Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

(1)

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI RSUD DR.

PIRNGADI KOTA MEDAN

NILA NOVITANIA 145102174

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D- IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

(4)

RELATIONSHIPS PARENTING MOTHERS IN FEEDING AGAINSTINFANT

NUTRITIONAL STATUS IN HOSPITAL DR. PIRNGADI MEDAN YEAR 2015

ABSTRACT Nila Novitania

Background: good parenting will affect nutritional status. If parenting children in the family is good then the nutritional status would be good too. Adequate parenting practices is essential not only for children but also durability optimize physical and mental development of children and children's good health condition. Objective: To know the description of parenting mothers in feeding a child balita.Untuk find a picture of a child's nutritional status balita.Dan To determine the relationship of parenting mothers in feeding on the nutritional status of children under five in the Hospital Dr. Pirngadi Medan.

Methodology: This study uses descriptive correlation design. The number of samples in this study were 32 people. Sampling was done by using total sampling. This study was conducted at Hospital Dr. Pirngadi Medan. Data were analyzed using Chi-square test.

Results: Statistical test results obtained good upbringing (84.4%), parenting is not good (15.6%), while the good nutritional status (34.4%), which is not good (65.6%), and obtained no relationship parenting mothers in feeding significantly to the nutritional status of children under five years (p = 0.773).

Conclusion: The results of this study can be proved that the parenting mothers in feeding has nothing to do with the nutritional status of children under five.


(5)

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP

STATUS GIZI ANAK BALITA DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2015

ABSTRAK Nila Novitania

Latar belakang : pola asuh yang baik akan mempengaruhi status gizi. Jika pola asuh anak di dalam keluarga sudah baik maka status gizi akan baik juga. Praktek pengasuhan yang memadai sangat penting tidak hanya bagi daya tahan anak tetapi juga mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak serta baiknya kondisi kesehatan anak.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran pola asuh ibu dalam pemberian makanan pada anak balita.Untuk mengetahui gambaran status gizi anak balita.Dan Untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Analisa data menggunakan Uji Chi-square.

Hasil : hasil uji statistik diperoleh pola asuh baik (84,4%), pola asuh yang tidak baik (15,6%), sedangkan status gizi baik (34,4%),yang tidak baik (65,6%).dan diperoleh tidak ada hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan yang signifikan terhadap status gizi anak balita ( nilai p = 0,773).

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pola asuh ibu dalam pemberian makanan tidak ada hubungannya dengan status gizi anak balita.


(6)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU Medan. Adapun judul yang diambil penulis dalam karya tulis ini adalah Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita.

Dalam menyelesaikan proposal ini penulis banyak mendapatkan bantuan bimbingan dan masukan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung.

Oleh karena itu,pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada;

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku ketua program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universita Sumatera Utara

3. Bapak Mula Tarigan, SKp, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

4. Seluruh staf dosen pengajar Bidan Pendidik yang telah bayak memberikan ilmu pengetahuan dan arahan selama penulis menyusun karya tulis ilmiah ini


(7)

5. Teman-teman D-IV Bidan Pendidik yang telah banyak membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini,untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan dikemudian hari. Semoga Allah selalu memberikan kasih sayang dan hidayahnya kepada kita semua, Amin.

Medan, 19 Januari 2015 Penulis


(8)

v DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN. ... I

LEMBAR PENGESAHAN. ... ii

ABSTRAK ... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

DAFTAR ISI. ... v

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

1. Tujuan Umum ... 5

2. Tujuan Khusus ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Bagi Ibu ... 5

2. Bagi Lokasi Penelitian ... 5

3. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pola Asuh ... 6

B.PemberianMakanan ... 1. Cara agar Anak Makan Makanan Sehat... 7

2. Pola Makan Sehat pada Anak ... 9

C. Status Gizi ... 11

1. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi... 13

2. Kebutuhan Status gizi ... 14

3. Penilaian Status Gizi... 15

4. Gizi Makanan... 16

5. Zat Gizi dalam Makanan ... 17

6. Malnutrition (Gizi salah,Malnutrisi) ... 19

7. Manfaat Zat-Zat Gizi.. ... 20

8. Gizi Seimbang pada Balita ... 21

9. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang... 22

10. Prinsip Gizi Bagi Balita... 23

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 24

A. Kerangka Konsep ... 24

B. Hipotesa ... 24

C. Definisi Operasional... 25

BAB 4 METODEOLOGI PENELITIAN ... 26


(9)

B. Populasi dan Sampel ... 26

1. Populasi ... 26

2. Sampel ... 26

C.Tempat Penelitian ... 27

D.Waktu Penelitian ... 27

E. Etika Penelitian... 27

F. Instrumen Penelitian ... 28

G. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 28

1. Uji Validitas ... 28

2. Uji Reliabilitas ... 29

H. Pengumpulan Data ... 29

I. Pengolahan Data ... 30

J. Rencana Analisa Data ... 31

1. Analisis Univariat ... 31

2. Analisis Bivariat ... 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

A. Hasil Penelitian ... 34

1.1 Tabel Karakteristik Responden ... 34

1.2 Tabel Pola Asuh... 35

1.3 Karakteristik Responden ... 35

1.4 Tabel Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita ... 36

B. Pembahasan ... 37

2.1 Pola Asuh ... 37

2.2 Status Gizi anak Balita ... 38

2.3 Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita ... 38

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 40

A. Kesimpulan ... 40

B. Saran... 41 DAFTAR PUSTAKA

KUISIONER

INFORMED CONSENT

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN LAMPIRAN


(10)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional………25

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Demografi Responden Ibu yang Memiliki Balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015………34 Tabel 5.2 Distribusi frekuensi Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan tahun 2015………35 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita di RSUD DR. Pirngadi

Kota Medan Tahun 2015………..35

Tabel 5.4 Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi

Anak Balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015………36


(11)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1 kerangka konsep hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak


(12)

ix

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Informed Consent

Lampiran 3 : Lembar Kuesioner

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 : Master Data Penelitian

Lamiran 6 : Hasil Out Put Data Penelitian

Lamipran 7 : Surat Izin Data Penelitian Dari Fakultas Keperawatan USU Lampiran 8 : Balasan Surat Izin Penelitian


(13)

RELATIONSHIPS PARENTING MOTHERS IN FEEDING AGAINSTINFANT

NUTRITIONAL STATUS IN HOSPITAL DR. PIRNGADI MEDAN YEAR 2015

ABSTRACT Nila Novitania

Background: good parenting will affect nutritional status. If parenting children in the family is good then the nutritional status would be good too. Adequate parenting practices is essential not only for children but also durability optimize physical and mental development of children and children's good health condition. Objective: To know the description of parenting mothers in feeding a child balita.Untuk find a picture of a child's nutritional status balita.Dan To determine the relationship of parenting mothers in feeding on the nutritional status of children under five in the Hospital Dr. Pirngadi Medan.

Methodology: This study uses descriptive correlation design. The number of samples in this study were 32 people. Sampling was done by using total sampling. This study was conducted at Hospital Dr. Pirngadi Medan. Data were analyzed using Chi-square test.

Results: Statistical test results obtained good upbringing (84.4%), parenting is not good (15.6%), while the good nutritional status (34.4%), which is not good (65.6%), and obtained no relationship parenting mothers in feeding significantly to the nutritional status of children under five years (p = 0.773).

Conclusion: The results of this study can be proved that the parenting mothers in feeding has nothing to do with the nutritional status of children under five.


(14)

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP

STATUS GIZI ANAK BALITA DI RSUD DR. PIRNGADI KOTA MEDAN TAHUN 2015

ABSTRAK Nila Novitania

Latar belakang : pola asuh yang baik akan mempengaruhi status gizi. Jika pola asuh anak di dalam keluarga sudah baik maka status gizi akan baik juga. Praktek pengasuhan yang memadai sangat penting tidak hanya bagi daya tahan anak tetapi juga mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak serta baiknya kondisi kesehatan anak.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran pola asuh ibu dalam pemberian makanan pada anak balita.Untuk mengetahui gambaran status gizi anak balita.Dan Untuk mengetahui hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan.

Metodologi : penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 32 orang. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan total sampling. Penelitian ini dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan. Analisa data menggunakan Uji Chi-square.

Hasil : hasil uji statistik diperoleh pola asuh baik (84,4%), pola asuh yang tidak baik (15,6%), sedangkan status gizi baik (34,4%),yang tidak baik (65,6%).dan diperoleh tidak ada hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan yang signifikan terhadap status gizi anak balita ( nilai p = 0,773).

Kesimpulan : dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan bahwa pola asuh ibu dalam pemberian makanan tidak ada hubungannya dengan status gizi anak balita.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pola asuh yang baik akan mempengaruhi status gizi. Jika pola asuh anak di dalam keluarga sudah baik maka status gizi akan baik juga. Praktek pengasuhan yang memadai sangat penting tidak hanya bagi daya tahan anak tetapi juga mengoptimalkan perkembangan fisik dan mental anak serta baiknya kondisi kesehatan anak. Pengasuhan juga memberikan kontribusi bagi kesejahteraan dan kebahagiaan serta kualitas hidup yang baik bagi anak secara keseluruhan. Sebaliknya jika pengasuhan anak kurang memadai, terutama keterjaminan makanan dan kesehatan anak, bisa menjadi salah satu faktor yang menghantarkan anak menderita kurang gizi (Zeiten, 2000).

Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang dilakukan secara berkelanjutan. Indonesia sehat 2010 merupakan visi pembangunan nasional yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan. Visi pembangunan gizi adalah mewujudkan keluarga mandiri sadar gizi untuk mencapai status gizi masyarakat atau keluarga yang optimal (Dinkes Sumatera Utara, 2006). Pengasuhan merupakan faktor yang sangat erat kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan anak berusia di bawah lima tahun. Masa anak usia 1-5 tahun (balita) adalah masa dimana anak masih sangat membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Kekurangan gizi pada masa ini dapat menimbulkan gangguan tumbuh kembang secara fisik, mental, sosial dan intelektual yang sifatnya menetap dan terus dibawa sampai anak menjadi dewasa. Secara lebih spesifik, kekurangan gizi dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan badan, lebih penting lagi keterlambatan perkembangan otak dan dapat pula terjadinya penurunan atau rendahnya daya tahan tubuh terhadap penyakit infeksi. Pada masa ini juga, anak masih


(16)

2 kesehatan dan makanan pada tahun pertama kehidupan sangatlah penting untuk perkembangan anak (Santoso, 2005).

Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita, Karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dankecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita.(Santoso, 2005).

Di negara berkembang kesakitan dan kematian pada anak balita banyak dipengaruhi oleh keadaan gizi dengan demikian angka kesakitan dan kematian pada periode ini dapat dijadikan informasi yang berguna mengenai keadaan kurang gizi di masyarakat (Supariasa, 2001). Gangguan gizi pada anak balita merupakan dampak komulatif dari berbagai faktor baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap gizi anak (Moehji , 2003). Anak balita merupakan kelompok yang menunjukkan pertumbuhan badan yang pesat sehingga memerlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg berat badannya. Anak balita merupakan kelompok umur yang paling sering menderita akibat kekurangan gizi (Djaeni, 2000). Untuk itu status gizi balita perlu diperhatikan dalam status gizi baik dengan cara memberikan makanan bergizi seimbang yang sangat penting untuk pertumbuhan (Paath, 2004).

Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait, secara umum dapat dikatakan bahwa peningkatan ekonomi sebagai dampak dari berkurangnya kurang gizi dapat dilihat dari dua sisi, pertama berkurangnya biaya berkaitan dengan kematian dan kesakitan dan disisi lain akan meningkatkan produktivitas (Supariasa, 2002).


(17)

Masalah gizi sering berkaitan dengan masalah kekurangan pangan, pemecahannya tidak selalu berupa peningkatan produksi dan pengadaan pangan. Pada kasus tertentu, seperti dalam keadaan krisis (bencana kekeringan, perang, kekacauan sosial, krisis ekonomi), masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan di tingkat rumah tangga, yaitu kemampuan rumah tangga memperoleh makanan untuk semua anggotanya. Menyadari hal itu, peningkatan status gizi masyarakat memerlukan kebijakan yang menjamin setiap anggota masyarakat untuk memperoleh makanan yang cukup jumlah dan mutunya, dalam konteks itu masalah gizi tidak lagi semata-mata masalah kesehatan tetapi juga masalah kemiskinan, pemerataan, dan masalah kesempatan kerja (Supariasa, 2002). Berdasarkan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2003 angka prevalensi gizi kurang adalah 19,20% dan status gizi buruk 8,30% (Depkes RI, 2004). Data dari Dinas Kesehatan RI yang mengacu pada aksi pangan dan gizi tahun 200 1-2005 sasaran gizi kurang dari 20% dan gizi buruk 5% (Depkes RI, 2002). Menurut hasil pemantauan status gizi pada balita di Propinsi Jatim pada tahun 2005, dari 8.012 balita yang disurvei terdapat 6,5% balita mengalami gizi buruk dan 20% mengalami gizi kurang. Menurut hasil pemantauan status gizi balita Kabupaten Bojonegoro tahun 2008 ditinjau dari BB/U 70.749 balita terdapat 1,32% balita dengan status gizi buruk, balita dengan gizi kurang sebanyak 13,15% balita, 83,63% balita dengan status gizi baik dan gizi lebih sebanyak 1,90% balita, sedangkan pada pemantauan status gizi balita di Wilayah Kerja Puskesmas Temayang tahun 2008, dari 1.78 1 balita terdapat 1,46% balita mengalami gizi buruk 16,79% balita dengan gizi kurang 80,17% balita dengan gizi baik dan 1,09% mengalami gizi lebih. Berdasarkan hasil pencatatan pemantauan status gizi balita tahun 2008 oleh bidan Desa diperoleh data dari 150 balita yang mengalami gizi buruk 3,3% balita, 22,6% balita dengan gizi kurang, 73,3% balita dengan gizi baik dan 0,6% balita yang mengalami gizi lebih.


(18)

4 Menurut Menkes, ada 3 faktor utama yang saling terkait mempengaruhi besarnya masalah gizi dan kesehatan masyarakat. Pertama, ketersediaan pangan di tinhgkat rumah tangga. Kedua, pola asuhan gizi atau makanan keluarga. Ketiga, akses terhadap pelayanan kesehatan (Depkes RI, 2007). Gizi kurang dan gizi buruk berdampak serius terhadap kualitas generasi mendatang. Anak yang menderita gizi kurang akan mengalami gangguan pertumbuhan fisik dan perkembangan mental (Depkes RI, 2002). Pada usia sebelum 6 bulan sistem pencernaan belum siap untuk menerima makanan selain ASI kebutuhan bayi akan makanan sudah cukup terpenuhi dengan ASI namun pasca usia tersebut ia memerlukan makanan tambahan yang dapat menunjang tumbuh kembangnya. Pada usia ini jika hanya diberi ASI saja kebutuhan asuhan gizi bayi masih belum terpenuhi sepenuhnya. Dan jika memberikan makanan pendamping terlalu awal (sebelum 6 bulan) berdampak kurang baik terhadap kesehatannya (Akhmad Saifudin A, 2008). Masalah gizi pada balita akan bertambah negatif pada obesitas (gizi lebih) pada masa anak bila terus berlanjut sampai dewasa dapat mengakibatkan hipertensi, hiperlipidemia, paterosklerosis, penyakit jantung koroner dan maturitas seksual lebih awal (Soetjiningsih, 2004).

Upaya penanggulangan gizi kurang yang sudah dilakukan adalah peningkatan pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat pos pelayanan terpadu (posyandu) hingga puskesmas dan rumah sakit, peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi dibidang pangan dan gizi masyarakat dan intervensi langsung kepada sasaran melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) (Arisman, 2010).

B.Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Hubungan Pola Asuh Ibu Dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.”?


(19)

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui Hubungan Pola Asuh Ibu Dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota medan.

2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran pola asuh ibu dalam pemberian makanan pada anak balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota medan.

2. Untuk mengetahui gambaran status gizi anak balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota medan.

D. Manfaat Penelitian 1.1.1 Bagi Ibu

Untuk menambah ilmu dan pengetahuan ibu tentang manfaat makanan bergizi bagi pertumbuhan balita.

1.1.2 Bagi lokasi penelitian

Sebagai bahan masukan dan informasi tentang manfaat makanan bergizi dan pertumbuhan balita.

1.1.3 Bagi penelitian selanjutnya


(20)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pola Asuh

Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna menjaga, merawat dan mendidik anak yang masih kecil. Wagnel dan Funk menyebutkan bahwa mengasuh itu meliputi menjaga serta memberi bimbingan menuju

pertumbuhan ke arah kedewasaan. Pengertian lain diutarakan oleh Webster yang mengatakan bahwa mengasuh itu membimbing menuju ke pertumbuhan ke arah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, makanan dan sebagainya terhadap mereka yang di asuh (Sunarti, 1989).

Dari beberapa pengertian tentang batas asuh, menurut Whiting dan Child dalam proses pengasuhan anak yang harus diperhatikan adalah orang-orang yang

mengasuh dan cara penerapan larangan atau keharusan yang dipergunakan. Larangan maupun keharusan terhadap pola pengasuhan anak beraneka ragam. Tetapi pada prinsipnya cara pengasuhan anak mengandung sifat : pengajaran (instructing), pengganjaran (rewarding) dan pembujukan (inciting) (Sunarti, 1989).

Agar pola hidup anak bisa sesuai dengan standar kesehatan, disamping harus mengatur pola makan yang benar juga tak kalah pentingnya mengatur pola asuh yang benar pula. Pola asuh yang benar bisa ditempuh dengan memberikan perhatian yang penuh serta kasih sayang pada anak, memberinya waktu yang cukup untuk menikmati kebersamaan dengan seluruh anggota keluarga (Sunarti, 1989).

Dalam masa pengasuhan, lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya. Anak tumbuh dan berkembang di bawah asuhan dan perawatan orang tua oleh karena itu orang tua merupakan dasar pertama bagi pembentukan


(21)

pribadi anak. Melalui orang tua, anak beradaptasi dengan lingkungannya untuk mengenal dunia sekitarnya serta pola pergaulan hidup yang berlaku dilingkungannya. Dengan demikian dasar pengembangan dari seorang individu telah diletakkan oleh orang tua melalui praktek pengasuhan anak sejak ia masih bayi (Supanto, 1990)

B. Pemberian Makanan

Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita, karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu, tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita (Bappenas, 2010).

