Perbedaan prestasi siswa dalam pembelajaran pendidikan Agama Islam berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah (studi kasus di SMA Darussalam Ciputat)

(1)

(Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh

ANI MAYRANI 106011003548

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TABIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA


(2)

(3)

(4)

i

ABSTRAK

Ani Mayrani 106011003548

Pendidikan Agama Islam

Perbedaan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Perbedaan Latar Belakang Sekolah (Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)

Pembahasan skripsi ini dimaksudkan untuk: (1) mendeskripsikan bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral, (2) mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP, (3) mendeskripsikan bagaimana solusi atau tindakan guru dalam mengoptimalkan prestasi siswa yang berbeda latar belakang sekolah antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP.

Permasalahan yang muncul adalah “Adakah perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP”. Berdasarkan permasalahan yang diajukan tersebut, maka hipotesis yang muncul adalah, Ha: “Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP”.Ho: “Tidak Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP”.

Untuk memecahkan permasalahan dan membuktikan hipotesis yang diajukan, penulis mengadakan penelitian di SMA Darussalam Ciputat dengan obyek penelitian adalah siswa kelas X dengan sampel berjumlah 30 orang siswa. Data-data diperoleh melalui angket, tes membaca Al Quran, dan tes hasil belajar PAI kemudian nilai-nilai tersebut dianalisis dengan menggunakan analisis komparasional.

Ternyata Hipotesis Nihil (Ho) yang menyatakan tidak adanya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP, diterima. Hal ini memberikan pengertian bahwa asal sekolah pada satuan pendidikan yang berbeda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

Selanjutnya upaya guru untuk meningkatkan prestasi siswa dengan adanya perbedaan latar belakang sekolah, guru dituntut menjalankan fungsinya secara maksimal sehingga tercipta pembelajaran yang kondusif yang berpengaruh pada meningkatnya prestasi belajar siswa.


(5)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum, wr., wb.

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, anugerah, dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesesaikan

skripsi ini dengan judul “Perbedaan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Perbedaan Latar Belakang Sekolah

(Studi Kasus di SMA Darussalam Ciputat)”. Penyusunan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat menempuh ujian sarjana pada Jurusan

Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam

Negeri Syarif Hidayatulah Jakarta.

Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya dukungan,

bimbingan, serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Sekretaris Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Ibu Dra. Hj. Djunaidatul Munawaroh, M.Ag., dosen pembimbing yang telah

memberikan pemikiran, pengarahan, petunjuk, serta perbaikan sehingga


(6)

iii

5. Bapak Dr. H. Abdul Majid Khon, M.Ag., dosen penasehat akademik yang telah

membantu penulis baikberupa motivasi dan arahan dalam perkuliahan.

6. Seluruh dosen pada Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah

dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan

mengajar penulis selama penulis menjadi mahasiswa.

7. Seluruh staff akademik dan administrasi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu penulis selama

mengikuti kegiatan perkuliahan.

8. Pimpinan dan seluruh staf administrasi Perpustakaan Utama, Perpustakaan FITK

yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk meminjamkan buku-buku yang penulis butuhkan sebagai referensi yang berkaitan denganskripsi ini. 9. Kepala SMA Darussalam Ciputat Bapak Marul Wa’id, S.Ag, Wakepsek/ Bidang

Kurikulum, Staf T.U, dan Bapak M. Yahya, S.Pd selaku guru Pendidikan

Agama Islam yang telah membantu dalampenelitian skripsi ini.

10.Secara khusus penulis mempersembahkan rasa terima kasih yang

sedalam-dalamnya kepada keluarga tercinta khususnya Bapak, (alm) Ibu, saudara

kembarku Ina, teh Nia, teh Susi dan A’Ade, serta keponakan-keponakan kecilku yang telah banyak memberikan dorongan moril dan materil kepada

penulis.

11.Teman-teman seperjuangan PAI 2006 kelas B yang tidak bisa disebutkan

namanya satu persatu akan tetapi tanpa mengurangirasa hormat penulis.

12.Sahabat-sahabat tersayang : Irna Purnamasari, Dini Rahmawati, Dahria Daud,

Aminah Tuzuhriyah, Adhe Putri Iriyani, Aisyah, Dewi Priyandini, Siti


(7)

iv

13.Sahabat-sahabat terbaik di Bogor : Fuzy, Endah, Asri, Ina MJ, Euis, Neneng,

dan Emi. Terima kasih atas persahabatan yang indah.

14.Serta semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kelemahan dan

kekurangan baik dalam penyajian materi maupun pemberian analisisnya. Namun

penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Wassalamu’alaikum, wr., wb.

Jakarta, Maret 2011


(8)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 3

1. Identifikasi Masalah ... 3

2. Pembatasan Masalah ... 3

3. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

1. Tujuan Penelitian ... 4

2. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESA A. Pendidikan Agama Islam ... 6

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 6

2. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 9

a. Tujuan Pendidikan Agama Islam ... 9

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam ... 10

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam ... 11

B. Prestasi Belajar ... 14

1. Pengertian Belajar ... 14


(9)

vi

3. Pengertian Prestasi Belajar ... 16

4. Pengukuran Prestasi Belajar ... 17

5. Unsur-Unsur Kompetensi Prestasi Belajar PAI ... 18

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar ... 20

C. Kerangka Berpikir ... 25

D. Hipotesis ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 27

B. Variabel Penelitian ... 27

C. Populasi dan Sampel ... 28

D. Instrumen Pengumpulan Data ... 28

1. Tes ... 28

2. Angket atau Kuesioner ... 30

3. Wawancara ... 32

4. Observasi ... 32

5. Dokumentasi ... 32

E. Kalibrasi Instrumen ... 33

1. Uji Validitas Instrumen ... 33

2. Uji Reliabilitas Instrumen ... 35

F. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 37

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum tentang SMA Darussalam ... 40

1. Sejarah Berdiri SMA Darussalam ... 40

2. Visi dan Misi SMA Darussalam ... 41

3. Sarana dan Prasarana ... 41

4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa ... 43

B. Penguasaan Materi Pendidikan agama Islam ... 45


(10)

vii

D. Sikap Keberagamaan Siswa ... 47 E. Analisis Perbedaan Latar Belakang Sekolah terhadap Penguasaan Materi PAI, Kemampuan Membaca Al Quran, dan Sikap Keberagamaan ... 48 F. Interpretasi Data ... 54 G. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ... 57 B. Saran ... 58

DAFTAR PUSTAKA


(11)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar PAI ... 29

Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Keberagamaan Siswa ... 31

Tabel 3 Perhitungan Uji Validitas ... 34

Tabel 4 Data Pengajar SMA Darussalam ... 43

Tabel 5 Data Karyawan SMA Darusalam ... 44

Tabel 6 Jumlah Siswa/I SMA Darusalam ... 44

Tabel 7 Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi PAI Siswa Asal MTs dan Siswa Asal SMP ... 46

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Kemampuan Membaca Al Quran Siswa Asal MTs dan Siswa Asal SMP ... 47

Tabel 9 Distribusi Frekuensi Sikap Keberagamaan Siswa Asal MTs dan Siswa Asal SMP ... 48

Tabel 10 Perhitungan untuk Memperoleh Mean dan Deviasi untuk Memperoleh Perbedaan Penguasaan Materi PAI ... 49

Tabel 11 Perhitungan untuk Memperoleh Mean dan Deviasi untuk Memperoleh Perbedaan Kemampuan Membaca Al Quran ... 50

Tabel 12 Perhitungan untuk Memperoleh Mean dan Deviasi untuk Memperoleh Perbedaan Sikap Keberagamaan Siswa ... 52


(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar mentransformasikan pengetahuan dan keterampilan yang diselenggarakan berdasarkan rencana yang matang, jelas, mantap, lengkap dan menyeluruh berdasarkan pemikiran rasional-obyektif yang bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik bagi peranannya di masa yang akan datang.1

Dalam Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional disebutkan mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Sedang tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

1

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Ed. 1, Cet. 5, h. 2


(13)

Dalam kaitannya dengan tujuan pendidikan nasional yang telah ditetapkan tersebut, maka Pendidikan Agama pada umumnya dan Pendidikan Agama Islam pada khususnya sangat diperlukan dan mempunyai peranan yang sangat penting. Dan untuk mencapai tujuan itu, maka pendidikan agama wajib dimasukkan dalam kurikulum sekolah pada setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan.

Pendidikan agama Islam di setiap sekolah, memiliki susunan kurikulum yang berbeda sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang pendidikannya. Pendidikan agama Islam di SMP berbeda dengan pendidikan agama Islam di MTs. Pendidikan Agama Islam di MTs lebih banyak dibandingkan Pendidikan Agama Islam di SMP. Mata pelajaran pendidikan agama Islam yang dipelajari di SMP hanya dalam satu modul saja, sedang di MTs mata pelajaran pendidikan agama Islam dibagi dalam beberapa sub bidang studi, seperti Al Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan Bahasa Arab. Terlihat ada perbedaan antara MTs dengan SMP dalam beban dan pengalaman belajar agama Islam.

