Analisis Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

PROGRAM S-1 EKSTENSI MEDAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN EARLY WARNING SYSTEM

TERHADAP HARGA SAHAM PADA PERUSAHAAN ASURANSI

YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

SKRIPSI

OLEH

RATAULI SIREGAR 080521084 MANAJEMEN

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Manajemen

Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara

Medan

2010


(2)

ABSTRAK

Ratauli Siregar (2010) ¨Analisis Rasio Keuangan Early Warning System terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar diBursa Efek Indonesia¨. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen, Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE. MBA.Ak selaku Dosen Pembimbing, Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Dosen Penguji I, dan Bapak Syafrizal Helmi, SE, M.Si selaku Penguji II.

Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Agar dapat listing di Bursa Efek Indonesia sebuah perusahaan harus memiliki kinerja dan prestasi yang baik. Early Warning System adalah tolak ukur perhitungan dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis rasio keuangan

Early Warning System (EWS) yang terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas,

Rasio Agent´s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi dalam pembentukan harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 – 2009.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik dengan menggunakan data laporan keuangan dari tahun 2005-2009. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang menyajikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia berjumlah 11 perusahaan. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independen) yaitu Rasio Beban Klaim (X1), Rasio Likuiditas (X2), Rasio Agent´s Balance to Surplus (X3)dan Rasio Pertumbuhan Premi (X4) serta variabel terikat (dependen) adalah Harga Saham.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel Rasio Likuiditas dan Rasio Agent´s Balance to Surplus berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dengan koefisien determinasi parsial masing- masing sebesar 30,1% dan 56,7%. Koefisien determinasi (R2) mempunyai nilai sebesar 0,175 dan kondisi tersebut berarti bahwa variabel-variabel independen meliputi rasio-rasio Early Warning System (EWS) memiliki pengaruh sebesar 17,8% terhadap harga saham asuransi (variabel dependen) selama periode penelitian antara tahun 2005 – 2009 sedangkan sebesar 82,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel-variabel yang digunakan dalam model penelitian ini.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan rahmat-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini guna memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengangkat judul “Analisis Rasio Keuangan Early Warning System terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia¨.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis tidak luput dari cobaan dan hambatan. Namun berkat bantuan dan dorongan dari berbagai pihak maka skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Pada kesempatan ini penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Utara

3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE. MBA.Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah bersedia memberikan waktu, saran, tenaga, dan pemikirannya untuk membantu penulis didalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE. ME selaku Dosen Penguji I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pemikirannya untuk membantu penulis didalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang, SE, Msi selaku Dosen Penguji II yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pemikirannya untuk membantu penulis didalam


(4)

penulisan skripsi ini.

7. Seluruh dosen pengajar dan staff pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

8. Kedua orang tuaku T. Siregar & A. Siagian dan kakak-kakak serta abang yang memberikan dukungan dan doa, K´ Bertua, B´Nelson, K´Eriska, K’Tari dan yang kusayangi Erwin Dimitri Istonov Purba. You´re very special to me. Thank´s for

your love.

9. Bapak Herry L, Kabag Team Ritel, Bapak Svend Pasak, Kabag Promosi Ritel, terimakasih atas pengertian dan dukungannya untuk membantu saya menyelesaikan skripsi ini. Teman-teman kerja Ana Maria, K´Helen, Carlo, Wahyu, Cris, B´ Adi, B´Frisio, Edy, dan lain lain. Thank´s for your spirit.

10.Teman-teman kuliah yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan skripsi ini Leny Dachi, Juni, Febry, Fetty, Leo Sinaga, K´Kiki, Eva, Dini dan semua teman-teman yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu. You´re my best friend.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena keterbatasan pengetahuan dalam pengulasan skripsi ini. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Medan, November 2010 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Kerangka Konseptual ... 6

D. Hipotesis ... 8

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

F. Metode Penelitian ... 9

1. Batasan Penelitian ... 9

2. Definisi Operasional Variabel ... 9

3. Populasi dan Sampel ... 12

4. Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

5. Jenis Data ... 13

6. Teknik Pengumpulan Data ... 13

7. Metode Analisis Data ... 13

BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu ... 17

B. Pengertian Asuransi ... 20

C. Defenisi Laporan Keuangan ... 24

D. Tujuan Laporan Keuangan... 25

E. Analisis Rasio Keuangan ... 27

F. Manfaat Rasio Keuangan ... 29

G. Harga Saham ... 32

F. Early Warning System ... 34

BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Sejarah Bursa Efek Indonesia ... 38

B. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 41

C. Profil Perusahaan Asuransi di Bursa Efek Indonesia ... 43

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Variabel Penelitian ... 49


(6)

2. Deskripsi Nilai Rasio Likuiditas ... 51

3. Deskripsi Nilai Rasio Agent’s Balance to Surplus ... 53

4. Deskripsi Nilai Rasio Pertumbuhan Premi ... 54

5. Deskripsi Nilai Harga Saham ... 56

6. Deskripsi Nilai Rata-Rata RBK, RL, ABTS, RPP dan Harga Saham ... 57

B. Analisis Data Statistik ... 58

1. Uji Normalitas Data ... 59

2. Uji Heteroskedastisitas ... 61

3. Uji Autokorelasi ... 62

4. Uji Multikolinearitas ... 63

C. Pengujian Hipotesis ... 64

1. Analisis Regresi Berganda ... 64

2. Koefisien Determinasi ... 65

3. Uji - F ... 66

4. Uji - T ... 67

D. Pembahasan ... 68

1. Rasio Beban Klaim ... 68

2. Rasio Likuiditas ... 69

3. Rasio Agent’s Balance to Surplus ... 70

4. Rasio Pertumbuhan Premi ... 71

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL

No. Judul Halaman Tabel 1.1 Harga Saham Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar di Bursa Efek

Indonesia Tahun 2005 – 2009 ... 4

Tabel 1.2 Harga Saham, Beban Klaim, Pendapatan Premi, Jumlah Kewajiban dan Total Ekuitas Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ... 5

Tabel 1.3 Sampel Penelitian ... 12

Tabel 2.1 Pengertian Asuransi ... 21

Tabel 4.1 Deskripsi Nilai Variabel Rasio Beban Klaim ... ... 49

Tabel 4.2 Deskripsi Nilai Variabel Rasio Beban Likuiditas ... 51

Tabel 4.3 Deskripsi Nilai Variabel Rasio Agent’s Balance to Surplus ... 53

Tabel 4.4 Deskripsi Nilai Variabel Rasio Pertumbuhan Premi ... 54

Tabel 4.5 Deskripsi Nilai Harga Sahan ... 56

Tabel 4.6 Deskripsi Nilai Rata – Rata RBK, RL, ABTS, RPP dan Harga Saham ... 57

Tabel 4.7 Hasil Uji Normalitas dengan Uji Kolmogorov Smirnov ... 60

Tabel 4.8 Uji Glejser ... 62

Tabel 4.9 Uji Autokorelasi ... 63

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Multikolinearitas ... 63

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Regresi ... 64

Tabel 4.12 Daftar Hasil Statistik koefisien determinasi ... 65

Tabel 4.13 Uji – F ... 66


(8)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Halaman

Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ... 7

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 61

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot ... 62


(9)

ABSTRAK

Ratauli Siregar (2010) ¨Analisis Rasio Keuangan Early Warning System terhadap harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar diBursa Efek Indonesia¨. Ibu Prof. Dr. Ritha F Dalimunthe, SE, M.Si selaku Ketua Departemen Manajemen, Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE. MBA.Ak selaku Dosen Pembimbing, Ibu Dr. Isfenti Sadalia, ME selaku Dosen Penguji I, dan Bapak Syafrizal Helmi, SE, M.Si selaku Penguji II.

Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Agar dapat listing di Bursa Efek Indonesia sebuah perusahaan harus memiliki kinerja dan prestasi yang baik. Early Warning System adalah tolak ukur perhitungan dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis rasio keuangan

Early Warning System (EWS) yang terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas,

Rasio Agent´s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi dalam pembentukan harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 – 2009.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik dengan menggunakan data laporan keuangan dari tahun 2005-2009. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan asuransi yang menyajikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia berjumlah 11 perusahaan. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas (independen) yaitu Rasio Beban Klaim (X1), Rasio Likuiditas (X2), Rasio Agent´s Balance to Surplus (X3)dan Rasio Pertumbuhan Premi (X4) serta variabel terikat (dependen) adalah Harga Saham.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa variabel Rasio Likuiditas dan Rasio Agent´s Balance to Surplus berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham dengan koefisien determinasi parsial masing- masing sebesar 30,1% dan 56,7%. Koefisien determinasi (R2) mempunyai nilai sebesar 0,175 dan kondisi tersebut berarti bahwa variabel-variabel independen meliputi rasio-rasio Early Warning System (EWS) memiliki pengaruh sebesar 17,8% terhadap harga saham asuransi (variabel dependen) selama periode penelitian antara tahun 2005 – 2009 sedangkan sebesar 82,5% lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lain di luar variabel-variabel yang digunakan dalam model penelitian ini.


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut. Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan Terbatas. Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan, jika perusahaan tersebut mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati oleh para investor.

Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Salah satu cara yang diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar tetap dapat bersaing adalah penjualan saham perusahaan melalui pasar modal (Husnan,2001:303)

Saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan saham dari perusahaan yang telah go public. Penjualan saham perusahaan dilakukan untuk mencari dana melalui pasar modal dan mengenalkan perusahaan tersebut pada publik. Dalam rangka mencari dana melalui pasar modal dan go public perusahaan harus melakukan beberapa tahap kegiatan yang merupakan prosedur yang harus dipenuhi untuk memenuhi ketentuan atau peraturan mengadakan investasi di Indonesia.

Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya harga saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian atau suatu


(11)

kekayaan atau keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat padanya. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau performance perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya. Secara umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan rasio keuangan.

Sebuah perusahaan harus memiliki kinerja dan prestasi yang baik agar dapat

listing di Bursa Efek Indonesia karena jika sebuah perusahaan yang telah listing

mempunyai kinerja dan prestasi yang kurang baik tidak menutup kemungkinan perusahaan tersebut akan delist dari Bursa Efek Indonesia. Penambahan modal akan lebih memperluas operasional perusahaan, memperbesar kapasitas perusahaan dalam menanggung resiko polis sendiri dan secara langsung mengurangi ketergantungan perusahaan asuransi khususnya terhadap perusahaan reasuransi luar negeri.

Faktor fundamental dalam perusahaan asuransi tercermin dalam rasio keuangan

Early Warning System yang khusus dipakai dalam menganalisis rasio keuangan

perusahaan asuransi sedangkan dalam jasa keuangan lainnya khususnya pada industri perbankan ukuran yang lazim yang dipakai dalam pengukuran kinerja suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio finansial bank menggunakan rasio CAMEL yaitu

adalah rasio yang menggambarkan kondisi Capital (permodalan), Asset quality (kualitas

aktiva produktif), Management (manajemen), Earning(rentabilitas) dan Liquidity (likuiditas )yang dikenal dengan rasio CAMEL.

Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan yang dapat dianalisis melalui rasio-rasio keuangan seperti: Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi (Satria,1994:710). Early Warning System adalah tolak ukur perhitungan dalam


(12)

mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia. Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan, jika perusahaan tersebut mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati oleh para investor.

Perhitungan sistem Early Warning System digunakan banyak negara dalam mengawasi kinerja keuangan suatu perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat digunakan dalam menganalisis kinerja keuangan perusahaan asuransi (Satria,1994:5). Salah satu alat yang digunakan oleh lembaga pengawas federal di Amerika Serikat dan negara-negara lain adalah Early Warning Systems yang berupaya untuk memprediksi permasalahan potensial yang berhubungan dengan bank dan lembaga simpanan lainnya. Perubahan harga saham di bursa atau pasar sekunder dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor internal perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan faktor internal perusahaan yang dapat dilihat melalui rasio-rasio keuangan perusahaan tersebut.

Perbedaan mendasar antara perusahaan asuransi dengan perusahaan laiinya terletak pada adanya fungsi underwriting (pengelolaan risiko) dan fungsi penanganan klaim. Perusahaan lain biasanya dapat menghitung biaya secara tepat sebelum menentukan harga produknya, maka tidak demikian halnya dengan perusahaan asuransi.

Pada saat menetapkan tingkat premi (yang berlaku sebagai harga pokok penjualan) untuk suatu penutupan pertanggungan, perusahaan asuransi belum dapat mengetahui secara pasti berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk penutupan tersebut. Oleh karena itu perusahaan asuransi harus mendasarkan pada penetapan


(13)

premi pada perkiraan biaya yang paling mendekati kenyataan. Metode penetapan harga pokok atau premi yang berbeda inilah yang menyebabkan perusahaan asuransi harus mengukur kemungkinan terjadinya risiko (risk profile) dan memproyeksikan hasil investasi.

Tabel 1.1

Harga Saham Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2005 – 2009

(dalam rupiah)

No. Nama Perusahaan KODE

TAHUN

2005 2006 2007 2008 2009

1 PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk ABDA 280 220 220 190 300 2 PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk AHAP 135 90 225 86 114

3 PT Asuransi Multi Arta Guna Tbk AMAG 105 85 83 50 95

4 PT Asuransi Bintang Tbk ASBI 470 500 315 360 290

5 PT Asuransi Dayin Mitra Tbk ASDM 240 175 290 125 240

6 PT Asuransi Jasa Tania Tbk ASJT 450 400 420 420 420

7 PT Asuransi Ramayana Tbk ASRM 1000 1000 1060 610 990

8 PT Lippo General Insurance Tbk LPGI 380 340 540 370 570

9 PT Maskapai Reasuransi Tbk MREI 165 150 225 174 285

10 PT Panin Insurance Tbk PNIN 265 280 330 149 255

11 PT Panin Life Tbk PNLF 135 165 195 83 140

Sumber:www.idx.co.id (data diolah)

Berdasarkan tabel 1.1 terlihat adanya kecenderungan peningkatan maupun penurunan harga saham yang ada dipasar modal. PT Asuransi Ramayana Tbk mempunyai harga saham tertinggi dibandingkan dengan harga saham perusahaan asuransi lainnya dengan rata rata harga saham sebesar Rp 932 dan rata rata harga saham terendah pada PT Asuransi Multi Artha Guna sebesar Rp 83,6.

Tabel 1.2

Harga Saham, Beban Klaim, Pendapatan Premi, Jumlah Kewajiban dan Total Ekuitas Perusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

dalam ribuan (Rp 000)

Sumber:www.idx.co.id (data diolah) Nama Perusahaan

Tahun Kode Harga Saham Beban Klaim Pendapatan Premi Jumlah Kewajiban Total Ekuitas

PT Asuransi Ramayana Tbk 2005 ASRM 1000 44.649.562 146.433.486 108.236.579 95.224.077 PT Asuransi Ramayana Tbk 2006 ASRM 1000 59.700.618 182.529.805 139.321.081 92.725.497 PT Asuransi Ramayana Tbk 2007 ASRM 1060 75.569.752 215.941.642 142.893.003 101.814.689 PT Asuransi Ramayana Tbk 2008 ASRM 610 92.673.139 226.944.448 203.101.930 112.261.538 PT Asuransi Ramayana Tbk 2009 ASRM 990 79.058.347 234.117.189 237.190.392 126.808.899


(14)

Secara teori apabila tingkat rasio keuangan tertentu mengalami kenaikan maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan tersebut bagus, sehingga apabila kinerja perusahaan tersebut dinilai bagus, seharusnya investor berani menginvestasikan dananya untuk perusahaan tersebut, dan jika banyak investor cenderung ingin membeli saham perusahaan tersebut maka harga saham perusahaan tersebut akan mengalami tren yang meningkat. Hal ini sesuai dengan hukum ekonomi bahwa apabila permintaan terhadap pasar naik maka harga juga akan mengalami kenaikan diluar faktor-faktor eksternal yang lain.

Tingkat beban klaim yang tinggi akibat adanya klaim tertentu yang relatif besar akan mengancam kondisi keuangan perusahaan sehingga meningkatkan risiko bagi perusahaan. Berkurangnya kemampuan perusahaaan dalam menghasilkan keuntungan akan mengurangi minat investor dalam membeli saham asuransi. Berdasarkan teori dan fenomena diatas maka perlu dianalisis pengaruh rasio keuangan Early Warning

System terhadap harga saham yang bergerak dalam bidang asuransi dan yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia maka judul dalam penelitian ini adalah:

“Analisis Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap Harga Saham Pada

Perusahaan Asuransi Yang Terdapat Di Bursa Efek Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti merumuskan masalah ”Apakah terdapat pengaruh rasio keuangan Early Warning

System yang terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’t Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi dalam pembentukan harga saham pada


(15)

C. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan tentang variabel-variabel yang diduga berpengaruh terhadap harga saham perusahaan asuransi. Variabel independen yang merupakan faktor internal dan diduga memiliki pengaruh terhadap harga saham terdiri dari Rasio Beban Klaim (X1), yang mencerminkan pengalaman klaim yang terjadi serta kualitas usaha penutupannya, kedua adalah Rasio Likuiditas (X2) untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, yaitu kemampuan dalam menghadapi terjadinya klaim asuransi, dan secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah dalam kondisi solven atau tidak, ketiga adalah Rasio Agent’s Balance to Surplus (X3), untuk mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan asset yang seringkali tidak bisa diwujudkan (dicairkan) pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung, dan keempat adalah Rasio Pertumbuhan Premi (X4), untuk mengukur tingkat kestabilan kegiatan operasi perusahaan, yaitu perubahan volume premi netto yang dimiliki perusahaan.

Indikator kemampuan perusahaan dalam menutup premi dalam Rasio Beban Klaim (X1), kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dengan indikator Rasio Likuiditas (X2), kondisi solvabilitas perusahaan dengan indikator Rasio Agent’s

Balance to Surplus (X3) dan perkembangan perusahaan dengan indicator Rasio

Pertumbuhan Premi (X4) merupakan beberapa faktor yang akan mempengaruhi kepercayaan investor untuk membeli saham yang ditawarkan oleh perusahaan asuransi. Kondisi tersebut akan mendorong adanya pilihan kepercayaan dari investor sehingga apabila kepercayaan semakin baik akan meningkatkan harga saham dan begitu juga sebaliknya.


(16)

Gambar 1.1:Kerangka Konseptual Sumber: Satria (1994:70)

D. Hipotesis

Berdasarkan hubungan antara landasan teori, kerangka pemikiran terhadap rumusan masalah maka hipotesis atau jawaban sementara dari permasalahan dalam penelitian ini adalah bahwa diduga rasio keuangan Early Warning System yang terdiri dari: Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi berpengaruh signifikan terhadap harga saham”.

