertentu sehingga lebih
mudah dibedakan jenisnya.Keberadaan Gastropoda ini ditemukan baik secara
vertikal maupun horizontal. Penyebaran secara horizontal dimulai dari batas surut
terendah sampai batas pasang tertinggi, sedangkan secara vertikal keberadaan
gastropoda yang menyebar dari akar pada permukaan substrat sampai daun
mangrove (Ramses, dkk., 2016).
Gastropoda yang ditemukan di mangrove jenis Avicennia lanata ini sangat
beragam.Gastropodayang ditemukan kebanyakan berada disubstrat dan sedikit
yang menempel pada batang mangrove. Gastropoda memiliki komposisi hampir
merata secara berturut Cerithidea cingulata, Cymatium pileare, Nerita balteata
danCerithidea alata21%, 20% dan 16%, sedangkan nilai yang terendah terdapat
pada jenis Ellobium aurisjudae, Littoraria scabra dan Terebralia sulcata dengan
nilai sebesar 0 %. Komposisi Jenis Gastropoda pada Avicennia lanata dapat
dilihat pada Gambar 9.

Universitas Sumatera Utara

26

0%
1%
8%

16%
1%

21%
16%
0%

2%
4%

5%

0% 4%

2%

20%

Nerita balteata
Nerita planospira
Cerithidea alata
Ellobium aurisjudae
Telescopium telescopium
Achatina fulica
Cymatium pileare
Stramonita gradata
Littoraria scabra
Littoraria melanostoma
Murex tribulus
Cerithidea cingulata
Ellobium aurimisdae
Pugilina cochlidium
Terebralia sulcata

Gambar 9. Komposisi Jenis Gastropoda pada Avicennia lanata
Pada vegetasi mangrove Rhizophora apiculata ditemukan 13 jenis
gastropoda. Dari 13 jenis Gastropoda tersebut yang paling dominan ditemukan
menempel pada akar mangrove adalah jenis Nerita balteata sebesar 49 %,
sedangkan nilai yang terendah ditemukan disubstrat yaitu jenis Achantina fulica,
Chicoreus capucinus,Pugilina cochlidium dan Ellobium aurimisdae dengan nilai
sebesar 1 %. Komposisi Jenis Gastropoda pada Rhizophora apiculata dapat dilihat
pada Gambar 10.

2%
2%
1%

9%

8%
1%

49%
6%
4%

1%

14%

Nerita balteata
Cerithidea obtusa
Achatina fulica
Cerithidea cingulata
Ellobium aurimisdae
Cymatium pileare
Cerithidea alata
Pugilina cochlidium
Littoraria scabra
Chicoreus capucinus
Telescopium telescopium
Nerita planospira
Littoraria melanostoma

1% 2%

Gambar 10. Komposisi Jenis Gastropoda pada Rhizophora apiculata

Universitas Sumatera Utara

27

Pada mangrove jenis Sonneratia alba Gastropoda yang paling banyak di
jumpai adalah Littoraria scabrayang menempel didaun dan batang mangrove
sebesar 44 %, sedangkan nilai yang terendah terdapat pada jenis Puglina
cochlidium,Terebralia sulcata danTelescopium telescopiumyang ditemukan di
substrat dengan nilai sebesar 0 % dan 1 %.Komposisi Jenis Gastropoda pada
Sonneratia alba dapat dilihat pada Gambar 11.
1%1% 0%

2%

7%

Nerita balteata
Nerita planospira
Cerithidea alata

14%

Cerithidea cingulata
Cerithidea obtusa

44%

Littoraria melanostoma
Cymatium pileare
19%

Littoraria scabra
Terebralia sulcata
Telescopium telescopium

5% 4%
3%

Pugilina cochlidium

Gambar 11. Komposisi Jenis Gastropoda pada Sonneratia alba

Nilai Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Gastropoda
pada Jenis Vegetasi Mangrove
Pada Tabel 2dapat dilihat bahwa total populasi Gastropoda yang
ditemukan di setiap lokasi penelitian berdasarkan jenis vegetasi mangrove yang
paling banyak adalah pada mangrove Avicennia lanata dengan jumlah 15 jenis
dan Rhizophora apiculata dengan jumlah 13 jenis gastropoda dan yang paling
sedikit ditemukan adalah pada pada vegetasi mangrove Sonneratia alba dengan
jumlah 11 jenis Gastropoda.