Perbedaan kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara MTs dengan SMP tersebut membawa pengaruh terhadap prestasi belajar siswa, ditinjau dari penguasaan sejumlah pengetahuan atau materi pendidikan Agama Islam, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan siswa yang meliputi: ketaatan dalam menjalankan ibadah, gaya hidup dan moral.

Berdasarkan masalah tersebut, maka diperlukan langkah-langkah yang jelas oleh guru untuk mengupayakan optimalisasi kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga siswa mendapat prestasi belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan. Berdasarkan indikasi masalah tersebut peneliti berminat mengkaji dan menuangkan hasil penelitian ke dalam skripsi yang berjudul

“Perbedaan Prestasi Siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berdasarkan Perbedaan Latar Belakang Sekolah (Studi Kasus di SMA Darussalam) ”.


(14)

B.

Identifikasi, Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang terkait dalam penelitian ini, maka identifikasi masalah yang diambil oleh peneliti adalah:

a. Adanya perbedaan beban dan pengalaman belajar pendidikan agama Islam antara MTs dengan SMP

b. Adanya perbedaan prestasi belajar pendidikan agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran dan sikap keberagamaan siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP.

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah diidentifikasi, penelitian ini dibatasi pada: Pengujian tingkat kemampuan siswa belajar pendidikan agama Islam berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP ditinjau dari:

a. Kemampuan penguasaan materi pendidikan agama Islam b. Kemampuan membaca Al Quran

c. Sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran dan sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral?


(15)

b. Apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP?

c. Bagaimana tindakan guru dalam mengoptimalkan prestasi siswa SMA dalam pembelajaran PAI berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP?

C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Untuk mendeskripsikan bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran dan sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral.

b. Untuk mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP.

c. Untuk mendeskripsikan bagaimana solusi atau tindakan guru dalam mengoptimalkan prestasi siswa SMA yang berbeda latar belakang sekolah antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP

2.

Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

 Memberikan pengetahuan dan wawasan mengenai prestasi belajar siswa berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah.


(16)

b. Manfaat Praktis

 Bagi pendidik, dapat menjadi masukan yang berguna agar dalam mendidik siswa, perlakuannya terhadap siswa harus sesuai dengan kemampuan dan tingkat pengetahuannya sehingga setiap siswa dapat memahami materi yang diajarkan.

 Bagi siswa, dapat menjadi bahan masukan agar meningkatkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar dan prestasi belajar sehingga siswa dapat memperoleh hasil yang memuaskan.

 Bagi peneliti, sebagai bahan untuk memberikan informasi dan acuan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.


(17)

6

BAB II

KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR

DAN HIPOTESA

A.

Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Dalam arti sederhana pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan. Dalam perkembangannya, pendidikan atau paedagogie berarti bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa agar ia menjadi dewasa.

Ki Hajar Dewantara mengemukakan pengertian pendidikan sebagai berikut: Pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.”1

Menurut UU RI No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

1

Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: Umum dan Agama Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), Ed. Revisi. 5, h. 4


(18)

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.2

Berdasarkan beberapa pengertian pendidikan tersebut, maka pendidikan dapat dipahami sebagai usaha sadar dan terencana untuk menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak yang diberikan oleh orang dewasa agar mendapat keselamatan dan kebahagiaan serta tercapai suasana belajar dan proses pembelajaran aktif sehingga peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Zakiyah Daradjat mengemukakan pengertian pendidikan agama Islam sebagai berikut: “Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh dan pada akhirnya dapat menghayati dan mengamalkan serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.”3

Pendidikan agama Islam adalah usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan anak dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar mampu mengemban amanat dan tanggung jawab sebagai khalifah Allah di bumi dalam pengdiannya kepada Allah.4

Hakekat pendidikan agama Islam menurut Muzayin Arifin yang dikutip oleh Armai Arief dalam bukunya Reformasi Pendidikan Islam, adalah: “Usaha orang dewasa muslim yang bertakwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan serta perkembangan fitrah

2

Departemen Agama RI, Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam, 2006), h. 5.

3

Abdul Majid dan Dian Andayani, Pendidikan agama Islam Berbasisi Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2004) h. 130

4

Abdul Rahman Shaleh, Pendidikan Agama dan Keagamaan, (Jakarta:PT. Gemawindu Pancaperkasa, 2000), Cet. 1, h. 2


(19)

(kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.”5

Berdasarkan berbagai pandangan tersebut, maka pendidikan agama Islam adalah suatu usaha sadar untuk mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan fitrah (kemampuan dasar) peserta didik melalui ajaran Islam dengan segala potensi yang dianugerahkan oleh Allah kepadanya agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam ke arah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.

Pendidikan agama Islam di SMA diberikan dengan mengikuti tuntunan bahwa agama Islam diajarkan kepada manusia dengan visi untuk mewujudkan manusia yang bertakwa kepada Allah SWT dan berakhlak mulia, serta bertujuan untuk menghasilkan manusia yang jujur, adil, berbudi pekerti, etis, saling menghargai, disiplin, harmonis dan produktif, baik personal maupun sosial. Dengan adanya tuntunan tersebut, maka diharapkan siswa memiliki kompetensi-kompetensi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

Adapun standar kompetensi lulusan mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMA, sebagai berikut:6

a. Berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianut sesuai dengan perkembangan remaja.

b. Menghargai keberagaman agama, bangsa, suku, ras, golongan sosial ekonomi, dan budaya dalam tatanan global.

c. Berpartisipasi dalam penegakan aturan-aturan sosial.

d. Memahami hak dan kewajiban diri dan orang lain dalam pergaulan di masyarakat.

e. Menghargai adanya perbedaan pendapat dan berempati terhadap orang lain.

5

Armai Arief, Reformulasi Pendidikan Islam, (Jakarta: CRSD Press Jakarta, 2005), Cet. 1, h. 20

6

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 3, h. 100


(20)

f. Berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan santun melalui berbagai cara termasuk pemanfaatan teknologi informasi yang mencerminkan harkat dan martabatnya sebagai makhluk Tuhan.

g. Menjaga kebersihan, kesehatan, ketahanan dan kebugaran jasmani dalam kehidupan sesuai dengan tuntunan agama

h. Memanfaatkan lingkungan sebagai makhluk ciptaan Tuhan secara bertanggung jawab

Dengan adanya standar kompetensi lulusan tersebut, pendidik diharapkan dapat mengembangkan metode pembelajaran sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar. Peran semua unsur sekolah, orang tua siswa dan masyarakat sangat penting dalam mendukung keberhasilan pencapaian tujuan Pendidikan Agama Islam di SMA.

2. Tujuan dan FungsiPendidikan Agama Islam a. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Pada dasarnya tujuan yang hendak dicapai dalam pendidikan agama Islam tak terlepas dari eksistensi manusia hidup di dunia ini, yaitu dalam rangka beribadah kepada Allah SWT.7 Sebagaimana firman Allah dalam surat Ad-Dzariyat ayat 56.

د ْعيلّإ س إْا جْلا تْلخام

Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku. (QS. 51:56)

Untuk merealisasikan tujuan pendidikan agama Islam tersebut, maka siswa dituntut untuk memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia yang beriman, bertakwa dan berakhlak mulia serta senantiasa beribadah kepada Allah SWT.

Rumusan tujuan pendidikan agama Islam di atas mengandung pengertian bahwa proses pendidikan agama Islam yang dilalui dan dialami

7

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007), Cet. 7, h. 46-47


(21)

oleh peserta didik di lembaga pendidikan formal, dimulai dari tahapan

kognisi, yakni pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap ajaran

dan nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, untuk selanjutnya menuju ke tahapan afeksi, yakni terjadinya proses internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri peserta didik, dalam arti menghayati dan meyakininya.

Tahapan afeksi ini terkait erat dengan kognisi, dalam arti penghayatan dan keyakinan peserta didik menjadi kokoh jika dilandasi oleh pengetahuan dan pemahamannya terhadap ajaran dan nilai agama Islam. Melalui tahapan

afeksi tersebut diharapkan dapat tumbuh motivasi dalam diri peserta didik dan

tergerak untuk mengamalkan dan menaati ajaran Islam (tahapan psikomotorik) yang telah diinternalisasikan dalam dirinya. Dengan demikian akan terbentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa dan berakhlak mulia.8

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah merealisasikan manusia muslim dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa serta berilmu pengetahuan yang mampu mengabadikan diri kepada Allah dengan senantiasa selalu beribadah kepada-Nya.

