Hubungan Sosial Budaya Terhadap Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi di Kecamatan Medan Amplas Tahun 2016

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Sosial Budaya
Kata sosial berasal dari kata “socius” yang berarti segala sesuatu yang
lahir,tumbuh dan berkembang dalam kehidupan bersama. Sedangkan menurut
Soekanto (1993) istilah sosial berkaitan dengan prilaku interpersonal,atau yang
berkaitan dengan proses-proses sosial. Sosial adalah social structure yang
mencakup social relation dan social interaction (Sudarno, 2002). Social sructure
adalah suatu tatanan hirarki dan hubungan-hubungan sosial dalam masyarakat
yang menempatkan pihak-pihak tertentu (individu, keluarga kelompok dan kelas)
di dalam posisi-posisi sosial tertentu berdasarkan suatu sistem nilai dan norma
yang berlaku pada suatu masyarakat pada waktu tertentu.
Budaya adalah bentuk jamak dari kata budi dan daya yang berarti cinta
rasa dan karsa. Menurut Soemarjan dan Soemardi dalam Setiadi, dkk (2008)
kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat yang berfungsi
sebagai tempat berlindung, kebutuhan makan dan minum, pakaian dan perhiasan.
Menurut EB.Taylor dalam Syafrudin, dkk ((2010) kebudayaan adalah kompleks
yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat
istiadat. Dengan demikian kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan
aspek kehidupan manusia baik material maupun non material.
Kebudayaan sebagai konsep dasar menjelaskan kaitannya dengan gejalagejala sosial, seperti proses interaksi sosial dalam melaksanakan kegiatankegiatan dalam berbagai pranata kesehatan maupun non-kesehatan tetapi terkait,


Universitas Sumatera Utara

seperti mencari dan melaksanakan perawatan medis dirumah sakit atau pranata
keprametraan tertentu, atau dirumah tangga sendiri, kaitan-kaitannya dapat
dinyatakan sebagai gejala-gejala sosial budaya. Gagasan-gagasan budaya dapat
menjelaskan makna hubungan-hubungan timbal balik antara gejala-gejala sosial
dari penyakit dan perawatan kesehatan dengan gejala-gejala biologis dan
biomedis. Kebudayaan kesehatan masyarakat membentuk, mengatur dan
mempengaruhi tindakan atau kegiatan individu-individu suatu kelompok sosial
dalam memenuhi berbagai kebutuhan kesehatan baik yang berupa upaya
mencegah penyakit maupun menyembuhkan diri dari penyakit.
Menurut Koentajaraningrat (1990) wujud dari budaya dapat dikelompokan
dalam 3 hal, yaitu; (a) wujud sebagai suatu komplek dari ide-ide, gagasan, nilainilai, norma-norma dan peraturan, (b) wujud kebudayaan sebagai suatu komplek
aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (c) wujud
kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
2.2.Keyakinan atau Kepercayaan
Kepercayaan atau keyakinan adalah kemauan seseorang untuk bertumpu
pada orang lain dimana kita memiliki keyakinan padanya. Kepercayaan
merupakan kondisi mental yang didasarkan oleh situasi seseorang dan konteks

sosialnya. Ketika seseorang mengambil keputusan, ia akan lebih memilih
keputusan berdasarkan pilihan dari orang yang lebih dapat ia percaya daripada
yang kurang dipercayai (Moorman, 1993).
Menurut Potter & Perry (dalam Ludin, 2009) Keyakinan dan praktek
spiritual individu dihubungkan dengan semua aspek kehidupan individu

Universitas Sumatera Utara

termasuk kesehatan dan penyakit. Ketika tubuh sakit dan emosi berada diluar
kontrol, spritualitas, dan keyakinan seseorang mungkin menjadi satu-satunya
dukungan yang tersedia.
Menurut Ba dan Pavlou (2002) kepercayaan atau keyakinan sebagai
penilaian hubungan seseorang dengan orang lain yang akan melakukan transaksi
tertentu sesuai dengan harapan dalam sebuah lingkungan yang penuh
ketidakpastian. Kepercayaan terjadi ketika seseorang yakin dengan realibitas dan
itegritas dari orang yang dipercaya. Kepercayaan menurut McKnight, Kacmar,
dan Choudry (dalam Zainuddin, 2013), menyatakan bahwa kepercayaan dibangun
sebelum pihak-pihak tertentu saling mengenal satu sama lain melalui transaksi
atau interaksi.
Ibu-ibu yang percaya dan menyakini bahwa ASI yang terbentuk dalam

tubuh ibu yang melahirkan seorang bayi dalam suatu proses yang secara logika
ilmiah hanya dapat diyakini dan dipercaya bahwa memang sudah diatur oleh yang
maha kuasa, merupakan standar keyakinan yang penting dimiliki oleh setiap ibu
untuk dapat memberikan ASI secara baik dan benar kepada bayinya. Akumulasi
dari aspek pengetahuan, nilai atau norma, serta keyakinan atau kepercayaan
tentang ASI akan berkontribusi membentuk prilaku dalam bentuk tindakan atau
praktek pemberian ASI kepada bayi (Hasan, 2009).
2.2.1. Dimensi Kepercayaan
Menurut McKnigh, dkk (dalam Bachmann dan Zaheer, 2006),kepercayaan
dibangun pihak-pihak yang belum saling mengenal baik dalam interaksi maupun
proses transaksi. Kepercayaan adalah hal-hal yang berhubungan dengan

Universitas Sumatera Utara

pengakuan atau keyakinan tentang kebenaran. Dapat dikatakan bahwa
kepercayaan adalah suatu tindakan seseorang berdasarkan sugesti dari orang itu
sendiri untuk memberikan rasa percaya kepada siapa saja mulai dari diri sendiri,
kepada orang lain, kepada pemerintah, dan tentunya kepercayaan kepada tuhan.
Dengan menumbuhkan rasa kepercayaan maka setiap orang akan dapat
melakukan sesuatu yang terbaik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain, dan

yang lebih penting adalah kepercayaan kepada Tuhannya.
Kepercayaan adalah suatu gagasan yang deskriptik yang dianut oleh
seseorang tentang sesuatu. Sebuah sikap menggambarkan penilaian kognitip yang
baik maupun tidak baik, peranan-peranan emosional dan kecendrungan berbuat
dan bertahan selama kurun waktu tertentu terhadap objek atau gagasan.
Kepercayaan dapat diartikan sebagai anggapan bahwa sesuatu itu benar
(Poerwadarmita,1976). Dalam pustaka psikologi dapat ditemukan bahwa
pengertian kepercayaan sangat erat kaitanya dengan pengertian sikap. Fishbein
dan Ajzen (dalam Zainuddin 2013) menyatakan bahwa untuk menjelaskan
pembentukan dan perubahan sikap dan instensi, ditemukan proses pembentukan
kepercayaan atau keyakinan. Kepercayaan terhadap suatu objek menjadi dasar
untuk pembentukan sikap terhadap objek tersebut dan dasar sikap biasanya diukur
sebagai jalan mengukur keyakinan-keyakinan seseorang. Kepercayaan adalah
suatu keputusan (bervariasi dalam tingkatan kepercayaan) bahwa suatu hal adalah
benar atau salah. Pada umumnya kepercayaan menunjuk pada pendapat subjektif
seseorang mengenai beberapa aspek yang berbeda- beda dari dunianya.