Universitas Sumatera Utara

28

Nilai indeks keanekaragaman jenis (H’), dari seluruh stasiun, nilai H’
berkisar antara 1,702 - 2,165 termasuk ke dalam kategori Sedang.Indeks
keanekaragaman tertinggi terletak pada stasiun 1 (2,165) dan terendah terletak
pada stasiun 3 (1,702).
Indeks Keseragaman (E) jenis Gastropoda dari 3 Stasiun termasuk dalam
kategori Tinggi, berkisar antara 1,558 - 1,798.Indeks Keseragaman tertinggi
terletak pada stasiun 1 (1,798) dan terendah terletak pada stasiun 2 (1,558).
Indeks dominansi (D) jenis Gastropoda pada ketiga stasiun adalah rendah.,
berkisar antara 0,154 - 0,282. Indeks dominansi tertinggi terletak pada stasiun 2
(0,282) dan terendah terletak pada stasiun 1 (0,154).

Tabel 2. Nilai Indeks Keanekaragaman, Keseragaman dan Dominansi Gastropoda
pada Jenis Vegetasi Mangrove
No.
1.
2.
3.

Jenis Mangrove
Avicennia lanata
Rhizophora apiculata
Sonneratia alba

Σ Total
Populasi

Σ
Jenis

179
247
278

15
13
11

Nilai
Indeks
H'
2, 165
1, 735
1, 702

Nilai
Indeks
E
1, 798
1, 558
1, 634

Nilai
Indeks
D
0, 154
0,282
0, 260

Data Parameter Fisika Kimia Lingkungan dan Tipe Substrat
Suhu pada ketiga stasiun berkisar antara 29,3 - 29,7 °C tidak terjadi
perbedaan yang signifikan terhadap ketiga stasiun tersebut. Suhu pada stasiun 1
adalah 29,3 °C sedangkan suhu pada stasiun 2 dan 3 adalah 29,7 °C.
Derajat keasaman substrat pada ketiga stasiun penelitian berkisar 5,4 6,2.pH tertinggi terletak pada stasiun 1 (6,2) dan terendah terletak pada stasiun 2
(5,4).

Universitas Sumatera Utara

29

Salinitas pada ketiga stasiun menunjukkan berkisar 24 - 25 o/oo.Salinitas
tertinggi terletak pada stasiun 3 (25o/oo)dan terendah pada stasiun 1
(24o/oo).Kisaran salinitas ini masih mendukung kehidupan Gastropoda.
Karaketristik substrat yang diamati meliputi kadar C-Organik dan fraksi
substrat. Hasil analisis rata-rata kadar C-Organik pada setiap stasiun berkisar antara
1,89-7,22 %. Hasil rata-rata kadar C-Organik tertinggi ditemukan pada stasiun III
yaitu 7,22%.

Hasil analisis tekstur substrat menunjukkan bahwa setiap stasiun
memilikikomposisi fraksi debu, liat dan pasir yang jauh berbeda. Ketiga stasiun
memiliki fraksi yang relative sama yaitu di stasiun I (Avicennia lanata) pasir
sebesar 55 %, debu 19 % dan liat 26 %, pada stasiun II (Rhizophora apiculata)
pasir sebesar 63 %, debu 13 % dan liat 24 %, stasiun III (Sonneratia alba) pasir
sebesar 55 %, debu 23 % dan liat 22 %. Data Parameter Fisika Kimia Lingkungan
dan Tipe Substrat dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Data Parameter Fisika Kimia Lingkungan dan Tipe Substrat
asiun
I
II
III

air (oC) Substrat alinitas
(o/oo)
ennia lanata 29,3
6,2
24,3
s Mangrove

hizophora
29,7
apiculata
neratia alba 29,7

-Organik
(%)
1,89

5,4

24

4,12

5,8

25

7,22

e Sedimen
mpung Liat
Berpasir
mpung Liat
Berpasir
mpung Liat
Berpasir

Universitas Sumatera Utara

30

Kepadatan Gastropoda terhadap Jenis Mangrove
KepadatanGastropodaterhadap jenis mangrove pada Ekosistem Mangrove
di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi
Sumatera Utara, kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun 3jenisSonneratia
albayaitu 31ind/m2. Kepadatan terendah pada stasiun 1jenis mangrove Avicennia
lanatayaitu 20 ind/m2. Kepadatan tertinggi pada ketiga stasiun berada pada
spesiesLittoraria scabra, kepadatan terendah berada pada spesies Terebralia
sulcatadanPugilina cochlidium. Kepadatan Gasropoda terhadap Jenis Mangrove
dapat dilihat pada Gambar 12.

