Gambaran Pengetahuan Ibu Tentang Pola Pemberian Asi, MP-ASI Dan Pola Penyakit Pada Bayi Usia 0-12 Bulan Di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

(1)

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG POLA PEMBERIAN ASI, MP-ASI DAN POLA PENYAKIT PADA BAYI USIA 0-12 BULAN DI DUSUN

III DESA LIMAU MANIS KECAMATAN TANJUNG MORAWA KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2007

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh :

ELVI N SIMANJUNTAK NIM. 031000138

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2007


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan atas berkat dan kasihNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Pola Pemberian ASI, MP-ASI dan Pola Penyakit pada Bayi Usia 0-12 bulan di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007” yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM).

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini, terutama pada Ibu Dra. Jumirah, Apt, M.Kes selaku dosen pembimbing skripsi I dan Ketua Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat juga Bapak Prof.dr. David H. Simanjuntak selaku dosen pembimbing II yang dengan penuh perhatian dan kesabaran memberikan bimbingan, petunjuk serta pengarahan pada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu dr.Ria Masniari Lubis, M.Si selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Asfriyati, SKM, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat dan arahan pada penulis.

3. seluruh Dosen beserta Staff Civitas Akademik FKM USU.

4. Bapak Kepala Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa beserta staf, abang-kakak yang telah memberi izin dan perhatian yang besar untuk kemajuan pendidikan penulis.


(3)

5. Terima kasih yang tak terhingga atas dukungan, pengorbanan, perhatian yang tulus dan doa dari kedua orang tua terkasih Ayahanda A. Simanjuntak (Alm) dan T. Lumban Gaol yang tak henti-hentinya memberikan kasih sayang dan dukungan walaupun dalam keadaan tersulit sekalipun.

6. Terima kasih kuucapkan kepada abangku Sumurung Simanjuntak Spd dan adek-adekku Freddy, Ronny, dan adek bungsuku Cristina, terimakasih buat dukungan, kasih sayang dan semangatnya selalu.

7. Buat KK ’’Shiny” K’Ratna SKM, Endang SKM, Lasma, Mega. Semoga kita selalu jadi sahabat dalam segala kondisi. Buat sahabat-sahabat terbaikku : Dosnita Nainggolan Spd, Evi Situmorang Spd, dan Kristaty Pakpahan Spd. 8. Terima kasih banyak kepada teman-teman adek-adek kost 25/37, yaitu Desy,

Dian, Dina, Jemry, Mesry, Ropeska, Cristina, dan Martha atas dukungan dan doanya. Teman-teman angkatan 2003, Santi, Sarni, Efelina, Dewi, K’Yanti, B’Kanda dan teman lainnya seperjuangan di FKM.

9. Last but no least, buat teman-teman jauhku yang selalu memberi dorongan semangat untuk tamat serta selalu mendoakanku : K’Hotma SSi, K’Natal SE, K’Memes SE, K’Helen SKM, K’Lasma, SKM, Santy, Marisi ST, B’Sutami ST, B’ Natal ST, terkhusus B’Leo SE

Akhir kata, semoga Tuhan melimpahkan berkat dan kasihNya bagi kita semua dan penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.

Medan, September 2007


(4)

DAFTAR ISI

Halaman persetujuan ... i

Daftar isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1. Tujuan Umum ... 4

1.3.2. Tujuan Khusus ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1. Air Susu Ibu ... 6

2.2. Manfaat ASI ... 8

2.1.1. ASI Sebagai Nutrisi ... 9

2.2.2. ASI meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi ... 9

2.2.3. ASI Meningkatkan Kecerdasan... 10

2.2.4. ASI Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang... 11

2.3. Kolostrum ... 11

2.4. Pola Pemberian ASI ... 11

2.5. Pola Pemberian ASI Secara Tepat dan Benar ... 12

2.6. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) ... 13

2.6.1. Pola Pemberian MP-ASI ... 14

2.6.1.1. Pola Pemberian ASI/MP-ASI Pada Bayi 0-6 Bulan... 14

2.6.1.2. Pola Pemberian ASI/MP-ASI Pada Bayi 6-9 Bulan... 14

2.6.1.3. Pola pemberian ASI/MP-ASI pada bayi 9-12 bulan... 15

2.6.2. Pola Pemberian Makanan pada Bayi... 15

2.6.2.1. Jenis dan Frekuensi Makanan ... 15

2.6.2.2. Jumlah MP-ASI... 15

2.6.2.3. Waktu pemberian MP-ASI... 16

2.6.2.4. Bentuk MP-ASI... 16

2.6.3. Pengaturan MP-ASI Secara Tepat dan Benar... 17

2.7. Risiko Pemberian MP-ASI yang Terlalu Dini... 18

2.7.1. Risiko jangka Pendek... 18

2.7.2. Risiko Jangka Panjang... 19

2.8. Faktor yang Terkait dalam Pemberian ASI, MP-ASI serta Pola Penyakit Bayi... 20

2.8.1. Faktor Perilaku... 20

2.8.2. Pengetahuan... 20


(5)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 22

3.1. Jenis Penelitian ... 22

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

3.2.1. Lokasi ... 22

3.2.2. Waktu Penelitian ... 22

3.3. Populasi dan Sampel ... 22

3.3.1. Populasi ... 22

3.3.2. Sampel ... 23

3.4. Instrumen Penelitian ... 23

3.5. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.5.1. Data Primer ... 23

3.5.2. Data Sekunder ... 24

3.6. Defenisi Operasional... 24

3.7. Aspek Pengukuran ... 24

3.6. Teknik Analisa Data ... 28

BAB 5. HASIL PENELITIAN………32

5.1 Hasil Deskriptif………... 32

5.1.1 Distribusi Proporsi Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Tahun Kejadian... 32

5.1.2 Distribusi Proporsi Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Faktor Sosiodemografi... 32

5.1.3 Distribusi proporsi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Keluhan Utama... 35

5.1.4 Distribusi proporsi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Komplikasi... 36

5.1.5 Distribusi proporsi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Jenis Komplikasi... 36

5.1.6 Distribusi proporsi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Lama Rawatan... 37

5.1.7 Distribusi proporsi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Jenis Pengobatan... 37

5.1.8 Distribusi proporsi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Keadaan Sewaktu Pulang... 38

5.2 Analisis Statistik... 38

5.2.1 Perbedaan Proporsi Lama Rawatan Penderita DM Tipe-2 Berdasarkan Umur... 38

5.2.2 Perbedaan Proporsi Komplikasi Penderita DM Tipe-2 Berdasarkan Umur... 39


(6)

5.2.3 Perbedaan Proporsi Lama Rawatan Penderita DM Tipe-2

Berdasarkan Komplikasi... 40 5.2.4 Perbedaan Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM Tipe-2

Berdasarkan Komplikasi... 41 5.2.5 Perbedaan Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM Tipe-2

Berdasarkan Lama Rawatan... 42

BAB 6. PEMBAHASAN... 43

6.1 Analisis Deskriptif... 43 6.1.1 Distribusi Penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Faktor

Sosiodemografi... 43 6.1.2 Distribusi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Keluhan

Utama... 50 6.1.3 Distribusi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan

Komplikasi...

. 51 6.1.4 Distribusi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Jenis

Komplikasi... 52 6.1.5 Distribusi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Lama

Rawatan... 53 6.1.6 Distribusi penderita Diabetes Mellitus Tipe-2 Berdasarkan Jenis

Pengobatan... 55 6.1.7 Distribusi penderita Diabetes Mellitus Tipe -2 berdasarkan keadaan

sewaktu pulang... 56 6.2 Analisis Statistik... 58

6.2.1 Perbedaan Proporsi Lama Rawatan Penderita DM Tipe-2 Berdasarkan Umur... 58 6.2.2 Perbedaan Proporsi Komplikasi Penderita DM Tipe-2 Berdasarkan

Umur... 59 6.2.3 Perbedaan Proporsi Lama Rawatan Penderita DM Tipe-2 Berdasarkan

Komplikasi ... 60 6.2.4 Perbedaan Proporsi Jenis Pengobatan Penderita DM Tipe-2 Berdasarkan

Komplikasi... 61 6.2.5 Perbedaan Proporsi Keadaan Sewaktu Pulang Penderita DM Tipe-2

Berdasarkan Lama Rawatan...

62

BAB 7. KESIMPULAN DAN SARAN... 64 7.1 Kesimpulan... 64 7.2 Saran... DAFTAR PUSTAKA


(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS

Nama : Elvi Nora Simanjuntak Tempat/ Tanggal Lahir : Medan, 08 Mei 1984 Agama : Kristen Protestant Status perkawinan : Belum Menikah Jumlah anggota keluarga : 5 orang

Alamat Rumah : Jl. Pahae No.16 Hutabarat Sosunggulon, Tarutung Riwayat Pendidikan : 1. 1990 – 1992 SD Negeri Sitompul

2. 1992-1995 SD Negeri Dolok Nagodang 3. 1995-1998 SMP Negeri 2 Tarutung 4. 1999-2002 SMA Negeri 1 Tarutung

5. 2002-2003 F-MIPA Universitas Negeri Medan 6. 2003-2007 Fakultas Kesehatan Masyarakau USU


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Salah satu faktor yang menentukan tingkat kesehatan dan kesejahteraan manusia adalah gizi. Gizi merupakan faktor penting yang memegang peranan dalam siklus kehidupan manusia terutama bayi dan anak yang nantinya akan menjadi generasi penerus bangsa (Depkes, 2002).

ASI berperan sebagai sumber zat gizi yang ideal dan seimbang serta memiliki komposisi zat gizi yang sesuai untuk kebutuhan masa pertumbuhan dan merupakan makanan yang paling sempurna, baik kualitas maupun kuantitas dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan. Menyusui secara murni oleh ibu dengan hanya memberikan ASI selama 6 bulan dapat membuat praktek memuaskan bagi bayi baru lahir dengan memberi air masak, madu atau air gula untuk bayi baru lahir tidak dlakukan lagi (Roesli, 2000).

