PROPOSAL KARYA KREATIVITAS PAKET PEMBELA

PROPOSAL KARYA KREATIVITAS
PAKET PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA LABIRIN
DI RUANG DAHLIA RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL

DISUSUN OLEH :
Dewi Syarifatul Isnaeni
Muhammad Ali
Zema Maksalmina

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH
PEKAJANGAN - PEKALONGAN
2014

KARYA KREATIVITAS
PAKET PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA LABIRIN
1. Abstrak
Bermain merupakan kebutuhan anak seperti halnya kasih sayang,
makanan, perawatan, dan lain-lainnya, karena dapat memberi kesenangan dan
pengalaman hidup yang nyata. Bermain juga merupakan unsur penting untuk
perkembangan anak baik fisik, emosi, mental, sosial, kreativitas serta

intelektual. Oleh karEna itu bermain merupakan stimulasi untuk tumbuh
kembang anak.
Terapi bermain adalah suatu bentuk permainan yang direncanakan untuk
membantu anak mengungkapkan perasaannya dalam menghadapi kecemasan
dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan baginya. Bermain
pada masa pra sekolah adalah kegiatan serius, yang merupakan bagian penting
dalam perkembangan tahun-tahun pertama masa kanak-kanak. Hampir
sebagian besar dari waktu mereka dihabiskan untuk bermain (Elizabeth B
Hurlock, 1999).
Masuk rumah sakit merupakan peristiwa yang sering menimbulkan
pengalaman traumatik, khususnya pada pasien anak yaitu ketakutan dan
ketegangan atau stress hospitalisasi. Stress ini disebabkan oleh berbagai faktor
diantaranya perpisahan dengan orang tua, kehilangan control, dan akibat dari
tindakan invasif yang menimbulkan rasa nyeri. Akibatnya akan menimbulkan
berbagai aksi seperti menolak makan, menangis, teriak, memukul, menyepak,
tidak kooperatif atau menolaktindakan keperawatan yang diberikan.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meminimalkan pengaruh
hospitalisasi pada anak yaitu dengan melakukan kegiatan bermain. Bermain
merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara sukarela untuk memperoleh
kesenangan dan kepuasan. Bermain merupakan aktivitas yang dapat

menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak dan merupakan cerminan
kemampuan fisik, intelektual, emosional dan sosial sehingga bermain
merupakan media yang baik untuk belajar karene dengan bermain anak-anak

akan belajar berkomunikasi, menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru,
melakukan apa yang dapat dilakukannya, dan dapat mengenal waktu, jarak
serta suara.
Untuk itu dengan melakukan permainan maka ketegangan dan stress
yang dialami akan terlepas karena dengan melakukan permainan rasa sakit
akan dapat dialihkan (distraksi) pada permainannya dan terjadi proses
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
2. Tujuan
a. Tujuan umum:
Tujuan umum dari karya kreatifitas ini adalah untuk menstimulasi
pertumbuhan dan perkembangan anak usia toddler yang dirawat di rumah
sakit.
b. Tujuan khusus
Tujuan khusus dari karya kreatifitas kelompok ini adalah:
1 Anak mampu beradaptasi dengan lingkungan rumah sakit dan proses
keperawatan.

2 Anak akan menunjukkan berkurang rasa takut dan cemas.
3 Anak dapat merespon permainan dalam rangka perkembangan sensorimotor, intelektual, dan kreativitas.
3. Dasar Pembuatan Paket Pembelajaran
Dampak hosptalisasi pada anak adalah merupakan pengalaman yang
penuh dengan stress Anak akan merasa cemas dan akan timbul ketakutan
akibat perpisahan dengan keluarga ataupun lingkungan terutama pada anak
yang mengalami rawat inap lama (Wong, 2005). Efek hospitalisasi terkadang
kurang diperhatikan oleh tenaga kesehatan. Perawat sebagai tenaga kesehatan
yang berinteraksi langsung dengan klien (anak dalam hal ini) harus tetap
memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan anak selama hospitalisasi.
Terapi bermain sangat dibutuhkan oleh seorang anak, hal ini merupakan
kebutuhan psikososial anak baik dalam keadaan sehat maupun sakit. Bermain
pada anak dapat meningkatkan kecerdasannya dalam berfikir dan membantu
anak untuk mengembangkan imajinasinya serta melatih daya motorik halus