35
30
25
20
15
10
5
0
Avicennia
lanata

Rhizophora
apiculata

Sonneratia
alba

Gambar 12. Kepadatan Gasropoda terhadap Jenis Mangrove

Universitas Sumatera Utara

31

Pembahasan
Komposisi dan Keanekaragaman Gastropoda
Pada penelitian ini terdapat 15 Spesies Gastropoda pada ekosistem
mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat
Provinsi Sumatera Utara yang ditemukan pada masing-masing lokasi yaitu
Achatina fulica, Cerithidea alata, Cerithidea cingulata, Cerithidea obtusa,
Chicoreus capucinus, Cymatium pileare, Ellobium aurimisdae, Ellobium
aurisjudae, Littoraria melanostoma, Littoraria scabra, Murex tribulus, Nerita
balteata,

Nerita

Telescopium

planospira,

Pugilina

telescopiumdanTerebralia

cochlidium,

Stramonita

sulcata.Menurut

gradata,

Ramses

dkk

(2016),Kelas Gastropoda itu mempunyai anggota terbanyak dan merupakan
Mollusca yang paling sukses karena mempunyai jenis gastropoda yang bervariasi
selain itu Gastropoda memiliki adaptasi yang cukup besar dengan perubahan
faktor lingkungan yang disebabkan oleh suhu dan sanilitas. Keberadaan
Gastropoda ini ditemukan baik secara vertikal maupun horizontal. Penyebaran
secara horizontal dimulai dari batas surut terendah sampai batas pasang tertinggi,
sedangkan secara vertikal keberadaan gastropoda yang menyebar dari akar pada
permukaan substrat sampai daun mangrove.
Pada masing-masing vegetasi mangrove dapat di lihat bahwa komposisi
dan ragam spesies Gastropoda paling banyak vegetasinya adalah pada mangrove
Avicennia lanataterdapat 15 jenis spesies dan pada Rhizopoda apiculata 13 jenis
Gastropoda sedangkan pada mangrove Sonneratia alba 11 jenis. Menurut Ramses
dkk (2016), penyebaran ini tergantung pada kisaran tinggi air pasang surut karena
habitat mangrove bersifat khusus setiap jenis biota di dalamnya mempunyai

Universitas Sumatera Utara

32

kisaran ekologi tersendiri dan masing- masing mempunyai relung khusus dan
disebabkan oleh kombinasi dari faktor tipe substrat perbandingan kandungan pasir
dan liat, salinitas (variasi nilai harian dan tahunan waktu genangannya), ketahanan
jenis terhadap arus dan ombak dan kondisi pertumbuhan biota muda didalam
hubungan ketiga faktor.
Pada stasiun I spesies yang memiliki komposisi jenis tertinggi adalah
Cerithidea alata sebesar 25 % lalu diikuti spesies Cerithidea cingulatasebesar 21
%, Nerita balteatasebesar 15 %danCymatium pileare sebesar 14 %.Genus
Cerithidea dengan jenis Cerithidea alata dan Cerithidea cingulata yang
ditemukan pada

stasiun I memiliki nilai komposisi tertinggi diantara jenis

lainnya. Menurut Sesario (2015), Cerithidea memiliki daya adaptasi yang tinggi
dansebaran yang luas serta kondisi substrat yangberupa pasir dan pasir
berlempung sesuaiuntuk mendukung kehidupan dari genus ini.Cerithidea
merupakan satudiantara beberapa gastropoda kelompok asliyang menyukai habitat
bersubstrat pasir ataulumpur dan umumnya berlimpah di hutan mangrove
disekitar ekosistem muara.
Pada stasiun II spesies yang memiliki komposisi jenis tertinggi adalah
Nerita balteata sebesar 48 % lalu diikuti spesies Littoraria scabra sebesar 11 %,
Nerita planospira sebesar 10 %, Cerithidea alata sebesar 7 %, Cymatium pileare
sebesar 7 % dan Cerithideacingulata sebesar 7 %.Spesies - spesies tersebut
menyukai hutan mangrove sebagai habitatnya dan mampu memenangkan
persaingan untuk mendapatkan makanan dan tempat hidup dibandingkan spesies
lainnya. Menurut Ernanto dkk (2010), jika spesies mampu memenangkan
kompetisi baik ruang maupun makanan maka spesies tersebut umumnya akan

