ANALISIS INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL

ANALISIS INVESTASI ATAU PENANAMAN MODAL DALAM
KONSEP EKONOMI ISLAM
(Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia)

Dosen Pengampu : ZEIN MUTTAQIN

Disusun oleh :
Riyanto Nugroho

(14423039)

Rizky Nanda

(14423142)

PRODI EKONOMI ISLAM
FAKULTAS ILMU AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016


1

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama ALLAH SWT yang maha pengasih lagi Maha Penyayang, kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, dan dosen pengampu bapak Zein Muttaqin yang telah membimbing dan
memberikan arahan dalam pembuatan makalah ini, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
tentang investasi atau penanaman modal dalam konsep ekonomi islam.
Maklah ini telah kami susun dengan maksimal secara bekerja sama dengan sebaik mungkin dan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan
makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari
segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu kami siap menerima segala saran dan
kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhir kata kami, semoga makalah ini analisis investasi atau penanaman modal dalam konsep
ekonomi islam dapat memberikan pengaruh dalam menambah pengetahuan berinvestasi atau
memberikan inspirasi terhadap pembaca.


2

DAFTAR ISI
BAB I........................................................................................................................................................ 4

PENDAHULUAN ...................................................................................................................................... 4
A.
B.
C.

Latar Belakang............................................................................................................................. 4

Rumusan Masalah....................................................................................................................... 4

Manfaat Penulisan ...................................................................................................................... 4

BAB II....................................................................................................................................................... 5

PEMBAHASAN ........................................................................................................................................ 5
D.

E.

Konsep Ekonomi Islam ................................................................................................................ 5

Manajemen Investasi dan Pengetian Invetasi Dalam Islam........................................................ 6

F.

Tujuan dan Jenis Investasi........................................................................................................... 6

H.

Membuat Kebijakan Investasi..................................................................................................... 9

J.

Kategori Investor.......................................................................................................................10

G.


I.

K.

Mekanisme Investasi Atau Penanaman Modal......................................................................... 8

Perbandingan Pasar Modal Syari ah dan Konvensional: Tinjauan Literatur............................... 9
Risiko Dalam Investasi...............................................................................................................10

BAB III ...................................................................................................................................................13

PENUTUP ..............................................................................................................................................13
Kesimpulan........................................................................................................................................13

Daftar Pustaka...................................................................................................................................14

3

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Beberapa tahun belakangan ini, berinvestasi pada instrumen keuangan atau financial assets
menjadi sebuah cara yang banyak digemari oleh para pemilik modal untuk mengembangkan dana yang
mereka miliki. Masyarakat yang semakin paham dengan pengelolaan keuangan dan invenstasi, akan
semakin pandai dalam menilai dan mengendalikan risiko investasi yang mereka lakukan. Masyarakat
pun saat ini banyak yang memilih untuk berinvestasi pada beberapa produk investasi pasar modal yang
dianggap ideal karena tingkat keuntungan yang ditawarkan relatif cukup tinggi. Bangkitnya ekonomi
Islam menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang
mayoritas beragama Islam, sehingga pengembangan produk pasar modal yang berbasis syariah perlu
ditingkatkan. Tahun 1990-an Indonesia baru mengenal kegiatan perbankan syariah. Tujuh tahun
kemudian, produk syariah di pasar modal mulai diperkenalkan dengan ditandai munculnya produk reksa
dana syariah.Pesatnya pertumbuhan instrumen-instrumen investasi baik konvensional maupun syariah
ternyata sedikit memberikan masalah. Masalah yang dihadapi oleh para investor maupun investor
potensial adalah bagaimana memilih alternatif instrumen investasi yang ada berdasarkan kinerja
portofolio. Oleh karena itu, pengukuran kinerja instrumen investasi konvensional dan syariah
merupakan suatu hal yang sangat penting untuk dilakukan.
Investasi ini sangatlah penting bagi kehidupan perekonomian seseorang karena selain sebagai
penyimpanan yang berkembang, investasi ini juga dapat digunakan sebagai alat untuk mempersiapkan
masa mendatang atau suattu kejadian yang tidak diinginkan dalam finansial seseorang, tetapi dalam
islam bukan hanya sekedar investasi dengan menanamkan modal disuatu perusahaan, tetapi harus

melihat perusahaannya terlebih dahulu, perusahaan tersebut suatu jasa atau persediaan yang diluar dari
keislaman atau tidak, jika terjadi penanaman saham pada sektor yang diluar dari keislaman, maka
perusahaan itu akan terkena sanksi berupa teguran, pencopotan label syariah, sampai ke penutupan
perusahan tersebut.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana islam menjelaskan tentang berinvestasi ?
2) Bagaimana perbandingan pasar modal syariah dengan konvensional ?
3) Apakah setiap investor memiliki kriteria yang berbeda?
4) Apa saja resiko yang ada dalam berinvestasi ?
C. Manfaat Penulisan
1) Agar mengetahui cara islam menjelaskan tentang arti berinvestasi.
2) Agar pembaca mengatahui perbedaan diantara pasar mkodal syariah dengan yang
konvensional.
3) Agar pembaca mengetahui karakteristik para investor dalam berinvestasi.
4) Agar pembaca mengetahui apa saja resiko yang harus dihadapi oleh para investor.