Pemberian makanan bayi yang terbaik adalah memberikan ASI sesegera mungkin dalam 30 menit setelah bayi lahir. Kolostrum atau ASI yang pertama kali keluar berwarna kekuning-kuningan dan transparan sangat baik bagi bayi karena kolostrum mengandung 15% protein yang terdiri dari laktaalbumin, laktaaglobulin

dan kasein yang semuanya sangat bermanfaat bagi bayi. Pemberian ASI secara

ekslusif kemudian dilanjutkan dengan memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6-24 bulan dan tetap meneruskan pemberian ASI sampai berusia 24 bulan (Depkes, 2003).


(9)

Ada kalanya ASI yang keluar sedikit, juga dapat berpengaruh pada bayi yang akan menyusui, karena itu kepada bayi dapat pula diberikan susu tambahan atau sering pula disebut susu botol karena susu diberikan di dalam botol. Harus diusahakan jangan sampai susu tambahan ini berfungsi menggantikan ASI, tetapi hanya sebagai suplementasi saat ASI benar-benar tidak mencukupi (Husaini, 1999).

Di beberapa negara, pemberian ASI menurun drastis. Di Bangladesh ibu yang menyusui anaknya sejak lahir sebesar 75%. Di Indonesia persentase ibu yang menyusui anaknya sejak lahir sebesar 96,9% pada tahun 2000. Penelitian yang dilakukan oleh Soedirjo tahun 1995, di Jakarta ditemukan kira-kira 25% ibu menyusui anaknya kurang dari 3 bulan, sedangkan di Malaysia lebih tinggi yaitu 47% (Rustika, 1992).

Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 1997 diketahui bahwa hampir semua bayi (96,3%) di Indonesia pernah mendapat ASI tetapi rata-rata pemberian ASI ekslusif hanya 1,7 bulan. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian MP-ASI mulai diberikan pada usia dini. Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 juga menunjukkan konsumsi MP-ASI secara dini cukup besar, yaitu sebanyak 35 % pada bayi kurang dari 2 bulan dan sebanyak 37% pada usia 2-3 bulan ( Anonimous, 2005).

Pada usia > 6 bulan harus sudah diperkenalkan dan diberi makanan pendamping ASI karena produksi ASI mulai menurun dan tidak lagi mencukupi kebutuhan fisiologis untuk tumbuh kembang anak. MP-ASI yang diberikan harus memperhatikan kebutuhan gizi bayi, waktu pemberian, frekuensi, porsi, pemilihan bahan makanan, cara pembuatan dan cara pemberiannya (Moehji, 1988).


(10)

Pemberian makanan padat atau tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu pemberian ASI ekslusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu, tidak ditemukan bukti yang menyokong bahwa pemberian makanan padat atau tambahan pada usia 4 atau 5 bulan lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak negatif terhadap kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya (Pudjiadi, 2000).

Pada masa bayi rentan dengan berbagai penyakit seperti kasus gizi buruk yang saat ini terjadi di Indonesia. Keadaan gizi buruk tingkat berat ditandai dengan dua macam sindrom yang jelas yaitu kwashiorkor dan marasmus. Kwashiorkor diderita oleh bayi dan anak kecil pada usia 6 sampai 3 tahun, sesudah bayi disapih dan ibu sudah mengandung lagi. Bayi dan ibu dalam keadaan normal mempunyai hubungan yang sangat dekat atau sangat intim. Bayi tersebut bebas mendapatkan ASI bila ia inginkan. Pemutusan hubungan (disapih) yang intim itu secara tiba-tiba akan mengakibatkan bayi akan kehilangan nafsu makan, dan hal ini dapat mengakibatkan terjadinya kwashiorkor (Roesli, 2000).

Memburuknya gizi bayi dapat saja terjadi akibat ketidaktahuan ibu mengenai tata cara pemberian ASI kepada bayinya. Penghentian pemberian ASI dengan alasan ASI tidak keluar mengakibatkan bayi belum siap untuk menerima makanan pendamping ASI. Keadaan gizi bayi akan memburuk karena tidak memperoleh berbagai zat gizi dalam keadaan yang cukup, selain itu bayi dapat dengan mudah terserang berbagai penyakit. Salah satunya adalah diare yang terjadi karena keadaan gizi yang buruk. (Roesli, 2000).


(11)

Masyarakat Desa Limau Manis Dusun IIIA Kec. Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang khususnya ibu yang memiliki bayi 0-12 bulan masih berpegang pada prinsip bahwa makanan pendamping ASI biasanya sudah diberikan sangat dini yang justru menyebabkan banyak penyakit infeksi pada bayi. Mereka memberikan makanan pendamping pada bulan pertama setelah lahir yang berupa nasi yang dikunyah terlebih dahulu oleh ibunya, campuran bubur beras dan pisang yang diulek, madu dan sebagainya.

Sehubungan dengan permasalahan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu dalam pola pemberian ASI, MP-ASI dan pola penyakit pada bayi usia 0-12 bulan di dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

1.2. Perumusan masalah

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan ibu dalam pola pemberian ASI, MP-ASI dan pola penyakit pada bayi usia 0-12 bulan di Dusun III Desa Limau Manis Kec. Tanjung Morawa tahun 2007.

1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dalam pola pemberian ASI, MP-ASI dan pola penyakit pada bayi usia 0-12 bulan di Dusun III Desa Limau Manis Kec. Tanjung Morawa tahun 2007.


(12)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian ASI berdasarkan frekuensi ASI yang diberikan oleh ibu pada bayi usia 0-12 bulan.

2. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI berdasarkan jenis, bentuk dan waktu pemberian kepada bayi.

3. Untuk mengetahui pengetahuan ibu tentang pola penyakit berdasarkan frekuensi penyakit yang diderita bayi 0-12 bulan dalam sebulan terakhir.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi para petugas kesehatan dalam peningkatan pelayanan gizi kepada ibu tentang pemberian ASI yang benar.

2. Menambah pengetahuan masyarakat khususnya ibu yang mempunyai bayi usia 0-12 bulan mengenai pemberian MP-ASI dan mengenal penyakit pada bayi.


(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Faktor yang Terkait dalam Pemberian ASI, MP-ASI serta Pola Penyakit Bayi

2.1.1. Faktor Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Yang dibahas dalam penelitian ini adalah pengetahuan dimana perilaku dalam bentuk pengetahuan adalah individu mengetahui situasi atau respon dari luar tentang sesuatu. Oleh karena itu tingkat pengetahuan seseorang atau individu berbeda satu sama lain sebab ada faktor yang mempengaruhinya (Notoatmodjo, 1993).

2.1.2. Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari ”tahu” dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Hal ini terjadi melalui panca indera manusia, yaitu ilmu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.

Pengetahuan seseorang tentang masalah gizi diperoleh dari pengalaman empiris dan dijadikan sebagai salah satu pertimbangan dalam menyediakan, mengolah, menyajikan makanan bagi dirinya dan orang lain, oleh karenanya penguasaan pengetahuan tentang gizi akan membantu dalam memilih makanan, menentukan cara pengolahan yang benar serta menyajikan secara baik sesuai dengan kriteria kesehatan (Suharjo, 1996).


(14)

2.1.3. Pengetahuan Gizi

Gizi memegang perana penting dalam membantu dan membangun suatu proses pertumbuhan yang baik dan optimal. Keadaan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yang ditentukan oleh kualitas dan kuantitas zat gizi yang diperlukan oleh tubuh.

Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan diri terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubih akan menurun yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi menurun. Oleh karena itu setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi.

Pengetahuan gizi yang baik akan menuntut individu untuk mengambil tindakan yang baik pula dalam usaha meningkatkan status gizi individu maupun keluarga. Pentingnya pengetahuan gizi didasarkan pada 3 (tiga) kenyataan :

1. Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu

menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal, pemeliharaan dan energi.

3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat belajar menggunakan pangan yang baik bagi perbaikan gizi. (Suhardjo, 1989).


(15)

2.2. Air Susu Ibu (ASI)

ASI merupakan makanan yang sempurna untuk bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai ASI. Hal ini disebabkan karena ASI sehat, tidak mengandung kuman, memenuhi sebagian kebutuhan metabolik bayi dan dapat mengurangi kemungkinan sakit perut dan peradangan secara umum. Bayi yang menyusui biasanya lebih tahan terhadap kuman dan virus, karena ASI mengandung sejumlah faktor pelindung (Alan Berg, 1986). Sedangkan menurut Behrman dan Vangham (1998), air susu ibu mengandung antibodi bakterial dan viral karena mengandung laktoferin terutama pada kolostrum. Laktoferin berfungsi menghambat pertumbuhan E. coli di dalam usus.

ASI mampu melindungi bayi dari penyakit infeksi terutama diare karena ASI mempunyai kelebihan dibandingkan dengan makanan penggantinya yaitu :

1. ASI bebas kontaminasi, sehingga aman dikonsumsi bayi

2. Mengandung immunoglobulin yang dapat melumpuhkan bakteri E. coli 3. Mengandung sel darah putih

4. Mengandung faktor bifidus, yaitu sejenis karbohidrat yang mengandung nitrogen dan berperan untk menunjang pertumbuhan bakteri lactobacillus bifidus. Bakteri ini menjaga juga keasaman usus bayi dan berguna menghambat pertumbuhan bakteri yang merugikan (Depkes, 1992).


(16)

ASI merupakan makanan yang paling ideal bagi bayi karena mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan bayi. Komposisi zat gizi yang terkandung dalam ASI dapat diuraikan sebagai berikut :

1. Lemak

ASI maupun susu sapi mengandung lemak yang cukup tinggi, yaitu sekitar 3,5 %. Namun, keduanya mempunyai susunan lemak yang berbeda. ASI lebih banyak mengandung asam lemak tak jenuh, sedangkan susu sapi lebih banyak mengandung asam lemak rantai pendek dan asam lemak jenuh. Selain itu, ASI mengandung asam lemak omega-3 yang dibutuhkan untuk perkembangan otak. Alat pencernaan bayi akan lebih cepat menyerap asam lemak tak jenuh dibandingkan menyerap asam lemak jenuh. Oleh karena itu, lemak ASI lebih cepat diserap oleh usus bayi dibandingkan lemak susu sapi (Pudjiadi, 2000).