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Mengetahui dan menganalisis rasio keuangan Early Warning System (EWS) yang terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi dalam pembentukan harga saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2005 – 2009.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi Perusahaan

Perusahaan dapat mengetahui kondisi rasio kinerja keuangannya dan juga mengetahui seberapa besar pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perusahaannya sehingga bisa diambil langkah-langkah dalam menyusun kebijakan selanjutnya. Dengan adanya laporan keuangan dalam perusahaan dapat memberikan peringatan dini terhadap keuangan perusahaan serta bahan informasi

Rasio Beban Klaim (X1)

Rasio Likuiditas (X2)

Ratio Agent’s Balance to Surplus (X3)

Rasio Pertumbuhan Premi ( X4 )


(17)

yang diperlukan sebagai bahan pemikiran objektif untuk menentukan kebijakan dalam rangka pengambilan keputusan di masa yang akan datang.

11.Bagi Penulis

Memberikan pengetahuan tentang bagaimana menganalisis rasio keuangan suatu perusahaan asuransi dengan menggunakan rasio keuangan khususnya di bidang analisis rasio Keuangan Early Warning System (EWS).

12.Bagi Pihak Lain

Sebagai bahan referensi atau informasi yang diperlukan dan perbandingan bagi penelitian dimasa yang akan datang, yang berkaitan dengan masalah rasio keuangan khususnya dengan yang menggunakan rasio Early Warning System.

F. Metode Penelitian

1. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan periode penelitian yang diamati adalah tahun 2005 – 2009. Penelitian ini hanya melihat rasio Early Warning System yang meliputi rasio Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi.

2. Definisi Operasional Variabel

a. Variabel independen (bebas)

Menurut Salustra Satria (1994:63) salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan perusahaan asuransi dan mengolahnya menjadi informasi yang berguna adalah Early Warning System (EWS). EWS yang digunakan adalah modifikasi dari EWS yang dibuat oleh National Association of Insurance

Commissioners (NAIC) yang berada di Amerika Serikat dengan tugas mengawasi

kegiatan perasuransian di wilayah negara Amerika Serikat.

Sistem ini menghasilkan rasio-rasio dari perusahaan asuransi kerugian yang dibuat berdasarkan informasi dari laporan keuangan perusahaan yang dikirimkan kepada dewan pengawas industri asuransi. Tujuan dari pembuatan rasio-rasio ini


(18)

adalah untuk memudahkan lembaga pengawas asuransi melakukan identifikasi terhadap hal-hal penting yang berkaitan dengan pembinaan dan pengawasan industri asuransi. Rasio-rasio tersebut dijadikan suatu sistem pengawasan yang dinamakan

Early Warning System (EWS ).

Adapun variabel independen dalam rasio-rasio yang dipergunakan dari Early

Warning System tersebut adalah sebagai berikut :

1. Rasio Beban Klaim ( Incurred Loss Ratio )

Rasio ini mencerminkan pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi serta kualitas usaha penutupannya. Rasio Beban Klaim dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:70):

Rasio Beban Klaim =

Pendapatan Premi Beban Klaim

2. Rasio Likuiditas (Liabilities to Liquid Assets Ratio)

Rasio Likuiditas atau Liabilities to Liquid Assets Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah kondisi keuangannya solven atau tidak. Rasio Likuiditas dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:71):

Rasio Likuiditas =

Total Kekayaan Yang Diperkenankan Jumlah Kewajiban

3. Rasio Agents’ Balance To Surplus

Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan aset yang seringkali tidak bisa diwujudkan ( dicairkan ) pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung. Rasio Agent’s Balance To Surplus dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:72):


(19)

Rasio Agent’s Balance to Surplus Ratio =

Total Modal + Cadangan Khusus +Laba Tagihan Premi Langsung

4. Rasio Pertumbuhan Premi (Premium Growth Ratio)

Kenaikan/penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan indikasi kurangnya tingkat kestabilan kegiatan usaha operasi perusahaan. Rasio Pertumbuhan Premi dapat dihitung sebagai berikut (Satria,1994:73):

Rasio Pertumbuhan Premi =

Premi Netto Tahun Sebelumnya Kenaikan/Penurunan Premi Netto

b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah harga saham. Harga saham adalah harga pasar, yaitu harga yang terbentuk di pasar jual beli saham. Harga saham yang dimaksud dalam penelitian ini adalah harga penutupan saham (closing price) pada akhir tahun pada periode 2005 – 2009 yang terdapat dalam laporan keuangan

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan juga di

3. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek psikologis yang dibatasi oleh kriteria tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah sektor asuransi yang go public di Bursa Efek Indonesia sebanyak 11 perusahaan.


(20)

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2003:73). Adapun kriteria yang digunakan dalam sampel ini adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan Asuransi yang tetap listing secara terus menerus di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2005 – 2009.

2. Perusahaan Asuransi yang telah menerbitkan laporan keuangan yang lengkap selama 5 tahun berturut-turut yaitu tahun 2005, 2006, 2007, 2008 dan 2009. Adapun sampel penelitian tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.3 berikut ini:

Tabel 1.3 Sampel Penelitian

No Kode

Emiten

Nama Emiten

1 ABDA PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 2 AHAP PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 3 AMAG PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 4 ASBI PT. Asuransi Bintang Tbk 5 ASDM PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 6 ASJT PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 7 ASRM PT. Asuransi Ramayana Tbk 8 LPGI PT. Lippo General Insurance Tbk 9 MREI PT. Maskapai Reasuransi Tbk 10 PNIN PT. Panin Insurance Tbk 11 PNLF PT. Panin Life Tbk

Sumbe

4. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data dari Bursa Efek Indonesia dan diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan di situs

September 2010.

5. Jenis Data


(21)

situs resmi Bursa Efek Indonesia berupa laporan keuangan perusahaan yang dipublikasikan pada periode 2005 sampai dengan 2009.

6. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah studi dokumentasi yaitu pengumpulan data pendukung berupa literatur, penelitian terdahulu, laporan – laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran dari masalah yang akan diteliti.

7. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik sebagai berikut :

a. Metode Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data yang ada dikumpulkan dan digolongkan kemudian dianalisis dan diinterpretasikan secara objektif.

b. Metode Analisis Statistik

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS versi 15.00 for windows. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan terdiri atas uji normalitas, uji multikolineritas, uji heterokedastisitas, dan uji autokorelasi.

a.Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal, yakni distribusi data dengan bentuk lonceng. Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan pendekatan

Kolmogorov-Smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5% artinya variabel residual

berdistribusi normal (Situmorang, 2009:56).


(22)

Tujuan uji heteroskestisitas adalah ingin menguji apakah sebuah grup mempunyai varian yang sama di antara grup tersebut. Jika varian sama, dan ini yang harus terjadi maka dikatakan ada homoskedastisitas sedangkan jika varian tidak sama dikatakan terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas diuji dengan menggunakan uji Glejser dengan pengambilan keputusan jika variabel independen signifikan secara statistic mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadinya heteroskedastisitas. Jika probabilitas signifikannya di atas tingkat kepercayaan 5% dapat disimpulkan model regresi tidak mengarah adanya heteroskedastisitas (Situmorang, 2009:73).

c. Uji Autokorelasi

Tujuan uji autokorelasi adalah untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara variabel pengganggu pada periode tertentu dengan variabel pengganggu pada periode sebelumnya. Jika terjadi autokorelasi maka dikatakan ada masalah autokorelasi. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Metode deteksi terhadap autokorelasi dilakukan dengan The Run Test.

d.Uji Multikolinearitas

Multikolinearitas artinya adanya hubungan linear yang sempurna atau pasti di antara beberapa atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai

tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program SPSS. Tolerance


(23)

lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah Tolerance>0,1 atau nilai VIF<5 maka tidak terjadi multikolinearitas (Situmorang, 2009:104)

1. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis Regresi Linear Berganda (multiple regression) bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas yaitu faktor fundamental terhadap variabel terikat yaitu harga saham, dengan rumus :

Y= β0฀β1X1฀β2X23X3฀β4X4฀e Dimana:

Y = Harga Saham

β0= Konstanta

X1 = Rasio Beban Klaim

X2 = Rasio Likuiditas

X3 = Rasio Agent’s Balance to Surplus

X4 = Rasio Pertumbuhan Premi

β= Koefisien regresi dari setiap variabel independen

e = Variabel residual

Pengujian model regresi berganda ini digunakan untuk mengetahui pengaruh positif atau negatif dari masing-masing variabel bebas X1, X2, X3 , X4 , terhadap variabel

terikat Y.

2. Koefisien Determinasi

Pengujian koefisien determinasi (R2) akan menunjukkan besarnya presentase sumbangan variabel independen terhadap variasi naik turunnya tingkat harga saham, dimana 0 < R2 < 1, nilai R yang semakin mendekati 1 berarti semakin kuatnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.


(24)

3. Uji Statistik

a. Uji – f

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah rasio Early Warning System secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap harga saham, bentuk pengujian : H0 = X1, X2, X3, X4 =0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama

dari analisis rasio Early Warning Sytem terhadap harga saham.

Ha = X1, X2, X3, X

4

¿¿¿¿

≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan secara bersama-sama

dari rasio Early Warning Sytem terhadap harga saham.

