ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN P

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN
PERBANKAN INDEKS LQ45 DENGAN MENGGUNAKAN METODA
CAMEL PERIODA 2007-2012
ALI ATTIBRIZI
121010006
ABSTRACT
This research were done to know about performance of go public bank on Indonesia
Stock Exchange from 2007-2012 that always on LQ45 index. CAMEL method had
used in this research .It is consist of Capital, Asset, Management, Earning, and
Liquidity ratio. This research had 4 banks as the samples there was BCA, BNI,
Danamon, and Mandiri. Purposive sampling were used on this research.. The result
is BCA was the best bank of the sample of the research than Danamon were on last
position.
Keywords: Banks, CAMEL
PENDAHULUAN
Perbankan

merupakan

tulang


punggung

dalam

membangun

sistem

perekonomian dan keuangan, karena dapat berfungi sebagai intermediary institution
yaitu lembaga yang mampu menyalurkan kembali dana-dana yang dimiliki oleh unit
ekonomi yang surplus kepada unit-unit ekonomi yang defisit. Fungsi ini merupakan
mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena berkaitan dengan
penyediaan dana sebagai investasi dan modal kerja bagi unit-unit bisnis dalam
melaksanakan fungsi produksi. Oleh karena itu agar dapat berjalan dengan lancar
maka lembaga perbankan harus berjalan dengan baik pula (Susilo, 2000:159).
Salah satu unsur yang sangat diperhatikan oleh bank adalah kinerja bank
tersebut, dengan kata lain yaitu masalah tingkat kesehatannya. Kesehatan suatu bank
adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan
secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan caracara yang sesuai dengan peraturan perbankan yang berlaku. Analisis laporan
keuangan perbankan dapat membantu para pelaku bisnis, baik pemerintah dan para


pemakai laporan keuangan lainnya dalam menilai kondisi keuangan suatu perusahaan
tidak terkecuali perusahaan perbankan.
Untuk menilai kinerja keuangan perbankan digunakan aspek penilaian yaitu
dengan menggunakan rasio keuangan berupa CAMEL (Capital, Assets, Management,
Earning dan Liquidity). Bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama perioda penelitian dan
selalu masuk ke dalam indeks LQ45 selama 2008-2012.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka yang menjadi rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah.
1. Bagaimanakah fakator-faktor CAMEL perusahaan perbankan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia yang selalu masuk dalam indeks LQ45 selama
perioda 2007-2012?
2. Bagaimanakah tingkat kesehatan perusahaan perbankan yang terdaftar di
BUrsa Efek Indonesia yang selalu masuk dalam indeks LQ45 selama perioda
2007-2012?
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Bank
Pengertian perbankan menurut Undang-Undang RI No. 10/1998 pasal 1 tentang
perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup

kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan
usahanya.
Sedangkan pengertian bank menurut Suyatno (2007) adalah suatu jenis lembaga
keuangan yang melaksanakan berbagai macam jasa, seperti memberikan pinjaman,
mengedarkan mata uang, pengawasan terhaap mata uang, bertindak sebagai tempat
penyimpanan benda-benda berharga, membiayai usaha perusahaan dan lain-lain.
Jenis-jenis Bank
Jenis bank berdasarkan segi fungsinya ada dua jenis, yaitu sebagai berikut.
1. Bank Umum
Pengertian bank umum menurut Undang-Undang RI No. 10/1998 adalah bank
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan

Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan hasa dalam lalu lintas
pembayaran.
2. Bank Perkreditan Rakyat
Pengertian bank perkreditan rakyat menurut Undang-Undang RI No. 10/1998
adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau
berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa
dalam lalu lintas pembayaran.
Jenis bank berdasarkan segi kepemilikan terdiri dari empat jenis, yaitu sebagai

berikut.
1. Bank Milik Pemerintah
Akte maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah. Sedangkan bank milik
pemerintah daerah (Pemda) terdapat di daerah tingkat I dan II masing-masing
Provinsi.
2. Bank Milik Swasta Nasional
Bank yang kepemilikannyanya dimiliki oleh swasta/non pemerintah.
3. Bank Milik Koperasi
Bank yang kepemilikan sahamnya dimiliki oleh perusahaan yang berbadan
hukum koperasi.
4.

Bank Milik Asing
Bank yang sahamnya berasal dari modal asing dan membuka cabang di

Indonesia.
Sumber Dana Bank
Sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana yang akan
digunakan untuk membiayai kegiatan operasi bank tersebut. Untuk menopang
kegiatan bank sebagai penjual uang (memberikan pinjaman), bank harus terlebih

dahulu membeli uang (menghimpun dana), sehingga dari selisih bunga tersebut bank
memperoleh keuntungan. Kemampuan bank memperoleh sumber-sumber dana yang
diinginkan sangat mempengaruhi kelanjutan usaha bank. Dalam mencari sumber
dana, bank harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti kemudahan untuk

memperoleh dana tersebut, jangka waktu sumber dana serta biaya yang harus
dikeluarkan untuk memperoleh dana tersebut.
Jenis-jenis sumber dana bank terdiri dari dua macam, yaitu modal inti dan
modal pelengkap.
Kinerja Bank
Kinerja bank merupakan bagian dari kinerja bank secara keseluruhan. Kinerja
bank secara keseluruhan merupakan gambaran prestasi yang dicapai bank alam
operasionalnya, baik menyangkut aspek keuangan, pemasaran, penghimpunan dan
penyaluran dana, teknologi maupun sumber daya manusia.
Berdasarkan apa yang dinyatakan di atas, kinerja keuangan bank merupakan
gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik yang menyangkut
aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan
indicator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank.
Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja
keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi. Adapun