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam

Secara umum, fungsi pendidikan agama Islam adalah sebagai berikut:9 1) Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan

peserta didik kepada Allah yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluarga.

2) Penanaman nilai ajaran Islam, sebagai pedoman hidup untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.

8

Muhaimin, et. al, Paradigma Pendidikan Islam, : Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2001), Cet. 1, h. 78-79

9


(22)

3) Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

4) Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan, kekurangan dan kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengamalan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

5) Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya.

6) Pengajaran tentang ilmu pengetahuan agama Islam secara umum, sistem dan fungsionalnya.

7) Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang pendidikan agama Islam agar bakat tersebut dapat berkembang secara optimal.

Dari uraian tersebut, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam merupakan sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT dan dapat menjadikan agama Islam sebagai pembekalan diri peserta didik supaya mampu mengatasi suatu permasalahan keagamaan dalam keluarga, dan juga dalam lingkungan sekolah sehingga dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran Islam.

3. Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam

Secara umum ruang lingkup Pendidikan agama Islam meliputi keserasian, keselarasan, dan keseimbangan antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan hubungan manusia dengan makhluk lain dan lingkungannya.10

10


(23)

Dari keempat ruang lingkup pendidikan agama Islam tersebut dapat penulis jabarkan sebagai berikut :

a. Hubungan Manusia dengan Allah

Hubungan manusia dengan Allah merupakan hubungan yang vertikal antara makhluk dengan sang khalik yang menempati prioritas utama dalam pendidikan agama Islam. Pemeliharaan hubungan manusia dengan Allah dapat dilakukan antara lain sebagai contoh, dengan:11

1) Beriman kepada Allah SWT,

2) Beribadah kepada-Nya dengan jalan melaksanakan shalat, zakat, puasa dan haji,

3) Mensyukuri nikmat-Nya dengan jalan menerima, mengurus, dan memanfaatkan semua pemberian Allah kepada manusia,

4) Bersabar menerima cobaan Allah,

5) Memohon ampun atas segala dosa dan bertobat.

b. Hubungan Manusia dengan Sesama Manusia

Hubungan manusia dengan sesamanya merupakan hubungan hotizontal antara manusia dengan manusia dalam kehidupan. Hubungan manusia dengan manusia lain dalam masyarakat dapat dipelihara antara lain dengan: (1) tolong menolong, (2) suka memaafkan kesalahan orang lain, (3) menepati janji, (4) lapang dada, (5) menegakkan keadilan dengan berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain.

c. Hubungan Manusia dengan Dirinya Sendiri

Agama Islam dalam pendidikannya memberikan didikan kepada manusia agar selalu menghargai dirinya sendiri dengan mencegah semua yang dapat membahayakan diri. Hal ini sesuai dengan ayat dalam surat At Tahrim ayat 6.

11


(24)

اً ا ْم يلْه ْم سف ا ق ا ماء ي لا ا ي اي

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari

api neraka” (QS. 66:6)

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dapat dilakukan dengan senantiasa berlaku: (1) sabar, (2) pemaaf, (3) adil, (4) ikhlas, (5) berani, (6) memegang amanah, (7) mawas diri.12

d. Hubungan Manusia dengan Alam

Dalam Islam telah diajarkan kepada manuisa untuk mengenal dan mencintai alam semesta dan manusia dilarang untuk merusak apa yang telah Allah ciptakan di bumi untuk kepentingan manusia. Hal ini ditegaskan Allah dalam surat Qashas: 77.

سْح ايْدلا م ي سْتّ خأْا ادلا ها اتاء يف غتْبا

ّحيّ ها إ ْ أْا يف داسفْلا غْتّ ْيلإ ها سْح

يدسْف ْلا

Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. 28:77)

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pada dasarnya ruang lingkup PAI meliputi tiga aspek yaitu: Aqidah (Keimanan), Akhlak (Ihsan) dan Syariah (Keislaman). Ketiga aspek tersebut dikembangkan dalam materi pelajaran, maka secara operasional dalam KTSP materi PAI dapat dikelompokkan dalam lima aspek, diantaranya:

12


(25)

a. Al-Qur’an dan Hadits b. Aqidah

c. Akhlak d. Fiqih

e. Tarikh (sejarah Islam). 13

B.

Prestasi Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar adalah modifikasi dan memperteguh kelakuan melalui pengalaman (Learning is defined as the modification or strengthening of behavior through experiencing).14 Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami. Dapat dikatakan bahwa orang yang belajar tidak sama keadaannya dengan sebelum ia melakukan perbuatan belajar itu.

Hilgard mengatakan: “Learning is the process by which an activity originates or is changed through training procedure (whether in the laboratory or in natural environment) as distringuished from changes by

factor not attributable to training”. Belajar adalah proses mencari ilmu

pengetahuan yang terjadi dalam diri seseorang melalui latihan, pembelajaran dan sebagainya, sehingga terjadi perubahan dalam diri.15

Dari pengertian-pengertian belajar yang telah di kemukakan tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa:

a. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang

b. Belajar yang sebaik-baiknya yaitu melalui proses pengalaman.

13

Muhaimin, et. al, Paradigma Pendidikan Islam…, h. 79

14

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), Ed. 1, Cet. 5, h. 36

15

Aminuddin Rasyad, Teori Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Uhamka Press, 2003), Cet. 4, h. 29


(26)

c. Hasil dari belajar pada pokoknya adalah memperoleh informasi/pengetahuan, yang didapat melalui proses pembelajaran dan latihan.

Berdasarkan beberapa pengertian belajar tersebut, maka tujuan dari belajar selain memperoleh pengetahuan juga bertujuan untuk perubahan tingkah laku. Untuk mengetahui apakah tujuan dari belajar itu telah benar-benar tecapai dan sampai dimanakah hasil belajar yang diinginkan telah tecapai, maka diperlukan alat yang dapat dipercayai, yaitu dengan mengadakan evaluasi.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), seperti dikutip oleh Sukardi, evaluasi dilakukan dalam rangka: “Pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaran pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga dan program pendidikan.”16

Evaluasi dapat memunginkan kita untuk:17

1. Mengukur kompetensi atau kapabilitas siswa apakah mereka telah merealisasikan tujuan yang telah ditentukan

2. Menentukan tujuan mana yang belum direalisasikan, sehingga tindakan perbaikan yang cocok dapat diadakan

3. Memutuskan tingkat pencapaian siswa, dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang telah disepakati

4. Memberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang ia gunakan, agar kelebihan dan kekurangan strategi mengajar tersebut dapat ditentukan

5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran, dan menentukan apakah sumber belajar tambahan perlu digunakan.

16

M. Sukardi, Evaluasi Pendidikan:Prinsip dan Operasionalnya, (Jakarta:Bumi Akasara, 2009), Ed. 1, Cet. 3, h. 1

17


(27)

Dengan diadakannya evaluasi maka akan diperoleh hasil belajar atau biasa disebut sebagai prestasi belajar. Dengan adanya prestasi belajar, siswa-siswa akan mengetahui hal-hal yang penting, yaitu siswa-siswa akan mengetahui kelemahan-kelemahannya dan juga kekuatan-kekuatannya, dengan begitu ia pun dapat memikirkan apa yang dapat harus dilakukannya untuk menghadapi kesulitan-kesulitan belajar sehingga ia dapat memperbaikinya di waktu mendatang agar memperoleh prestasi belajar yang lebih baik.

2. Indikator Belajar

Keberhasilan atau kegagalan dalam proses belajar mengajar merupakan sebuah ukuran atas proses pembelajaran. Apabila merujuk pada rumusan operasional keberhasilan belajar, maka belajar dikatakan berhasil apabila diikuti ciri-ciri:18

a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok

b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran khusus (TPK) telah dicapai oleh siswa baik secara individual maupun kelompok

c. Terjadinya proses pemahaman materi yang secara sekuensial mengantarkan materi tahap berikutnya.

3. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan indikator bagi berkualitas atau tidaknya suatu proses pendidikan. Menurut S. Nasution dalam bukunya Didaktik

Asas-Asas Mengajar, disebutkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan

pengetahuan, kebiasaan, sikap, pengertian, penguasaan dan penghargaan siswa.19

18

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar:Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2007), Cet. 1, h. 113

19

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995), Ed. 2, Cet. 1, h. 34


(28)

Dalam pengertian lain, prestasi belajar adalah seperangkat nilai yang diperoleh peserta didik melalui evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk skor dengan menggunakan simbol baik berupa angka, huruf ataupun kata.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan perubahan pengetahuan, kebiasaan, sikap, pengertian, dan penguasaan siswa terhadap materi pelajaran yang diperoleh melalui evaluasi yang dinyatakan dalam bentuk skor dengan menggunakan simbol baik berupa angka, huruf ataupun kata dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauhmana siswa telah mencapai kompetensi sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan setelah siswa mengikuti kegiatan belajar.