Universitas Sumatera Utara

Kepercayaan juga sering didefenisikan sebagai kepercayaan pihak lain

dalam melakukan hubungan sosial, yang didalamnya tercakup resiko yang
berasosiasi dengan harapan itu. Artinya bila seseorang mempercayai orang lain
maka ketika hal itu tidak terbukti ia akan menerima konsekwensi seperti merasa
dikhianati (Lewicki dan Bunker dalam Zainuddin,2013).
2.2.2. Aspek-aspek Kepercayaan
Kepercayaan dibentuk melalui 4 aspek pokok kepercayaan, yaitu
kompetensi, keterbukaan, kepedulian dan realibilitas (Mishra,1996).
a.

Keterbukaan
Aspek keterbukaan sering disejajarkan dengan kejujuran (honesty) meskipun

keduanya secara konseptual berbeda. Keduanya memang berkaitan erat satu
dengan yang lainnya. Keterbukaan dan kejujuran sering digunakan oleh individu
sebagai daya tarik atau untuk menunjukan bahwa dirinya dapat dipercaya.
b.

Kompetensi
Kompetensi merupakan daya tarik untuk membangun kepercayaan dalam


pola hubungan bisnis, keterbukaan merupakan daya tarik yang mengandung nilainilai moral utuk membangun hubungan sosial. Aspek kepedulan sebagai bagian
dari kepercayaan inilah yang sebenarnya berkaitan langsung dengan keadilan
sosial.
c. Kepedulian
Kepedulian tidak hanya bentuk kontrol terhadap oportunisme atau
interest pribadi, karena secara moral pun interest pribadipun dibenarkan,
namun

yang lebih penting adalah perannya sebagai mekanisme untuk

Universitas Sumatera Utara

menyeimbangan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan orang lain.
d.

Realibilitas
Dalam psikologi sosial primaci efek terbukti besar pengaruhnya terhadap

pembentukan opini termasuk dalam membangun kepercayaan. Kepercayaan yang
kuat terbentuk dari proses hubungan sosial yang terjalin lama dan terus menerus

dalam kondisi yang sangat memungkinkan adanya tes terhadap pihak-pihak yang
dipercayai. Dengan mengetahui reabilitas pihak kedua maka resiko yang harus
ditanggung pihak pertama, dengan jalan mempercayai pihak kedua, juga dinilai
lebih kecil.
2.2.3. Proses Terbentuknya Kepercayaan terhadap Orang Lain
Sarason

(1993)

menyatakan

bahwa

kepercayaan

terbentuk

dan

berkembang melalui proses belajar secara individual maupun sosial. Ada tiga

mekanisme dasar terbentuknya kepercayaan yaitu;
a.

Characteristic-based trust, merupakan ide dasar mengaitkan antara
kepercayaan dengan latar belakang individu dan dengan stereotipe yang
menyertainya. Proses terjadinya kepercayaan yang berdasarkan karakteristik
ini merupakan proses yang berlangsung lama.

b.

Process-based trust, dalam proses ini kepercayaan tumbuh melalui
pengalaman seseorang dalam melakukan pertukaran sosial, seperti berdagang
saling memberi hadiah dan kontrak kerja. Dasarnya adalah konsep
resiprositas atau pertukaran yang seimbang. Tentu saja
kepercayaan melalui proses

pembentukan

yang berjangka panjang, terkadang tidak


cukup hanya sekali melakukan transaksi sosial. Dalam proses memerlukan

Universitas Sumatera Utara

waktu keterjaminan dan stabilitas akan hubungan yang resiprokal yang
merupakan perekat yang menguatkan tinggi rendahnya kepercayaan.
c.

Institutional-based trust, atau dapat dikatakan sebagai

kepercayaan

fonannal. Kepercayaan tersebut terbentuk berdasarkan atribut resmi seperti
ijasali, sertifikat, surat pernyataan dan seterusnya. Perubahan kepercayaan
terhadap pihak lain tergantung pada dua hal, yaitu kesamaan karakteristik dan
pengalaman melakukan hubungan resiprok. Secara sederhana komponen
kepercayaan dalam hubungan dua pihak adalah mempercayai dan dipercayai
yang masihng-masih melekat pada pemberi kepercayaan dan penerima
kepercayaan (Kipnis, dalam Faturchman, 2000). Namun dalam kehidupan
sosial, kepercayaan tidak hanya melibatkan dua pihak, trustor dan trustee.

Kadang-kadang pihak itu membutuhkan pihak ketiga yang sering disebut
sebagai penghubung (intermediary). Kepercayaan merupakan aspek dalam
kepribadian yag terbentuk melalui interaksi individu dengan lingkungan,
maka hal tersebut merupakan penilaian awal terhadap dirinya dan penilaian
terhadap orang lain. Adanya keyakinan atau kepercayaan dalam diri individu
terhadap lingkungan yang menimbulkan suatu sikap pada individu untuk
dapat berprilaku prososial sebagai perwujudan nyata dari intensi. Untuk dapat
melakukan suatu prilaku prososial harus ada prilaku yang didasari oleh
kepercayaan dan hasil evaluasi pada individu itu sendiri (Zainuddin, 2013).
Sosial budaya yang mendukung dalam pemberian ASI adalah;
1.

Kepercayaan minum wejah (sejenis minuman dari daun-daunan tertentu)
dengan keyakinan bahwa ASI akan lebih banyak keluar.

Universitas Sumatera Utara

2.

Kepercayaan bahwa ASI tidak boleh dibuang sembarangan. Makna dari

kepercayaan tersebut adalah bahwa ASI diberikan kepada bayi bukan untuk
dibuang (Arisman, 2007).
Sosial budaya yang tidak mendukung dalam pemberian ASI

1.

Berbagai tahayul untuk berpantang makanan yang seharusnya tidak dimakan
oleh ibu yang sedang menyusui seperti ikan laut, udang, cumi-cumi dan lainlain, dengan anggapan ASI akan berbau amis sehingga bayi tidak
menyukainya.

2.

Kepercayaan memberikan cairan manis ketika bayi lahir sebagai salah satu
cara dalam agama.

3.

Keyakinan bahwa dengan menyusui akan merusak bentuk tubuh dan
payudara.

4.

