Pengetahuan dan Sikap Ibu Yang Mengikuti Kelas Ibu Hamil Terhadap Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Kecamatan Langsa Kota Kota Langsa Tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Inisiasi Menyusu Dini
Tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas pelayanan kesehatan wajib
melakukan / menyelenggarakan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) terhadap bayi yang
baru lahir kepada ibunya paling sedikit selama satu jam. IMD dilakukan dengan cara
meletakkan atau membiarkan bayi di dada ibunya segera setelah lahir sehingga kulit
bayi melekat pada kulit ibu. IMD dilakukan dalam keadaan ibu dan bayi stabil dan
tidak membutuhkan tindakan medis selama paling singkat satu jam. Lama IMD
selama satu jam dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada bayi agar dapat
mencari puting susu ibu dan menyusu sendiri. Apabila selama satu jam bayi masih
belum menyusu, maka kegiatan IMD harus tetap diupayakan oleh ibu., tenaga
kesehatan dan penyelenggara pelayanan fasilitas kesehatan.
Pada tahun 2007 The World Alliance for Breastfeeding Action (WABA) dalam
pekan ASI sedunia yang mengangkat tema tentang IMD telah berhasil mengunggah
masyarakat dunia dan Indonesia untuk mulai mempopulerkan IMD. IMD menjadi
begitu penting untuk dilakukan karena sejak 2008 dalam Asuhan Persalinan Normal
(APN), IMD merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan oleh petugas
kesehatan yang membantu persalinan (Depkes, 2008).
Menurut (Roesli. Utami, 2008), IMD (early initiation) adalah permulaan

kegiatan menyusu dalam satu jam pertama setelah bayi lahir. Inisiasi menyusui dini
8

Universitas Sumatera Utara

juga bisa diartikan sebagai cara bayi menyusu satu jam pertama setelah lahir dengan
usaha sendiri dengan kata lain menyusu bukan disusui. Cara bayi melakukan inisiasi
menyusu dini ini disebut The Breast Crawl atau merangkak mencari payudara.
Program IMD ini akan selalu digalakkan oleh pemerintah dan di dukung sepenuhnya
oleh WHO dan UNICEF kerena program ini dapat mengurangi angka kematian bayi
hingga 22% (Nurul 2014).
2.1.1 Tahapan Inisiasi Menyusu Dini
Dalam melakukan praktek Inisiasi Menyusu Dini perlu diperhatikan tahapantahapan dalam menunjang keberhasilan kegiatan tersebut, yaitu:
a. Tahap pertama; istirahat siaga (rest/quite alert stage). Dalam waktu 30 menit,
biasanya bayi hanya terdiam. Tapi jangan menganggap proses menyusu dini
gagal bila setelah 30 menit sang bayi tetap diam. Bayi jangan diambil, paling
tidak 1 jam melekat.
b. Tahap kedua; bayi mulai mengeluarkan suara kecapan dan gerakan menghisap
pada mulutnya. Pada menit ke 30 sampai 40 ini bayi memasukkan tangannya ke
mulut.

c. Tahap ketiga; bayi mengeluarkan air liur. Namun air liur yang menetes dari
mulut bayi itu jangan dibersihkan. Bau ini yang dicium bayi. Bayi juga mencium
bau air ketuban di tangannya yang baunya sama dengan bau puting susu ibunya.
Jadi bayi mencari baunya.
d. Tahap keempat; bayi sudah mulai menggerakkan kakinya. Kaki mungilnya
menghentak guna membantu tubuhnya bermanuver mencari puting susu. Khusus

Universitas Sumatera Utara

tahap keempat, ibu juga merasakan manfaatnya. Hentakan bayi di perut bagian
rahim membantu proses persalinan selesai, hentakan itu membantu ibu
mengeluarkan ari-ari.
e. Pada tahap kelima; bayi akan menjilati kulit ibunya. Bakteri yang masuk lewat
mulut akan menjadi bakteri baik di pencernaan bayi. Jadi biarkan si bayi
melakukan kegiatan itu.
f. Tahap terakhir; adalah saat bayi menemukan puting susu ibunya. Bayi akan
menjilat, mengulum puting membuka mulut lebar dan menyusu untuk pertama
kalinya. Proses sampai bisa menyusu bervariasi ada yang sampai 1 jam. (Roesli,
Utami, 2008).
2.1.2 Tatalaksana IMD

Pelaksanaan praktek Inisiasi Menyusu Dini (IMD) merupakan kegiatan yang
wajib dilakukan oleh ibu dan di dukung oleh seluruh keluarga dan penolong
persalianan. Secara umum tata laksana IMD adalah :
1.

Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan.

2.

Disarankan untuk mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan. Dapat
diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau
hynobirthing.

3.

Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan
normal di dalam air atau dengan jongkok.

4.


Seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya.
Lemak putih (vernix) yang menyamankan kulit bayi sebaiknya dibiarkan.

Universitas Sumatera Utara

5.

Bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan
kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimun satu jam
atau setelah menyusu awal selesai. Kedunya diselimuti, jika perlu gunakan topi
bayi.

6.

Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan
sentuhan lembut tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

7.

Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku

bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung selama beberapa menit atau
satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu.
Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya
selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam.
Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan
kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu
pertama.

8.

Dianjurkan untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kulit pada ibu
yang melahirkan dengan tindakan, misalnya vakum jika keadaan umum bayi
baik.