4. Pengukuran Prestasi Belajar

Pengukuran adalah proses pengumpulan data yang diperlukan dalam rangka memberikan judgment yakni berupa keputusan terhadap sesuatu.20 Untuk melakukan pengukuran diperlukan suatu alat yang biasa disebut dengan alat penilaian. Alat penilaian belajar pada umumya menggunakan tes. Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.21

Tes yang digunakan dalam pembelajaran, khususnya untuk mengukur ketercapaian kompetensi, digunakan tes sebagai berikut:

a. Tes awal, tes ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauh mana materi atau bahan pelajaran yang akan diajarkan telah dikuasai oleh peserta didik.

b. Tes akhir, tes akhir dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui apakah semua materi pelajaran dapat dikuasai dengan baik oleh peserta didik.

20

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta: Kencana, 2008), Ed. 1, Cet. 1, h. 337

21

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan: Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), Cet. 1, h . 141-142


(29)

c. Tes diagnostik, yaitu tes yang dilaksanakan untuk melaksanakan secara tepat jenis kesukaran yang dihadapi oleh peserta didik dalam suatu mata pelajaran tertentu dan menetapkan cara mengatasi kesukaran atau kesulitan belajar tersebut.22

d. Tes formatif, yang disajikan di tengah program pendidikan yang bertujuan untuk memantau kemajuan belajar peserta didik. Berdasarkan hasil tes itu, pendidik dan peserta didik dapat mengetahui apa yang perlu dijelaskan kembali agar peserta didik dapat menguasai materi pelajaran lebih baik.23

e. Tes sumatif, berarti tes yang ditujukan untuk mengukur daya serap siswa terhadap bahan pokok-pokok bahasan yang telah diajarkan selama satu semester, satu atau dua tahun pelajaran. Tujuannya adalah untuk menetapkan tingkat atau taraf keberhasilan belajar siswa dalam suatu periode belajar tertentu.24

Dalam praktiknya, tes yang digunakan untuk mengukur tercapai atau tidaknya kompetensi yang telah ditetapkan, digunakan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS).

5. Unsur-Unsur Kompetensi Prestasi Belajar PAI

Adapun unsur-unsur kompetensi prestasi belajar siswa di bidang Pendidikan Agama Islam pada prinsipnya adalah pengungkapan segala hasil belajar yang meliputi segenap ranah psikologis, yakni ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.

22

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan…, h. 144

23

Pupuh Fathurrohman dan M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar …,h. 78

24

Syaiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2006), Cet. 1, h. 106-107


(30)

a. Ranah Kognitif

Aspek prestasi yang mencakup pada kognitif meliputi:25

1) Pengetahuan, merupakan pengingatan bahan-bahan yang telah dipelajari, mulai dari fakta sampai ke teori, yang meyangkut informasi yang bermanfaat.

2) Pemahaman, yaitu kemampuan untuk menguasai pengertian.

3) Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan bahan yang telah dipelajari ke dalam situasi baru yang nyata.

4) Analisis, yaitu kemampuan untuk merinci bahan menjadi bagian-bagian supaya struktur organisasinya mudah dipahami.

5) Sintesis, yaitu kemampuan mengkombinasikan bagian-bagian menjadi suatu keseluruhan baru, yang menitik beratkan pada tingkah laku kreatif dengan cara memformulasikan pola dan struktur baru. 6) Evaluasi, yaitu kemampuan untuk mempertimbangkan nilai bahan

untuk maksud tertentu berdasarkan kriteria internal dan kriteria eksternal.

b. Ranah Afektif

Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif ini oleh Krathwohl, Bloom dan Masia ditaksonomi menjadi lebih rinci lagi didalam lima jenjang, yaitu:26

1) Penerimaan, yaitu suatu keadaan sadar, kemauan untuk menerima, perhatian terpilih.

2) Sambutan, yaitu suatu sikap terbuka ke arah sambutan, kemauan untuk merespon, kepuasan yang timbul karena sambutan.

3) Menilai, yaitu penerimaan nilai-nilai, preferensi terhadap suatu nilai, membuat kesepakatan sehubungan dengan nilai.

4) Organisasi, yaitu suatu konseptualisasi tentang suatu nilai, suatu organisasi dari suatu sistem nilai.

25

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran …, h. 80

26


(31)

5) Karakterisasi dengan suatu kompleks nilai, yaitu suatu formasi mengenai perangkat umum, suatu manifestasi daripada lompleks nilai.

Berdasarkan jenjang tersebut dapat dikatakan bahwa tahapan afeksi merupakan proses terjadinya internalisasi ajaran dan nilai agama ke dalam diri peserta didik, dalam arti menghayati dan meyakini ajaran agama.

c. Ranah Psikomotor

Ranah Psikomotor adalah ranah yang berkaitan dengan keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak dalam mengamalkan dan menaati ajaran Islam setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu, contohnya membiasakan perilaku husnuzhan dan mempraktikkan adab dalam berpakaian, berhias, perjalanan, bertamu dan atau menerima tamu dalam kehidupan sehari-hari.

6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Keberhasilan siswa dalam belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor yang berasal dari dalam diri individu (internal) maupun faktor yang berasal dari luar individu (eksternal). Menurut Yudhi Munadi dalam bukunya yang berjudul Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar tersebut terdiri: Kondisi fisiologis, psikologis (intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, kognitif dan daya nalar), kondisi lingkungan (alam dan sosial), faktor instrumental (kurikulum, sarana dan fasilitas, guru).27

Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, diantaranya:

27

Yudhi Munadi, Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2008), h. 24


(32)

a. Faktor Internal 1) Faktor Fisiologis

Secara umum kondisi fisiologis, terdiri dari kondisi fisik dan panca indera,28 seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lelah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan prestasi belajar siswa. Siswa yang kekurangan gizi, sebab mereka yang kekurangan gizi pada umumnya cenderung cepat lelah dan capek, cepat mengantuk dan akhirnya tidak mudah dalam menerima pelajaran.

Disamping kondisi diatas, merupakan hal yang penting juga memperhatikan kondisi pancaindera. Dengan memahami kelbihan dan kelemahan pancaindera dalam memperoleh pengetahuan atau pengalaman akan mempermudah dalam memilih dan menetukan jenis rangsangan atau stimulus dalam proses belajar.

2) Faktor Psikologis

Faktor kedua dari faktor intenal adalah faktor psikologis. Setiap siswa pada dasarnya memiliki kondisi psikologis yang berbeda-beda, dan tentunya hal ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajar masing-masing siswa. Beberapa faktor psikologis yang dapat diuraikan diantaranya meliputi intelegensi, perhatian, minat dan bakat, motif dan motivasi, dan kognitif dan daya nalar.

Pertama intelegensi, Garret mengemukakan definisi intelegensi sebagai berikut:“Intellegence, includes at least the abilities demanded in the solution of problems wich require the comprehension and use of symbols Artinya, intelegensi itu setidak-tidaknya mencakup kemampuan-kemampuan yang diperlukan untuk pemecahan masalah-masalah yang memerlukan pengertian serta menggunakan simbol-simbol.”29

28

Zikri Neni Iska, Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan, (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), Cet. 2, h. 89

29


(33)

Kedua, perhatian, yaitu keaktifan jiwa yang tertuju pada suatu obyek. Untuk dapat menjamin prestasi belajar yang baik, maka siswa harus dihadapkan pada obyek-obyek yang dapat menari perhatian siswa, bila tidak maka perhatian siswa tidak akan terarah pada obyek yang sedang dipelajarinya.

Ketiga, minat dan bakat. Minat diartikan sebagai kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan kegiatan belajar. Bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan ini baru akan terealisasi menjadi kecakapan yang nyata setelah melalui proses belajar dan berlatih.

Keempat, motif dan motivasi. Motif diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Dalam setiap diri manusia pada umumnya mempunyai dua macam motif, yaitu motif yang sudah ada dalam diri seseorang yang sewaktu-waktu akan muncul tanpa ada pengaruh dari luar, disebut intrinsic motive. Motif lainnya adalah motif yang datang dari luar, yakni karena ada pengaruh situasi lingkungannya, motif ini disebut extrinsic motive. Motivasi adalah usaha-usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi sehingga seseorang mau melakukan sesuatu.30

Kelima, kognitif dan daya nalar. Pembahasan mengenai ini meliputi tiga hal, diantaranya, persepsi, mengingat dan berpikir. Persepsi adalah penginderaan terhadap suatu kesan yang timbul dala lingkungannya. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif, dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa yang lampau. Berpikir adalah proses dalam rangka menyesuaikan diri dengan dunia nyata. Jadi yang membedakan satu siswa dengan siswa lainnya adalah kadar kekuatan daya nalarnya.31

30

S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar…, h. 73

31


(34)

b. Faktor Eksternal

1) Faktor Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Lingkungan ini dapat berupa lingkungan fisik atau alam dan dapat berupa lingkungan sosial.32 Lingkungan alam, misalnya keadaan suhu, kelembaban, dan sebagainya. Belajar pada tengah hari di ruang yang memiliki ventilasi udara kurang tentunya akan berbeda belajar di pagi hari yang udaranya masih segar dengan ruangan yang cukup mendukung. Lingkungan sosial baik yang berwujud manusia maupun hal-hal lainnya, juga dapat mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa. Hirik pikuk lingkungan sosial seperti, suara mesin pabrik, lalu lintas, gemuruhnya pasar dan lain-lain juga akan berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa.

