Pengetahuan dan Sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD dr R.M Dr. R.M Djoelham Binjai

(1)

PENNGETAHU MEN

U

UAN DAN S NYUSU DIN RSUD dr.

FAKUL UNIVERSI

SIKAP IBU NI DI POL . R.M DJO

SKRIP Oleh Wirda Fa 0911210 LTAS KEP ITAS SUM 2010 U HAMIL LIKLINIK I ELHAM B PSI : aswita 034 ERAWAT MATERA U 0 TENTANG IBU HAMI BINJAI AN UTARA G INISIAS IL I


(2)

(3)

PRAKATA

Segala puji kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah yang telah dilimpahkan-Nya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUD Dr. RM Djoelham Binjai ”.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian proposal skripsi ini, sebagai berikut:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan USU 2. Ibu Ellyta Aizar, S.Kp sebagai dosen pembimbing I skripsi yang telah

banyak membimbing, meluangkan waktu untuk berdiskusi dan mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta memotivasi saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp. MARS selaku dosen pembimbing II skripsi yang telah banyak membimbing, meluangkan waktu untuk berdiskusi dan mengajarkan cara penulisan skripsi yang baik dan benar, serta memotivasi saya untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Ibu Siti Saidah, S.Kp. M.Kep., Sp.Mat sebagai dosen penguji yang telah banyak memberi kritikan dan masukan kepada saya.

5. Kedua orangtua saya Drs Awaluddin Matondang dan Syarifah Sampe Lubis, S.Pd yang telah memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan tulus dan selalu memotivasi serta mendo’akan saya.


(4)

6. Terimakasih juga kepada abang dan adik saya, Rizki Chandra Bahari, Amd dan Anggita Purnama Ariani atas support dan semangat yang selalu diberikan.

7. Terimakasih juga kepada sahabat tersayang Sulhairi Lubis atas bantuan, motivasi serta do’anya.

8. Tidak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman seperjuangan Amel, Zal, Buk Suriani, Ridha, dan semuanya yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

9. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang mendukung dalam pembuatan skripsi ini.

Kiranya Tuhanlah yang yang akan membalas setiap kebaikan semua pihak yang telah menolong peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat bagi masyarakat.

Medan, Januari 2011


(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul….……….. i

Halaman Pengesahan……… ii

Prakata………...……… iii

Daftar Isi………..……….. v

Daftar Tabel……….. viii

Daftar Skema………. ix

Abstrak……… x

BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar belakang……….. 1

1.2Perumusan Masalah……….. 5

1.3Tujuan penelitian……… 5

1.3Tujuan penelitian………... 5

1.5 Manfaat penelitian……… 6

BAB 2 Tinjauan pustaka 2.1 Pengetahuan………. 7

2.1.1 Defenisi Pengetahuan………. 7

2.1.2 Tingkatan Pengetahuan……… 7

2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempegaruhi Pengetahuan………. 9

2.1.4 Pengukuran Pengetahuan………..…….. 10

2.2 Sikap……….…………... 11

2.2.1 Pengertian Sikap………..……….. 11

2.2.2 Pengelompokan Sikap………. 11

2.2.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap………. 13


(6)

2.3 Inisiasi Menyusu Dini……… 16

2.3.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini……… 16

2.3.2 Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini……….… 16

2.3.3 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini………. 17

2.3.4 Faktor Pendukung IMD..……… 19

BAB 3 Kerangka Penelitian 3.1Kerangka konseptual……… 22

3.2Definisi operasional………. 24

BAB 4 Metode penelitian 4.1Desain Penelitian……… 25

4.2Populasi dan Sampel……….………. 25

4.2.1 Populasi……… 25

4.2.2 Sampel………. 25

4.3Lokasi dan waktu penelitian……….. 26

4.4Pertimbangan Etik Penelitian……… 27

4.5Instrumen penelitian……….. 28

4.6Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian…………..… 28

4.7Pengumpulan Data…………...……….. 29

4.8Analisa Data……….. 30

BAB 5 Hasil dan Pembahasan 5.1 Hasil Penelitian……….……… 32

5.11 Deskripsi Karakterisitik Responden……… 33

5.1.2 Pengetahuan Responden tentang IMD……… 34

5.1.3 Deskripsi Sikap Responden tentang IMD……….. 35

5.2 Pembahasan……….... 35

5.2.1 Pengetahuan Responden……….... 35


(7)

BAB 6 Kesimpulan dan Saran

6.1 Kesimpulan………. 43

6.2 Saran……….. 43

6.2.1 Pelayanan Keperawatan……….. 44

6.2.2 Pendidikan Keperawatan………. 44

6.2.3 Penelitian Selanjutnya……….……… 44 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Inform Consent 2. Instrumen Penelitian

3. Hasil Uji Reliabilitas Pengetahuan 4. Hasil Uji Reliabiltas Sikap

5. Surat Izin Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU 6. Surat Izin Penelitian dari RSUD Dr. RM Djoelham Binjai 7. Hasil Analisa Data

8. Taksasi Dana 9. Riwayat Hidup


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden……… 33 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Pengetahuan Ibu Hamil

Tentang IMD………..……… 34

Tabel 5.3 Distribusi frekuensi dan persentase Sikap ibu hamil tentang


(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 Kerangka konseptual penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini……… 23


(10)

Judul : Pengetahuan dan Sikap ibu hamil tentang Inisiasi

Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD dr R.M Dr. R.M Djoelham Binjai

Nama : Wirda Faswita

NIM : 091121034

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Manfaat IMD bagi ibu adalah merangsang produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. IMD belum banyak diketahui masyarakat bahkan juga petugas kesehatan. Hal ini karena IMD merupakan ilmu pengetahuan yang baru bagi masyarakat Indonesia. Keberhasilan suatu tindakan IMD akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan pelaksana melakukan IMD. Dalam hal ini pelaksana langsung IMD adalah ibu bersama bayinya. Kesiapan ibu dalam melaksanakan IMD sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu hamil. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil (PIH) RSUD Dr. RM Djoelham Binjai. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di PIH RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Pengambilan data dilakukan pada bulan juli 2010 selama satu bulan dan melibatkan 83 orang ibu hamil yang berkunjung ke PIH RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Berdasarkan pengetahuan ibu hamil menunjukkan bahwa 17 orang (20,5%) memiliki pengetahuan baik, 59 orang (71,1%) memiliki pengetahuan yang cukup, 6 orang (7,2%) memiliki pengetahuan kurang dan 1 orang memiliki pengetahuan buruk (1,2%). Berdasarkan sikap ibu hamil 81 orang (97,6%) memiliki sikap yang positif dan 2 orang (2,4%) memiliki sikap negatif tentang IMD. Disarankan pada pelayanan keperawatan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang IMD, sehingga ibu hamil mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melaksanakan IMD.


(11)

Judul : Pengetahuan dan Sikap ibu hamil tentang Inisiasi

Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD dr R.M Dr. R.M Djoelham Binjai

Nama : Wirda Faswita

NIM : 091121034

Jurusan : Sarjana Keperawatan (S.Kep)

Tahun : 2010

ABSTRAK

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Manfaat IMD bagi ibu adalah merangsang produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi. IMD belum banyak diketahui masyarakat bahkan juga petugas kesehatan. Hal ini karena IMD merupakan ilmu pengetahuan yang baru bagi masyarakat Indonesia. Keberhasilan suatu tindakan IMD akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan pelaksana melakukan IMD. Dalam hal ini pelaksana langsung IMD adalah ibu bersama bayinya. Kesiapan ibu dalam melaksanakan IMD sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu hamil. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil (PIH) RSUD Dr. RM Djoelham Binjai. Penelitian deskriptif ini bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di PIH RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Pengambilan data dilakukan pada bulan juli 2010 selama satu bulan dan melibatkan 83 orang ibu hamil yang berkunjung ke PIH RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai. Berdasarkan pengetahuan ibu hamil menunjukkan bahwa 17 orang (20,5%) memiliki pengetahuan baik, 59 orang (71,1%) memiliki pengetahuan yang cukup, 6 orang (7,2%) memiliki pengetahuan kurang dan 1 orang memiliki pengetahuan buruk (1,2%). Berdasarkan sikap ibu hamil 81 orang (97,6%) memiliki sikap yang positif dan 2 orang (2,4%) memiliki sikap negatif tentang IMD. Disarankan pada pelayanan keperawatan agar menggalakkan kegiatan pendidikan kesehatan terutama tentang IMD, sehingga ibu hamil mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melaksanakan IMD.