Keyakinan untuk berhenti menyusui bayi apabila ibu dalam keadaan hamil
(Arisman,2007).
Berkaitan dengan kepercayaan terhadap makanan bagi ibu yang sedang

menyusui dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan makanan pantang adalah
bahan makanan atau masakan yang tidak boleh dimakan oleh para individu dalam
masyarakat karena alasan-alasan yang bersifat budaya, adat menantang itu
diajarkan secara turun temurun dan cendrung ditaati walaupun individu yang
menjalankannya mungkin tidak terlalu paham atau yakin akan rasional dari alasan
memantang makana n yang bersangkutan, dan sekeda r karena patuh kepada
orang tua dan sudah menjadi tradisi setempat, dikabupaten Bener Meriah
makanan yang dianggap dapat menimbulkan gatal pada payudara ibu adalah

Universitas Sumatera Utara

makanan yang diyakini dapat menyebabkan gatal contohnya sayur terong, ikan
tongkol, cumi-cumi, Sedangkan makanan yang dianjurkan adalah makanan yang
dianggap baik dan harus dikosumsi (Mutiaf, 1998).
Keyakinan atau kercayaan dari ibu yang kuat merupakan faktor
determinan yang penting terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif
(Kurniawan,2013). Kepercayaan atau keyakinan berpengaruh pada sikap terhadap
prilaku tertentu, norma-norma subjektif dan kontrol prilaku (Robbins, 1996).
Berbagai faktor sosial melatar budaya yang melatar belakangi prilaku pemberian
ASI eksklusif adalah berkaitan dengan kebiasaan masyarakat dalam memberikan
makanan pada bayi yang baru lahir. Menurut sebagian besar masyarakat kebiasaan
memberikan madu, pada mulut bayi yang baru lahir supaya mulut bayi bersih.
Kebiasaan tersebut dilakukan secara turun temurun, dan masih dijalani oleh
masyarakat bahwa madu yang dioleskan kemulut bayi akan menyebabkan mulut
bayi

menjadi

bersih. Penelitian yang dilakukan oleh Rayuni, (2010)

mengungkapkan budaya yang mendukung dalam pemberian ASI eksklusif adalah
keterikatan keluarga dan sosial sebagai pemberi dukungan untuk memberikan ASI
eksklusif. Sedangkan budaya yang tidak mendukung adalah adanya pantangan dan
mitos pada pemberian ASI eksklusif.
Pemahaman kodrat dan kepercayaan terhadap anugrah Tuhan adalah
modal utama untuk berhasil menyusui. Bayi akan tumbuh sehat, cerdas, kuat,
peka, luwes, peduli dan mempunyai nurani kalau ayah dan ibunya mampu
memberikan bekal pendidikan yang baik, menyusui adalah awal dari pendidikan
anak (Perinansia, 2003)

Universitas Sumatera Utara

2.3.Nilai dan Norma
Nilai adalah sebuah kepercayan yang didasarkan pada sebuah kode etik di
dalam masyarakat. Nilai yang dianut seseorang ditentukan oleh semua prilakunya
karena nilai tersebut menghasilkan norma-norma dan mengajarkan bahwa normanorma tersebut adalah benar (Suhardjo, 2000).
Nilai mempengaruhi individu berprilaku atau mengambil keputusan sesuai
dengan nilai tersebut. Nilai berfungsi sebagai rujukan dalam memilih dan
mengevaluasi tingkah laku dan kejadian- kejadian. Nilai berfungsi sebagai
pengarah tingkah laku dalam mencapai tujuan yang diinginkan.
Dalam penelitian ini, nilai dan norma yang terkait dengan pemberian ASI
secara umum terkait dengan pemahaman tentang sejauh makna makna ASI, serta
memahami bahwa ASI merupakan sesuatu yang amat penting bagi kehidupan
seorang bayi sehingga diharapkan hal ini akan membuka wacana, dan motivasi
kepada ibu- ibu untuk dapat memberikan ASI kepada bayinya.
Nilai menunjukan tentang apa yang benar dan yang salah, baik dan buruk,
juga menunjukan tentang bagaimana pengalaman hidup dimasa lalu.

Nilai

merupakan unsur yang penting dalam budaya karena dapat menentukan seseorang
boleh atau tidak boleh melakukan sesuatu.
Nilai merupakan patokan/standar prilaku sosial yang melambangkan
baik/buruk atau benar/salahnya suatu objek dalam hidup bermasyarakat sehingga
nilai dapat mempengaruhi prilaku seseorang. Nilai dapat dikatakan sebagai
kumpulan perasaan mengenai apa yang diinginkan atau yang tidak diharapkan,
mengenai apa yang boleh dilakukan atau yang tabu dilakukan, seperti ada seorang

Universitas Sumatera Utara

ibu yang akan menyusui bayinya hingga berumur 2 tahun, ia menilai ASInya
sangat berharga bagi pertumbuhan dan perkembangan bayinya, baginya akan
merasa bersalah bila tidak melakukan hal tersebut, terutama bila dikemudian hari
terjadi sesuatu yang dapat merugikan anaknya, dan sebaliknya ada ibu yang
menghentikan pemberian ASI kepada bayinya karna ia menyakini ketika ASI
yang ia berikan membuat masalah bagi kehidupan bayinya maka ia akan segera
menghentikan pemberian itu, ia menilai begitu berharganya bayi bagi dirinya.
Nilai dan norma tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya, karena
keduanya saling berkaitan. Secara umum norma merupakan nilai yang
mengandung sanksi yang relatif tegas terhadap pelanggarnya. Oleh karna itu
norma

merupakan

faktor

pendorong

bagi

individu/masyarakat

untuk

mematuhinya.
Norma terbagi beberapa tingkatan,yakni :
a.

Usage (cara berbuat). Pada tingkat norma yang disebut cara, bila terjadi
pelanggaran,hukumannya sangat lemah. Misalnya, makan sambil berdiri, atau
berdecak, pada tingkat ini lebih banyak dinilai tingkat pelanggaran antar
individu saja, tidak terkait dengan orang lain.

b.

Folkways (kebiasaan atau perbuatan yang berulang dalam bentuk yang sama)
karna banyak orang setuju, perbuatan yang dianggap baik dapat
menjadi kebiasaan. Misalnya, berkata sopan

santun kepada semua orang

dan mengucapkan salam setiap bertemu orang.
c.

Mores (tata-kelakuan) adalah bentuk norma yang telah diakui masyarakat
sebagai pengatur dalam setiap prilaku. Tata kelakuan mempunyai kekuatan

Universitas Sumatera Utara

memaksa untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu sehingga sanksinya adalah
dikucilkan masyarakat dari pergaulan atau pengusiran dari lingkungannya. Ini
biasanya terjadi didaerah-daerah yang masih kental hukum adatnya, seperti
Bali, Sumatera Barat, dan Aceh.
d.