2. Protein

Kualitas protein dalam makanan tergantung pada susunan asam amino dan mutu cernanya. Berdasarkan hasil penelitian, protein susu, telur, daging, dan ikan memiliki nilai gizi yang paling tinggi. Protein susu dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu kasein (caseine) dan whey (laktaalbumin, laktoglobulin, dll).

Kebutuhan protein ASI pada bayi sekitar 1,8 per kilogram berat badan. Sekitar 80 % susu sapi terdiri atas kasein yang sifatnya sangat mudah mengumpal di lambung sehingga sulit untuk dicerna oleh enzim proteinase (Krisnatuti dan Rina, 2002).

3. Karbohidrat

Peranan karbohidrat terutama diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi. Laktosa merupakan salah satu sumber karbohidrat yang terdapat dalam ASI maupun


(17)

susu sapi. ASI mengandung laktosa sekitar 70 % sedangkan kandungan laktosa dalam susu sapi hanya sekitar 4,4 % kadar laktosa yang tinggi mengakibatkan terjadinya pertumbuhan Laktobacillus yang terdapat dalam usus untuk mencegah terjadinya infeksi (Soetjingsih, 1997).

4. Mineral

Kandungan mineral dalam ASI lebih kecil dibandingkan dengan kandungan mineral dalam susu sapi (1:4). Karena kandungan mineral yang tinggi pada susu akan menyebabkan terjadinya beban osmolar yaitu tinggi kadar mineral dalam tubuh (Pudjiadi, 2000).

5. Vitamin

Kadar vitamin dalam ASI diperoleh dari asupan makanan ibu yang harus cukup dan seimbang. Kekurangan vitamin tersebut dapat mengakibatkan terganggunya kesehatan dan dapat menimbulkan penyakit tertentu (Almatsier, 2001).

2.3. Manfaat ASI

Dengan memberikan ASI, bayi akan mendapat keuntungan, yaitu bayi akan lebih sehat, cerdas dan mempunyai kepribadian yang baik. Ibu akan lebih sehat, perusahaan, lingkungan dan masyarakat akan mendapat keuntungan yang lebih (Roesli, 2000).

Bagi ibu dan bayi ASI, menbuat terjalin kasih sayang yang mesra yang merupakan awal dari keuntungan ASI. Selain itu meningkatkan kepandaian secara optimal dan membuat anak memiliki emosi yang stabil, spritual yang matang serta memiliki perkembangan sosial yang baik (Roesli, 2000).


(18)

Manfaatnya antara lain adalah : 1. ASI sebagai nutrisi

2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh 3. ASI meningkatkan kecerdasan

4. Menyusui meningkatkan jalinan sayang 2.3.1. ASI Sebagai Nutrisi

Air susu ibu secara khusus disesuaikan untuk bayinya sendiri, misalnya ASI dari seorang ibu yang melahirkan bayi prematur akan berbeda dari ibu yang melahirkan normal atau yang cukup bulan. Selain itu komposisi ASI dari seorang ibu juga berbeda dari hari ke hari. ASI yang keluar saat kelahiran sampai hari ke–4 atau ke-7 (kolostrum) berbeda dengan ASI yang keluar dari hari ke-4 atau hari ke-7 sampai hari ke-10 atau ke-14 setelah melahirkan. Komposisi akan berbeda pada hari ke-14 ( ASI matang). Bahkan terdapat pula perbedaan komposisi ASI dari menit ke menit ( Depkes, 2003).

ASI yang keluar pada menit-menit pertama menyusui disebut foremilk, sedangkan ASI yang keluar pada saat akhir menyusui disebut hindmilk. ASI merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna, baik kualitasnya maupun kuantitasnya (Pudjiadi, 2000).

2.3.2. ASI Meningkatkan Daya Tahan Tubuh Bayi

Bayi yang baru lahir secara alamiah mendapat imunoglobulin dari ibunya melalui ari-ari. Namun, kadar ini akan cepat sekali menurun segera setelah melahirkan. Badan bayi sendiri akan membuat kekebalan cukup banyak hingga


(19)

mencapai keadaan kadar protektif, pada waktu berusia sekitar 9-12 bulan. Pada saat kekebalan menurun, sedangkan yang dibentuk oleh bayi belum mencukupi maka akan terjadi kesenjangan zat kekebalan pada bayi. Kesenjangan akan hilang atau berkurang apabila bayi diberi ASI karena ASI mengandung zat kekebalan yang akan melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi virus, parasit, dan jamur ( Pudjiadi, 2000).

2.3.3. ASI Meningkatkan Kecerdasan

Kecerdasan anak dipengaruhi oleh 2 faktor yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan.

1. Faktor genetik

Disebut juga faktor bawaan yang diturunkan dari orang tuanya. Faktor ini tidak dapat dimanipulasi atau direkayasa.

2. Faktor lingkungan

Adalah faktor yang menentukan apakah faktor genetik akan dapat tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai banyak aspek dan dapat dimanipulasi atau direkayasa.

Secara garis besar terdapat tiga jenis kebutuhan untuk faktor lingkungan, yaitu :

a. kebutuhan untuk perkembangan fisik dan otak

b. kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spritual c. kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi.

Kesemuanya ini dapat terpenuhi dengan pemberian ASI ekslusif (Depkes, 2003).


(20)

2.3.4. ASI Meningkatkan Jalinan Kasih Sayang

Bayi yang lebih sering berada dalam dekapan ibunya karena menyusui akan merasakan kasih sayang dari ibunya. Perasaan terlindungi dan disayangi inilah yang akan menjadi dasar perkembangan emosi bayi dan membentuk kepribadian yang percaya diri dan dasar spritual yang baik ( Almatsier, 2001).

2.4. Kolostrum

Kolostrum merupakan cairan pertama kali disekresi oleh kelenjar payudara, dari hari pertama sampai hari ketiga atau ke empat. Komposisi kolostrum ini dari hari ke hari selalu berubah. Kolostrum merupakan cairan viscous kental dengan warna kekuning-kuningan lebih kuning dibandingkan dengan susu mature (Soetjiningsih, 1997).

Beberapa keuntungan yang lain dari kolostrum (Moehji, 1988) :

1. Sebagai laxantia yang baik untuk membersihkan selaput usus bayi yang baru lahir sehingga saluran pencernaan siap untuk menerima makanan. 2. Terdiri dari protein yang tinggi terutama globulin (gamma globulin)

sehingga dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. 3. Mengandung zat-zat anti infeksi (antibodi) sehingga mampu melindungi

tubuh dari berbagai penyakit infeksi.

2.5. Pola Pemberian ASI

Pola pemberian ASI adalah kebiasaan ibu menyusui berdasarkan banyaknya seorang ibu menyusui bayinya. Menyusui adalah suatu proses alamiah. Berjuta-juta


(21)

ibu di seluruh dunia berhasil menyusui tanpa pernah membaca buku tentang ASI (Suhardjo, 1989). Bahkan ibu buta huruf pun dapat menyusui anaknya dengan baik. Walaupun demikian, dalam lingkungan kebudayaan kita saat ini melakukan hal yang alamiah tidaklah mudah.

Air susu ibu (ASI) merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi serta mempunyai nilai yang tinggi dibandingkan dengan makanan bayi yang dibuat manusia ataupun hewan seperti susu sapi, susu kerbau, dan susu lainnya

Di kota besar, kita sering melihat bayi diberi susu botol daripada disusui oleh ibunya. Sementara di pedesaan, kita melihat bayi yang berusia satu bulan sudah diberi pisang atau nasi lembek sebagai tambahan ASI (Roesli, 2000).

Sebenarnya ASI merupakan bahan makanan yang terbaik untuk bayi walaupun ibu sedang sakit, hamil, haid atau dalam keadaan kurang gizi. ASI juga menguntungkan bila ditinjau dari berbagai segi baik segi gizi, kesehatan, ekonomi, maupun sosial-psikologis (Soetjiningsih, 1997).

2.6. Pola Pemberian ASI Secara Tepat dan Benar.

Pemberian ASI ekslusif yang hanya memberikan ASI selama 6 bulan tanpa makanan dan minuman lain, kecuali obat bila diperlukan. Diketahui bahwa ASI mengandung air, sehingga tambahan cairan seperti air gula atau tajin tidak diperlukan lagi oleh bayi selama 6 bulan pertama kehidupannya. (Roesli, 2000).

Hal-hal yang harus diperhatikan :


(22)

b. Berikan ASI dari kedua payudara , kiri dan kanan secara bergantian tiap kali sampai payudara kosong.

c. Berikan ASI setiap kali bayi meminta/menangis tanpa jadwal.

Produksi ASI dalam sehari untuk bayi 0-6 bulan adalah 800 mililiter (155,5 liter) atau sama dengan 600 kalori dan untuk bayi 7-12 bulan adalah 500 mililiter (91,5 liter) atau sama dengan 385 kalori (Alan Berg, 1986).

2.7. Makanan Pendamping ASI (MP-ASI)

MP-ASI adalah makanan yang diberikan kepada bayi selain ASI setelah untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Depkes, 1992). Biasanya MP-ASI diberikan setelah berumur 6 bulan tapi ada kalanya sudah diberikan pada bayi ketika umur 4 bulan sampai 24 bulan, karena masa itu produksi ASI makin menurun sehingga suplai zat gizi dan ASI tidak lagi memenuhi kebutuhan gizi anak yang semakin meningkat (Soehardjo, 1989).

MP-ASI diberikan sebagai pelengkap ASI sangat membantu bayi dalam proses belajar makan dan kesempatan untuk menanamkan kebiasaan makan yang baik. Pemberian makanan pelengkap bertahap dan bervariasi dari sari buah segar, makanan lumat, makanan lembek dan akhirnya makanan padat (Husaini,1999).