penilaian kondisi likuiditas bank guna mengetahui seberapa besar kemampuan bank
dalam memenuhi kewajibannya kepada para deposan.
Penilaian aspek profitabilitas guna mengetahui kemampuan menciptakan profit,
yang sudah berang tentu penting bagi para pemilik. Dengan kinerja bank yang baik
pada akhirnya akan berdampak baik pada intern maupun bagi pihak ekstern bank.
Kesehatan Bank
Pengertian kesehatan bank menurut Bank Indonesia sesuai dengan UndangUndang RI No. 7 Tahun 1992 dalam Tjukipto (2013) adalah bank dikatakan sehat
apabila bank tersebut memenuhi ketentuan Kesehatan bank dengan memperhatikan
faktor Permodalan, Kualitas Aset, Kualitas Manajemen, Kualitas Rentabilitas,
Likuiditas, Solvabilitas, dan unsur lain yang berhubungan dengan usaha bank.
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004
perihal Tatacara Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, penilaian tingkat
kesehatan bank merupakan penilaian kualitatif atas berbagai aspek yang berpengaruh

terhadap kondisi atau kinerja suatau bank (meliputi permodalan, kualitas aset,
kualitas manajemen, kualitas rentabilitas, likuiditas, solvabilitas).
Penggolongan tingkat kesehatan bank menurut Surat Edaran Bank Indonesia No.
6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 dibagi dalam empat kategori yaitu sehat dengan
nilai kredit antara 81 sampai 100, cukup sehat dengan nilai kredit antara 66 sampai
dengan kurang dari 81, kurang sehat dengan nilai kredit antara 51 sampai dengan

kurang dari 66 dan tidak sehat dengan nilai kredit kurang dari 51.
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Pada tanggal 5 Januari 2011 Bank Indonesia telah mengeluarkan Peraturan Bank
Indonesia nomor 13/1/PBI/2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Penilaian tingkat kesehatan bank umum tersebut menggantikan PBI sebelumnya No.
6/10/PBI/2004 tentang Sitem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum. Namun PBI
No. 13/1/PBI/2011 berlaku efektif pada tanggal 1 Januari 2012.
Penyempurnaan penilaian kesehatan bank dilatarbelakangi oleh perubahan
kompleksitas usaha dan profil risiko, penerapan pengawasan secara konsolidasi, serta
perubahan pendekatan penilaian kondisi bank yang ditetapkan secara internasional
mempengaruhi pendekatan penilaian tingkat kesehatan bank. Secara substantif
memang ada beberapa perubahan faktor-faktor penilaian, namun dari sisi prinsip dan
proses perhitungan tingkat kesehatan relatif sama.
Skala (pedikat) penilaian, baik untuk setiap indikator atau penilaian komposit
sama seperti sebelumnya yaitu peringkat 1 sampai dengan peringkat 5 dimana urutan
peringkat faktor yang lebih kecil mencerminkan kondisi bank yang lebih baik.
PBI No. 13/1/PBI/2011 menggolongkan faktor penilaian menjadi hanya empat
faktor yaitu profil risiko (risk profile), Good Corporate Governance (GCG),
rentabilitas (earnings) dan permodalan (capital) atau biasa disebut dengan RGEC.
Profil risiko mencakup 8 jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko pasar, risiko likuiditas,

risiko operasional, risiko hukum, risiko strategi, risiko kepatuhan dan risiko reputasi.
Faktor likuiditas dan sensitivitas terhadap risiko pasar pada penilaian CAMELS
melebur ke dalam faktor profil risiko dalam RGEC. Sedangkan faktor GCG sudah
termasuk dalam faktor Manajemen dalam CAMELS.

Metoda CAMELS
Analisis rasio CAMELS yaitu analisis keuangan bank dan alat pengukuran
kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mengetahui tentang tingkat
kesehatan bank yang bersangkutan dari berbagai aspek yang berpengaruh terhadap
kondisi dan perkembangan suatu banj dengan menilai faktor-faktor penilaian tingkat
kesehatan bank. Rincian dari setiap variabel yang akan dianalisis dalam analisis rasio
CAMELS adalah sebagai berikut.
1.

Capital (Modal)
Capital untuk memastikan kecukupan modal dan cadangan untuk memikul risiko

yang mungkin timbul. Agar mampu berkembang dan bersaing secara sehat maka
permodalannya perlu disesuaikan dengan ukuran internasional yang dikenal dengan
BIS (Bank for International Settlement). Sesuai dengan BIS maka kewajiban modal

minimum bank adalah berdasarkan pada risiko, termasuk dalam risiko kredit. Dengan
demikian, permodalan merupakan penilaian terhadap kecukupan modal bank untuk
mengcover eksposur saat ini dan mengantisipasi eksposur di masa datang.
Capital Adequacy Ratio =
2.