4

BAB II

PEMBAHASAN
D. Konsep Ekonomi Islam
Kegiatan manusia pada umumnya adalah untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, pada
zaman dahulu manusia melakukan bercocok tanam,berburu,meramu. Pada saat ini tidak berbeda
perilaku manusia tersebut tetapi berbeda karena perkembangan tekhnologi yang memudahkan manusia
dalan setiap aktifitasnya dan dalam pengerjaannya, tetapi pada intinya sama.
“Ekonomi islam sendiri ialah,suatu usaha sistematis untuk memahami masalah ekonomi dan
perilaku manusia dalam hubungannya kepada persoalan tersebut menurut perspektif islam”. (Umer
chapra (2001),Ibid, h. 12)
Dalam ekonomi islam kebutuhan manusia terbatas,karena pemenuhannya disesuaikan dengan
kapasitas jasmani manusia,misalnya makan,minum dan sebagainya,yang menganjurkan berhentilah
sebelum kenyang, karena jika sudah masuk dalam tahap kenyang, perilaku manusia akan menjadi malas
untuk melakukan suatu kegiatan, maka dari itu islam sangat mengantisipasi untuk apa yang akan terjadi
dimasa mendatang,agar tidak dapat merugikan orang lain maupun diri sendiri, dan tetap pada jalan
kesucian yang telah diridhoi ALLAH SWT.
Semakin berkembangnya jaman, muncul suatu kegiatan ekonomi yang disebut Investasi, seperti
halnya islam mengajarkan untuk memikirkan untuk mempersiapkan kedepannya,mengantisipasi. Pada
jaman dahulu, jaman rasullullah SAW sudah ada, yang dinamakan investasi pada jaman sekarang,
investasi dalam bidang perekonomian maupun investasi untuk diakhirat kelak nanti, tertera pada ayat
Al-Qur’an, salah satu surat yang menjelaskannya tentang investasi ialah, surah Yusuf 12: ayat 46-49

yaitu:
1) Ayat 46 yang artinya :
“ Yusuf, wahai orang yang sangat dipercaya, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina
yang gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi betina yang kurus, tujuh tangkai gandum yang hijau
dan tujuh lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu, agar mereka
mengetahuinya.”( Al-Qur’an, 12:46)
2) Ayat 47 yang artinya :
“ Dia (Yusuf) berkata :”agar kamu bercocok tanam tujuh tahun (berturut-turut) sebagaimana biasa:
kemudian apa yang kamu tuai hendaklah kamu biarkan ditangkapnya kecuali sedikit untuk kamu
makan.”( Al-Qur’an, 12:47)
3) Ayat 48 yang artinya :
“ Kemudian setelah itu akan datang tujun (tahun) yang sangat sulit, yang menghabiskan apa yang
kamu simpan untuk menghadapinya (tahun sulit), kecuali sedikit dari apa (bibit gandum) yang kamu
simpan.” (Al-Qur’an, 12:48)
4) Ayat 49 yang artinya :
“ Setelah itu akan datang tahun, dimana manusia diberi hujan (dengan cukup) dan pada masa itu
mereka memeras (anggur).”( Al-Qur’an, 12:49)
Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan,bahwa janganlah mengonsumsi semua harta atau
kekayaan yang kita punya pada saat kita sedang mendapatkannya, tetapi hendaklah harta yang kita
dapatkan kita kembangkan, untuk mempersiapkan keperluan yang tidak kita ketahui atau untuk

mempersiapkan masa yang akan datang.

5

E. Manajemen Investasi dan Pengetian Invetasi Dalam Islam
Manajemen investasi adalah proses pengelolaan uang. Dua terminology lain yang umum
digunakan untuk menjabarkan proses ini adalah manajemen portofolio dan manajemen uang. Individu
yang melakukan pengelolaan portofolio investasi disebut manajer investasi, manajer uang/keuangan,
atau manajer portofolio. (portofolio adalah sekelompok bentuk investasi).
Investor dapat dikelompokkan menjadininvestor ritel dan investor institusional. Investor ritel
terdiri dari individu-individu, sedangkan investor institusional terdiri dari perusahaan asuransi, institusi
simpanan (meliputi bank, asosiasi simpanan dan pinjaman, serta serikat kredit), dana pension,
perusahaan-perusahaan investasi, dan dana bantuan/ endowmen. Pasar keuangan di AS telah mengalami
pergeseran, dimana sebelumnya didominasi oleh investor ritel dan saat ini didominasi oleh investor
institusional. Keadaan / fenomena ini dikenal dengan istilah institusionalisasi dari pasar keuangan. Hal
yang sama terjadi pada Negara-negara industry lainnya.
Secara umum investasi atau penanaman modal dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang
dilakukan baik oleh orang pribadi (natural person) maupun badan hukum (juridical person) dalam
upaya untuk meningkatkan atau mempertahankan nilai modalnya, baik yang berbentuk uang tunai (cash
money), peralatan (equipment), aset tidak bergerak, hak atas kekayaan intelektual, maupun keahlian.