9.

Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, di ukur, di cap setelah satu jam atau
menyusu awal selesai. Prosedur yang invasife, misalnya suntikan vitamin K dan
tetesan mata bayi dapat ditunda.


10. Rawat gabung – ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu –
bayi tetap tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian

Universitas Sumatera Utara

minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) dihindarkan.
(Roesli, Utami 2008)
Pelaksanaan IMD pada proses persalinan normal pada umumnya dapat
dilakukan sesuai dengan tata laksana secara umum. Akan tetapi pada kasusu bayi
kembar (gemeli) ada beberapa langkah-langkah yang perlu diperhatikan untuk
menunjang keberhasilan IMD antara lain yaitu :
1. Dianjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu dikamar bersalin.
2. Bayi pertama lahir, segera dikeringkan secepatnya terutama kepala, kecuali
tangannya; tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan,
talipusat diikat.
3. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bayi ditengkurapkan di dada-perut ibu
dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu dan mata bayi setinggi puting susu.
Keduanya diselimuti. Bayi dapat diberi topi.
4. Anjurkan ibu menyentuh bayi untuk merangsang bayi. Biarkan bayi mencari
puting sendiri.

5. Bila ibu merasa akan melahirkan bayi kedua, berikan bayi pertama pada ayah.
Ayah memeluk bayi dengan kulit bayi melekat pada kulit ayah seperti pada
perawatan metoda kanguru. Keduanya ditutupi baju ayah.
6. Bayi kedua lahir, segera keringkan secepatnya terutama kepala, kecuali
tangannya; tanpa menghilangkan vernix. Mulut dan hidung bayi dibersihkan,
talipusat diikat.

Universitas Sumatera Utara

7. Bila bayi kedua tidak memerlukan resusitasi, bayi kedua ditengkurapkan di dadaperut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu.
8. Letakkan kembali bayi pertama didada ibu berdampingan dengan saudaranya,
ibu dan kedua bayinya diselimuti. Bayi-bayi dapat diselimuti.
9. Biarkan kulit kedua bayi bersentuhan dengan kulit ibu se-lama paling tidak satu
jam; bila menyusu awal terjadi sebelum 1 jam, tetap biarkan kulit ibu & bayi
bersentuhan sampai setidaknya 1 jam.
10. Bila dalam 1 jam menyusu awal belum terjadi, bantu ibu dengan mendekatkan
bayi ke puting tapi jangan memasukkan puting kemulut bayi. Beri waktu 30
menit atau 1 jam lagi kulit melekat pada kulit.
11. Rawat Gabung : Ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar, dalam jangkauan ibu
selama 24 jam.

12. Berikan ASI saja tanpa minuman atau makanan lain kecuali atas indikasi medis.
Tidak diberi dot atau empeng.
Selain pada kasus persalinan normal dan anak kembar, pada kasusu persalinan
melalui operasi (caecar) ada beberapa hal yang harus diperahatikan untuk kelancaran
praktek IMD pada bayi, yaitu.:
1. Tenaga dan pelayanan kesehatan yang suportif
2. Jika mungkin, diusahakan suhu ruangan 20°-25°C. Disediakan selimut untuk
menutupi punggung bayi dan badan ibu. Disiapkan juga topi bayi untuk
mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi.

Universitas Sumatera Utara

3. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan yang tepat,
sensitif dan mendukung ibu
4. Sarankan untuk mempergunakan cara yang tidak mempergunakan obat kimiawi
dalam menolong ibu saat melahirkan (pijat, aroma therapi dsb).
5. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan
6. Keringkan bayi secepatnya tanpa menghilangkan vernix yang menyamankan
kulit bayi
7. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit

ibu. Selimuti keduanya, kalau perlu menggunakan topi bayi
8. Biarkan bayi mencari puting susu ibunya sendiri. Ibu dapat merangsang bayi
dengan sentuhan lembut. Bila perlu ibu boleh mendekatkan bayi pada puting tapi
jangan memaksakan bayi ke puting susu
9. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibu sampai proses
menyusu pertama selesai
10. Ibu melahirkan dengan proses operasi berikan kesempatan skin to skin contact.
11. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dicap, setelah menyusu dini
selesai
12. Hindarkan pemberian minuman pre-laktal
13. Jika inisiasi dini belum terjadi di kamar bersalin, kamar operasi atau bayi harus
dipindah sebelum satu jam maka bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika
dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan (Roesli Utami, 2008).

Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Manfaat IMD
Inisiasi Menyusu Dini merupakan salah satu kegiatan yang wajib dilakukan
pada saat persalinan. Pelaksanaan IMD ini juga telah tertuang dalam keputusan
Menteri Kesehatan. Adapun manfaat dari IMD adalah :

a. Manfaat IMD secara umum
Beberapa penelitian membuktikan manfaat IMD. Saat proses IMD
berlangsung, kulit ibu akan menyesuaikan suhunya dengan kebutuhan bayi dan hal
ini akan mencegah hipotermi pada bayi (Yohmie, 2010). Bayi baru lahir yang
melakukan kontak dini dengan kulit ibu memiliki suhu aksila yang lebih tinggi dan
lebih sedikit menangis dibandingkan bayi yang tidak dilakukan kontak dini. Proses
kontak kulit ke kulit antara bayi dan ibu memungkinkan bayi memperoleh bakteri
komensal (flora normal) secara dini dan bakteri tersebut akan berkolonisasi dikulit
dan usus yang penting untuk pertahanan bayi (Goldman, 2000)
Menurut Roesli, Utami (2008) ada beberapa manfaat yang bisa didapatkan
dengan melakukan IMD, yaitu :
1. Menurunkan resiko kehilangan suhu pada bayi (hypothermia).
Bayi yang segera diletakkan di dada ibunya setelah dilahirkan akan mendapat
kehangatan sehingga dapat menurunkan resiko kehilangan suhu pada bayi dan
angka kematian bayi karena hypothermia.