Modal Bank
x 100
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko

................(1)

Assets (Aktiva)
Aset untuk memastikan kualitas aset yang dimiliki oleh bank dan nilai dari aset

tersebut. Kemerosotan kualitas dan nilai aset merupakan sumber erosi terbesar bagi
bank. Penilaian kualitas aset bank dilakukan melalui penilaian terhadap komponen
aktiva produktif dan tingkat kecukupan pembentukan penyisihan penghapusan aktiva
produktif (PPAP).
Rasio kualitas aktiva produktif merupakan rasio yang mengukur kemampuan

kualitas aktiva produktif yang dimiliki bank untuk menutup aktiva produktif yang
diklasifikasikan berupa kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini mengindikasikan
berupa kredit yang diberikan oleh bank. Rasio ini mengindikasikan bahwa semakin
besar rasio ini menunjukkan semakin menurun kualitas aktiva produktif.

KAP =

Aktiva produktif yang diklasifikasikan
x 100
Total aktiva produktif

.........................................
(2)

Rasio pemenuhan PPAP merupakan rasio yang mengukur kepatuhan bank dalam
membentuk PPAP untuk meminimalkan risiko akibat adanya aktiva produktif yang
berpotensi menimbulkan kerugian.
3.

Management

Manajemen untuk memastikan kualitas dan tingkat kedalaman penerapan prinsip

manajemen bank yang sehat, terutama yang terkait dengan manajemen umum dan
manajemen risiko. Indikator yang digunakan dalam menggambarkan tingkat
kesehatan bank dari aspek manajemen dengan rasio Net Profit Margin (NPM). Hal ini
dikarenakan seluruh kegiatan suatu bank yang mencakup manajemen umum,
manajemen risiko dan kepatuhan bank pada akhirnya mempengaruhi dan bermuara
pada perolehan laba.
NPM =
4.

Laba Bersih
x 100
Pendapatan Operasional

.......................................................... (3)

Earnings (rentabilitas)
Earning untuk memastikan efisiensi dan kualitas pendapatan bank secara benar

dan akurat. Kelemaham dari sisi pendapatan riil merupakan indikator terhadap
potensi masalah bank. Penilaian rentabilitas merupakan penilaian terhadap kondisi
dan kemampuan rentabilitas bank untuk mendukung kegiatan operasionalnya dan
permodalan. Rentabilitas adalah hasil perolehan dari investasi (penanaman modal)
yang dikatakan dengan persentase dari besarnya investasi. Pendekatan penilaian
kuantitatif dan kualitatif faktor rentabilitas antara lain dilakukan melalui penilaian
terhadap komponen-komponen berikut.
a.

Return on Total Asets (ROA)
Rasio laba sebelum pajak 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha
(ROA) dalam perioda yang sama. ROA menggambarkan perputaran aktiva yang
diukur dari volume penjualan.

ROA =

Laba Sebelum Pajak
x 100
Total Aktiva

...............................................................

(4)
b.

Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
Rasio ini adalah perbandingan antara biaya operasional dengan pedapatan
operasional dalam mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam
melakukan kegiatan operasionalnya.
BOPO =

Biaya Operasional
x 100
Pendapatan Operasional

......................................................

(5)
c.

Return on Equity (ROE)
Return on equity merupakan indikator yang amat penting bagi para pemegang
saham dan calon investor untuk mengukur kemampuan bank dalam memperoleh
laba bersih yang dikaitkan dengan pembayaran dividen. Kenaikan rasio ini
berarti terjadi kenaikan laba bersih dari laba yang bersangkutan yang selanjutnya
dikaitkan dengan peluang kemungkinan pembayaran dividen (terutama bagi
bank yang telah go public)
ROE =

Laba Setelah Pajak
x 100
Rata−rata Modal Inti

............................................................

(6)
d.

NIM
Rasio ini menunjukkan kemampuan earning asets dalam menghasilkan
pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif.
NIM =

Pendapatan Bunag Bersih
x 100
Rata−rata Aktiva Produktif

...................................................

(7)
5.

Likuiditas
Likuiditas untuk memastikan dilaksanakannya manajemen aset dan kewajiban

dalam menentukan dan menyediakan likuiditas yang cukup.
Penilaian likuiditas merupakan penilaian terhadap kemampuan bank untuk
memelihara dan memenuhi kebutuhan likuiditas yang memadai dan kecukupan

manajemen risiko likuiditas. Bank dikatakan likuid apabila mempunyai alat
pembayaran berupa harta lancar lebih besar dibandingkan dengan seluruh
kewajibannya.
Loan to deposit ratio (LDR) adalah rasio yang mengukur perbandingan jumlah
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank, yang
menggambarkan kemampuan bank dalam membayarkan kembali penarikan dana oleh
deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Oleh karena itu, semakin tinggi rasionya memberikan indikasi rendahnya kemampuan
likuiditas bank tersebut, hal ini sebagai akibat jumlah dana yang diperlukan untuk
membiayai kredit menjadi semakin besar.
LDR =

Jumlah Kredit yang Diberikan
x 100
Total Dana Pihak Ketiga+ KLBI + Modal Inti

.................................

(8)
6.