Tujuan pemberian MP-ASI adalah (RSCM dan Persagi, 1994) : 1. melengkapi zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI.

2. mengembangkan kemampuan bayi untuk menerima bermacam makanan dengan berbagai tekstur dan rasa.


(23)

4. melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kalor energi yang tinggi.

2.7.1. Pola Pemberian MP-ASI

Depkes RI tahun 2002 telah membuat bagan pemberian MP-ASI menurut golongan umur, seperti yang tertera di bawah ini :

Tabel 2.1 Pola Pemberian MP-ASI Menurut Golongan Umur Pola pemberian ASI/MP-ASI

MP-ASI Golongan

Umur ASI

Makanan lumat Makanan lembik 0-6 6-9

9-12

Sumber : Departemen Kesehatan RI Tahun 1992

2.7.1.1. Pola pemberian ASI/MP-ASI pada bayi 0-6 bulan

Dimulai dengan pemberian ASI sesegera mungkin setelah melahirkan apalagi kolostrum yang sangat bermanfaat untuk bayi. Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. ASI diberikan pada kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap kali sampai payudara kosong. ASI diberikan setiap kali bayi meminta/menangis tanpa jadwal. Pemberian ASI 8-10 kali setiap hari termasuk pemberian pada malam hari sudah memenuhi gizi bayi (Depkes, 2002).

2.7.2.2. Pola Pemberian ASI/MP-ASI Pada Bayi 6-9 Bulan

Pemberian ASI diteruskan. Pemberian MP-ASI berbentuk lumat halus karena bayi sudah memiliki refleks mengunyah, antara lain bubur susu, biskuit, yang ditambahkan dengan air atau susu, pisang dan pepaya yang dilumatkan. Bayi diperkenalkan dengan nadi tim saring dan dapat ditambahkan makanan lain yang


(24)

lebih bervariasi. Mulai usia 8-9 bulan tim tidak lagi disaring tetapi dibuat dalam tekstur yang lebih kasar sesuai dengan pertumbuhan gigi bayi. Setiap kali memberikan MP-ASI perlu diberikan ASI terlebih dahulu agar ASI dimanfaatkan seoptimal mungkin. Dalam memperkenalkan makanan baru pada bayi jangan dipaksakan, berilah pada saat bayi lapar sedikit demi sedikit agar bayi terbiasa dengan makanan tersebut ( Moehji, 1988).

2.7.1.3. Pola pemberian ASI/MP-ASI pada bayi 9-12 bulan

Pemberian ASI diteruskan. Bayi mulai diperkenalkan dengan makanan padat dalam bentuk makanan lembik (nasi tim bayi). Pada usia ini bayi sering memegang makanan sendiri maka dapat diberikan biskuit atau pisang. Bayi dapat diberikan makanan selingan paling sedikit 1 kali sehari dan makanan lembik sedikitnya 3 kali sehari.. Perlu diperkenalkan beragam makanan agar bayi terbiasa dengan makanan yang beraneka ragam ( Depkes, 2003).

2.7.2. Pola Pemberian Makanan pada Bayi 2.7.2.1. Jenis Makanan

Tabel 2.2 Pola Pemberian Makanan Bayi

Umur Jenis dan Frekuensi

0-6 bulan ASI/PASI sekehendak

6-9 bulan ASI/PASI sekehendak

Sari Buah 1-2x Makanan Lumat 2x

9-12 bulan ASI/PASI 2x

Sari Buah 1-2x Makanan Lumat 1x Makanan Lembik 2x


(25)

2.7.2.2. Bentuk MP-ASI

Menurut Depkes, 2003 bentuk MP-ASI dapat berupa : a. Makanan Lumat

Adalah semua makanan yang dimasak atau disajikan secara halus, yang diberikan pertama kali kepada bayi disamping ASI. Beberapa contoh makanan lumat :adalah bubur tepung, bubur beras (encer), nasi pisang dilumatkan, ketupat dilumatkan dan sebagainya. Apabila makanan tersebut hanya terdiri dari 1 atau 2 macam bahan makanan, sebaiknya dianjurkan untuk menambah bahan makanan ketiga ke dalam makanan tersebut, sehingga lengkap. Misalnya : bubur tepung ditambah tempe dilumatkan dan sayuran hijau, nasi pisang sebelum ditambah ikan asin atau tahu.

b. Makanan Lembik

Merupakan peralihan dari makanan lumat menjadi makanan orang dewasa. Dapat berupa : bubur beras (padat), nasi lembik, ketupat, dan lain-lain yang biasanya disertai dengan lauk-pauk tertentu (tempe, tahu, dan lain-lain). Untuk makanan ini sebaiknya dianjurkan dilengkapi dengan sayuran warna hijau.

2.7.2.3. Waktu pemberian MP-ASI

Tabel 2.3. Jadwal Pemberian Makanan pada Bayi

Umur Jenis Makanan Waktu

0-6 bulan ASI/PASI Tanpa dijadwal

6-9 bulan ASI/ ASI

Makanan Lumat

Tanpa dijadwal

Pagi, Siang, Sore/Malam

9-12 bulan` ASI/PASI

Makanan Lembik

Tanpa dijadwal

Pagi, Siang, Sore/Malam


(26)

2.7.3. Pengaturan MP-ASI Secara Tepat dan Benar.

ASI betapapun baik mutunya sebagai makanan bayi belumlah merupakan jaminan bahwa gizi bayi selalu baik, kecuali ASI tersebut diberikan secara benar dan tepat. Baik makanan pendamping haruslah mendekati mutu ASI, dalam arti dapat memberikan semua unsur gizi essensial yang diperlukan oleh bayi. Mutu protein makanan harus baik, dapat memenuhi kebutuhan akan berbagai asam amino essensial. Disamping mutu makanan yang diberikan harus sebanding dengan kebutuhan kalori dan protein dan zat gizi lainnya untuk bayi dan anak sampai usia 6 tahun (Krisnatuti dan Rina, 2002).

Dengan memperhatikan MP-ASI yang tepat dan benar maka kemungkinan bayi mendapat penyakit tidak akan terjadi. Makanan pengganti/pendamping ASI mutu gizinya harus baik, seperti susu sapi atau bahan makanan sumber protein hewani dalam jumlah yang cukup. Penghentian pemberian ASI yang telalu awal mungkin tidak akan membawa akibat berupa penurunan tingkat gizi. Makanan yang disiapkan sebagai MP-ASI adalah makanan yang sangat terbuka akan berbagai kemungkinan kontaminasi, baik waktu membuatnya, maupun waktu menyimpannya. Ini berarti penyapihan akan diikuti oleh meningkatnya kemungkinan terjadi infeksi, terutama infeksi pencernaan (Moehji, 1988).

2.8. Risiko Pemberian MP-ASI yang Terlalu Dini

Menurut Pudjiadi (2000), bayi belum siap untuk menerima makanan semi padat kira-kira berumur 6 bulan, dan makanan itu belum dirasakan perlu sepanjang bayi tersebut mendapatkan ASI yang cukup. Hal ini dapat mengakibatkan munculnya


(27)

berbagai penyakit seperti gangguan menyusui, beban ginjal yang terlalu berat dan mungkin gangguaan terhadap selera makan.

2.8.1. Risiko jangka Pendek a. Gangguan Menyusui

Pengenalan makanan selain ASI secara dini akan menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi, sehingga resiko untuk terjadinya penurunan ASI semakin besar.

b. Penurunan absorbsi besi dari ASI

Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI, walaupun konsentrasi zat besi dalam ASI rendah, tetapi lebih mudah.

c. Penyakit Diare

Resiko jangka pendek pada bayi yang mendapat makanan pendamping ASI terlalu dini adalah penyakit diare.

2.8.2. Risiko Jangka Panjang

Menurut Syarief (1993), beberapa risiko jangka panjang pemberian MP-ASI sejak dini adalah :

a. Obesitas

Pemberian makanan pada bayi sejak usia dini dapat mengakibatkan kegemukan pada bayi. Bayi yang mendapat ASI tampaknya dapat mengatur masukan konsumsi sehingga konsumsi mereka dapat disesuaikan dengan kebutuhannya.


(28)

Makanan padat, banyak mengandung kadar Natrium Khlorida (NaCl) tinggi yang akan menambah beban bagi ginjal. Beban tersebut masih ditambah oleh makanan pendamping lainnya yang mengandung daging.

c. Arteriosklerosis

Peranan faktor diit dalam patogenesis dan penyakit jantung ischemic tidak dipungkiri lagi. Faktor nutrisi yang terlibat disini antara lain : diit yang mengandung tinggi energi atau kalori dan kaya akan kolesterol serta lemak-lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak-lemak tak jenuh yang rendah.

d. Alergi terhadap makanan

Belum matangnya sistem kekebalan usus pada umur yang dini, dapat menyebabkan banyak terjadinya alergi terhadap makanan pada masa kanak-kanak. ASI kadang-kadang dapat menularkan penyebab-penyebab alergi dalam jumlah yang cukup banyak untuk menyebabkan gejala-gejala klinis, tetapi pemberian susu sapi atau makanan pendamping yang dini menambah terjadinya alergi terhadap makanan.


(29)

2.9. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian tentang gambaran pengetahuan ibu dalam pola pemberian ASI, MP-ASI dan pola penyakit pada bayi usia 0-12 bulan di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa adaalah sebagai berikut:

Pola pemberian ASI

• Frekuensi

Pola pemberian MP-ASI • Jenis

• Bentuk • Waktu Pengetahuan Ibu

Pola Penyakit • Frekuensi


(30)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deksriptif dengan desain cross sectional (sekat silang) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran pengetahuan ibu dalam pola pemberian ASI, MP-ASI dan pola penyakit pada bayi usia 0-12 bulan di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2007.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Dusun IIIA Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa. Dengan alasan banyak ibu menyusui yang menghentikan pemberian ASI ekslusif dengan pemberian MP-ASI sejak dini sehingga berbagai penyakit timbul pada bayi tersebut.