Custom (adat istiadat) adalah tata-kelakuan berupa aturan-aturan yang
mempunyai sanksi/hukuman yang lebih keras lagi, baik formal maupun nonformal. Misalnya, kasus pemerkosaan, selain mendapat hukuman dari
penegak

hukum

(formal)

sesai

dengan

undang-undang

tertulisnya,

pemerkosaan juga mendapat hukuman dari masyarakat (non-formal ) bahkan
lebih berat, misalnya dipukuli atau diadili secara massal dan dikucilkan.
Nilai merupakan konsep mengenai apa yang hidup dalam pikiran sebagian
besar warga suatu masyarakat, mengenai apa yang mereka anggap benilai,
berharga, dan penting dalam hidup, berfungsi sebagai pedoman kehidupan
warganya (Koentjaraningrat, 1990).
Nilai mempunyai fungsi memberi petunjuk penting agar dapat memuaskan
keinginan manusia dan memberi arah demi tercapainya tujuan sosial
kemasyarakatan. Prilaku seseorang sangat dipegaruhi oleh nilai- nilai yang
dimilikinya. Bila nilai itu baik, masyarakat/individu dapat mempunyai nilai yang
berbeda, demikian pula antara ras/suku bangsa atau kelompok masyarakat. Norma
merupakan hasil interaksi dan sosialisasi dalam masyarakat, kemudian menjadi
suatu aturan dalam bermasyarakat yang disepakati bersama baik secara lisan
maupun tulisan, dan mempunyai sanksi yang jelas bagi pelanggarnya.
2.4.Pengetahuan

Universitas Sumatera Utara

Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah
pemberian bukti seseorang setelah melewati proses pengenalan atau pengingatan
informasi atau ide yang sudah diperolehnya sebelumnya. Pengetahuan
dikelompokan kedalam ranah koqnitip, apektif dan psikomotor. Pengetahuan
ditempatkan sebagai urutan yang pertama karena pengetahuan merupakan unsur
dasar untuk pembentukan tingkatan- tingkatan ranah koqnitif yaitu pemahaman
(comprehension), penerapan (application), analisa (analysis), sintesa (synthesis),
dan penilaian (evaluation), sedangkan menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan
merupakan hasil penginderaan manusia terhadap suatu objek, sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera penglihatan (mata) dan indera
pendengar (telinga). Pengetahuan adalah merupakan hasil “tahu” dan ini terjadi
setelahorang melakukan

penginderaan terhadap

suatu

objek

tertentu,

penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan,
pendengaran, penciuman rasa dan raba. Pengetahuan atau kognitif merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang berisi pertanyaan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian
atau responden (Notoatmodjo, 2010). Dari pengalaman dan penelitian terbukti
bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan langgeng dari pada perilaku
yang tidak didasari oleh pengetahuan. Menurut Rogerss dalam Notoatmodjo
(2010) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :
a. Kesadaran (Awareness), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

Universitas Sumatera Utara

mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
b. Merasa tertarik (Interest) terhadap stimulus atau objek tersebut. Disini sikap
subjek sudah mulai timbul.
c. Menimbang-nimbang (Evaluation) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
d. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa
yang kehendaki oleh stimulus.
e. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.
2.4.1.

Tingkatan Pengetahuan
Menurut Bloom (dalamNotoatmodjo, 2010) pengetahuan yang di cakup

dalam domain kognitip mempunyai 6 (enam) tingkat yaitu :
a.

Tingkat tahu (know), bila seseorang hanya mampu menjelaskan secaragaris
besar apa yang telah diketahui.

b.

Memahami (comprenhension). Memahami suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menguraikan materi
tersebut secara benar.

c. Tingkat penerapan (application), bila telah ada kemampuan untuk
menggunakan apa yang telah dipelajari dari suatu situasi kesituasi lain.
d. Tingkat analysis (analysis),bila kemampuan lebih meningkat,ia telah mampu
untuk menerangkan bagian-bagian yang menyusun suatu bentuk pengetahuan
tertentu dan menganalisis satu dari yang lainnnya.
e. Tingkat sintesis (syntesis), bila sudah mampu untuk menyusun kembali

Universitas Sumatera Utara

bentuk semula maupun kebentuk lain.
f. Tingkat evaluasi (avaluation),merupakan tingkat pengetahuan yang tertinggi
telah ada kemampuan untuk mengetahui secara menyeluruh semua bahan
yang dipelajari.
Dengan kata lain, pengetahuan itu dapat berkembang menjadi ilmu apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut :
a.

Mempunyai objek kajian

b.

Mempunyai metode pendekatan

c.

Bersifat universal “mendapat pengakuan secara umum” (Notoadmodjo,
2010).
Pengetahuan merupakan faktor penting dalam menentukan perilaku

seseorang karena pengetahuan dapat menimbulkan perubahan persepsi dan
kebiasaan masyarakat. Pengetahuan yang meningkat dapat merubah persepsi
masyarakat tentang penyakit. Meningkatnya pengetahuan
dapat

masyarakat juga

mengubah perilaku masyarakat dari yang negative menjadi positif, selain

itu pengetahuan juga membentuk kepercayaan (Wawan, 2010).
Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu :
a. Pengalaman
Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman
orang lain. Pegalaman yang diperoleh dapat memperluas pengetahuan seseorang.
a. Tingkat Pendidikan
Secara umum, orang yang berpendidikan lebih tinggi akan memiliki

Universitas Sumatera Utara

pengetahuan yang lebih luas daripada yang berpendidikan lebih rendah.
c. Keyakinan
Biasanya keyakinan diperoleh secara turun-temurun, baik keyakinan
positif maupun keyakinan yang negative, tanpa adanya pembuktian terlebih
dahulu.
d.

Fasilitas
Fasilitas sebagai sumber informasi yang dapat memperoleh pengetahuan

seseorang adalah majalah, radio, koran, televisi, buku, dan lain-lain.
e. Penghasilan
Penghasilan tidak berpengaruh secara langsung terhadap pengetahuan
seseorang. Namun, jika seseorang berpenghasilan cukup besar, maka dia mampu
menyediakan fasilitas yang lebih baik.
f. Sosial Budaya, kebudayaan setempat dan kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap seseorang terhadap
sesuatu
Penelitian yang dilakukan (Wowor, Dkk) menyatakan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI, ada hubungan antara sikap
dengan pemberian ASI, penelitian terkait yang menyatakan bahwa adanya
hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan pemberian ASI eksklusif
(Team, 2010).
2.5.Pengertian Pendidikan
Menurut Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang sistem Pendidikan
Nasional defenisi Pendidikan adalah usaha sadar untuk mempersiapkan peserta

Universitas Sumatera Utara

didik melalui pengajaran, bimbingan, dan/atau latihan bagi perannya dimasa yang
akan datang. Menurut Mj. Langeveld (dalam Notoatmodjo, 2010) Pendidikan
adalah setiap usaha, pengaruh dan bantuan yang diberikan kepada anak, yang
tertuju kepada kedewasaan. Konsep dasar pendidikan adalah suatu proses belajar
yang berarti di dalam pendidikan itu terjadi proses pertumbuhan, perkembangan,
atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik, dan lebih matang pada diri
individu,

kelompok

atau

masyarakat.

(Notoatmojdo,

2010).