Islam melarang untruk menimbun harta, melainkan harus dibelanjakan dijalan Allah, (Ahmad
roziq&mufti mubarok,buku cerdas investasi dan transaksi syariah,2012,hal.33), oleh karena itu
manusia dianjurkan untuk investasi selain untuk masa yang akan datang juga dianjurkan tidak
meninggalkan keturunan yang dalam keadaan lemah, sehingga perlunya investasi seperti halnya firman
Allah SWT, sebagai berikut :
“hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebagian besar dari orang-orang alim yahudi
dan rahib-rahib nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka
menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpa emas dan perak
dan tidak menafkahkannya pada jalan allah, makan\ beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka
akan mendapat) siksa yang pedih”(QS. At-Taubah (9):34)
F. Tujuan dan Jenis Investasi
Alasan-alasan mengapa seseorang melakukan investasi, ada tiga hal,yaitu:
1) Untuk mendapatkan hidup yang lebih layak untuk masa yang akan datang.seseorang yang bijaksana
akan berfikir bagaimana cara meningkatkan taraf hidupnya dari waktu ke waktu atau berusaha
mempertahankan tingkat pendapatannya untuk mengantisipasi dimasa yang akan datang
2) Mengurangi tekanan inflasi,dengan melakukan investasi dalam memilih perusahaan atau objek
lain,seseorang dapat menghindarkan diri agar kekayaan atau harta miliknya tidak merosot nilainya
karena digrogoti oleh inflasi
3) Dorongan untuk menghemat pajak, dibeberapa negara didunia banyak melakukan kebijakan yang
sifatnya mendorong tumbuhnya investasi dimasyarakat melalui fasilitas perpajakan yang diberikan

kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidang-bidang usaha tertentu.
Tujuan investasi tersebut dapat tercapai diperlukan proses dalam mengambil suatu keputusan ketika
hendak melakukan investasi, terutama keuntungan yang akan diperoleh dan resiko yang akan dihadapi.
Pada dasarnya ada beberapa tahapan dalam mengambil keputusan investasi, antara lain : (Nurul Huda
dan Mustafa Edwin Nasution, yogyakarta,2008,hlm.15-17)
1) Menentukan kebijakan investasi.
Investor menentukan tujuan investasi dan berapa kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Hal ini
penting karena ada hubungan positif antara resiko dan return, oleh karena itu suatu hal yang tepat bagi
para investor untuk menyatakan tujuan investasinya yang tidak hanya memperoleh untung saja, tetapi
memikirkan tentang kerugiannya juga.

6

Contoh :
1. Institusi bebas pajak tidak menganggap investasi bebas pajak sebagai sesuatu yang menarik,
karena institusi-institusi tersebut sudah memperoleh kebebasan kebebasan dari kewajiban
membayar pajak. Di samping itu, hasil dari investasi bebas pajak umumnya tidak tinggi.
Persyaratan pembuatan laporan keuangan mempengaruhi cara yang dipilih investor
institusional dalam menetapkan kebijakan investasi. Sayangnya, pertimbangan pelaporan keuangan
terkadang menyebabkan institusi menetapkan suatu kebijakan investasi, yang dalam jangka panjang,
tidak dapat memberikan keuntungan ekonomi terbaik bagi institusi
2) Analisis sekuritas.
Investor harus melakukan analisis sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual
atau atas beberapa kelompok sekuritas. Salah satu tujuan dari melakukan penilaian atas sekuritas
tersebut adalah untuk mengidentifikasi sekuritas yang salah harga. Ada yang berpendapat lain bahwa
tujuan dari penilaian sekuritas itu didasarkan atas preferensi risiko para investor, pola kebutuhan, kas,
dan sebagainya.
3) Pembentukan portofolio.
Investor membentuk portofolio yang melibatkan identifikasi aset khusus mana yang harus
diinvestasikan dan juga menentukan seberapa besar investasi pada setiap aset tersebut. Disini malasah
selektivitas,penentuan waktu, dan diversifikasi perlu menjadi perhatian investor.
4) Melakukan revisi portofolio.
Pada tahap ini, berkenaan dengan pengulangan secara periodik dari tiga tahap sebelumnya. Sejalan
dengan waktu, investor mungkin mengubah tujuan investasinya, yaitu berusaha membentuk portofolio
baru yang lebih optimal.
5) Evaluasi kinerja portofolio.
Investor melakukan penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodik dalam arti tidak hanya return
yang diperhatikan, tetapi juga resiko yang dihadapi.
Walaupun manajer portofolio dapat bekerja lebih baik dibandingkan dengan portofolio
benchmark, hal ini tidak berarti portofolio yang ada dapat memuaskan kebutuhan klien. Sebagai
missal, suatu institusi keuangan menetaokan maksimalisasi pengembalian portofolio sebagai
sasarannya dan mengalokasika 75% dari dananya kedalam bentuk saham dan sisanya ke dalam bentuk
obligasi. Dimisalkan lebih lanjut bahwa manajer portofolio yang bertanggung jawab terhadap
portofolio saham menghasilkan pengembalian selama satu tahun yang besarnya 3% lebih tinggi dari
pada portofolio benchmark. Dengan mengasumsikan bahwa risiko portofolio sama dengan risiko
portofolio benchmark, manajer portofolio telah menunjukkan kinerja yang lebih baik dari pada
portofolio benchmark. Namun ternyata keberhasilan tersebut tidak dapat membawa keberhasilan bagi
bagi perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Jadi, kegagalan yang ada terletak pada usaha
penetapan tujuan dan kebijakan investasi, bukan karena kinerja manajer portofolio. (Fabozzi, 1995,
Manajemen Investasi Hal 4)
Pada dasarnya investasi dapat digolongkan kedalam beberapa jenis, yaitu berdasarkan aset,
pengaruh, ekonomi, menurut sumbernya, sebagai berikut: (Salim dan budi sutrisno, Op. Cit., hlm.3639)
i.

