Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Rating Obligasi Syariah pada Perusahaan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2011-2014

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoristis

2.1.1 Obligasi Syariah

2.1.1.1 Pengertian Obligasi Syariah

Obligasi Syariah di dunia internasional dikenal dengan Sukuk.Sukuk berasal dari bahasaArab “sak” (tunggal) dan “sukuk” (jamak) yang memilliki arti mirip dengan sertifikat ataunote.Sukuk merupakan bukti (claim) kepemilikan (Nathif, 2004).Sebuah sak atau sukukmewakili kepentingan (interest), baik penuh ataupun proporsional dalam sebuah ataukumpulan aset.Ketentuan yang mengatur tentang penerbitan sukuk, terutama dari sisi syariah telah ditetapkan oleh Accounting and Auditing Standard for Islamic Financial Institutions (AAOIFI), yaitu Sharia Standard No. 17 – Investment Sukuk. AAOIFI sendiri mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang merupakan bukti kepemilikan yang tidak dibagikan atas suatu aset, hak manfaat, dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002, Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsipsyariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagihasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.


(2)

Menurut Pontjowinoto (2003), obligasi syariah adalah suatu kontrak perjanjian tertulis yang bersifat jangka panjang untuk membayar kembali pada waktu tertentu seluruh kewajiban yang timbul akibat pembiayaan untuk kegiatan tertentu menurut syarat dan ketentuan tertentu serta membayar sejumlah manfaat secara periodik menurut akad. Dari sisi pasar modal, penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya institusi-institusi keuangan syariah, dana pensiun syariah, dan reksa dana syariah yang membutuhkan alternatif penempatan investasi.

Dari dua pengertian di atas, jelas bahwa hal yang harus dihindari dari penerbitan obligasi syariah adalah bunga (riba/interest) yang diharamkan oleh ajaran Islam. Achsien (2000) mengatakan faktor diskonto yang digunakan sebagai cost of capital tergantung dari aset dan risiko yang dikandungnya. Islam mengijinkan pinjam-meminjam tidak dengan bunga, melainkan dengan basis profit/loss sharing. Hal ini dapat diinterpretasikan bahwa Islam mendorong umatnya menjadi investor dan bukannya kreditor. Investor selalu berhadapan dengan risiko, sejalan dengan konsep profit/loss sharing yang berarti juga risk sharing. Dengan demikian penghitungan cost of capitaldalam pendanaan Islami akan lebih menjurus pada cost of equity, karena debt dengansistem tersebut pun diakui sebagai equity.

2.1.1.2 Karakteristik Obligasi Syariah

Obigasi Syariah mempunyai beberapa karakteristik.Pertama, obligasi syariah menekankan pendapatan investasi bukan berdasarkan kepada tingkat bunga (kupon) yang telah ditentukan sebelumnya.Tingkat pendapatan dalam


(3)

obligasi syariah berdasar kepada tingkat rasio bagi hasil (nisbah) yang besarnya telah disepakati oleh pihak emiten dan investor. Kedua, dalam sistem pengawasannya selain diawasi oleh pihak wali amanat maka mekanisme obligasi syariah juga diawasi oleh Dewan Pengawas Syariah (di bawah Majelis Ulama Indonesia) sejak dari penerbitan obligasi sampai akhir dari masa penerbitan obligasi tersebut. Dengan adanya sistem ini maka prinsip kehati-hatian dan perlindungan kepada investor obligasi syariah diharapkan bisa lebih terjamin.Ketiga, jenis industri yang dikelola oleh emiten serta hasil pendapatan perusahaan penerbit obligasi harus terhindar dari unsur non halal.

Secara umum, ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah adalah sebagai berikut :

a. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya memberikan pendapatan kepada pemegang obligasi dalam bentuk bagi hasil atau revenue sharing serta pembayaran utang pokok pada saat jatuh tempo.

b. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada bentuk pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya serta pendapatan yang diterima harus bersih dari non halal.

c. Nisbah (rasio bagi hasil) harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum penerbitan obligasi tesrsebut.

d. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai ketentuan bersama, dan pada saat jatuh tempo hal itu diperhitungkan secara keseluruhan.


(4)

e. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau oleh Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI. f. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau melanggar

syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana investor dan harus dibuat surat pengakuan utang.

g. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor dapat menarik dananya.

h. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dipindah tangan kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.

