Analisis Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Asuransiyang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Pengertian Early Warning System
Salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan
keuangan dan mengolahnya menjadi suatu informasi yang berguna adalah dengan
menggunakan perhitungan Early Warning System (EWS).

Menurut

Satria

(1994:5) Early Warning System adalah :

Tolak ukur perhitungan dari NAIC (National Association of Insurance
Commisioners) atau lembaga badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam
mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan
asuransi. Early Warning System ini dapat memberikan peringatan dini
terhadap kemungkinan kesulitan keuangan dan operasi perusahaan
asuransi di masa yang akan datang. Dengan demikian alat ini dapat

digunakan untuk menentukan prioritas langkahlangkah perbaikan bagi
asuransi kerugian. Di negara-negara lain yang menerapkan sistem ini
melakukan sedikit perubahan atau memodifikasi terhadap rasio-rasio yang
digunakan serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan asuransi di
negera tersebut.
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan asuransi kerugian ini juga akan
mencakup

perhitungan

terhadap

tingkat

solvabilitas

perusahaan

dan


mengaitkannya dengan rasio-rasio keuangan Early Warning System untuk menilai
tingkat kesehatan perusahaan asuransi kerugian. Early Warning System (EWS)
merupakan sistem pelaporan yang menyiagakan pihak manajemen terhadap
potensi kesempatan dan permasalahan sebelum mempengaruhi laporan keuangan.
Tujuan dari sistem ini adalah memberikan waktu persiapan yang paling
maksimum bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan dengan benar.

Rasio keuangan Early Warning System ini digunakan untuk menganalisis
dan mengukur tingkat kesehatan dan kinerja keuangan perusahaaan asuransi
kerugian dengan mendeteksi lebih awal pada laporan keuangan perusahaan
asuransi kerugian di masa yang akan datang untuk menentukan prioritas langkahlangkah perbaikan bagi perusahaan.
Adapun rasio yang terkandung dalam EWS tersebut adalah:
1. Rasio Beban Klaim (Incurred Loss Ratio)
Rasio ini mencerminkan pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi serta
kualitas usaha penutupannya. Rasio Beban Klaim dapat dihitung sebagai berikut
(Satria, 1994:70):
Rasio Beban Klaim =

Beban Klaim
Pendapatan Premi


Interpretasi :
Tingginya rasio ini memberikan informasi tentang buruknya proses
underwriting dan penerimaan penutupan risiko. Masih perlu dilakukannya analisis
terhadap klaim untuk setiap jenis asuransi.
2. Rasio Likuiditas (Liabilities to Liquid Assets Ratio)
Rasio Likuiditas atau Liabilities to Liquid Assets Ratio digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan secara
kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah kondisi
keuangannya solven atau tidak. Rasio Likuiditas dapat dihitung sebagai berikut
(Satria, 1994:71):
Rasio Likuiditas =

Jumlah Kewajiban
Total Kekayaan Yang Diperkenankan

Interpretasi :
Rasio yang tinggi menunjukkan adanya masalah likuiditas dan
perusahaan kemungkinan besar berada dalam kondisi yang tidak solven, sehingga
perlu dilakukan analisis terhadap tingkat kecukupan cadangan (reserve adequacy),

serta kestabilan dan likuiditas kekayaan yang diperkenankan (admitted assets).

3. Rasio Agents’ Balance To Surplus
Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan aset
yang seringkali tidak bisa diwujudkan ( dicairkan ) pada saat likuidasi, yaitu
tagihan premi langsung. Rasio Agent’s Balance To Surplus dapat dihitung sebagai
berikut (Satria, 1994:72):
Agent’s Balance to Surplus Ratio =
Tagihan Premi Langsung
Total Modal + Cadangan Khusus +Laba
Interpretasi :
Jika angka rasio ini terlalu tinggi, perlu diselidiki umur dari tagihan dan
analisis penyebab dari belum tertagihnya premi langsung tersebut. Dalam
perhitungan kekayaan yang diperkenankan (admitted assets), tagihan premi
langsung yang berumur diatas 90 hari tidak dihitung.