Universitas Sumatera Utara

2. Membuat pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil.
Ketika berada di dada ibunya bayi meraa dilindungi dan kuat secara psikis

sehingga akan lebih tenang dan mengurangi stres sehingga pernafasan dan detak
jantungnya akan lebih stabil.
3. Bayi akan memiliki kemampuan melawan bakteri
IMD memungkinkan bayi akan kontak lebih dulu dengan bakteri ibu yang tidak
berbahaya , sehingga bakteri tersebut membuat koloni di usus dan kulit bayi yang
akan dapat menyaingi bakteri tidak baik dari lingkungan luar.
4. Bayi mendapat kolostrum dengan konsentrasi protein dan immunoglobulin
paling tinggi.
IMD akan merangsang pengeluaran oksitosin sehingga pengeluaran ASI dapat
terjadi pada hari pertama kelahiran, mengandung kolostrum yang memiliki
protein dan immunoglobulin dengan konsentrasi paling tinggi. Kolostrum sangat
bermanfaat bagi bayi karena kaya akan antibodi dan zat penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahanan terhadap infeksi yang sangat dibutuhkan bayi
demi kelangsungan hidupnya.
5. Mendukung keberhasilan ASI Eksklusif
Bayi yang diberikan kesempatan menyusu dini akan mempunyai kesempatan
lebih berhasil menyusu secara eksklusif dan mempertahankan menyusu daripada
yang menunda menyusu dini.

Universitas Sumatera Utara

6. Membantu pengeluaran plasenta dan mencegah perdarahan
Sentuhan, kuluman, dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan merangsang
sekresi hormon oksitosin yang berperan penting dalam kontraksi uterus,
mengurangi perdarahan merangsang pengeluaran ASI.
b. Manfaat IMD untuk Bayi
1. Menurunkan angka kematian bayi karena hypothermia,
2. Dada ibu menghangat bayi dengan suhu yang tepat,
3. Bayi mendapatkan kolustrum yang kaya akan anti bodi, penting untuk
pertumbuhan usus dan ketahanan bayi terhadap infeksi,
4. Bayi dapat menjilat kulit ibu dan menelan bakteri yang aman, berkoloni di usus
bayi dan menyaingi bakteri pathogen,
5. Menyebabkan kadar glukosa darah bayi yang lebih baik pada beberapa jam
setelah persalinan
6. Pengeluaran mekonium lebih dini, sehingga menurunkan intensitas ikterus
normal pada bayi baru lahir.
c. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) untuk Ibu
1. Ibu dan bayi menjadi lebih tenang,
2.

Jalinan kasih sayang ibu dan bayi lebih baik sebab bayi siaga dalam 1-2 jam
pertama,

3. Sentuhan, Jilatan, Usapan pada putting susu ibu akan merangsang pengeluaran
hormon oxyitosin,

Universitas Sumatera Utara

4. Membantu kontraksi uterus, mengurangi resiko perdarahan, dan mempercepat
pelepasan plasenta (Prawirohardjo, 2000).
2.1.4 Masalah-masalah dalam Praktek Inisiasi Menyusu Dini
Beberapa faktor yang menghambat pelaksanaan IMD antara lain pendapat
salah yang selama ini masih dipegang oleh masyarakat Indonesia. Beberapa pendapat
mengatakan bahwa bayi akan kedinginan jika diletakkan diatas perut ibunya tanpa
dibedong. Pendapat lain mengatakan bahwa setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk
segera menyusui (Besar, 2008).
Anggapan atau mitos yang menyatakan kolostrum adalah air susu yang tidak
baik dan harus dibuang merupakan salah satu faktor kendala dalam pelaksanaan IMD.
Mitos tersebut masih banyak ditemukan dimasyarakat karena masih rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kolostrum (Besar, 2008).
Menurut UNICEF (2006), Banyak sekali masalah yang dapat`menghambat
pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini antara lain:
1. Kurangnya kepedulian terhadap pentingnya Inisiasi Menyusu Dini.
2. Kurangnya konseling oleh tenaga kesehatan dan kurangnya`praktek Inisiasi
Menyusu Dini.
3. Adanya pendapat bahwa suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah
penyakit gonorrhea harus segera diberikan setelah lahir, padahal sebenarnya
tindakan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu
sendiri

Universitas Sumatera Utara

4. Masih kuatnya kepercayaan keluarga bahwa ibu memerlukan istirahat yang
cukup setelah melahirkan dan menyusui sulit dilakukan.
5. Kepercayaan masyarakat yang menyatakan bahwa kolostrum yang keluar pada
hari pertama tidak baik untuk bayi.
6. Kepercayaan masyarakat yang tidak mengijinkan ibu untuk menyusui dini
sebelum payudaranya di bersihkan
Faktor Ibu :