Investasi Berdasarkan Asetnya
Investasi ini merupakan penggolongan investasi dari aspek modal atau kekayaan. Dengan
dijadikan 2 jenis:
a. Real Assets : investasi yang berwujud, seperti gedung-gedung, kendaraan, dan sebagainya yang
berwujud
b. Financial assets : investasi berupa dokumen (surat-surat berharga) yang diperdagangkan
dipasar uang, seperti deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang (SBPU), dan
sebagainya. Finnancial assets juga diperdagangkan dipasar modal, seperti saham, obligasi,
warrant, opsi, dan sebagainya.

7

ii.

Investasi Berdasarkan Pengaruh
Investasi model ini merupakan investasi yang didasarkan pada faktor dan keadaan yang
memengaruhi atau tidak berpengaruh dari kegiatan investasi. Ada dua macam investasi yang
berpengaruh yaitu :
a. Investasi autonomus (berdiri sendiri) : tidak berpengaruh pada tingkat pendapatan, bersifat
spekulatif, misalnya pembelian surat-surat berharga.
b. Investasi Induced (memengaruhi-menyeababkan) : investasi yang dipengaruhi oleh kenaikan
permintaan barang dan jasa serta tingkat pendapatan, misalnya penghasilan transitori
(penghasilan yang didapat selain dari bekerja), yaitu bunga tabungan dan sebagainya.

iii.

Investasi Berdasarkan Sumber Pembiayaan
Investasi model ini didasarkan kepada pembiayaan asal atau asal usul investasi itu memperoleh
dana. Ada dua macam dalam investasi ini :
a. Investasi yang bersumber dana dari dalam negeri (PMDN), investornya dari dalam negeri.
b. Investasi yang bersumber dana dari modal asing, pembiayaan investasi bersumber dari investor
asing.
Investasi Berdasarkan Bentuk
investasi yang didasarkan pada cara menanamkan investasinya, investasi modal ini juga dibagi
kepada dua bentuk yaitu :
a. Investasi langsung dilaksanakan oleh pemiliknya sendiri, seperti membangun pabrik,
membangun gedung selaku kontraktor, membeli total, atau mengakuisisi perusahaan.
b. Investasi tidak langsung yang sering disebut dengan investasi portofolio, investasi tidak
langsung dilakukan melalui pasar modal dengan instrumen surat-surat berharga, seperti saham,
obligasi, reksadana, beserta turunannya.

iv.

Investasi langsung biasanya dikaitkan dengan adanya keterlibatan secara langsung dari pemilik
modal dalam kegiatan pengelolaan modal. Investasi langsung ini dapat dilakukan dengan mendirikan
perusahaan patungan, dengan mitra lokal, melakukan kerjasama operasi tanpa membentuk perusahaan
baru, mengonversikan pinjaman menjadi penyertaan mayoritas dalam perusahaan lokal, memberi
bantuan tehnis dan manajerial maupun dengan memberikan lisensi.
Investasi tidak langsung pada umumnya merupakan penanaman modal jangka pendek yang
mencakup kegiatan transaksi dipasar modal dan pasar uang. Penanaman modal ini disebut dengan
penanaman modal jangka pendek karena pada umumnya, jual beli saham dan mata uang dalam jangka
waktu yang relatif singkat tergantung pada fluktuasi nilai saham dan mata uang yang hendak mereka
jual belikan.
G. Mekanisme Investasi Atau Penanaman Modal
 Istilah Dalam Investasi Atau Penanaman Modal
Mengenai mekanisme atau tata cara penanaman modal diatur dalam keputusan
Meninves/Kepala BKPM Nomor 38/SK/1999 tanggal 6 oktober 1999. Pengertian yang berlaku menurut
ketentuan tersebut adalah sebagai berikut : (Ibid.,hal.191-195)
1) Permohonan penanaman modal baru adalah permohonan persetujuan penanaman modal baik
penanaman modal dalam rangka penanaman modal dalam negeri (PMDN) maupun penanaman modal
asing (PMA) serta fasilitasnya yang diajukan oleh calon penanam modal untuk mendirikan dan
menjalankan usaha baru.
2) Permohonan perluasan penanaman modal adalah permohonan perluasan atau penambahan modal
beserta fasilitasnya untuk menambah kapasitas terpasang yang disetujui dan atau menambah jenis
produksi barang atau jasa.
3) Perluasan penanaman modal di subsektor tanaman pangan dan perkebunan adalah peningkatan investasi
untuk membiayai satu atau lebih kegiatan, yaitu seperti :
 Diversifikasi, yaitu menambah jenis tanaman;
8