(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas agar masyarakat Indonesia dapat melanjutkan perjuangan pembangunan nasional untuk menuju masyarakat sejahtera, adil, dan makmur. Kualitas SDM diukur dari kecerdasan, kematangan emosi, kemampuan berkomunikasi, serta keimanan dan ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Roesli, 2007).

Setiap ibu menghasilkan air susu yang kita sebut Air Susu Ibu sebagai makanan alami yang disediakan untuk bayi. Pemberian ASI eksklusif serta proses menyusui yang benar meupakan sarana yang dapat diandalkan untuk membangun SDM yang berkualitas. Seperti kita ketahui, ASI adalah makanan satu-satunya yang paling sempurna untuk menjamin tumbuh kembang bayi pada 6 bulan pertama. Selain itu dalam proses menyusui yang benar, bayi akan mendapat perkembangan jasmani, emosi, maupun spiritual yang baik dalam kehidupannya (Roesli, 2007).

Selama ini, masih banyak ibu-ibu yang mengalami kesulitan untuk menyusui bayinya. Hal ini antara lain karena kemampuan bayi untuk menghisap ASI kurang sempurna sehingga secara keseluruhan proses menyusu terganggu.


(13)

Keadaan ini ternyata disebabkan terganggunya proses alami dari bayi untuk menyusu segera setelah lahir. Selama ini, penolong persalinan selalu memisahkan bayi dari ibunya segera setelah lahir, untuk dibersihkan, ditimbang, ditandai dan diberi pakaian. Ternyata proses ini sangat mengganggu proses alami bayi untuk menyusu (Roesli,2007).

Di Indonesia saat ini tercatat Angka Kematian Bayi masih sangat tinggi yaitu 35 tiap 1.000 kelahiran hidup dan sekitar 175.000 bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun. Menurut penelitian yang dilakukan di Ghana tahun 2006 diterbitkan dalam jurnal ilmiah Pediatrics, 22 persen kematian bayi yang baru lahir, yaitu kematian bayi yang terjadi dalam satu bulan pertama, dapat dicegah bila bayi disusui oleh ibunya dalam satu jam pertama kelahiran. Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan program Inisiasi Menyusui Dini dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran .Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya (Wardani,2007).

Pentingnya ASI bagi ibu dan bayi, maka pada tahun 1992 WHO/UNICEF mengeluarkan protokol penting tentang Inisiasi Menyusu Dini sebagai salah satu dari evidence for the ten steps to successful breastfeeding yang harus diketahui oleh setiap tenaga kesehatan. Segera setelah dilahirkan, bayi diletakkan di dada


(14)

atau perut atas ibu selama paling sedikit satu jam untuk memberi kesempatan pada bayi untuk mencari dan menemukan putingnya (Prawirohardjo, 2008).

Penelitian di Jakarta tahun 2003 oleh Fika dan Syafiq menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusui segera stelah lahir, hasilnya delapan kali lebih berhasil dalam menajalani ASI eksklusif. Karen Edmond (2006) melakukan penelitian pada 10.947 bayi yang lahir antara juli 2003 sampai juni 2004. Bayi tersebut diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dan dibiarkan kontak ke kulit ibu. Hasilnya adalah 22% nyawa bayi di bawah 28 hari dapat diselamatkan. Sementara ,jika bayi dibiarkan menyusu pertama saat berusia di atas 2 jam dan di bawah 24 jam pertama yaitu hanya 16% nyawa bayi di bawah 28 hari yang dapat diselamatkan (Roesli, 2007).

Roesli (2007) dalam bukunya yang berjudul Inisiasi Menyusu Dini menyatakan dari beberapa penelitian di dalam dan di luar negeri, ternyata Inisiasi Menyusu Dini tidak hanya menberi kesuksesan pada pemberian ASI eksklusif. Lebih dari itu, terlihat hasil yang nyata, yaitu dapat menyelamatkan nyawa bayi. Menyusu di satu jam pertama bayi baru lahir sangat berperan dalam menurunkan angka kematian bayi. Faktanya adalah dalam satu tahun, empat juta bayi berusia 28 hari meninggal. Jika semua bayi di dunia segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi setidaknya selama satu jam maka satu juta nyawa bayi ini dapat diselamatkan.

Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). IMD akan sangat


(15)

membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI eksklusif (ASI saja) dan lama menyusui. Dengan demikian, bayi akan terpenuhi kebutuhannya hingga usia dua tahun, dan mencegah anak kurang gizi (seksi gizi Kabupaten Kulonprogo,2009).

Manfaat IMD bagi bayi adalah membantu stabilisasi pernapasan, mengendalikan suhu tubuh bayi lebih baik dibandingkan dengan inkubator, menjaga kolonisasi kuman yang aman untuk bayi dan infeksi nosokomial. Kadar bilirubin bayi juga lebih cepat normal karena pengeluaran mekonium lebih cepat sehingga dapat menurunkan insiden ikterus bayi baru lahir. Kontak kulit dengan kulit juga membuat bayi lebih tenang sehingga didapat pola tidur yang lebih baik. Dengan demikian, berat badan bayi cepat meningkat. Bagi Ibu, IMD dapat mengoptimalkan pengeluaran hormone okstosin, prolaktin dan secara psikologis dapat menguatkan ikatan batin antara ibu dan bayi (Prawirohardjo, 2008).

Pengetahuan tentang IMD belum banyak diketahui masyarakat bahkan juga petugas kesehatan. Hal ini karena IMD adalah ilmu pengetahuan yang baru bagi Indonesia. Berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2002-2003 hanya ada empat persen bayi yang mendapat ASI dalam satu jam kelahirannya. Hasil survei lanjutan Demografi Kesehatan Indonesia, hanya delapan persen bayi Indonesia yang mendapat ASI eksklusif selama enam bulan, sedangkan pemberian susu formula terus meningkat hingga tiga kali lipat dalam kurun waktu lima tahun terakhir (Wardani, 2007).

Berdasarkan survei awal yang dilakukan peneliti terkait dengan IMD yang dilakukan dengan wawancara kepada bidan di Poliklinik Ibu Hamil (PIH) RSUD


(16)

Dr. R.M Djoelham Binjai, kegiatan penyuluhan IMD masih belum digalakkan sehingga hal ini akan berdampak kepada pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD yang berkunjung ke PIH RSUD Dr. RM Djoelham Binjai. Pada sisi lain, keberhasilan suatu tindakan akan sangat dipengaruhi oleh kesiapan pelaksana/ subyek yang melakukan tindakan tersebut. Dalam hal ini pelaksana langsung IMD adalah ibu bersama bayinya. Kesiapan ibu dalam melaksanakan IMD sangat dipengaruhi oleh pengetahuan dan sikap ibu hamil. Belum diketahui bagaimana pengetahuan dan sikap ibu hamil di RSUD Dr. RM Djoelham Binjai tentang IMD. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD di PIH RSUD Dr. RM Djoelham Binjai.

Pengetahuan, sikap dan tindakan sebenarnya merupakan perilaku yang tidak dapat dipisahkan (Benyamin Bloom,1998). Dalam hal ini peneliti hanya mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu hamil tanpa mengidentifikasi tindakan dikarenakan dalam mengidentifikasi tindakan ibu hamil tentang IMD memerlukan waktu yang lama dimana saat ibu hamil telah mendapat tindakan IMD saat proses persalinan. Tindakan ini juga memerlukan penelitian dengan observasi untuk mengetahui tindakan ketepatan dari pelaksanaan IMD.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti merumuskan masalah yang akan diteliti seberapa jauh pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini di RSUD Dr. RM Djoelham Binjai.


(17)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan gambaran tingkat pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini.

1.4 Pertanyaan Penelitian

1.4.1 Bagaimana pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini?

1.4.2 Bagaimana sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusui Dini?

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan akan dapat memberikan manfaat kepada berbagai pihak yaitu:

1.5.1 Pendidikan Keperawatan

Sebagai informasi dalam pendidikan keperawatan maternitas, sehingga dapat menjadikan pedoman untuk lebih memasyarakatkan Program Pemerintah tentang Inisiasi Menyusu Dini.

1.5.2 Praktek Keperawatan

Sebagai fakta teruji bagi praktik keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan baik di RS maupun di Klinik Bersalin tentang Inisiasi Menyusu Dini.

1.5.3 Penelitian Keperawatan

Dapat digunakan sebagai data tambahan pada pengembangan penelitian selanjutnya terkait dengan Inisiasi Menyusu Dini.


(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengetahuan

2.1.1 Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.(Notoatmodjo, 1997). Menurut Taufik (2007), pengetahuan merupakan penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan lain sebagainya).

2.1.2 Tingkatan pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (1993), Pengetahuan mempunyai tingkatan yatu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya . Termasuk pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefenisikan menyatakan dan sebagainya. Contoh dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.