Faktor Pelayanan

1. Status Kesehatan

Kesehatan :

2. Umur
3. Paritas
Faktor Bayi:
Berat bayi Lahir

1. Kelas Ibu Hamil
2. Petugas penolong

4. Pendidikan

persalinan

5. Pekerjaan

Pengetahuan

6. Pengetahuan

Sikap

7. ANC

Faktor - faktor IMD

Keberhasilan IMD
Gambar 2.1. Faktor-faktor Keberhasilan IMD
(Skema Modifikasi dari Determinan Keberhasilan IMD)

Universitas Sumatera Utara

2.2 Kelas Ibu Hamil
Dalam perkembangan saat ini penyuluhan kesehatan ibu dan anak umumnya
dilakukan melalui kegiatan konseling pada individu atau ibu hamil yang datang
kepelayanan kesehatan ataupun Posyandu pada saat seorang ibu memeriksakan
kehamilannya. Akan tetapi kegiatan ini memiliki kelemahan, seperti masih rendahnya
pengetahuan seorang ibu sehingga pada saat melakukan konseling pengetahuan yang
didapat hanya sebatas permasalahan yang dihadapi si ibu. Selain itu tidak adanya
pemantauan yang kontinyu dan masih rendahnya pembinaan yang dilakukan
merupakan salah satu masalah yang banyak terjadi.
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan di atas, direncanakan metode
pembelajaran kelas ibu hamil. Kegiatan yang direncanakan adalah pembahasan
materi Buku KIA dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang diikuti diskusi dan
tukar pengalaman antara ibu-ibu hamil dan petugas kesehatan. Kegiatan kelompok
belajar ini diberi nama Kelas Ibu Hamil (KIH) (Kemenkes RI, 2011).
Kelas Ibu Hamil adalah kelompok belajar ibu-ibu hamil dengan umur
kehamilan antara 4 minggu s/d 36 minggu (menjelang persalinan) dengan jumlah
peserta maksimal 10 orang. Di kelas ini ibu-ibu hamil akan belajar bersama, diskusi
dan tukar pengalaman tentang kesehatan Ibu dan anak (KIA) secara menyeluruh dan
sistimatis serta dapat dilaksanakan secara terjadwal dan berkesinambungan.
(Kemenkes RI, 2011).
Kelas Ibu Hamil ini merupakan sarana untuk belajar bersama tentang
kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka dalam kelompok yang bertujuan

Universitas Sumatera Utara

untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu-ibu mengenai kehamilan,
perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, perawatan bayi baru lahir, mitos,
penyakit menular dan akte kelahiran. Kelas ibu hamil difasilitasi oleh bidan/tenaga
kesehatan dengan menggunakan paket Kelas Ibu Hamil yaitu Buku KIA, Flip chart
(lembar balik), Pedoman Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil, Pegangan Fasilitator Kelas
Ibu Hamil dan Buku senam Ibu Hamil.
Pendidikan dalam kelas ibu hamil (prenatal class) di negara asing
menunjukkan hasil positif dan telah berkembang menjadi standar kelas promosi
kesehatan di berbagai fasilitas kesehatan (Berman, 2006). Hasil penelitian Redshaw
& Henderson (2013) kelas ibu hamil mempersiapkan orang tua secara emosional dan
psikologis dalam menghadapi masa kehamilan, persalinan dan pola asuh, sehingga
mereka lebih percaya diri tentang peran mereka sebagai orang tua nanti.
Program kelas ibu hamil telah dikembangkan di Indonesia dan sangatlah
penting untuk dilakukan oleh ibu hamil secara berkesinambungan (Kemenkes RI,
2011). Program kelas ibu hamil ini sangatlah bermanfaat, sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan Purwarini (2012) menunjukkan bahwa pemberian
intervensi berupa kelas ibu hamil mampu meningkatkan sikap persalinan dan
kehamilan, pengetahuan persalinan dan kehamilan pada ibu hamil. Selain itu
penelitian Hastuti dkk (2011) menunjukkan bahwa kelas ibu hamil efektif
meningkatkan pengetahuan, sikap, ketrampilan dan meningkatkan tiga kali kunjungan
Antenatal Care (ANC) dibandingkan sebelum mengikuti kelas ibu hamil.

Universitas Sumatera Utara

2.2.1 Tujuan Kelas Ibu Hamil
Kelas ibu hamil merupakan salah satu kegiatan yang di tetapkan kementrian
kesehatan sejak tahun 2014. Adapun tujuan dari kelas ibu hamil adalah :
a

Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan perilaku ibu agar memahami

tentang Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama kehamilan, perawatan
kehamilan, persalinan, perawatan Nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru
lahir, mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
b

Tujuan Khusus :

1. Terjadinya interaksi dan berbagi pengalaman antar peserta (ibu hamil dengan ibu
hamil) dan antar ibu hamil dengan petugas kesehatan/bidan tentang kehamilan,
perubahan tubuh, keluhan selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan,
perawatan

Nifas,

KB

pasca

persalinan,

perawatan

bayi

baru

lahir,

mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.
2. Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang:
a. Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu?, perubahan
tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya,
apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil dan pengaturan gizi termasuk
pemberian tablet tambah darah untuk penanggulangan anemia).
b. Perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi kehamilan, hubungan
suami isteri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi

Universitas Sumatera Utara

oleh ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, dan P4K(perencanaan persalinan dan
pencegahan komplikasi).
c. Persalinan (tanda-tanda persalinan, tanda bahaya persalinan dan proses
persalinan).
d. Perawatan Nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat menyusui
ekslusif?, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas, tanda-tanda bahaya dan
penyakit ibu nifas).
e. KB pasca persalinan.
f. Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, pemberian k1 injeksi,
tanda bahaya bayi baru lahir, pengamatan perkembangan bayi/anak dan
pemberian imunisasi pada bayi baru lahir).
g. Mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat yang berkaitan dengan kesehatan
ibu dan anak.
h. Penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV-AIDS dan pencegahan
danpenanganan malaria pada ibu hamil).
i. Akte kelahiran.
2.2.2 Sasaran Kelas Ibu Hamil
Dalam pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil diharapkan tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai dengan maksimal. Adapun sasaran yang diharapkan dalam
pelaksanaan kelas ibu hamil adalah :

Universitas Sumatera Utara

a

Ibu Hamil :
Sebaiknya ibu hamil pada umur kehamilan 4 s/d 36 minggu, karena pada umur
kehamilan ini kondisi ibu sudah kuat, tidak takut terjadi keguguran, efektif untuk
melakukan senam hamil. Jumlah peserta kelas ibu hamil maksimal sebanyak 10
orang setiap kelas.

b

Suami/keluarga ikut serta minimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti
berbagai materi yang penting, misalnya materi tentang persiapan persalinan atau
materi yang lainnya.

2.2.3

Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Penyelenggaraan kelas Ibu Hamil dapat di dilaksanakan oleh Pemerintah,

Swasta LSM dan Masyarakat. Akan tetapi pada perkembangannya pelaksanaan kelas
ibu hamil ini hanya dilaksanakana oleh pemerintah (Petugas Puskesmas/bidan desa).
a. Fasilitator dan Nara Sumber
Fasilitator kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan yang telah
mendapat pelatihan fasilitator kelas ibu hamil (atau melalui on the job training)
dan setelah itu diperbolehkan untuk melaksanakan fasilitasi kelas ibu hamil.
Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil fasilitator dapat meminta bantuan nara
sumber untuk menyampaikan materi bidang tertentu. Nara sumber adalah tenaga
kesehatan yang mempunyai keahlian dibidangtertentu untuk mendukung kelas
ibu hamil.

Universitas Sumatera Utara

b. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan hal yang penting demi terlaksananya sebuah
kegiatan. Dalam menunjang terlaksananya dan keberhasilan kegiatan kelas ibu hamil
maka perlu diperhatikan sarana dan prasarana sebagai berikut :
1. Ruang belajar untuk kapasitas 10 orang peserta kira-kira ukuran 4 m x 5 m,
dengan ventilasi dan pencahayaan yang cukup
2. Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol, bolpoin) jika ada
3. Buku KIA
4. Lembar Balik kelas ibu hamil
5. Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil
6. Buku pegangan fasilitator
7. Alat peraga (KB kit, food model, boneka, metode kangguru, dll) jika ada
8. Tikar/karpet (matras)
9. Bantal, kursi(jika ada)
10. Buku senam hamil/CD senam hamil(jika ada)
Idealnya kelengkapan sarana dan prasarana seperti tersebut diatas, namun apabila
tidak ada ruangan khusus, dimanapun tempatnya bisa dilaksanakan sesuai
kesepakatan antara ibu hamil dan fasilitator. Sedangkan kegiatan lainnya seperti
senam hamil hanya merupakan materi tambahan bukan yang utama.

Universitas Sumatera Utara

c.

Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil
Dalam melakukan suatu kegiatan maka perlu dilakukan persiapan kegiatan.

Hal-hal yang harus di persiapkan sebelum pelaksanaan kelas ibu hamil adalah :
1. Melakukan identifikasi/mendaftar semua ibu hamil yang ada di wilayah kerja. Ini
dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah ibu hamil dan umur kehamilannya
sehingga dapat menentukan jumlah peserta setiap kelas ibu hamil dan berapa
kelas yang akan dikembangkan dalam kurun waktu tertentu misalnya, selama
satu tahun.
2. Mempersiapkan tempat dan sarana pelaksanaan kelas ibu hamil, misalnya tempat
di Puskesmas atau Polindes, Kantor Desa/Balai Pertemuan, Posyandu atau di
rumah salah seorang warga masyarakat. Sarana belajar menggunakan,
tikar/karpet, bantal dan lain-lain jika tersedia.
3. Mempersiapkan materi, alat bantu penyuluhan dan jadwal pelaksanaan kelas ibu
hamil serta mempelajari materi yang akan disampaikan.
4. Persiapan peserta kelas ibu hamil, mengundang ibu hamil umur kehamilan antara
4 sampai 36 minggu.
5. Siapkan tim pelaksana kelas ibu hamil yaitu siapa saja fasilitatornya dan nara
sumber jika diperlukan.
d. Pelaksanaan kelas ibu hamil
Pelaksanaan pertemuan kelas ibu hamil dilakukan sesuai dengan kesepakatan
antara bidan/petugas kesehatan dengan peserta/ibu hamil, dengan tahapan
pelaksanaan. (Terlampir Jadwal pelaksanaan kelas ibu hamil)

Universitas Sumatera Utara

e. Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Untuk memantau perkembangan dan dampak pelaksanaan kelas ibu hamil
perlu dilakukan monitoring dan evaluasi secara berkala dan berkesinambungan.
Seluruh pelaksanaan kegiatan kelas ibu hamil dibuatkan pelaporan dan
didokumentasikan.