Pola pemberian makan tersebut mendukung pertumbuhan optimal bagi anak. Pada 1000 Hari Pertama Kelahiran terjadi pertumbuhan otak hingga mencapai sekitar 75%. Kajian global telah membuktikan bahwa pemberian ASI eksklusif merupakan intervensi kesehatan yang memiliki dampak terbesar terhadap

keselamatan baduta, yakni 13% kematian baduta dapat dicegah dengan pemberian ASI eksklusif 6 bulan. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dapat mencegah 22% kematian neonatal (neonatus adalah bayi usia 0 sampai 28 hari). Pemberian makanan

pendamping ASI (MP-ASI) yang tepat waktu dan berkualitas juga dapat

menurunkan angka kematian baduta sebesar 6% (Bappenas, 2010). Menu anak lebih dari 1 tahun sama dengan orang dewasa hanya saja tidak pedas dan konsistensi agak lunak. Dengan memperhatikan menu seimbang, yaitu: nasi, lauk hewani, lauk nabati, sayur, buah dan bila ada, ditambah susu dan ASI sebaiknya tetap diberikan.


(22)

9

1. Cara Agar anak Makan Makanan Sehat

a. Mulailah mengajari anak-anak untuk makan makanan sehat sedari lahir

Anak-anak tidak akan mengembangkan rasa suka akan makanan olahan apabila anda membiasakan mereka makan makanan yang alami. Apabila jus buah terlalu kuat rasanya, encerkan dengan air. Tambahkan jus pada sereal.

Bacalah label makanan. Pastikan tidak ada pengawet atau bahan tambahan

makanan. Apabila anda memiliki waktu. Buatlah jus sendiri. Anda hanya butuh blender atau pengolah makanan (Food processor) untuk membuat jus.(Kumalasari,2012).

b. Buatlah permainan dengan menggunakan makanan mereka

Beri tahu bahwa mereka dapat memilih dua warna buah atau sayuran diatas piring mereka setiap kali makan. Satu anak dapat memilih warna yang diinginkan dan anak yang lain memilih sayuran atau buah yang sesuai dengan warna yang

dipilih.(Kumalasari,2012).

Aturan permainannya adalah, apapun yang dipilih setidaknya harus dicoba untuk makna. Buatlah daftar makanan yang mereka suka dan yang mereka harus coba untuk suka. Apabila ada sayur atau buah yang mereka tidak sukai, kita dapat mencoba dan menemukan cara untuk mengolahnya sehingga mereka dapat

menyukainya.(kumalasari,2012).

c. Ajari mereka membantu untuk menyiapkan makanan

Walaupun hanya sup atau roti isi, mereka dapat lebih mengenal makanan yang mereka makan. Ajak mereka bercakap-cakap selama mempersiapkan makanan. Ajari mereka mengapa anada melakukan hal tertentu, seperti memastikan telur masak sempurna untuk menghindari bahaya keracunan makanan. Tunjukan cara yang aman untuk mengupas buah dan sayuran. (kumalasari,2012).

d. Ajarai mereka mengenai makanan sambil mereka belajar tentang warna makanan

orangnye adalah warna wortel. Contohnya wortel kaya akan vitamin A dan membantu daya penglihatan kita. Makanan berwarna hijau seperti kub is, bayam, dan


(23)

kacang polong penuh klorofil dan membantu kita mencerna makanan. Sediakan waktu untuk mengajari mereka mengenai nilai gizi atas apa yang mereka makan.

(kumalasari,2012).

e. Pastikan anda juga makan dengan sehat

Apel kering atau granola yang rendah lemak dan rendah gula, dan campuran sereal adalah alternative yang sehat atas kripik kentang atau makanan cepat saji. Kunjungi toko makanan sehat di kota anda bersama anggota keluarga dan ijinkan setiap orang membeli sesuatu untuk dicoba seluruh anggota keluarga. (kumalasari,2012).

f. Ajarkan anak-anak yang lebih tua mengenai teknik masak yang Bervariasi

Ajari si koki kecil anda mengenai pentingnya menggunakan minyak canola atau minyak campuran, didinginkan dengan menggunakan minyak jagung. Ajari mereka teknik memasak yang paling sehat saat memasak daging, ajari mereka cara

menggunakan oven, sehingga mereka dapat mengukus atau merebus daging tidak menggorengnya yang dapat memproduksi lemak trans yang tidak sehat.

(kumalasari,2012).

Jumlah kalori pada makanan anak harus sesuai dengan kebutuhan, kalori yang masuk harus sesuai dengan kalori yang dikeluarkan. Kebutuhan kalori anak tentunya berbeda dengan usianya. Untuk anak 1-3 tahun membutuhkan 1300 kal tiap harinya, 4-6 tahun 1800 kal dan 7-10 tahun 2000 kal. (kumalasari,2012).

Pengaturan jadwal makanan pada anak juga harus diperhatikan. Idealnya anak-anak tidak boleh melewatkan 3 makanan utama, disamping itu boleh memberikan snak pada anak 2-3 kali dalam sehari. (kumalasari,2012).

Protein dalam tubuh merupakan sumber asam amino esensial yang diperlukan sebagai zat pembangun.kegunaan protein itu adalah.


(24)

11

- Menggantikan sel-sel yang rusak

- Memberikan tenaga bilamana karbohidrat dan lemak tidak me\ncukupinya. (kumalasari,2012).

2. Pola Makan Sehat pada Anak

Peran ibu untuk menanamkan kebiasaan pola makan sehat pada anak di usia dini sangatlah penting. Berikut adalah 10 tips untuk membentuk pola makan sehat pada anak. (kumalasari,2012).

a. peranan ibu untuk menentukan “ Apa yang akan di makan” anak sangat penting. Tingkatkan pengetahuan tentang kebutuhan gizi balita,jenis, makanan, susunan menu yang kreatif serta ciptakan suasana yang menyenangkan di saat makan. b. Jangan langsung pasrah atau menyerah saat disajikan makanan, anak berkata, “ aku

tidak menyukainya”. Penelitian membuktikan bahwa untuk menawari anak makanan baru, diperlukan 10 kesempatan pada saat yang berbeda dan baru berhasil. Moto “coba dan coba lagi” harus selalu diterapkan.

c. Perkenalkan rasa baru kepada anak secara rutin. Mulai dari dalam kandu ngan dengan mengkonsumsi makanan ibu hamil, ASI dan makanan padat

d. Jadilah teladan, panutan, dan idola yang baik bagi si kecil. Sajikan dan makanlah berbagai macam makanan. Biarlah anak melihat ibu dan anggota keluarga lainmenikmati makanan. Dudukanlah si kecil di samping anda dan biarkan dia berekasi.

e. Perkuat sikap positif makan anak dengan cara memberikan komentar positif setiap kali anak anda mengkonsumsi makanan yang sehat dan mencoba makan dengan benar.

f. Manfaatkan selera makan si kecil. Kembangkan selera makannya dan berikan makanan sesuai waktu yang dia inginkan dan tentu saja berikan pada saat si kecil lapar.


(25)

h. Jangan melarang dan memaksakan makanan tertentui karena sikap seperti itu akan berdampak negative terhadap pola makan anak

i. Jangan terlalu dan selalu menekankan masalah makanan

j. Izinkan si kecil untuk sekali-kali mengkonsumsi minuman dan makanan yang disukainya, dengan catatan: setelah semua makanan sehat dan baik dikonsumsinya. k. Ubahlah letak penyimpanan makanan.

l. Makanan sehat disimpan di tempat yang mudah terlihat dan dijangkau.

m. Simpan makanan kedepan ditempat yang tersembunyi sehingga ibu bisa memantau jenis dan jumlah yang dimakank oleh anak.

n. Tetap santai, tenang dan konsisten dan jangan menyerah pada tuntutan anak dan emosi mereka.

o. Tumbuhkan rasa bangga dan ucapkan selamat pada diri sendiri karena sudah berhasil memerankan tugas dengan baik untuk membentuk sumber daya manusia yang berkualitas dan cerdas, kunci keberhasilan di masa depan. (kumalasari,2012). C. Status Gizi

Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya perhatian lebih dalam timbuh kembang diusia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih). Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya 39 ribu anak. Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia penedek (SKRT 2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18 bulan.


