Analisis Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Asuransiyang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa
pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan
Terbatas. Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan,
jika perusahaan tersebut mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati
oleh para investor.
Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu
saham, maka harganya akan semakin naik. Sebaliknya jika semakin banyak
investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya
harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan
kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Salah satu cara yang
diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar
tetap dapat bersaing adalah penjualan saham perusahaan melalui pasar modal.
Saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan saham
dari perusahaan yang telah go public. Penjualan saham perusahaan dilakukan
untuk mencari dana melalui pasar modal dan mengenalkan perusahaan tersebut
pada publik. Dalam rangka mencari dana melalui pasar modal dan go public
perusahaan harus melakukan beberapa tahap kegiatan yang merupakan prosedur
yang harus dipenuhi untuk memenuhi ketentuan atau peraturan mengadakan
investasi di Indonesia.
Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya
harga saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian atau
suatu kekayaan atau keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat
padanya. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau
performance perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya. Secara
umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan rasio keuangan.
Sebuah perusahaan harus memiliki kinerja dan prestasi yang baik agar
dapat listing di Bursa Efek Indonesia karena jika sebuah perusahaan yang telah
listing mempunyai kinerja dan prestasi yang kurang
baik tidak menutup
kemungkinan perusahaan tersebut akan delist dari Bursa Efek Indonesia.
Penambahan modal akan lebih memperluas operasional perusahaan, memperbesar
kapasitas perusahaan dalam menanggung resiko polis sendiri dan secara langsung
mengurangi ketergantungan perusahaan asuransi khususnya terhadap perusahaan
reasuransi luar negeri.
Faktor fundamental dalam perusahaan asuransi tercermin dalam rasio
keuangan Early Warning System yang khusus dipakai dalam menganalisis rasio
keuangan perusahaan asuransi sedangkan dalam jasa keuangan lainnya khususnya
pada industri perbankan ukuran yang lazim yang dipakai dalam pengukuran
kinerja suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio finansial bank menggunakan
rasio CAMEL yaitu adalah rasio yang menggambarkan kondisi Capital
(permodalan),
Asset
quality
(kualitas
(manajemen), Earning (rentabilitas)
aktiva
produktif),
Management
dan Liquidity (likuiditas )yang dikenal
dengan rasio CAMEL.
Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan
yang dapat dianalisis melalui rasio-rasio keuangan seperti: “Rasio Beban Klaim,
Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan
Premi.” (Satria,1994:70).
Early Warning System adalah tolak ukur perhitungan dalam mengukur
kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia.
Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan, jika
perusahaan tersebut mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati oleh
para investor.
Di banyak negara perhitungan sistem Early Warning System digunakan
untuk membantu pegawas asuransi mengukur kinerja keuangan dan menilai suatu
perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan
peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat
digunakan
dalam
menganalisis
kinerja
keuangan
perusahaan
asuransi.(Satria,1994:5)
Salah satu alat yang digunakan oleh lembaga pengawas federal di Amerika
Serikat dan negara-negara lain adalah Early Warning Systems yang berupaya
untuk memprediksi permasalahan potensial yang berhubungan dengan bank dan
lembaga simpanan lainnya. Perubahan harga saham di bursa atau pasar sekunder
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor internal
perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan faktor internal perusahaan yang dapat
dilihat melalui rasio-rasio keuangan perusahaan tersebut.
Perbedaan mendasar antara perusahaan asuransi dengan perusahaan
lainnya terletak pada adanya fungsi underwriting (pengelolaan risiko) dan fungsi
penanganan klaim. Perusahaan lain biasanya dapat menghitung biaya secara tepat
sebelum menentukan harga produknya, maka tidak demikian halnya dengan
perusahaan asuransi.
Pada saat menetapkan tingkat premi (yang berlaku sebagai harga pokok
penjualan) untuk suatu penutupan pertanggungan, perusahaan asuransi belum
dapat mengetahui secara pasti berapa biaya
yang harus dikeluarkan untuk
penutupan tersebut. Oleh karena itu perusahaan asuransi harus mendasarkan pada
penetapan premi pada perkiraan biaya yang paling mendekati kenyataan. Metode
penetapan harga pokok atau premi yang berbeda inilah yang menyebabkan
perusahaan asuransi harus mengukur kemungkinan terjadinya risiko (risk profile)
dan memproyeksikan hasil investasi. Oleh karena itu salah satu cara yang
diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar
tetap dapat bersaing adalah penjualan saham perusahaan melalui pasar modal.