3.2.2. Waktu penelitian

Penelitian dilakukan bulan April 2007 sampai September 2007. 3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Yang menjadi populasi penelitian adalah seluruh ibu yang mempunyai bayi berumur 0-12 bulan yang ada di Dusun IIIA Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa tahun 2007 yakni sebanyak 30 orang sesuai dengan data pada bulan Juni 2007.


(31)

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi (total sampling). 3.4. Metode Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Pengumpulan data primer dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang berisi daftar pertanyaan dan pilihan jawaban yang telah disediakan dengan metode wawancara.

Kuesioner berisi tentang : - karakteristik responden. - karakteristik bayi

- pertanyaan tentang pengetahuan ibu dalam pemberian ASI

- pertanyaan tentang pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI berdasarkan jenis, bentuk, dan waktu

- pertanyaan tentang pengetahuan ibu dalam frekuensi penyakit yang diderita bayi 1 bulan terakhir

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder yang diperlukan diperoleh dari kantor Kepala desa yaitu data demografi, gambaran geografis desa Limau Manis serta data pendukung lainnya. 3.5. Defenisi Operasional

1) Pengetahuan ibu tentang pemberian ASI pada bayi adalah gambaran pengetahuan ibu mengenai frekuensi ASI yang diberikan kepada bayi untuk memenuhi kebutuhan zat gizi bayi.


(32)

2) Pengetahuan ibu tentang pemberian MP-ASI adalah gambaran pengetahuan ibu mengenai jenis, bentuk, dan waktu pemberian MP-ASI dalam sehari kepada bayi yang meliputi :

a. Jenis MP-ASI adalah macam bahan MP-ASI yang diberikan kepada bayi.

b. Bentuk MP-ASI adalah konsistensi dari makanan yang dikonsumsi oleh bayi..

c. Waktu pemberian MP-ASI adalah jadwal pemberian MP-ASI pada bayi, apakah itu pagi, siang, sore atau malam.

3) Pengetahuan ibu tentang pola penyakit adalah gambaran pengetahuan ibu mengenai frekuensi yang dialami bayi dalam 1 bulan terakhir di Dusun III Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa.

3.6. Aspek Pengukuran

3.6.1. Pengetahuan Ibu untuk Pemberian ASI dan MP-ASI

Tingkat Pengetahuan didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dimana masing-masing pertanyaan mempunyai nilai/bobot tertentu. Pertanyaan ada 10 buah dan masing-masing pilihan mempunyai nilai/bobot seperti a = 3, b = 2, c = 1.

Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan dikategorikan dalam :

- Baik, jika ibu mendapat nilai kuesioner sebanyak ≥ 75% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai ≥ 25

- Cukup, jika ibu mendapat nilai kuesioner sebanyak 40%-74% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai antara 17-24


(33)

- Kurang, jika ibu mendapat nilai kuesioner sebanyak < 40% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai ≤ 16

3.6.2. Pengetahuan Ibu untuk Pola Penyakit

Tingkat Pengetahuan didapat dengan mengajukan pertanyaan dalam kuesioner untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dimana masing-masing pertanyaan mempunyai nilai/bobot tertentu. Pertanyaan ada 6 buah dan masing-masing pilihan mempunyai nilai/bobot seperti a = 3, b = 2, c = 1.

Dalam penelitian ini tingkat pengetahuan dikategorikan dalam :

- Baik, jika ibu mendapat nilai kuesioner sebanyak ≥ 75% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai ≥ 15

- Cukup, jika ibu mendapat nilai kuesioner sebanyak 40%-74% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai antara 9-14

- Kurang, jika ibu mendapat nilai kuesioner sebanyak < 40% dari nilai seluruh pertanyaan tentang pengetahuan, dengan nilai ≤ 8

3.7. Pengolahan dan Teknik Analisa data 3.7.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan secara manual. Adapun langkah-langkah sebagai berikut :


(34)

Langkah ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat diolah dengan baik, untuk mendapatkan informasi yang benar. Kegiatan yang dilakukan dalam langkah ini adalah melihat dan memeriksa apakah pertanyaan telah terisi, dapat dibaca dan apakah ada kekeliruan yang dapat mengganggu pada proses pengolahan data

2. Tabulasi

Data yang dikumpulkan ditabulasi dalam bentuk distribusi frekuensi. 3.7.2. Teknik Analisa data

Setelah semua data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi kemudian dianalisa secara deskriptif .


(35)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian 4.1.1. Geografis

Desa Limau Manis terletak di Kecamatan Tanjung Morawa yang terdiri dari 13 dusun, dimana luas Desa Limau Manis adalah 811,27 Ha. Desa Limau Manis mempunyai batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Butu Bedimbar - Sebelah Selatan : Medan Senembah - Sebelah Barat : Ujung Serdang - Sebelah Timur : Sungai Sei Blumai

4.1.2. Demografi

Desa Limau Manis menpunyai jumlah penduduk sebanyak 14.200 jiwa dengan jumlah kepala keluarga 3082 KK, sedang di dusun III terdapat sebanyak 350 Kepala Keluarga dengan jumlah penduduk sebanyak 1200 jiwa.


(36)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Dusun IIIA Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

NO Golongan Umur Jumlah %

1 0-1 558 3,93

2 1-4 791 5,57

3 5-6 818 13,21

4 7-12 1876 13,21

5 13-15 1986 13,99

6 16-18 1673 11,79

7 19-25 1525 10,74

8 26-35 1551 10,92

9 36-45 871 6,13

10 46-50 835 5,88

11 51-60 787 5,54

12 > 60 929 6,54

Jumlah 14.200 100,00

Sumber :Kantor Kepala Desa Limau Manis Kec. Tj. Morawa tahun 2007

Dari tabel di atas diketahui bahwa kelompok umur penduduk terbanyak adalah kelompok umur 13-15 tahun dengan jumlah 1986 orang (13,99%) dan jumlah penduduk yang terendah adalah pada umur 0-12 bulan dengan jumlah 558 orang (3,93%).

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan terakhir di desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2007

NO Pendidikan Jumlah %

1 Belum Sekolah 1.991 14,02

2 Tidak tamat SD 73 0,51

3 Tamat SD/ Sederajat 2435 17,51

4 SLTP/ Sederajat 530 3,73

5 SLTA/ Sederajat 8911 62,75

6 Tamat Akademi (D1-D3) 158 1,12

7 Tamat S1 102 0,72

Jumlah 14.200 100,00


(37)

Dari tabel di atas diketahui bahwa jumlah penduduk yang pendidikan tamatan SLTA lebih banyak yaitu 8911 orang (62,75%) dan masih terdapat penduduk yang pendidikan tidak tamat SD yaitu 73 orang (0,51%).

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk Berdasarkan Mata pencaharian Pokok (Pekerjaan) di desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2007

NO Pekerjaan Jumlah %

1 Buruh Pabrik 3550 25,00

2 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 3420 17,04

3 Pengrajin 158 1,11

4 Karyawan PTP 411 2,89

5 Karyawan Swasta 357 2,51

6 Petugas Kebersihan 783 5,51

7 Pedagang 2230 15,70

8 Penjahit 57 0,40

9 Tukang Batu 139 0,97

10 Peternak 97 0,68

11 Montir 121 4,38

12 Buruh Bangunan 622 13,00

13 Supir 1846 0,77

14 Tukang Becak 110 1,80

15 Petani 256 0,54

16 Pensiunan 77 0,49

17 TNI/POLRI 70 0,43

18 Penambang Pasir 62 5,71

19 Pengangguran 812 0,15

20 Lain-lain (Dokter, Pengusaha, Pemulung)

22

Jumlah 14.200 100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Desa Limau Manis Kec. Tj. Morawa

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mata pencaharian/pekerjaan penduduk terbanyak adalah Buruh Pabrik yaitu 3550 orang (25%), sedngkan penduduk dengan mata pencaharian terendah adalah lain-lain (dokter, pengusaha, pemulung) yaitu 22 orang (0,15%).


(38)

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Berdasarkan agama yang dianut di desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2007

NO Agama Jumlah %

1 Islam 10.653 75,02

2 Protestant 2.859 20,13

3 Katolik 299 2,11

4 Hindu 148 1,04

5 Budha 241 1,70

Jumlah 14.200 100,0

Sumber : Kantor Kepala Desa Limau Manis Kec. Tj. Morawa tahun 2007

Dari tabel diatas diketahui bahwa agama ynag paling banyak di anut adalah Agama Islam yaitu 10.653 orang (75,02%) dan yang paling sedikit adalah Agama Hindu yaitu 248 orang (1,04%).

4.2. Gambaran Umum Ibu (Responden) 4.2.1. Umur Responden

Responden dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai bayi 0-12 bulan di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang tahun 2007.

NO Umur (Tahun) Jumlah %

1 < 20 2 6,7

2 20-35 26 86,7

3 > 35 2 6,6


(39)

Dari tabel 4.5. dapat dilihat bahwa umur responden yang paling banyak terdapat pada kelompok umur 20-35 tahun, yaitu sebanyak 26 orang (86,7%), sedang umur responden terendah < 20 tahun dan > 35 tahun yaitu 2 orang (6,7%).

4.2.2. Gambaran Umum Bayi Usia 0-12 Bulan

Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Usia bayi di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Moraw, Kabupaten Deli Serdang tahun 2007

NO Umur (Bulan) n %

1 0-6 19 63,4

2 7-9 7 23,3

3 10-12 4 13,3

Jumlah 30 100,00

Dari tabel 4.6. di atas dapat dilihat bahwa jumlah bayi paling banyak berumur 0-6 bulan yaitu 19 orang (63,4%) sedangkan paling sedikit berumur 10-12 bulan yaitu 4 orang (13,3%).

4.2.3. Pendidikan Ibu

Tabel 4.7. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

No Pendidikan Jumlah %

1. Tidak Tamat SD 4 13,3

2. SD 8 26,7

3. SMP 12 40,0

4. SMA 6 20,0

Jumlah 30 100,00

Berdasarkan tabel 4.7 di atas dilihat tingkat pendidikan responden paling banyak adalah SLTP 12 orang (40,0%), dan yang terendah adalah Tidak tamat SD 4 orang (13,3%).


