strategi pembelajaran model pembelajaran. docx

Memahami konsep model pembelajaran think pair share
,number head together,team games tournament
Tugas strategi pembelajaran

Di susun oleh :
Dzulkifli P.R
Fadhila lugastara
Try hari poerwanto

(14050394035)
(14050394036)
(14050394037)

UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN TATA BOGA
2014-2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Model pembelajaran menurut Joyce (Trianto, 2011:5) adalah “Suatu perencanaan atau
suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain”.Model pembelajaran
kooperatif dapat membantu peseta didik meningkatkan sikap positif dalam pembelajaran kimia.
Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka
memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman
budaya, gender, sosial-ekonomi, dll. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif
mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini
sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat. Pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokkan/Tim kecil, yaitu
antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap
kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu
menunjukkan prestasi yang di persyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan
mempunyai ketergantungan positif. Ketrgantungan semacam itulah yang selanjutnya akan

memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari
setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai
motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang
sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok. Dari pendapat tersebut, jelas
bahwa pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik pada perilaku bersama. Dalam bekerja
sama yang bertujuan untuk saling membantu satu sama lain, menghormati pendapat orang lain,
dan selalu bekerja sama untuk menambah pengetahuannya.
1.2 Rumusan Masalah
1.

Bagaimana Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT) ?

2.

Bagaimana Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGT) ?

3. Bagaimana Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) ?
1.3

1.

Tujuan Penulisan
Untuk Mengetahui Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together
(NHT)

2. Untuk Mengetahui Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament
(TGS)
3. Untuk Mengetahui Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS).

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Model Pembelajaran Kooperatif
Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu
siswa memahami konsep-konsep sulit. Pembelajaran kooperatif juga menurut mereka
memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan antar-individu, baik ras, keragaman
budaya, gender, sosial-ekonomi, dll.Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif
mengajarkan keterampilan bekerja sama dalam kelompok atau teamwork. Keterampilan ini
sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas ke tengah masyarakat.
Model Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus pada

penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar. Setiap anggota tim bertanggung jawab tidak hanya untuk belajar apa
yang diajarkan tetapi juga untuk membantu rekan belajar, sehingga menciptakan suasana prestasi
bersama-sama.
1. Kelebihan model pembelajaran kooperatif :
 Salingketergantungan yang positif
 Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu
 Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas
 Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan
 Terjalinnya hubungan yang hangatdan bersahabat antara siswa dengan guru
 Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan.
2. Kekurangan model pembelajaran kooperatif :
 Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak
tenaga, pemikiran dan waktu.
 Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan
biaya yang cukup memadai
 Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topic permasalahan yang
sedang dibahas meluas.
 Saatdiskusikelas, terkadang didominasiolehseseorang,
Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam diantaranya :

1. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together )
2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament )
3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS (Think Pair Share)
2.1.1 Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together )
Menurut Suhermi (2004:43) menyatakan bahwa “Numbered Head Together adalah
pendekatan yang dikembangkan untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi
yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran

tersebut”.m Menurut Kagan (dalam Foster 2002:11) “ Numbered Head Together merupakan
suatu tipe model pembelajaran kooperatif yang merupakan stuktur sederhana dan terdiri atas
empat tahap yang digunakan untuk meriview fakta-fakta dan informasi dasar yang berfungsi
untuk mengatur interaksi siswa”. Pendapat seperti di atas juga di dukung oleh para ahli yang lain
seperti Muslimin (2000:65) yang mengemukakan bahwa: “Numbered Head Together adalah
salah satu tipe dari pembelajaran kooperatif dengan sintaks: pengarahan, buat kelompok
heterogen dan tiap siswa memiliki nomor tertentu, berikan persoalan materi bahan ajar (untuk
tiap kelompok sama tetapi untuk tiap siswa tidak sama sesuai dengan nomor siswa, tiap siswa
dengan nomor yang sama mendapat tugas yang sama) kemudian bekerja dalam kelompok,
presentasi kelompok dengan nomor siswa yang sama sesuai tugas masing-masing sehingga
terjadi diskusi kelas, kuis individual dan buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis
dan beri reward”.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola
interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini
dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam
menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran tersebut.Numbered Head Together dikembangkan oleh Spencer Kagen
dengan melibatkan para siswa dalam mereview bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan
mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut. Numbered Head
Together (NHT) merupakan suatu pendekatan untuk melibatkan banyak siswa dalam
memperoleh materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka
terhadap isi pelajaran (Ibrahim at all, 2000:28).Struktur yang dikembangkan oleh Kagen ini
menghendaki siswa belajar saling membantu dalam kelompok kecil dan lebih dicirikan oleh
penghargaan kooperatif dari pada penghargaan individual. Ada struktur yang memiliki tujuan
umum untuk meningkatkan penguasaan isi akademik dan ada pula struktur yang tujuannnya
untuk mengajarkan keterampilan sosial (Ibrahim at all, 2000:25). Model NHT adalah bagian dari
model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Struktur Kagan menghendaki agar para
siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif.Struktur
tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas tradisional seperti
mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk menjawab

pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam kelas,
karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab pertanyaan
peneliti.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran
kooperatif dengan tipe NHT yaitu :
a) Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
b) Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar
belakang.
c) Pengembangan keterampilan sosial
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang
dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau
menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya

Adapun ciri-ciri pembelajaran kooperatif tipe Numbered heads Together (NHT) yaitu :
1. Kelompok Heterogen
2. Setiap anggota kelompok memiliki nomor kepala yang berbeda-beda.
3. Berpikir bersama (Heads Together)
Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak langsung melatih

siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara dengan
penuh perhitungan,sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.
Tabel 02. Sintaks NHT menurut Kagan (2007) dijelaskan sebagai berikut:
:
Fase-fase
Perilaku Guru
Perilaku Siswa
Fase
1. Guru membagi siswa
Penomoran
menjadi
beberapa
(Numbering)
kelompok atau tim yang
beranggotakan 3-5 orang
dan memberi siswa nomor
Fase
2. Guru
mengajukan
Pengajuan

pertanyaan kepada siswa
Pertanyaan
sesuai dengan materi
(Questioning)
yang sedang dipelajari
yang bervariasi dari
yang spesifik hingga
bersifat
umum
dan
dengan tingkat kesulitan
yang bervariasi.
Fase3.
Guru
memberikan
Berpikir
bimbingan
bagi
Bersama
kelompok siswa yang

(Heads
membutuhkan.
Together)

Setiap siswa dalam tim
mempunyai nomor berbedabeda,sesuai dengan jumlah
siswa di dalam kelompok.

-Guru secara random
memilih kelompok yang
harus
menjawab
pertanyan tersebut

Siswa yang nomornya disebut
guru dari kelompok tersebut
mengangkat
tangan
dan
berdiri

untuk
menjawab
pertanyaan

Siswa
menyimak
menjawab pertanyaan

dan

Siswa
berpikir
bersama
untuk menemukan
jawaban
dan menjelaskan jawaban
kepada anggota dalam timnya
sehingga
semua
anggota
mengetahui jawaban dari
masing-masing pertanyaan.
Fase
4. -Guru menyebut salah -Setiap siswa dari tiap
Pemberian
satu nomor
kelompok yang bernomor
Jawaban
sama mengangkat tangan dan
(Answering)
menyiapkan jawaban untuk
seluruh kelas

a.
1.
2.
3.
4.
b.
1)
2)
1)
2)
1)
2)
3)
4)
5)
c.
1)
2)
3)

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

Adapun pelaksanaan model pembelajaran tipe Numbered heads Together (NHT) yaitu :
Tahap Pendahuluan
Langkah -1
: Penomoran (numbering):
Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan 3-5 orang
dan memberi mereka nomor, sehingga tiap siswa dalam tim tersebut memiliki nomor yang
berbeda.
Menginformasikan materi yang akan dibahas atau mengaitkan materi yang dibahas dengan
materi yang lalu.
Mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan apa yang akan dilaksanakan.
Memotivasi siswa, agar timbul rasa ingin tahu siswa tentang konsep-konseo yang akan
dipelajari.
Kegiatan Inti
Langkah 2
: Pengajuan Pertanyaan
Menjelaskan materi secara sederhana.
Mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat
spesifik hingga yang bersifat umum,
Langkah 3
: Berpikir Bersama (Head Together)
Siswa memikirkan pertanyaan yang diajukan oleh guru.
Para siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang
mengetahui jawaban tersebut.
Langkah 4 : pemberian jawaban
Guru menyebutkan (memanggil) suatu nomor dari salah satu kelompok secara acak.
Siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan.
Siswa menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas,ditanggapi oleh kelompok lain.
Jika jawaban dari hasil diskusi kelas sudah dianggap betul siswa diberi kesempatan untuk
mencatat dan apabila jawaban masih salah, guru akan mengarahkan.
Guru memberikan pujian kepada siswa atau kelompok yang menjawab betul.
Penutup
Melakukan refleksi.
Guru membimbing siswa menyimpilkan materi.
Siswa diberikan tugas untuk diselesaikan dirumah dan mengerjakan kuis.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa
yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara
lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
Memperbaiki kehadiran
Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
Konflik antara pribadi berkurang
Pemahaman yang lebih mendalam
Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
Hasil belajar lebih tinggi