Berikut ini disajikan daftar harga saham yang terdaftar di bursa efek indonesia
tahun 2008 – 2011 :
Tabel 1.1
Harga Saham Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2008 - 2011
(dalam rupiah)
Tahun
No.
Nama Perusahaan
Kode
2008 2009 2010 2011
1 Asuransi Jasa Tania Tbk
420
420 420 420
ASJT
2 Asuransi Bintang Tbk
360
570 225 275
ASBI
3 Asuransi Harta Aman Pratama Tbk AHAP
86
114 125 200
4 Asuransi Dayin Mitra Tbk
126
240 600 500
ASDM
5 Asuransi Multi Artha Guna Tbk
50
95
144 147
AMAG
6 Asuransi Bina Dana Arta Tbk
190
300 520 770
ABDA
7 Asuransi Ramayana Tbk
8 Panin Insurance Tbk
9 Lippo General Insurance Tbk
10 Maskapai Reasuransi Tbk
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
ASRM
PNIN
LPGI
MREI
610
149
370
174
990
255
570
285
1040 820
570 415
1160 1690
550 760
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat adanya kecenderungan peningkatan maupun
penurunan harga saham yang ada dipasar modal. Lippo General Insurance Tbk
mempunyai harga saham tertinggi dibandingkan dengan harga saham perusahaan
asuransi lainnya dengan rata rata harga saham sebesar Rp 947,5 dan rata rata
harga saham terendah pada PT Asuransi Multi Artha Guna sebesar Rp 109.
Dalam hal tolak ukur perhitungan dari NAIC (National Association of
Insurance Commisioners) atau lembaga badan usaha asuransi Amerika Serikat
dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan
asuransi. Early Warning System ini (yang terdiri dari rasio beban klaim,rasio
likuiditas, rasio agent’s balance to surplus dan rasio pertumbuhan premi) ini
dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan
dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Berikut ini disajikan
daftar harga saham , beban klaim, pendapatan premi , total kewajiban dan total
ekuitas yang terjadi selama penelitian.
Tabel 1.2
Harga Saham, Beban Klaim, Pendapatan Premi, Jumlah Kewajiban dan Total
EkuitasPerusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dalam ribuan (Rp 000)
Nama
Asuransi Jasa Tania Tbk
Thn
Kode
Harga
Beban
Pendapatan
Total
Total
Saham
Klaim
Premi
Kewajiban
Ekuitas
2008
ASJT
420
50.891
81.889
69.436
90.564
2009
ASJT
420
48.001
90.448
78.330
100.007
2010
ASJT
420
52.370
109.885
76.889
105.682
Asuransi Bintang Tbk
Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
Asuransi Dayin Mitra Tbk
Asuransi Multi Artha Guna Tbk
Asuransi Bina Dana Arta Tbk
Asuransi Ramayana Tbk
Panin Insurance Tbk
Lippo General Insurance Tbk
Maskapai Reasuransi Tbk
2011
ASJT
420
48.844
94.593
83.861
109.835
2008
ASBI
360
48.909
73.510
120.170
80.132
2009
ASBI
570
39.004
59.952
99.594
87.235
2010
ASBI
225
39.443
72.666
151.965
91.611
2011
ASBI
275
32.452
65.163
147.826
95.712
2008
AHAP
86
38.821
53.422
33.706
46.466
2009
AHAP
114
61.598
79.147
47.984
52.786
2010
AHAP
125
92.384
116.621
68.021
58.528
2011
AHAP
200
18.082
27.270
65.566
63.055
2008
ASDM
126
43.455
89.897
154.682
102.834
2009
ASDM
240
45.192
98.253
149.876
113.009
2010
ASDM
600
45.201
103.418
178.432
129.691
2011
ASDM
500
29.187
81.105
159.888
138.613
2008
AMAG
50
165.693
207.331
215.482
221.585
2009
AMAG
95
157.972
218.326
234.513
271.811
2010
AMAG
144
161.047
245.649
303.392
350.965
2011
AMAG
147
144.282
236.931
397.708
410.730
2008
ABDA
190
187.242
251.870
302.494
118.810
2009
ABDA
300
266.805
336.275
394.265
124.003
2010
ABDA
520
333.380
425.993
648.320
197.459
2011
ABDA
770
294.688
401.258
711.814
378.591
2008
ASRM
610
142.736
227.495
202.422
112.838
2009
ASRM
990
132.982
234.117
237.190
126.809
2010
ASRM
1040
121.721
237.045
315.698
141.699
2011
ASRM
820
105.802
185.929
413.896
145.843
2008
PNIN
149
763.082
1.243.817
1.849.340
2.791.124
2009
PNIN
255
1.486.159
1.100.337
2.540.800
3.195.113
2010
PNIN
570
1.491.231
1.470.926
2.748.350
3.834.941
2011
PNIN
415
1.413.049
1.667.208
3.086.620
7.503.766
2008
LPGI
370
125.424
156.277
132.838
591.959
2009
LPGI
570
136.952
172.636
132.735
483.501
2010
LPGI
1160
205.839