Sedangkan

pendidikan dalam arti formal adalah suatu proses penyampaian materi guna
mencapai perubahan dan tingkah laku.
Bloom, dkk (dalam Mudyaharjo, 2001) menjelaskan tujuan pendidikan
yaitu :
1. Kognitif adalah jenis pendidikan yang bertujuan

mengembangkan

kemampuan intelektual dalam mengenal lingkungan.
2.

Afektif adalah jenis pendidikan yang bertujuan mengembangkan kemampuan
menghayati nilai-nilai untuk mengenal kegunaannya bagi hidup terhadap apa
yang telah dipelajari secara langsung.

3. Psikomotor/keterampilan

adalah

jenis

pendidikan

yang

bertujuan

mengembangkan kemampuan melakukan perbuatan secara tepat, sehingga
menghasilkan kinerja yang standar.
Berdasarkan undang-undang No.2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan
nasional merupakan bimbingan, pengajaran, latihan dan panduan diantaranya. Di
lihat dari jenjang pendidikan sekolah disusun tiga tingkatan yaitu :
1.

Sekolah yang menyelenggarakan pendidikan dasar yaitu : SD, MIN, MIS,

Universitas Sumatera Utara

SLTP
2.

Sekolah yang meyelenggarakan pendidikan yang menengah yaitu : SMU,
SMK, MA.

3.

Sekolah menyelenggarakan pendidikan tinggi yaitu : S3, S2, S1, D4, D3,
D2, dan D1.
Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan

seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi, dengan
pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi,
baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk
semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan dalam hal
tentang ASI Eksklusif. Diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka
orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Namun orang yang
berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula.
Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi
juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.
Pendidikan memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas manusia,
pendidikan juga berperan untuk menentukan kehidupan manusia untuk menjadi
lebih baik. Pendidikan kesehatan memotivasi seseorang untuk memperoleh
informasi dan berbuat sesuatu untuk menghindari masalah dalam kesehatan,
diantaranya adalah pemberian ASI Eksklusif, ibu yang memiliki pendidikan lebih
tinggi cenderung lebih banyak mendapat informasi tentang ASI Eksklusif dari
pada ibu yang memiliki pendidikan lebih rendah (Nursalam, 2010).
Hasil penelitian menyatakan bahwa adanya kecenderungan semakin tinggi

Universitas Sumatera Utara

tingkat pendidikan semakin besar persentasi pemberian ASI secara eksklusif
(Siregar, 2004). Menurut Soetjaningsih bahwa faktor yang mempengaruhi
pemberian ASI ekslusif salah satunya adalah pengetahuan ibu tentang pemberian
ASI ekslusif. Terkait dengan masih rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI,
tidak sedikit ibu yang masih membuang kolostrum karena dianggap kotor
sehingga perlu dibuang.
2.6.Pekerjaan
Menurut Soetijiningsih (2004), pekerjaan adalah suatu kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh penghasilan (imbalan) berupa uang
dan barang guna memenuhi kebutuhan hidup. Sedangkan menurut Nursalam
(2005), bekerja adalah suatu bentuk aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan
kepuasan. Aktivitas ini melibatkan fisik dan mental.
Bekerja merupakan proses fisik dan mental manusia dalam mencapai
tujuannya. Pekerjaan merupakan pekerjaan formal yang dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari. Pengalaman dan pendidikan sekarang dan sejak kecil akan
mempengaruhi sikap dan penampilan mereka. Dalam kaitannya dengan pekerjaan,
bahwa kesesuaian antara pekerjaan diri seseorang memberikan kesan sendiri. Ini
berarti makin sesuai bakat dan minat seseorang dengan pekerjaan, maka makin
tinggi pula tingkat kepuasan yang diperoleh dari pekerjaan beserta status sosial
ekonomi yang dicapai. Pembagian tingkat pekerjaan antara lain pegawai negeri,
petani dan pedagang (Nursalam, 2003).
Menurut

Soetijiningsih,

(2004)

pekerjaan

akan

mempengaruhi

perekonomian seseorang karena dapat menyediakan semua kebutuhan anak baik

Universitas Sumatera Utara

yang primer maupun yang sekunder. Pekerjaan yang ditekuni seseorang ibu
memiliki hubungan mendatangkan pengetahuan tentang suatu hal baru baik yang
berhubungan dengan pekerjaan itu sendiri maupun mengenai hal-hal yang baik.
Hasil penelitian yang berhubungan dengan hal ini diantaranya yang
dilakukan di Kabupaten Kebumen ditemukan hasil ada hubungan antara faktor
pekerjaan yang mempengaruhi ibu menyusui dalam pemberian ASI eksklusif
(Utami, 2011). Penelitian lain yang dilakukan (Susilawaty, 2007) menyatakan
bahwa ada hubungan yang signifikan anatara ibu yang tidak bekerja degan
pemberian ASI eksklusif (OR adjusted = 3,566, tingkat kepercayaan 95%, CI:
1,922 – 6,616; nilai p = 0,000).

2.7.Pendapatan
Menurut Notoatmodjo (2010), Pendapatan adalah segala sesuatu balas jasa
yang diterima oleh seseorang sebagai akibat dari pelaksanaan pekerjaan, dalam
bentuk uang atau lainya yang bisa berupa gaji, upah, bonus, dan tunjangan seperti
kesalahan, tunjangan hari raya, uang makan, uang cuti, dan sebagainya.
Pembayaran penghasilan ada yang dikaitkan langsung dengan taraf perekonomian
seperti upah atau gaji, bonus dan komisi tersebut juga komisi langsung dan ada
juga yang tidak dikaitkan langsung dengan kinerja sebagai upaya meningkatkan
ketenangan dan kepuasan kerja seseorang seperti tunjangan-tunjangan. Tunjangan
adalah tambahan penghasilan diluar gaji pokok sebagai akibat mengemban
tanggung jawab atau memegang resiko pekerjaan.Insentif adalah pemberian

Universitas Sumatera Utara

imbalan atas hasil kerja yang melampaui rata-rata.
Pembayaran pendapatan langsung dapat dibayar berdasarkan waktu seperti
seseorang menerima upah harian dalam jumlah yang tetap. Diluar gaji atau upah
yaitu mendapatkan tambahan yang dihasilkan berdasarkan pada unjuk kerja
seperti komisi dan bonus. Tujuan utama pemberian komisi salah satu diantaranya
memotipasi kinerja dan mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan
seseorang dalam upaya meningkatkan kompetensi secara keseluruhan.
Penghasilan/pendapatan sangat penting bagi setiap individu, karena
besarnya pendapatan merupakan pencerminan atau ukuran nilai kinerja
seseorang, sehingga besar kecilnya pendapatan dapat mempengaruhi prestasi
kerja. Salah satu tujuan dari system pendapatan adalah mempengaruhi prestasi
kerja. Dengan pemberian pendapatan yang memadai merupakan suatu
penghargaan terhadap prestasi kerja. Pendapatan yang diberikan ditempat kerja
akan dapat menarik dan mempertahankan serta memberikan motivasi kerja
apabila diberikan secara tepat dan sesuai dengan jasa yang diberikan.
Menurut Effendy (2007), gaji dan upah dimaknakan sama, balas jasa
dalam bentuk uang yang diterima sebagai konsenkuensi dan kedudukan sebagai
seseorang yang memberikan sumbangan dalam mencapai tujuan dari pekerjaan.
Gaji dan upah sudah barang tentu merupakan salah satu alasan bagi seseorang
untuk bekerja. Penghasilan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
meningkatkan produktifitas kerja.
Menurut Sastrohadiwiryo (2000), keterkaitan penghasilan dengan kinerja
sangatlah signifikan. Semakin tinggi penghasilan semakin tinggi kepuasan kerja.