(19)

b. Memahami

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui. Dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar . Orang tekah paham terhadap objek materi harus daoat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya. Contoh dapa menjelaskan mengapa kita harus makan makanan yang bergizi.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajri pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau kegunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kontak atau situasi yang lain. Contohnya dapat menggunakan prinsip-prinsip, siklus pemecahan masalah, dari kasus yang diberi.

d. Analisis (Analysis)

Analisis Adalah suatu harapan untuk menjabarkan suatu materi atau objek dalam komponen-komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya dengan yang lain. Kemampuan analisa ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.


(20)

e. Sintesis

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan-kemampuan untuk menyusun, merencanakan, meningkatkan, menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang telah ada

2.1.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:

a. Pendidikan

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi.

b. Mass media / informasi

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi baru.

c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian


(21)

seseorang akan bertambah pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

d. Lingkungan

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai pengetahuan oleh setiap individu.

e. Pengalaman

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.

f. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik.

2.1.4 Pengukuran pengetahuan

Pengukuran Pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau


(22)

responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan pengetahuan (Notoadmodjo, 2003).

2.2 Sikap

2.2.1 Pengertian Sikap

Carl Jung, seorang ahli yang membahas tentang sikap. Ia mendefinisikan tentang sikap sebagai kesiapan dari psike untuk bertindak atau bereaksi dengan cara tertentu. Sikap sering muncul dalam bentuk pasangan, satu disadari sedang yang lainnya tidak disadari (Suwondo, 2009).

Rahayuningsih (2008) dalam tulisannya berjudul Psikologi Umum mendefenisikan sikap sebagai suatu bentuk dari perasaan, yaitu perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung (Unfavourable) pada suatu objek.

2.2.2 Pengelompokan Sikap

Sementara menurut Azwar (1995) sikap dapat dikategorikan ke dalam tiga orientasi pemikiran, yaitu:

a. Berorientasi pada respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood. Dalam pandangan mereka, sikap adalah suatu bentuk atau reaksi perasaan. Secara lebih operasional sikap terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) terhadap objek tersebut (Berkowitz dalam Azwar 1995).


(23)

b. Berorientasi pada kesiapan respon

Orientasi ini diwakili oleh para ahli seperti Chave, Bogardus, LaPierre, Mead, dan Allport. Konsepsi yang mereka ajukan ternyata lebih kompleks. Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan ini berarti kecenderungan potensial untuk bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan kepada suatu stimulus yang menghendaki adanya respons. Sikap oleh La Pierre (dalam Azwar 1995) dikatakan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial; atau secara sederhana sikap adalah respons terhadap stimuli sosial yang telah terkondisikan.

c. Berorientasi pada skema triadik

Menurut pandangan orientasi ini, sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi dalam memahami, merasakan, dan berperilaku terhadap suatu objek. Secord dan Backman (dalam Azwar 1995) mendefinisikan sikap sebagai keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek lingkungan sekitarnya.

Menurut Mar’at (1984) ketiga komponen dalam sikap masih dapat dijabarkan lagi sebagai berikut:

a. Komponen kognitif, berhubungan dengan: belief (kepercayaan atau keyakinan), ide, dan konsep.


(24)

c. Komponen konatif, yang merupakan kecenderungan bertingkah laku.

2.2.3 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Sikap

Faktor-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap anatara lain: a. Pengalaman pribadi

Dasar pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, dan harus meninggalkan kesan yang kuat.Sikap akan mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional

b. Kebudayaan

Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat individu tersebut dibesarkan. Contohnya yaitu pada sikap orang kota dan orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan

c. Orang lain yang dianggap penting (Significant Otjhers)

Orang lain yang dianggap penting adalah orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin dikecewakan, dan yang berarti khusus. Misalnya, orangtua, pacar, suami/isteri, teman dekat, guru, pemimpin. Umumnya individu tersebut akan memiliki sikap yang searah (konformis) dengan orang yang dianggap penting. d. Media massa

Media massa berupa media cetak dan elektronik. Dalam penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif yang dapat mempengaruhi opini kita Jika pesan sugestif yang disampaikan cukup kuat, maka akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.


(25)

e. Institusi / Lembaga Pendidikan dan Agama

Institusi berfungsi meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu pemahaman baik dan buruk, salah atau benar, yang menentukan sistem kepercayaan seseorang hingga ikut berperan dalam menentukan sikap seseorang.

f. Faktor Emosional

Faktor emosi adalah suatu sikap yang dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai semacam penyaluran frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisime pertahanan ego.

Dapat bersifat sementara ataupun menetap (persisten/tahan lama), contohnya adalah Prasangka (sikap tidak toleran, tidak fair) ( Rahayuningsih, 2008).

2.2.4 Pengukuran Sikap

Pengukuran sikap secara ilmiah dapat diukur, dimana sikap terhadap objek diterjemahkan dalam sistem angka. Dua metode pengukuran sikap adalah Metode Self Report dan Pengukuran Involuntary Behavior.

a. Self Report

Misalnya ketika menyatakan kesukaan terhadap objek saat ditanya dalam interview atau menuliskan evalusi-evalusi dari suatu kuesioner. Dalam metode ini, jawaban yang diberikan dapat dijadikan indikator sikap seseorang. Kelemahannya adalah jika individu tidak menjawab pertanyaan yang diajukan maka tidak dapat diketahui pendapat atau sikapnya. Self Report terdiri dari:


(26)

1. Public Opinion Polling

Digunakan untuk mengumpulkan data dari masyarakat yang berkaitan dengan opini. Digunakan untuk meramalkan sesuatu atau menyediakan informasi, misalnya pro dan kontra aborsi, pembelian suatu produk (representatif). Empat langkah polling antara lain seleksi terhadap sampel dari responden, menyusun item-item sikap, mengambil data terhadap sampel, dan tabulasi data. Dalam pengukuran Public Opini Polling, item skala terdiri dari pertanyaan-pertanyaan tentang objek, format jawaban tertutup (setuju – tidak setuju) dan terbuka misalnya aborsi tidak dilarang agama. Pertanyaan tertutup antara lain, sangat setuju, setuju, tidak tahu, tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

2. Skala Sikap

Skala Sikap yaitu kumpulan pertanyaan mengenai objek sikap. Mencoba memperoleh pengukuran yang tepat tentang sikap seseorang. Akurasi pengukuran dilakukan dengan penggunaan beberapa item yang berkaitan dengan isu yang sama. Skala sikap melibatkan belief dan opini terhadap suatu objek. Pertanyaan-pertanyaan atau item yang membentuk skala sikap dikenal dengan statement (pernyataan yang menyangkut objek psikologis).

b. Pengukuran Involuntary Behavior (Pengukuran terselubung)

Pengukuran Involunter adalah pengukuran yang dapat dilakukan jika memang diinginkan atau dapat dilakukan oleh responden dalam banyak situasi, akurasi pengukuran sikap dipengaruhi oleh kerelaan responden. Pendekatan ini merupakan pendekatan observasi terhadap reaksi-reaksi fisiologis yang terjadi


(27)

tanpa disadari dilakukan oleh individu yang bersangkutan. Observer dapat menginterpretasikan sikap individu mulai dari fasial reaction, voice tones, body gesture, keringat, dilatasi pupil mata, detak jantung, dan beberapa aspek fisiologis lainnya (Rahayuningsih, 2008).

2.3 Inisiasi Menyusu Dini

2.3.1 Pengertian Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Cara bayi melakukan Inisiasi Menyusu Dini ini disebut baby crawl (Hegar dkk, 2008).

Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu) (seksi gizi dinas kesehatan Kulonprogo, 2009 ).

2.3.2 Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini

Keuntungan Inisiasi Menyusu Dini bagi bayi adalah sebagai makanan dengan kualitas dan kuantitas yang optimal agar kolostrum seegera keluar yang disesuaikan dengan kebutuhan bayi, memberikan kesehatan bayi dengan kekebalan pasif yang segera kepada bayi. Kolostrum adalah imunisasi pertama bagi bayi, meningkatkan kecerdasan, membantu bayi mengkoordinasikan hisap, telan dan nafas, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi, mencegah kehilangan panas, merangsang kolostrum segera keluar. Bagi Ibu adalah merangsang produksi oksitosin dan prolaktin, meningkatkan keberhasilan


(28)

produksi ASI, meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dan bayi (Ambarwati, 2008).