225.702
188.777
694.446
2011
LPGI
1960
175.683
219.784
231.881
667.247
2008
MREI
174
174.940
213.252
143.837
114.764
2009
MREI
285
266.106
308.580
195.364
142.486
2010
MREI
550
323.809
380.694
262.852
182.230
2011
MREI
760
262.190
325.002
315.253
217.561
Secara teori apabila tingkat rasio keuangan tertentu mengalami kenaikan
maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan tersebut bagus,
sehingga apabila kinerja perusahaan tersebut dinilai bagus, seharusnya investor
berani menginvestasikan dananya untuk perusahaan tersebut, dan jika banyak
investor cenderung ingin membeli saham perusahaan tersebut maka harga saham
perusahaan tersebut akan mengalami tren yang meningkat.
Hal ini sesuai
dengan hukum ekonomi bahwa apabila permintaan terhadap pasar naik maka
harga juga akan mengalami kenaikan diluar faktor-faktor eksternal yang lain.
Tingkat beban klaim yang tinggi akibat adanya klaim tertentu yang relatif
besar akan mengancam kondisi keuangan perusahaan sehingga meningkatkan
risiko
bagi
perusahaan.
Berkurangnya
kemampuan
perusahaaan
dalam
menghasilkan keuntungan akan mengurangi minat investor dalam membeli saham
asuransi. Sebelumnya juga Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul
Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Early Warning System dan Tingkat Suku Bunga
SBI Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Asuransi di BEJ
Tahun 2003 – 2006 bertujuan untuk menganalisis faktor fundamental lembaga
keuangan khususnya perusahaan asuransi yang berpengaruh terhadap harga
saham, mengetahui pengaruh jumlah tingkat suku bunga terhadap harga saham
dan mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam harga saham dengan
menggunakan
metode
analisis
regresi
berganda.
Penelitian
tersebut
mengemukakan seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (harga saham), yang
berarti sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. Hasil penelitian ini menguatkan
hasil dari penelitian penelitian yang pernah dilaksanakan sebelumnya, variabel
fundamental (rasio-rasio kinerja keuangan) berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham. Maka saya tertarik untuk menganalisis kembali rasio keuangan Earning
Warning System terhadap harga saham di pada perusahaan asuransi yang terdaftar di
BEI Tahun 2008 – 2011 hal ini saya lakukan untuk mengatahui apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara rasio keuangan Early Warning System yang
terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’t Balance to
Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi dalam pembentukan harga saham pada
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan teori
dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diatas maka perlu dianalisis
pengaruh rasio keuangan Early Warning System terhadap harga saham yang
bergerak dalam bidang asuransi dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka
judul dalam penelitian ini adalah:
“Analisis Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
1. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti
merumuskan masalah ”Apakah terdapat pengaruh rasio keuangan Early Warning
System ( yang terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’t
Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi) terhadap pembentukan harga
saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Mengetahui dan menganalisis rasio keuangan Early Warning System (EWS) (yang
terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to
Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi) terhadap pembentukan harga saham pada
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 2011.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat mengetahui kondisi rasio kinerja keuangannya dan juga
seberapa besar pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perusahaannya
sehingga bisa diambil langkah-langkah dalam menyusun kebijakan selanjutnya.