Sensitivity to Market Risk (sensitivitas terhadap risiko pasar)
Penilaian sensitivitas terhadap risiko pasar merupakan penilaian terhadap

kemampuan modal bank untuk mengcover akibat yang ditimbulkan oleh perubahan
risiko pasar dan kecukupan manajemen risiko pasar.
METODA PENELITIAN
Penelitian dilakukan dengan cara menganalisa laporan keuangan auditan
perusahaan perbankan yang dipublikasikan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama 2007-2012 dan selama perioda tersebut terus masuk ke dalam indeks LQ45.
Variabel-variabel penelitian yang digunakan terdiri dari: permodalan (capital),
kualitas aktiva (asset quality), manajemen (management), rentabilitas (earning), dan
likuiditas (liquidity). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif serta menggunakan
data sekunder berupa peraturan perbankan yang terkait seperti Peraturan Bank
Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 dan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat
Kesehatan Bank Umum serta Laporan Kajian Stabilitas Keuangan tahun 2008 dan
2009.
Metoda Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2012 dan selama perioda itu selalu masuk ke
dalam indeks LQ45. Sampel dipilih dengan cara nonprobability sampling berupa
purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan atau
criteria tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan metoda observasi nonpartisipan
Teknik Analisis Data
Untuk menjawab permasalahan yang akan dibahas, semua data yang telah
dikumpulkan selanjutnya dianalisis dengan Teknik analisis kuantitatif dan kualitatif
(Ristadewi, 2009:31).
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Tingkat Faktor Permodalan
Tabel 1 Bank BCA 2007 s/d 2012
2007
19,20%
Sumber: data diolah
CAR

2008
15,80%

2009
16,02%

2010
14,14%

2011
13,27%

2012
14,69%

Tabel 2 Hasil Perhitungan CAR Bank BNI Tahun 2007 s/d 2012
2007
15,74%
Sumber: data diolah
CAR

2008
13,73%

2009
14,27%

2010
21,96%

2011
21,74%

2012
17,35%

Tabel 3 Hasil Perhitungan CAR Bank Danamon Tahun 2007 s/d 2012
2007
19,27%
Sumber: data diolah
CAR

2008
15,43%

2009
21,20%

2010
16,42%

2011
17,55%

2012
18,90%

Tabel 4 Hasil Perhitungan CAR Bank Mandiri Tahun 2007 s/d 2012
2007
20,75%
Sumber: data diolah
CAR

2008
15,66%

2009
15,43%

2010
13,36%

2011
15,02%

2012
15,25%

Dari perhitungan rasio CAR, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 20072012, keempat bank tersebut memiliki nilai CAR yang tinggi dan seluruhnya berada
pada peringkat 1 selama perioda penelitian. Syarat untuk peringkat 1 adalah memiliki

nilai CAR ≥12% . Dalam hal ini berarti keempat bank tersebut memiliki kemampuan
untuk menutupi penurunan aktiva (kerugian Bank) dengan modal yang dimilikinya
dengan baik. Dari keempat bank yang diteliti, nilai CAR pada tahun 2008 cenderung
menurun, dan hal ini terjadi pada keseluruhan dari bank yang masuk dalam sampel
penelitian. Kemudian pada tahun 2009-2010 hampir semuanya mengalami
peningkatan kecuali pada bank Mandiri yang mengalami penurunan sebesar 0,23%
dari nilai CAR nya.
Tingkat Faktor Kualitas Aktiva
Tabel 5 Hasil Perhitungan KAP Bank BCA Tahun 2007 s/d 2012
2007
105,53%
Sumber: data diolah
KAP2

2008
104,52%

2009
212,79%

2010
125,71%

2011
107,60%

2012
121,12%

Tabel 6 Hasil Perhitungan KAP Bank BNI Tahun 2007 s/d 2012
2007
116,48%
Sumber: data diolah
KAP2

2008
141,36%

2009
130,65%

2010
128,28%

2011
111,69%

2012
102,02%

Tabel 7 Hasil Perhitungan KAP Bank Danamon Tahun 2007 s/d 2012
2007
114,29%
Sumber: data diolah
KAP2

2008
100,58%

2009
101,43%

2010
109,44%

2011
91,67%

2012
82,11%

Tabel 8 Hasil Perhitungan KAP Bank Mandiri Tahun 2007 s/d 2012
2007
105,53%
Sumber: data diolah
KAP2

2008
104,52%

2009
107,43%

2010
108,88%

2011
105,57%

2012
112,57%

Dalam perhitungan rasio KAP dari keempat bank tersebut, Bank BCA selama
perioda penelitian berada pada peringkat 1, karena selama 2007-2012 diperoleh
rataan nilai KAP sebesar 129,55%, hal ini lebih besar dari standar yang disyaratkan
untuk berada pada peringkat satu, yakni KAP ≥ 110%. Rasio KAP yang diperoleh
Bank BCA ini sempat berada pada peringkat 2 selama 2007 dan 2010 dan peringkat 3
pada 2009. Hal ini terjadi karena nilai PPAP yang dibentuk selama 3 tahun tersebut