2.3.3 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini dapat dibagi atas dua yaitu Inisiasi Menyusu Dini secara umum dan Tatalaksana Inisiasi Meyusu Dini Pada Operasi Caesar.

a.Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum

Tatalaksana Inisiasi Menyusu dini secara umum yaitu menganjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat persalinan, memberi saran kepada petugas kesehatan untuk tidak atau mengurangi penggunaan obat kimiawi saat persalinan dan dapat diganti dengan cara non-kimiawi, misalnya pijat, aromaterapi, gerakan atau hypnobirthing. Biarkan ibu menentukan cara melahirkan yang diinginkan, misalnya melahirkan normal, di dalam air atau dengan posisi jongkok, seluruh badan dan kepala bayi dikeringkan secepatnya, kecuali kedua tangannya, lemak putih (vernix) yang memberi kenyamankan pada kulit bayi sebaiknya dibiarkan saja kemudian bayi ditengkurapkan di dada atau perut ibu. Memberikan kesempatan kulit bayi melekat dengan kulit ibu minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimut, jika bayi diberikan topi agar panas tubuh bayi tidak hilang.

Selanjutnya, bayi dibiarkan untuk mencari putting susu ibu.Ibu juga dapat merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu. Ayah memberi dukungan agar dapat membantu ibu untuk mengenali


(29)

tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Bayi diberi kesempatan bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam, jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama, memberi anjuran untuk memberikan kesempatan kontak kulit dengan kontak kulit pada ibu yang melahirkan dengan tindakan, misalnya operasi Caesar, bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai. Prosedur yang invasive, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda, rawat gabung ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu dan bayi tidak dipisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minum pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum ASI keluar) sebaiknya dihindari ( Roesli, 2007)

b. Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini Pada Operasi Caesar

Sementara Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini pada operasi caesar dimana usaha bayi merangkak mencari payudara secara standar tidak dapat dilakukan. Namun sebaiknya ibu diberikan anastesi spinal atau epidural yaitu ibu dalam keadaan sadar sehingga dapat segera memberi respons pada bayi setelah operasi caesar. Bayi dapat segera diposisikan sehingga kontak kulit ibu dan bayi dapat terjadi. Usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi. Jika keadaan ibu atau bayi belum memungkinkan, bayi diberikan pada ibu pada kesempatan yang tercepat.


(30)

Jika dilakukan anastesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah dapat merespons walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hanngat.

Untuk mendukung terjadinya inisiasi menyusu dini pada operasi caesar memerlukan tenaga dan pelayanan kesehatan yang produktif. Ruang operasi diusahakan berada pada suhu ruangan 20° - 25° C. Selimut bayi diberikan agar menutupi punggung bayi dan badan ibu dan topi bayi diberikan agar mengurangi hilangnya panas dari kepala bayi. Selanjutnya pelaksanaanya sama dengan tatalaksana umum. Jika Inisiasi Menyusu Dini belum terjadi di kamar bersalin atau kamar operasi maka bayi harus dipindahkan sebelum satu jam dan bayi tetap diletakkan di dada ibu ketika dipindahkan ke kamar perawatan atau pemulihan. Inisiasi Menyusui Dini dapat dilanjutkan di kamar perawatan ibu atau kamar pulih (Roesli, 2007).

2.3.4 Faktor Yang Mendukung Terlaksananya IMD

Dalam pelaksanaan IMD yang dilakukan pada bayi baru lahir, tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan, dalam hal pelaksanaanya yang mendukung untuk terlaksananya IMD adalah sebagai berikut:

a. Pengetahuan

Pengetahuan yaitu hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Menurut Roesli (2007), bahwa faktor utama tercapainya pelaksanaan IMD yang benar adalah karena kurang sampainya


(31)

pengetahuan yang benar tentang IMD pada para ibu. Seorang ibu harus mempunyai pengetahuan baik dalam menyusui. Kehilangan pengetahuan tentang menyusui berarti kehilangan besar akan kepercayaan diri seorang ibu untuk dapat memberikan perawatan terbaik untuk bayinya dan seorang bayi akan kehilangan sumber makanan yang vital dan cara perawatan yang optimal. Pengetahuan yang kurang mengenai IMD dan pemberian ASI terlihat dari pemanfaatan susu formula secara dini di perkotaan dan pemberian nasi sebagai tambahan ASI di pedesaan.

b. Sikap

Sikap dikatakan sebagai suatu respons evaluatif. Respons hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respons evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus dalam bentuk nilai baik buruk, positif-negatif, menyenangkan- tidak menyenangkan, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Azwar, 2007).

c. Peran Petugas Kesehatan

Ibu yang mengalami masalah dalam menyusui memerlukan bimbingan agar dapat mengatasi masalahnya dan terus menyusui. Petugas kesehatan atau relawan yang membantu ibu dengan latar belakang pengalaman berhasil menyusui sendiri tentunya dapat menjadi nilai tambah dalam melaksanakan tugasnya.

Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan yakni belum semua petugas paramedis diberi pesan dan diberi cukup informasi agar menganjurkan


(32)

setiap ibu untuk menyusui bayi mereka, serta adanya praktek yang keliru dengan memberi susu botol kepada bayi yang baru lahir. Petugas kesehatan harus mengajarkan ibu tentang perawatan bayi, melatih ibu menyusui dengan baik dan benar, manfaat IMD dan pemberian ASI dengan baik dan tepat, sehingga dapat menambah pengetahuan ibu dan juga harus mampu menumbuhkan motivasi dan rasa percaya diri bahwa ibu dapat menyusui secara eksklusif (Siregar, 2004).

d. Sarana Kesehatan

Untuk mewujudkan peningkatan derajat atau status kesehatan penduduk, ketersediaan dan keterjangkauan fasilitas dan sarana kesehatan merupakan salah satu faktor penentu utama. Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan karena dapat menjangkau penduduk sampai ke pelosok

e. Dukungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap keberhasilan ibu menyusui bayinya secara eksklusif. Terutama dukungan suami dan orang-orang terdekat.

Sama halnya suatu kebudayaan tidak mencela penyusunan, maka pengisapan akan tidak terbatas dan permintaan akan menolong pengeluaran ASI. Sikap negatif terhadap menyusui antara lain dengan menyusui merupakan beban bagi kebebasan pribadinya atau hanya memperburuk potongan dan ukuran tubuhnya.


(33)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Program Inisiasi Menyusu Dini didasarkan pada hasil penelitian yang membuktikan bahwa kontak bayi dengan ibunya seawal mungkin setelah lahir akan berdampak positif untuk perkembangan bayi (Sulistyawati, 2009).

Untuk peningkatan derajat kesehatan ibu post natal dan bayi baru lahir, maka dibutuhkan pengetahuan dan sikap ibu yang positif mengenai Inisiasi Menyusu Dini. Pengetahuan dan sikap ini diukur dengan meggunakan kuesioner dan dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain adalah tingkat pendidikan, pengalaman, sosial budaya, ekonomi, agama dan kesempatan mendapatkan informasi. Fokus dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini Dimana kategori dari pengetahuan yaitu baik, cukup, kurang, dan buruk. Dan kategori sikap yaitu sikap positif dan sikap negatif.


(34)

Keterangan:

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak

diteliti

Skema 3.1 Kerangka Konseptual penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil

tentang Inisiasi Menyusu Dini.

3.2Defenisi Operasional

Pengetahuan tentang Inisiasi Menyusu Dini

Sikap tentang Inisiasi Menyusu Dini

‐Baik -Cukup -Kurang -Buruk

‐Positif -Negatif

Faktor yang mempengaruhi: - Pendidikan

- Informasi - Ekonomi - Lingkungan - Pengalaman - Usia


(35)

No. Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala ukur

1. Pengetahuan Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini yang meliputi:  Pengertian

 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

 Tatalaksana Inisiasi Menyusu Dini

Kuesioner - Baik - Cukup - Kurang - Buruk

Ordinal

2. Sikap Sikap adalah repon/perasaaan positif atau negatif ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini.

Kuesioner - Sikap Positif - Sikap

Negatif


(36)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD DR RM Djoelham Binjai.

4.2 Populasi dan Sampel 4.2.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke Poliklinik Ibu Hamil RSUD Dr RM Djoelham Binjai untuk memeriksakan

kehamilannya. Pada studi pendahuluan didapatkan data jumlah kunjungan antenatal care selama 4 bulan terakhir pada RSUD Dr R.M Djoelham Binjai adalah 423 pasien dengan kunjungan tiap bulan adalah Bulan Desember 2009 yaitu 97 pasien, Bulan Januari 2010, 94 pasien, Februari 2010 79 pasien dan Bulan Maret 2010 153 pasien. Berdasarkan data tersebut, didapatkan rata-rata populasi perbulan sebanyak 105 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih sampling tertentu untuk bisa memenuhi atau mewakili populasi (Nursalam, 2001). Semakin banyak sampel, maka hasil penelitian akan lebih representatif. Besar kecilnya jumlah


(37)

sampel sangat dipengaruhi oleh rancangan dan ketersediaan subjek dari peneliti itu sendiri. Makin kecil populasi, presentasi sampel harus semakin besar

(Nursalam, 2008). Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan menggunakan rumus :

n =

N 1 + N (d)²

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = tingkat signifikansi (0.05)

Maka diperoleh jumlah sampelnya sebanyak 83 orang.