Dengan adanya laporan keuangan dalam perusahaan dapat memberikan
peringatan dini terhadap keuangan perusahaan serta bahan informasi yang
diperlukan sebagai bahan pemikiran objektif untuk menentukan kebijakan dalam
rangka pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
b. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan tentang bagaimana menganalisis rasio keuangan suatu
perusahaan asuransi dengan menggunakan rasio keuangan khususnya di bidang
analisis rasio Keuangan Early Warning System (EWS).
c. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan referensi atau informasi yang diperlukan dan perbandingan bagi
penelitian dimasa yang akan datang, yang berkaitan dengan masalah rasio
keuangan khususnya dengan yang menggunakan rasio Early Warning System.
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang Masalah
Saham adalah sebuah surat berharga yang dikeluarkan oleh sebuah
perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas (emiten) yang menyatakan bahwa
pemilik saham tersebut adalah juga pemilik sebagian dari perusahaan tersebut.
Saham merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan berbentuk Perseroan
Terbatas. Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan,
jika perusahaan tersebut mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati
oleh para investor.
Semakin banyak investor yang ingin membeli atau menyimpan suatu
saham, maka harganya akan semakin naik. Sebaliknya jika semakin banyak
investor yang menjual atau melepaskan maka akan berdampak pada turunnya
harga saham. Harga saham merupakan nilai suatu saham yang mencerminkan
kekayaan perusahaan yang mengeluarkan saham tersebut. Salah satu cara yang
diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar
tetap dapat bersaing adalah penjualan saham perusahaan melalui pasar modal.
Saham perusahaan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan saham
dari perusahaan yang telah go public. Penjualan saham perusahaan dilakukan
untuk mencari dana melalui pasar modal dan mengenalkan perusahaan tersebut
pada publik. Dalam rangka mencari dana melalui pasar modal dan go public
perusahaan harus melakukan beberapa tahap kegiatan yang merupakan prosedur
yang harus dipenuhi untuk memenuhi ketentuan atau peraturan mengadakan
investasi di Indonesia.
Kinerja keuangan perusahaan dapat menjadi petunjuk arah naik turunnya
harga saham suatu perusahaan. Membeli saham adalah membeli sebagian atau
suatu kekayaan atau keuntungan perusahaan serta hak-hak lain yang melekat
padanya. Oleh karena itu, harga saham lebih banyak ditentukan oleh reputasi atau
performance perusahaan itu sendiri dibandingkan faktor-faktor lainnya. Secara
umum kinerja keuangan perusahaan ditunjukkan dalam laporan keuangan yang
dipublikasikan yang kemudian dianalisis menggunakan rasio keuangan.
Sebuah perusahaan harus memiliki kinerja dan prestasi yang baik agar
dapat listing di Bursa Efek Indonesia karena jika sebuah perusahaan yang telah
listing mempunyai kinerja dan prestasi yang kurang
baik tidak menutup
kemungkinan perusahaan tersebut akan delist dari Bursa Efek Indonesia.
Penambahan modal akan lebih memperluas operasional perusahaan, memperbesar
kapasitas perusahaan dalam menanggung resiko polis sendiri dan secara langsung
mengurangi ketergantungan perusahaan asuransi khususnya terhadap perusahaan
reasuransi luar negeri.
Faktor fundamental dalam perusahaan asuransi tercermin dalam rasio
keuangan Early Warning System yang khusus dipakai dalam menganalisis rasio
keuangan perusahaan asuransi sedangkan dalam jasa keuangan lainnya khususnya
pada industri perbankan ukuran yang lazim yang dipakai dalam pengukuran
kinerja suatu perusahaan dinyatakan dalam rasio finansial bank menggunakan
rasio CAMEL yaitu adalah rasio yang menggambarkan kondisi Capital
(permodalan),
Asset
quality
(kualitas
(manajemen), Earning (rentabilitas)
aktiva
produktif),
Management
dan Liquidity (likuiditas )yang dikenal
dengan rasio CAMEL.
Analisis faktor fundamental didasarkan pada laporan keuangan perusahaan
yang dapat dianalisis melalui rasio-rasio keuangan seperti: “Rasio Beban Klaim,
Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan
Premi.” (Satria,1994:70).