(40)

4.2.4. Suku Bangsa Responden

Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Suku Bangsas di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

No Suku Bangsa n %

1. Jawa 15 50,0

2. Batak 3 10,0

3. Melayu 7 23,3

4. Minang 5 16,7

Jumlah 30 100, 00

Dari tabel 4.8. di atas dapat dilihat suku bangsa responden yang paling banyak, suku Jawa yaitu 15 orang (50,0%) sedangkan yang paling sedikit suku Batak sebanyak 3 orang (10,0%).

4.2.5. Pekerjaan Ibu

Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

No Pekerjaan Jumlah %

1. Ibu Rumah Tangga 17 56,6

2. Berdagang 5 16,7

3. Penyapu Jalan 3 10,0

4. Buruh 5 16,7

Jumlah 30 100,00

Dari Tabel 4.9 di atas dapat dilihat pekerjaan responden yang paling banyak Ibu Rumah Tangga yaitu 17 orang (56,6%) sedangkan yang paling sedikit Penyapu Jalan sebanyak 3 orang (10,0%).


(41)

4.2.6. Jumlah Anggota Keluarga

Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

No. Jumlah Anggota Keluarga Jumlah %

1. ≤ 5 orang 19 63,3

2. > 5 orang 11 36,7

Jumlah 30 100,00

Dari tabel 4.10 dapat dilihat bahwa jumlah anggota keluarga responden paling

banyak adalah ≤ 5 orang yaitu 19 orang (63,3%) sedang yang paling kecil adalah > 5 orang (36,7%).

4.3. Pengetahuan Ibu

4.3.1. Pengetahuan Ibu dalam Pemberian ASI

Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut tingkat Pengetahuan Ibu dalam pemberian ASI di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

No Tingkat pengetahuan n %

1. Baik 13 43,3

2. Cukup 13 43,3

3. Kurang 2 6,7

Jumlah 30 100, 00

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa 13 orang (43,3%) mempunyai pengetahuan kurang, 13 orang (43,3%) mempunyai pengetahuan cukup dan 2 orang (6,7%) mempunyai pengetahuan yang baik.


(42)

4.3.2. Pengetahuan Ibu dalam pemberian MP-ASI

Tabel 4.11 Distribusi Responden Menurut tingkat Pengetahuan Ibu dalam pemberian MP-ASI di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

No Tingkat pengetahuan n %

1. Baik 5 16,7

2. Cukup 15 50,0

3. Kurang 10 33,3

Jumlah 30 100, 00

Dari tabel 4.11 dapat dilihat bahwa 10 orang (33,3%) mempunyai pengetahuan kurang, 15 orang (50,0%)mempunyai pengetahuan cukup dan 5 orang (16,7%) mempunyai pengetahuan yang baik.

4.3.3. Pengetahuan Ibu dalam Pola Penyakit

Tabel 4.13 Distribusi Responden Menurut tingkat Pengetahuan Ibu dalam Pola Penyakit Desa Limau Manis

Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

No Tingkat pengetahuan n %

1. Baik 6 20,0

2. Cukup 15 50,0

3. Kurang 9 30,0

Jumlah 30 100, 00

Dari tabel 4.13 dapat dilihat bahwa 9 orang (30,00%) mempunyai pengetahuan kurang, 15 orang (50,0%)mempunyai pengetahuan cukup dan 6 orang (20,0%) mempunyai pengetahuan yang baik.


(43)

4.4. Umur Pertama Pemberian MP-ASI

Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Umur Pertama dalam Pemberian MP-ASI di Desa Limau Manis

Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007.

No Tingkat pengetahuan n %

1. ≤ 6 bulan 18 60,0

2. > 6 bulan 12 40,0

Jumlah 30 100, 00

Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa 18 orang (60,0%) umur pertama pemberian MP-ASI yang terbesar adalah tidak baik dan yang baik hanya 12 orang (40,0%).

4.5. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan 4.5.1. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Dalam pemberian ASI

Tabel 4.15 Distribusi Tingkat pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu dalam Pemberian ASI di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan Ibu

Baik Cukup Kurang

Jumlah No Tingkat

Pendidikan

n % n % n % n %

1 Tidak Tamat SD 0 0,0 2 50,0 2 50,00 4 100,00

2 SD 0 0,0 1 12,5 7 87,50 8 100,00

3 SMP sederajat 2 16,7 7 58,3 3 25,0 12 100,00 4 SMA sederajat 2 33,3 3 50,0 1 16,7 6 100,00

Jumlah 4 13,3 13 43,3 13 43,3 30 100,00

Dari tabel 4.15 dapat dilihat bahwa 6 responden dengan tingkat pendidikan SMA sederajat terdapat 2 orang (33,3%) tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI dikategorikan baik, 3 orang (50,00%) dikategorikan cukup dan 1 orang (16,67%)


(44)

dikategorikan kurang. Sedangkan 4 responden yang tidak tamat SD tidak ada yang berpengetahuan baik, 2 orang (50,00%) dikategorikan cukup dan 2 orang (50,00%) dikategorikan kurang.

4.5.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan dalam Pemberian MP-ASI

Tabel 4.16 Distribusi Tingkat pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu dalam Pemberian MP-ASI di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serang Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan Ibu

Baik Cukup Kurang

Jumlah No Tingkat

Pendidikan

n % N % n % n %

1 Tidak Tamat SD

1 25,0 2 50,0 1 25,0 4 100,0

2 SD 1 12,5 4 50,0 3 37,5 8 100,0

3 SMP sederajat

2 33,3 6 50,0 4 33,3 12 100,0 4 SMA

sederajat

1 16,7 3 50,0 2 33,3 6 100,0

Jumlah 5 16,7 15 50,0 10 33,3 30 100,0

Dari tabel 4.16 dapat dilihat bahwa 12 responden dengan tingkat pendidikan SMP sederajat terdapat 2 orang (33,3%) tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dikategorikan baik, 6 orang (50,0%) dikategorikan cukup dan 4 orang (33,3%) dikategorikan kurang. Sedangkan 4 responden yang tidak tamat SD 1 orang (25,0%) berpengetahuan baik, 2 orang (50,0%) dikategorikan cukup dan 1 orang (25,0%) dikategorikan kurang.


(45)

4.5.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Dalam Pola Penyakit

Tabel 4.17 Distribusi Tingkat pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu dalam Pola Penyakit di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan Ibu

Baik Cukup Kurang

Jumlah No Tingkat

Pendidikan

n % n % n % n % 1 Tidak Tamat

SD

0 0,0 3 75,0 1 25,0 4 100,0

2 SD 0 0,0 5 62,5 3 37,5 8 100,0

3 SMP sederajat

1 8,3 6 50,0 5 41,7 12 100,0 4 SMA

sederajat

5 83,3 1 16,7 0 0,0 6 100,0

Jumlah 6 20,0 15 50,0 9 30,0 30 100,00

Dari tabel 4.17 dapat dilihat bahwa 6 responden dengan tingkat pendidikan SMA sederajat terdapat 5 orang (83,3%) tingkat pengetahuan ibu dalam pola penyakit dikategorikan baik, 1 orang (16,7%) dikategorikan cukup dan tidak ada ibu yang pengetahuannya dikategorikan kurang. Sedangkan 4 responden yang tidak tamat SD tidak ada yang berpengetahuan baik, 3 orang (75,0%) dikategorikan cukup dan 1 orang (25,0%) dikategorikan kurang.


(46)

4.6. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pekerjaan 4.6.1. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pekerjaan

Dalam pemberian ASI

Tabel 4.18 Distribusi Tingkat pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Ibu dalam Pemberian ASI di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang

Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan Ibu

Baik Cukup Kurang

Jumlah No Tingkat

Pendidikan

n % n % n % n %

1 IRT 1 5,9 8 47,1 8 47,1 17 100,0

2 Berdagang 2 40,0 2 40,0 1 20,0 5 100,0

3 Penyapu jalan 1 33,3 0 0,0 2 66,7 3 100,0

4 Buruh 0 0,0 3 60,0 2 40,0 5 100,0

Jumlah 4 13,3 13 43,3 13 43,3 30 100,0

Dari tabel 4.18 dapat dilihat bahwa 17 responden dengan tingkat pekerjaan Ibu rumah tangga t tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI dikategorikan baik ada sebanyak 1 orang (5,9%), pengetahuan cukup ada 8 orang (47,1%) dan 8 orang (47,1%) dikategorikan kurang. Sedangkan 3 responden yang pekerjaannya penyapu jalan berpengetahuan baik ada sebanyak 1 orang (33,3%) sedang yang berpengetahuan cukup tidak ada dan 2 orang (66,7%) berpengetahuan kurang.


(47)

4.6.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Dalam pemberian MP-ASI

Tabel 4.19 Distribusi Tingkat pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Ibu dalam Pemberian MP-ASI di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan Ibu

Baik Cukup Kurang

Jumlah No Tingkat

Pekerjaan

n % n % n % n %

1 IRT 2 11,8 9 52,9 6 35,3 17 100,0

2 Berdagang 2 4,0 3 60,0 0 0,0 5 100,0

3 Penyapu jalan 1 33,3 0 0,0 2 66,7 3 100,0

4 Buruh 0 0,0 3 60,0 2 40,0 5 100,0

Jumlah 5 16,7 15 50,0 10 33,3 30 100,0

Dari tabel 4.19 dapat dilihat bahwa 17 responden dengan tingkat pekerjaan Ibu rumah tangga yang pengetahuan ibu dalam pemberian MP-ASI dikategorikan baik ada sebanyak 2 orang (11,8%), 9 orang (5,9%) dikategorikan cukup dan 6 orang (35,3%) dikategorikan kurang. Sedangkan 3 responden yang pekerjaannya penyapu jalan yang berpengetahuan baik ada 1 orang (33,3%) cukup tidak ada dan 2 orang(40,0) berpengetahuan kurang.