Universitas Sumatera Utara

Pemberian pendapatan/penghasilan atas pekerjaan yang dilakukan seseorang
adalah keterampilan, kecakapan dan kemampuannya, ini menimbulkan dua
pengaruh positif. Pertama, seseorang yang berkemampauan tinggi atau yang telah
menambah kebiasaannya dengan keterampilan baru, dapat menerima tambahan
imbalan walaupun pangkatnya tidak dinaikkan. Kedua, keterkaitan tingkat
pendapatan pada keterampilan dan kemampuan karena terkait oleh tempat kerja
daripada nilai pekerjaan yang dilakukannya. Sekarang ini banyak keterkaitan
antara imbalan dengan kinerja. Ini dapat diartikan untuk memancing motivasi
kerja. Imbalan yang sesuai akan mendorong kinerja meningkat.
Menurut Malayu (2005), jika kompensasi yang diterima seseorang
semakin besar berarti jabatannya semakin tinggi statusnya semakin baik, dan
pemenuhan kebutuhan yang dinikmatinya semakin banyak pula. Dengan
demikian, kepuasan kerjanya juga semakin baik. Disinilah letak pentingnya
kompensasi bagi seseorang sebagai seorang penjualan tenaga (fisik dan pikiran).
Berdasarkan Peraturan Mentri tenaga kerja no. 05/Men/1989 tanggal 29
mei 1989 tentang upah minimum, Gubernur Aceh menetapkan upah minimum
propinsi (UMP) No. 65 tahun 2012 dari Rp 1,400,000-.tahun 2012 menjadi Rp.
1.550.000,- tahun 2013. Upah minimum ini wajib dipatuhi oleh perusahaan
swasta, Badan Usaha Milik Negara dan instansi pemerintah. Bila Tidak dipatuhi
oleh pengelola usaha dan instansi dapat dikenakan sanksi.
Hasil penelitian yang berhubungan dengan hal ini diantaranya dilakukan
diwilayah kerja puskesmas Siantan yang menemukan hasil terdapat hubungan
antara umur, jumlah pendapatan keluarga dan pengetahuan ibu dengan pemberian

Universitas Sumatera Utara

MP-ASI pada bayi diwilayah kerja puskesmas Siantan Tengah (Khairunnisa, Dkk.
2013). Penelitianyang terkait yang dilakukan di Kabupaten Kudus menyatakan ibu
pekerja buruh dimungkinkan kesulitan dalam mengatur pemberian ASI eksklusif,
faktor yang berhubungan dengan pemberian ASI adalah dukungan keluarga,
pendidikan, pengetahuan, sikap dan pendapatan perkapita, sedangkan hubungan
faktor dengan lamanya pemberian ASI eksklusif adalah pendidikan, pengetahuan,
pendapat perkapita.

2.8.

Sikap
Sikap adalah kesiapan mental untuk merespon sesuatu, baik yang negatif

maupun yang positif. Sikap didampangi oleh sesuatu yang terjadi sebelumnya dan
hasil yang diperoleh. Sikap juga merupakan perbuatan, perilaku, gerak-gerik yang
berdasarkan pada pendirian, pendapat atau keyakinan. Pengukuran sikap dapat
dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan
bagaimana pendapat atau pernyataan ibu terhadap suatu objek (Wahyuningsih,
2009).
2.8.1. Fungsi Sikap
Menurut Notoadmodjo (2010), sikap mempunyai beberapa fungsi sebagai
berikut :
a.

Sikap sebagai instrument atau alat untuk mencapai tujuan.

b.

Seseorang mengambil sikap terhadap objek atas dasar pemikiran sampai
sejauh mana objek sikap tersebut dapat digunakan sebagai alat atau instrumen

Universitas Sumatera Utara

untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai. Jika objek tersebut mendukung
dalam mencapai tujuan maka akan memiliki sikap yang positif terhadap objek
yang bersangkutan, demikian sebaiknya fungsi itu sering disebut sebagai
fungsi penyesuaian karena dengan mengambil sikap tentang seseorang akan
dapat menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan.
c.

Sikap pertahanan ego
Kadang-kadang orang mengambil sikap terhadap sesuatu karena untuk

mempertahankan ego. Apabila seseorang merasa egonya terancam maka ia akan
mengambil sikap tertentu terhadap objek demi pertahanan egonya.
d. Sikap sebagai ekspresi nilai
Bahwa sikap seseorang menunjukkan bagaimana nilai-nilai pada orang tua,
sikap yang diambil oleh seseorang mencerminkan system nilai yang ada pada diri
orang tersebut.
e. Sikap sebagai fungsi pengetahuan
Bahwa bagaimana sikap seseorang terhadap suatu objek yang akan
mencerminkan keadaan pengetahuan dari orang tersebut, apabila pengetahuan
seseorang mengenai sesuatu belum konsisten maka itu berpengaruh pada sikap
orang tersebut.
2.8.2. Ciri-ciri Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap memiliki cirri-ciri sebagai berikut :
a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melaikan dibentuk atau dipelajari sepanjang
perkembangan itu dalam hubungan objeknya.
b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat

Universitas Sumatera Utara

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat
tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain.
c. Sikap itu berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu
terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari
atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat
dirumuskan dengan jelas.
d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tertentu.
e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah
yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan yang
dimiliki orang.
2.8.3. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2010), sikap terdiri dari tingkatan yaitu :
a. Menerima (receiving)
Orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan objek.
b. Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya serta mengerjakan dan menyelesaikan
tugas yang diberikan terlepas jawaban pekerjaan itu benar atau salah adalah
berarti orang menerima ide tersebut.
c. Menghargai (Valuing)
Mengajak orang lain mengajak atau mendiskusikan terhadap suatu masalah.
d. Bertanggung Jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya merupakan

Universitas Sumatera Utara

tingkat sikap yang paling penting.
Hasil penelitian yang berhubungan dengan sikap dalam pemberian ASI
eksklusif diantaranya penelitian yang dilakukan (Wowor, Dkk) menyatakan
bahwa ada hubungan antara pengetahuan dengan pemberian ASI, ada hubungan
antara sikap dengan pemberian ASI penelitian terkait yang menyatakan bahwa
adanya hubungan antara pengetahuan dengan sikap dengan pemberian ASI
eksklusif (Team, 2010). Penelitian lain menyatakan sikap ibu secara bermakna
meningkatkan prilaku pemberian ASI eksklusif (Yuliarti, 2008).