dan kasar pada anak. Pada anak pra sekolah umumnya perkembangan motorik
kasar dan motorik halusnya sudah baik (Soetjiningsih, 1995). Pada tahap ini
mereka berminat untuk mendapatkan pengetahuan dan mulai mengalami
peningkatan kompetensi.
Dengan melihat kompetensi-kompetensi dalam tahap perkembangan

tersebut kami tertarik untuk membuat paket pembelajaran berupa bola labirin
dan mengenal warna dengan tetap memperhatikan prinsip bermain di rumah
sakit, yaitu energi yang dikeluarkan harus seminimal mungkin, waktunya
singkat, sederhana, tidak bertentangan dengan pengobatan yang diberikan
kepada anak, dan menjaga keamanan dan kenyamanan anak. Kelebihan dari
alat permainan ini adalah aman, sederhana, dan dapat dilakukan sewaktuwaktu. Permainan ini juga mampu mengembangkan kemampuan anak,
memberikan stimulasi, mengembangkan kognitif anak, meningkatkan
kreativitas anak. Permainan ini dapat melatih klien dalam melakukan
hubungan sosial dengan teman-teman.
4. Alasan pemilihan paket pembelajaran
Bola labirin dapat melatih anak pra sekolah dalam mengembangkan
kreatifitas dan sosialisasi anak. Dengan bermain bola labirin anak menjadi
kreatif, anak mencoba ide-ide baru dalam bermain dan anak dapat
mengembangkan dan memperluas sosialisasi anak. Permainan bola labirin
dimainkan dengan cara meniup bola agar bisa mencapai finis melalui jalan
labirin, dengan demikian permainan ini juga baik untuk meningkatkan kontrol
pernapasan dan juga kemampuan spasial. Permainan bola labirin juga aman
digunakan karena menggunakan bahan yang aman untuk anak-anak.
5. Overview paket
1. Permainan bola labirin dimainkan oleh dua sampai tiga anak.

2. Dalam permainan ini dibutuhkan sedotan , bola dari kapas, papan labirin.
3. Sebelumnya perawat telah membuat papan labirin dari kardus bekas dan
stik es, dan bola dari kapas.
4. Anak diizinkan untuk memulai permainan dengan meletakkan bola di
start.
5. Anak meniup bola agar bisa melewati jalan labirin hingga finish.

6. Permainan bola labirin ini mampu mengembangkan kemampuan anak,
memberikan stimulasi, mengembangkan kognitif anak, meningkatkan
kreativitas anak.
7. Permainan bola labirin ini juga diharapkan dapat menumbuhkan
hubungan sosial anak dengan teman-temannya yang sama-sama
mengalami hospitalisasi.
6. Sasaran Audience
Anak usia pra sekolah (3-6 tahun) yang dirawat di ruang anak, dengan kriteria:
a. Kesadaran compos mentis
b. Kooperatif
c. Keadaan umum baik
d. Tidak dalam kondisi kritis, panas, keterbatasan gerak, atau lemah.


7. Teori belajar menurut kelompok umur
Anak usia prasekolah mempunyai kemampuan motorik kasar dan halus
yang lebih matang dari pada anak usia toddler. Anak sudah lebih aktif, kreatif
dan imajinatif. Demikian juga kemampuan berbicara dan berhubungan sosial
dengan temannya semakin meningkat. Oleh kerena itu jenis permainan yang
sesuai adalah “associative play, dramatic play dan skill play”. Anak
melakukan permainan bersama-sama dengan temannya dengan komunikasi
yang sesuai dengan kemampuan bahasanya. Anak juga sudah mampu
memainkan peran orang tua tertentu yang diidentifikasinya, seperti ayah, ibu
dan bapak atau ibu gurunya. Permainan yang menggunakan kemampuan
motorik (skill play) banyak dipilih anak usia prasekolah. Untuk itu, jenis alat
permainan yang tepat diberikan pada anak misalnya, sepeda, mobil-mobilan,
alat olah raga, berenang dan permainan balok-balok besar, maupun permainan
puzzle, bola tiup.
8. Petunjuk Penggunaan
a.