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunaannya dirancang sesuai dengan prestasi belajar yang diharapkan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, sarana dan prasarana dan guru, yang jelas sangat besar pengaruhya dalam proses dan prestasi belajar siswa karena faktor instrumental inilah yang menentukan bagaimana proses belajar mengajar itu akar terjadi di dalam diri si pelajar.33

Salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap prestasi belajar siswa adalah guru. Guru dalam Islam adalah orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan seluruh potensinya, baik potensi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Guru juga berarti orang dewasa yang bertanggung jawab memberikan pertolongan pada anak didik dalam perkembangan jasmani dan rohaninya

32

Zikri Neni Iska, Psikologi…, h. 89

33


(35)

agar mencapai tingkat kedewasaan, serta mampu berdiri sendiri dalam memenuhi tugasnya sebagai hamba Allah SWT.

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, dan mengevaluasi peserta didik. Oleh sebab itu guru diharuskan memiliki beberapa kompetensi, diantaranya kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan kompetensi profesional agar siswa memperoleh hasil belajar terbaik sesuai harapan. Selain itu dalam rangka mengoptimalkan prestasi siswa, guru dituntut untuk dapat meningkatkan kemampuan belajar pendidikan agama Islam dengan jalan mengefektifkan proses pembelajaran. Tindakan guru dalam mengatasi masalah ini adalah sebagai berikut:34 1. Guru harus mampu menyusun perencanaan pembelajaran yang bijak.

Setiap guru harus mengetahui unsur-unsur perencanaan pembelajaran yang baik, antara lain, kebutuhan-kebutuhan siswa, tujuan-tujuan yang hendak dicapai, berbagai strategi yang relevan digunakan untuk mencapai tujuan tersebut, dan kriteria evaluasi. 2. Guru harus mampu berkomunikasi secara efektif dengan

siswa-siswanya. Seorang guru harus mengetahui teori-teori komunikasi yang efektif, karena tidak akan terlalu bermanfaat ilmu yang dikuasai guru kalau dia tidak mampu mengkomunikasikannya pada siswa secara baik.

3. Guru harus mampu mengembangkan strategi pembelajaran yang membelajarkan. Guru tidak bisa mengontrol intensitas siswa dalam menyerap bahan-bahan pelajaran, untuk itulah guru sebaiknya terus mengubah dan mengembangkan strategi agar mampu membuat siswa-siswanya belajar.

4. Guru harus mampu menguasai kelas. Dalam hai ini, guru harus mengenali benar siswa-siswanya sesuai dengan kemampuan siswa dengan menggunakan berbagai pendekatan pedagogis yang mampu

34


(36)

menciptakan suasana tenang, penuh keceriaan dan motivasi untuk belajar.

5. Guru harus mampu melakukan evaluasi secara benar. Seorang guru yang baik, tidak cukup hanya didukung oleh perencanaan pembelajaran, kemampuan mengembangkan proses pembelajaran, penguasaannya terhadap bahan ajar, serta kemampuan peguasaan kelas, tanpa diimbangi dengan kemampuan melakukan evaluasi terhadap pencapaian kompetensi siswa, yang sangat menentukan dalam konteks perencanaan berikutnya.

C.

Kerangka Berpikir

Pendidikan agama Islam merupakan pengetahuan yang penting untuk membentuk moral siswa menjadi manusia yang bertaqwa kepada Allah SWT. Oleh sebab itu, pendidikan agama Islam wajib dimasukkan dalam kurikulum sekolah pada setiap jenis, jalur dan jenjang pendidikan

Pendidikan agama Islam di setiap sekolah, memiliki susunan kurikulum yang berbeda sesuai dengan jenis, jalur dan jenjang pendidikannya. Pendidikan agama Islam di MTs berbeda dengan pendidikan agama Islam di, SMP misalnya, siswa MTs memperoleh pelajaran agama lebih banyak dibandingkan siswa SMP. Hal ini disebabkan karena pelajaran agama Islam yang dipelajari di SMP hanya dalam satu modul saja, sedang di MTs mata pelajaran agama Islam dibagi dalam beberapa sub bidang studi, seperti Al Quran Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Tarikh, dan Bahasa Arab. Terlihat ada perbedaan antara MTs dengan SMP dalam beban dan pengalaman belajar agama Islam.

Perbedaan kurikulum mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara MTs dengan SMP tersebut membawa pengaruh terhadap prestasi belajar siswa, ditinjau dari penguasaan sejumlah pengetahuan atau materi pendidikan Agama Islam, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan


(37)

siswa yang meliputi: ketaatan dalam menjalankan ibadah, gaya hidup dan moral.

Dalam hal ini persoalan yang dihadapi guru sangat realistis, bahwa siswa dalam kelasnya memiliki keragaman dalam kemampuan belajar, baik dipengaruhi oleh faktor genetik, lingkungan belajar maupun pengalaman belajar sebelumnya. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah yang jelas untuk mengupayakan optimalisasi kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan agama Islam sehingga siswa mendapat prestasi belajar sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah ditetapkan.

D.

Hipotesis

Hipotesis adalah dugaan yang bersifat sementara yang mungkin benar atau mungkin juga salah terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.35 Hipotesis akan ditolak jika salah satu palsu dan akan diterima jika fakta membenarkannya. Terdapat dua hipotesis yang hendak diujikan

kebenarannya pada penelitian ini, yakni: a. Hipotesis Alternatif

Terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP

b. Hipotesis Nihil

Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP

35

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. 2, h. 162


(38)

27

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Research) dengan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini menggunakan analisis komparasional, yaitu membandingkan prestasi belajar siswa berdasarkan perbedaan latar belakang pendidikan formalnya.

B.

Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang akan dijadikan objek pengamatan penelitian.1 Sesuai dengan permasalahan yang sudah dirumuskan, maka variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel Bebas (Independent Variabel) adalah variabel yang menentukan

arah atau perubahan tertentu pada variabel terikat.2 Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (X) adalah: Prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA yang berasal dari MTs.

1

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2007), Cet. 2, h. 144

2

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi, Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: Kencana, 2005), Ed. 1, Cet. 4, h. 62


(39)

b. Variabel Terikat (Dependent Variabel) adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat (Y) adalah prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA yang berasal dari SMP.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi adalah kelompok besar dan wilayah yang menjadi lingkup penelitian.3 Jadi pada dasarnya populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian. Dalam penelitian ini, yang menjadi populasi adalah seluruh siswa kelas X1, X2, dan X3 SMA Darussalam Ciputat yang berjumlah 96 siswa.

Sampel adalah sebagian individu yang diselidiki dari keseluruhan individu penelitian.4 Dalam menentukan sampel penelitian ini, penulis menggunakan teknik cluster random sampling. Berdasarkan teknik pengambilan sampel tersebut, maka dari kelas X1, X2, dan X3 diambil sampel berdasarkan asal sekolah antara siswa asal SMP dan siswa asal MTs sebanyak 30 siswa dengan siswa lulusan SMP berjumlah 15 dan siswa lulusan MTs berjumlah 15.

D.