lebih kecil dari nilai yang diwajibkan (PPAP wajib) atau dengan kata lain Bank BCA
selama tahun-tahun tersebut tidak mampu melampaui PPA yang diwajibkan. Hal yang
serupa terjadi pada Bank Danamon, di mana pada tahun 2008-2009 mencatatkan rasio
PPA sebesar 100,58% dan 101,43%. Hal ini menempatkan KAP pada Bank Danamon
berada pada peringkat 3 karena diperoleh nilai 100% ≤ KAP 2 < 105%. Pada 20112012 PPA berada pada peringkat yang paling rendah yakni peringkat 5 dengan nilai
KAP sebesar 91,67% dan 82,11%. Oleh karena itu Danamon perlu melakukan
pembenahan pada sector PPA yang dibentuk sehingga mampu melampui PPA yang
disyaratkan (PPA wajib) sehingga kinerja bank pada tahun berikutnya, yaitu tahun
2013 mengalami peningkatan. Secara keseluruhan, KAP pada bank Danamon berada
pada peringkat 4, dengan nilai rataan sebesar 99,92%. Syarat untuk berada pada
peringkat 4 adalah 95% ≤ KAP2 < 100%. Pada bank lainnya, yaitu Bank BNI dan
Mandiri, cenderung stabil dan rataan rasio KAP nya berada pada peringkat Pada
2012, rasio KAP Bank BNI sempat mengalami penurunan, dengan nilai 102,02%
sehingga menempatkan Bank BNI berada pada peringkat 2 berdasarkan rasio KAP
namun secara keseluruhan, Bank BNI berada pada peringkat 1 selama perioda
penelitian karena diperoleh rataan nilai KAP sebesar 121,74%. Bank Mandiri pada
2008 sempat mengami penurunan, dengan nilai 104,52% sebelumnya sebesar
105,53% namun secara keseluruhan, bila rasio KAP selama 2008-2012 dirata-rata,
akan diperoleh peringkat 1.
Secara keseluruhan, ketiga bank yaitu Bank BCA, BNI, dan Mandiri
memiliki kemampuan yang cukup baik untuk membentuk PPAP yang bertujuan untuk
meminimalisasi risiko akibat adanya Aktiva Produktif yang berpotensi menimbulkan
kerugian dan dikatakan bahwa Bank tergolong sangat baik dan mampu mengatasi
pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri. Pada Bank Danamon, selama
perioda penelitian memiliki kemampuan yang kurang baik dalam membentuk PPAP
yang bertujuan untuk meminimalisasi risiko akibat adanya Aktiva Produktif yang
berpotensi menimbulkan kerugian.
Tingkat Faktor Manjemen
Tabel 9 Hasil Perhitungan NPM Bank BCA Tahun 2007 s/d 2012

2007
70,91%
Sumber: data diolah
NPM

2008
75,33%

2009
78,65%

2010
81,53%%

2011
81,36%

2012
79,79%

Tabel 10 Hasil Perhitungan NPM Bank BNI Tahun 2007 s/d 2012
2007
70,83%
Sumber: data diolah
NPM

2008
65,22%

2009
73,36%

2010
74,45%

2011
82,72%

2012
83,35%

Tabel 11 Hasil Perhitungan NPM Bank Danamon Tahun 2007 s/d 2012
2007
58,74%
Sumber: data diolah
NPM

2008
57,28%

2009
55,09%

2010
56,99%

2011
65,75%

2012
66,59%

Tabel 12 Hasil Perhitungan NPM Bank Mandiri 2007 s/d 2012
2007
70,91%
Sumber: data diolah
NPM

2008
75,33%

2009
68,58%

2010
67,08%

2011
76,33%

2012
82,83%

Dari perhitungan rasio NPM keempat bank selama 2007-2012 Bank BCA,
BNI dan Mandiri berada pada peringkat 3 karena rasio NPM yang diperoleh menurut
Peraturan Bank Indonesia berada pada kisaran 66% ≤ NPM < 81% sehingga,
kemampuan Bank dalam mengelola Bank Mandiri yang diproksikan dengan
perbandingan laba bersih terhadap laba operasional dinilai cukup baik. Rerata nilai
NPM yang dihasilkan selama perioda penelitian untuk masing-masing rasio NPM
adalah 77,93%, 74,99%, dan 73,51%. Dalam hal ini berarti bahwa ketiga bank
tersebut memiliki kemampuan yang cukup baik dalam melakukan pengelolaan bank
(manajemen bank). Selama tahun 2007-2012, ketiga bank tersebut memiliki kenaikan
dan penurunan rasio NPM. Namun secara keseluruhan rasio NPM nya cenderung
meningkat. Pada Bank Danamon, rerata rassio NPM selama 2007-2012 adalah
sebesar 60,07% yang menmpatkannya berada pada peringkat 4 karena rasio NPM
yang diperoleh menurut Peraturan Bank Indonesia berada pada kisaran 51% ≤ NPM <
66% sehingga, kemampuan Bank dalam mengelola Bank Danamon yang diproksikan
dengan perbandingan laba bersih terhadap laba operasional kurang baik.

Manajemen Bank Danamon dalam mengelola entitasnya juga tergolong cukup
baik, namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan peringkat
kompositnya memburuk apabila bank tidak segera melakukan tindakan kolektif untuk
menangani masalah manajemen yang dihadapi saat ini.
Tingkat Faktor Rentabilitas
Tabel 13 Hasil Perhitungan NPM Bank BCA 2007 s/d 2012
2007
3,03%
Sumber: data diolah
ROA

2008
3,40%

2009
3,40%

2010
3,51%

2011
3,82%

2012
3,59%

2011
2,94%

2012
2,92%

Tabel 14 Hasil Perhitungan NPM Bank BNI 2007 s/d 2012
2007
0,85%
Sumber: data diolah
ROA

2008
1,12%

2009
1,72%

2010
2,49%

Tabel 15 Hasil Perhitungan NPM Bank Danamon 2007 s/d 2012
2007
2,43%
Sumber: data diolah
ROA