Universitas Sumatera Utara

33

mendominasi suatu habitat. Adaptasi hewan Gastropoda diperlukan untuk tetap
dapat hidup di lingkungan di mana setiap saat keadaan atau kondisi lingkungan
tersebut dapat berubah-ubah.
Pada stasiun III spesies yang memiliki komposisi jenis tertinggi adalah
Littoraria scabra sebesar 44 % lalu diikuti spesies Cerithidea cingulata sebesar
19 % dan Cerithidea alata sebesar 14 %. Menurut Muhsin dkk (2016), Jenis
gastropoda yang dominan dan ditemukan menempel pada daun tumbuhan
mangrove adalah Littorariascabra dan Littoraria melanostomata. Umumnya
gastropoda yang ditemukan pada daun mengambil kalsium karbonat yang terdapat
dalam tumbuhan tersebut dengan cara memakan daun-daunan. Menurut Pribadi
dkk (2009), Gastropoda yang hidup di pohon mangrove terbagi lagi menjadi
gastropoda yang hidup pada akar, batang dan daun mangrove dan yang hidup
pada kayu yang sudah mati. Sebagian dari siput gastropoda hidup di daerah–
daerah hutan bakau, ada yang hidup di atas tanah berlumpur, ada pula yang
menempel pada akar atau batang mangrove dan ada juga yang memanjatnya,
misalnya pada Littoraria,Cassidula, Cerithidae dan lain lain.
Famili Potamididaedengan jenis Cerithidea alata dan Cerithideacingulata
yang ditemukan pada ketiga stasiun pengamatan yang memiliki nilai komposisi
yang cukup tinggi diantara jenis lainnya. Hal ini disebabkan Cerithidea memiliki
daya adaptasi yang tinggi dan sebaran yang luas serta kondisi substrat yang
berupa pasir dan pasir berlempung sesuai untuk mendukung kehidupan dari genus
ini. Menurut Sesario dkk, 2015, Cerithidea merupakan satu diantara beberapa
gastropoda kelompok asli yang menyukai habitat bersubstrat pasir atau lumpur
dan umumnya berlimpah di hutan mangrove disekitar ekosistem muara.

Universitas Sumatera Utara

34

Nilai Indeks Keanekaragaman, Kesamaan dan Dominansi Gastropoda pada
Jenis Vegetasi Mangrove
Hasil perhitungan terhadap data gastropoda di lokasi penelitian
menunjukkan bahwa nilai indeks keanekaragaman berkisar antara 1,702-2,165.
termasuk dalam kategori sedang. Menurut Ramses dkk., (2016), tingkat
keanekaragaman jenis sedang dimaksudkan adalah kondisi komunitas mudah
berubah dengan mengalami lingkungan relative kecil. Menurut Ernanto dkk
(2010), suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika
komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau
hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit jenis dan
jika hanya sedikit jenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Sedangkan nilai indeks Keseragaman (E) berkisar (1,634 ≤ E ≤ 1,798),
masuk pada kategori indeks keseragaman tinggi yaitu pada setiap pohon vegetasi
mangrove.Jika nilai keseragaman jenis tinggi maka nilai keanekaragaman jenis
menjadi rendah begitu juga dengan sebaliknya jika terdapat nilai keanekaragaman
jenis tinggi maka nilai pada keseragaman jenis rendah. Menurut Kamalia (2014),
indeks keseragaman ini menandakan bahwa semua jenis Gastropoda memiliki
gaya adaptasi dan kemampuan bertahan hidup yang sama di suatu tempat serta
memanfaatkan sumber daya secara merata.
Indeks dominansi pada ketiga stasiun adalah rendah.Indeks dominansi
tertinggi terletak pada stasiun II (0,282) danterendah terletak pada stasiun I
(0,154).Semakin besar jumlah indeks maka semakin besar pula kecenderungan
yang mendominasi.Jumlah indeks dari ketiga stasiun yang masih jauh dari anggka
1 menandakan pada lokasi perairan tersebut tidak mengalami tekanan persaingan