Nilai fhitung nantinya akan dibandingkan dengan nilai Ftabel dengan tingkat signifikansi

(alpha) 5% dengan derajat kebebasan df = (n – k) dan (k – 1) dengan kriteria sebagai berikut :

Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak atau Ha diterima

Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima atau Ha ditolak

b. Uji – t

Pengujian ini dilakukan untuk menguji setiap variabel bebas (X) apakah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y), bentuk pengujian : Ho : Ha = 0, tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat.

Ho : Ha ≠ 0, terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel bebas terhadap variabel terikat.


(25)

Selanjutnya akan dilakukan uji signifikan dengan membandingkan tingkat signifikan (alpha) 5 % dan derajat kebebasan (n-k) dengan thitung yang diperoleh dengan kriteria

uji yang digunakan adalah :

Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak atau Ha diterima


(26)

BAB II

URAIAN TEORITIS

A. Penelitian Terdahulu

Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Rasio – Rasio Early Warning System dan Tingkat Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Asuransi di BEJ Tahun 2003 – 2006) bertujuan untuk menganalisis faktor fundamental lembaga keuangan khususnya perusahaan asuransi yang berpengaruh terhadap harga saham, mengetahui pengaruh jumlah tingkat suku bunga terhadap harga saham dan mengetahui factor-faktor yang paling berpengaruh dalam harga saham dengan menggunakan metode analisis regresi berganda. Penelitian tersebut mengemukakan seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (harga saham), yang berarti sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. Hasil penelitian ini menguatkan hasil dari penelitian-penelitian yang pernah dilaksanakan sebelumnya,variabel fundamental (rasio-rasio kinerja keuangan) berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Nainggolan (2004) melakukan penelitian dengan judul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perusahaan Asuransi PT. Lippo General Insurance Tbk, PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk, PT. Panin Insurance Tbk pada periode 2000 – 20002. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan asuransi di Indonesia dimana perhitungan Early Warning System itu kita dapat mengetahui bagaimana kinerja keuangan (financial performance) suatu perusahaan asuransi dengan menggunakan metode analisis deskriptif, metode analisis kuantitatif yang terdiri dari metode analisis data dan analisis tren.


(27)

Berdasarkan hasil penelitian terhadap laporan keuangan ketiga perusahaan dengan menggunakan analisis rasio Early Warning System, ketiga perusahaan ini berada diatas tingkat RBC yang ditetapkan oleh pemerintah untuk kategori perusahaan yang sehat rasio Pencapaian Solvabilitas (metode RBC) minimum 120%.

Anita, (2007) melakukan penelitian Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Perubahan Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan Di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Analisis ini untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan dengan menggunakan rasio - rasio. Untuk menilai tingkat kesehatan perbankan digunakan metode CAMEL yang merupakan standar Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana pengaruh rasio keuangan yang terdiri dari : CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO dan LDR terhadap perubahan harga saham di Bursa Efek Indonesia baik secara parsial maupun simultan dan seberapa besar pengaruh tersebut. Sedangkan tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh rasio- rasio keuangan CAR, RORA, NPM, ROA, BOPO dan LDR terhadap perubahan harga saham di Bursa Efek Indonesia dan seberapa besar pengaruh tersebut dengan menggunakan analisis regresi linier berganda dan analisis tersebut menunjukkan ada pengaruh yang signifikan antara CAR, RORA, dan LDR terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Jakarta secara parsial, artinya Ha diterima. Sedangkan hasil uji parsial untuk ROA, BOPO dan NPM terhadap harga saham perusahaan perbankan di Bursa Efek Indonesia tidak berpengaruh secara signifikan.


(28)

B. Pengertian Asuransi

Asuransi adalah transaksi pertanggungan yang melibatkan dua pihak tertanggung dan penanggung. Dimana penanggung menjamin pihak yang tertanggung bahwa ia akan mendapatkan penggantian terhadap suatu kerugian

Menurut Darmawi (2000:3) ada beberapa pengertian asuransi antara lain: a. Definisi asuransi dari sudut pandang ekonomi merupakan suatu metode untuk

mengurangi resiko dengan jalan memindahkan dan mengkombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Jadi berdasarkan konsep ekonomi, asuransi berkenaan dengan pemindahan dan mengkombinasikan resiko.

b. Definisi asuransi dari sudut pandang hukum merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan resiko antara tertanggung dan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung. Sedangkan tertanggung membayar secara periodik kepada penanggung. Jadi, tertanggung mempertukarkan kerugian besar yang mungkin terjadi dengan pembayaran tertentu yang relatif kecil.

c. Definisi asuransi dari sudut pandang bisnis adalah suatu perusahaan yang usaha utamanya menerima/menjual jasa, pemindahan resiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi resiko (sharing risk) diantara sejumlah besar nasabahnya. Asuransi juga merupakan lembaga keuangan bukan bank yang kegiatannya menghimpun dana (berupa premi) dari masyarakat dalam berbagai kegiatan ekonomi perusahaan.

d. Definisi asuransi dari sudut pandang sosial didefinisikan sebagai organisasi sosial yang menerima pemindahan resiko dan mengumpulkan dana dari


(29)

anggota-anggotanyanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada setiap anggota tersebut. Kerugian yang tidak pasti akan terjadi pada setiap anggota, maka anggota yang tidak pernah mengalami kerugian dari sudut pandang sosial merupakan penyumbang terhadap organisasi. Hal ini berarti kerugian setiap anggota ditanggung bersama.

e. Defenisi asuransi dari sudut matematika merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan resiko. Hukum profitabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan. Di bawah ini ikthisar masing-masing sudut pandang asuransi berikut objek dan teknik mencapainya.

Tabel 2.1 Pengertian Asuransi

Sudut Pandang Objek Teknik Mencapainya Ekonomi Pengurangan Resiko Dengan mentransfer dan

kombinasi Hukum Perjanjian Pemindahan

Resiko

Melalui pembayaran premi oleh tertanggung kepada penanggung dalam suatu kontrak asuransi. Bisnis Berbagi Resiko Dengan memindahkan resiko

dari individu ke lembaga penanggung resiko. Sosial Memikul kerugian

secara kolektif

Semua anggota membayar iuran kerugian yang kebetulan diderita oleh salah satu anggota.

Matematika Memperhitungkan dan mendistribusikann

Dengan memperkirakan akturial yang didasarkan pada prinsip-prinsip profitabilitas

Sumber: (Darmawi 2000:3)

Pengertian Asuransi menurut Pasal 246 Kitab Undang –Undang Hukum Dagang (KUHD) Republik Indonesia bahwa:

Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk


(30)

memberi pernggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Ada 4 unsur yang terkandung dalam asuransi adalah:

a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak penanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur.

b. Pihak tertanggung (insurer) yang berjanji akan membayar sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung sekaligus atau secara berangsur-angsur apabila terjadi sesuatu yang mengandung unsur tak tertentu.

c. Suatu peristiwa (accident) yang tak tertentu (tidak diketahui sebelumnya)

d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu.

Menurut Ikatan Akuntansi Indonesia (PSAK No. 36) ada beberapa karakteristik asuransi jiwa adalah:

a. Usaha asuransi jiwa merupakan suatu sistem proteksi menghadapi resiko keuangan atas hidup atau meninggalnya seseorang dan sekaligus merupakan upaya penghimpunan dana dari masyarakat.

b. Premi merupakan pendapatan perusahaan asuransi, disamping hasil investasi yang menjadi kegiatan tak terpisahkan dari usaha asuransi jiwa.

c. Investasi berfungsi utama untuk memenuhi seluruh kewajiban dan manfaat yang diberikan kepada tertanggung.

d. Kewajiban keuangan bagi usaha asuransi terkait dengan ketidakpastian terjadi suatu peristiwa, hal ini mempengaruhi penyajian laporan keuangan.

e. Laporan keuangan sangat dipengaruhi oleh unsur estimasi, misalnya unsur estimasi jumlah kewajiban manfaat polis depan (liability for future policy benefits) yang


(31)

dihitung berdasarkan perhitungan aktuaria, estimasi jumlah premi yang belum merupakan pendapatan (unearned premium income), estimasi jumlah kewajiban klaim, serta jumlah klaim terjadi namun belum dilaporkan (incurred but not

reported claims)

f. Pihak tertanggung (pembeli kontrak asuransi) membiayai terlebih dahulu premi asuransi atau titipan premi kepada perusahaan asuransi sebelum sesudah atau peristiwa yang diasuransikan terjadi. Pembayaran merupakan pendapatan (revenue) bagi perusahaan asuransi. Pada saat kontrak disetujui, perusahaan asuransi biasanya belum mengetahui apakah ia akan membayar manfaat asuransi, berapa besar pembayaran itu kalau terjadi, kapan terjadinya. Hal ini akan berpengaruh pada masalah pengakuan pendapatan dan pengukuran beban.

g. Perusahaan asuransi jiwa harus memenuhi kesehatan keuangan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan dibidang perasuransian misalnya batas tingkat solvabilitas (solvency margin).