2008
1,58%

2009
2,63%

2010
4,08%

2011
2,94%

2012
3,18%

Tabel 16 Hasil Perhitungan NPM Bank Mandiri 2007 s/d 2012
2007
2,40%
Sumber: data diolah
ROA

2008
3,53%

2009
3,13%

2010
3,63%

2011
3,37%

2012
3,55%

Dari perhitungan rasio ROA selama 2007-2012, keempat bank tersebut
menghasilkan rerata nilai ROA yang menempatkannya pada peringkat pertama.
Masing-masing rerata rasio ROA yang dihasilkan selama berturut untuk Bank BCA,
BNI, Danamon, dan Mandiri selama perioda 2007-2012 adalah 3,50%, 2,07%,
2,81%, dan 3,27%. Syarat untuk mendapatkan peringkat 1 pada rasio ROA adalah
menghasilkan nilai ROA> 1,5%.
Dalam hal ini, keempat bank selama tahun 2007-2012 memiliki kemampuan
yang sangat baik dalam mengelola bank untuk memperoleh laba secara keseluruhan.
Secara keseluruhan, keempat bank selama perioda penelitian memiliki ROA yang

cenderung meningkat walaupun mengalami sedikit fluktuasi, namun secara umum
ROA yang dihasilkan berada pada kisaran 2%-3% untuk keempat bank tersebut.
Secara keseluruhan keempat bank tersebut berada pada peringkat 1 yang
menunjukkan bahwa keempatnya tergolong sangat baik dan mampu mengatasi
pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri.
Tabel 17 Hasil Perhitungan ROE Bank BCA 2007 s/d 2012
2007
26,70%
Sumber: data diolah
ROE

2008
30,20%

2009
31,80%

2010
33,30%

2011
33,54%

2012
30,44%

2011
19,99%

2012
20,06%

Tabel 18 Hasil Perhitungan NPM Bank BNI 2007 s/d 2012
2007
8,03%
Sumber: data diolah
ROE

2008
9,01%

2009
16,34%

2010
24,70%

Tabel 19 Hasil Perhitungan NPM Bank Danamon 2007 s/d 2012
2007
21,15%
Sumber: data diolah
ROE

2008
14,38%

2009
13,67%

2010
19,01%

2011
14,95%

2012
15,78%

Tabel 20 Hasil Perhitungan NPM Bank Mandiri 2007 s/d 2012
2007
19,07%
Sumber: data diolah
ROE

2008
12,09%

2009
30,26%

2010
34,86%

2011
25,57%

2012
27,23%

ROE merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank
dalam menghasilkan laba dengan menggunakan ekuitasnya. Kenaikan dalam rasio ini
menunjukkan adanuya kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan dan
selanjutnya kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga saham bank.

Dari perhitungan rerata ROE dari keempat bank selama 2007-2012, ROE
keempat bank tersebut berada pada peringkat 1 karena nilai ROE > 15% sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia tahun 2004. Hal ini mengindikasikan bahwa selama
perioda penelitian, Keempat bank ini memiliki kemampuan menghasilkan laba
dengan ekuitasmya dengan sangat baik. Selain itu, pada tahun tersebut kinerja
keempat bank dalam menghasilkan nilai ROE juga tergolong sangat baik dan mampu
mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan industri. Dari keempat bank
tersebut, bank BCA memiliki kisaran nilai ROE yang tinggi yakni pada 26,70%33,54% sedangkan Bank BNI kisaran nilai ROE yang dihasilkan berada pada nilai
yang paling rendah dibandingkan bank-bank yang digunakan pada penelitian ini
yakni pada 8,03%-20,06% namun secara keseluruhan, ROE dari keempat bank ini
cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun selama perioda penelitian dan
seluruhnya berada pada peringkat 1 untuk rerata nilai ROE dari masing-masing bank.
Tabel 21 Hasil Perhitungan NIM Bank BCA 2007 s/d 2012
2007
6,10%
Sumber: data diolah
NIM

2008
6,60%

2009
6,40%

2010
5,29%

2011
5,68%

2012
5,57%

2011
6,03%

2012
5,93%

Tabel 22 Hasil Perhitungan NIM Bank BNI 2007 s/d 2012
2007
4,99%
Sumber: data diolah
NIM

2008
6,26%

2009
6,01%

2010
5,78%

Tabel 23 Hasil Perhitungan NIM Bank Danamon 2007 s/d 2012
2007
8,30%
Sumber: data diolah
NIM

2008
11,21%

2009
10,72%

2010
11,55%

2011
7,91%

2012
8,65%

2011
5,29%

2012
5,58%

Tabel 24 Hasil Perhitungan NIM Bank Mandiri 2007 s/d 2012
2007
5,20%
Sumber: data diolah
NIM

2008
10,87%

2009
5,19%

2010
5,39%

Dari perhitungan NIM untuk keempat bank di atas, dapat disimpulkan bahwa
selama tahun 2007-2012, seluruh bank yang menjadi sampel dalam penelitian ini
berada pada peringkat 1. Hal ini dikarenakan rasio NIM nya > 3% yang
mengindikasikan bahwa keempatnya memiliki kemampuan yang sangat baik dalam
menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva produktif yang
sangat baik.
Dapat dikatakan keempat bank tersebut memiliki kemampuan yang sangat
baik dalam menghasilkan pendapatan bunga bersih dengan penempatan aktiva
produktif yang dimiliknya. Secara keseluruhan, rerata dari keempat bank tersebut
berada pada peringkat 1 yang mengindikasikan bahwa bank-bank tersebut tergolong
sangat baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan
industri yang terjadi pada saat itu. Secara keseluruhan, NIM yang dihasilkan dari
keempat bank sejak 2007-2012 memiliki nilai > 3% sehingga sejak awal penelitian
hingga akhir penelitian seluruh bank dalam sempel penelitian berada pada peringkat
pada peringkat 1, atau memiliki kinerja yang sangat baik dari segi NIM.
Tabel 25 Hasil Perhitungan BOPO Bank BCA 2007 s/d 2012
2007
47,36%
Sumber: data diolah
BOPO