2.9.Air Susu Ibu (ASI)
2.9.1. Pengertian ASI
ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan kompisi yang
seimbang dan disesuaikan dengan kebutuhan pertumbuhan bayi. ASI adalah
makanan yang sempurna baik secara kualitas maupun kuantitasnya dengan
tatalaksana mneyusui yang benar. ASI sebgai bahan tunggal akan cukup
memenuhi kebutuhan tumbuh bayi normal sampai usia 6 bulandan ketika
diberikan amakanan padat dapat diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih
(Soetjiningsih, 2007).
ASI merupakan makanan pertama, utama dan terbaik bagi bayi, yang
bersifat alamiah. ASI mengandung berbagai zat gizi yang dibutuhkan dalam
proses pertumbuhan dan perkembangan bayi (Prasetyono, 2009).

Universitas Sumatera Utara

ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garamgaram organik yang disekresikan oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi (Nugroho, 2011).
2.9.2. Pengertian ASI Eksklusif
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
450/MENKES/SK/IV/2004, ASI Eksklusif atau lebih tepatnya pemberian ASI
secara Eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi mulai ia lahir sampai
berumur 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air
teh dan air putih serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,
biskuit, bubur nasi dan nasi tim (Roesli, 2005).
Menurut Suradi (2004), ASI Eksklusif merupakan makanan terbaik yang
harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat
gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI dapat menurunkan risiko bayi mengidap
berbagai penyakit. Apabila bayi sakit akan lebih cepat sembuh bila mendapatkan
ASI. ASI juga membantu pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak.
Menurut penelitian, anak – anak yang tidak diberi ASI mempunyai IQ
(Intellectual Quotient).
2.9.3. Komposisi ASI
Menurut Kristiyanasari (2011) komposisi ASI dibedakan menjadi 3
macam yaitu :
1. Kolostrum
ASI yang dihasilkan pada hari pertama sampai hari ketiga setelah bayi lahir.
Kolostrum merupakan cairan agak kental bewarna kekuning kuningan, lebih

Universitas Sumatera Utara

kuning dibandingkan dengan ASI mature, bentuknya agak kasar karena
mengandung butiran lemak dan sel-sel epitel dengan khasiat kolostrum sebagai
berikut :
a. Sebagai pembersih selaput usus bayi baru lahir sehingga saluran pencernaan
siap untuk menerima makanan.
b. Mengandung kadar protein yang tinggi terutama gama globulin sehingga dapat
memberikan perlindungan tubuh terhadap infeksi.
c. Mengandung zat antibodi sehingga mampu melindungi tubuh bayi dari berbagai
penyakit infeksi untuk jangka waktu sampai dengan 6 bulan.
2. ASI masa transisi
ASI yang dihasilkan mulai hari keempat sampai hari kesepuluh.
3. ASI mature
ASI yang dihasilkan mulai hari kesepuluh sampai seterusnya.

2.9.4. Kandungan ASI
Banyak sekali zat gizi yang ada dalam ASI. Kandungan yang terdapat di
dalam ASI antara lain :
1.

ASI mengandung 88,1% air sehingga ASI yang diminum bayi selama
pemberian ASI eksklusif sudah mencukupi kebutuhan bayi dan sesuai dengan
kesehatan bayi. Bayi baru lahir yang hanya mendapat sedikit ASI pertama
(kolostrum) tidak memerlukan tambahan cairan karena bayi dilahirkan
dengan cukup cairan di dalam tubuhnya. ASI dengan kandungan air yang
lebih tinggi biasanya akan keluar pada hari ketiga atau keempat.

Universitas Sumatera Utara

2.

ASI mengandung bahan larut yang rendah. Bahan larut tersebut terdiri dari
3,8% lemak, 0,9% protein, 7% laktosa, dan 0,2% bahan-bahan lain. Salah
satu fungsi utama air adalah untuk menguras kelebihan bahan-bahan larut
melalui air seni. Zat-zat yang dapat larut (misalnya sodium, potasium,
nitrogen, dan klorida) disebut sebagai bahan-bahan larut. Ginjal bayi yang
pertumbuhannya belum sempurna hingga usia 3 bulan mampu mengeluarkan
kelebihan bahan larut lewat air seni untuk menjaga keseimbangan kimiawi di
dalam tubuhnya. Karena ASI mengandung sedikit bahan larut maka bayi
tidak membutuhkan banyak air seperti layaknya anak-anak atau orang dewasa
(Yuliarti, 2010).

2.9.5. Manfaat ASI
Menurut Yuliarti (2010) ASI memberikan manfaat tak terhingga pada anak
antara lain :
a. Bayi mendapatkan nutrisi dan enzim terbaik yang dibutuhkan
b. Bayi mendapat zat-zat imun, serta perlindungan dan kehangatan melalui
kontak dari kulit ke kulit dengan ibunnya.
c. Meningkatkan sensitivitas ibu dan kebutuhan bayinya
d. Mengurangi perdarahan, serta konservasi zat besi, protein dan zat lainnya,
mengingat ibu tidak haid sehingga menghemat zat yang terbuang.
e. Penghematan karena tidak perlu membeli susu.
f. ASI eksklusif dapat menurunkan angka kejadian alergi, terganggunya
pernafasan, diare, dan obesitas pada anak.
g. Meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan anak

Universitas Sumatera Utara

2.9.6. Keuntungan Menyusui
Menurut Ramaiah (2006) keuntungan menyusui yaitu :
1.

Bagi Bayi

a. ASI mengandung protein, lemak, vitamin, mineral, air dan enzim yang
dibutuhkan oleh bayi, karena ASI mengurangi risiko berbagai jenis
kekurangan nutrisi.
b. ASI mengandung semua asam lemak penting yang dibutuhkan bagi
pertumbuhan otak, mata dan pembuluh darah yang sehat.
c. ASI selalu berada pada suhu yang paling cocok bagi bayi, karena tidak
membutuhkan persiapan apapun.
d. Bayi bisa mencerna dan menggunakan nutrien dalam ASI secara lebih efisien
daripada yang terdapat dalam jenis susu lainnya.
e. ASI itu steril, artinya artinya tidak terkontaminasi oleh bakteri atau kuman
penyakit lainnya.
f. Menyusui mencegah terjadinya anemia pada bayi, karena zat besi yang
terkandung dalam ASI diserap secara lebih baik daripada sumber zat besi
lainnya.
g. Kekurangan nutrisi tidak dapat terjadi pada bayi yang disusui karena ASI
memenuhi kebutuhan energi bayi sampai enam bulan yang pertama
h. Kolostrum kaya akan antibodi dan substansi anti infeksi lainnya yang
melindungi bayi dari infeksi. Antibodi adalah substansi yang dikeluarkan oleh
tubuh ketika penyebab penyakit memasuki tubuh. Karenanya antibodi sangat
penting untuk menghancurkan penyebab penyakit.