4. Rasio Pertumbuhan Premi (Premium Growth Ratio)
Kenaikan/penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan
indikasi kurangnya tingkat kestabilan kegiatan usaha koperasi perusahaan. Untuk
mengukur ini digunakan rumus:

sebagai berikut (Satria, 1994:73):

Rasio Pertumbuhan Premi dapat dihitung

Perkembangan Premi = Kenaikan/Penurunan Premi Netto
Premi Netto Tahun Sebelumnya
Interpretasi :
Hasil rasio ini sebaiknya diinterprestasikan bersama dengan sejarah dan
operasi perusahaan. Dalam menganalisis rasio ini harus diperhatikan pula
alasan

yang dikemukakan perusahaan yang menyebabkan angka rasio ini

berbeda/berfluktuasi. Disamping itu, perlu dipertimbangkan pula perubahan yang
terjadi dalam industri asuransi dan perekonomian.

2.1.2 Pengertian Asuransi
Asuransi

adalah


transaksi

pertanggungan

yang

melibatkan

dua

pihak tertanggung dan penanggung. Dimana penanggung menjamin pihak yang
tertanggung bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian

a.

b.

c.


d.

Menurut Darmawi (2000:3) ada beberapa pengertian asuransi antara lain:
Definisi asuransi dari sudut pandang ekonomi merupakan suatu metode untuk
mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan
ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Jadi berdasarkan
konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindahan dan
mengkombinasikan resiko.
Definisi asuransi dari sudut pandang hukum merupakan suatu kontrak
(perjanjian) pertanggungan resiko antara tertanggung dan penanggung.
Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang
dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar
secara periodik kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan
kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif
kecil.
Definisi asuransi dari sudut pandang bisnis adalah suatu perusahaan yang
usaha utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak
lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi resiko (sharing risk)
diantara sejumlah besar nasabahnya. Asuransi juga merupakan lembaga
keuangan bukan bank yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi)

dari masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi perusahaan.
Definisi asuransi dari sudut pandang sosial didefinisikan sebagai organisasi
sosial yang menerima pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari
anggota-anggotanyanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada

setiap anggota tersebut. Kerugian yang tidak pasti akan terjadi pada setiap
anggota, maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut
pandang sosial merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal ini berarti
kerugian setiap anggota ditanggung bersama.
e. Defenisi asuransi dari sudut matematika merupakan aplikasi matematika
dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan resiko. Hukum
profitabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang
dapat diramalkan. Di bawah ini ikthisar masing-masing sudut pandang
asuransi berikut objek dan teknik mencapainya.
Tabel 2.1
Pengertian Asuransi
Sudut
Pandang
Ekonomi


Objek
Pengurangan Resiko

Teknik Mencapainya
Dengan mentransfer dan
kombinasi

Hukum

Perjanjian Pemindahan Melalui pembayaran premi oleh
tertanggung kepada penanggung
Resiko
dalam suatu kontrak asuransi.

Bisnis

Berbagi Resiko

Dengan memindahkan resiko
dari individu ke lembaga

penanggung resiko.

Sosial

Memikul kerugian
secara kolektif

Semua anggota membayar iuran
kerugian yang kebetulan diderita
oleh salah satu anggota.

Matematika

Memperhitungkan dan
mendistribusikann

Dengan memperkirakan akturial
yang didasarkan pada prinsip- prinsip
profitabilitas


Sumber: (Darmawi 2000:3)

Pengertian Asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang -Undang Hukum
Dagang (KUHD) Republik Indonesia bahwa:
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang
penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi,
untuk memberi pernggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena
suatu peristiwa yang tak tertentu. Ada 4 unsur yang terkandung dalam asuransi
adalah:
a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi
kepada pihak penanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur.
b. Pihak tertanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang
(santunan) kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara berangsur-

angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.
c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya)
d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena
peristiwa yang tak tertentu.
Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (PSAK No.36) ada beberapa
karakteristik asuransi jiwa adalah:
a. Usaha asuransi jiwa merupakan suatu sistem proteksi menghadapi resiko
keuangan atas hidup atau meninggalnya seseorang dan sekaligus merupakan
upaya penghimpunan dana dari masyarakat.
b. Premi merupakan pendapatan perusahaan asuransi, disamping hasil investasi
yang menjadi kegiatan tak terpisahkan dari usaha asuransi jiwa.
c. Investasi berfungsi utama untuk memenuhi seluruh kewajiban dan manfaat
yang diberikan kepada tertanggung.
d. Kewajiban keuangan bagi usaha asuransi terkait dengan ketidakpastian terjadi
suatu peristiwa, hal ini mempengaruhi penyajian laporan keuangan.
e. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya unsur
estimasi jumlah kewajiban manfaat polis depan (liability for future policy
benefits) yang dihitung berdasarkan perhitungan aktuaria, estimasi jumlah
premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium income),
estimasi jumlah kewajiban klaim, serta jumlah klaim terjadi namun belum
dilaporkan (incurred but not reported claims)
f. Pihak tertanggung (pembeli kontrak asuransi) membiayai terlebih dahulu
premi asuransi atau titipan premi kepada perusahaan asuransi sebelum
sesudah atau peristiwa yang diasuransikan terjadi. Pembayaran merupakan
pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak disetujui,
perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar
manfaat asuransi, berapa besar pembayaran itu kalau terjadi, kapan
terjadinya. Hal ini akan berpengaruh pada masalah pengakuan pendapatan
dan pengukuran beban.
Perusahaan asuransi jiwa harus memenuhi kesehatan keuangan sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan dibidang perasuransian misalnya batas tingkat
solvabilitas (solvency margin).