2.1.1.3 Dasar Hukum Obligasi Syariah

Instrumen-instrumen syariah yang dikeluarkan oleh suatu badan usaha atau lembaga keuangan selalu diawali dengan adanya Fatwa dari Dewan Syariah Nasional (DSN) yang menjadi dasar hukum bagi keabsahan produk. Hanya saja yang kemudian menjadi pertanyaan adalah apakah fatwa DSN tersebut dapat dijadikan sebagai sebuah dasar hukum yang mengikat, mengingat fatwa DSN tidak termasuk dalam Tata Urutan Perundang-undangan Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam Pasal 7 ayat (1) Undang-Undang No. 10 Tahun 2004 ditegaskan bahwa jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan adalah sebagai berikut :


(5)

a. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang; c. Peraturan Pemerintah

d. Peraturan Presiden e. Peraturan Daerah

Terdapat 4 fatwa yang telah dikeluarkan oleh Dewan Syariah Nasional – Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berhubungan dengan obligasi syariah sejak tahun 2001, yang meliputi antara lain:

a. Fatwa DSN MUI No. 32/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah Ketentuan Umum:

- Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang bersifat utang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga;

- Obligasi yang dibenarkan menurut syariah yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip-prinsip syariah;

- Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Ketentuan Khusus:

- Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah antara lain: a. Mudharabah (Muqaradhah)/ Qiradh


(6)

c. Murabahah d. Salam e. Istishna f. Ijarah;

- Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah;

- Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten (Mudharib) kepada pemegang Obligasi Syariah Mudharabah (Shahibul Mal) harus bersih dari unsur non halal;

- Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang Obligasi Syariah sesuai akad yang digunakan;

- Pemindahan kepemilikan obligasi syariah mengikuti akad-akad yang digunakan.

b. Fatwa DSN MUI No. 33/DSN-MUI/IX/2002, tentang Obligasi Syariah Mudharabah.

Ketentuan Umum:

- Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan Emiten kepada pemegang Obligasi Syariah yang mewajibkan Emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang Obligasi Syariah berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.


(7)

- Obligasi Syariah Mudharabah adalah Obligasi Syariah yang berdasarkan akad Mudharabah dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 7/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah.

- Emiten dalam Obligasi Syariah Mudharabah adalah Mudharib sedangkan pemegang Obligasi Syariah Mudharabah adalah Shahibul Mal.

Ketentuan Khusus:

- Akad yang digunakan dalam Obligasi Syariah Mudharabah adalah akad Mudharabah;

- Jenis usaha yang dilakukan Emiten (Mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah;

- Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan Emiten (Mudharib) kepada pemegang Obligasi Syariah Mudha-rabah (Shahibul Mal) harus bersih dari unsur non halal;

- Nisbah keuntungan dalam Obligasi Syariah Mudharabah ditentukan sesuai kesepakatan, sebelum emisi (penerbitan) Obligasi Syariah Mudharabah;

- Pembagian pendapatan (hasil) dapat dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan, dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan secara keseluruhan;

- Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI, sejak proses emisi Obligasi Syariah Mudharabah dimulai;


(8)

- Apabila Emiten (Mudharib) lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/atau melampaui batas, Mudharib berkewajiban menjamin pengembalian dana Mudharabah, dan Shahibul Mal dapat meminta Mudharib untuk membuat surat pengakuan hutang;

- Apabila Emiten (Mudharib) diketahui lalai dan/atau melanggar syarat perjanjian dan/atau melampaui batas kepada pihak lain, pemegang Obligasi Syariah Mudharabah (Shahibul Mal) dapat menarik dana Obligasi Syariah Mudharabah;

- Kepemilikan Obligasi Syariah Mudharabah dapat dialihkan kepada pihak lain, selama disepakati dalam akad.

c. Fatwa DSN MUI No. 41/DSN-MUI/III/2004, tentang Obligasi Syariah Ijarah. Ketentuan Umum:

- Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh Emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/marjin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

- Obligasi Syariah Ijarah adalah Obligasi Syariah berdasarkan akad Ijarah dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah Nasional MUI No. 09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah.

- Pemegang Obligasi Syariah Ijarah (OSI) dapat bertindak sebagai Musta‟jir (penyewa) dan dapat pula bertindak sebagai Mu‟jir (pemberi sewa).


(9)

- Emiten dalam kedudukannya sebagai wakil Pemegang OSI dapat menyewa ataupun menyewakan kepada pihak lain dan dapat pula bertindak sebagai penyewa.

Ketentuan Khusus:

- Akad yang digunakan dalam Obligasi Syariah Ijarah adalah Ijarah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI nomor 9/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, terutama mengenai rukun dan syarat akad.

- Obyek Ijarah harus berupa manfaat yang dibolehkan.

- Jenis usaha yang dilakukan Emiten tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI nomor 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah dan nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.

- Emiten dalam kedudukannya sebagai penerbit obligasi dapat mengeluarkan OSI baik untuk asset yang telah ada maupun asset yang akan diadakan untuk disewakan.

- Pemegang OSI sebagai pemilik aset (a‟yan) atau manfaat (manafi‟) dalam menyewakan (ijarah) asset atau manfaat yang menjadi haknya kepada pihak lain dilakukan melalui Emiten sebagai wakil.