(26)

13

Anak mengalami pertumbuhan sesuai denganusianya. Namun beberapa keadaan akan mempengaruhi pertumbuhan sehingga muncul gangguan. Menurut Data Wor ldHealthOrganization (WHO) tahun 2002menyebutkan penyebab kematian balita urutan pertama disebabkan gizi buruk dengan angka 54 %. Pengelompokan prevelensi gizi kurang berdasarkan WHO, Indonesia tahun 2004 tergolong negara dengan status kekurangan gizi yang tinggi karena 5.119.935 (atau28,47%) dari 17.983 balita Indonesia termasuk kelompok gizi kurang dan gizi buruk.Berdasarkan laporan Dinas KesehatanPemalang tahun 2010.

jumlah balita gizi buruk yang ditemukan sebanyak 28 balita atau 0,04% dari balita yang datang dan ditimbang.Angka ini menurun bila dibanding tahun 2009yakni sebanyak 88 balita gizi buruk atau 0,12% dari balita yang datang dan ditimbang. Dari 28 balita gizi buruk hanya 9 balita yang mendapatkan perawatan sesuai pedoman atau standar (32,14 %), hasil cakupan ini jauh dari target Standar Pelayanan Mutu (SPM) yangditetapkan (Profil Dinkes KabupatenPemalang,

2010).Usia balita merupakan usia pra sekolah dimanaseorang anak akan mengalami tumbuh kembang dan aktivitas yang sangat pesat dibandingkan dengan ketika masih bayi, kebutuhan zat gizi akan meningkat. Sementara pemberian makanan juga akan lebih sering. Pada usia ini, anak sudah mempunyai sifat konsumen aktif, yaitu mereka sudah bisa memilih makanan yang disukainya. Seorang ibu yang telah menanamkan kebiasaan makan dengan gizi yang baik pada usia dini tentunya sangat mudah mengarahkan makanan anak,karena dia telah mengenal makanan yang baik pada usia sebelumnya. Oleh karena itu,pola pemberian makanan sangat penting diperhatikan. Secara umum faktor yang mempengaruhi terbentuknya pola makan adalah faktor ekonomi, sosial budaya, agama,pendidikan, dan lingkungan. Pola makan yang baik perlu dibentuk sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan gizi dan


(27)

pola makan yang tidak sesuai akan menyebabkan asupan gizi berlebih atau sebaliknya kekurangan Asupan berlebih menyebabkan kelebihan berat badan dan penyakit lain yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Sebaliknya asupan yang kurang dari yang dibutuhkan akan menyebabkan tubuh menjadi kurus dan rentan terhadap penyakit. Sehingga pola makan yang baik juga perlu dikembangkan untuk

menghindari interaksi negatif dari zat gizi yang masuk dalam tubuh. Interaksi dapat terjadi antara suatu zat gizi dengan yang lain, atau denganzat non gizi.Masing-masing interaksi dapat bersifat positif (sinergis), negatif(antogenesis), dan

kombinasi di antara keduanya. Interaksi disebut positif jika membawa keuntungan, sebaliknya disebut negatif jika merugikan. Interaksi antara zatgizi dapat

meningkatkan penyerapan, atau sebaliknya menggangu penyerapan zat gizilain (Sulistyoningsih, 2011).

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. (Sibagariang, 2010).

Status Gizi (Nutrion Status.) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu.(Sibagariang, 2010).

1. Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi

Berat badan bayi baru lahir ditentukan oleh (di samping faktor genetis ) status gizi janin. Status gizi janin ditentukan antara lain oleh status gizi ibu waktu melahirkan dan keadaan ini dipengaruhi pula oleh stus gizi ibu pada waktu konsepsi. Ststus gizi ibu sewaktu konsepsi dipengaruhi oleh:


(28)

15

2. keadaan kesehatan dan gizi ibu

3. jarak kelahiran jika yang dikandung bukan anak pertama 4. paritas

5. usia kehamilan pertama 2. Kebutuhan Gizi Balita

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar, kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat badan, dan tinggi badan. Antara asupan zat gizi dan pengeluarannya harus ada keseimbangan sehingga diperoleh status gizi yang baik. Status gizi balita dapat dipantau dengan menimbang anak setiap bulan dan dicocokkan dengan Kartu Menuju Sehat (KMS).

a. Kebutuhan energi bayi dan balita relatif besar dibandingkan dengan orang dewasa, sebab pada usia tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Kecukupannya akan semakin menurun seiring dengan bertambahnya usia. b. Kebutuhan zat pembangun.

c. Secara fisiologis, balita sedang dalam masa pertumbuhan sehingga kebutuhannya relatif lebih besar daripada orang dewasa. Namun, jika dibandingkan dengan bayi yang usianya kurang dari satu tahun, kebutuhannya relative lebih kecil.

d. Kebutuhan zat pengatur.

e. Kebutuhan air bayi dan balita dalam sehari berfluktuasi seiring dengan bertambahnya usia.

f. Beberapa hal yang mendorong Terjadinya Gangguan Gizi. Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi, khususnya


(29)

gangguan gizi pada bayi dan anak usia dibawah lima tahun (balita) adalah tidak sesuainya jumlah gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan kebutuhan tubuh mereka.

3. Penilaian Status Gizi

Pada prinsipnya, penilaian status gizi anak serupa dengan penilaian pada periode kehidupan lain. Pemeriksaan yang perlu lebih diperhatikan tentu saja bergantung pada bentuk kelainan yang bekaitan dengan kejadian penyakit tertentu. Kurang kalori protein, misalkan lazim menjangkiti anak. Oleh karena itu, pemeriksaan terhadap tanda dan gejala kearah sana termasuk pula kelainan lainan yang menyertainya, perlu dipertajam.

Pemeriksaan antropometris yang penting dilakukan ialah penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan lipatan kulit triseps. Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak prasekolah yang bereklas ekonomi dan sosial rendah, pengamatan anak usia sekolah dipusatkan terutama pada percepatan tumbuh. Uji pertumbuhan pada golongan usia ini setidaknya diselenggarakan setahun sekali karena laju pertumbuhan pada fase ini relatif lambat. Sebagai patokan, pertambahan berat anak usia 5-10 tahun berkisar sampai 10%-nya, sementara tinggi badan hanya bertambah sekitar 2 cm setahun.

a. Tinggi badan

Tinggi badan merupakan ukuran antropometrik kedua yang terpenting. Keistimewaannya adalah bahwa ukuran tinggi badan pada masa pertumbuhan meningkat terus sampai tinggi maksimal dicapai.(Soetjiningsih, 1995).

Pengukuran tinggi badan yang dilakukan dengan cara penelitian yang klasik oleh pelopor penelitian pengukuran tubuh. Tinggi badan sangat baik


(30)

17

berat badan lahir rendah dan kurang gizi pada masa balita. Tinggi badan

dinyatakan dalam bentuk Indeks TB/U ( tinggi badan menurut umur), atau juga indeks BB/TB ( Berat Badan menurut Tinggi Badan) jarang dilakukan

karena perubahan tinggi badan yang lambat dan biasanya hanya dilakukan setahun sekali.

Tabel : Standar Tinggi Badan berdasarkan Umur

Usia Tinggi Badan (cm)

Laki-Laki Perempuan

6 bulan 67,6 65,7

1 tahun 75,7 74,0

1 tahun 6 bulan 82,3 80,7

2 tahun 87,8 86,4

2 tahun 6 bulan 91,9 90,7

3 tahun 96,1 95,1

3 tahun 6 bulan 99,9 99,0

4 tahun 103,3 102,7

4 tahun 6 bulan 106,7 106,2

5 tahun 110,0 109,9

b. Berat badan

Berat badan merupakan ukuran antropometris yang paling banyak digunakan karena parameter ini mudah dimengerti sekalipun oleh mereka yang buta huruf.

Pengukuran berat badan merupakan yang terpenting dalam memeriksa bayi/balita. Pengukuran berat badan bayi dapat berfungsi :

- Menilai keadaan gizi,tumbuh-kembang, dan kesehatan anak - Memantau kesehatan, misalnya penyakit dan pengobatan - Dasar perhitungan dosis obat dan makanan yang perlu diberikan

Berat badan ini dinyatakan dalam bentuk indeksBB/U (Berat Badan menurut Umur) atau melakukan penilaian dengam melihat perubahan berat badan pada saat pengukuran dilakukan, yang dalam penggunaannya memberikan gambaran keadaan kini. Berat badan paling banyak digunakan karena hanya memerlukan satu pengukuran, hanya sajatergantung


(31)

pada ketetapan umur, tetapi kurang dapat menggambarkankecenderungan perubahan situasi gizi dari waktu ke waktu ( Depkes, 2011).

Tabel : Standar Berat Badan Balita berdasarkan Umur

Usia Berat Badan (kg)

Laki-Laki Perempuan

6 bulan 7,6 7,3

1 tahun 9,6 8,9

1 tahun 6 bulan 10,9 10,2

2 tahun 12,2 11,5

2 tahun 6 bulan 13,3 12,7

3 tahun 14,3 13,9

3 tahun 6 bulan 15,3 15,0

4 tahun 16,3 16,1

4 tahun 6 bulan 17,3 17,2

5 tahun 18,3 18,2

c. Umur

Umur sangat memegang peranan dalam penentuan status gizi, kesalahan penentuan akan menyebabkan interpretasi status gizi yang salah. Hasil penimbangan berat badan maupun tinggi badan yang akurat, menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat. Kesalahan yang sering muncul adalah adanya kecenderunagn untuk memilih angka yang mudah seperti 1 tahun; 1,5 tahun; 2 tahun. Oleh sebab itu penentuan umur anak perlu dihitung dengan cermat. Ketentuannya adalah 1 tahun adalah 12 bulan, 1 bulan adalah 30 hari. Jadi perhitungan umur adalah dalam bulan penuh, artinya sisa umur dalam hari tidak diperhitungkan.( Depkes, 2011).

4. Gizi Makanan

Zat gizi adalah merupakan bahan-bahan kimia yang terkandung dalam makanan sebagai sumber energi bagi tubuh. Setiap orang memiliki kebutuhan energi yang berbeda, bergantung umur, jenis kelamin, dan aktivitas fisik. Anak-anak sangat membutuhkan nutrisi untuk perkembangannya, sedangkan orang dewasa


(32)

19

membutuhkan nutrisi untuk menjaga tubuh agar tetap sehat dan berkualitas. (Riksani,2012).

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. (sibagariang, 2010).

Berdasarkan sumbernya, zat gizi ada dua macam:

1. Zat gizi esensial, yaitu zat gizi yang dihasilkan tubuh.

2. Zat gizi nonesensial, yaitu zat gizi yang tidak dapat dihasilkan tubuh. Misalnya, asam amino (protein), asam lemak tertentu, vitamin, dan mineral yang diperoleh dari bahan makanan.