Kebutuhan dalam masyarakat/di tempat,
Memilih materi yang dibutuhkan
Pertemuan Persiapan
Bentuk TIM
Sosialisasi KIH Kepada masyarakat
Persiapan
Pelaksanaan KIH dan Pelaporan
Monitoring
Evaluasi

Gambar 2.2. Skema Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil
Sumber, Kemenkes 2011

Universitas Sumatera Utara

2.3 Perilaku
Perilaku menurut Notoatmodjo (2007) adalah suatu aktivitas manusia itu
sendiri baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. Di samping
itu faktor stimulus sendiri, motivasi, latar belakang pengalaman individu, status
kepribadian dan sikap sangat mempengaruhi perilaku manusia. Green mengemukakan
bahwa perilaku manusia terbentuk oleh faktor predisposisi, pendukung dan
pendorong.
Menurut Skinner (1983) dalam Notoatmodjo (2010), di dalam menerima
informasi, masyarakat dapat menunjukkan dua respon yaitu :
a.

Respondent Respons atau Reflexive, yaitu respon yang ditimbulkan oleh
rangsangan–rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut dengan electing
stimulus,karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap.

b.

Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan
berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau rangsangan yang lain.
Perangsang yang terakhir ini disebut juga sebagai reinforcing stimuli atau
reinforce, karena berfungsi untuk memperkuat respons.
Berdasarkan bentuk respon terhadap stimulus ini, maka didalam teori S-O-R

(stimulus-organisme-respons) perilaku dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
a. Perilaku Tertutup (covert behabi)
Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup
(covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian,

Universitas Sumatera Utara

persepsi,

pengetahuan/kesadaran,

dan

sikap

terhadap

stimulus

yang

bersangkutan.
b. Perilaku Terbuka (Overt behavior)
Pada prilaku terbuka respon terhadap stimulus dalam tindakan nyata atau praktek
(practice), sehingga akan dapat dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang
lain.Oleh sebab itu perilaku ini disebut over behavior.
Penelitian Sri Rati, dkk tentang perilaku ibu post partum dalam pelaksanaan
IMD di Puskesmas Batua Kota Makasar meyatakan bahwa perilaku ibu tentang IMD
tergantung pada petugas penolong persalinan. Pada umumnya ibu belum begitu
paham akan IMD, akan tetapi karena IMD merupakan program pemerintah dan
puskesmas memiliki fasilitas IMD, maka penolong persalinan melakukan IMD walau
tanpa konfirmasi kepada ibu.
2.3.1. Perilaku Kesehatan
Berdasarka batasan perilaku dari Skinner (1938) tersebut, maka perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek
yang berkaitan dengan sakit atau penyakit. Oleh karena itu prilaku pemeliharaan
kesehatan dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanaance), dimana perilaku ini
dapat dibagi dalam tiga aspek,
1. Prilaku pencegahan, pengobatan dan pemulihan kesehatan,
2. Prilaku peningkatan kesehatan
3. Perilaku gizi (makanan dan minuman)

Universitas Sumatera Utara

b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistim atau fasilitas pelayanan kesehatan atau
sering disebut dengan pencarian pengobatan (health seeking behavior)
c. Perilaku kesehatan lingkungan.
Backer (1979) dalam Notoatmodjo (2010) membuat klasifikasi lain tentang
perilaku kesehatan, yaitu :
a. Perilaku hidup sehat
Adalah perilaku-perilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang
untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Perilaku ini mencakup
pengaturan pola hidup (aktifitas fisik, istirahat, pengendalian stres) dan pola
makan yang seimbang (appropriate diit).
b. Perilaku sakit (illnassbehavior)
Perilaku ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya
terhadap sakit, pengetahuan terhadap penyebab, gejala, pengobatan penyakit, dan
sebagainya.
c. Perilaku peran sakit (the sick rool behavior)
Pada prilaku ini orang sakit mempunyai peran yang mencakup hak-hak nya
(right) dan kewajiban sebagai orang sakit (obligation). Hak-hak ini harus
diketahui oleh orang yang sakit dan orang lain (terutama keluarganya), yang
selanjutnya disebut perilaku peran orang sakit (the sick role). Periaku ini
meliputi:

Universitas Sumatera Utara

1. Tindakan untuk memperoleh kesembuhan
2. Mengenal / mengetahu fasilitas atau sarana pelayanan / penyembuhan
penyakit yang layak,
3. Mengetahui hak (misalnya : hak memperoleh perawatan, memperoleh
pelayanan kesehatan, dsb) dan kewajiban orang sakit (tidak menularkan
penyakit kepada orang lain, memberitahukan penyakit kepada orang lain
terutama kepada dokter / petugas kesehatan, dsb).
Meskipun prilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau
rangsangan dari luar organisme (orang), namun didalam memberikan respons sangat
tergantung kepada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan.
Benyamin Bloom (1908) seorang ahli psikologi membagikan prilaku manusia
kedalam 3 (tiga) domain yaitu kognitif (cognitive), efektif (effektive), dan psikomotor
(psycomotor). Didalam perkembangannya, teori Bloom ini dimodifikasi untuk
mengukur hasil pendidikan kesehatan, yaitu :
1. Pengetahuan (Knowladge)
Pengetahuan adalah kesan didalam pikiran manusia sebagai hasil penggunaan
panca inderanya, yang berbeda kepercayaan (belief), takhayul (superstitions) dan
penerangan yang keliru (misinformations) (Soekanto,2002). Didalam melaksanakan
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pengetahuan memiliki peranan besar dalam
meningkatkan angka IMD. Penelitian Anita (2010) di rumah sakit bersalin Surakarta
tentang hubungan antara pengetahuan ibu tentang IMD dengan praktek IMD