Siapkan sebuah papan labirin, bola kapas dan sedotan.

b.


Anak meniup bola agar bisa melewati jalan labirin
hingga finish.

c.

Bola yang sampai finish terlebih dahulu adalah
pemenangnya.

d.

Beri reinforcement kepada anak yang berhasil
memainkan bola labirin tersebut.

e.

Jika anak melakukan kesalahan dalam melakukan
permainan bola labirin,

maka terapis memberikan arahan agar anak


mampu memainkan permainan bola labirin tersebut.
f.

Kemudian

beri

kesempatan

anak

permainan.

PELAKSANAAN KARYA KREATIVITAS

mengulangi

A. KONTRAK AWAL
Kontrak awal dengan keluarga klien yaitu ibu klien dilakukan pada hari

kamis tanggal 10 April 2014 pukul 08.30 WIB. Kontrak yang dilakukan secara
lisan meliputi waktu pelaksanaan kegiatan, materi kegiatan dan persiapan
lainnya yaitu keikutsertaan keluarga dalam kegiatan kreativitas. Kontrak juga
dilakukan dengan pembimbing klinik ruang Dahlia untuk mendapatkan
persetujuan dan bimbingan selama pelaksanaan kegiatan kreativitas.
B. TAHAP ORIENTASI
Waktu pelaksanaan kegiatan terapi dengan karya kreativitas dilakukan
sesuai dengan kontrak yang telah disepakati yaitu pada pukul 11.00 WIB di
ruang bermain yang diikuti oleh satu anak yang sesuai dengan sasaran terapi
bermain yang melatih proses pernafasan.
Persiapan yang dilakukan yaitu menyiapkan tempat kegiatan yaitu di
ruang bermain. Ibu klien, klien dan petugas kesehatan duduk bersama di lantai
yang

telah

dibersihkan.

Petugas


kesehatan

mengawali

dengan

memperkenalkan diri kembali pada keluarga, mengulang kontrak yang telah
disepakati hari itu juga. Tahap orientasi dilakukan selama 5 menit yang
meliputi mengucapkan salam, perkenalan, menjelaskan tujuan, meminta
persetujuan dilakukan tindakan, dan mengingatkan kontrak yang sudah
disepakati.
C. TAHAP KERJA
Petugas kesehatan memulai tahap kerja dengan menjelaskan aturan
permainan yang akan dilakukan dan meminta ibu mendampingi anaknya.
Berikutnya petugas kesehatan memberikan alat/mainan yang akan digunakan
yaitu sebuah bidang labirin, bola, dan sedotan. Selanjutnya petugas kesehatan
memulai kegiatan kreativitas bersama klien yang didampingi ibu. Selama
tahap kerja klien juga dilibatkan dalam komunikasi dengan bahasa yang
sederhana dan mudah dimengerti klien sehingga menunjukkan penerimaan
terhadap penjelasan dari tenaga kesehatan. Fase kerja berlangsung ± 30 menit

sesuai dengan rencana yang ditetapkan.
D. TAHAP TERMINASI

Pada Tahap terminasi petugas kesehatan mengakhiri kegiatan terapi
bermain dengan menyampaikan terima kasih atas partisipasinya dalam
pelaksanaan terpai bermain dan menutup dengan salam. Kegiatan terapi
bermain selesai pukul. 11.30 WIB.

BAB IV
PENUTUP
Pada saat anak dirumah sakit dapat mengakibatkan berhentinya
perkembangan normal pada anak dan menimbulkan masalah-masalah baru yang

berhubungan dengan ketakutan dan kecemasan, sehingga perlu dikembangkan
adanya terapi bermain selama anak dirawat di rumah sakit untuk meningkatkan
kedekatan dengan perawat dengan anak, mengurangi kecemasan dan ketakutan
anak terhadap proses perawatan dirumah sakit.