- Emiten yang bertindak sebagai wakil dari Pemegang OSI dapat menyewa untuk dirinya sendiri atau menyewakan kepada pihak lain.

- Dalam hal Emiten bertindak sebagai penyewa untuk dirinya sendiri, maka Emiten wajib membayar sewa dalam jumlah dan waktu yang disepakati sebagai


(10)

imbalan („iwadh ma‟lum) sebagaimana jika penyewaan dilakukan kepada pihak lain.

- Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI, sejak proses emisi Obligasi Syariah Ijarah dimulai.

- Kepemilikan Obligasi Syariah Ijarah dapat dialihkan kepada pihak lain, selama disepakati dalam akad.

d. Fatwa DSN MUI No. 59/DSN-MUI/V/2007, tentang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.

Ketentuan Umum:

- Obligasi Syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh Emiten kepada investor (pemegang obligasi) yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada investor berupa bagi hasil/marjin/fee serta membayar kembali dana investasi pada saat jatuh tempo.

- Obligasi Syariah Mudharabah Konversi (Convertible Mudaraba Bond) adalah obligasi syariah yang diterbitkan oleh Emiten berdasarkan prinsip Mudharabah dalam rangka menambah kebutuhan modal kerja, dengan opsi investor dapat mengkonversi obligasi menjadi saham Emiten pada saat jatuh tempo (maturity).

- Saham Syariah adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan yang diterbitkan oleh Emiten yang kegiatan usaha maupun cara pengelolaannya tidak bertentangan dengan prinsip syariah.


(11)

Ketentuan Akad:

- Akad yang digunakan dalam Obligasi Syariah Mudharabah Konversi adalah akad mudharabah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 7/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Mudharabah, Fatwa DSN-MUI Nomor 32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah, Fatwa DSN-MUI Nomor 33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah.

- Emiten dalam Obligasi Syariah Mudharabah Konversi bertindak sebagai Mudharib, sedangkan Pemegang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi bertindak sebagai Shahibul Mal. Dalam hal pemegang obligasi syariah konversi menggunakan haknya untuk mengonversi obligasi tersebut menjadi saham emiten, akad yang digunakan adalah akad Musyarakah, dimana Pemegang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi bertindak sebagai pemegang saham (Hamil al-sahm).

Ketentuan Khusus:

- Jenis usaha yang dilakukan Emiten tidak boleh bertentangan dengan prinsip syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSN-MUI/IX/2000 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksadana Syariah dan Nomor 40/DSN-MUI/X/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan Prinsip Syariah di Bidang Pasar Modal.

- Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan oleh Emiten (Mudharib) kepada Pemegang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi (Shahibul Mal) harus bersih dari unsur non-halal.


(12)

- Nisbah keuntungan dalam Obligasi Syariah Mudharabah Konversi antara Emiten (Mudharib) dengan Pemegang Obligasi Syariah Mudharabah Konversi (Shahibul Mal) ditentukan sesuai dengan kesepakatan, sebelum emisi (penerbitan) Obligasi Syariah Mudharabah Konversi.

- Pembagian pendapatan (hasil) dapat dilakukan secara periodik sesuai kesepakatan, dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan secara keseluruhan.

- Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI, sejak proses emisi Obligasi Syariah Mudharabah Konversi dimulai.

- Kepemilikan Obligasi Syariah Mudharabah Konversi dapat dialihkan kepada pihak lain selama disepakati dalam akad.

- Dalam hal investor melaksanakan opsi untuk mengonversi obligasi menjadi saham emiten, penentuan harga dilakukan pada saat jatuh tempo (maturity) dan sesuai dengan harga pasar saham saat itu atau harga yang disepakati.

2.1.1.4 Jenis Obligasi Syariah

Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOIFI No.17 tentang Investment Sukuk, terdiri dari :

a. Sertifikat pemilikan dalam aset yang disewakan, adalah sertifikat dengan nilai yang sama, yang diterbitkan baik oleh pemilik dari aset yang disewakan atau aset nyata yang dijanjikan akan disewakan, atau oleh lembaga perantara keuangan yang bertindak atas nama pemilik dengan tujuan menjual aset itu


(13)

dan memperoleh kembali nilainya melalui pembelian/pemilikan karena pemegang sertifikat menjadi pemilik aset tersebut.

b. Sertifikat pemilikan manfaat Sertifikat pemilikan manfaat ini juga dapat dibagi menjadi empat macam:

1) Sertifikat pemilikan manfaat dari aset yang tersedia Sertifikat ini terdiri dari dua macam, yaitu:

a) Sertifikat yang nilainya sama, yang diterbitkan oleh pemilik aset yang ada, baik oleh dirinya sendiri atau lembaga perantara, dengan tujuan menyewakan aset itu dan menerima pembayaran sewa dari pendapatan karena pemilikan sertifikat (subscription), karena manfaat aset itu berpindah kepada pemilikan dari .pemegang serifikat

b) Sertifikat yang nilainya sama, yang diterbitkan oleh pemilik aset yang ada, baik oleh dirinya sendiri atau lembaga perantara, dengan tujuan menyewakan kembali manfaat itu dan menerima sewa dari pendapatan yang disebabkan pemilikan sertifikat itu karena pemegang sertifikat menjadi pemilik manfaat aset itu.