Universitas Sumatera Utara

35

mencari makan dan tempat hidup atau ada jenis yang mendominasi. Menurut
Kamalia (2014) nilai keanekaragaman jenis akan semakin tinggi apabila jumlah
jenis penyusun komunitas tinggi dan kelimpahan masing masing jenis dalam
komunitas tersebar merata, dominansi yang tinggi menyebabkan kemerataan
keanekaragaman jenis menurun.
Pada mangrove Avicennia lanata, Rhizophora apiculatadan Sonneratia
alba termasuk kategori rendah, kemungkinan disebabkan oleh banyaknya jenis
Gastropoda yangditemukan. Menurut Ramses dkk (2016),bila indeks Dominanasi
(E ˃ 0.7450), berarti didalam komunitas dijumpai spesies yang mendominans i
spesies lainnya dan mencerminkan kondisi komunitas dalam keadaan labil. Bila
indeks dominansi “rendah” maka di dalam komunitas yang sedang diamati tidak
terdapat sepesies secara ekstrim mendominasi spesies lainnya.Hal ini menunjukan
kondisi komunitas dalam keadaan stabil dan kondisi lingkungan cukup prima.

Parameter Fisika Kimia Lingkungan dan Tipe Substrat
Hasil pengukuran suhu air pada habitat mangrove di Desa Lubuk Kertang
Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara adalah
29,3°C pada stasiun I, 29,7°C stasiun II dan 29,7°C stasiun III. Kondisi suhu pada
seluruh stasiun dalam kondisi optimum dan cocok bagi kehidupan gastropoda.
Menurut Muhsin dkk (2016), kisaran suhu yang baik untuk pertumbuhan
gastropoda pada umumnya adalah 25-32°C. Menurut Ernanto dkk (2010),
Organisme intertidal termasuk Gastropoda juga mengalami keterbukaan terhadap
suhu panas dan dingin yang ekstrim dan memperlihatkan adaptasi tingkah laku
dan struktur tubuh untuk menjaga keseimbangan panas internal. Hewan tersebut

Universitas Sumatera Utara

36

hanya aktif jika pasang-naik dan tubuhnya terendam air. Ini berlaku bagi seluruh
hewan baik pemakan tumbuhan, pemakan bahan-bahan tersaring, pemakan
detritus, maupun predator.
Nilai derajat keasaman (pH) substrat yang terukur pada setiap stasiun
pengamatan selama penelitian berkisar 5,4-6,2. Menurut Rusnaningsih (2012),
kisaran toleransi pH gastropoda yang berkisar antara 5 - 9 yang umumnya banyak
dijumpai pada daerah yang pH-nya lebih besar dari 7. Menurut Muhsin dkk
(2016), air laut merupakan sistem penyangga (buffer system) yang sangat luas
dengan pH yang relatif stabil yaitu berkisar 7,0 – 8,5 sehingga apabila terjadi
perubahan nilai alamiah maka hal tersebut menandakan bahwa penyangga
perairan tersebut terganggu karena pada dasarnya air laut mempunyai kemampuan
untuk mencegah terjadinya perubahan pH. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat
disimpulkan bahwa pada masing-masing stasiun penelitian mempunyai derajat
keasaman (pH) yang cukup baik bagi kehidupan gastropoda.
Hasil pengukuran salinitas dilokasi penelitian berkisar antara 2425‰.Salinitas perairan tersebut menunjukkan nilai yang relative stabil atau
mendukung untuk kehidupan gastropoda karena waktu pengamatan dilakukan
dalam jangka sehari tanpa adanya perubahan cuaca dan musim.Salinitas tidak
memiliki pengaruh besar terhadap Gastropoda karena Gastropoda memiliki
toleransi yang luas terhadap salinitas. Menurut Romdahni dkk (2016), Tinggi atau
rendahnya kadar salinitas tidak akan mempengaruhi kehadiran spesies gastropoda,
karena Gastropoda mempunyai kemampuan adaptasi atau toleransi terhadap
salinitas.