2.1.3 Definisi Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi tentang penilaian
dan keadaan keuangan korporasi baik yang telah lampau atau saat sekarang
serta ekspektasinya dimasa depan.

Laporan Keuangan dianalisis untuk

mengetahui setiap kelebihan dan keadaan keuangan yang dapat menimbulkan
masalah yang akan datang serta menentuakan setiap keunggulan yang dapat
menjadi suatu keunggulan perusahaan. Bagi pimpinan perusahaan laporan
keuangan

ini

digunakan

untuk mengambil keputusan-keputusan dan

kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk masa yang akan datang dan sebagai alat
pertanggung jawaban dari pimpinan atau manajer terhadap pemilik perusahaan.
Riyanto (2001:251) menyatakan bahwa Laporan keuangan (financial
report) memberikan ikhtisar mengenai keadaan financial suatu perusahaan,
dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal
sendiri pada periode tertentu dan laporan laba rugi (income statement)
mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu yang biasanya
meliputi periode 1 (satu ) tahun.
Menurut Harahap (2004:190) menyatakan bahwa Laporan Keuangan
berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih
kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna
antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non
kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang
sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.
Menurut Warren (2005:139) Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari
neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan.
Perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal atau laba yang ditahan
walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya
untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut misalnya laporan perubahan modal kerja,
laporan arus kas, perhitungan harga pokok maupun daftar-daftar lampiran yang
lain.

2.1 4 Tujuan Laporan Keuangan
Dalam PSAK No. 1 (IAI, 2007) menyatakan “tujuan laporan keuangan
adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas
perusahaan”. Agar informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat
dipahami, diperlukan seperangkat teknik analisis laporan keuangan yang meliputi
perhitungan dan interprestasi rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan

suatu instrumen analisis untuk menjelaskan berbagai hubungan dan indikator
keuangan dalam menunjukkan perubahan kondisi keuangan atau operasi masal
lalu yang dinyatakan dalam artian relatif ataupun absolut.
Rasio keuangan merupakan perbandingan angka-angka perkiraanperkiraan yang terdapat di neraca dan laporan laba-rugi. Perbandingan antara satu
perkiraan dengan perkiraan yang lain harus saling berhubungan sehingga
hasilnya dapat diinterpretasikan untuk mengetahui kondisi keuangan atau kinerja
perusahaan. Untuk mengetahui

apakah

kondisi keuangan dan

kinerja

perusahaan baik, maka hasil perhitungan rasio keuangan harus dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya.
Laporan Keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan
dalam suatu periode dan arus dana (kas) perusahaan. Laporan keuangan disusun
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun
demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin
dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan di masa lalu. laporan keuangan juga
menunjukkan hal-hal yang telah dilakukan manajemen serta pertanggungjawaban
manajemen atas sumber daya yang diberikan kepadanya.
Harahap (2004:132) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah:
1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai
aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan
2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan
dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul
dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.
3. Untuk memberikan informasi keuangan yang sangat membantu para pemakai
laporan keuangn didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan
laba.
4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam

aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas
pembiayaan dan investasi.
5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan
dengan laporan keuangan yang revelan untuk kebutuhan pemakai laporan,
seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