C. Definisi Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan suatu sumber informasi tentang penilaian dan keadaan keuangan korporasi baik yang telah lampau atau saat sekarang serta ekspektasinya dimasa depan. Laporan Keuangan dianalisis untuk mengetahui setiap kelebihan dan keadaan keuangan yang dapat menimbulkan masalah yang akan datang serta menentuakan setiap keunggulan yang dapat menjadi suatu keunggulan perusahaan. Bagi pimpinan perusahaan laporan keuangan ini digunakan untuk


(32)

mengambil keputusan-keputusan dan kebijaksanaan-kebijaksanaan untuk masa yang akan datang dan sebagai alat pertanggung jawaban dari pimpinan atau manajer terhadap pemilik perusahaan.

Riyanto (2001:251) menyatakan bahwa Laporan keuangan (financial report) memberikan ikhtisar mengenai keadaan financial suatu perusahaan, dimana neraca (balance sheet) mencerminkan nilai aktiva, hutang dan modal sendiri pada periode tertentu dan laporan laba rugi (income statement) mencerminkan hasil-hasil yang dicapai selama satu periode tertentu yang biasanya meliputi periode 1 (satu ) tahun.

Menurut Harahap (2004:190) menyatakan bahwa Laporan Keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat.

Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari neraca/atau laporan laba/rugi, laporan arus kas, laporan perubahan posisi keuangan. perhitungan laba rugi dan laporan perubahan modal atau laba yang ditahan walaupun dalam prakteknya sering diikutsertakan beberapa daftar yang sifatnya untuk memperoleh kejelasan lebih lanjut misalnya laporan perubahan modal kerja, laporan arus kas, perhitungan harga pokok maupun daftar-daftar lampiran yang lain (Warren, 2005:139)

D. Tujuan Laporan Keuangan

Dalam PSAK No. 1 (IAI, 2007) menyatakan tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan.


(33)

Agar informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat dipahami, diperlukan seperangkat teknik analisisl laporan keuangan yang meliputi perhitungan dan interprestasi rasio keuangan. Analisis rasio keuangan merupakan suatu instrumen analisis untuk menjelaskan berbagai hubungan dan indikator keuangan dalam menunjukkan perubahan kondisi keuangan atau operasi masal lalu yang dinyatakan dalam artian relatif ataupun absolut.

Rasio keuangan merupakan perbandingan angka-angka perkiraan-perkiraan yang terdapat di neraca dan laporan laba-rugi. Perbandingan antara satu perkiraan dengan perkiraan yang lain harus saling berhubungan sehingga hasilnya dapat diinterpretasikan untuk mengetahui kondisi keuangan atau kinerja perusahaan. Untuk mengetahui apakah kondisi keuangan dan kinerja perusahaan baik, maka hasil perhitungan rasio keuangan harus dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Laporan Keuangan dapat menggambarkan posisi keuangan perusahaan dalam suatu periode dan arus dana (kas) perusahaan. Laporan keuangan disusun bertujuan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi secara umum menggambarkan pengaruh keuangan di masa lalu. laporan keuangan juga menunjukkan hal-hal yang telah dilakukan manajemen serta pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang diberikan kepadanya.

Harahap (2004:132) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah:

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan


(34)

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan dalam aktiva neto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang sangat membantu para pemakai laporan keuangn didalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan informasi penting lainnya mengenai perubahan dalam aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang revelan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

E. Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan adalah salah satu cara dalam pemprosesan dan peninterpretasian informasi akuntansi yang dinyatakan dalam artian relatif maupun secara absolut untuk menjelaskan hubungan tertentu antara angka-angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan keuangan. Tujuan analisis laporan keuangan diantaranya adalah sebagai alat untuk meramalkan kondisi perusahaan di masa depan, mendiagnosis adanya masalah yang terjadi baik dalam manajemen, operasi, keuangan, dan masalah lain, serta sebagai alat evaluasi kinerja


(35)

Analisis laporan keuangan penjamin asuransi biasanya berfokus pada dua hal yaitu penilaian solvensi dan kinerja finansial. Penilaian solvensi berhubungan dengan resiko yang dihadapi penjamin asuransi sehubungan dengan kekuatan finansialnya yaitu kemampuan mengatasi klaim-klaim di masa yang akan datang sesuai kontrak yang telah dituliskan walaupun dalam situasi yang merugikan dan kemudahaannya terhadap kejadian-kejadian tak terduga.

Sebagaimana yang dikemukakan oleh (Van Horne, 2005 : 204 ):

Rasio-rasio keuangan yang umumnya digunakan pada dasarnya terdiri ata dua jenis. Jenis pertama meringkas beberapa aspek dari ”kondisi keuangan” perusahaan untuk suatu periode-periode dengan neraca yang telah dibuat. Rasio-rasio ini disebut rasio neraca (balance sheet ratio) karena baik pembilang maupun penyebut dalam setiap rasio berasal langsung dari neraca. Jenis kedua dari rasio meringkas beberapa aspek kinerja keuangan selama periode waktu tertentu biasanya selama setahun. Rasio-rasio ini disebut sebagai rasio laporan laba rugi (income statement ratio) atau rasio laba rugi/neraca (income statement/balance sheet ratio)

Menurut Riyanto (2001:89) rasio keuangan dapat digolongkan dalam 3 golongan antara lain:

a. Rasio Neraca (Balance Sheet Ratios) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca misannya current ratio, acid test ratio, current asset to

total asset ratio, current liabilities. to total assets rati.

b. Rasio Laporan Laba Rugi (Income Statement Ratio) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang bersala dari laporan laba rugi, misal gross profit margin,


(36)

c. Rasio Antar Laporan (Inter Statement Ratio) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya yang berasal dari laporan laba rugi misal assets turnover, inventory turnover, receivables turnover.

Menurut Satria (1994:59) bahwa analisis rasio keuangan dalam perusahaan asuransi digunakan dalam 3 golongan rasio yaitu:

1. Neraca (Balance sheet) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari neraca dan data lainnya misal penyertaan, tagihan reasuransi, utang komisi, utang klaim, cadangan khusus dan cadangan teknis

2. Ikhtisar Perhitungan Laba Rugi (Income Statement) adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari laba rugi dan data yang lainnya misalnya surplus underwriting, hasil investasi netto, laba rugi dana investasi ratio.

3. Perincian Surplus Underwriting adalah rasio-rasio yang disusun dari data yang berasal dari data perusahaan asuransi kerugian tersebut misal premi, cadangan premi, pendapatan premi, klaim dibayar, cadangan klaim, beban klaim, biaya

aduster, komisi, surplus underwriting.

Terdapat perbedaan antara laporan keuangan perusahaan asuransi dengan laporan keuangan perusahaan umum lainnya. Perbedaan pertama adalah pada bentuk, isi dan susunan laporan keuangan. Yang kedua adalah pada sistem pengakuan pendapatan dan biaya. Pada bentuk, isi dan susunan laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian disesuaikan dengan sifat dan karakteristik usaha asuransi.

Rasio Keuangan menyederhanakan informasi yang menggambarkan hubungan antara pos tertentu dengan pos yang lainnya. Dengan penyederhanaan ini dapat menilai secara cepat hubungan pos keuangan dan dapat membandingkan rasio lainnya sehingga dapat memperoleh informasi dan memberikan penilaian.


(37)

F. Manfaat Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan alat penting dan berguna bagi manajer keuangan maupun pihak-pihak lain diluar perusahaan. Bagi manajer keuangan, analisis rasio keuangan dipergunakan untuk menilai kinerja yang telah dicapai perusahaan yang pada gilirannya dapat dijadikan sebagai dasar dalam pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen khususnya perencanaan dan pengendalian.

Rasio keuangan merupakan hasil dari analisi laporan keuangan dimana rasio keuangan biasanya digunakan untuk mengevaluasi laporan keuangan dengan membandingkan kinerja perusahaan di masa lalu dan masa sekarang, sehinga harus digunakan sebagai dasar instropeksi dan meningkatkan kinerja perusahaan. Dengan melakukan analisis rasio laporan keuangan maka informasi yang dibaca dari laporan keuangan akan menjadi lebih luas dan dalam. Para pemakai menggunakan analisis rasio keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Beberapa kebutuhan itu meliputi:

1. Investor

Para investor membutuhkan untuk membantu menentukan apakah harus membeli, menahan, atau menjual saham berdasarkan informasi yang didapatkan tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang memungkinkan untuk menilai kemampuan perusahaan untuk membayar dividen.

2. Manajer

Dalam menganalisa laporan keuangan, para manajer perusahaan akan dapat mengetahui posisi keuangan perusahaannya periode yang baru sehingga dapat


(38)

menyusun rencana kerja yang lebih baik pada periode yang akan datang, memperbaiki sistem pengawasannya dan menentukan sistem kebijakan sasaran-sasaran yang tepat. Bagi manajemen yang penting adalah laba yang dicapai cukup tinggi, cara kerja yang efisien aktiva aman, terjaga baik, struktur permodalan yang sehat dan bahwa perusahaan mempunyai rencana yang baik mengenai hari depan baik di bidang keuangan maupun di bidang operasi.

3. Kreditor dan pemasok

Informasi yang terdapat dalam laporan keuangan dapat membantu para kreditor untuk memutuskan apakah jumlah terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Para kreditor juga berkepentingan terhadap keamanan kredit yang telah diberikan kepada perusahaan, mengetahui kondisi keuangan jangka pendek (likuiditas), solvabilitas dan profitabilitas perusahaan sebelum mereka memutuskan untuk memberi dan memperluas kredit yang akan diajukan oleh perusahaan. Untuk kredit jangka panjang, analisa laporan keuangan diperlukan untuk jaminan investasi, prospek keuntungan di masa depan, dan perkembanga perusahaan di masa depan.