Universitas Sumatera Utara

37

Hasil analisis rata-rata kadar C-Organik pada setiap stasiun berkisar antara
1,89- 7,22 %. Pada stasiun I yaitu 1,89 %, stasiun II yaitu 4,12% dan pada stasiun
III 7,22%. Tinggi rendahnya kandungan bahan organik diduga berkaitan dengan
aktivitas yang terjadi atau kondisi lingkungan yang berada di sekitarnya.Kondisi
lingkungan yang dipengaruhi langsung oleh ombak dan arus yang kuat, cenderung
mempunyai bahan organik yang relatif rendah dan sebaliknya lokasi yang
cenderung terlindung memiliki bahan organik yang relatif tinggi.Menurut
Kurniawati dkk (2014), kandungan bahan organik tersebut terutama bersumber
dari serasah mangrove. Kandungan bahan organik ini juga dipengaruhi oleh
kondisi fisik kimia lingkungan, dimana daerah terbuka biasanya mempunyai
kandungan bahan organik lebih rendah daripada daerah terlindung, karena terkait
dengan pencucian partikel sedimen yang berukuran kecil yang banyak
mengandung bahan organik.
Pada Stasiun I memiliki mangrove yang lebih sedikit dibandingkan dengan
stasiun II dan III yang memiliki ketersediaan mangrove yang lebih banyak.
Menurut Nursin dkk (2014), kandungan C-organik yang rendah menunjukkan
jumlah bahan organik dalam tanah rendah. Hal ini mengindikasikan bahwa pada
lokasi dengan tingkat ketebalan mangrovenya tinggi, memiliki bahan organik
yang lebih besar dari pada lokasi yang tanpa mangrove.
Hasil analisis tekstur substrat menunjukkan bahwa setiap stasiun memiliki
komposisi fraksi debu, liat dan pasir yang jauh berbeda. Ketiga stasiun memiliki
fraksi yang relative samayaitu di stasiun I (Avicennia lanata)pasir sebesar 55 %,
debu 19 % dan liat 26 %, pada stasiun II (Rhizophora apiculata) pasir sebesar 63
%, debu 13 % dan liat 24 %, stasiun III (Sonneratia alba) pasir sebesar 55 %,

Universitas Sumatera Utara

38

debu 23 % dan liat 22 %. Kondisi substrat berpengaruh pada susunan fauna di
ekosistem mangrove karena ada jenis Gastropoda yang lebih menyukai kondisi
substrat berpasir, kondisi substrat lumpur berpasir ataupun keduanya. Kondisi
substrat berpengaruh terhadap perkembangan komunitas Gastropoda dimana
substrat yang terdiri dari lumpur dan pasir berlumpur merupakan substrat yang
disenangi oleh Gastropoda. Menurut Kurniawati dkk (2014), mangrove
jenisAvicennia spp. merupakan spesies yang dapat tumbuh pada daerah paling
dekat dengan laut dan dengan substrat agak berpasir. Menurut Monika dkk
(2013), mangrove Rhizophora sp kebanyakan hidup pada substrat yang
mengandung lumpur dan pasir.
Substrat dasar atau tekstur tanah merupakan komponen yang sangat
penting bagi kehidupan organisme, substrat di dasar perairan akan menentukan
kelimpahan dan komposisi jenis dari hewan benthos. Menurut Muhsin dkk (2016),
substrat lumpur mengandung lebih banyak hara makanan dari pada liat dan pasir.
Lumpur memiliki kelenturan dan mempermudah penerobosan air dan udara yang
berada didalam. Substrat lumpur biasanya mengandung sedikit oksigen dan
karena itu organisme harus dapat beradaptasi. Sedangkan pada substrat berpasir
gastropoda cenderung mudah bergerak ke tempat lain

Kepadatan Gastropoda terhadap Jenis Mangrove
Kepadatan gastropoda di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat
Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara secara umum rata-rata jumlah
gastropoda di stasiun III jenis mangrove Sonneratia alba lebih lebih melimpah
(31 ind/m2) daripada stasiun I jenis mangrove Avicennia lanata (27 ind/m2) dan