2) Sertifikat pemilikan manfaat dari aset yang ditentukan dan akan dimiliki Sertifikat yang sama nilai, diterbitkan dengan tujuan menyewakan aset nyata di masa datang dan untuk memperoleh sewa dari pendapatan yang disebabkan pemilikan sertifikat, karena manfaat dari aset yang ditentukan di masa datang itu beralih menjadi pemilikan pemegang sertifikat.


(14)

Sertifikat yang sama nilai, yang diterbitkan untuk tujuan penyediaan jasa melalui penyedia tertentu (seperti manfaat pendidikan pada suatu universitas) dan memperoleh pembayaran jasa (service charge) karena pemegang sertifikat menjadi pemilik dari jasa-jasa ini.

4) Sertifikat pemilikan jasa yang ditentukan di masa depan, adalah sertifikat yang sama nilai, yang diterbitkan untuk tujuan penyediaan jasa di masa depan melalui penyedia tertentu (seperti manfaat pendidikan pada suatu universitas, tanpa memberi nama dari lembaga pendidikan itu) dan memperoleh imbalan (fee) dalam bentuk pendapatan karena kepemilikan (subscription) karena pemegang sertifikat menjadi pemilik jasa.

Usmani (2006) mengatakan bahwa dua jenis sukuk yang dijelaskan di atas merupakan Sukuk Ijarah (yang dianalogikan dengan leasing) yang berarti adanya transfer kepemilikan manfaat dari aset atau properti tertentu sebagai perlindungan dari sewa secara periodik. Perjanjian ijarah memiliki potensi yang baik untuk penerbitan sukuk melalui sekuritisasi aset yang disewakan, yang dapat membantu menciptakan pasar sekunder untuk para finansier. c. Sertifikat salam adalah sertifikat yang sama nilai yang diterbitkan untuk tujuan

memobilisasi modal salam sehingga barang-barang yang akan dikirim, berdasarkan transaksi Salam, akan menjadi milik dari pemegang sertifikat. d. Sukuk (sertifikat) istisna‟ adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan

perjanjian atau akad istishna dimana para pihak yang menyepakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek/barang.Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang/proyek ditentukan terlebih dahulu.


(15)

Sertifikat ini memiliki nilai yang sama dan diterbitkan dengan tujuan memobilisasi dana yang akan digunakan untuk memproduksi barang-barang yang kemudian akan dimiliki oleh pemilik sertifikat.

e. Sertifikat murabahah adalah sertifikat yang sama nilai yang diterbitkan untuk tujuan membiayai pembelian barang-barang melalui murabahah sehingga pemegang sertifikat menjadi pemilik komoditas murabahah.

f. Sertifikat musyarakah adalah sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerjasama menggabungkan modal dengan tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi untuk melaksanakan sebuah proyek baru, mengembangkan proyek yang sedang berlangsung atau membiayai aktifitas bisnis berdasarkan sebuah akad kemitraan sehingga pemegang sertifikat menjadi pemilik proyek atau aset dari aktivitas itu sesuai dengan partisipasi mereka masing-masing, dengan sertifikat musyarakah yang dikelola berdasarkan pertisipasi atau mudharabah, atau sebuah perwakilan investasi.

1) Sertifikat partisipasi adalah sertifikat yang mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola berdasarkan Musyarakah dengan menunjuk salah satu mitra atau pihak lain untuk mengelola operasinya.

2) Sukuk mudarabah adalah sertifikat yang mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola berdasarkan Mudharabah dengan menunjuk salah satu mitra atau pihak lain sebagai Mudharib untuk pengelolaan operasinya.Achsien (2000) berpendapat bahwa sukuk mudharaba sesungguhnya sama dengan muqarada bond dan diajukan sebagai alternatif pengganti interestbearing bonds.


(16)

Instrumen keuangan ini sudah mendapatkan pengesahan dari IOC Academy.Muqarada bond dikeluarkan oleh perusahaan (sebagai mudarib) kepada investor (sebagai rabb al mal) dengan tujuan pendanaan proyek tertentu yang dijalankan perusahaan.Proyek ini sifatnya terpisah dengan aktivitas umum perusahaan.Keuntungannya didistribusikan secara periodik berdasarkan persentase tertentu yang telah disepakati.