Berdasarkan jenisnya, zat gizi pun dibagi dua:

1. Makronutrisi, yaitu zat gizi harian yang diperlukan tubuh dalam jumlah besar. Zat gizi ini terdiri atas karbohodrat, lemak, protein, dan beberapa mineral yang dbutuhkan dalam jumlah banyak (seperti kalsium, fosfat, natrium, klorida, magnesium, dan kalium). Makronutrisi berperan menghasilkan energy yang penting bagi pertumbuhan dan pemiliharaan tubuh. (Riksani,2012).

2. Mikronutrisi, yaitu zat gizi yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit. Misalnya, asam lemak esensial serta beberapa vitamin dan mineral yang diperlukan tubuh dalam jumlah sedikit. (Riksani,2012).

5. Zat Gizi dalam Makanan

Berikut ini merupakan pengelompokkan zat gizi dalam makanan yang memiliki fungsi dan peran penting serta spesfik.


(33)

Di dalam tubuh kita, zat gizi ini merupakan sumber utama energy. Ada dua jenis karbohidrat yang perlu diperhatikan, yaitu karbohidrat kompleks (zat tepung) serta gula yang dapat dicerna dan diserap tubuh. Selain itu, ada karbohidrat yang terdapat pada serat tetapi tidak termasuk zat gizi karena tidak dapat dicerna dan diserap tubuh (walaupun serat sangat membantu pencernaan dan memberikan perlindungan dari beberapa penyakit). (Riksani,2012).

2. Lemak

Tubuh kita tentu dapat membuat semua jenis asam lemak yang diperlukan. Meskipun demikian, asam lemak dapat diperoleh dari makanan yang kita konsumsi. Lemak, selain berfungsi sebagai penghasil energi, berfungsi pula sebagai alat transportasi zat gizi lain dan bagian dari berbagai sel tubuh. (Riksani,2012).

3. Protein

Zat gizi ini dapat pula diubah menjadi energy bila tubuh kekurangan karbohidrat dan lemak. Jika hal ini terjadi, protein hanya berfungsi sebagai pemelihara jaringan tubuh. Padahal, protein yang mengandung asam amino ini bekerja untuk membangun, memperbaiki, dan mempertahankan jarringan tubuh. Pada prinsipnya, tubuh dapat memproduksi asam amino nonesensial, sedangkan asam amino esensial harus diambil dari makanan. (Riksani,2012).

4. Vitamin

Setiap jenis vitamin yang masuk ke dalam tubuh akan teratur dengan sendirinya melalui proses yang berbeda-beda. Karena perannya yang spesifik, setiap jenis vitamin tidak dapat menggantikan fungsi vitamin lain. Hal itu terjadi karena


(34)

21

fungsi vitamin menjadi pemicu berbgai proses dalam tubuh yang mengawali terjadinya reaksi kimia di dalam sel-sel tubuh. (Riksani,2012).

Tubuh membutuhkan vitamin yang terdiri atas 2 golongan:

a). Vitamin yang larut dalam lemak, yaitu vitamin A, D, E, dan K.

b). Vitamin yang larut dalam air, yaitu vitamin C dan 8 macam vitamin B kompleks.

5. Mineral

Fungsi mineral sama halnya dengan vitamin. Mineral bekerja sebagai pemicu proses dan memiliki pembagian tugas yang unik. Tubuh kita pun membutuhkan beberapa mineral esensial, seperti besi, mangan, tembaga, selenium, yodium, dan fluorida. Selain fluorida, mineral- mineral tersebut berfungsi mengaktivasi enzim yang berperan dalam metabolism ( berbeda dengan fluoride yang dibutuhkan untuk bersenyawa dengan kalsium serta membantu menstabilkan mineral dalam tulang dan gigi serta mencegah kerusakan gigi). (Riksani,2012). 6. Air

Selain keenam zat gizi tersebut, ada satu komponen makanan yang sering terlupakan, yaitu serat. Serat sangat baik untuk memperlancar fungsi pencernaan, mengurangi perubahan gula darah dan kolestrol setelah makan, serta membantu mengeluarkan bahan-bahan penyebab kanker yang dihasilkan bakteri dalam usus besar. (Riksani,2012).

6. Malnutrition (Gizi Salah, Malnutrisi)

Adalah keadaan patologis akibat kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut satu atau lebih zat gizi.


(35)

1. Under nutrition: kekurangan atau kelebihan secara relatif maupun absolut untuk periode tertentu.

2. Specific deficiency: kekurangan zat gizi tertentu. Misalnya: kekurangan vitamin A, yodium, Fe dan lain-lain.

3. Over nutrition: kelebihan konsumsi pangan untuk periode tertentu.

4. Imbalance: karena diproporsi zat gizi. Misalnya: kolesterol terjadi karena tidak seimbangnya LDL (Low Density Lipoprotein), HDL (High Density Lipoprotein) dan (Very Low Density Lipoprotein).

7. Manfaat Zat-Zat Gizi 1. Karbohidrat

Karbohidrat merupakan komponen pangan yang menjadi sumber energi utama dan sumber serat makanan.. komponen ini disusun oleh tiga unsure utama yaitu, Karbon (C), Hidrogen (H) dan Oksigen (O). (sibagariang,2010).

2. Lemak

Istilah lipid/lemak meliputi senyawa katerogen, termasuk lemak dan minyak yang umum dikenal makanan dan tubuh manusia. Lipid mempunyai sifat yang sama yaitu, larut dalam pelarut non polar, seperti etanol, eter dan kloroform dan benzene. Lemak adalah sekelompok ikatan organik yang terdiri ats unusr-unsur karbon ( C), hydrogen (H), oksigen (O), yang mempunyai sifat dapat larut pada zat-zat pelarut tertentu.

Lemak di dalam makanan memegang peranan penting adalah lemak netral, dan trigliserida yang molekulnya terdiri dari satu molekul gliserol (gliserin) dan tiga molekul asam lemak, di ikatkan pada gliserol tersebut dengan ikatan ester.


(36)

23

Protein berasal dari bahasa Yunani yaitu proteos, yang berarti yang utama atau yang di dahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh ahli kimia Belanda. Gerardus Mulder (1908-1880). Ia berpendapat bahwa protein adalah zat yang paling penting dalam setiap organisme.

Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup, protein yang berarti pertama atau utama merupakan makromolekul yang paling melimpah di dalam sel hidup. Fungsinya terutama sebagai unsur pembentuk struktur sel, dapat pula berfungsi sebagai protein aktif, seperti misalnya enzim. (Sibagariang,2010). 4. Vitamin

Vitamin adalah zat-zat organik yang komplek yang dibutuhkan dalam jumlah sangat kecil dan pada umumnya tidak dapat dibentuk oleh tubuh. Secara umum definisi vitamin “ Suatu zat yang diperlukan oleh tubuh dalam jumlah kecil dan harus di datangkan dari luar, karena tidak dapat disintesi oleh tubuh”. Oleh karena itu, harus di datangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharaan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat merusak karena penyimpanan dan pengolahan.(Sibagariang,2010).

5. Mineral

Mineral dan vitamin memegang peranan penting dalam kesehatan tubuh manusia. Berbagai aktifitas di dalam sel-sel tubuh bergantung dari keberadaan mineral. Bila salah satu aktifitas tersebut terganggu, maka dapat mengakibatkan gangguan dalam aktifitas-aktifitas sel yang lain. Tubuh yang kekurangan mineral merupakan salah satu penyebab timbulnya berbagai macam keluhan penyakit, mulai dari sakit kepla hingga terganggunya kesehatan jantung.


(37)

Pada tahun 400 masehi, menurut Hippocrates, bapak ilmu kedokteran mengibaratkan makanan sebagai panas yang dibutuhkan manusia. Anak-anak yang sedang bertumbuh membutuhkan banyak panas, oleh karena itu, mereka membutuhkan banyak makanan. Orang tua membutuhkan lebih sedikit panas, oleh sebab itu, mereka membutuhkan lebih sedikit makan. Ia juga mengatakan bahwa orang gemuk kecenderungan umumnya lebih pendek dari orang kurus.

9. 13 Pesan Dasar Gizi Seimbang

Gizi seimbang “ makanan yang dikonsumsi individu dalam satau hari yang beraneka

ragam dan mengandung zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur sesuai dengan kebutuan tubuhnya” (Sibagariang,2010).

1. Makanlah aneka ragam makanan.

2. Makananlah makanan yang memenuhi kecukupan energi.

3. Makanlah makanan sumber Karbohidrat Setengah dari kebutuhan energi. 4. Batasi konsumsi lemak dan minyak sampai seperempat dari kecukupan energi.

5. Gunakan garam beryodium.

6. Makanlah makanan sumber zat besi.

7. Berikan Asi saja pada bayi sampai umur 6 bulan. 8. Biasakan makan pagi.

9. Minumlah air bersih dan aman yang cukup jumlahnya. 10. Lakukanlah kegiatan fisik dan olahraga secara teratur. 11. Hindari minum minuman beralkohol.

12. Makanlah makanan yang aman bagi kesehatan. 13. Bacalah label pada makanan yang dikemas.


(38)

25

10.Prinsip Gizi Bagi Balita

Masa Balita adalah periode perkembangan fisik dan mental yang pesat. Pada masa ini otak balita ibu telah siap menghadapi berbagai stimuli seperti belajar berjalan dan berbicara lebih lancar.