Early Warning System adalah tolak ukur perhitungan dalam mengukur
kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan asuransi di Indonesia.
Harga saham perusahaan mencerminkan nilai dari suatu perusahaan, jika
perusahaan tersebut mencapai prestasi yang baik maka akan lebih diminati oleh
para investor.
Di banyak negara perhitungan sistem Early Warning System digunakan
untuk membantu pegawas asuransi mengukur kinerja keuangan dan menilai suatu
perusahaan asuransi, hal ini dikarenakan hasil analisis sistem ini memberikan
peringatan dini (early warning) terhadap kondisi keuangan sehingga dapat
digunakan
dalam
menganalisis
kinerja
keuangan
perusahaan
asuransi.(Satria,1994:5)
Salah satu alat yang digunakan oleh lembaga pengawas federal di Amerika
Serikat dan negara-negara lain adalah Early Warning Systems yang berupaya
untuk memprediksi permasalahan potensial yang berhubungan dengan bank dan
lembaga simpanan lainnya. Perubahan harga saham di bursa atau pasar sekunder
dipengaruhi oleh beberapa faktor yang salah satunya adalah faktor internal
perusahaan. Kinerja perusahaan merupakan faktor internal perusahaan yang dapat
dilihat melalui rasio-rasio keuangan perusahaan tersebut.
Perbedaan mendasar antara perusahaan asuransi dengan perusahaan
lainnya terletak pada adanya fungsi underwriting (pengelolaan risiko) dan fungsi
penanganan klaim. Perusahaan lain biasanya dapat menghitung biaya secara tepat
sebelum menentukan harga produknya, maka tidak demikian halnya dengan
perusahaan asuransi.
Pada saat menetapkan tingkat premi (yang berlaku sebagai harga pokok
penjualan) untuk suatu penutupan pertanggungan, perusahaan asuransi belum
dapat mengetahui secara pasti berapa biaya
yang harus dikeluarkan untuk
penutupan tersebut. Oleh karena itu perusahaan asuransi harus mendasarkan pada
penetapan premi pada perkiraan biaya yang paling mendekati kenyataan. Metode
penetapan harga pokok atau premi yang berbeda inilah yang menyebabkan
perusahaan asuransi harus mengukur kemungkinan terjadinya risiko (risk profile)
dan memproyeksikan hasil investasi. Oleh karena itu salah satu cara yang
diambil perusahaan untuk memenuhi kebutuhan dana guna mengembangkan agar
tetap dapat bersaing adalah penjualan saham perusahaan melalui pasar modal.
Berikut ini disajikan daftar harga saham yang terdaftar di bursa efek indonesia
tahun 2008 – 2011 :
Tabel 1.1
Harga Saham Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Tahun 2008 - 2011
(dalam rupiah)
Tahun
No.
Nama Perusahaan
Kode
2008 2009 2010 2011
1 Asuransi Jasa Tania Tbk
420
420 420 420
ASJT
2 Asuransi Bintang Tbk
360
570 225 275
ASBI
3 Asuransi Harta Aman Pratama Tbk AHAP
86
114 125 200
4 Asuransi Dayin Mitra Tbk
126
240 600 500
ASDM
5 Asuransi Multi Artha Guna Tbk
50
95
144 147
AMAG
6 Asuransi Bina Dana Arta Tbk
190
300 520 770
ABDA
7 Asuransi Ramayana Tbk
8 Panin Insurance Tbk
9 Lippo General Insurance Tbk
10 Maskapai Reasuransi Tbk
Sumber: www.idx.co.id (data diolah)
ASRM
PNIN
LPGI
MREI
610
149
370
174
990
255
570
285
1040 820
570 415
1160 1690
550 760
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat adanya kecenderungan peningkatan maupun
penurunan harga saham yang ada dipasar modal. Lippo General Insurance Tbk
mempunyai harga saham tertinggi dibandingkan dengan harga saham perusahaan
asuransi lainnya dengan rata rata harga saham sebesar Rp 947,5 dan rata rata
harga saham terendah pada PT Asuransi Multi Artha Guna sebesar Rp 109.