3) Sertifikat Wakil Investasi (Investment Agency) adalah sertifikat yang mewakili proyek atau aktifitas yang dikelola berdasarkan perwakilan investasi (investment agency) dengan menunjuk wakil untuk mengelola operasinya atas nama pemegang sertifikat.

g. Sertifikat muzaraah adalah sertifikat sama nilai yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi melalui pembelian (sertifikat) untuk pembiayaan sebuah proyek berdasarkan muzaraah sehingga pemegang sertifikat berhak memiliki sebagian hasil pertanian menurut syarat dari perjanjian.

h. Sertifikat musaqat adalah sertifikat sama nilai yang diterbitkan dengan tujuan menggunakan dana yang dimobilisasi melalui pembelian (sertifikat) untuk pengairan (irigasi) pepohonan yang menghasilkan buah, membelanjakannya untuk keperluan tersebut dan pemeliharaannya berdasarkan akad Musaqat sehingga pemegang sertifikat berhak memiliki sebagian hasil perkebunan itu berdasarkan perjanjian.

i. Sertifikat mugharatsah adalah sertifikat yang sama nilai yang diterbitkan berdasarkan akad Mugharatsah untuk tujuan menggunakan dana itu dalam


(17)

penanaman pohon dan melaksanakan kerja serta biaya yang diperlukan untuk penanaman tersebut sehingga pemegang sertifikatnya memiliki sebagian dalam tanah dan tumbuhannya.

2.1.1.5 Struktur Obligasi Syariah

Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan (financing) dan sekaligus investasi (investment) memungkinkan beberapa bentuk struktur yang dapat ditawarkan untuk tetap menghindarkan pada riba. Berdasarkan pengertian tersebut, Obligasi Syariah dapat memberikan:

1) Bagi hasil berdasarkan akad mudharabah/ muqaradhah/ Qiradh atau musyarakah. Karena akad mudharabah/ musyarakah adalah kerja sama dengan skema bagi hasil pendapatan atau keuntungan, obligasi jenis ini akan memberikan return dengan penggunaan term indicative/ expected return karena sifatnya yang floating dan tergantung pada kinerja pendapatan yang dibagihasilkan.

2) Margin/Fee berdasarkan akad murabahah atau salam atau istishna atau ijarah. Dengan akad murabahah/ salam/ isthisna sebagai bentuk jual beli dengan skema cost plus basis, obligasi jenis ini akan memberikan fixed return.

Di Indonesia, yang banyak digunakan dalam penerbitan obligasi syariah adalah struktur mudharabah (bagi hasil pendapatan) baik yang telah diterbitkan maupun yang akan diterbitkan dalam waktu dekat. Sehingga, yang dikenal adalah obligasi syariah mudharabah.

Obligasi Syariah Mudharabah memang telah memiliki pedoman khusus dengan disahkannya Fatwa No: 33/DSN-MUI/ IX/2002. Disebutkan dalam fatwa


(18)

tersebut, bahwa Obligasi Syariah Mudharabah adalah obligasi syariah yang menggunakan akad Mudharabah. Selain telah mempunyai pedoman khusus, terdapat beberapa alasan lain yang mendasari pemilihan struktur mudharabah ini, di antaranya adalah:

i. Bentuk pendanaan yang paling sesuai untuk investasi dalam jumlah besar dan jangka yang relatif panjang.

ii. Dapat digunakan untuk pendanaan umum (general financing), seperti pendanaan modal kerja ataupun pendanaan capital expenditure.

iii. Mudharabah merupakan percampuran kerja sama antara modal dan jasa (kegiatan usaha) sehingga membuat strukturnya memungkinkan untuk tidak memerlukan jaminan (collateral) atas aset yang spesifik. Hal ini berbeda dengan struktur yang menggunakan dasar akad jual beli yang mensyaratkan jaminan atas aset yang didanai.

iv. Kecenderungan regional dan global, dari penggunaan struktur Murabahah dan Bai Bi-tsaman Ajil menjadi Mudharabah dan Ijarah.

Mekanisme atau beberapa hal pokok mengenai Obligasi Syariah Mudharabah ini dapat diringkaskan dalam butir-butir berikut:

i. Kontrak atau akad Mudharabah dituangkan dalam perjanjian perwaliamanatan.

ii. Rasio atau persentase bagi hasil (nisbah) dapat ditetapkan berdasarkan komponen pendapatan (revenue) atau keuntungan (profit; operating profit, EBIT, atau EBITDA). Tetapi, Fatwa No: 15/DSN-MUI/IX/2000 memberi


(19)

pertimbangan bahwa dari segi kemaslahatan pembagian usaha sebaiknya menggunakan prinsip Revenue Sharing.

iii. Nisbah ini dapat ditetapkan konstan, meningkat, ataupun menurun, dengan mempertimbangkan proyeksi pendapatan Emiten, tetapi sudah ditetapkan di awal kontrak.

iv. Pendapatan Bagi Hasil berarti jumlah pendapatan yang dibagihasilkan yang menjadi hak dan oleh karenanya harus dibayarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang dihitung berdasarkan perkalian antara nisbah pemegang obligasi syariah dengan pendapatan/ keuntungan yang dibagihasilkan yang jumlahnya tercantum dalam laporan keuangan konsolidasi emiten.

v. Pembagian hasil pendapatan ini atau keuntungan dapat dilakukan secara periodik (tahunan, semesteran, kuartalan, bulanan).

vi. Karena besarnya pendapatan bagi hasil akan ditentukan oleh kinerja aktual emiten, maka obligasi syariah memberikan indicative return tertentu.