Kesehatan seorang balita sangat dipengaruhi oleh gizi yang terserap di dalam tubuh. Kurangnya gizi yang diserap oleh tubuh mengakibatkan mudah terserang penyakit karena gizi memberi pengaruh yang besar terhadap kekebalan tubuh. Gizi bukan hanya mempengaruhi kesehatan tubuh, tetapi dapat juga mempengaruhi kecerdasan, apabila gizi yang diperlukan oleh otak tidak terpenuhi, otak akan mengalami pengaruh sehingga tidak dapat berkembang.


(39)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

A. Kerangka Konsep

Konsep merupakan abstrak yang berbentuk oleh generalisasi dari hal-hal yang khusus.Oleh karena konsep merupakan abstraksi,maka konsep tidak dapat langsung diamati atau diukur.konsep hanya dapat diamati melalui konstruksi atau yang lebih dikenal dengan nama variabel.(Notoatmodjo,2010).

Variabel Independent Variabel

Dependent

Skema 3.1:Kerangka konsep penelitian Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan terhadap Status Gizi Anak Balita

B. Hipotesa

Hipotesis adalah jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Hipotesis yang berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian, artinya hipotesis ini merupakan pernyataan yang harus dibuktikan.

H0: Tidak Ada Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita.

Ha: Ada Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita.

C. Definisi Operasional

Status Gizi Anak Balita berdasarkan pemeriksaan menggunakan

Antropometri Pola Asuh Ibu dalam Pemberian

Makanan

- Cara agar anak makan makanan sehat

- Pola makan sehat pada anak


(40)

27

Tabel 3.1 No Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Cara Ukur Hasil Ukur Skala

1. Pola asuh ibu dalam pemberian makanan Dalam pemberian makanan yang

meliputi, cara agar anak makan

makanan, pola makan sehat pada anak

Kuisioner Penyebaran

kuisioner kepada responden dengan pertanyaan tertutup atau pilihan berganda

- Baik ( 37-75)

- Tidak Baik (0-36) berdasarkan skor

pertanyaan

Nominal

2. Status gizi anak balita

Keadaan gizi se-seorang atau kelompok yang di dapat berdasarkan berat badan dan umur dan

di ukur

menggunakan Antropometri Menggunakan timbangan,pengukur tinggi badan 1.Berat badan berdasarkan umur 2.Tinggi Badan berdasarkan umur -Baik -Tidak Baik Nominal


(41)

BAB IV

METODEOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah studi deskriptif korelasi, yang bertujuan untuk menguji hubungan antar dua variabel yaitu variabel bebas (Pola Asuh Ibu dalam pemberian makanan) dan variabel terikat (Status Gizi anak Balita) dengan pendekatan cross sectional dimana data yang menyangkut variabel bebas atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2010).

B. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2004).

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita sebanyak 32 orang di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti (Notoadmodjo, 2005). Pada penelitian ini pemilihan sampel menggunakan Total sampling. Seluruh populasi dijadikan sampel yang akan di teliti yaitu sebanyak 32 orang di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.


(42)

29

a. Ibu-ibu yang mempunyai Balita yang ada di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan

b. Ibu-ibu yang bersedia menjadi responden. C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di ruangan melati (anak) di RSUD Dr.Pirngadi Kota Medan.

D. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan November-Mei 2015, dan dalam kurun waktu tersebut dilakukan pengajuan judul, penelusuran pustaka (teori),

penyusunan proposal, seminar proposal, pelaksanaan penelitian dan seminar karya tulis ilmiah.

E. Etika Penelitian 1. Manfaat

Penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam penelitian atau informasi yang diberikan tidak akan dipergunakan dalam hal yang bisa merugikan subjek dalam bentuk apapun.

2. Menghargai Hak Asasi Manusia ( Respect Human Dignity)

a. Hak untuk ikut/ tidak menjadi responden (right to self-determination), dimana subjek harus dipersiapkan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to full disclosure), dimana seorang peneliti harus memberikan


(43)

penjelasan secara rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed consent, yaitu subyek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan enelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas perpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Keadilan (Right to Justice)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair tratment), yaitu subjek harus diperlakukan secara adil dan baik sebelum, selama, dan sesudah keikutsertaan nya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau dropped out sebagai responden.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (Right to privacy), yaitu subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonymity (tanpa nama) dan confidentiality (rahasia)

F. Instrumen Penelitian

Instrument penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk

pengumpulan data. Instrument penelitian ini dapat berupa : kuesioner (daftar pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan pencatatan data dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2010).

Pola asuh ibu dalam pemberian makanan akan diukur menggunakan kuisioner tertutup yang terdiri dari 25 pertanyaan, 10 pertanyaan mengenai


(44)

31

cara agar anak makan makanan sehat, dan 15 pertanyaan pola makan sehat pada anak. Masing-masing item pertanyaan untuk jawaban yang di ukur dengan skor: “ selalu” nilainya 3, “sering” nilainya 2, “kadang-kadang” nilainya 1, “tidak pernah” nilainya 0, dengan menggunakan skala likert. Skor

dikategorikan sudah 2 kategori yaitu baik (0-36), tidak baik (37-75). Sedangkan penilaian status gizi anak melihat dari antropometri yang diukur dari berat badan,dan tinggi badan dengan 2 kategori yaitu baik dan tidak baik.

G. Uji Validitas dan Reliabilitas 1. Uji Validitas

Pengukuran validitas penelitian ini merupakan suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar–benar mengukur apa yang di ukur. (Notoatmodjo,.2010).

Setelah mengumpulkan data dari instrumen penelitian sudah dilakukan uji validitas isi,instumen penelitian di content validity oleh Farida Linda Sari S.Kep, Ns, M.Kep, Betty Mangkuji, SST, M.Keb, dan Hj. Juliani, SST, MARS ahli koefisien dari instrument penelitian yang di content validity, oleh para pakar dinyatakan . CVI (content validity index). nya diperoleh 0,825.

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. (Notoatmodjo, 2010).

Uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach’s alpha. Uji reliabilitas telah dilakukan kepada 32 responden yang mempunyai kriteria


(45)

yang sama dengan responden yang diteliti. Instrument dinyatakan reliable dengan koefisien alpha diperoleh 0,877.

H. Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan kuesioner pada ibu

yang mempunyai anak balita, meliputi :

a. Karakteristik responden ibu (umur, pekerjaan pendidikan, dan sumber informasi)

b. Karakteristik anak (umur dan berat badan)

d. Melakukan pendekatan kepada masing-masing responden

e. Menanyakan persetujuan responden menjadi responden secara sukarela. f. Setelah calon responden bersedia maka diminta untuk menandatangani

lembar persetujuan (Informed Consent). g. Menjelaskan tujuan penelitian kepada responden .

h. Peneliti memeriksa kelengkapan data secara keseluruhan, sehingga data yang diperoleh terpenuhi, kemudian dianalisis.

I. Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah melalui langkah-langkah sebagai berikut:

1. Editing

Dilakukan dengan pengecekan kelangkaan pada data yang telah dikumpulkan sehingga tidak dapat kesalahan dan kekurangan dalam pengumpulan data ataupun penelitian ulang.


(46)

33

Kegiatan pengumpulan data dengan mengkode hasil data berupa checklist.Sesuai dengan petunjuk cara kode dari tiap variabel.

3. Tabulating

Data yang dikumpulkan dioleh kembali kemudian dimasukkan dalam tabel dengan melibatkan seluruh variabel.

4. Processing

Setelah semua isian lembar kuisioner terisi penuh dan benar,dan juga sudah melewati pengkodingan,maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar dapat dianalisis.Pemrosesan data dilakukan dengan cara memasukkan data lembar kuisioner ke paket program computer. 5. Cleaning

Cleaning (pembersihan data) merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan apakah ada kesalahan atau tidak. Kesalahan tersebut dimungkinkan terjadi pada saat mengentri ke komputer dan. Data dimasukkan kedalam program secara sistematis.

J. Analisa Data

Data yang telah diolah baik pengolahan secara manual maupun menggunakan bantuan komputer, tidak akan ada maknanya tanpa dianalisis .(Notoatmodjo, 2010). Setelah semua data terkumpul peneliti melakukan pengecekan terhadap kelengkapan identitas data responden serta memastikan semua jawaban telah diisi sesuai dengan petunjuk. Dilanjutkan dengan

mengklarifikasi data dengan mentabulasi data yang telah dikumpulkan, kemudian dilakukan pengolahan data dengan mengunakan teknik komputerisasi.


(47)

Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita dilakukan dengan menguji total skor dengan menggunakan:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat adalah analisis yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendriskipsikan karaktristik setiap variabel penelitian (Notoatmodjo, 2010). Analisis univariat berfungsi untuk meringkas data hasil pengukuran sedimikian rupa sehingga kumpulan data tersebut berubah menjadi informasi yang berguna. Setiap variabel dependen dan independen dianalisa dengan satistik deskriptif yaitu presentatif untuk mendapat gambaran mengenai pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita terdiri dari 25 item pertanyaan. dalam bentuk distribusi frekuensi yang menggunakan program komputerisasi

2. Analisis Bivariat

Analisa penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara dua variabel independent yaitu hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan dan dependent yaitu status gizi anak balita. Untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel tersebut peneliti menggunakan uji chi-square, dengan nilai signifikan syarat probabilitas (ρ) < 0,05 yang artinya Ha diterima dan Ho di tolak berarti ada hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita, dan bila nilai signifikan syarat probabilitas (ρ) > 0,05 maka hipotesa menyatakan tidak ada hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita.


