Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pola asuh yang baik akan mempengaruhi status gizi. Jika pola asuh anak di dalam
keluarga sudah baik maka status gizi akan baik juga. Praktek pengasuhan yang memadai
sangat penting tidak hanya bagi daya tahan anak tetapi juga mengoptimalkan
perkembangan fisik dan mental anak serta baiknya kondisi kesehatan anak. Pengasuhan
juga memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas hidup
yang baik bagi anak secara keseluruhan. Sebaliknya jika pengasuhan anak kurang
memadai, terutama keterjaminan makanan dan kesehatan anak, bisa menjadi salah satu
faktor yang menghantarkan anak menderita kurang gizi (Zeiten, 2000).
Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat 2010 merupakan visi
pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Visi
pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai
status gizi masyarakat atau keluarga yang optimal (Dinkes Sumatera Utara, 2006).
Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan
perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita)
adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam
jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan
gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya

menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik,
kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting
lagi keterlambatan perkembangan otak dan dapat pula terjadinya penurunan atau
rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Pada masa ini juga, anak masih
benar-benar tergantung pada perawatan dan pengasuhan oleh ibunya. Pengasuhan
1
Universitas Sumatera Utara

2
kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk
perkembangan anak (Santoso, 2005).
Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita,
Karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat
penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat
hubungannya dengan kesehatan dankecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi maka
kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh
terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka
pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk
pada balita.(Santoso, 2005).
Di negara berkembang kesakitan dan kematian pada anak balita banyak

dipengaruhi oleh keadaan gizi dengan demikian angka kesakitan dan kematian pada
periode ini dapat dijadikan informasi yang berguna mengenai keadaan kurang gizi di
masyarakat (Supariasa, 2001). Gangguan gizi pada anak balita merupakan dampak
komulatif dari berbagai faktor baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung
terhadap gizi anak (Moehji , 2003). Anak balita merupakan kelompok yang
menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang
tinggi setiap kg berat badannya. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling
sering menderita akibat kekurangan gizi (Djaeni, 2000). Untuk itu status gizi balita
perlu diperhatikan dalam status gizi baik dengan cara memberikan makanan bergizi
seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan (Paath, 2004).
Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait, secara umum dapat
dikatakan bahwa peningkatan ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi
dapat dilihat dari dua sisi, pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan
kesakitan dan disisi lain akan meningkatkan produktivitas (Supariasa, 2002).

Universitas Sumatera Utara

3
Masalah gizi sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak

selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti
dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi),
masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu
kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari
hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap
anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya,
dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga
masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja (Supariasa, 2002).
Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003 angka prevalensi
gizi kurang adalah 19,20% dan status gizi buruk 8,30% (Depkes RI, 2004). Data dari
Dinas Kesehatan RI yang mengacu pada aksi pangan dan gizi tahun 200 1-2005 sasaran
gizi kurang dari 20% dan gizi buruk 5% (Depkes RI, 2002). Menurut hasil pemantauan
status gizi pada balita di Propinsi Jatim pada tahun 2005, dari 8.012 balita yang disurvei
terdapat 6,5% balita mengalami gizi buruk dan 20% mengalami gizi kurang. Menurut
hasil pemantauan status gizi balita Kabupaten Bojonegoro tahun 2008 ditinjau dari
BB/U 70.749 balita terdapat 1,32% balita dengan status gizi buruk, balita dengan gizi
kurang sebanyak 13,15% balita, 83,63% balita dengan status gizi baik dan gizi lebih
sebanyak 1,90% balita, sedangkan pada pemantauan status gizi balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Temayang tahun 2008, dari 1.78 1 balita terdapat 1,46% balita mengalami
gizi buruk 16,79% balita dengan gizi kurang 80,17% balita dengan gizi baik dan 1,09%

mengalami gizi lebih. Berdasarkan hasil pencatatan pemantauan status gizi balita tahun
2008 oleh bidan Desa diperoleh data dari 150 balita yang mengalami gizi buruk 3,3%
balita, 22,6% balita dengan gizi kurang, 73,3% balita dengan gizi baik dan 0,6% balita
yang mengalami gizi lebih.

Universitas Sumatera Utara

4
Menurut Menkes, ada 3 faktor utama yang saling terkait mempengaruhi besarnya
masalah gizi dan kesehatan masyarakat. Pertama, ketersediaan pangan di tinhgkat rumah
tangga. Kedua, pola asuhan gizi atau makanan keluarga. Ketiga, akses terhadap
pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2007). Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius
terhadap kualitas generasi mendatang. Anak yang menderita gizi kurang akan
mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental (Depkes RI, 2002).
Pada usia sebelum 6 bulan sistem pencernaan belum siap untuk menerima makanan
selain ASI kebutuhan bayi akan makanan sudah cukup terpenuhi dengan ASI namun
pasca usia tersebut ia memerlukan makanan tambahan yang dapat menunjang tumbuh
kembangnya. Pada usia ini jika hanya diberi ASI saja kebutuhan asuhan gizi bayi masih
belum terpenuhi sepenuhnya. Dan jika memberikan makanan pendamping terlalu awal
(sebelum 6 bulan) berdampak kurang baik terhadap kesehatannya (Akhmad Saifudin A,

2008). Masalah gizi pada balita akan bertambah negatif pada obesitas (gizi lebih) pada
masa anak bila terus berlanjut sampai dewasa dapat mengakibatkan hipertensi,
hiperlipidemia, paterosklerosis, penyakit jantung koroner dan maturitas seksual lebih
awal (Soetjiningsih, 2004).
Upaya penanggulangan gizi kurang yang sudah dilakukan adalah peningkatan pelayanan
gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat pos pelayanan terpadu (posyandu)
hingga puskesmas dan rumah sakit, peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi
dibidang pangan dan gizi masyarakat dan intervensi langsung kepada sasaran melalui
Pemberian Makanan Tambahan (PMT) (Arisman, 2010).
B.Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Hubungan Pola Asuh
Ibu Dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita di RSUD Dr.Pirngadi
Kota Medan.”?
C. Tujuan Penelitian

Universitas Sumatera Utara

5
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh Ibu Dalam Pemberian Makanan

Terhadap Status Gizi Anak Balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota medan.
2. Tujuan Khusus
1.

Untuk mengetahui gambaran pola asuh ibu dalam pemberian makanan pada

anak balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota medan.
2.

Untuk mengetahui gambaran status gizi anak balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota

medan.
D. Manfaat Penelitian
1.1.1

Bagi Ibu
Untuk menambah ilmu dan pengetahuan ibu tentang manfaat makanan bergizi

bagi pertumbuhan balita.
1.1.2


Bagi lokasi penelitian
Sebagai bahan masukan dan informasi tentang manfaat makanan bergizi dan

pertumbuhan balita.
1.1.3

Bagi penelitian selanjutnya

Dapat dijadikan sumber informasi bagi yang akan melakukan penelitian lebih lanjut.

Universitas Sumatera Utara