 Peremajaan atau rehabilitasi yang menggunakan bibit unggul;
 Intensifikasi, yaitu meningkatkan produksi tanpa menambah lahan;
 Menambah kapasitas produksi unit pengolahan;
 Menambah areal tanaman
 Integrasi usaha dengan usaha industri hulu serta hilir.
4) Restrukturisasi adalah suatu kegiatan untuk mengganti mesin utama (menambah peralatan atau
komponen mesin) untuk meningkatkan kualitas atau meningkatkan efisiensi proses produksi tanpa
menambah kapasitas.
5) Permohonan perubahan penanaman modal adalah permohonan persetujuan atas perubahan-perubahan
ketentuan-ketentuan penanaman modal yang telah ditetapkan dalam persetujuan pananaman modal
sebelumnya.
6) Persetujuan PMDN adalah persetujuan penanaman modal dalam negeri beserta fasilitasnya yang
berlaku pula sebagai persetujuan prinsip atau izin usaha sementara.
7) Persetujuan PMA adalah persetujuan penanaman modal asing beserta fasilitasnya yang berlaku pula
sebagai persetujuan prinsip atau izin usaha sementara.
8) Persetujuan persetujuan perluasan adalah persetujuan penambahan modal beserta fasilitasnya untuk
menambah kapasitas terpasang yang disetujui dan atau menambah jenis produksi barang dan jasa.
9) Persetujuan perubahan adalah persetujuan atas perubahan ketentuan-ketentuan penanaman modal
tertentu yang telah ditetapkan dalam persetujuan penanaman modal sebelumnya.
10) Holding adalah perusahaan penyertaan modal penyertaan saham yang dibentuk sebagaimana dimaksut
dalam SK Maninves/Kepala BKM Nomor 12/SK/1999 tanggal 8 Juni 1999.
Ini adalah 10 dari 28 mekanisme atau tata cara dalam penanaman modal yang telah diatur
tersebut.
H. Membuat Kebijakan Investasi
Langkah pertama dalam proses manajemen investasi adalah membuat pedoman kebijakan
untuk memenuhi sasaran investasi. Penetapan kebijakan dimulai dengan keputusan alokasi aktiva/asset.
Yaitu, investor harus memutuskan bagaimana dana institusi sebaiknya didistribusikan terhadap
kelompok-kelompok aktiva utama yang ada. Kelompok aktiva umumnya meliputi saham, obligasi, real
estat, dan sekuritas-sekuritas luar negeri.
Kendala-kendala dari klien dan peraturan yang ada harus di pertimbangkan dalam menetapkan
kebijakan investasi. Sebagai missal, klien berkeinginan untuk mempertahankan tingkat diversifikasi
dan keamanan tertentu, dan membatasi persentase dana yang diinvestasikan oleh institusi keuangan.
Implikasi dari laporan keuangan dan pajak juga harus dipertimbangkan dalam menetapkan kebijakan
investasi. (Fabozzi, 1995, Manajemen Investasi Hal 3)
Contoh :
1. Institusi bebas pajak tidak menganggap investasi bebas pajak sebagai sesuatu yang menarik, karena
institusi-institusi tersebut sudah memperoleh kebebasan kebebasan dari kewajiban membayar pajak.
Di samping itu, hasil dari investasi bebas pajak umumnya tidak tinggi.
Persyaratan pembuatan laporan keuangan mempengaruhi cara yang dipilih investor
institusional dalam menetapkan kebijakan investasi. Sayangnya, pertimbangan pelaporan keuangan
terkadang menyebabkan institusi menetapkan suatu kebijakan investasi, yang dalam jangka panjang,
tidak dapat memberikan keuntungan ekonomi terbaik bagi institusi.
I. Perbandingan Pasar Modal Syari’ah dan Konvensional: Tinjauan Literatur
Penelitian tentang kinerja pasar modal syari’ah diawali dengan analisis kinerja investasi yang
sesuai dengan etika (atau disebut ethical investment) yan marak sejak awal periode 1970-an. Konsep
ethical investment pada awalnya justru datang dari Negara-negara barat yang mengembangkan investasi
khusus bagi konsumen atau investor yang sangat spesifik, dimana mereka sangat peduli akan bentuk
investasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara social. Dengan kata lain, investasi ini telah melalui
seleksi aturan tertentu, baik moral maupun kriteria lainnya.