Universitas Sumatera Utara

39

stasiun II jenis mangrove Rhizophora apiculata (20 ind/m2). Menurut Muhsin dkk
(2016), substrat dasar atau tekstur tanah merupakan komponen yang sangat
penting bagi kehidupan organisme, substrat di dasar perairan akan menentukan
kelimpahan dan komposisi jenis dari hewan benthos. Menurut Ernanto dkk
(2010), suatu komunitas dikatakan mempunyai keanekaragaman jenis tinggi jika
komunitas itu disusun oleh banyak jenis dengan kelimpahan jenis yang sama atau
hampir sama. Sebaliknya jika komunitas itu disusun oleh sangat sedikit jenis dan
jika hanya sedikit jenis yang dominan maka keanekaragaman jenisnya rendah.
Menurut Pribadi dkk (2009), Perbedaan kelimpahan gastropoda disebabkan oleh
kondisi lingkungan yang berbeda seperti jenis substrat, salinitas, bahan organik
yang terkandung dalam sedimen dan jenis vegetasi.
Tekstur sedimen yang komposisinya didominasi oleh substrat lempung liat
berpasir ini disebabkan karena pada bagian alur sungai mendapatkan masukan
sedimen yang besar dari aliran sungai.Substrat yang rata-rata merupakan lempung
liat berpasir merupakan substrat yang baik bagi pertumbuhan mangrove.Menurut
Amin dkk (2015),Rhizophora apiculata menurun jumlahnya pada substrat yang
komposisi lumpurnya rendah / berkarakter keras dan cenderung kasar (pasir, pasir
berlumpur dan pasir berbatu). Spesies ini umumnya tumbuh pada tanah
berlumpur, halus, dalam dan tergenang pada saat pasang normal.Rhizophora
apiculata tidak menyukai substrat yang keras.Menurut Fuzhoh dkk (2016),
mangrove jenis Rhizophoradan Sonneratia alba memiliki substrat mengandung
lumpur yang sangat cocok untuk kehidupan jenis gastropoda seperti gastropoda
family Cerithidea. Potamididae, Neritidae, Muricidae, Melongenidae, dan
Prymidellidae.

Universitas Sumatera Utara

40

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan
3. Gastropoda yang hidup pada ekosistem mangrove di Desa Lubuk Kertang
Kecamatan

Berandan

Barat

Kabupaten

Langkat

Provinsi

Sumatera

Utaraterdapat 8 Family dan 15 jenis Gastropoda yang ditemukan pada 3 (tiga)
jenis vegetasi mangrove yang berbeda pada semua lokasi penelitian. Hasil
perhitungan nilai indeks keanekaragaman gastropoda pada masing-masing
jenis vegetasi menunjukkan nilai yang sama, dimana tingkat keanekaragaman
jenis tegolong sedang, tingkat keseragaman tinggi dan dominansi rendah.
4. Hasil

penelitian

dan

perhitungan

yang

dilakukan

diketahui

bahwa

kepadatantertinggi Gastropoda pada setiap jenis mangroveterdapat pada stasiun
3jenis Sonneratia albayaitu 31ind/m2. Kepadatan terendah pada stasiun 1jenis
mangrove Avicennia lanatayaitu 20 ind/m2.

Saran
Hasil Penelitian ini menyimpulkan bahwa struktur komunitas gastropoda
pada jenis mangrove yang berbeda di ekosistem mangrove yang ada di
DesaLubuk Kertangdalam keadaan stabil, keanekaragaman spesies dan persebaran
jumlah individu setiap jenis merata, komunitas seragam serta tidak ditemukan
adanya spesies yang mendominansi.
Selanjutnya

disarankan

penelitianlebihlanjutuntukmelihatketerkaitantingkatpencemaranpadaskalawaktuter
tentuyang dapatmerubahkomposisiGastropodapadajenis mangrove yang berbedadi

Universitas Sumatera Utara

41

DesaLubuk

KertangKecamatanBerandan

BaratKabupatenLangkatProvinsi

Sumatera Utara.

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengelolaan Ekosistem Mangrove Dalam Upaya Meningkatkan Produksi Perikanan Di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

1 8 107

Pengelolaan Ekosistem Mangrove Dalam Upaya Meningkatkan Produksi Perikanan Di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

0 0 15

Pengelolaan Ekosistem Mangrove Dalam Upaya Meningkatkan Produksi Perikanan Di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

0 0 2

Pengelolaan Ekosistem Mangrove Dalam Upaya Meningkatkan Produksi Perikanan Di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Brandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

1 1 6

Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

0 0 15

Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

0 1 2

Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

0 0 5

Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

0 0 10

Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

1 4 3

Struktur Komunitas Gastropoda pada Ekosistem Mangrove di Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara

3 13 15