Instrumen Pengumpulan Data

1. Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok.5 Terdapat dua tes dalam penelitian ini, tes yang pertama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan membaca Al-Quran. Tes yang kedua dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan penguasaan materi pendidikan agama Islam yang telah diperoleh siswa pada suatu kegiatan belajar mengajar dalam satu

3

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung:PT. Remaja Rosdakarya, 2007), h. 250

4

Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian…, h. 250

5

Zurinal Z dan Wahdi Sayuti, Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 142


(40)

kurun waktu tertentu. Jumlah soal dalam tes hasil belajar adalah 25 butir yang berbentuk pilihan ganda dengan empat alternatif pilihan jawaban (a, b, c, dan d). Adapun instrumen tes hasil belajar yang peneliti buat mengacu pada kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 1

Kisi-Kisi Instrumen Tes Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa yang Berasal dari SMP dan Siswa yang Berasal dari MTs

No Variabel Materi Indikator No. Item

1. Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam

1. 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna

1.1 Menyebutkan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna

1, 2, 3

1.2 Menjelaskan arti 10 sifat Allah dalam Asmaul Husna

4, 5, 6

1.3 Menjabarkan 10 sifat Allah ke dalam sifat manusia 7 2. Perilaku Husnuzhan 2.1 Menyebutkan pengertian perilaku husnuzhan 8 2.2 Menyebutkan contoh-contoh perilaku husnuzhan terhadap Allah, diri sendiri dan sesama

manusia

9, 10, 11, 12 3. Ayat-ayat Al-Qur’an tentang Demokrasi 3.1 Menyebutkan arti Q.S. Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38

13, 14, 15, 16,17

3.2 Menerapkan ilmu tajwid Q.S. Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38


(41)

3.3 Menyimpulkan kandungan isi Q.S. Ali Imran: 159 dan Asy-Syura: 38

21, 20

3.4 Menjelaskan

arti demokrasi 22

4. Iman kepada Malaikat

4.1 Menjelaskan pengertian beriman kepada Malaikat

23

4.2 Menjelaskan tanda-tanda beriman kepada Malaikat

24

4.3 Menjelaskan fungsi beriman pada malaikat

25

Jumlah Soal 25

2. Angket atau Kuesioner

Kuesioner merupakan suatu alat pengumpul informasi dengan cara penyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.6 Jenis angket yang digunakan oleh peneliti adalah angket tertutup, yaitu angket yang telah memiliki alternatif jawaban yang tinggal dipilih oleh responden. Angket yang disebarkan kepada responden terdiri dari 25 item pertanyaan. Kuesioner dalam penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi tentang sikap keberagamaan siswa yamg meliputi: ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral siswa dengan menggunakan aletrnatif jawaban yang disediakan yaitu:

1. Selalu, apabila pernyataannya berulang–ulang dirasakan dan tidak pernah tidak dirasakan responden.

2. Sering, apabila pernyataannya berulang–ulang dirasakan dan pernah suatu kali tidak dirasakan responden.

3. Kadang–kadang, apabila responden tidak dapat menentukan dengan pasti.

6


(42)

4. Tidak pernah, apabila pernyataan tersebut tidak pernah dirasakan responden.

Adapun peskoran terhadap alternatif jawaban tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Apabila pernyataan bersifat pernyataan positif, maka penskorannya adalah: a. Selalu diberi skor 4

b. Sering diberi skor 3

c. Kadang – kadang diberi skor 2 d. Tidak pernah diberi skor 1

2. Apabila pernyataan bersifat negatif, maka penskorannya adalah: a. Selalu diberi skor 1

b. Sering diberi skor 2

c. Kadang – kadang diberi skor 3 d. Tidak pernah diberi skor 4

Instrumen angket yang peneliti buat mengacu pada kisi-kisi sebagai berikut:

Tabel 2

Kisi-Kisi Instrumen Angket Sikap Keberagamaan Siswa SMA antara siswa asal MTs dengan siswa asal SMP

Dimensi Indikator Nomor Butir Jumlah

(+) (-)

1. Ketaatan 1.1. Melaksanakan shalat

wajib dan sunnah 1, 2, 3 4 4

1.2. Membaca Al Quran 5 - 1

1.3. Melaksanakan puasa

Ramadhan dan sunnah 6, 7 8 3

2. Gaya

hidup 2.1 Kedisiplinan di sekolah

9, 10,

11, 12 13 5

2.2 Kedisiplinan di rumah 14, 15 16 3

3. Moral 3.1 Sopan santun dan tata krama di sekolah dan di rumah

19, 20 17,


(43)

3.2 Bersikap jujur 22 23 2 3.3 Memaafkan kesalahan

orang lain 24 - 1

3.4 Menolong sesama

teman 25 - 1

Jumlah Soal 25

3. Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.7 Dalam penelitian ini, yang diwawancarai adalah guru Pendidikan Agama Islam guna mengungkapkan data mengenai bagaimana guru memberikan layanan pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan kompetensi guru dalam mengupayakan optimalisasi prestasi siswa berdasarkan perbedaan latar belakang sekolah.

4. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.8 Dalam hal ini peneliti mengadakan observasi langsung yaitu mengadakan pengamatan secara langsung ke SMA Darussalam Ciputat.

5. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. Pada intinya, metode dokumenter adalah metode

7

Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian…, h. 179

8


(44)

yang digunakan untuk menelusuri data historis.9 Dalam penelitian ini, dokumentasinya berupa dokumentasi profil sekolah, daftar guru, karyawan dan siswa, dan fasilitas yang dimiliki oleh SMA Darussalam.

E.

Kalibrasi Instrumen

Sebelum instrumen penelitian digunakan pada sampel, terlebih dahulu dilakukan uji coba. Hal ini dilakukan agar kepercayaan kita kuat terhadap data yang diperoleh dari penggunaan instrumen. Hal ini dilakukan sebelum instrumen digunakan pada sampel penelitian.

1. Uji Validitas Instrumen

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen tersebut dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.10 Tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar siswa pada mata pelajaran agama Islam adalah tes objektif, maka pengujian validitasnya menggunakan rumus korelasi point biseral dengan menggunakan rumus sebagai berikut:11

r

pbi =

Q P SDt

Mt Mp

Keterangan:

r

pbi = Korelasi point biseral

Mp = Mean (nilai rata-rata hitung) skor yang dicapai peserta tes yang menjawab betul

Mt = Mean skor total, yang berhasil dicapai oleh peserta tes SDt = Standar deviasi dari skor

P = Proporsi test yang menjawab betul terhadap item yang sedang diuji validitas itemnya

9

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif…, h. 144

10

Husaini Usman, Pengantar Statistika, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006), Cet. 1, h. 287 11

M. Subana, Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah, (Bandung: CV. Pustaka Setia, 2001), Cet. 1, h. 187


(45)

Q = Proporsi test yang menjawab salah terhadap item yang sedang diuji validitas itemnya

Kriteria pengujian:

Jika r tabel > r hitung = soal tidak valid Jika r tabel < r hitung = soal valid

Hasil perhitungan validitas instrumen penelitian yang diujikan pada 30 siswa adalah sebagai berikut :

Tabel 3

Perhitungan Uji Validitas

No. Item Mp Mt SDt P Q rpbi Status

1 14.8 14.1 1,81 0.56 0.44 0.435 V

2 14.6 14.1 1,81 0.5 0.5 0.5 V

3 14.86 14.1 1,81 0.5 0.5 0.419 V

4 15.8 14.1 1,81 0.23 0.77 0.530 V

5 14.9 14.1 1,81 0.43 0.57 0.382 V

6 15.5 14.1 1,81 0.23 0.77 0.443 V

7 14.52 14.1 1,81 0.7 0.3 0.367 V

8 14.47 14.1 1,81 0.76 0.24 0.363 V 9 14.15 14.1 1,81 0.66 0.34 0.037 IN

10 14.8 14.1 1,81 0.56 0.44 0.449 V

11 14.3 14.1 1,81 0.76 0.24 0.061 IN

12 15.1 14.1 1,81 0.5 0.5 0.570 V

13 14.53 14.1 1,81 0.86 0.14 0.580 V

14 15 14.1 1,81 0.16 0.84 0.367 V

15 14.21 14.1 1,81 0.63 0.37 0.475 V 16 15.57 14.1 1,81 0.23 0.77 0.443 V

17 15.13 14.1 1,81 0.5 0.5 0.569 V

18 14.42 14.1 1,81 0.7 0.3 0.369 V

19 14.54 14.1 1,81 0.8 0.2 0.486 V

20 14.5 14.1 1,81 0.53 0.47 0.445 V

21 14.7 14.1 1,81 0.6 0.4 0.405 V

22 14.72 14.1 1,81 0.36 0.64 0.419 V

23 14 14.1 1,81 0.5 0.5 -0.05 IN

24 14.25 14.1 1,81 0.8 0.2 0.165 IN


(46)

Berdasarkan hasil uji coba kepada 30 responden yang terdiri dari 25 butir pertanyaan, maka dapat dinyatakan bahwa soal yang valid sebanyak 20 soal karena rpbi>rtabel=0.361, sedang yang tidak valid sebanyak 5 soal, diantaranya nomor 9, 11, 23, 24, dan nomor 25 karena nilai rpbi<rtabel=0.361.