9

Crawton (1994) mendefinisikan ethical investment sebagai pengguna nilai-nilai etika dan
kriteria soaial dalam proses seleksi dan manajemen investasi portofolio. Ethical investors tidak hanya
peduli pada keuntungan finansial tapi juga karakteristik dari perusahaan yang diinvestasikan. Hal ini
meliputi bentuk barang dan jasa yang di produksi, lokasi bisnis, dan cara bagaimana kegiatan
perusahaan di operasikan (Wilson, 1997). Lebih lanjut kriteria ethical investment dapat dibagi menjadi
dua jenis, positif dan negative. Ethical investment yang negative artinya perusahaan tidak bergerak
dalam industry atau sector yang tidak dibolehkan secara moral, seperti tembakau, alcohol, judi atau
pornografi. Sedangkan kriteria positif adalah jika perusahaan bersangkutan peduli atau ramah
lingkungan dalam kegiatan operasionalnya (Malin, Saadouni, and Briston, 1995; Wilson, 1997). Hal
inilah yang kemudian membedakan antara konsep ethical investment versi Barat dengan syari’ah.
Konsep “green” investment versi Barat dan syari’ah dalam islam memang memiliki dasar
filosofis dan kerangka yang berbeda. Namun keduanya memiliki nilai dan norma umum yang saling
melengkapi. Artinya, pengembangan green investment yang marak terlebih dahulu dengan system
keuangan yang tentunya lebih matang dapat menjadi pelajaran bagi pengembangan investasi syari’ah
dan penguatan kelembagaannya. Demikian pula sebaliknya, banyak nilai-nilai dalam syari’ah yang juga
diadopsi dan dipahami masyarakat barat yang memandang pentingnya investasi tidak saja dari sisi nilai
finansialnya tapi juga dari nilai-nilai imateriil lainnya. (Lestari, 2008, Investasi Syari’ah hal 180-181)
J. Kategori Investor
Para investor dalam dunia pasar modal memiliki preferensi (trend) serta karakter yang berbeda
satu sama lain, dank arena perbedaan inilah seorang manajer investasi diharuskan memahami dan
menganalisis tipikal serta perilaku para investor dalam di dalam aktivitas investasi. Dengan pemahaman
dasar tersebut seorang manajer investasi diharapkan dapat memilih dan menyeleksi jenis Efek atau
portofolio mana yang paling tepat, sesuai, dan optimal bagi masing-masing investor secara keseluruhan.
Untuk dapat mengidentifikasi tipikal investor dapat digunakan model utilitas yang di harapkan
(expected utility model) yang menyatakan bahwa, para pemodal memilih suatu kesempatan investasi
yang memberikan utilitas yang diharapkan yang tertinggi.
Model utilitas yang diharapkan tersebut menggunakan asumsi terhadap sikap pemodal terhadp
risiko. Secara garis besar tipikal investor terbagi menjadi 2 (dua) macam, tipikal yang berani mengambil
risiko (risk taker) dan mereka yang tidak berani mengambil risiko (nonrisk taker). Risk taker terbagi
lagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu:
1. Mereka yang berani mengambil risiko tinggi dengan harapan imbal hasil yang juga relative
tinggi (high risk high return).
2. Mereka yang cukup berani mengambil risiko yang moderat dengan imbal hasil yang juga
moderat (medium risk medium return).
3. Mereka yang hanya berani mengambil risiko dalam tingkat yang relative rendah dengan imbal
hasil yang juga relative rendah (low risk low return)
Dengan ungkapan lain bahwa investor ada yang memiliki sikap yang tidak menyukai risiko (risk
neuteral), dan yang suka risiko (risk seeker). Dikatakan bahwa investor yang risk averse cenderung
menolak taruhan fair. Pemodal yang risk neuteral cenderung besikap indifference terhadap taruhan
yang fair. Dalam konsep investasi pada hakikatnya seluruh investor bersifat risk averse, dikatakan
demikian karena tidak ada seorang investor pun yang suka mencari risiko, sehingga dengan asumsi
tersebut bahwa terdapat perbedaan antara pemodal (investor) dengan penjudi (gambler). Hal demikian
dikarenakan walaupun investor akan menolak taruhan yang fair, sedangkan gambler akan menerima
taruhan yang fair. (Husnan, 2001).
K. Risiko Dalam Investasi
Setiap keputusan investasi selalu menyangkut dua hal, yaitu risiko dan return. Risiko
mempunyai hubungan positif dan linier dengan return yang diharapkan dari suatu investasi, sehingga
semakin besar return yang diharapkan semakin besar oula risiko yang harus di tanggung oleh seorang
investor. Dalam melakukan keputusan investasi, khususnya pada sekuritas saham, return yang
diperoleh berasal dari dua sumber, yaitu dividend dan capital gain, sedangkan risiko investasi dalam
saham tercermin pada variabilitas pendapatan (return saham) yang diperoleh.
10