Dalam hal tolak ukur perhitungan dari NAIC (National Association of
Insurance Commisioners) atau lembaga badan usaha asuransi Amerika Serikat
dalam mengukur kinerja keuangan dan menilai tingkat kesehatan perusahaan
asuransi. Early Warning System ini (yang terdiri dari rasio beban klaim,rasio
likuiditas, rasio agent’s balance to surplus dan rasio pertumbuhan premi) ini
dapat memberikan peringatan dini terhadap kemungkinan kesulitan keuangan
dan operasi perusahaan asuransi di masa yang akan datang. Berikut ini disajikan
daftar harga saham , beban klaim, pendapatan premi , total kewajiban dan total
ekuitas yang terjadi selama penelitian.
Tabel 1.2
Harga Saham, Beban Klaim, Pendapatan Premi, Jumlah Kewajiban dan Total
EkuitasPerusahaan Asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
dalam ribuan (Rp 000)
Nama
Asuransi Jasa Tania Tbk
Thn
Kode
Harga
Beban
Pendapatan
Total
Total
Saham
Klaim
Premi
Kewajiban
Ekuitas
2008
ASJT
420
50.891
81.889
69.436
90.564
2009
ASJT
420
48.001
90.448
78.330
100.007
2010
ASJT
420
52.370
109.885
76.889
105.682
Asuransi Bintang Tbk
Asuransi Harta Aman Pratama Tbk
Asuransi Dayin Mitra Tbk
Asuransi Multi Artha Guna Tbk
Asuransi Bina Dana Arta Tbk
Asuransi Ramayana Tbk
Panin Insurance Tbk
Lippo General Insurance Tbk
Maskapai Reasuransi Tbk
2011
ASJT
420
48.844
94.593
83.861
109.835
2008
ASBI
360
48.909
73.510
120.170
80.132
2009
ASBI
570
39.004
59.952
99.594
87.235
2010
ASBI
225
39.443
72.666
151.965
91.611
2011
ASBI
275
32.452
65.163
147.826
95.712
2008
AHAP
86
38.821
53.422
33.706
46.466
2009
AHAP
114
61.598
79.147
47.984
52.786
2010
AHAP
125
92.384
116.621
68.021
58.528
2011
AHAP
200
18.082
27.270
65.566
63.055
2008
ASDM
126
43.455
89.897
154.682
102.834
2009
ASDM
240
45.192
98.253
149.876
113.009
2010
ASDM
600
45.201
103.418
178.432
129.691
2011
ASDM
500
29.187
81.105
159.888
138.613
2008
AMAG
50
165.693
207.331
215.482
221.585
2009
AMAG
95
157.972
218.326
234.513
271.811
2010
AMAG
144
161.047
245.649
303.392
350.965
2011
AMAG
147
144.282
236.931
397.708
410.730
2008
ABDA
190
187.242
251.870
302.494
118.810
2009
ABDA
300
266.805
336.275
394.265
124.003
2010
ABDA
520
333.380
425.993
648.320
197.459
2011
ABDA
770
294.688
401.258
711.814
378.591
2008
ASRM
610
142.736
227.495
202.422
112.838
2009
ASRM
990
132.982
234.117
237.190
126.809
2010
ASRM
1040
121.721
237.045
315.698
141.699
2011
ASRM
820
105.802
185.929
413.896
145.843
2008
PNIN
149
763.082
1.243.817
1.849.340
2.791.124
2009
PNIN
255
1.486.159
1.100.337
2.540.800
3.195.113
2010
PNIN
570
1.491.231
1.470.926
2.748.350
3.834.941
2011
PNIN
415
1.413.049
1.667.208
3.086.620
7.503.766
2008
LPGI
370
125.424
156.277
132.838
591.959
2009
LPGI
570
136.952
172.636
132.735
483.501
2010
LPGI
1160
205.839
225.702
188.777
694.446
2011
LPGI
1960
175.683
219.784
231.881
667.247
2008
MREI
174
174.940
213.252
143.837
114.764
2009
MREI
285
266.106
308.580
195.364
142.486
2010
MREI
550
323.809
380.694
262.852
182.230
2011
MREI
760
262.190
325.002
315.253
217.561
Secara teori apabila tingkat rasio keuangan tertentu mengalami kenaikan
maka dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja perusahaan tersebut bagus,
sehingga apabila kinerja perusahaan tersebut dinilai bagus, seharusnya investor
berani menginvestasikan dananya untuk perusahaan tersebut, dan jika banyak
investor cenderung ingin membeli saham perusahaan tersebut maka harga saham
perusahaan tersebut akan mengalami tren yang meningkat.