2. Uji Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas alat penilaian adalah ketepatan/keajegan alat tersebut dalam menilai apa yang dinilainya. Uji ini dilakukan dengan rumus Kuder Richadson atau yang dikenal dengan KR-20 yaitu:12

r

11 =

              

2

1 1 2 1 st Q P st n n Keterangan:

r

11 = Koefisien reliabilitas tes n = Banyaknya butir soal St² = Varian total

P = Proporsi testee yang menjawab benar Q = Proporsi testee yang menjawab salah P1Q1 = Jumlah dari hasil perkalian antara P dan Q

Selanjutnya untuk memberikan interpretasi terhadap koefisien reliabilitas tes pada umumnya merujuk pada kriteria reliabilitas sebagai berikut:13

0.20 – 0.40 = reliabilitas rendah 0.40 – 0.70 = reliabilitas sedang 0.70 – 0.90 = reliabilitas tinggi

0.90 – 1.00 = reliabilitas sangat tinggi

12

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), h. 254

13


(47)

Adapun hasil perhitungan reliabilitas tes hasil belajar pendidikan agama Islam yang diujikan pada 30 siswa adalah sebagai berikut :

Dari tabel perhitungan (lihat lampiran 3) diketahui : N = 30

312 

Xt 3364 2

Xt

PQ3.66 N

Xt St

2 2

2

xt diperoleh dengan rumus :

         2 2 2 N Xt Xt xt

= 3364 -

2 30 312      

= 3364 – 108.16 = 3255.8 Selanjutnya : 5 . 108 30 8 . 3255 2

2 

 

N xt St

Akhirnya kita peroleh:

               

2 1 1 2 11 1 St Q P St n n r 0 . 1 96 . 0 05 . 1 5 . 108 66 . 3 5 . 108 1 20 20                  x

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa reliabilitas soal tes hasil belajar pendidikan agama Islam memiliki reliabilitas yang sangat tinggi karena 1,0 berada pada kriteria berikut:


(48)

F.

Teknik Pengolahan dan Analisa Data

Setelah data-data yang diperlukan telah diperoleh, maka langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut. Langkah awal yaitu melakukan pengolahan dan analisis data dari angket, tes membaca Al Quran dan tes hasil belajar agama Islam yang telah diperoleh. Dalam mengolah data tersebut peneliti menggunakan rumus distribusi frekuensi yaitu:14

% 100 x N

f P

Keterangan :

P = Presentase yang dicari

f = Jumlah frekuensi yang muncul N = Total keseluruhan responden

Kemudian peneliti melakukan proses tabulasi, yakni menyajikan data-data berupa persentase tersebut ke dalam tabel. Melalui proses ini, pertama akan diperoleh data yang menunjukkan seberapa besar kemampuan penguasaan materi agama Islam siswa SMA antara siswa asal MTs dan siswa asal SMP. Kedua akan diperoleh data mengenai seberapa besar presentase kemampuan membaca Al Quran siswa SMA antara siswa asal MTs dengan siswa asal SMP. Dan terakhir akan diperoleh data yang menunjukkan seberapa besar presentase sikap keberagamaan siswa meliputi: ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral siswa SMA antara siswa asal MTs dengan siswa asal SMP.

Langkah selanjutnya yaitu melakukan pengolahan dan analisis data dari nilai tes penguasaan materi pendidikan agama Islam, nilai tes membaca Al Quran, dan nilai angket sikap keberagamaan siswa asal MTs dengan siswa asal SMP yang di analisis dengan menggunakan teknik analisis komparasional “t” test. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:15

14

Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan…, h. 43

15


(49)

SE

SE

M

M

M M to 2 1 2 1   

Langkah perhitungannya sebagai berikut:

1) Mencari mean variabel X dan Y, dengan rumus:

M1 atau Mx =

N

X

1

M2 atau My=

N

Y

2

2) Mencari deviasi standar skor variabel X dan Y, dengan rumus:

SD1 atau SDx =

N

x

1 2

SD2 atau SDy =

N

y

2 2

3) Mencari standard error mean variabel X dan Y, dengan rumus:

1

1 1

1

N

SD

SE

M 1 2 2 2  

N

SD

SE

M

4) Mencari standard error perbedaan antara mean variabel X dan mean variabel Y, dengan rumus:

2 2 2

1 2

1

SE

SE

SE

SE

MMMM

5) Mencari to dengan rumus yang telah disebutkan sebelumnya.

6) Memberikan interpretasi terhadap to, dengan prosedur sebagaiberikut:

 Merumuskan Ha: Terdapat perbedaan yang sigifikan antara variabel X dan variabel Y

 Merumuskan Ho: Tidak terdapat perbedaan yang sigifikan antara variabel X dan variabel Y


(50)

7) Menguji kebenaran kedua hipotesis tersebut dengan membandingkan besarnya to dengan t tabel pada taraf signifikansi 5 % dan 1 %, dengan terlebih dahulu menetapkan degree of freedom, dengan rumus:

Df = (N1 + N2) – 2

Apabila : to > t tabel maka Ho ditolak, sedang Ha diterima to < t tabel maka Ho diterima, sedang Ha ditolak


(51)

40

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Pada bab ini, dideskripsikan beberapa masalah yang telah dirumuskan, diantaranya: Pertama, membahas bagaimana prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam ditinjau dari penguasaan materi pendidikan agama Islam, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan siswa. Kedua, mendeskripsikan ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara prestasi belajar Pendidikan Agama Islam siswa SMA antara siswa yang berasal dari MTs dengan siswa yang berasal dari SMP. Terakhir mendeskripsikan bagaimana solusi atau tindakan guru dalam mengoptimalkan prestasi siswa yang berbeda latar belakang sekolahnya. Namun, sebelumnya terlebih dahulu peneliti akan membahas mengenai gambaran umum SMA Darussalam, sebagai berikut:

A.

Gambaran Umum Tentang SMA DARUSSALAM

1. Sejarah Berdiri SMA Darussalam

SMA Darussalam didirikan pada tahun 1987 kemudian dinonaktifkan karena masalah sarana dan prasarana yang kurang memadai, tapi kemudian dibuka kembali pada tahun 2000 dengan SK pendirian sekolah Nomor: 125/102/07/1987 oleh Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Darussalam. Dibukanya kembali sekolah ini disambut baik oleh masyarakat sekitar dan


(52)

alumni SMP Darussalam yang ingin melanjutkan ke SMA. Hal ini bisa terlihat dari jumlah murid yang terus bertambah setiap tahunnya.

SMA Darussalam beralamat di Jl. Otista No. 36 Cimanggis-Ciputat, Kabupaten Tangerang. SMA Darussalam tergabung dalam sebuah Yayasan Pendidikan Islam Darussalam yang juga memiliki Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Mengengah Kejuruan (SMK).

Sekolah ini didirikan sebagai suatu wujud serta dalam pembangunan generasi muda dan kepedulian dalam meningkatkan mutu pendidikan, baik bidang IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) maupun IMTAQ (Iman dan Taqwa), serta membekali siswa dengan keterampilan melalui penyaluran minat dan pengembangan bakat sebagai bekal masa depan siswa. Untuk itu, sejalan dengan penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), YPI Darussalam telah menyediakan sarana dan prasarana yang cukup memadai untuk penyelenggaraan pendidikan yang senantiasa membina prestasi siswa.

2. Visi dan Misi SMA Darussalam

Visi dari SMA Darussalam adalah cerdas, inovatif, nalar, taqwa, dan aktif. Sedangkan misi dari sekolah ini adalah sebagai berikut:

 Membentuk siswa yang cerdas, kreatif dan mandiri

 Mengembangkan daya nalar siswa dan melatih sikap percaya diri

 Membentuk siswa yang beriman dan berbudi pekerti

 Menumbuh kembangkan minat dan bakat siswa baik didalam maupun diluar sekolah

 Menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan

3. Sarana dan Prasarana

Dalam upaya meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan, maka sekolah perlu menyiapkan sarana dan prasarana yang memadai. Untuk menunjang kagiatan belajar mengajar, SMA Darussalam memiliki sarana dan


(53)

prasarana yang dapat membantu kelancaran proses belajar mengajar, diantara sarana dan prasarana di sekolah ini, antara lain:

 Ruang belajar tiga lantai

 Laboratorium bahasa

 Laboratorium IPA

 Laboratorium komputer

 Sarana olahraga

 Perpustakaan

 LCD

 Sarana ibadah (Masjid)

 Ruang kesenian

 Kantin sekolah

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa sarana dan prasarana di SMA Darussalam Ciputat cukup memadai. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut, beberapa prestasi di bidang non akademik yaitu, di bidang sepakbola sudah sempat diraih dengan menjadi Juara I di tahun 2006 dan 2008 pada ajang Piala Coca-Cola (PCC)se-Jabodetabek.