Menurut Tandelilin (2001), dalam analisis tradisional, risiko total dari berbagai asset keuangan
bersumber dari:
a. Interest Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return akibat oerubahan tingkat suku
bunga. Perubahan tingkat suku bunga ini berpengaruh negative terhadap harga sekuritas.
b. Market Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return karena fluktuasi dalam keseluruhan
pasar sehingga berpengaruh kepada semua sekuritas.
c. Inflation Risk. Suatu factor yang mempengaruhi semua sekuritas adalah purchasing power risk.
Jika suku bunga naik, maka inflasi juga meningkat, karena lenders membutuhkan tambahan
premium inflasi untuk mengganti kerugian purchasing power.
d. Business Risk. Risiko yang ada karena melakukan bisnis pada industry tertentu.
e. Financial Risk. Risiko yang timbul karena penggunaan leverage finansial oleh perusahaan.
f.

Liquidity Risk. Risiko yang berhubungan dengan pasar sekunder tertentu dimana sekuritas di
perdagangkan. Suatu nvestasi jika dapat dibeli dan dijual dengan cepat tanpa perubahan harga
yang signifikan, maka investasi tersebut dikatan likuid, demikian sebaliknya.

g. Exchange Rate Risk. Risiko yang berasal dari variabilitas return sekuritas karena fluktuasi kurs
currency.
h. Country Risk. Risiko ini menyangkut kepada politik suatu Negara sehingga mengarah pada
political risk.
Berbeda dengan analisis traditional, analisis investasi modern membagi risiko total menjadi dua
bagian, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis (Husnan, 1998). Risiko tidak sistematis adalah
risko yang disebabkan oleh factor-faktor pada suatu sekuritas, dan dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi. Sedangkan risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh factor-faktor makro yang
mempengaruhi semua sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Karena sebagian
risiko dapat dihilangkan dengan diversifikasi, yaitu risiko yang tidak sistematis (unique risk), maka
ukuran risiko dari suatu portofolio bukan lagi standar deviasi (risiko total), tetapi hanya risiko sistematis
saja, yaitu risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi. Risiko tidak sistematis adalah risiko
yang timbul karena factor-faktor mikro yang ada pada perusahaan industry tertentu, sehingga
pengaruhnya hanya terbatas pada perusahaan atau industry tersebut. Factor-faktor tersebut antara lain:
struktur modal, struktur aktiva, tingkat likuiditas, ukuran perusahaan, serta kondisi dan lingkungan
kerja. Sedangkan risiko sistematis yang tercermin dalam beta saham, merupakan risiko yang
mempengaruhi semua perusahaan karena dsebabkan oleh factor-faktor yang bersifat makro, seperti
kondisi perekonomian, perubahan tingkat suku bunga, inflasi, kebijakan pajak, dan lain-lain. Factorfaktor ini menyebabkan adanya kecenderungan semua saham untuk bergerak bersama, sehingga selalu
ada dalam setiap saham.

Pada umumnya seorang investor adalah risk averse. Oleh karena itu, mereka lebih memilih
melakukan diversifikasi dalam portofolio investasinya guna mengurangi sebagian risiko yang harus
ditanggungnya. Karena risiko tidak sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka risiko
sistematis (beta) menjadi lebih relevan bagi investor.
Berbagai macam kegiatan investasi tersebut diatas pada umumnya memiliki tujuan yang sama,
profabilitas atau penghasilan (return). Untuk sampai pada tujuan akhir yang diharapkan, seorang
investor harus mengambil keputusan yang tepat untuk memilih objek serta mempertimbangkan waktu
dan kondisi. Pada umumnya hubungan antara resiko (risk) dan tingkat pengembalian yang diharapkan
(expected rate of return) bersifat linier. Artinya, semakin tinggi tingkat resiko, maka semakin tinggi
pula tingkat pengembalian yang diharapkan. Setelah menetapkan tujuan, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis terhadap suatu efek atau beberapa efek.
11

Penilaian keberhasilan investasi tidak saja ditentukan oleh tingkat pengembalian yang tinggi
sebagaimana terkonsep dalam ekonomi konvensional. Dewasa ini kecenderungan motivasi berinvestasi
mulai mengalami pergeseran, dimana investasi tidak saja dipandang sebagai kegiatan yang memberikan
kepuasan financial atau tingkat pengembalian yang tinggi, namun juga kepuasan spiritual “kuncoro”.
Kecenderungan investasi semacam ini disebut ethical Invesment, yakni investasi yang dapat
dipertanggung jawabkan secara sosial, karena menggunakan pertimbangan etika (ethical screening).
Filosofi perilaku investasi ekonomi konvensional yang pada mulanya lebih dituntun oleh
kekuatan pasar, memiliki perbedaan mendasar dengan filosofi ethical invesment yang lebih
mengedepankan etika. Pilihan-pilihan serta bentuk-bentuk penilaian investasi seharusnya tidak hanya
didasarkan kepada dua pertimbangan pokok : resikop dan pengembalian (keuntungan finansial), namun
juga karakteristik dari perusahaan yang diinvestasikan. Hal ini meliputi bentuk barang dan jasa yang
diproduksi, lokasi bisnis dan cara bagaimana kegiatan perusahaan dioperasikan (wilson : 1325)