(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai adanya hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita di RSUD dr. pirngadi kota medan tahun 2015. Penelitian ini dilakukan pada bulan April – Mei 2015 kepada 32 responden ibu yang memiliki anak balita.

5.1 karakteristik responden ibu yang memiliki balita Tabel 5.1

Distribusi Karakteristik Demografi Responden Ibu yang Memiliki Balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015

Karakteristik Demografi Responden F %

Umur < 20 tahun 20-25 tahun > 35 tahun

1 23 8 3,1 71,9 25,0

Total 32 100

Pekerjaan PNS IRT HONOR 1 29 2 3,1 90,6 6,3

Total 32 100

Pendidikan SD SMP SMA 2 11 19 6,3 34,4 59,4

Total 32 100

Sumber Informasi Secara langsung

Secara Tidak Langsung

7 25

21,9 78,1


(49)

Dari tabel 5.1 dapat diketahui bahwa distribusi responden menurut umur yang mayoritas 20-25 tahun yaitu sebanyak 29 responden (71,9%), Pekerjaan ibu IRT berjumlah 29 responden (90,6%), Pendidikan ibu SMA berjumlah 19 responden (59,4%), dan sumber informasi secara tidak langsung berjumlah 25 responden (78,1%), dan minoritas berumur >20 tahun berjumlah 1 responden (3,1%), pekerjaan ibu PNS berjumlah 1 responden (3,1%), Pendidikan ibu SD berjumlah 2 responden (6,3%), sumber informasi berjumlah 7 responden (21,9%).

5.2 Pola asuh ibu dalam pemberian makanan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tabel 5.2

Distribusi frekuensi Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015

Pola Asuh F %

Baik 27 84,4

Tidak Baik 5 15,6

Total 32 100

Dari tabel 5.2 mayoritas pola asuh ibu baik berjumlah 27 responden (84,4 %), dan minoritas pola asuh yang tidak baik berjumlah 5 responden (15,6%).

5.3 Status gizi anak balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tabel 5.3

Distribusi Frekuensi Status Gizi Anak Balita di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015

Status Gizi F %

Baik 11 34,4

Tidak Baik 21 65,6

Total 32 100

Dari tabel 5.3 mayoritas status gizi yang tidak baik berjumlah 21 responden (65,6%), dan minoritas gizi yang baik berjumlah 11 responden (34,4%).


(50)

37

5.4 Hubungan Pola ASuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi anak Balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015.

Tabel 5.4

Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita Di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015.

Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan

Status Gizi Anak

Balita Total

Baik Tidak

Baik

F % F % F % P

0,773

Baik 9 28,1 18 56,2 27 84,4

Tidak Baik 2 6,3 3 9,4 5 15,6

Total 11 34,4 21 65,6 32 100,0

Pola asuh ibu dalam pemberian makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi balita khususnya saat balita menghadapi masalah-masalah yang terjadi pada usia balita seperti kurang gizi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 32 responden diperoleh data mengenai pola asuh ibu dalam pemberian makanan sangat mempengaruhi status gizi balita didapatkan 27 (84,4%) ibu yang pola asuhnya baik dengan 18 (56,2%) anak yang status gizinya baik dan 2 (6,3%) anak yang status gizinya tidak baik. Sedangkan 3 (9,4%) ibu yang pola asuh tidak baik dengan 27 (84,4%) anak yang status gizinya baik dan 5 (15,6%) anak yang status gizinya tidak baik.

Hasil perhitungan uji statistik chi-square yang dilakukan dengan program software komputer analisis statistik menunjukkan bahwa nilai p (0,773) > σ (0,05)


(51)

sehingga Ho gagal di tolak berarti tidak ada hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita, berarti ibu yang pola asuh baik mempunyai anak yang status gizinya tidak baik di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan tahun 2015. B.Pembahasan

Menurut Engle (1997), pola asuh adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dan anggota keluarga lainnya. Pola asuh responden meliputi perhatian/dukungan ibu terhadap anak dalam pemberian makanan, rangsangan psikososial dan praktek kesehatan anak.

5.1 Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015

Diketahui bahwa hasil distribusi frekuensi Pola asuh ibu dalam pemberian makanan sangat berpengaruh terhadap status gizi balita khususnya saat balita menghadapi masalah-masalah yang terjadi pada usia balita seperti kurang gizi. Salah satu faktor yang berperan penting dalam status gizi balita adalah pola asuh (Mustapa, Sirajuddin, Salam, 2013).

Menurut Nursalam 2005 kebutuhan dasar anak terbagi 3 yaitu Asuh, Asah, dan Asih. Menurut Yusniyah (2008). Pola Asuh adalah mendidik, membimbing dan memelihara anak, mengurus makanan, minuman, pakaian, kebersihannya. Menurut Lubis 2008 ibu sebagai tokoh sentral dan sangat penting untuk melaksanakan kehidupan khususnya pada balita. Menurut Lubis (2008), anak masih membutuhkan bimbingan seorang ibu dalam memilih makanan agar pertumbuhan tidak terganggu.


(52)

39

Diketahui bahwa hasil distribusi frekuensi pola asuh ibu dalam pemberian makanan menunjukkan bahwa pola asuh baik (84,4%) responden, sedangkan pola asuh yang tidak baik (15,6 %).

Soetjiningsih (2012) mengemukakan bahwa pada saat mempersiapkan makanan, kebersihan makanan dan peralatan yang dipakai harus mendapatkan perhtian khusus. Makanan yang kurang bersih dan sudah tercemar dapat menyebabkan diare atau cacingan pada anak.

5.2 Status Gizi Balita di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015

diketahui bahwa hasil distribusi frekuensi status gizi anak balita menunjukkan yang baik adalah(34,4%),sedangkan status gizi yang tidak baik berjumlah (65,6%) responden.

Menurut buku Khomsan (2012) Balita adalah anak yang telah menginjak usia diatas 1 tahun atau lebih terkenalnya usia anak dibawah lima tahun.

Menurut penelitian dari Miko tahun (2003) pekerjaan ibu tidak berhubungan dengan status gizi balita, gizi tidak baik sebanyak 21 orang, dengan mempunyai ibu yang ibu rumah tangga lebih banyak dibanding dengan balita yang mempunyai ibu bekerja. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa karakteristik responden berdasarkan pendidikan ibu adalah SMA sebanyak 19 orang, , SMP sebanyak 11 orang, dan SD sebanyak 2 orang.

5.3 Hubungan Pola Asuh ibu dalam Pemberian Makanan terhadap Status Gizi Anak Balita diRSUD Dr. Pirngadi Kota Medan Tahun 2015

Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 32 responden diperoleh data mengenai pola asuh ibu dalam pemberian makanan sangat mempengaruhi status gizi


(53)

balita didapatkan (84,4%) ibu yang pola asuhnya baik (56,2%) anak yang status gizinya baik (6,3%) anak yang status gizinya tidak baik. Sedangkan (9,4%) ibu yang pola asuh tidak baik (84,4%) anak yang pola asuh nya baik dan (15,6%) anak yang status gizinya tidak baik. Salah satu faktor yang berperan penting dalam status gizi balita adalah pola asuh (Mustapa, Sirajuddin, Salam, 2013).

Masalah gizi di pengaruhi oleh banyak faktor yang saling mempengaruhi secara kompleks. Salah satu yang mempengaruhinya yaitu ibu, keadaan gizi di pengaruhi oleh kemampuan ibu menyediakan pangan yang cukup untuk anak serta pola asuh yang di pengaruhi oleh faktor pendapatan keluarga, pendidikan, prilaku dan jumlah saudara.

Sulistijani (2001) mengemukakan seiring bertambahnya usia anak ragam makanan harus bergizi lengkap dan seimbang yang mana penting untuk menunjang tumbuh kembang dan status gizi anak. Responden yang termasuk dalam kategori pola asuh ibu tidak baik status gizi baik sebanyak 1 responden, hal ini karena pola asuh ibu dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu, lingkungan, serta budaya.

Hasil perhitungan uji statistik chi-square yang dilakukan dengan program software komputer analisis statistik menunjukkan bahwa nilai p (0,773) > σ (0,05)

sehingga Ho gagal di tolak berarti tidak ada hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita, berarti ibu yang pola asuh baik mempunyai anak yang status gizinya tidak baik di RSUD DR. Pirngadi Kota Medan tahun 2015.


(54)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan mengenai hubungan hubungan pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita tahun 2015 maka kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Sebagian besar pola asuh ibu yang kategori baik lebih banyak (84,4%) 2. Sebagian besar status gizi yang kategori tidak baik lebih banyak (65,6%)

dibandingkan yang status gizinya baik.

3. Dari hasil perhitungan uji statistik chi-square yang dilakukan dengan program software komputer analisis statistik menunjukkan bahwa nilai p (0,773) > σ (0,05) sehingga Ho gagal di tolak berarti tidak ada hubungan

pola asuh ibu dalam pemberian makanan terhadap status gizi anak balita, berarti ibu yang pola asuh baik mempunyai anak yang status gizinya tidak baikdi RSUD DR. Pirngadi Kota Medan tahun 2015.