2.1.5 Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan adalah salah satu cara dalam pemprosesan dan
peninterpretasian informasi akuntansi yang dinyatakan dalam artian relatif
maupun secara absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka-angka
yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. Tujuan analisis
laporan keuangan diantaranya adalah sebagai alat untuk meramalkan kondisi
perusahaan di masa depan, mendiagnosis adanya masalah yang terjadi baik dalam
manajemen, operasi, keuangan, dan masalah lain, serta sebagai alat evaluasi
kinerja manajemen, operasional, maupun efisiensi.
Analisis laporan keuangan penjamin asuransi biasanya berfokus pada dua
hal yaitu penilaian solvensi dan kinerja finansial. Penilaian solvensi berhubungan
dengan resiko yang dihadapi penjamin asuransi sehubungan dengan kekuatan
finansialnya yaitu kemampuan mengatasi klaim-klaim di masa yang akan datang
sesuai kontrak yang telah dituliskan walaupun dalam situasi yang merugikan dan
kemudahaannya terhadap kejadian-kejadian tak terduga.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Van Horne, 2005 : 204 ):
Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri ata
dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari ”kondisi
keuangan” perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca yang
telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio neraca (balance sheet ratio)
karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal
langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek
kinerja keuangan selama periode waktu tertentu biasanya selama setahun.

Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement
ratio) atau rasio laba rugi/neraca (income statement/balance sheet ratio).
Menurut Riyanto (2001:89) rasio keuangan dapat digolongkan dalam 3 golongan
yaitu :
1. Rasio Neraca (Balance Sheet Ratios) adalah rasio-rasio yang disusun dari
data yang berasal dari neraca misannya current ratio, acid test ratio, current
asset to total asset ratio, current liabilities. to total assets ratio.
2. Rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratio) adalah rasio-rasio
yang disusun dari data yang bersala dari laporan laba rugi, misal gross
profit margin, net operating margin dan operating ratio.
3. Rasio Antar Laporan (Inter Statement Ratio) adalah rasio-rasio yang
disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal
dari laporan laba rugi misal assets turnover, inventory turnover,
receivables turnover.
Menurut Satria (1994:59) bahwa analisis rasio keuangan dalam perusahaan
asuransi digunakan dalam 3 golongan rasio yaitu:
1. Neraca (Balance sheet) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang
berasal dari neraca dan data lainnya misal penyertaan, tagihan reasuransi,
utang komisi, utang klaim, cadangan khusus dan cadangan teknis.
2. Ikhtisar Perhitungan Laba Rugi (Income Statement) adalah rasio-rasio
yang disusun dari data yang berasal dari laba rugi dan data yang lainnya
misalnya surplus underwriting, hasil investasi netto, laba rugi dana
investasi ratio.
3. Perincian Surplus Underwriting adalah rasio-rasio yang disusun dari data
yang berasal dari data perusahaan asuransi kerugian tersebut misal premi,
cadangan premi, pendapatan premi, klaim dibayar, cadangan klaim, beban
klaim, biaya aduster, komisi, surplus underwriting.
Terdapat perbedaan antara laporan keuangan perusahaan asuransi dengan
laporan keuangan perusahaan umum lainnya. Perbedaan pertama adalah pada
bentuk, isi dan susunan laporan keuangan.

Yang kedua adalah pada sistem

pengakuan pendapatan dan biaya. Pada bentuk, isi dan susunan laporan keuangan
perusahaan asuransi kerugian disesuaikan dengan sifat dan karakteristik usaha
asuransi.
Rasio Keuangan menyederhanakan informasi yang menggambarkan
hubungan antara pos tertentu dengan pos yang lainnya. Dengan penyederhanaan

ini dapat menilai secara cepat hubungan pos keuangan dan dapat membandingkan
rasio lainnya sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.

2.1.6 Manfaat Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan merupakan alat penting dan berguna bagi manajer
keuangan maupun pihak-pihak lain diluar perusahaan. Bagi manajer keuangan,
analisis rasio keuangan dipergunakan untuk menilai kinerja yang telah dicapai
perusahaan yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan
fungsi-fungsi manajemen khususnya perencanaan dan pengendalian.
Rasio keuangan merupakan hasil dari analisi laporan keuangan dimana
rasio keuangan biasanya digunakan untuk mengevaluasi

laporan keuangan

dengan membandingkan kinerja perusahaan di masa lalu dan masa sekarang,
sehinga harus digunakan sebagai dasar instropeksi dan meningkatkan kinerja
perusahaan. Dengan melakukan analisis rasio laporan keuangan maka informasi
yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan dalam. Para
pemakai menggunakan analisis rasio keuangan untuk memenuhi beberapa
kebutuhan

informasi

yang

berbeda. Menurut Riyanto (2001:101)Beberapa

kebutuhan itu meliputi:
1. Investor
Para investor membutuhkan untuk membantu menentukan apakah harus
membeli, menahan, atau menjual saham berdasarkan informasi yang
didapatkan tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang
memungkinkan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar
dividen.
2. Manajer
Dalam menganalisa laporan keuangan, para manajer perusahaan akan dapat
mengetahui posisi keuangan perusahaannya periode yang baru sehingga dapat