12

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Al-Qur’an, salah satu surat yang menjelaskannya tentang investasi ialah, surah Yusuf 12: ayat
46-49, ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan,bahwa janganlah mengonsumsi semua harta atau kekayaan
yang kita punya pada saat kita sedang mendapatkannya, tetapi hendaklah harta yang kita dapatkan kita
kembangkan, untuk mempersiapkan keperluan yang tidak kita ketahui atau untuk mempersiapkan masa
yang akan datang.
Tiga hal mengapa orang-orang memilih berinvestasi ,yaitu:Untuk mendapatkan hidup yang
lebih layak untuk masa yang akan datang, Mengurangi tekanan inflasi,dengan melakukan investasi
dalam memilih perusahaan atau objek lain, Dorongan untuk menghemat pajak, dibeberapa negara
didunia banyak melakukan kebijakan yang sifatnya mendorong tumbuhnya investasi dimasyarakat
melalui fasilitas perpajakan yang diberikan kepada masyarakat yang melakukan investasi pada bidangbidang usaha tertentu.
Perbandingan pasar modal syariah dengan konvensional ialah pada penempatan invetasi pada
perusahaannya , kalau syariah perusahaan tidak bergerak dalam industry atau sector yang tidak
dibolehkan secara moral, seperti tembakau, alcohol, judi atau pornografi, sedangkan pada konvensional
perusahaan bebas pada penempatannya, yang penting perusahaan mendapatkan laba yang
memungkinkan untuk dapat besar agar berdampak kepada investor juga.
Adapun beberapa kriteria yang dimiliki oleh para investor yaitu Risk seeking, yaitu mereka yang
berani mengambil resiko tinggi dengan harapan imbal hasil yang juga relatif tinggi high risk high return,
Risk indifferent, yaitu mereka yang cukup berani mengambil resiko yang moderat dengan imbal hasil
yang moderat juga medium risk return, Rusk averse, yaitu mereka yang hanya berani mengambil resiko
dalam tingkat yang relatif rendal dengan imbal hasil yang juga relatif rendah. Pada umumnya seorang
investor adalah risk averse. Oleh karena itu, mereka lebih memilih melakukan diversifikasi dalam
portofolio investasinya guna mengurangi sebagian risiko yang harus ditanggungnya. Karena risiko tidak
sistematis dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka risiko sistematis (beta) menjadi lebih relevan
bagi investor.
Resiko modern memiliki resiko yang dibagi menjadi dua, antara tidak sistematis dan sistematis,
masing-masing resiko ini memiliki arti yaitu, Risiko tidak sistematis adalah risko yang disebabkan oleh
factor-faktor pada suatu sekuritas, dan dapat dihilangkan dengan melakukan diversifikasi. Sedangkan
risiko sistematis adalah risiko yang disebabkan oleh factor-faktor makro yang mempengaruhi semua
sekuritas sehingga tidak dapat dihilangkan dengan diversifikasi

13

Daftar Pustaka











Frank J. Fabozzi. 1995. Manajemen Investasi. New Jersey: A Simon and Schuster
Company
Nurul Huda dan Mustafa Edwin Nasution. 2008. Investasi Pada Pasar Modal Syari’ah.
Jakarta: Kencana
Esta Lestari, dkk. 2008. Investasi Syari’ah. Yogyakarta: Kreasi Wacana
Khaerul Umam, S.I.P., M.Ag. 2013. Pasar Modal Syariah dan Praktik Pasar Modal
Syariah. Bandung: CV Pustaka Setia
Prof. Dr. H. Abdul mananan, S.H., S.IP., M. Hum. Aspek Hukum Dalam
Penyelenggaraan Investasi Di Pasar Modal Syariáh Indonesia.
Ana Rokhmatussa’dyah, S.H., M.H.& Suratman. S.H., M.Hum. Hukum Investasi &
Pasar Modal
Iggi H. Achsien. Investasi Syari’ah di Pasar Modal
Heri Sudarsono. Konsep Ekonomi Islam suatu pengantar.
Nafis
Irkhami.
Analisis
Resiko
dalam
Invetasi
Islam.
http://download.portalgaruda.org/article.php?article=180810&val=6213&title=Analis
is%20Risiko%20dalam%20Investasi%20Islam
Wirausaha dan investasi dalam perspektif ekonomi islam. S zulaikha, II mawartijurnalAdzkiya,2015journal.stainmetro.ac.id/index.php/adzkiya/article/view/410/364

14