2.1.2 Rating

2.1.2.1 Pengertian Rating Obligasi

Rating adalah suatu penilaian yang terstandarisasi terhadap kemampuan suatu negara atau perusahaan dalam membayar hutang-hutangnya. Karena terstandarisasi artinya rating suatu perusahaan atau negara dapat dibandingkan dengan perusahaan atau negara yang lain sehingga dapat dibedakan siapa yang mempunyai kemampuan lebih baik, siapa yang kurang. Rating dikeluarkan oleh perusahaan pemeringkat, dan biasanya untuk menjadi perusahaan pemeringkat


(20)

harus mendapat izin resmi dari pemerintah. Di Indonesia, perusahaan yang mendapat izin serta menjadi market leader dalam pemberian rating adalah PT. PEFINDO (Pemeringkat Efek Indonesia). Selain itu, belakangan ini juga terdapat perusahaan baru yang memiliki bidang usaha serupa yaitu Fitch Rating Indonesia dan ICRA (Indonesia Credit Rating Agency).Informasi perusahaan pemeringkat tersebut bisa anda baca di icraindonesia.com dan new.pefindo.com.

Peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan perusahaan. Semua obligasi yang diterbitkan wajib diberi peringkat sedemikian agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang akan dihadapi dengan membeli obligasi tertentu (Darmadji dan Fakhruddin).

Untuk pasar modal inonesia sendiri banyak perusahaan yang bergerak dalam pemebrian peringkat suatu obligasi, diantaranya adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) dan Moody's Investors Service dan lainnya. Peringkat obligasi hanya menjadi acuan bagi investor dalam menilai suatu obligasi tetapi tidak menjamin ketika suatu obligasi dengan peringkat AAA akan berjalan lancar.

Umumnya perusahaan yang mendapat izin dari pemerintah Indonesia hanya memeringkat perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia.Sementara rating terhadap kemampuan membayar hutang suatu negara dilakukan oleh perusahaan pemeringkat yang mendapat pengakuan internasional. Dahulu perusahaan pemeringkat ini didominasi oleh 3 pemain besar seperti Standard & Poor, Moody‟s Investor Service dan Fitch Rating. Namun belakangan ini juga semakin bermunculan perusahaan pemeringkat yang ratingnya juga diakui


(21)

selain 3 pemain di atas. Sebagai contoh, jika anda melihat di website bank Indonesia, selain ketiga perusahaan di atas juga terdapat 2 perusahaan pemeringkat lain yaitu JCRA (Japan Credit Rating Agency) dan Rating & Information Service Inc.

Suatu rating terdiri dari 2 bagian Rating dan Outlook. Rating adalah kemampuan membayar hutang sedangkan Outlook adalah pandangan dari perusahaan pemeringkat apakah Rating akan naik, turun atau tetap pada periode penilaian berikutnya. Rating sendiri terdiri dari 2 yaitu 3 huruf yang disertai dengan tanda atau angka tergantung perusahaan pemeringkat. Sebagai contoh urutan dari yang paling tinggi hingga paling rendah secara umum adalah sebagai berikut

 Investment Grade - AAA atau Aaa

- AA+, AA dan AA- atau Aa1, Aa2 dan Aa3 - A+, A, dan A- atau A1, A2 dan A3

- BBB+, BBB dan BBB- atau Baa1, Baa2 dan Baa3

 Non Investment Grade (junk Bond) dengan rating di bawah BBB atau Baa

- BB+, BB dan BB- atau Ba1, Ba2, dan Ba3 - B+, B dan B- atau B1, B2 dan B3

- CCC+, CCC dan CCC- atau Caa1, Caa2, dan Caa3 - CC+, CC dan CC- atau Ca11, Ca2 dan Ca3


(22)

- Default

Kategori dan definisi peringkat obligasi adalah sebagai berikut :

- AAA adalah Efek hutang yang berisiko investasi paling rendah dan berkemampuan paling baik untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan.

- AA adalah Efek hutang yang berisiko investasi sangat rendah dan berkemampuan sangat baik untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan dan tidak mudah dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang merugikan.

- A adalah Efek hutang yang berisiko investasi rendah dan berkemampuan baik untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan, dan hanya sedikit dipengaruhi oleh perubahan keadaan yang merugikan.