menyusun rencana kerja yang lebih baik pada periode yang akan datang,
memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan sistem kebijakan
sasaransasaran yang tepat. Bagi manajemen yang penting adalah laba yang
dicapai cukup tinggi, cara kerja yang efisien aktiva aman, terjaga baik, struktur
permodalan yang sehat dan bahwa perusahaan mempunyai rencana yang baik
mengenai hari depan baik di bidang keuangan maupun di bidang operasi.
3. Kreditor dan pemasok
Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat membantu para kreditor
untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.
Para kreditor juga berkepentingan terhadap keamanan kredit yang telah diberikan
kepada perusahaan, mengetahui kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas),
solvabilitas dan profitabilitas perusahaan sebelum mereka memutuskan
untuk memberi dan memperluas kredit yang akan diajukan oleh perusahaan.
Untuk kredit jangka panjang, analisa laporan keuangan diperlukan untuk jaminan
investasi, prospek keuntungan di masa depan, dan perkembanga perusahaan di
masa depan.
4. Karyawan
Para karyawan dan serikat pekerja tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan
profitabilitas perusahaan.
Mereka juga tertarik dengan informasi yang
memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan akan
memberikan jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.
5. Pelanggan
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi kelangsungan hidup
perusahaan, terutama jika mereka terlihat dalam perjanjian jangka panjang dengan
perusahaan.
6. Pemerintah
Pemerintah yaitu aparatur negara dan berbagai lembaga yang berada di bawah
kekuasaanya yang berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas
perusahaan dalam menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk
menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
7. Masyarakat
Perusahaan dapat mempengaruhi masyarakat dengan berbagai cara, misalnya
perusahaan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian
nasional, terutama jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan bagi para
penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat
dengan menyediakan informasi mengenai kecenderungan dan perkembangan
terakhir mengenai perusahaan dan rangkaian aktivitasnya.

2.1.7 Harga Saham
Saham adalah surat berharga yang dapat diperjualbelikan oleh perorangan
atau lembaga. Saham juga dapat diartikan yaitu suatu tanda penyetaan modal
seseorang atau badan usaha dalam suatu perusahaan.( Priyatno,2010:9).
Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham.
Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan harga saham
dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar
sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu
saham, maka harganya akan semakin naik. Dan sebaliknya jika semakin banyak
investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya
harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan
kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.
Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses
investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok
sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu
analisis fundamental dan analisis teknikal.
2.1.7.1 Analisis fundamental
Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang
akan datang dengan :
a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham dimasa yang akan datang.
b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh
taksiran harga saham

Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari
suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data yang digunakan
adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan
keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang
sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2001:303).
Dalam company analysis para pemodal (investor) akan mempelajari
laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan analisis
rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin
ada, mengevaluasi efisisensi operasional dan memahami sifat dasar dan
karakteristik operasional dari perusahaan tersebut.
Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa
datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang
mempengaruhi harga saham dimasa datang, dan menempatkan hubungan faktorfaktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

2.7.1.2 Analisis teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang meggunakan data atau
catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham,
volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta
faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan,2001:338).
Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal
dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu. Analisis ini berupaya untuk
memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga
saham

tersebut (kondisi pasar)

diwaktu lalu.

Para penganut analisis ini,

menyatakan bahwa :
a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.
b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham diwaktu lalu.
c. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka
pola tersebut akan berulang.
Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu
dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu
informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal
untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus dijual.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian terdahulu yang dapat dirangkum dalam table sebagai berikut
dalam tabel 2.2
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No

Nama

Judul

Variabel

1.

Kurniawan
(2007)

Analisis Pengaruh
Rasio Rasio Early
Warning System
dan Tingkat Suku
Bunga SBI
Terhadap Harga
Saham (Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Asuransi di BEJ
Tahun 2003 – 2006

(Variabel
independent)
Rasio Rasio Early
Warning System
dan Tingkat Suku
Bunga SBI
(Variabel
dependent)
Terhadap Harga
Saham (Studi
Empiris Pada
Perusahaan
Asuransi di BEJ
Tahun 2003 –
2006

Teknik
Analisis
Regresi
Berganda

Hasil
Penelitian
Penelitian
tersebut
mengemukakan
seluruh
variabel
independen
secara
bersama-sama
(simultan)
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap
variabel
dependen
(harga saham),

2.