Hal ini sesuai
dengan hukum ekonomi bahwa apabila permintaan terhadap pasar naik maka
harga juga akan mengalami kenaikan diluar faktor-faktor eksternal yang lain.
Tingkat beban klaim yang tinggi akibat adanya klaim tertentu yang relatif
besar akan mengancam kondisi keuangan perusahaan sehingga meningkatkan
risiko
bagi
perusahaan.
Berkurangnya
kemampuan
perusahaaan
dalam
menghasilkan keuntungan akan mengurangi minat investor dalam membeli saham
asuransi. Sebelumnya juga Kurniawan (2007) melakukan penelitian dengan judul
Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Early Warning System dan Tingkat Suku Bunga
SBI Terhadap Harga Saham (Studi Empiris Pada Perusahaan Asuransi di BEJ
Tahun 2003 – 2006 bertujuan untuk menganalisis faktor fundamental lembaga
keuangan khususnya perusahaan asuransi yang berpengaruh terhadap harga
saham, mengetahui pengaruh jumlah tingkat suku bunga terhadap harga saham
dan mengetahui faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam harga saham dengan
menggunakan
metode
analisis
regresi
berganda.
Penelitian
tersebut
mengemukakan seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen (harga saham), yang
berarti sesuai dengan hipotesis awal yang diajukan. Hasil penelitian ini menguatkan
hasil dari penelitian penelitian yang pernah dilaksanakan sebelumnya, variabel
fundamental (rasio-rasio kinerja keuangan) berpengaruh secara signifikan terhadap
harga saham. Maka saya tertarik untuk menganalisis kembali rasio keuangan Earning
Warning System terhadap harga saham di pada perusahaan asuransi yang terdaftar di
BEI Tahun 2008 – 2011 hal ini saya lakukan untuk mengatahui apakah terdapat
pengaruh yang signifikan antara rasio keuangan Early Warning System yang
terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’t Balance to
Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi dalam pembentukan harga saham pada
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Berdasarkan teori
dan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diatas maka perlu dianalisis
pengaruh rasio keuangan Early Warning System terhadap harga saham yang
bergerak dalam bidang asuransi dan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia maka
judul dalam penelitian ini adalah:
“Analisis Rasio Keuangan Early Warning System Terhadap Harga Saham
Pada Perusahaan Asuransi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”.
1. 2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan diatas maka peneliti
merumuskan masalah ”Apakah terdapat pengaruh rasio keuangan Early Warning
System ( yang terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’t
Balance to Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi) terhadap pembentukan harga
saham pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Mengetahui dan menganalisis rasio keuangan Early Warning System (EWS) (yang
terdiri dari Rasio Beban Klaim, Rasio Likuiditas, Rasio Agent’s Balance to
Surplus dan Rasio Pertumbuhan Premi) terhadap pembentukan harga saham pada
perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 2011.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi Perusahaan
Perusahaan dapat mengetahui kondisi rasio kinerja keuangannya dan juga
seberapa besar pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham perusahaannya
sehingga bisa diambil langkah-langkah dalam menyusun kebijakan selanjutnya.
Dengan adanya laporan keuangan dalam perusahaan dapat memberikan
peringatan dini terhadap keuangan perusahaan serta bahan informasi yang
diperlukan sebagai bahan pemikiran objektif untuk menentukan kebijakan dalam
rangka pengambilan keputusan di masa yang akan datang.
b. Bagi Penulis
Memberikan pengetahuan tentang bagaimana menganalisis rasio keuangan suatu
perusahaan asuransi dengan menggunakan rasio keuangan khususnya di bidang
analisis rasio Keuangan Early Warning System (EWS).
c. Bagi Pihak Lain
Sebagai bahan referensi atau informasi yang diperlukan dan perbandingan bagi
penelitian dimasa yang akan datang, yang berkaitan dengan masalah rasio
keuangan khususnya dengan yang menggunakan rasio Early Warning System.