- BBB adalah Efek hutang yang berisiko investasi cukup rendah dan berkemampuan cukup baik dalam membayar bunga dan pokok utang dart seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan, meskipun kemampuannya tersebut cukup peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan.

- BB adalah Efek hutang yang masih berkemampuan untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang diperjanjikan, namun berisiko investasi cukup tinggi, dan sangat peka terhadap perubahan keadaan yang merugikan.


(23)

- B adalah Efek hutang yang berisiko investasi sangat tinggi dan berkemampuan sangat terbatas untuk membayar bunga dan pokok utang dari seluruh kewajiban finansialnya sesuai dengan yang dijanjikan.

- CCC adalah Efek hutang yang tidak berkemampuan lagi untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya.

- D adalah Efek hutang yang macet atau perusahaan yang sudah berhenti berusaha.

Table 2.1

Nilai Konversi Rating Penerbitan Obligasi Syariah (Sukuk)

Huruf Angka

AAA+ 20

AAA 19

AAA- 18

AA+ 17

AA 16

AA- 15

A+ 14

A 13

A- 12

BBB+ 11

BBB 10

BBB- 9


(24)

BB 7

BB- 6

B+ 5

B 4

B- 3

CCC 2

D 1

Keterangan :

20 = rating obligasi tertinggi/ sangat baik.

2-19 = rating obligasi relative rendah/ buruk sampai relatif sangat baik. 1 = rating obligasi terendah.

Nilai konversi rating dari bentuk huruf ke bentuk interval yang dilakukan peniliti untuk penilitian ini juga pernah dilakukan oleh Silitonga dan Tobing (2007).

2.1.2.2 Klasifikasi Rating

Obligasi memiliki beberapa karakteristik yang perlu Anda ketahui.Semua faktor ini berperan dalam menentukan nilai dari obligasi.

a. Nilai Nominal / Nilai Par

Nilai nominal (juga dikenal sebagai nilai par atau pokok) adalah jumlah uang dimana pemegang surat obligasi akan mendapatkannya kembali ketika jatuh tempo. Obligasi yang baru diterbitkan biasanya dijual sebesar nilai


(25)

nominal.Obligasi korporasi biasanya memiliki nilai nominal Rp 10.000.000, tapi jumlah ini dapat jauh lebih besar untuk obligasi pemerintah.

Apa yang membingungkan banyak orang adalah bahwa nilai nominal bukan harga obligasi. Harga obligasi berfluktuasi sepanjang waktu dalam respon terhadap sejumlah variabel.Ketika obligasi diperdagangkan dengan harga di atas nilai nominal, dikatakan dijual pada premium.Ketika suatu obligasi dijual di bawah nilai nominal, dikatakan dijual pada diskon.

b. Kupon (Suku Bunga)

Kupon adalah jumlah yang akan diterima pemegang obligasi sebagai pembayaran bunga. Disebut "kupon" karena kadang-kadang ada kupon fisik pada obligasi yang Anda sobek dan digunakan untuk mengambil bunga.Namun, hal ini lebih umum pada masa lalu.Saat ini, catatan lebih cenderung disimpan secara elektronik.

Seperti yang disebutkan sebelumnya, kebanyakan obligasi membayar bunga setiap enam bulan, tapi mungkin juga dibayar bulanan, kuartalan atau tahunan.Kupon ini dinyatakan sebagai persentase dari nilai nominal. Jika suatu obligasi membayar kupon 10% dan nilai nominalnya adalah Rp 10.000.000, maka akan membayar bunga sebesar Rp 1.000.00 dalam setahun. Tingkat bunga dalam persentase tetap dari nilai nominal seperti ini adalah obligasi dengan suku bunga tetap. Kemungkinan lain adalah pembayaran bunga disesuaikan, yang dikenal sebagai obligasi suku bunga mengambang. Dalam hal ini tingkat suku bunga terkait dengan harga pasar melalui indeks, seperti suku bunga pada SBI.


(26)

Anda mungkin berpikir investor akan membayar lebih untuk mendapatkan kupon tinggi daripada kupon rendah. Jika semua hal dianggap sama, kupon yang lebih rendah berarti bahwa harga obligasinya akan berfluktuasi lebih banyak. c. Maturitas (Tanggal Jatuh Tempo)

Tanggal jatuh tempo adalah tanggal di masa depan dimana hutang pokok investor akan dibayar. Jatuh tempo dapat berkisar sampai selama 30 tahun (meskipun jangka waktu yang lebih lama telah ada).