Universitas Sumatera Utara

menyimpulkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan danpraktek
IMD di rumah sakit tersebut.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam
membentuk tindakan seseorang, karena pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan
ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap objek tertentu melalui indra
yang dimiliki dan sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap
objek. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang
lain (Notoatmodjo, 2010). Karena dalam pengalaman dan penelitian ternyata perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (ling lasting) dari pada
perilaku yang tidak didasari oleh pegetahuan. Menurut Lukman dan Hendra (2008),
pengetahuan dapat dipengaruhi oleh faktor umur, lingkungan, pendidikan, mass
media, sosial budaya, ekonomi dan intelegensi.
Penelitian

Rogers

pada

tahun

1974

(dalam

Notoatmodjo,

2007)

mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi pikiran baru, didalam diri orang
tersebut terjadi proses yang berurutan, yaitu ;
a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui
stimulus terlebih dahulu.
b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimuus atau objek tertentu.
c. Evaluation yaitu menimbang-nimbang terhadap baik dan tidaknya stimulasi
tersebut terhadap dirinya.
d. Trial (mencoba) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus.

Universitas Sumatera Utara

Merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan
seseorang dan perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Semakin banyak pengetahuan ibu
post partum tentang manfaat IMD untuk pertumbuhan dan perkembangan anak akan
membantu ibu dalam memberikan ASI sedini mungkin (Dianartiana, 2011)
Pengetahuan yang dicakup didalam domainkognitif mempunyai 6 (enam)
tindakan, yakni :
a. Know (tahu)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini adalah merupakan
tingkat pengetahuan paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa seseorang
itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, menguraikan, mengidentifikasikan dan
menyatakan.
b. Comprehension (memahami)
Memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar.
Orang

yang

paham

harus

dapat

menjelaskan,

menyebutkan

contoh,

menyimpulkan dan meramalkan.

Universitas Sumatera Utara

c. Application (Aplikasi / penerapan)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
dapat mrnggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada
situasi yang lain.
d. Analysis (analisis)
Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan,
kemudian mencari hubungan antara kemponen-komponen yang terdapat dalam
suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang
itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat
membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tersebut.
e. Synthesis (sintesis)
Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau
meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen
pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
f. Evaluation (evaluasi)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya
didasarkan pada suatu kriteriayang ditentukan sendiri atau norma-norma yang
berlaku dimasyarakat.

Universitas Sumatera Utara

2. Sikap ( attitide )
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap stimulus atau objek. Newcomb, salah seorang ahli psikologi sosial
menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kediaan untuk bertindak, dan
bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan tindakan atau
aktifitas.

Sikap

ini

merupakan

reaksi

tertutup,

bukan

merupakan

reaksi

terbuka(Notoadmodjo, 2003). Didalam menerima rangsangan pada Kelas Ibu Hamil
diharapkan ibu yang mengikuti kelas tersebut memilki sikap yang baik terhadap
informasi yang disampaikan.
a. Komponen Pokok Sikap
Allport (1954 ) dalam Notoatmodjo 2013 menjelaskan bahwa sikap itu
mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu :
1.

Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu objek

2.

Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3.

Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama – sama membentuk sikap yang utuh

(total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,
keyakinan, dan emosi memegang peranan yang penting.

Universitas Sumatera Utara

b. Tingkatan Sikap
Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :
1.

Menerima ( receiving )
Diartikan bahwa subjek (orang) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan objek. Hal ini dapat dilihat dari kesediaan peserta dalam menghadiri
dan memperhatikan materi-materi yang disampaikan.

2.

Merespon ( responding )
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas
yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Dengan menjawab dan
mengerjakan tugas yang diberikan maka orang tersebut menerima ide yang
diberikan.

3.

Menghargai ( valuing )
Mengajak

orang

lain

untuk

mendiskusikan

atau

mengerjakan

dan

menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.
4.

Bertanggung jawab ( responsible )
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara

langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau responterhadap suatu objek.
Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pertanyaan – pertanyaan hipotesis,
kemudian ditanyakan kepada responden.