Dalam penelitian ini digunakan tehnik convenience sampling yaitu cara pengambilan sampel saat calon responden berada di tempat ketika proses

pengambilan data dilakukan, sampel tersebut memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti (Nursalam, 2003). Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang datang ke Poliklnik Ibu Hamil RSUD Dr. RM Djoelham Binjai.

4.3 Lokasi dan Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil RSUD Dr RM Djoelham Binjai, karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit pendidikan di Daerah kotamadya Binjai. RSUD Dr. R.M Djoelham juga merupakan rumah sakit rujukan dari beberapa klinik dan rumah sakit swasta sehingga memungkinkan peneliti mendapat jumlah sampel yang memadai sesuai dengan kriteria-kriteria. Selain itu,


(38)

penelitian pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang inisiasi menyusu dini juga belum pernah diteliti di rumah sakit ini. Waktu penelitian dilaksanakan tanggal mulai 15 juli 2010 selama 1 bulan.

4.4 Pertimbangan Etik Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah peneliti mendapat izin dari Fakultas

Keperawatan dan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R.M Djoelham Binjai, setelah mendapat persetujuan tersebut maka peneliti menemui responden dan menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Peneliti juga memberi kesempatan kepada calon responden untuk bertanya hal-hal yang tidak dimengerti sehubungan dengan penelitian ini. Apabila calon responden bersedia , maka calon responden dipersilahkan untuk menandatangani informed consent (surat perjanjian). Tetapi jika calon tidak bersedia , maka calon berhak untuk menolak dan mengundurkan diri. Responden juga berhak untuk mengundurkan diri selama proses

pengumpulan data berlangsung. Penelitian ini tidak menimbulkan resiko bagi individu yang menjadi responden baik itu resiko fisik maupun psikis . Privasi pasien merupakan masalah etika yang sangat utama dalam penelitian ini. Kerahasiaan catatan mengenai data responden dijaga baik dengan tidak menuliskan nama responden pada instrument. Data-data yang diperoleh dari responden juga hanya digunakan untuk kepentingan penelitian.

4.5 Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner, instrumen ini terdiri dari tiga bagian yaitu


(39)

kuesioner data demografi, kuesioner pengetahuan dan kuesioner sikap ibu tentang Inisiasi Menyusu Dini. Kuesioner tentang data demografi meliputi umur, status obstetri, jumlah anak, agama, pekerjaan, penghasilan, pendidikan.

Kuesioner pengetahuan dan sikap disusun oleh peneliti dengan berpedoman kepada tinjauan pustaka. Kuesioner tentang pengetahuan terdiri dari 15

pernyataan dengan pilihan jawaban ya dan tidak. Pernyataan positif berjumlah sebelas yaitu 3, 4. 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15, sementara pernyataan negatif berjumlah 4 pernyataan yaitu 1, 2, 5, dan 6. Kuesioner sikap menggunakan skala likert yang terdiri dari 10 pernyataan dengan 4 pernyataan positif yaitu 3, 4, 8, dan 10 pertanyaan negatif yaitu 1, 3, 5, 6, 7 dan 9.

4.6 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Validitas adalah pengukuran pengamatan yang berarti keandalan instrument dalam mengumpulkan data . Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Ada dua hal penting yang harus dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran yaitu isi, sasaran dan subjek serta cara pengukuran instrumen harus relevan (Nursalam, 2008). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan instrumen kuesioner untuk mengukur pengetahuan dan sikap. Uji Validitas instrumen telah diakui kelayakannya oleh ahli keperawatan maternitas.

Instrumen atau alat ukur yang baik adalah alat ukur yang memberikan hasil yang sama bila digunakan beberapa kali pada kelompok sampel (Ritonga, 1997 dalam Azwar, 2003). Uji reliabilitas untuk kuesioner pengetahuan dan sikap ibu


(40)

hamil tentang IMD dilakukan setelah pengumpulan data di Klinik Bersalin Kelurahan Nangka Binjai dengan menggunakan analisa cronbach alpha. Jumlah responden untuk uji reliabilitas adalah 10 % dari jumlah sampel sehingga

didapatkan 8 orang ibu hamil untuk dilakukan uji reliabilitas. Dimana nilai untuk pengetahuan sebesar 0,853 dan untuk sikap diperoleh hasil 0,701. Menurut Sugiono (2006) sebuah instrument dikatakan reliabel apabila koefisien

reliabilitasnya diatas 0,60. Maka instrument untuk pengetahuan dan sikap yang digunakan pada penelitian ini telah reliabel.

4.7 Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah peneliti menerima surat ijin pelaksanaan penelitian dari RSUP Dr. R.M Dr Djoelham Binjai lalu peneliti mendatangi lokasi penelitian, setelah itu menemui responden menjelaskan tujuan, manfaat dan cara pengisisan kuesioner sesuai ketentuan. Calon responden yang bersedia diminta untuk menandatangani surat persetujuan. Selanjutnya peneliti mengambil data dari responden yang bersedia mengisi kuesioner. Peneliti

memberi kesempatan untuk bertanya kepada responden bila ada pertanyaan yang tidak dimengerti sehingga semua pernyataan terjawab. Hambatan yang dihadapi peneliti saat pengumpulan data tidak ada, hanya pada saat responden mendapat giliran pemeriksaan ibu hamil, peneliti mengizinkan responden untuk melakukan pemeriksaan terlebih dahulu dan pengisian kuesioner dapat dilakukan setelah responden melakukan pemeriksaan. Setelah semua data terkumpul, maka peneliti melakukan pengolahaan data.


(41)

4.8 Analisa Data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap dimulai editing untuk memeriksa kelengkapan identitas dan data responden serta memastikan bahwa telah diisi. Kemudian data yang sesuai diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan tabulasi mengenai analisa data. Selanjutnya ditabulasi diberi nilai sesuai dengan jawaban yang diberikan responden.

Untuk pengetahuan pernyataan positif setiap jawaban benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 dan jika salah diberi nilai 0 dengan menggunakan rumus:

P =

Rentang

Banyak Kelas

Maka kriteria pengetahuan dengan rentang 15 (nilai tertinggi – nilai

terendah) dan banyak kelas sebanyak 4 , maka didapat panjang kelas 4. Maka nilai masing-masing kategori sikap adalah:

0 – 3 = Pengetahuan Buruk

4 -7 = Pengetahuan Kurang

8 – 11 = Pengetahuan Cukup


(42)

Dan untuk sikap pernyataan positif jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 4, setuju (S) diberi nilai 3, tidak setuju (TS) diberi nilai 2, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 1 dan tidak tahu (TT) diberi nilai 0. Sebaliknya untuk pernyataan negatif jawaban sangat setuju (SS) diberi nilai 1, setuju (S) diberi nilai 2, tidak setuju (TS) diberi nilai 3, sangat tidak setuju (STS) diberi nilai 4 dan tidak tahu (TT) diberi nilai 0 dengan menggunakan rumus statistic Sudjana (1992).

P =

Rentang

Banyak Kelas

Maka kriteria sikap dengan rentang 40 (nilai tertinggi – nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 2 (positif dan negatif), maka didapat panjang kelas 20. Maka nilai masing-masing kategori sikap adalah:

0 - 19 = Sikap Negatif

20-40 = Sikap Positif

Data diolah dan dianalisa dengan tehnik analisa kuantitatif dimana pengolahan data ini dilakukan menggunakan tehnik komputerisasi. Selanjutnya data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase.


(43)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini akan dipaparkan hasil penelitian dan pembahasan setelah dilakukan analisa data pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai yang melibatkan 83 responden pada bulan juli 2010 selama satu bulan.

5.1 Hasil Penelitian

Berikut dideskripsikan tentang karakteristik responden, dan gambaran pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai dengan jumlah responden 83 orang ibu hamil.

5.1.1 Deskripsi Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada penelitian ini mencakup usia ibu, usia kehamilan, status obstetri, agama, pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan. Pada tabel 5.1 dapat dilihat responden rata-rata berusia 27 tahun. Lebih dari 70% responden berusia 21-35 tahun. Usia kehamilan responden terbanyak yaitu 7-9 bulan (60,24%), gravida kedua, pengalaman melahirkan 1 kali, dan tidak ada responden yang pernah mengalami abortus, pendidikan terakhir paling banyak yaitu setingkat SMA (72,28%) dan pekerjaan ibu rumah tangga (60,24%) dengan penghasilan terbanyak yaitu Rp. 850.000 sampai Rp. 1.500.000 (77,10%). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.1.