Universitas Sumatera Utara

i. Kolostrum juga mengandung pertumbuhan seperti faktor pematang
epidermal. Faktor ini melapisi bagian dalam saluran pernafasan dan
mencegah kuman penyakit memasuki saluran pernafasan
j. Antibodi yang ada dalam kolostrum juga melindungi bayi yang baru lahir dari
alergi, asma, eksem dan lain-lain.
k. Kolostrum kaya akan vitamin A, yang mencegah infeksi dan vitamin K, yang
mencegah perdarahan pada bayi baru lahir.
l. ASI mengandung faktor pematang usus yang melapisi bagian dalam saluran
pencernaan dan mencegah kuman penyakit serta protein berat untuk terserap
ke dalam tubuh.
m. ASI mendorong pertumbuhan bakteri sehat dalam usus yang disebut
Lactobacillus bifidus. Bakteri ini mencegah bakteri penyebab penyakit
lainnya untuk bertumbuh dalam saluran pencernaan dan mencegah diare.
n. ASI mengandung zat yang disebut laktoferin, yang dikombinasikan dengan
zat besi dan mencegah pertumbuhan kuman penyakit.
2.

Bagi Ibu

a.

Menyusui menolong rahim mengerut lebih cepat dan mencapai ukuran
normalnya dalam waktu singkat, mengurangi banyaknya perdarahan setelah
persalinan dan karena itu mencegah anemia.

b.

Menyusui mengurangi risiko kehamilan sampai enam bulan setelah
persalinan

c.

Menyusui mengurangi risiko kanker payudara dan indung telur

Universitas Sumatera Utara

d.

Menyusui menolong menurunkan kenaikan berat badan berlebihan yang
terjadi selama kehamilan, dan menurunkan risiko obesitas.

3.

Bagi Keluarga
Menurut (Wulandari & Handayani, 2011) manfaat ASI bagi keluarga di

tinjau dari :
a. Aspek Ekonomi
ASI tidak perlu dibeli sehingga dana yang seharusnya digunakan untuk
membeli susu formula dapat digunakan untuk keperluan lain. Kecuali itu
penghematan juga disebabkan karena bayi yang mendapatkan ASI lebih jarang
sakit sehingga mengurangi biaya berobat.
b.

Aspek Psikologis
Kebahagiaan keluarga bertambah, karena kelahiran lebih jarang, sehingga

suasana kejiwaan ibu baik, dapat mendekatkan hubungan bayi dengan keluarga.
c.

Aspek Kemudahan
Menyusui sangat praktis, karena dapat diberikan dimana saja, kapan saja.

Keluarga tidak perlu repot menyiapkan air masak, botol dan dot yang harus
diberikan serta minta pertolongan orang lain.
4. Bagi Negara
a. Menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi
Adanya faktor protektif dan nutrien yang sesuai dalam ASI menjamin status
gizi bayi baik serta kesakitan dan kematian anak menurun. Beberapa penelitian
epidemiologis menyatakan bahwa ASI melindungi bayi dan anak daripenyakit

Universitas Sumatera Utara

infeksi, misalnya diare, otitis media, dan infeksi saluran pernafasan akut bagian
bawah.
b. Menghemat devisa negara
ASI dianggap sebagai kekayaan nasional. Jika semua ibu menyusui
diperkirakan dapat menghemat devisa sebesar Rp.8,6 milyar yang seharusnya
dipakai untuk membeli susu formula.
c.

Mengurangi subsidi rumah sakit
Subsidi untuk rumah sakit berkurang, rawat gabung akan memperpendek

lama rawat ibu dan bayi, mengurangi komplikasi persalinan dan infeksi
nosokomial serta menggurangi biaya yang diperlukan untuk perawatan anak sakit.
Anak yang mendapatkan ASI lebih jarang di rawat di rumah sakit dibandingkan
anak yang mendapatkan susu formula.
d. Anak yang mendapatkan ASI dapat tumbuh kembang secara optimal
sehingga kualitas generasi penerus bangsa akan terjamin.

2.9.7. Nilai Nutrisi Air Susu Ibu
ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrisi. Yang termasuk
makronutrien adalah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien
adalah vitamin dan mineral
a.

Karbohidrat
Laktosa adalah karbohidrat utama dalam ASI dan berfungsi sebagai salah

satu sumber energi untuk otak. Kadar laktosa yang terdapat dalam ASI hampir
dua kali lipat dibandingkan laktosa yang ditemukan dalam susu sapi atau susu

Universitas Sumatera Utara

formula. Namun demukian jarang ditemukan kejadian diare pada bayi yang
mendapat ASI. Hal ini disebabkan penyerapan laktosa ASI lebih baik
dibandingkan laktosa susu sapi atau susu formula.
b. Protein
Kandungan protein ASI cukup tinggi dan komposisinya berbeda dengan
protein yang terdapat dalam susu sapi. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri
dari protein whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu sapi
lebih banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi
c. Lemak
Kadar lemak dalam ASI lebih tinggi dibandingkann dengan susu sapi dan
susu formula. Kadar lemak yang lebih tinggi ini dibutuhkan untuk mendukung
pertumbuhan otak yang cepat selama masa bayi. ASI juga mengandung asam
lemak rantai panjang diantaranya asam dokosaheksanoik (DHA) dan asam
arakidonat (ARA) yang berperan terhadap perkembangan jaringan saraf dan
retina mata.
d.

Karnitin
Karnitin mempunyai peran membantu proses pembentukan energi yang

diperlukan untuk mempertahankan metabolisme tubuh. Konsentrasi karnitin bayi
yang mendapat ASI lebih tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
e. Vitamin
Vitamin terdiri dari : (1) Vitamin K dibutuhkan sebagai salah satu zat gizi
yang berfungsi sebagai faktor pembekuan untuk mencegah terjadinya perdarahan.
(2) Vitamin D untuk mencegah penyakit tulang pada bayi. Walaupun pada ASI

Universitas Sumatera Utara

vitamin D sedikit tetapi tidak perlu dikuatirkan karena bayi dapat dijemur pada
pagi hari maka bayi akan mendapat tambahan vitamin D yang berasal dari sinar
matahari. (3) Vitamin E. ASI memiliki kandungan vitamin E yang tinggi
terutama pada kolostrum dan ASI transisi awal. Vitamin E berfungsi untuk
ketahanan dinding sel darah merah. (4) Vitamin A selain berfungsi untuk
kesehatan mata, vitamin A juga berfungsi untuk mendukung pembelahan sel,
kekebalan tubuh dan pertumbuhanan
f. Mineral
Mineral di dalam ASI mempunyai kualitas yang lebih baik dan lebih
mudah diserap dibandingkan dengan mineral yan terdapat di dalam susu formula
(IDAI, 2008).
2.9.8. Volume Produksi ASI
Pada bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Dalam kondisi normal, pada hari pertama dan kedua sejak
lahir, air susu yang dihasilkan sek