4. Karyawan

Para karyawan dan serikat pekerja tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan akan memberikan jasa, manfaat pensiun dan kesempatan kerja.


(39)

Para pelanggan berkepentingan dengan informasi kelangsungan hidup perusahaan, terutama jika mereka terlihat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan.

6. Pemerintah

Pemerintah yaitu aparatur negara dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaanya yang berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan aktivitas perusahaan dalam menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

7. Masyarakat

Perusahaaan dapat mempengaruhi masyarakat dengan berbagai cara, misalnya perusahaan dapat memberikan kontribusi yang berarti bagi perekonomian nasional, terutama jumlah orang yang diperkerjakan dan perlindungan bagi para penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi mengenai kecenderungan dan perkembangan terakhir mengenai perusahaan dan rangkaian aktivitasnya.

G. Harga Saham

Harga suatu saham sangat erat kaitannya dengan harga pasar suatu saham. Harga dasar suatu saham merupakan harga perdananya. Perubahan harga saham dipengaruhi oleh kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi di pasar sekunder. Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu saham, maka harganya akan semakin naik. Dan sebaliknya jika semakin banyak investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya harga saham. Harga


(40)

saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut.

Analisis saham merupakan salah satu dari sekian tahapan dalam proses investasi yang berarti melakukan analisis terhadap individual atau sekelompok

sekuritas. Analisis yang sering digunakan untuk menilai suatu saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal.

1. Analisis fundamental

Analisis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa yang akan datang dengan :

a. Mengestimasi nilai faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham dimasa yang akan datang.

b. Menerapkan hubungan variabel-variabel tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

Analisis fundamental merupakan analisis historis atas kekuatan keuangan dari suatu perusahaan yang sering disebut company analysis. Data yang digunakan adalah data historis, artinya data yang telah terjadi dan mencerminkan keadaan keuangan yang telah lewat dan bukan mencerminkan keadaan keuangan yang sebenarnya pada saat analisis (Husnan, 2001:303). Dalam company analysis para pemodal (investor) akan mempelajari laporan keuangan perusahaan yang salah satunya dengan menggunakan analisis rasio keuangan, mengidentifikasi kecenderungan atau pertumbuhan yang mungkin ada, mengevaluasi efisisensi operasional dan memahami sifat dasar dan karakteristik operasional dari perusahaan tersebut.

Para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham dimasa datang dengan mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga


(41)

saham dimasa datang, dan menempatkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

2. Analisis teknikal

Analisis teknikal merupakan suatu teknik yang meggunakan data atau catatan pasar untuk berusaha mengakses permintaan dan penawaran suatu saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik individual maupun gabungan, serta faktor-faktor lain yang bersifat teknis (Husnan,2001:338). Model analisis teknikal lebih menekankan pada perilaku pasar modal dimasa datang berdasarkan kebiasaan dimasa lalu. Analisis ini berupaya untuk memperkirakan harga saham (kondisi pasar) dengan mengamati perubahan harga saham tersebut (kondisi pasar) diwaktu lalu. Para penganut analisis ini, menyatakan bahwa :

a. Harga saham mencerminkan informasi yang relevan.

b. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga saham diwaktu lalu. c. Karena perubahan harga saham akan mempunyai pola tertentu, maka

pola tersebut akan berulang.

Sasaran yang ingin dicapai dari analisis adalah ketepatan waktu dalam memprediksi pergerakan harga jangka pendek suatu saham, oleh karena itu informasi yang berasal dari faktor-faktor teknis sangat penting bagi pemodal untuk menentukan kapan suatu saham dibeli atau harus

dijual.

H. Early Warning System

Menurut Satria (1994:5) salah satu alat yang dapat digunakan untuk menganalisis laporan keuangan dan mengolahnya menjadi suatu informasi yang berguna adalah dengan menggunakn perhitungan Early Warning System (EWS). Early


(42)

Warning System adalah tolak ukur perhitungan dari NAIC (National Association of Insurance Commisioners) atau lembaga badan usaha asuransi Amerika Serikat dalam

mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi. Early

Warning System ini dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan

kesulitan keuangan dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Dengan demikian alat ini dapat digunakan untuk menentukan prioritas langkah-langkah perbaikan bagi asuransi kerugian. Dinegara-negara lain yang menerapkan sistem ini melakukan sedikit perubahan atau memodifikasi terhadap rasio-rasio yang digunakan serta disesuaikan dengan kebutuhan perusahaan asuransi di negera tersebut.

Pengukuran kinerja keuangan perusahaan asuransi kerugian ini juga akan mencakup perhitungan terhadap tingkat solvabilitas perusahaan dan mengaitkannya dengan rasio-rasio keuangan Early Warning System untuk menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi kerugian. Early Warning System (EWS) merupakan sistem pelaporan yang menyiagakan pihak manajemen terhadap potensi kesempatan dan permasalahan sebelum mempengaruhi laporan keuangan. Tujuan dari sistem ini adalah memberikan waktu persiapan yang paling maksimum bagi pihak manajemen untuk mengambil keputusan dengan benar.

Rasio keuangan Early Warning System ini digunakan untuk menganalisis dan mengukur tingkat kesehatan dan kinerja keuangan perusahaaan asuransi kerugian dengan mendeteksi lebih awal pada laporan keuangan perusahaan asuransi kerugian di masa yang akan datang untuk menentukan prioritas langkah-langkah perbaikan bagi perusahaan.

Adapun rasio yang terkandung dalam EWS tersebut adalah:


(43)

1. Rasio Beban Klaim (Incurred Loss Ratio)

Rasio ini mencerminkan pengalaman klaim (loss ratio) yang terjadi serta kualitas usaha penutupannya. Rasio Beban Klaim dapat dihitung sebagai berikut (Satria, 1994:70):

Rasio Beban Klaim =

Pendapatan Premi Beban Klaim

Interpretasi :

Tingginya rasio ini memberikan informasi tentang buruknya proses underwriting dan penerimaan penutupan risiko. Masih perlu dilakukannya analisis terhadap klaim untuk setiap jenis asuransi.

2. Rasio Likuiditas (Liabilities to Liquid Assets Ratio)

Rasio Likuiditas atau Liabilities to Liquid Assets Ratio digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya dan secara kasar memberikan gambaran kondisi keuangan perusahaan apakah kondisi keuangannya solven atau tidak. Rasio Likuiditas dapat dihitung sebagai berikut (Satria, 1994:71):

Rasio Likuiditas =

Total Kekayaan Yang Diperkenankan Jumlah Kewajiban

Interpretasi :

Rasio yang tinggi menunjukkan adanya masalah likuiditas dan perusahaan kemungkinan besar berada dalam kondisi yang tidak solven, sehingga perlu dilakukan analisis terhadap tingkat kecukupan cadangan (reserve adequacy), serta kestabilan dan likuiditas kekayaan yang diperkenankan (admitted assets).


(44)

Rasio ini mengukur tingkat solvabilitas perusahaan berdasarkan aset yang seringkali tidak bisa diwujudkan ( dicairkan ) pada saat likuidasi, yaitu tagihan premi langsung. Rasio Agent’s Balance To Surplus dapat dihitung sebagai berikut (Satria, 1994:72):

Agent’s Balance to Surplus Ratio =

Total Modal + Cadangan Khusus +Laba Tagihan Premi Langsung

Interpretasi :

Jika angka rasio ini terlalu tinggi, perlu diselidiki umur dari tagihan dan analisis penyebab dari belum tertagihnya premi langsung tersebut. Dalam perhitungan kekayaan yang diperkenankan (admitted assets), tagihan premi langsung yang berumur diatas 90 hari tidak dihitung.

4. Rasio Pertumbuhan Premi (Premium Growth Ratio)

Kenaikan/penurunan yang tajam pada volume premi netto memberikan indikasi kurangnya tingkat kestabilan kegiatan usaha koperasi perusahaan. Untuk mengukur ini digunakan rumus: Rasio Pertumbuhan Premi dapat dihitung sebagai berikut (Satria, 1994:73):

Perkembangan Premi =

Premi Netto Tahun Sebelumnya Kenaikan/Penurunan Premi Netto

Interpretasi :

Hasil rasio ini sebaiknya diinterprestasikan bersama dengan sejarah dan operasi perusahaan. Dalam menganalisis rasio ini harus diperhatikan pula alasan yang dikemukakan perusahaan yang menyebabkan angka rasio ini berbeda/berfluktuasi. Disamping itu, perlu dipertimbangkan pula perubahan yang terjadi dalam industri asuransi dan perekonomian.


(45)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

A. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pasar modal secara historis telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia


(46)

Belanda untuk kepentingan pemerintahan kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaaan dai pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya.

Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977 dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat dalam situsnya

1. Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal 14 Desember 1912.

2. Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I pada tahun 1914 – 1918.

3. Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925 – 1942.

4. Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup pada awal tahun 1939.

5. Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali selama Perang Dunia II pada tahun 1942 – 1952.

6. Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman (Lukman Wiradinata dan Menteri


(47)

Keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950) pada tahun 1952.

7. Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif pada tahun 1956.

8. Perdagangan di Bursa Efek mengalami kevakuman pada tahun 1956 – 1977.

9. Bursa Efek di resmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT. Semen Cibinong sebagai emiten pertama pada tahun Agustus 1977.

10. Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrument perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal pada tahun 1977 – 1987.

11. Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia pada tahun 1987.

12.Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing dan aktivitas bursa terlihat meningkat pada tahun 1988 – 1990.

13.Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE) pada tanggal 2 Juni 1988 sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer.


(48)

14.Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 8) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal pada tanggal 14 Desember 1988. 15.Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas

milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya pada tanggal 16 Juni 1989. 16.Swastanisasi BEJ BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal

pada tanggal 13 Juli 1992. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

17.Sistem Otomasi perdaganan di BEJ dilaksanakan dengan system computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems) pada tanggal 22 Mei 1995.

18.Pemerintah mengeluarkan Undang – Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang – Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

19.Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya pada tahun 1995. 20.Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di

pasar modal Indonesia pada tahun 2000.

21.BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) pada tahun 2002.

22.Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2007.

B. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia

Struktur organisasi merupakan suatu hal yang penting bagi suatu organisasi, karena dengan adanya struktur organisasi maka tugas, fungsi, dan tanggung jawab, garis perintah dan koordinasi dapat diketahui dengan jelas sehingga pelaksanaan kegiatan


(49)

perusahaan dapat berjalan dengan baik. Struktur organisasi yang terdapat di Bursa Efek Jakarta adalah sebagai berikut:

DEWAN KOMISARIS

1. I Nyoman Tjager : Komisasir Utama

2. Mustofa : Komisaris

3. Chaeruddin Berlian : Komisaris 4. Johnny Darmawan : Komisaris 5. Felix Oentoeng Soebagjo : Komisaris

DEWAN DIREKSI

1. Ito Warsito : Direktur Utama

2. Eddy Sugito : Direktur Penilaian Perusahaan

3. Wan Wei Yio : Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa

4. Uriep Budhi Prasetyo :Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan 5. Friderica Widyasari Dewi : Direktur Pengembangan

6. Adikin Basirun : Direktur Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko

7. Supandi: Direktur Keuangan dan Sumber Daya Manusia

NAMA PEJABAT KEPALA DIVISI / KEPALA SATUAN

a. Direktorat Utama

1. Sekretaris Perusahaan : Irmawati Amran

2. Divisi Hukum : DewiArum


(50)

3. Satuan Pemeriksa Internal : Widodo b. Direktorat Penilaian Perusahaan

1. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Riil : I Gede Nyoman B.Y 2. Divisi Penilaian Perusahaan Sektor Jasa : Umi Kulsum

3. Divisi Penilaian Perusahaan Surat Utang :Saptono Adi Junarso c. Direktorat Perdagangan & Pengaturan Anggota Bursa

1. Divisi Perdagangan Saham : Andre PJ Tolle 2. Divisi Perdagangan Surat Utang : Erna Dewayani

3. Divisi Keanggotaan : Andi Sudhana

d. Direktorat Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan

1. Divisi Pengawasan Transaksi : Hamdi Hassyarbaini 2. Divisi Kepatuhan Anggota Bursa :KristianS.Manullang e. Direktorat Pengembangan

1. Divisi Riset : Edison Hulu

2. Divisi Pengembangan Usaha : Hari Purnomo

3. Divisi Pemasaran : Isharsaya

4. Chief Economist : Edison Hulu

f. Direktorat Teknologi Informasi dan Manajemen Risiko

1. Divisi Operasional Teknologi Informasi : Yohannes Liauw 2. Divisi Pengembangan Solusi Bisnis TI : Didit Agung

3. Divisi Manajemen Risiko :Mohammad Mukhlis

g. Direktorat Keuangan dan Sumber Daya Manusia

1. Divisi Keuangan :Yohannes A. Abimanyu


(51)

3. Divisi Umum : -

C. Profil Perusahaan Asuransi di Bursa Efek Indonesia

Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 11 emiten. Profil masing – masing perusahaan asuransi di Bursa Efek Indonesia yang menjadi sampel penelitian adalah sebagai berikut:

1. PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 12 Oktober 1982 dan bergerak dalam asuransi kerugian. Perusahaan ini telah terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 06 Juli 1989 dengan harga perdana (Initial Public

Offering) sebesar Rp 3.800,- per lembar sahamnya. Perusahaan ini berkantor

pusat di Jl. Jend. Sudirman Kav 28, Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:

a. RBS Coutts Bank Ltd Singapore : 37,58 % b. ABN Amro Bank N.V Singapore Branch Singapore : 36.12% c. The Bank of New York As Custodian Or Trustee : 17.76% 2. PT Asuransi Harta Aman Pratama Tbk

Perusahaan ini berdiri pada tanggal 28 Mei 1982 dan bergerak dalam asuransi kerugian termasuk usaha reasuransi kerugian. Perusahaan ini terdaftar (listing) sebagai perusahaan yang go public pada tanggal 14 September 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 4.250,- per lembar saham. Perusahaan ini berkantor pusat di Jl. Balik Papan Raya No. 6 Jakarta. Pemegang saham perusahaan ini terdiri dari:


(1)

D.

Tahun 2008

No. Keterangan Jumlah Kewajiban Total Kekayaan

yang diperkenankan RL 1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 302,494,127,000 382,350,700,000 0.791143 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 33,724,726,884 65,177,948,869 0.517425 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 215482254000 277785480000 0.775715

4. PT. Asuransi Bintang Tbk 116105960000 157851547000 0.735539

5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 154,682,308,000 257,516,336,000 0.60067 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 69,436,459,659 96,874,517,800 0.716767

7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 202420942897 276,902,049,946 0.73102

8. PT. Lippo General Insurance Tbk 132,838,011,905 321,828,881,886 0.41276 9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 143,836,530,319 245,231,000,000 0.586535 10. PT. Panin Insurance Tbk 1,754,592,000,000 609,921,000,000 2.876753 11. PT. Panin Life Tbk 1,592,391,000,000 2,265,088,000,000 0.703015

E.

Tahun 2009

No. Keterangan Jumlah Kewajiban Total Kekayaan

yang diperkenankan RL 1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 394,265,032,000 483,830,100,000 0.814883 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 47,984,100,477 89,217,834,991 0.537831 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 234513120000 448402016000 0.522997

4. PT. Asuransi Bintang Tbk 96,115,531,000 149804540000 0.641606

5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 149,876,030,000 239,265,545,000 0.6264 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 78,329,727,969 106,587,765,575 0.734885

7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 233859467921 319540282123 0.731862

8. PT. Lippo General Insurance Tbk 132,735,317,321 282,441,351,589 0.469957 9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 195,363,642,668 320,444,000,000 0.609665 10. PT. Panin Insurance Tbk 1,754,592,000,000 1,205,814,000,000 1.45511 11. PT. Panin Life Tbk 2,282,666,000,000 2,710,999,000,000 0.842002


(2)

3. Rasio Agent’s Balance to Surplus Ratio =

Total Modal + Cadangan Khusus +Laba

Tagihan Premi Langsung

A. Tahun 2005

No. Keterangan Tagihan Premi

Langsung Total Modal

Cadangan

Khusus Laba RABTS

1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 22,081,938,000 1,063,356,176,000 21,182,244,000 8,396,091,000 0.0205 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 7,392,538,244 26,982,271,862 0 2,720,417,773 0.2489 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 511,261,000 15,457,145,000 0 13,685,047,000 0.0175

4. PT. Asuransi Bintang Tbk 31,379,667,000 74,469,877,000 0 3,206,119,000 0.404

5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 4,857,605,995 105,190,735,948 0 8,526,628,119 0.0427 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 5,794,350,001 95,256,194,496 3,219,036,000 7,079,609,257 0.0549 7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 31,571,004,520 83,731,641,883 19,960,358,004 15,042,298,385 0.2659 8. PT. Lippo General Insurance Tbk 26,768,525,886 337,383,401,922 120,358,799,517 20,951,753,085 0.0559

9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 13,892,674,329 78,189,267,274 3,878,418,834 3,519,520,976 0.1623 10 PT. Panin Insurance Tbk 2,433,000,000 1,427,881,000,000 711,330,000,000 40,561,000,000 0.0011 11. PT. Panin Life Tbk 2,401,000,000 1,757,979,000,000 690,086,000,000 196,752,000,000 0.0009

B. Tahun 2006

No Keterangan Tagihan Premi

Langsung Total Modal

Cadangan

Khusus Laba RABTS

1 PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 37,339,800,000 113,797,823,000 22,968,090,000 1,785,846,000 0.2695 2 PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 7,554,955,193 28,394,552,235 0 2,157,155,642 0.2473

3 PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 5,819,668,000 176,980,076,000 4,617,453,000 17,177,751,000 0.0293 4 PT. Asuransi Bintang Tbk 28,992,553,000 86,660,967,000 1,288,531,000 727,309,000 0.3324 5 PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 15,338,012,000 249,733,678,000 50,867,212,000 1,144,194,000 0.0508 6 PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 5,274,037,706 974,704,443,471 4,068,589,111 5,432,209,980 0.0054

7 PT. Asuransi Ramayana Tbk 44,414,416,323 92,725,497,038 20,676,662,640 15,463,773,973 0.3447 8 PT. Lippo General Insurance Tbk 34,798,418,784 364,022,944,042 117,587,741,897 1,978,942,380 0.072 9 PT. Maskapai Reasuransi Tbk 13,100,808,512 88,029,727,728 4,230,370,932 9,562,611,985 0.1287 10 PT. Panin Insurance Tbk 2,265,000,000 2,919,409,000,000 1,009,382,000,000 303,396,000,000 0.0005