Kelemahan tipe Numbered heads Together NHT:
1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru.
2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru
3. Kelas cenderung jadi ramai, dan jika guru tidak dapat mengkondisikan dengan baik,keramaian
itu dapat menjadi tidak terkendali.
2.1.2 Deskripsi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Games Tournament )
Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggotaanggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat
disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi
pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan
kelompok. Menurut Davied Devrie dan keith Edward (1995) ,merupakan pembelajaran
pertama dari John Hopkins.dalam model ini kelas dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yng
beranggotakan 3 sampain dengan 5 siswa yang berbeda-beda tingkat kemampuan,jenis
kelamin,dan latar belakang etniknya.kemudian siswa akan bekerjasama dalam kelompokkelompok kecilnya,pembelajaran ini hamper sama seperti STAD dalam setiap hal kecuali satu.
Menurut Nur dan Wikandari (2000), menjelaskan bahwa TGT telah digunakan dalam berbagai
macam mata pelajaran dan paling cocok digunakan untuk mengajar pembelajaran yang
dirumuskanndengan tajam dengan satu jawaban benar seperti perhitungan,dan penerapan berarti
matematika dan fakta-fakta serta konsep IPA.
Saptono, 2008 (dalam Hakim, 2009) menyatakan bahwa Model Pembelajaran Kooperatif
merupakan pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelompokkan siswa dengan tingkat
kemampuan akademik yang berbeda ke dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya terdiri dari 4-6 orang dengan struktur kelompok yang heterogen.
Model pembelajaran kooperatif ada berbagai macam dan salah satunya yaitu model
pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament).Model ini pada mulanya
dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards. Model Pembelajaran TGT adalah salah
satu tipe pembelajaran kooperatif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar
yang beranggotakan 4 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku
kata atau ras yang berbeda.
Penerapan Model TGT dalam pelaksanaanya tidak memerlukan fasilitas pendukung
khusus seperti peralatan atau ruangan khusus. Selain mudah diterapkan dalam penerapannya
TGT juga melibatkan aktivitas seluruh siswa untuk memperoleh konsep yang diinginkan.
Kegiatan tutor sebaya terlihat ketika siswa melaksanakan turnamen yaitu setelah masing-masing
anggota kelompok membuat soal dan jawabannya, untuk selanjutnya saling mengajukan
pertanyaan dan belajar bersama. Sedangkan untuk memotivasi belajar siswa dalam TGT terdapat
unsur reinforcement.
Model Pembelajaran Kooperatif Team Games Tournament (TGT) mempunyai banyak
manfaat antara lain sebagai alternatif untuk menciptakan kondisi yang variatif dalam kegiatan
belajar mengajar, dapat membantu guru untuk menyelesaikan masalah dalam pembelajaran,
seperti rendahnya minat belajar siswa, rendahnya aktivitas proses belajar siswa ataupun