2008
41,99%

2009
68,68%

2010
64,31%

2011
60,87%

2012
62,41%

2011
72,58%

2012
70,99%

Tabel 26 Hasil Perhitungan BOPO Bank BNI 2007 s/d 2012
2007
93,04%
Sumber: data diolah
BOPO

2008
90,16%

2009
84,86%

2010
75,99%

Tabel 27 Hasil Perhitungan BOPO Bank Danamon 2007 s/d 2012
2007
73,89%
Sumber: data diolah
BOPO

2008
86,65%

2009
84,16%

2010
73,97%

2011
79,32%

2012
75,03%

Tabel 28 Hasil Perhitungan BOPO Bank Mandiri 2007 s/d 2012
2007
2008
75,58%
73,70%
Sumber: data diolah

BOPO

2009
70,72%

2010
65,63%

2011
67,22%

2012
63,93%

Dari perhitungan rasio BOPO, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 20072012, Bank BCA, BNI, Danamon, dan Mandiri menduduki peringkat 1. Hal ini
dikarenakan nilai rasio BOPO mulai dari tahun 2007-2011 memiliki nilai BOPO ≤
94% menurut Peraturan Bank Indonesia. Dari rasio BOPO yang dihasilkan, dapat
dikatakan bahwa keempat bank tersebut memiliki kemampuan yang sangat baik
dalam hal efisiensi dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Dari hasil
perhitungan rasio BOPO di atas Bank BCA memiliki rerata rasio BOPO yang
terendah di antara bank-bank yang digunakan pada sampel penelitian ini yaitu
57,60% sehingga Bank BCA memiliki kinerja terbaik dari bank lainnya sedangkan
bank dengan nilai BOPO tertinggi adalah Bank BNI dengan rerata BOPO sebesar
82,27% sehingga Bank BNI memiliki kinerja terendah dalam hal efisiensi biaya
operasional bank yang tercermin dalam rasio BOPO.
Tingkat Faktor Likuiditas
Tabel 29 Hasil Perhitungan CR Bank BCA 2007 s/d 2012
2007
81,48%
Sumber: data diolah
CR

2008
60,70%

2009
73,39%

2010
78,47%

2011
72,41%

2012
54,73%

2011
74,54%

2012
53,27%

Tabel 30 Hasil Perhitungan CR Bank BNI 2007 s/d 2012
2007
48,04%
Sumber: data diolah
CR

2008
37,03%

2009
40,58%

2010
45,37%

Tabel 31 Hasil Perhitungan CR Bank Danamon 2007 s/d 2012
2007
25,32%
Sumber: data diolah
CR

2008
20,25%

2009
22,85%

2010
29,85%

2011
29,76%

2012
27,17%

Tabel 32 Hasil Perhitungan CR Bank Mandiri 2007 s/d 2012
2007
54,73%
Sumber: data diolah
CR

2008
34,18%

2009
65,16%

2010
62,20%

2011
64,48%

2012
54,21%

CR merupakan rasio yang mengukur perbandingan alat likuid terhadap dana
pihak ketiga yang dihimpun bank yang harus segera dibayar. Selain itu, rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam membayar kembali simpanan
nasabah atau deposan pada saat ditarik dengan menggunakan alat likuid yang
dimilikinya. Semakin besar rasio CR, maka semakin baik karena Bank memiliki sisi
likuiditas yang semakin tinggi.
Dalam rasio ini, peneliti tidak dapat menentukan peringkat dari rasio CR ini,
karena tidak disertakan dalam Peraturan Bank Indonesia. Dari seluruh sampel yang
digunakan pada penelitian ini, rerata rasio tertinggi selama perioda penelitian (20072012) dihasilkan bank BCA dengan nilai 70,20% sehingga bank ini memiliki kinerja
yang paling baik selama perioda penelitian sedangkan bank dengan rerata CR
terendah berada pada bank Danamon dengan nilai 25,87% namun kita juga perlu
mempertimbangkan fluktuasi CR yang terjadi dari tahun ke tahun pada tiap-tiap
sampel. Bank yang memilki nilai CR yang cenderung stabil selama perioda penelitian
adalah Bank Danamon dengan kisaran nilai 20,25%-29,58% sedangkan bank dengan
nilai CR yang fluktuatif selama perioda penelitian adalah Bank BNI yang berada pada
kisaran 37,03%-74,54%.