4. Keadaan Guru, Karyawan dan Siswa a. Keadaan guru

Untuk dapat mewujudkan visi dan misi SMA Darussalam yang telah dijelaskan sebelumnya, maka sekolah ini telah merekrut sejumalah guru, diantaranya sebagai berikut:


(54)

Tabel 4

Data Pengajar SMA Darussalam Tahun 2010/ 2011

No. Jenis Pendidikan Jenjang Pendidikan

Jenis

Kelamin Jumlah

Lk Pr

1. Kependidikan

S2 - - -

S1 9 5 14

SMA - - -

2. Non Kependidikan

S2 1 1 2

S1 10 - 10

SMA 4 - 4

Total 24 6 30

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga pendidik (guru) seluruhnya sebanyak 30 orang. Guru yang berasal dari kependidikan seluruhnya berjumlah 14 orang dengan mayoritas berlatar belakang pendidikan S1, diantaranya 9 orang guru laki-laki dan 5 orang guru perempuan. Sementara, guru yang berasal dari non kependidikan tidak semuanya berlatar belakang pendidikan S1, terdapat satu orang guru yang berlatar belakang S2 dan 4 orang berlatar belakang pendidikan SMA.

b. Keadaan Karyawan

Lancarnya kegiatan belajar mengajar di sekolah, tidak terlepas dari peran karyawan yang membantu terlaksananya kegiatan tersebut. Yang dimaksud dengan karyawan di SMA Darussalam adalah orang-orang yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk membantu terlaksananya pendidikan di sekolah dengan baik, diantaranya tata usaha, petugas kebersihan, dan satpam. Selanjutnya untuk mengetahui keadaan karyawan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:


(55)

Tabel 5

Keadaan Karyawan SMA Darussalam Ciputat Tahun 2010/2011

No. Nama Jabatan Jenis Kelamin

Lk Pr

1 Dra. Hj. Sri Kasih TU √

2 Hendra Wijaya, S.Kom TU √

3 Iqbal TU √

4 M. Aminullah Satpam √

5 Suparman Petugas Kebersihan √

Berdasarkan data di atas, dapat diketahui bahwa Tata Usaha (TU) SMA Darussalam di kerjakan oleh tiga orang dengan satu orang perempuan dan dua laki-laki. Selain itu terdapat satu orang satpam laki-laki dan seorang petugas kebersihan.

c. Keadaan siswa

Seperti yang telah dibahas sebelumnya, SMA Darusalam pernah dinonaktifkan karena masalah sarana dan prasarana yang kurang memadai, tapi kemudian di buka kembali. Hal ini disambut baik oleh masyarakat sekitar untuk dapat menyekolahkan anaknya keadaan ke SMA Darussalam. Dan setiap tahunnya jumlah siswa SMA Darussalam terus bertambah, berikut ini, keadaan siswa SMA Darussalam:

Tabel 6

Jumlah Siswa/I SMA Darussalam Tahun 2010/ 2011

No. Kelas Jumlah Siswa Jumlah Total

1.

X.1 32

96

X.2 31


(1)

56

Hal ini memberikan pengertian bahwa asal sekolah pada satuan pendidikan yang berbeda tidak berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar Pendidikan Agama Islam.

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam di MTs dan SMP sama baiknya walaupun kurikulumnya berbeda.

Selanjutnya, sebagaimana hasil wawancara yang dilakukan peneliti guna memperoleh data mengenai upaya atau tindakan guru dalam mengoptimalkan prestasi siswa dengan perbedaan latar belakang pendidikan formal sebelumnya berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan guru PAI dapat diketahui bahwa guru dituntut untuk dapat menjalankan fungsinya secara maksimal sehingga tercipta pembelajaran yang kondusif yang berpengaruh pada meningkatnya prestasi belajar siswa. Adapun fungsi guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, dan penilai.

G.

Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti mengakui masih terdapat kelemahan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Sampel penelitian yang digunakan merupakan sampel kecil dengan jumlah sampel 30 siswa.

2. Pengukuran kemampuan membaca Al Quran siswa, hanya didapat melaui tes, peneliti tidak menelusuri lebih jauh latar belakang responden.


(2)

57

BAB V

PENUTUP

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil perhitungan distribusi frekuensi yang menggambarkan seberapa besar prestasi siswa dalam pembelajaran pendidikan agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, dapat diketahui bahwa kemampuan penguasaan materi PAI siswa asal MTs lebih baik dari siswa asal SMP. Sementara kemampuan membaca Al Quran siswa asal MTs dan siswa asal SMP secara umum cukup baik. Adapun sikap keberagamaan siswa antara siswa asal MTs dan siswa asal SMP secara umum baik.

Dalam hasil pengujian komparasi prestasi siswa di bidang Pendidikan Agama Islam ditinjau dari penguasaan materi PAI, kemampuan membaca Al Quran, dan sikap keberagamaan siswa yang meliputi: Ketaatan beribadah, gaya hidup, dan moral, dapat diketahui bahwa t hitung < t tabel baik pada taraf signifikansi 5% maupun pada taraf signifikansi 1%. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut: Tidak ada perbedaan prestasi siswa yang signifikan antara siswa asal MTs dengan siswa asal SMP. Hal ini memberikan pengertian bahwa asal sekolah pada satuan pendidikan yang berbeda tidak berpengaruh secara signifikan dalam prestasi belajar


(3)

58

Selanjutnya dalam upayanya untuk meningkatkan prestasi siswa dengan adanya perbedaan latar belakang sekolah guru dituntut menjalankan fungsinya secara maksimal sehingga tercipta pembelajaran yang kondusif yang berpengaruh pada meningkatnya prestasi belajar siswa.

B.

Saran

Berdasarkan kenyataan tersebut, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk siswa siswi SMA yang berasal dari MTs dan SMP hasil penelitian ini membuktikan bahwa latar belakang sekolah yang berbeda tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar. Secara potensial mereka dapat berkompetisi secara sehat untuk meraih prestasi yang lebih baik.

2. Kepada guru Pendidikan agama Islam di SMA Darussalam Ciputat, hendaknya dapat menjalankan fungsinya sebagai guru secara maksimal sehingga tercipta pembelajaran yang kondusif yang berpengaruh pada meningkatnya prestasi belajar siswa.

3. Kepada Kepala Sekolah SMA Darussalam Ciputat, agar dapat meningkatkan prestasi siswa, hendaknya lebih meningkatkan budaya yang kompetitif di sekolah, misalnya mengadakan perlombaan baik di bidang akademik maupun non akademik. Sehingga siswa terdorong untuk dapat meningkatkan prestasinya dengan berkompetisi secara sehat. 4. Kepada peneliti lainnya yang berminat untuk melakukan penelitian yang

lebih lanjut, diharapkan dapat menyempurnakan keterbatasan yang ada dalam penelitian ini.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad Daud. 2008.Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Arief, Armai. 2005. Reformasi Pendidikan Islam. Jakarta: CRSD Press Jakarta. Bungin, M. Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Komunikasi,

Ekonomi dan Kebijakan Publik serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana.

Dalyono, M. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Davies, Ivor K. 1991. Pengelolaan Belajar . Jakarta:CV. Rajawali.

Departemen Agama RI. 2006. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI Tentang Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Islam Departemen Agama Islam.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: PT. Rineka Cipta.

Fathurrohman, Pupuh dan M. Sobry Sutikno. 2007. Strategi Belajar Mengajar:Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami. Bandung: PT. Refika Aditama.

Hamalik, Oemar. 2005. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Hasbullah. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: Umum dan Agama Islam.

Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Iska, Zikri Neni. 2008. Psikologi: Pengantar Pemahaman Diri dan Lingkungan. Jakarta: Kizi Brother’s.

Kunandar. 2007. Guru Profesional: Implenentasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2004. Pendidikan Agama Islam Berbasisi Kompetensi: Konsep dan Implementasi Kurikulum 2004. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.


(5)

60

Muhaimin, et. al. 2001. Paradigma Pendidikan Islam: Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyasa, E. 2007. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Munadi, Yudhi. 2008. Media Pembelajaran: Sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada Press.

Nasution, S. 1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Purwanto, Ngalim. 2007. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Rasyad, Aminuddin. 2003. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Uhamka Press.

Rosyada, Dede. 2004. Paradigma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana. Subana, M dan Sudrajat. 2001. Dasar-Dasar Penelitian Ilmiah. Bandung: CV.

Pustaka Setia.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran:Teori dan Praktik Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana.

Shaleh, Abdul Rahman. 2000. Pendidikan Agama dan Keagamaan: Visi, Misi, dan Aksi, Jakarta: PT. Gemawindu Pancaperkasa.

Sudjiono, Anas. 2007. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT. Grafindo Persada.

Sukardi, M. 2009. Evaluasi Pendidikan:Prinsip dan Operasionalnya.

Jakarta:Bumi Akasara.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2007. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tafsir, Ahmad. 2007. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.


(6)

Z, Zurinal dan Wahdi Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan: Pengantar dan Dasar-Dasar Pelaksanaan Pendidikan. Jakarta: UIN Jakarta Press.

Zuriah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.