Universitas Sumatera Utara

2.4 Peran Penolong Persalinan
Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui.
Merhasil atau tidaknya praktek IMD ditempat pelayan kesehatan sangat tergantung
pada petugas penolong persalinan yaitu bidan. Penolong persalinan harus mengetahui
dan memahami dengan benar tatalaksana IMD dan laktasi. Kesiapan tenaga kesehatan
dalam melaksanakan proses laktasi sangat menentukan keberhasilan IMD.
Idris (2009) menyatakan bahwa pengetahuan petugas pertolongan persalinan
merupakan salah satu faktor penting didalam keberhasilan praktek IMD. Informasi
IMD dominan didapatkan dari bidan yang melakukan pemeriksaan kehamilan dan
yang menolong persalinan. Yang menjadi masalah adalah informasi tersebut tidak
selamanya disampaikan bidan tersebut jauh hari sebelum persalinan, bahkan
terkadang diberitahu setelah proses persalinan. Namun yang paling dominan adalah
penyampaian informasi IMD dilakukan pada saat pemeriksaan kehamilan. Dengan
pengetahuan yang baik diharapkan bidan dapat memberikan informasi lebih awal
kepada ibu hamil, akan tetapi

informasi tentang IMD dan ASI Esklusif sering

diberikan pada saat umur kehamilan mendekati proses persalinan. Keterlambatan ini
menyebabkan masih terdapat ibu yang ragu mengambil keputusan IMD.
2.4.1 Sikap dan Tindakan Penolong Persalinan dalam IMD
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam tindakan (overt behavior). Untuk
mewujudkan suatu sikap menjadi sebuah perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu situasi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak

Universitas Sumatera Utara

lain, seperti suami atau istri, orang tua atau mertua, dan lain-lain. Praktek ini
mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :
1. Persepsi (perseption)
Mengenal dan memiliki berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan
diambil adalah merupakan praktek pertama.
2. Respon terpimpin (guided response)
Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benardan sesuai dengan
contoh merupakan indikator praktek tingkat dua.
3. Mekanisme (mecanism)
Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis,
atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka iasudah mencapai praktek
tingkat tiga.
4. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.
Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kemenaran
tindakan tersebut.
Menurut Robin (2003) mengemukakan sikap berhubungan dengan pekerjaan /
tindakan. Bagaimana sikap akan menggambarkan tindakan yang akan dilakukannya
dan mencerminkan kenyamanan didalam bekerja. Tindakan bidan dalam praktek
IMD juga diungkap Februhartatnty, dalam penelitiannya bahwa sekitar 80% bayi baru
lahir mendapatkan minuman / makanan prelakteal berdasarkan anjuran petugas
kesehatan.

Universitas Sumatera Utara

Pengukuran prilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
wawancara terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari, atau
bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni
dengan mengobserfasi tindakan atau kegiatan responden.

2.5 Landasan Teori
Dalam upaya meningkatan pengetahuan ibu dan praktik Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) tergantung pada faktor-faktor yang dimiliki oleh ibu hamil. Dalam
penelitian ini yang diteliti adalah pengetahuan dan sikap ibu yang mengikuti kelas ibu
hamil terhadap pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Kecamatan Langsa Kota Kota
Langsa Tahun 2016.
Teori Stimulus Organisme (SOR) merupakan salah satu teori mengenai
perubahan perilaku. Penggunaan tiori ini sebagai landasan teori dalam penelitian ini
didasarkan pada asumsi bahwa penyebab terjadinya perubahan perilaku tergantung
pada kualitas rangsangan (stimulus) yang berhubungan dengan organisme. Proses
perubahan perilaku merupakan gambaran proses belajar pada individu sebagaimana
pada bagan berikut :
RESPON TERTUTUP
- Pengetahuan
- Sikap
STIMULUS

ORGANISME

RESPON TERBUKA
- Praktik / tindakan

Gambar 2.3 Bagan Teori Stimulus – Organisme – Respon

Universitas Sumatera Utara

Stimulus (rangsangan) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau
ditolak. Apabila stimulus tersebut ditolak berarti stimulus tersebut tidak efektif
didalam mempengaruhi individu, dan berhenti disini. Tapi bila stimulus diterima
maka ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif dan dapat dilanjutkan
kepada proses berikutnya. Setelah itu organisme akan mengolah stimulus tersebut
sehingga terjadi kekesediaan untuk bertindak sesuai dengan stimulus yang
diterimanya. Dengan adanya dorongan dan dukungan dari lingkungan dan fasilitas,
maka stimulus tersebut mempunyai efek tindakan dari individu tersebut (perubahan
perilaku).
Berdasarkan tori SOR maka perilaku manusia dapat dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu :
a. Perilaku Tertutup.
Perilaku tertutup merupakan bilamana respons seseorang terhadap stimulus yang
didapatnya belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon
seseorang masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan
sikap terhadap stimulus yang diterimanya. Dalam penelitian ini yang menjadi
perilaku / renpon tertutup adalah pengetahuan dan sikap terhadap IMD.
b. Perilaku Terbuka
Perilaku terbuka terjadi apabila seseorang merespon stimulus yang didapatnya
dalam bentuk tindakan dan dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. . Dalam
penelitian ini yang menjadi perilaku / renpon terbuka adalah praktik IMD.

Universitas Sumatera Utara

2.6 Kerangka Konsep
Variabel independen dalam penelitian ini adalah Kelas Ibu Hamil,
pengetahuan dan sikap ibu dan tindakan penolong persalinan, sedangkan variabel
depanden adalah tindakan dalam melakukan praktek Inisiasi Menyusu Dini. Secara
skematis, kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Kelas Ibu Hamil :
Pengetahuan ibu
Sikap Ibu

Inisiasi Menyusu Dini

Sikap Penolong
Persalinan

Gambar 2.4 Kerangka Konsep

Universitas Sumatera Utara