rendahnya hasil belajar siswa dan melibatkan aktivitas seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan
status, juga melibatkan peran siswa sebagai ”tutor sebaya”.
Ditinjau dari kompetensi yang dapat dikembangkan dalam Model Pembelajaran TGT
yaitu sebagai berikut.
1.
Pengetahuan (knowledge) yaitu kesadaran dalam aspek kognitif, dengan menggunakan
TGT pengetahuan siswa mengenai materi pelajaran akan lebih mendalam karena dalam TGT ada
unsur tutor sebaya.
2.
Pemahaman (understanding) yaitu menyangkut kognitif dan afektif yang dimiliki oleh
individu. Di samping memahami materi pelajaran dengan TGT siswa juga dilatih untuk
memahami perasaan orang lain.
3.
Kemampuan (skill) adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau
pekerjaan yang dibebankan kepadanya. Kompetensi ini dapat dengan mudah diperoleh siswa,
karena dalam TGT dapat mengembangkan banyak kompetensi diantaranya membuat pertanyaan
dan menjelaskan kepada siswa lain.
4.
Nilai (value) adalah suatu standar perilaku yang diyakini dan secara psikologis telah
menyatu dalam diri seseorang. Kompetensi ini pada TGT terkandung dalam kejujuran dalam
merahasiakan soal masing-masing individu, keterbukaan dalam memberikan penjelasan kepada
teman lain dan demokrasinya terlihat ketika berdiskusi untuk menyatukan pendapat yang
berbeda.
5.
Sikap (attitude) yaitu perasaan (senang-tidak senang, suka-tidak suka) atau reaksi terhadap
suatu rangsangan yang akan datang dari luar. Kompetensi sikap diperoleh siswa karena dalam
TGT siswa belajar dengan kelompok masing-masing tanpa ada tekanan dari guru, sehingga siswa
merasa senang dan santai.
6.
Minat (interest) adalah kecenderungan seseorang untuk melakukan sesuatu perbuatan.
Adanya turnamen dalam TGT meningkatkan minat belajar siswa untuk mempelajari materi
pelajaran.
Model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) juga memiliki
kelebihan dan kekurangan sebagai berikut.
Kelebihan Model Pembelajaran TGT yaitu:
a)
dapat mendorong dan mengkondisikan berkembangnya sikap dan keterampilan sosial
siswa, meningkatkan hasil belajar, serta aktivitas siswa,
b)
lebih meningkatkan pencurahan waktu untuk tugas,
c)
mengedepankan penerimaan terhadap perbedaan individu,
d) dengan waktu yang sedikit dapat menguasai materi secara mendalam,
e)
proses belajar mengajar berlangsung dengan keaktifan dari siswa,
f)
mendidik siswa untuk berlatih bersosialisasi dengan orang lain,
g)
motivasi belajar lebih tinggi, dan
h)
meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.



Sedangkan kelemahan TGT yaitu sebagai berikut.
a.
Bagi guru
Sulitnya pengelompokan siswa yang mempunyai kemampuan heterogen dari segi akademis.
Kelemahan ini akan dapat diatasi jika guru yang bertindak sebagai pemegang kendali teliti dalam
menentukan pembagian kelompok.





Waktu yang dihabiskan untuk diskusi oleh siswa cukup banyak sehingga melewati waktu yang
sudah ditetapkan. Kesulitan ini dapat diatasi jika guru mampu menguasai kelas secara
menyeluruh.
b.
Bagi siswa
Masih adanya siswa berkemampuan tinggi kurang terbiasa dan sulit memberikan penjelasan
kepada siswa lainnya. Untuk mengatasi kelemahan ini, tugas guru adalah membimbing dengan
baik siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi agar dapat dan mampu menularkan
pengetahuannya kepada siswa yang lain.
B.

Analisis Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)
Dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament terdapat unsurunsur yang sangat penting yaitu sebagai berikut.
1.
Syarat-Syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
Syarat-syarat Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) terdiri dari sintaks, sistem
sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring.
a.
Sintaks (Syntax)
Menurut Slavin (dalam Purwati, 2010) ada 5 komponen utama dalam TGT yang secara
rinci dapat diuraikan sebagai berikut.
Langkah 1 : Tahap Menyampaikan Informasi (Presentasi Klasikal)
Pada fase ini guru menyajikan materi pelajaran seperti biasa, bisa dengan ceramah,
diskusi, demonstrasi atau eksperimen bergantung pada karakteristik materi yang sedang
disampaikan dan ketersediaan media di sekolah yang bersangkutan. Pada kesempatan ini guru
harus memberitahu siswa agar cermat mengikuti proses pembelajaran karena informasi yang
diterimanya pada fase ini sangat bermanfaat untuk bisa menjawab kuis pada fase berikutnya dan
skor kuis yang akan diperoleh sangat menentukan skor tim mereka.
Langkah 2: Tahap Pembentukan Tim atau Pengorganisasian Siswa (Kelompok)
Pada fase ini, guru membentuk kelompok-kelompok kecil beranggotakan 4-6 orang
siswa, terdiri dari siswa berkemampuan tinggi, sedang dan kurang. Fungsi kelompok disini
adalah untuk mengarahkan semua anggota untuk belajar mengkaji materi yang disampaikan oleh
guru, berdiskusi, membantu anggota yang kemampuan akademiknya kurang sehingga mereka
secara tim nantinya siap untuk mengikuti kuis. Kekompakkan kerjasama tim akan mampu
meningkatkan hubungan antar sesama anggota tim, rasa percaya diri, dan keakraban antar siswa.
Langkah 3: Tahap Permainan (Game Tournament)
Pada fase ini, guru membuat suatu bentuk permainan.Materinya terdiri dari sejumlah
pertanyaan yang relevan dengan materi ajar yang disampaikan oleh guru pada fase sebelumnya
untuk menguji kemajuan pengetahuan siswa setelah memperoleh informasi secara klasikal dan
hasil latihan di kelompoknya. Dalam permainan ini, posisi meja turnamen diatur sebagai
berikut (Sumber: Slavin dalam Purwati, 2010).
Siswa dari suatu kelompok ditempatkan pada meja tournament berdasarkan tingkat
kemampuan mereka. Pada meja 1 ditempatkan wakil-wakil siswa yang berkemampuan akademik
tinggi, pada meja 2 dan 3 ditempatkan siswa yang berkemampuan rata-rata, sedangkan pada
meja 4 ditempatkan oleh para siswa yang berkemampuan rendah. Selanjutnya, para siswa akan
mengalami perubahan posisi dari satu meja ke meja yang lain tergantung dari kemampuan
mereka dalam mengikuti lomba atau tournament. Pemenang pertama pada suatu meja bisa