B. SARAN

1. Masih ditemukan anak balita dengan status gizi yang tidak baik , oleh karena itu dalam mempertahankan dan peningkatan status gizi, disarankan kepada ibu untuk tetap memperhatikan asupan gizi anak, baik asupan energi maupun protein, selain itu perlu juga peningkatan kesadaran ibu dengan diberikan penyuluhan oleh petugas kesehatan agar dapat memperbaiki status gizi anak yang yang tidak baik.


(55)

2. Diharapkan kepada ibu yang pola asuhnya sudah baik lebih menigkatkan lagi pola asuhnya agar anak ibu bisa mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengetahui pentingnya pola asuh ibu dalam pemberian makanan bisa memenuhi status gizi yang baik dan sempurna.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2010). Gizi Dalam Daur Kehidupan , Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta

Dinkes Sumatra Utara, (2006), Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Anak Balita Di wilayah Kerja Puskesmas pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten langkat Tahun 2008, Skripsi FKM USU, Medan

Hidayat A.A.A. (2007). Metode Penelitian kebidanan & Teknik Analisis Data , Salemba Medika, Jakarta

Kumalasari E. (2012). Diet Untuk Anak. Araska, Yogyakarta

Lubis R. (2008), Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Anak Balita Di wilayah Ker ja Puskesmas pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten langkat Tahun 2008, Skripsi FKM USU, Medan

Marimbi H. (2010). Tumbuh Kembang Status Gizi, dan Imunisasi Dasar Pada Balita . Nuha Medika, Yogyakarta

Maryunani A. (2010). Ilmu Kesehatan Anak. Trans Info media, Jakarta

Notoatmodjo S. (2010). Metodelogi Peneletian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta Nursalam, (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan.

Salemba Medika, Jakarta

Paath, (2004). Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Ker ja Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota Manado, Jurnal Keperawatan, Manado

Purwani E. (2013). Pola Pemberian Makan dengan Status Gizi Anak 1 sampai 5 Tahun di Kabunan Taman Pemalang, Jurnal Keperawatan Anak, Semarang Rapar V. L. Hubungan Pola Asuh Ibu Dengan Status Gizi Balita Di Wilayah Ker ja

Puskesmas Ranotana Weru Kecamatan Wanea Kota Manado, Jurnal Keperawatan, Manado

Riksani R.(2012). Kea jaiban Asi. Dunia Sehat , Jakarta

Soetjiningsih, (1995), Tumbuh Kembang Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta


(57)

Santoso, (2005). Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Anak Balita Di wilayah Ker ja Puskesmas pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten langkat Tahun 2008, Skripsi FKM USU, Medan

Supariasa, (2002). Hubungan Pola Asuh Orang Tua Tentang Pemenuhan Kebutuhan Dengan Status Gizi Anak Balita , Jurnal Kebidanan, Ngudi Waluyo

Zeiten, (2000). Hubungan Pola Asuh Ibu dengan Status Gizi Anak Balita Di wilayah Ker ja Puskesmas pantai Cermin Kecamatan Tanjung Pura Kabupaten langkat Tahun 2008, Skripsi FKM USU, Medan


(58)

KUESIONER PENELITIAN

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DALAM PEMBERIAN MAKANAN TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA DI RSUD Dr. PIRNGADI

MEDAN

1. Identitas

Nomor responden :

Umur : < 20 tahun

20-35 tahun >35 tahun

Pekerjaan : PNS IRT Dan

Lain-lain

Honor Pedagang

Pendidikan : Tidak sekolah SD

SMP SMA

D III /Perguruan Tinggi


(59)

Secara tidak langsung : Media cetak, elektronik,

2. Petunjuk pengisian kuesioner

a. Baca dan pahamilah dengan baik setiap pertanyaan dibawah ini. b. Beri tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang benar c. Berikan tanda checklist pada jawaban yang dianggap benar A. Kuesioner Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan.

1. Mengajari anak ibu untuk makan sehat sedari lahir ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

2. Memberikan jus pada anak sedari lahir? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

3. Membuat contoh permainan dengan menggunakan makanan mereka ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

4. Menunjukkan cara yang aman untuk mengupas buah dan sayuran ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

5. Mengajak anak untuk membantu menyiapkan makanan ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

6. Mengajari anak tentang variasi aneka warna pada makanan ? a. Selalu

b. Sering


(60)

d. Tidak Pernah

7. Mengkonsumsi makan makanan sehat ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

8. Memberikan wartel dan sayuran berwarna hijau untuk membantu mencerna makanan ?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

9. Mengajari anak tentang teknik memasak yang sehat? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

10.Membuat daftar makanan yang anak suka ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

11.Berperan dalam membuat pola makanan pada anak ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

12.Memberikan makanan baru pada anak ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

13.Memberikan makanan bergizi pada anak ? a. Selalu

b. Sering


(61)

d. Tidak Pernah

14.Menyajikan makanan sehat pada anak ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

15.Mengajari anak makan dengan benar ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

16.Memberikan makan tepat waktu pada anak ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

17.Memaksa anak untuk makan ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

18.Merubah letak penyimpanan makanan ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

19.Membatasi makanan yang ingin dikonsumsi anak ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

20.Memberikan asi saat anak masih bayi ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah


(62)

21.Memantau jenis dan Jumlah makanan yang dimakan anak ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

22.Menumbuhkan rasa bangga pada diri sendiri sudah berhasil dalam memerankan tugas dengan baik ?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

23.Jangan melarang dan memaksakan sikap yang berdampak negatif terhadap pola makan pada anak ?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

24.Simpanlah makanan ditempat yang yang mudah terlihat dan dijangkau ? a. Selalu

b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah

25.Menjaga anak dengan santai,tenang dan jangan menyerah disaat mereka emosi ?

a. Selalu b. Sering

c. Kadang-kadang d. Tidak Pernah


(63)

FORMULIR

STATUS GIZI ANAK BALITA

Nama

:

No. Responden

:


(64)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang betanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Hubungan Pola Asuh Ibu Dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Baliata di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, April

2015

( )


(65)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr.Wb/Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Saya mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul” Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita”.

Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita,karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu,tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. (Sibagariang, 2010).

Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada Bapak/ibuSdra/Sdri : tentang : a. Membagikan Kusioner kepada ibu tentang pola asuh ibu dalam pemberian


(66)

b. Data demografi seperti, orang tua: usia, pekerjaan, pendidikan, anak : Usia, berat bada, tinggi badan,Lingkar dada, lingkar kepala, dan jenis kelamin.wawancara akan kami lakukan sekitar 30 menit.

Partisipasi bapak/Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk Penelitian ini bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri membutuhkan penjelasan, maka dapat hubungi saya :

Nama : Nila Novitania

Alamat : Padang Bulan (pasar 1) No. HP : 082283192081

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertraan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, April 2015

Responden Peneliti


(67)

(68)

(1)

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP) (INFORMED CONSENT)

Saya yang betanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur : Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari penelitian tentang “Hubungan Pola Asuh Ibu Dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Baliata di RSUD Dr. Pirngadi Medan

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, April

2015

( )


(2)

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN Assalamualaikum Wr.Wb/Salam Sejahtera

Dengan Hormat,

Saya mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul” Hubungan Pola Asuh Ibu dalam Pemberian Makanan Terhadap Status Gizi Anak Balita”.

Pola makan pada balita sangat berperan penting dalam proses pertumbuhan pada balita,karena dalam makanan banyak mengandung gizi. Gizi menjadi bagian yang sangat penting dalam pertumbuhan. Gizi di dalamnya memiliki keterkaitan yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Apabila terkena defisiensi gizi maka kemungkinan besar sekali anak akan mudah terkena infeksi. Gizi ini sangat berpengaruh terhadap nafsu makan. Jika pola makan tidak tercapai dengan baik pada balita maka pertumbuhan balita akan terganggu,tubuh kurus, pendek bahkan bisa terjadi gizi buruk pada balita.

Gizi adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolism dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan. (Sibagariang, 2010).

Kami akan melakukan wawancara terstruktur kepada Bapak/ibuSdra/Sdri : tentang : a. Membagikan Kusioner kepada ibu tentang pola asuh ibu dalam pemberian


(3)

b. Data demografi seperti, orang tua: usia, pekerjaan, pendidikan, anak : Usia, berat bada, tinggi badan,Lingkar dada, lingkar kepala, dan jenis kelamin.wawancara akan kami lakukan sekitar 30 menit.

Partisipasi bapak/Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk Penelitian ini bapak/Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Bapak/Ibu/Sdra/Sdri membutuhkan penjelasan, maka dapat hubungi saya :

Nama : Nila Novitania

Alamat : Padang Bulan (pasar 1) No. HP : 082283192081

Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertraan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Bapak/Ibu/Sdra/Sdri bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, April 2015

Responden Peneliti


(4)

(5)

(6)

BIODATA

Nama : Nila Novitania

NIM : 145102174

Tempat/Tgl. Lahir : Teluk Pambang/ 19 Nopember 1993 Anak Ke : 1 dari 2 saudara

Agama : Islam

Alamat : Jl.Abdul Razak Kec. Bantan Kab. Bengkalis

Nama Orang Tua

Ayah : M.Jamil A.Ma.Pd

Ibu : Arniati

Pendidikan

1999 – 2005 : SD Negeri 03 Teluk Pambang 2005 – 2008 : SMP Negeri 02 Teluk Pambang 2008 – 2011 : SMA Negeri 02 Bengkalis

2011 – 2014 : Akademi Kholisatur Rahmi Binjai