Nainggolan Analisis
(2004)
Perbandingan
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Asuransi PT. Lippo
General Insurance
Tbk, PT. Asuransi
Dayin Mitra Tbk,
PT. Panin
Insurance Tbk pada
periode 2000 2002.

3.

Anita,
(2007)

Analisis Pengaruh
Kinerja Keuangan
Terhadap
Perubahan Harga
Saham Pada
Perusahaan
Perbankan Di
Bursa Efek Jakarta
(BEJ)

(Variabel
Regresi linier
independent)
Analisis
Perbandingan
(Variabel
dependent)
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Asuransi PT.
Lippo General
Insurance Tbk,
PT. Asuransi
Dayin Mitra Tbk,
PT. Panin
Insurance Tbk
pada periode 2000
- 2002.
(Variabel
Regresi
independent)
Berganda
Kinerja Keuangan
(Variabel
dependent) Harga
Saham Pada
Perusahaan
Perbankan Di
Bursa Efek
Jakarta (BEJ)

ketiga
perusahaan ini
berada diatas
tingkat
RBC
yang
ditetapkan oleh
pemerintah
untuk kategori
perusahaan
yang
sehat
rasio
Pencapaian
Solvabilitas
(metode RBC)
minimum
120%.
analisis
tersebut
menunjukkan
ada pengaruh
yang signifikan
antara
CAR,
RORA,
dan
LDR terhadap
harga
saham
perusahaan
perbankan di
Bursa
Efek
Jakarta secara
parsial.

Sumber : Hasil Olahan Peneliti (2012)

2.3 Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
2.3.1 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual menjelaskan tentang variabel-variabel yang diduga
terhadap harga saham perusahaan asuransi. Variabel independen yang merupakan
faktor internal dan diduga memiliki pengaruh terhadap harga saham terdiri dari
Rasio Beban Klaim (X1), yang mencerminkan pengalaman klaim yang terjadi

serta kualitas usaha penutupannya, kedua adalah Rasio Likuiditas (X2) untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yaitu
kemampuan dalam menghadapi terjadinya klaim asuransi, dan secara kasar
memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah dalam kondisi solven
atau tidak, ketiga adalah Rasio Agent’s Balance to Surplus (X3), untuk
mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan asset yang seringkali tidak
bisa diwujudkan (dicairkan) pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung, dan
keempat adalah Rasio Pertumbuhan Premi (X4), untuk mengukur tingkat
kestabilan kegiatan operasi perusahaan, yaitu perubahan volume premi netto yang
dimiliki perusahaan.
Indikator kemampuan perusahaan dalam menutup premi dalam Rasio
Beban Klaim (X1), kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya
dengan indikator Rasio Likuiditas (X2), kondisi solvabilitas perusahaan dengan
indikator Rasio Agent’s Balance to Surplus (X3) dan perkembangan perusahaan
dengan indicator Rasio Pertumbuhan Premi (X4) merupakan beberapa faktor
yang akan mempengaruhi kepercayaan investor untuk membeli saham yang
ditawarkan oleh perusahaan asuransi. Kondisi tersebut akan mendorong adanya
pilihan kepercayaan dari investor sehingga apabila kepercayaan semakin baik
akan meningkatkan harga saham dan begitu juga sebaliknya.

Berdasarkan uraian diatas maka dibuat kerangka konseptual sebagai berikut:

Rasio Beban Klaim (X1)
Rasio Likuiditas (X2)
Rasio Agent’s Balance
to Surplus (X3

Harga Saham (Y)

Rasio Pertumbuhan
Premi ( X4 )

Gambar 1.1 Kerangka konseptual

2.3.1 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan hubungan antara landasan teori, kerangka pemikiran terhadap
rumusan masalah maka hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan
dalam penelitian ini adalah bahwa diduga rasio keuangan Early Warning System
yang terdiri dari: Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to
Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi berpengaruh signifikan terhadap harga
saham”. Dengan notasi sebagai berikut :
H1 : Rasio Beban Klaim berpengaruh parsial terhadap harga saham
H2 : Rasio Likuiditas berpengaruh parsial terhadap harga saham
H3 : Rasio Agent’s Balance to Surplus berpengaruh parsial terhadap harga saham
H4 : Rasio Pertumbuhan Premi berpengaruh Parsial terhadap harga saham
H5 : Secara bersama-sama antara Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio
Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi berpengaruh
secara signifikan terhadap harga saham