(48)

4.6.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Dalam Pola Penyakit

Tabel 4.20 Distribusi Tingkat pengetahuan Ibu Berdasarkan Tingkat Pekerjaan Ibu dalam Pola Penyakit di Desa Limau

Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan Ibu

Baik Cukup Kurang

Jumlah No Tingkat

Pekerjaan

n % n % n % n %

1 IRT 2 11,8 11 64,7 4 23,5 17 100,0

2 Berdagang 2 40,0 2 40,0 1 20,0 5 100,0

3 Penyapu jalan 1 33,3 0 0,0 2 66,7 3 100,0

4 Buruh 1 20,0 2 40,0 2 40,0 5 100,0

Jumlah 6 20,0 15 50,0 9 30,0 30 100,0

Dari tabel 4.20 dapat dilihat bahwa 17 responden dengan tingkat pekerjaan Ibu rumah tangga tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI dikategorikan baik ada sebanyak 2 orang (11,8%), 11 orang (64,7%) dikategorikan cukup dan 4 orang (23,5%) dikategorikan kurang. Sedangkan 3 responden yang pekerjaannya penyapu jalan yang berpengetahuan baik ada 1 orang (20,0%), cukup tidak ada, dan 2 orang (66,7%) berpengetahuan kurang.


(49)

4.7. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga

4.7.1. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga dalam Pemberian ASI

Tabel 4.21 Distribusi Tingkat pengetahuan Ibu Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga dalam Pemberian ASI di Desa Limau

Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan Ibu

Baik Cukup Kurang

Jumlah No Jumlah

anggota

Keluarga n % n % n % n %

1 ≤ 5 orang 2 10,5 11 57,9 6 31,6 19 100,0 2 > 5 orang 2 18,2 2 18,2 7 63,6 11 100,0

Jumlah 4 13,3 13 43,3 13 43,3 30 100,0

Dari tabel 4.20 dapat dilihat bahwa 19 responden dengan jumlah anggota keluarga ≤ 5 orang adalah 2 orang (10,5%) pengetahuan ibu dalam pemberian ASI dikategorikan baik, 11 orang (57,9%) dikategorikan cukup dan 6 orang (31,6%) dikategorikan kurang. Sedangkan 11 responden yang jumlah anggota keluarga > 5 orang berpengetahuan baik ada 2 orang (18,2%), 2 orang ( 18,2%) cukup dan 7 orang (63,6%) berpengetahuan kurang.


(50)

4.7.2. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga dalam Pemberian MP-ASI

Tabel 4.22 Distribusi Tingkat pengetahuan Ibu Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga dalam Pemberian MP-ASI di Desa Limau

Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan Ibu

Baik Cukup Kurang

Jumlah No Jumlah

anggota

Keluarga n % n % n % n %

1 ≤ 5 orang 3 15,8 10 52,6 6 31,6 19 100,0 2 > 5 orang 2 18,2 5 45,5 4 36,4 11 100,0

Jumlah 5 16,7 15 50,0 10 33,3 30 100,0

Dari tabel 4.22 dapat dilihat bahwa 19 responden dengan jumlah anggota keluarga ≤ 5 orang yang berpengetahuan baik ada sebanyak 3 orang (15,8%), 10 orang (52,6%) dikategorikan cukup dan 6 orang (31,6%) dikategorikan kurang. Sedangkan 11 responden yang jumlah anggota keluarga > 5 orang berpengetahuan baik ada 2 orang (18,2%), 5 orang ( 45,5%) cukup dan 4 orang (36,4%) berpengetahuan kurang.


(51)

4.7.3. Distribusi Tingkat Pengetahuan Ibu Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga dalam Pola Penyakit

Tabel 4.23 Distribusi Tingkat pengetahuan Ibu Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga dalam Pola Penyakit di Desa Limau

Manis Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang Tahun 2007

Tingkat Pengetahuan Ibu

Baik Cukup Kurang

Jumlah No Jumlah

anggota

Keluarga n % n % n % n %

1 ≤ 5 orang 4 21,1 9 47,4 6 31,6 19 100,0 2 > 5 orang 2 18,2 6 54,5 3 27,3 11 100,0

Jumlah 6 20,0 15 50,0 9 30,0 30 100,0

Dari tabel 4.23 dapat dilihat bahwa 19 responden dengan jumlah anggota keluarga ≤ 5 orang yang berpengetahuan baik ada 4 orang (21,1%) , 9 orang (47,4%) dikategorikan cukup dan 6 orang (31,6%) dikategorikan kurang. Sedangkan 11 responden yang jumlah anggota keluarga > 5 orang berpengetahuan baik ada 2 orang (18,2%), 6 orang (54,5%) cukup dan 3 orang (27,3%) berpengetahuan kurang


(52)

dan pola penyakit pada bayi, sehingga dengan begitu ibu yang peranannya sangat penting dalam keluarga dapat memberikan yang terbaik buat keluarga.

5.1.3. Pekerjaan Responden

Pekerjaan responden yang paling banyak adalah sebagai ubu rumah tangga yaitu sebanyak 17 orang (56,6%) dan yang paling sedikit adalah penyapu jalan (10,00%). Hasil tabulasi silang antara pekerjaan ibu dengan pengetahuan ibu dalam pemberian ASI menunjukkan bahwa sebanyak 2 orang (40,0%) yang pekerjaanya berdagang berpengetahuan baik dari 5 orang responden yang bekerja sebagai pedagang.

Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan responden sebagai pedagang akan memungkinkan responden tersebut banyak mendapat masukan dari sesama pedagang lainnya tentang pemberian ASI yang baik. Sedangkan dalam pemberian MP-ASI yang kurang ada pada ibu yang pekerjaannya buruh yaitu dari 5 responden tidak ada yang berpengetahuan baik. Hal ini mungkin didorong oleh pekerjaan ibu yang berat dan jika tiba di rumah tidak punya waktu lagi untuk mendapat informasi baik dari televisi, radio, surat kabar, atau pun tenaga kesehatan karena masih ada pekerjaanya sebagai ibu rumah tangga yang mengurus keluarga selain kebiasaan dari orang tua terdahulu.

Sedangkan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan pengetahuan ibu dalam pola penyakit didapat bahwa dari 17 responden ada sebanyak 4 orang (23,5%) yang berpengetahuan kurang adalah ibu rumah tangga. Hal ini memungkinkan kurangnya perhatian responden terhadap penyakit pada bayinya karena melalui suvei di lapangan


(53)

menunjukkan banyaknya ibu-ibu yang bercerita dengan tetangganya dan tidak mempunyai waktu untuk bayinya.

5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang paling banyak adalah ≤ 5 orang (63,3 %). Pada tabel 4.20 , hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa jumlah anggota yang ≤ 5 orang pengetahuan ibu dalam pemberian ASI ada sebanyak 2 responden (10,5%) dari 19 responden adalah baik 11 responden tingkat pengetahuan ibu adalah cukup dan 6 responden lainnya tingkat pengetahuannya kurang. Yang paling banyak tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI berdasarkan jumlah anggota keluarga adalah > 5 orang dimana 7 respondennya (63,6%) adalah kurang.

Hasil penelitian Harahap (2006) menunjukkan bahwa pendidikan formal ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dimana semakin tinggi tingkatn pendidikan ibui maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan ibu untuk menyerap pengetahuan praktis dalam lingkungan formal maupuin non formal terutama melalui media massa, se4hingga ibu dalam mengolah, menyajikan dan membagi sesuai dengan yang dibutuhkan.

Hasil tabulasi silang antara pengetahuan ibu dengan jumlah anggota keluarga dalam pola pemberian MP-ASI menunjukkan bahwa dari 19 responden yang jumlah anggota keluarganya ≤ 5 orang 3 responden (15,8%) berpengetahuan baik, 10 responden (52,6%) berpengetahuan cukup dan 6 responden (31,6 %) responden berpengetahuan kurang.

Hal ini didukung oleh jumlah anggota keluarga yang besar akan mempengaruhi proporsi pembagian makanan dalam keluarga dan pengetahuan ibu.


(54)

Hasil tabulasi silang antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat pengetahuan ibu dalam hal pola penyakit menunjukkan bahwa dari 19 responden yang jumlah anggota keluarganya ≤ 5 orang didapat bahwa 4 orang (21,1%) yang berpengetahuan baik, 9 orang (47,4%) berpengetahuan cukup dan 6 responden (31,6 %) berpengetahuan kurang.

Hal ini juga didukung oleh adarya kesadaran ibu tersrbut dengan penyakit yang diderita bayinya dengan jumlah anggota keluarga yang semakin kecil.

5.1.5. Suku Responden

dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang mempunyai suku bagsa yang beraneka ragam dan yang paling banyak adalah suku Jawa sebanyak 15 orang (50,0%) sedangkan yang paling sedikit adalah suku Batak yaitu 3 orang (10,0%). Pada dsasrnya suku tidak berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Titi W di kecamatan Simpang Empat Akbupaten Asahan, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan atau pengaruh antara suku responden dengan pemberian MP-ASI pada bayi.

5.2. Umur pertama kali pemberian MP-ASI

MP-ASI merupakn peralihan dari ASI ke makanan kelurga. Pengenalan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah sesuia dengan kemampuan pencernaan bayi (Depkes RI, 200).

Pemberian MP-ASI pada bayi umur 6-9 bulan dilakukan secara bertahap. Pada umur 6 bulan bayi diperkenalkan sari buah, biskuit dan bubur susu disebut


(55)

makanan lumat. Memasuki usia 6 bulan, anak telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Jika kemudian anak 6 bulan sudah diberikan Makanan Pemdamping ASI (MP-ASI), tidak berarti karena bayi telah siap menerima makanan selain ASI, tetapi juga kebutuhan zat gizi bayi tidak lagi dipasok hanya oleh ASI.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa dari 30 bayi, ada sebanyak 18 orang (60%) sudah diperkenalkan MP-ASI saat bayi masih berumur ≤ 6 bulan dan 12 orang (40%) diperkenalkan MP-ASI saat bayi usia > 6 bulan.