(44)

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik responden (n=83)

Karakteristik Frekuensi Persentase

Umur

- ≤ 20 tahun 5 6,02

- 21-35 tahun 64 77,10

- > 35 tahun 14 16,86 Mean : 27

Usia Kehamilan

- 0-3 bulan 6 7,22

- 4-6 bulan 27 32,53

- 7-9 bulan 50 60,24

Status Obstetri:

Gravida

- Gravida I 25 30,12

- Gravida II 30 36,14

- Gravida III 21 25,30

- Gravida > III 7 8,43

Partus

- Partus (-) 25 30,12

- Partus (1) 30 36,14

- Partus (2) 21 25,30

- Partus (3) 7 8,43

Pekerjaan

- Ibu Rumah Tangga 50 60,24

- Wiraswasta 10 12,04

- Pegawai Swasta 5 6,02

- PNS 18 21,68


(45)

- SMA 60 72,28

- Diploma 8 9,63

- Sarjana 15 18,07

Penghasilan

- < Rp. 850.000,- 4 4,81

- Rp. 850.000, -

Rp. 1.500.000, 64 77,10

- > Rp. 1.500.000,- 15 18,07

5.1.2 Pengetahuan Responden tentang Inisiasi Menyusu Dini

Berdasarkan tingkatan pengetahuan diperoleh 17 responden (20,5 %) ibu hamil memiliki pengetahuan baik, 59 responden (71,1 %) memiliki pengetahuan cukup, 6 responden memiliki pengetahuan kurang dan 1 responden memiliki pengetahuan buruk. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase pengetahuan ibu hamil tentang IMD ( n=83)

Pengetahuan Frekuensi Persentase Baik 17 20,5 Cukup 59 71,1 Kurang 6 7,2 Buruk 1 1,2


(46)

Hasil penelitian memperlihatkan sebagian besar responden memiliki sikap positif tentang Inisiasi Menyusu Dini yaitu sebanyak 81 responden (92,3%) sedangkan sikap negatif sebesar 2,4%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi frekuensi dan persentase sikap ibu hamil tentang IMD (n=83)

Sikap Frekuensi Persentase Positif 81 97,6 Negatif 2 2,4

5.2 Pembahasan

5.2.1 Pengetahuan Responden

Pengetahuan merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancra indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa pengetahuan ibu hamil tentang IMD secara keseluruhan adalah cukup (50%). Peneliti berharap agar ibu hamil memiliki pengetahuan yang baik dimana mereka mampu menjawab tiga aspek dari pernyataan pada kuesioner yaitu pengertian, manfaat tatalaksana IMD, dan faktor pendukung IMD yang didapat dari pendidikan kesehatan dan petugas kesehatan.


(47)

Berdasarkan data demografi diperoleh bahwa mayoritas usia responden berada pada rentang usia 21-35 (77,10%) ini dikaitkan dengan pendapat Notoatmodjo (2003) yang menyatakan bahwa pengetahuan seseorang bertambah sesuai dengan bertambahnya usia. Dan peneliti berasumsi bahwa dengan bertambahnya usia maka dapat menggali lagi memori yang pernah didapatkan sebelumnya baik itu dari pengalaman ataupun kebiasaan yang dimilikinya tentang IMD.

Dari hasil penelitian mayoritas pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga (60,24%). Ibu rumah tangga yang tidak bekerja atau singkatnya disebut ibu rumah tangga yang memiliki pengertian sebagai wanita yang lebih banyak menghabiskan waktunya di rumah (Dwijayanti, 1999). Peneliti berasumsi bahwa Ibu rumah tangga tidak memiliki banyak waktu untuk melihat informasi terbaru khususnya tentang IMD, sehingga hal ini menjadikan pengetahuan ibu hamil yang mayoritas cukup.

Jika dikaitkan dengan hasil data demografi lainnya, menunjukkan bahwa mayoritas pendidikan terakhir responden adalah SMA yaitu sebanyak 60 responden (72,28%). Dari hasil ini, peneliti berasumsi bahwa tingkat pendidikan SMA tersebut belum cukup mendukung tingkat pengetahuan responden. Pendidikan merupakan peran penting dalam proses tumbuh kembang seluruh kemampuan dan prilaku manusia. Dengan pendidikan manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin berkualitas pengetahuan seseorang (Notoatmodjo, 2003).


(48)

Berdasarkan hasil penelitian juga diperoleh bahwa penghasilan responden mayoritas Rp. 850.000,- sampai Rp. 1.500.000,- sebanyak 64 responden. Keadaan sosial ekonomi yang rendah pada umumnya berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan yang mereka hadapi disebabkan karena ketidakmampuan dan ketidaktahuan dalam mengatasi masalah (Effendi, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian, mayoritas responden memiliki pengalaman melahirkan satu kali (36, 14%) dan kehamilan kedua (36,14%). Pengetahuan akan diikuti oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain atau berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang itu sendiri (Notoatmodjo, 2003).

Secara keseluruhan pengetahuan ibu hamil berada dalam kategori cukup. Bila dilihat dari pengetahuan ibu hamil secara rinci untuk setiap pernyataan ada beberapa pernyataan yang seharusnya dimiliki ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini dan masih banyak yang menjawab salah antara lain pernyataan nomor 1, 2, dan 5.

Pernyataan nomor 1 berisi tentang pengertian Inisiasi Menyusu Dini. Pernyataan tersebut menyatakan bahwa meletakkan bayi di samping ibu segera setelah lahir dan membiarkan bayi mencari puting susu ibu untuk menyusu pertama kali. Pernyataan nomor 1 seharusnya dijawab tidak, namun dijawab ya oleh 51 responden dan dijawab tidak hanya oleh 32 responden. Menurut Hegar dkk, (2008) Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi di atas dada atau perut ibu segera setelah persalinan dan membiarkan bayi mencari puting susu ibu


(49)

kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah kelahiran. Peneliti berasumsi bahwa ibu hamil perlu mengetahui perbedaan antara inisiasi menyusu dini dengan menyusu pertama kali setelah bayi lahir, dimana saat bayi lahir posisi bayi berada di atas dada ibu dan bayi mencari puting susu ibu tanpa disodorkan oleh penolong persalinan. Ibu hamil harus mengetahui pengertian inisiasi menyusu dini secara benar dan sehingga dapat diaplikasikan dengan benar pada saat setelah bersalin.

Pernyataan nomor 2 menyatakan bahwa sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini, bayi dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran lemak pada kulit bayi baru lahir. Pernyataan tersebut seharusnya dijawab tidak, namun dijawab ya oleh 51 responden dan dijawab tidak hanya oleh 32 responden. Menurut Utami Roesli (2008) Lemak pada kulit bayi baru lahir dapat memberikan kenyamanan dan kehangatan pada tubuh bayi sehingga bayi tidak merasa kedinginan. Oleh karena itu pada saat lahir bayi tidak perlu segera dimandikan atau dibersihakan lemaknya karena memiliki manfaat untuk kenyamanan dan kehangatan pada bayi sendiri. Dan bayi tidak merasa kedinginan pada saat melakukan Inisiasi Menyusu Dini, dimana tubuh bayi belum diberi pakaian hanya diberi selimut dan topi.

Pernyataan nomor 5 menyatakan bahwa IMD dapat juga dilakukan dengan cara menyodorkan bayi langsung ke puting susu ibunya oleh penolong persalinan. Pernyataan nomor 5 seharusnya dijawab tidak, namun dijawab ya oleh 63 responden dan dijawab tidak hanya oleh 20 responden Menurut Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kulonprogo, Inisiasi Menyusu Dini adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri dan


(50)

tidak disodorkan ke puting susu (2009 ). Dalam hal ini sudah sangat jelas bahwa inisiasi menyusu dini merupakan aktivitas dimana bayi mencari puting susu ibu secara mandiri tanpa bantuan dari penolong persalinan. Tetapi jika bayi belum menemukan puting susu ibu, ibu dapat merangsang bayi dengan cara mendekatkan jari ibu ke mulut bayi sehingga bayi akan terangsang kembali unutk mencari sumber makanannya.