berpindah meja yang berkualifikasi lebih tinggi, pemenang kedua tetap tinggal di meja semula,
sedangkan siswa yang memperoleh skor terendah akan bergeser ke meja yang ditempati oleh
siswa yang berkualifikasi lebih rendah. Dengan cara ini maka penempatan siswa pada saat awal
akan dapat bergeser naik atau turun sampai menempati posisi yang sesuai dengan tingkat
kemampuan yang sesungguhnya mereka miliki.
Peraturan permainan
Permainan diawali dengan memberitahukan aturan permainan kepada siswa.Setelah itu
dilanjutkan dengan membagikan kartu-kartu soal untuk bermain (kartu soal dan kunci ditaruh
terbalik diatas meja sehingga soal dan kunci tidak terbaca).Permainan pada tiap meja turnamen
dilakukan dengan aturan sebagai berikut Slavin, 1995 (dalam Kurniawan, 2008).
1.
Tiap meja terdiri dari 4-6 orang siswa yang berasal dari kelompok yang berbeda/heterogen.
2.
Setiap pemain dalam tiap meja menentukan terlebih dahulu pembaca soal dan pemain
pertama dengan cara undian. Pemain yang menang undian mengambil kartu undian yang berisi
nomor soal dan diberikan kepada pembaca soal. Pembaca soal akan membacakan soal sesuai
dengan nomor undian yang diambil oleh pemain.
3.
Soal dikerjakan secara mandiri oleh penantang dan pemain sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan dalam soal. Setelah waktu untuk mengerjakan soal selesai, maka pemain akan
membacakan hasil pekerjaannya yang akan ditanggapi oleh penantang.
4.
Pembaca soal akan membuka kunci jawaban dan skor hanya diberikan kepada pemain yang
menjawab benar atau penantang yang memberikan jawaban benar. Jika semua jawaban pemain
salah, maka kartu dibiarkan saja.
5.
Permainan dilanjutkan dengan kartu soal berikutnya sampai semua kartu soal habis
dibacakan, dan posisi pemain diputar searah jarum jam agar setiap peserta dalam satu meja
turnamen dapat berperan sebagai pembaca soal, pemain dan penantang.
6.
Dalam permainan, pembaca soal hanya bertugas untuk membaca soal dan membuka kunci
jawaban, tidak boleh ikut menjawab atau memberikan jawaban kepada peserta yang lain.
7.
Setelah semua kartu selesai terjawab, setiap pemain dalam satu meja menghitung jumlah
kartu yang diperoleh dan menentukan berapa poin yang diperoleh berdasarkan tabel yang telah
disediakan.
8.
Setiap pemain kembali kepada kelompok asalnya dan melaporkan poin yang diperoleh
kepada ketua kelompok. Ketua kelompok memasukkan poin yang diperoleh oleh anggota
kelompoknya pada tabel yang telah disediakan, kemudian menentukan kriteria penghargaan yang
diterima oleh kelompoknya.
Langkah 4: Tahap Pemberian Penghargaan Kelompok
Skor kelompok diperoleh dengan cara menjumlahkan skor anggota setiap kelompok,
kemudian dicari rata-ratanya. Berdasarkan skor rata-rata kelompok akan diperoleh gambaran
perbedaan prestasinya. Dari skor rata-rata kelompok ini guru dapat memberikan penghargaan
kepada setiap kelompok berdasarkan kriteria seperti pada tabel berikut.
Kriteria Penghargaan untuk Kelompok
No
Kriteria (Rata-rata Kelompok)
Predikat
1
X