Berdasarkan angka di atas, maka bayi tidak diberikan ASI ekslusif. Pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif pada umummnya masih rendah, hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan resoinden yang rendah. Hali ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2000) di Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa 1 bulan, dimana ibu merasa bahwa dengan memberikan ASI kepada bayi belum mencukupi untuk kebutuhan bayi.

Alasan pemberian MP-ASI dilakukan sejak dini didukung oleh alasan bayi tersebut sering menangis yang diartikan rasa lapar. Risiko pemberian makanan sebelum umur tersebut adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas, alergi, kemungkinan pencernaan sehingga terjadi ganggau pencernaan / diare (Pujiadi 2000).


(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan :

1. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang pola pemberian ASI adalah cukup dan kurang dengan masing-masing sebesar 43,33%.

2. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang pola pemberian MP-ASI adalah cukup sebesar 50,00%.

3. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang pola penyakit pada bayi adalah kurang sebesar 50,00%.

6.2. SARAN

Agar petugas kesehatan di puskesmas/kader kesehatan di posyandu meningkatkan penyuluhan terutama pengetahuan ibu baik dalam pola pemberian ASI, MP-ASI dan pola penyakit yang masih kurang.


(57)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa, Kota, dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Danim, Sudarman. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta

Hadi, Soetrisno. 1986. Metoologi Research Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Jacob, Ali. 1991. Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito

Kartono, Kartini. 1991. Pemimpin dan Kepemimpinan Cetakan ke-IV. Jakarta: CV. Rajawali

Koortz, Harold. 1995. Manajemen Cetakan ke-II. Jakarta: Erlangga Anggota IKAPI L. Soetrisno. 1995. Menuju Masyarakat Partisipasi. Yogyakarta: Kansius

Nawawi, Hardadi. 1993. Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 Alinea ke-IV

Prasadja, Buddy. 1990. Pembangunan Desa dan Masalah Kepemimpinannya. Jakarta: Rajawali Press

Ridjal, Fauzie dan M, Rusli Karim. 1991. Dinamika Budaya dan Politik Dalam Pembanugnan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya


(58)

---. 1993. Pokok-pokok Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Alumni ---. 2004. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara Sumidjo, Wahjo dan Donell. 1984. Kepemimpinan Dan Motivasi. Jakarta: Ghalia

Indonesia


(1)

menunjukkan banyaknya ibu-ibu yang bercerita dengan tetangganya dan tidak mempunyai waktu untuk bayinya.

5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga yang paling banyak adalah ≤ 5 orang (63,3 %). Pada tabel 4.20 , hasil tabulasi silang menunjukkan bahwa jumlah anggota yang ≤ 5 orang pengetahuan ibu dalam pemberian ASI ada sebanyak 2 responden (10,5%) dari 19 responden adalah baik 11 responden tingkat pengetahuan ibu adalah cukup dan 6 responden lainnya tingkat pengetahuannya kurang. Yang paling banyak tingkat pengetahuan ibu dalam pemberian ASI berdasarkan jumlah anggota keluarga adalah > 5 orang dimana 7 respondennya (63,6%) adalah kurang.

Hasil penelitian Harahap (2006) menunjukkan bahwa pendidikan formal ibu mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu dimana semakin tinggi tingkatn pendidikan ibui maka semakin tinggi pula tingkat pengetahuan ibu untuk menyerap pengetahuan praktis dalam lingkungan formal maupuin non formal terutama melalui media massa, se4hingga ibu dalam mengolah, menyajikan dan membagi sesuai dengan yang dibutuhkan.

Hasil tabulasi silang antara pengetahuan ibu dengan jumlah anggota keluarga dalam pola pemberian MP-ASI menunjukkan bahwa dari 19 responden yang jumlah anggota keluarganya ≤ 5 orang 3 responden (15,8%) berpengetahuan baik, 10 responden (52,6%) berpengetahuan cukup dan 6 responden (31,6 %) responden berpengetahuan kurang.

Hal ini didukung oleh jumlah anggota keluarga yang besar akan mempengaruhi proporsi pembagian makanan dalam keluarga dan pengetahuan ibu.


(2)

Hasil tabulasi silang antara jumlah anggota keluarga dengan tingkat pengetahuan ibu dalam hal pola penyakit menunjukkan bahwa dari 19 responden yang jumlah anggota keluarganya ≤ 5 orang didapat bahwa 4 orang (21,1%) yang berpengetahuan baik, 9 orang (47,4%) berpengetahuan cukup dan 6 responden (31,6 %) berpengetahuan kurang.

Hal ini juga didukung oleh adarya kesadaran ibu tersrbut dengan penyakit yang diderita bayinya dengan jumlah anggota keluarga yang semakin kecil.

5.1.5. Suku Responden

dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa di Desa Limau Manis Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang mempunyai suku bagsa yang beraneka ragam dan yang paling banyak adalah suku Jawa sebanyak 15 orang (50,0%) sedangkan yang paling sedikit adalah suku Batak yaitu 3 orang (10,0%). Pada dsasrnya suku tidak berpengaruh terhadap pemberian MP-ASI, hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Titi W di kecamatan Simpang Empat Akbupaten Asahan, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada hubungan atau pengaruh antara suku responden dengan pemberian MP-ASI pada bayi.

5.2. Umur pertama kali pemberian MP-ASI

MP-ASI merupakn peralihan dari ASI ke makanan kelurga. Pengenalan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun jumlah sesuia dengan kemampuan pencernaan bayi (Depkes RI, 200).


(3)

makanan lumat. Memasuki usia 6 bulan, anak telah siap menerima makanan bukan cair, karena gigi telah tumbuh dan lidah tidak lagi menolak makanan setengah padat. Di samping itu, lambung juga telah lebih baik mencerna zat tepung. Jika kemudian anak 6 bulan sudah diberikan Makanan Pemdamping ASI (MP-ASI), tidak berarti karena bayi telah siap menerima makanan selain ASI, tetapi juga kebutuhan zat gizi bayi tidak lagi dipasok hanya oleh ASI.

Dari hasil wawancara diketahui bahwa dari 30 bayi, ada sebanyak 18 orang (60%) sudah diperkenalkan MP-ASI saat bayi masih berumur ≤ 6 bulan dan 12 orang (40%) diperkenalkan MP-ASI saat bayi usia > 6 bulan.

Berdasarkan angka di atas, maka bayi tidak diberikan ASI ekslusif. Pengetahuan ibu tentang ASI ekslusif pada umummnya masih rendah, hal ini sesuai dengan tingkat pendidikan resoinden yang rendah. Hali ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aritonang (2000) di Daerah Istimewa Yogyakarta bahwa 1 bulan, dimana ibu merasa bahwa dengan memberikan ASI kepada bayi belum mencukupi untuk kebutuhan bayi.

Alasan pemberian MP-ASI dilakukan sejak dini didukung oleh alasan bayi tersebut sering menangis yang diartikan rasa lapar. Risiko pemberian makanan sebelum umur tersebut adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga menjurus ke obesitas, alergi, kemungkinan pencernaan sehingga terjadi ganggau pencernaan / diare (Pujiadi 2000).


(4)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. KESIMPULAN

Dari hasil penelitian ini, beberapa hal yang dapat disimpulkan :

1. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang pola pemberian ASI adalah cukup dan kurang dengan masing-masing sebesar 43,33%.

2. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang pola pemberian MP-ASI adalah cukup sebesar 50,00%.

3. Sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang pola penyakit pada bayi adalah kurang sebesar 50,00%.

6.2. SARAN

Agar petugas kesehatan di puskesmas/kader kesehatan di posyandu meningkatkan penyuluhan terutama pengetahuan ibu baik dalam pola pemberian ASI, MP-ASI dan pola penyakit yang masih kurang.


(5)

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Bintarto, R. 1983. Interaksi Desa, Kota, dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia Indonesia

Danim, Sudarman. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta

Hadi, Soetrisno. 1986. Metoologi Research Fakultas Psikologi UGM. Yogyakarta Jacob, Ali. 1991. Dasar dan Teknik Research. Bandung: Tarsito

Kartono, Kartini. 1991. Pemimpin dan Kepemimpinan Cetakan ke-IV. Jakarta: CV. Rajawali

Koortz, Harold. 1995. Manajemen Cetakan ke-II. Jakarta: Erlangga Anggota IKAPI L. Soetrisno. 1995. Menuju Masyarakat Partisipasi. Yogyakarta: Kansius

Nawawi, Hardadi. 1993. Kepemimpinan Yang Efektif. Yogyakarta: Gajah Mada University Press

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 Alinea ke-IV

Prasadja, Buddy. 1990. Pembangunan Desa dan Masalah Kepemimpinannya. Jakarta: Rajawali Press

Ridjal, Fauzie dan M, Rusli Karim. 1991. Dinamika Budaya dan Politik Dalam Pembanugnan. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya


(6)

---. 1993. Pokok-pokok Pembangunan Masyarakat Desa. Bandung: Alumni ---. 2004. Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah. Jakarta: Bumi Aksara Sumidjo, Wahjo dan Donell. 1984. Kepemimpinan Dan Motivasi. Jakarta: Ghalia

Indonesia


Dokumen yang terkait

Gambaran Pola Pemberian Makanan Pendamping Asi Dan Status Gizi Anak Usia 0 - 24 Bulan Di Desa Alue Awe Kecamatan Muara Dua Kabupaten Aceh Utara

0 28 49

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu yang Memiliki Bayi Usia 0- 12 Bulan di Rumah Sakit Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2013

3 10 60

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

2 12 148

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 18

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 2

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 11

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

1 1 34

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 4 3

Gambaran Pola Pemberian ASI dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) pada Bayi Serta Pengetahuan Ibu di Desa Bunuraya Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo, Sumatera Utara Tahun 2016

0 0 44

PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU MENYUSUI TENTANG PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI (MP-ASI) PADA BAYI USIA 6-12 BULAN

0 0 6