Dari semua pernyataan kuesioner pengetahuan tentang inisiasi menyusu dini yang diberikan peneliti, ada satu pernyataan yang dijawab benar oleh semua responden yaitu pernyataan nomor 8 yang seharusnya dijawab ya oleh responden yang menyatakan bahwa pemberian ASI pertama kali dapat memberikan keberhasilan pada menyusui selanjutnya pada bayi. Menurut Ambarwati (2008), Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan produksi ASI, sehingga bayi dapat menyusui tanpa ada gangguan dari produksi ASI ibu. Dalam hal ini, semua responden mengetahui manfaat dari Inisiasi Menyusu Dini bagi ibu. Diharapkan dengan pengetahauan yang dimiliki ibu hamil dapat memberikan kesadaran untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini pada saat setelah persalinan.

Pengetahuan tentang inisiasi Menyusu Dini harus dimiliki oleh ibu hamil yang akan sangat penting dilakukan pada saat setelah ibu melahirkan bayinya. Sehingga Inisiasi Menyusu Dini dapat dilakukan dengan tepat dan ibu mau bekerjasama dengan bidan dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini setelah melahirkan bayinya. Inisiasi Menyusu Dini memiliki dampak atau manfaat yang banyak bagi ibu dan bayinya sendiri.


(51)

Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu suatu perilaku (Notoatmodjo, 2003).

Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting dan media massa. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di RSUP Dr. R.M Djoelham Binjai bila dilihat secara keseluruhan maka didapatkan hasil bahwa mayoritas ibu hamil memiliki sikap yang positif (92,3%). Sikap positif ini perlu dikembangkan karena sikap positif ini akan akan berpengaruh terhadap perubahan sikap yang lebih baik melalui pengamatan dan penilaian model peran sikap bidan ataupun perawat dan tenaga kesehatan yang baik, sehingga sikap positif yang diterapkan akan memberikan manfaat bagi semuanya.

Menurut Rahayuningsih (2008), pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Sikap mudah terbentuk jika melibatkan faktor emosional Dari hasil penelitian dapat terlihat 47 responden (56,6%) menjawab setuju dan 16 responden (19,3%) menjawab ssangat setuju. Tingginya peresentase ini diasumsikan bahwa sikap responden positif memahami bahwa ibu yang mengalami robekan jalan lahir tidak memiliki masalah melakukan IMD.


(52)

Faktor lain yang mempengaruhi sikap antara lain media massa dan elektronik, dari hasil penelitian dapat terlihat 47 responden (56,5%) menjawab setuju dan 17 responden (20,5%) menjawab sangat setuju tentang ibu yang melahirkan operasi tidak memiliki masalah melakukan IMD. Ini dapat dikategorikan positif karena lebih dari 50 % ibu hamil memahami bahwa persalinan dengan operasi tidak menghambat pelaksanaan IMD.

Berdasarkan hasil penelitian masih terdapat 49 responden (59,0%) menjawab setuju dan 4 responden (4,8%) menjawab sangat setuju terhadap pernyataan sikap dimana bayi baru lahir akan merasa kedinginan sehingga bayi harus diberi pakaian dahul dan pelaksanaan IMD dapat ditunda sementara. Menurut Roesli (2007), pada saat IMD bayi diberi topi dan selimut sehingga panas tubuh bayi tidak akan hilang dan bayi tidak akan merasa kedinginan.

Dari hasil penelitian sikap ibu hamil tentang IMD, hampir di atas 50 % ibu hamil menjawab dengan benar terhadap kuesioner sikap yang diberikan oleh peneliti sehingga jelas terlihat bahwa sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini telah positif dan sikap ini mengacu kepada pernyataan Azwar (2005) sikap tidak terlepas dari sosialisasi keluarga, pendidikan sekolah atau di luar sekolah serta pengetahuan didalam masyarakat. Peranan pendidikan tidak dapat diabaikan, sebab pendidikan dilakukan hampir seumur hidup, baik melalui pendidikan formal maupun informal. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata. Hal ini disebabkan oleh sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu, sikap akan diikuti atau oleh tindakan yang mengacu kepada pengalaman orang lain atau berdasarkan pada


(53)

banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang, dan nilai yang berlaku di dalam masyarakat yang menjadi pegangan setiap orang (Notoatmodjo, 2003).


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai kesimpulan dan saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

6.1 Kesimpulan

Secara umum, pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya adalah pendidikan, informasi, sosial budaya, ekonomi, lingkungan, pengalaman, usia dan faktor emosional. Pengetahuan dan sikap tentang IMD adalah salah satu hal yang harus diketahui ibu hamil sehingga ibu hamil mau bekerjasama dengan penolong persalinan dalam melakukan IMD saat setelah persalinan.

Berdasarkan dari tujuan peneliti untuk mengidentifikasi pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD, maka diperoleh bahwa responden yang memiliki tingkat pengetahuan baik sebanyak 17 orang (20,5%), tingkat pengetahuan cukup sebanyak 59 orang (71,1%), tingkat pengetahuan kurang 6 orang (7,2%) dan tingkat pengetahuan buruk 1 orang (1,2%). Hasil penelitian untuk sikap ibu hamil tentang IMD diperoleh hasil yaitu 81 orang (97,6%) memiliki sikap positif dan 2 orang (2,4%) memiliki sikap negatif.

6.2 Saran


(55)

Dalam institusi pendidikan diharapkan memberikan sumbangan pemikiran atau masukan bagi institusi pendidikan dan acuan bagi ilmu pengetahuan secara umum.

6.2.2 Pelayanan Keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan khususnya di poliklinik ibu hamil RSUD Dr. R.M Djoelham Binjai perlu dilakukan kegiatan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil terutama tentang IMD, sehingga ibu hamil mengetahui manfaatnya dan mau bekerjasama melakukan IMD yang memiliki banyak manfaat untuk ibu dan bayinya.

6.2.3 Pendidikan Keperawatan

Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi pendidikan keperawatan agar kegiatan pendidikan kesehatan tentang Inisiasi Menyusu Dini dilaksanaakan dengan melibatkan ibu hamil agar ibu hamil mengetahui manfaat tentang IMD dan mau melakasanakan IMD pada saat persalinan.

6.2.4 Penelitian Selanjutnya

Penelitian ini hanya menggambarkan pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang IMD tanpa disertai dengan tindakan. Perlu dilaksanakan penelitian selanjutnya tentang tindakan ibu hamil terhadap IMD dengan melakukan observasi kepada ibu bersalin yang melakukan IMD.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Retna, E & Wulandari, D. (2009). Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta: Mitra Cendikia Press.

Arikunto, S. (2009).Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Arikunto, S. (2006). Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta Azwar, S. (2003). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Effendi, N. (1998). Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Ed.2.

Jakarta: EGC.

Evarini (2007). Tata Laksana Inisiasi Menyusu Dini. Diambil dari website: www.WordPress.com

.

Grahacendikia (2009). Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Ibu Hamil Trimester III Tentang Inisiasi Menyusu Dini Di Polindes X .Diambil dari website: www. WordPress.com.

Hegar, Badriul dkk.(2008). Bedah Asi. Jakarta: Balai Pustaka FKUI.

Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian Keperawatan dan Tehnik Analisa Data. Edisi.I.Jakarta: EGC

Nursalam. (2008). Konsep dan penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Notoatmodjo, S. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo, S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta


(57)

Prawirohardjo, Sarwono.(2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: P.T Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Roesli, Utami.2008. Inisiasi Menyusu Dini. Depok: Pustaka Bunda.

Rahayuningsih, SU. (2008). Sikap (Attitude). Diambil dari website: www. staff.gunadarma.ac.id.

Seksi Gizi (2009). Inisiasi Menyusu Dini. Diambil dari website www.dinkes.kulonprogokab.go.id.

Sulistyawati, Ari. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogyakarta: C.V Andi Offsek (Penerbit Andi

Syarifudin, B. (2010). Panduan TA Keperawatan dan Kebidanan Dengan SPSS. Yogyakarta: Grafindo Litera Media

Wardani (2008). Inisiasi Menyusu Dini, Manfaatnya Seumur Hidup. Diambil dari website: www. Surabaya_eHealth.com.


(58)

Lampiran

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Wirda Faswita 091121034 adalah mahasiswa S1 Keperawatan Jalur B Universitas Sumatera Utara Jalur Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentan Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di S1 Keperawatan Jalur B Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mengharakan kesedian ibu untuk berpartisipasi dalam penelitain ini dimana penelitian ini tidak akan membawa dampak yang membahayakan. Saya mohon kesediaan Ibu untuk mengisi lembaran kuesioner dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti ketersediaan Ibu.

Partisipasi Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga Ibu bebas ingin mengundurkan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Semua informasi yang Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya akan dipergunakan dalam penelitian ini.