Tabel 33 Hasil Perhitungan LDR Bank BCA 2007 s/d 2012
2007
43,60%
Sumber: data diolah
LDR

2008
53,80%

2009
50,27%

2010
55,16%

2011
61,67%

2012
68,61%

2011
70,37%

2012
73,51%

Tabel 34 Hasil Perhitungan LDR Bank BNI 2007 s/d 2012
LDR

2007
60,56%

2008
68,61%

2009
64,06%

2010
70,15%

Sumber: data diolah
Tabel 35 Hasil Perhitungan LDR Bank Danamon 2007 s/d 2012
2007
88,05%
Sumber: data diolah
LDR

2008
89,43%

2009
86,09%

2010
103,71%

2011
98,33%

2012
100,57%

Tabel 36 Hasil Perhitungan LDR Bank Mandiri 2007 s/d 2012
2007
52,02%
Sumber: data diolah
LDR

2008
108,8%

2009
59,15%

2010
65,44%

2011
71,65%

2012
77,66%

Rasio LDR merupakan rasio yang menunjukkan seberapa jauh kemampuan bank
dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Semakin besar
rasio LDR, maka semakin buruk karena Bank tidak dapat memenuhi permintaan
deposan dengan mengandalkan kreditnya yang disebabkan karena jumlah kredit yang
diberikan kecil.
Dari perhitungan rasio LDR, dapat disimpulkan bahwa selama tahun 2008-2012
Bank BCA dan BNI berada pada peringkat 1. Dalam hal ini berarti kedua bank
tersebut memiliki kemampuan yang sangat baik dalam membayar kembali penarikan
dana dengan mengandalkan kredit yang diberikan oleh bank yang bersangkutan.
Berdasarkan perhitungan LDR di atas dapat disimpulkan bahwa selama tahun 20072012, Bank BCA dan BNI menduduki peringkat 1 secara berturut-turut selama
perioda penelitian. Keduanya berada pada peringkat 1 karena nilai LDR ≤ 75% sesuai
dengan Peraturan Bank Indonesia tahun 2004. Mulai tahun 2007-2012 LDR kedua
bank cenderung meningkat, dan mengalami sedikit fluktuasi. Hal yang berbeda
terjadi pada Bank Mandiri walaupun rata-rata LDR yang dihasilkan menempatkan
bank ini berada pada peringkat 1, namun sempat mengalami lonjakan kenaikan secara
signifikan pada tahun 2008 sehingga menempatkan nilai LDR pada tahun tersebut ke
peringkat 5 karena syarat yang ditetapkan oleh Bank Indonesia adalah 100% < LDR
≤ 120%. Pada tahun tersebut Bank Mandiri mengalami penurunan kinerja dalam

memenuhi permintaan deposan dengan mengandalkan kreditnya yang disebabkan
karena jumlah kredit yang diberikan kecil. Pada Bank Danamon, rasio LDR selama
2007-2009 dan tahun 2011 menempatkan bank ini pada peringkat 3, sesuai syarat
yang ditetapkan oleh Bank Indonesia yaitu 85% < LDR ≤ 100% kemudian pada 2010
dan 2012 berada pada peringkat 4 atau mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.
Syarat yang ditetapkan oleh BI untuk LDR pada peringkat 4 adalah 100% < LDR ≤
120% . Secara keseluruhan, rasio LDR Bank Danamon selama perioda penelitian
adalah pada peringkat 3, dengan rerata LDR sebesar 88,74%
SIMPULAN DAN SARAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, dapat kita simpulkan bahwa bank
dengan kinerja terbaik dari sampel yang digunakan adalah Bank BCA, hampir semua
rasio penyusun CAMEL menunjukkan peringkat 1. Pemeringkatan dilakukan dengan
cara melakukan rata-rata hitung selama 2007-2012. Dari rata-rata yang muncul, akan
dilakukan pemeringkatan berdasarkan regulasi yang telah ditentukan oleh Bank
Indonesia. Pada Bank BCA ini, peneliti hanya menemukan 1 rasio dengan peringkat 3
yakni rasio NPM selebihnya seluruh rasio menunjukkan hasil yang sangat baik dan
berada pada peringkat 1. Hal yang sebaliknya terjadi pada Bank Danamon, bank ini
memiliki kinerja terendah dari keempat sampel yang dipilih, di mana pada rerata
rasio KAP dan NPM berada pada peringkat 4, sehingga kinerja Bank Danamon
selama 2007-2012 kurang baik dibandingkan bank lain pada sampel yang digunakan.
Secara keseluruhan, bank-bank yang ada pada sampel masih berkinerja baik dan
sehat, walaupun ada beberapa rasio yang menunjukkan kinerja kurang baik, namun
secara keseluruhan bank-bank tersebut berada pada kondisi sehat dan berkinerja baik.
DAFTAR PUSTAKA
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari
2011 perihal Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April
2004 perihal Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.
Bank Indonesia. 1998. UU No. 10 tahun 1998, tentang perubahan terhadap UU No. 7
tahun
1992, Jakarta

http://ekonomi.kompasiana.com/moneter/2013/02/19/1/530077/bank-mandiri-bankterbaik-di-indonesia.html diakses pada tanggal 20 Maret 2013
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/Lina%20Nur%20%20Hidayati,
%20SE,%20MM/Bab%205%20Treasury_ANALISIS%20KINERJA
%20KEUANGAN.pdf di akses pada tanggal 19 Maret 2013
Lukman Dendawijaya. 2008, Majemen Perbankan, Ghalia Indonesia, Jakarta.
Sri Susilo, 2000, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, cetakan pertama, Salemba
Empat Jakarta.
http://keuangan.kontan.co.id/news/aset-tumbuh-15-bca-jadi-bank-terbesar-ketiga
diakses pada 20 Maret 2013.