(3)

C. Tahun 2007

No. Keterangan Tagihan Premi

Langsung Total Modal

Cadnngan

Khusus Laba RABTS

1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 57,865,378,000 104,749,754,000 35,657,605,000 12,939,515,000 0.3773

2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 9,168,218,023 28,918,952,706 0 1,308,973,871 0.3033 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 6,864,035,000 196,322,799,000 2,796,500,000 19,289,476,000 0.0314 4. PT. Asuransi Bintang Tbk 28,412,477,000 73,554,589,000 11,983,080,000 23,329,888,000 0.4567 5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 13,868,811,000 104,938,678,000 53,905,673,000 2,225,018,000 0.0886 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 10,142,455,353 88,121,419,788 4,068,589,111 5,971,848,721 0.1176

7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 33,988,011,720 101,814,689,348 20,981,091,716 15,502,773,225 0.2458 8. PT. Lippo General Insurance Tbk 23,048,425,024 539,285,925,686 131,986,625,021 15,398,883,124 0.0336 9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 18,041,744,001 98,104,616,190 5,000,161,197 12,587,392,611 0.1559 10. PT. Panin Insurance Tbk 6,121,000,000 3,296,570,000,000 1,345,981,000,000 341,599,000,000 0.0012

11. PT. Panin Life Tbk 9,707,000,000 4,206,018,000,000 1,454,508,000,000 446,543,000,000 0.0016

D. Tahun 2008

No. Keterangan Tagihan Premi

Langsung Total Modal

Cadnngan

Khusus Laba RABTS

1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 5,523,423,000 118,810,079,000 43,976,772,000 14,087,449,000 0.0312 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 9,929,766,569 46,106,306,827 330,000,000 2,564,756,760 0.2026

3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 6,485,980,000 221,857,983,000 0 29,829,184,000 0.0258 4. PT. Asuransi Bintang Tbk 35,478,710,000 80,132,254,000 4,260,404,000 5,968,023,000 0.3926 5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 9,936,291,000 102,834,028,000 58,927,380,000 5,021,707,000 0.0596 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 8,356,661,561 90,563,674,430 1,954,526,624 3,837,369,646 0.0867

7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 55,080,415,268 112,261,538,615 22,927,940,983 23,002,374,757 0.3482 8. PT. Lippo General Insurance Tbk 14,294,449,698 591,958,509,390 139,930,678,299 12,094,053,278 0.0192 9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 2,714,742,601 114,763,752,606 5,000,161,197 27,975,559,298 0.0164

10. PT. Panin Insurance Tbk 9,494,000,000 2,780,888,000,000 1,723,941,000,000 314,815,000,000 0.002 11. PT. Panin Life Tbk 2,677,000,000 4,307,159,000,000 1,913,481,000,000 367,137,000,000 0.0004


(4)

E. Tahun 2009

No. Keterangan Tagihan Premi

Langsung Total Modal

Cadnngan

Khusus Laba RABTS

1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 96,181,652,000 124,002,672,000 64,263,651,000 26,055,161,000 0.4488

2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 17,352,786,246 52,785,679,449 360,000,000 7,277,304,262 0.2872 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 9,494,798,000 271,811,213,000 0 49,192,552,000 0.0296 4. PT. Asuransi Bintang Tbk 39,553,709,000 87,234,987,000 4,260,404,000 3,636,627,000 0.4158 5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 10,427,563,000 113,008,602,000 63,755,895,000 7,695,615,000 0.0565 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 6,709,812,088 100,007,286,721 1,954,526,624 9,206,094,593 0.0604

7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 105,291,128,004 126,808,899,638 27,732,907,075 31,104,451,439 0.5672 8. PT. Lippo General Insurance Tbk 19,136,392,827 483,501,327,397 159,057,856,414 23,127,178,115 0.0287 9 PT. Maskapai Reasuransi Tbk 2,428,130,903 142,486,140,636 5,000,161,197 39,494,701,571 0.013 10. PT. Panin Insurance Tbk 12,775,000,000 3,195,113,000,000 2,121,109,000,000 400,168,000,000 0.0022

11. PT. Panin Life Tbk 1,598,000,000 4,795,864,000,000 2,375,182,000,000 465,701,000,000 0.0002

3. Rasio Pertumbuhan Premi =

Premi Netto Tahun Sebelumnya

Kenaikan/Penurunan Premi Netto

A. Tahun 2005

No. Keterangan Kenaikan/Penurunan

Premi Netto

Premi Netto Tahun

Sebelumnya RPP 1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 157,435,880,000 137,142,357,000 1.147974 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 28,740,331,995 23,330,348,079 1.231886 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 147,681,960,000 126,167,692,000 1.170521 4. PT. Asuransi Bintang Tbk 101,310,677,000 69,309,692,000 1.46171 5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 88,892,478,924 66,142,679,305 1.34395 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 72,522,095,183 56,381,746,142 1.286269 7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 152,843,464,773 124,470,210,767 1.227952 8. PT. Lippo General Insurance Tbk 120,228,148,111 97,912,322,805 1.227916 9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 109,184,655,695 86,939,475,796 1.25587 10. PT. Panin Insurance Tbk 434,004,000,000 837,416,000,000 0.518266


(5)

B. Tahun 2006

No. Keterangan Kenaikan/Penurunan

Premi Netto

Premi Netto Tahun

Sebelumnya RPP 1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 155,106,905,000 157,435,880,000 0.985207 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 32,527,887,911 28,740,331,995 1.131785 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 161,178,859,000 147,681,960,000 1.091392 4. PT. Asuransi Bintang Tbk 99,594,610,000 101,310,677,000 0.983061 5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 73,944,337,000 88,892,478,924 0.83184 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 69,056,042,000 72,522,095,183 0.952207 7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 187,791,654,075 152,843,464,773 1.228653 8. PT. Lippo General Insurance Tbk 126,248,285,577 120,228,148,111 1.050073 9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 125,110,844,183 109,184,655,695 1.145865 10. PT. Panin Insurance Tbk 1,224,350,000,000 434,004,000,000 2.821057 11. PT. Panin Life Tbk 1,156,450,000,000 552,354,000,000 2.093675

C. Tahun 2007

No. Keterangan Kenaikan/Penurunan

Premi Netto

Premi Netto Tahun

Sebelumnya RPP 1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 155,962,558,000 155,106,905,000 1.005517 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 46,546,757,411 32,527,887,911 1.43098 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 194,527,993,000 161,178,859,000 1.206908 4. PT. Asuransi Bintang Tbk 101,074,129,000 99,594,610,000 1.014855 5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 73,944,337,000 69,056,042,000 1.070787 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 58,211,735,627 66,104,515,655 0.880601 7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 224,203,074,705 187,791,654,075 1.193893 8. PT. Lippo General Insurance Tbk 139,879,544,581 126,248,285,577 1.107972 9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 158,678,572,080 125,110,844,183 1.268304 10. PT. Panin Insurance Tbk 1,429,375,000,000 1,224,350,000,000 1.167456 11. PT. Panin Life Tbk 1,354,472,000,000 1,156,450,000,000 1.171233


(6)

D. Tahun 2008

No. Keterangan Kenaikan/Penurunan

Premi Netto

Premi Netto Tahun

Sebelumnya RPP 1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 317,094,143,000 155,962,558,000 2.033143 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 57,336,432,019 46,546,757,411 1.231803 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 214,298,285,000 194,527,993,000 1.101632 4. PT. Asuransi Bintang Tbk 66,967,556,000 101,074,129,000 0.662559 5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 86,524,332,000 73,944,337,000 1.170128 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 85,457,207,068 58,211,735,627 1.468041 7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 237,575,258,879 224,203,074,705 1.059643 8. PT. Lippo General Insurance Tbk 157,189,802,543 139,879,544,581 1.123751 9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 240,179,015,873 158,678,572,080 1.51362 10. PT. Panin Insurance Tbk 1,254,774,000,000 1,429,375,000,000 0.877848 11. PT. Panin Life Tbk 1,163,139,000,000 1,354,472,000,000 0.85874

E. Tahun 2009

No. Keterangan

Kenaikan/Penurunan Premi Netto

Premi Netto Tahun

Sebelumnya RPP 1. PT. Asuransi Bina Dana Arta Tbk 353,686,922,000 317,094,143,000 1.1154 2. PT. Asuransi Harta Aman Pratama Tbk 87,422,792,140 57,336,432,019 1.524734 3. PT. Asuransi Multi Arta Guna Tbk 221,011,500,000 214,298,285,000 1.031326 4. PT. Asuransi Bintang Tbk 56,717,498,000 66,967,556,000 0.84694 5. PT. Asuransi Dayin Mitra Tbk 103,509,229,000 86,524,332,000 1.196302 6. PT. Asuransi Jasa Tania Tbk 97,244,599,695 85,457,207,068 1.137933 7. PT. Asuransi Ramayana Tbk 251,062,448,038 237,575,258,879 1.05677 8. PT. Lippo General Insurance Tbk 180,827,160,442 157,189,802,543 1.150375 9. PT. Maskapai Reasuransi Tbk 350,392,531,907 240,179,015,873 1.458881 10. PT. Panin Insurance Tbk 1,183,604,000,000 1,254,774,000,000 0.943281 11. PT. Panin Life Tbk 1,002,920,000,000 1,163,139,000,000 0.862253