Terima Kasih atas partisipasi Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Juli 2010

Peneliti Responden


(59)

LAMPIRAN

INSTRUMEN PENELITIAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG INISIASI MENYUSU DINI

DI POLIKLINIK RSUD DR RM DJOELHAM BINJAI 1. Kuesioner Data Demografi

Pentunjuk Pengisian

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan tepat dan benar sesuai dengan situsasi dan kondisi anda saat ini. Beri tanda check list (√) pada kotak yang disediakan sesuai dengan jawaban anda.

No. Responden ( )

1. Usia ibu saat ini………….tahun

2. Usia Kehamilan ibu saat ini………bulan

3. Status obstetri G……. P……. A……

4. Pekerjaan

฀ Ibu Rumah Tangga ฀ Wiraswasta

฀ Pegawai Swasta ฀ Pegawai Swasta ฀ PNS

฀ Lain-lain,sebutkan 5. Penghasilan

฀ < Rp. 850.000

฀ < Rp. 850.000 – Rp. 1.500.000. ฀ > Rp. 1.500.000.


(60)

2. Kuesioner pengetahuan

Petunjuk Pengisian:

Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list

( √ ) pada kotak yang telah disediakan sesuai dengan jawaban anda.

1. Inisiasi Menyusu Dini adalah meletakkan bayi di samping ibu segera setelah lahir dan membiarkan bayi mencari putting susu ibu untuk menyusu pertama kali.

฀ YA ฀ TIDAK

2. Sebelum dilakukan Inisiasi Menyusu Dini, bayi dikeringkan terlebih dahulu untuk menghilangkan kotoran lemak pada kulit bayi baru lahir. ฀ YA

฀ TIDAK

3. Proses yang dilakukan saat Inisiasi Menyusu Dini adalah melakukan kontak langsung kulit bayi dengan kulit ibunya segera setelah lahir selama paling sedikit satu jam.

฀ YA ฀ TIDAK

4. Saat Inisiasi Menyusu Dini bayi dibiarkan bergerak sendiri mencari putting susu ibunya.

฀ YA ฀ TIDAK

5. IMD dapat juga dilakukan dengan cara menyodorkan bayi langsung ke puting susu ibunya oleh penolong persalinan

฀ YA ฀ TIDAK


(61)

6. Ibu yang melahirkan dengan operasi tidak dapat melakukan Inisiasi Menyusu Dini

฀ YA ฀ TIDAK

7. Pada Inisiasi Menyusu Dini, sentuhan dan jilatan bayi pada puting susu ibu akan mengurangi perdarahan ibu setelah melahirkan.

฀ YA ฀ TIDAK

8. Pemberian ASI pertama kali dapat memberikan keberhasilan pada menyusui selanjutnya pada bayi

฀ YA ฀ TIDAK

9. Sentuhan langsunng kulit bayi dengan tubuh ibu saat Inisiasi Menyusu Dini dapat mencegah bayi terhadap kedinginan.

฀ YA ฀ TIDAK

10.Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan produksi ASI pada Ibu

฀ YA ฀ TIDAK

11.Jika bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibu sampai berhasil menyusu pertama kali.

฀ YA ฀ TIDAK

12.Saat Inisiasi Menyusu Dini, cairan ketuban pada tangan bayi yang tersisa akan membimbing bayi menemukan payudara dan puting susu ibu.

฀ YA ฀ Tidak

13.Pada saat Inisiasi Menyusu Dini, bayi dan ibunya diberi selimut untuk mencegah kedinginan pada ibu dan bayi.


(62)

฀ YA ฀ TIDAK

14.Saat Inisiasi Menyusu Dini, bayi diberi topi agar panas bayi tidak hilang. ฀ YA

฀ TIDAK

15.Apakah Ibu pernah mendapatkan penyuluhan tentang Inisiasi Menyusu Dini ?

฀ Pernah ฀ Tidak pernah


(63)

Lampiran 3. Kuesioner Sikap

Petunjuk : Berilah tanda checklist (√) pada kolom yang tersedia sesuai dengan kecenderungan sikap anda terhadap pernyataan itu

Keterangan:

SS = Sangat Setuju TS = Tidak Setuju

S = Setuju STS = Sangat Tidak Setuju

TT = Tidak Tahu

No. Pernyataan SS S TT TS STS

1 Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusi bayinya, sehingga Inisiasi Menyusu Dini tidak perlu segera dilakukan.

2. Bayi yang baru lahir akan merasa kedinginan sehingga bayi harus segera diberi pakaian terlebih dahulu dan pemberian ASI pertama kali dapat ditunda sementara.

3. Pada ibu yang mengalami robekan pada jalan lahir tidak memiliki masalah untuk melakukan Inisiasi Menyusu Dini.

4. Ibu yang melahirkan dengan cara operasi tidak memiliki masalah dalam melakukan Inisiasi Menyusu Dini

5. Obat dan vitamin untuk bayi baru lahir lebih penting dilakukan terlebih dahulu daripada melakukan Inisiasi Menyusu Dini 6. Bayi baru lahir kurang siaga dalam

menemukan puting susu ibunya sehingga inisiasi menyusu dini sulit dilakukan.


(64)

7. ASI yang pertama kali keluar dari payudara ibu berbahaya bagi bayinya sehingga Inisiasi Menyusu Dini tidak baik untuk bayi.

8. Dengan melakukan Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan produksi ASI sehingga IMD sangat perlu dilakukan. 9. Pada saat setelah bayi lahir, bayi harus

segera dimandikan sehingga Inisiasi Menyusu Dini dapat ditunda terlebih dahulu.

10. Ikatan kasih sayang antara ibu dan bayi akan lebih baik dilakukan saat 1 jam pertamamsetelah bayi lahir sehingga Inisiasi Menyusu Dini sangat penting untuk dilakukan.


(65)

RELIABILITY /VARIABLES=butir1 butir2 butir3 butir4 butir5 butir6 butir7 butir8 butir9 butir10 butir11 butir12 butir13 butir14

butir15 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.

 

Reliability  

   

[DataSet0]

 

Scale: ALL VARIABLES  

 

Case Processing Summary

    N %

Cases Valid 8 100.0

Excludeda 0 .0

Total 8 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

   

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.853 15

       


(66)

RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00004 VAR00008 VAR00009 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.

 

Reliability  

   

[DataSet0]

 

Scale: ALL VARIABLES  

 

Case Processing Summary

    N %

Cases Valid 8 100.0

Excludeda 0 .0

Total 8 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

   

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

.701 10

       


(67)

(68)

(69)

(70)

Lampiran 5

CURICULUM VITAE

Nama : Wirda Faswita

Nim : 091121034

Tempat/Tgl Lahir : Bireuen /05 Agustus 1988

Agama : Islam

Tahun Ajaran : 2009/2010

Riwayat Pendidikan : TK Nurul Hilal Bireuen Aceh Utara (1993-1994)

SDN 1 Bireuen Aceh Utara (1994-1999)

SDN 142417 Padang Sidimpuan (1999-2000)

SMPN 3 Binjai (2000-2003)

SMAN 1 Binjai (2003-2006)

D-III Keperawatan USU Medan (2006-2009)

S1 Keperawatan USU (2009-2011)


(1)

RELIABILITY /VARIABLES=butir1 butir2 butir3 butir4 butir5 butir6 butir7 butir8 butir9 butir10 butir11 butir12 butir13 butir14

butir15 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.   Reliability       [DataSet0]  

Scale: ALL VARIABLES  

 

Case Processing Summary

    N %

Cases Valid 8 100.0

Excludeda 0 .0

Total 8 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

   

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.853 15

       


(2)

RELIABILITY /VARIABLES=VAR00001 VAR00002 VAR00004 VAR00008 VAR00009 /SCALE('ALL VARIABLES') ALL /MODEL=ALPHA /SUMMARY=TOTAL.   Reliability       [DataSet0]  

Scale: ALL VARIABLES  

 

Case Processing Summary

    N %

Cases Valid 8 100.0

Excludeda 0 .0

Total 8 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

   

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

.701 10

       


(3)

(4)

(5)

(6)

Lampiran 5

CURICULUM VITAE

Nama : Wirda Faswita

Nim : 091121034

Tempat/Tgl Lahir : Bireuen /05 Agustus 1988

Agama : Islam

Tahun Ajaran : 2009/2010

Riwayat Pendidikan : TK Nurul Hilal Bireuen Aceh Utara (1993-1994)

SDN 1 Bireuen Aceh Utara (1994-1999)

SDN 142417 Padang Sidimpuan (1999-2000)

SMPN 3 Binjai (2000-2003)

SMAN 1 Binjai (2003-2006)

D-III Keperawatan USU Medan (2006-2009)

S1 Keperawatan USU (2009-2011)