Sebuah obligasi yang jatuh tempo dalam satu tahun menjadi lebih mudah diprediksi dan dengan demikian kurang berisiko daripada obligasi yang jatuh tempo dalam 20 tahun.Oleh karena itu, secara umum, semakin lama waktu hingga jatuh tempo, semakin tinggi tingkat bunga yang ditawarkan. Juga, jika semua hal yang sama, obligasi jangka panjang akan berfluktuasi lebih besar daripada obligasi jangka pendek.

d. Emiten

Penerbit obligasi merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan, seiring stabilitas emiten adalah jaminan utama Anda akan dibayar kembali. Sebagai contoh, pemerintah akan jauh lebih aman dibandingkan perusahaan. Risiko gagal bayar (default / kemungkinan utang tidak dibayar kembali) sangat kecil - sangat kecil sehingga sekuritas pemerintah dikenal sebagai aset bebas risiko. Alasan di balik ini adalah bahwa pemerintah akan selalu dapat mendatangkan penghasilan masa depan melalui perpajakan. Sebuah perusahaan, di sisi lain, harus terus membuat keuntungan, yang jauh dari adanya jaminan.Risiko tambahan ini berarti obligasi korporasi harus menawarkan hasil


(27)

yang lebih tinggi untuk menarik investor – hal ini adalah pertukaran risiko / imbal hasil.

Sistem peringkat obligasi membantu investor menentukan risiko kredit perusahaan.Pikirkan peringkat obligasi sebagai bentuk laporan untuk peringkat kredit perusahaan.Perusahaan blue-chip, yang merupakan investasi lebih aman, memiliki rating tinggi, sementara perusahaan berisiko memiliki rating rendah.

Perhatikan bahwa jika perusahaan turun di bawah peringkat kredit tertentu, levelnya berubah dari kualitas investasi ke status sampah. Obligasi sampah merupakan julukan yang diberikan: mereka adalah utang dari perusahaan yang sedang dalam beberapa jenis kesulitan keuangan. Karena mereka sangat berisiko, mereka harus menawarkan imbal hasil lebih tinggi daripada lainnya. Hal ini menampilkan poin penting: tidak semua obligasi secara inheren lebih aman daripada saham. Beberapa jenis obligasi bisa sama berisiko, jika tidak lebih berisiko, dibandingkan saham.

2.1.2.3 Manfaat Rating

Obligasi memiliki beberapa manfaat, diantaranya :

a. Tingkat bunga obligasi bersifat konsisten, dalam arti tidak dipengaruhi harga pasar obligasi.

b. Pemegang obligasi dapat memperkirakan pendapatan yang akan diterima, sebab dalam kontrak perjanjian sudah ditentukan secara pasti hak-hak yang akan diterima pemegang obligasi.


(28)

c. Investasi obligasi dapat pula melindungi resiko pemegang obligasi dari kemungkinan terjadinya inflasi.

d. Obligasi dapat digunakan sebagai agunan kredit bank dan untuk membeli instrumen aktiva lain.

2.1.2.4 Syarat Rating

Syarat-syarat untuk menerbitkan obligasi syariah adalah sebagai berikut :

1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan substansi Fatwa No. 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis usaha yang bertentangan dengan syariah islam diantaranya adalah:

a. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang

b. Usaha lembaga keuangan konvensional (ribawi) termasuk perbankan dan asuransi konvensional

c. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta meperdagangkan makanan dan minuman haram.

d. Usaha yang memproduksi, mendistribusikan dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat.

2. Peringkat investasi grade

a. Memiliki fundamental usaha yang kuat b. Memiliki fundamental keuangan yang kuat c. Memiliki citra yang baik bagi publik


(29)

3. Keuntungan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta Islamic Index (JII)

2.1.2.5 Proses Rating

Proses penerbitan obligasi dimulai melalui penjamin emisi atau yang biasa disebut dengan underwriting. Dalam penjaminan emisi, satu atau lebih perusahaan sekuritas akan membentuk sindikasi guna membeli seluruh Obligasi dari emiten untuk menjualnya kembali kepada investor. Penerbit obligasi sangat luas sekali, hampir setiap badan hukum dapat menerbitkan obligasi, namun peraturan yang mengatur mengenai tata cara penerbitan obligasi ini sangat ketat sekali. Penggolongan penerbit obligasi biasanya terdiri atas : Lembaga supranasional, seperti misalnya Bank Investasi Eropa (European Investment Bank) atau Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank).

Pemerintah suatu negara menerbitkan obligasi pemerintah dalam mata uang negaranya maupun Obligasi pemerintah dalam denominasi valuta asing yang biasa disebut dengan obligasi internasional sovereign bond). (Sub-sovereign, propinsi, negara atau otoritas daerah .Di Amerika dikenal sebagai Obligasi daerahIndonesia dikenal sebagai Surat Utang Negara (SUN).Di Lembaga pemerintah. Obligasi ini biasa juga disebut agency bonds, atau agencies.

Perusahaan yang menerbitkan obligasi swasta.Special purpose vehicles adalah perusahaan yang didirikan dengan suatu tujuan khusus guna menguasai aset tertentu yang ditujukan guna penerbitan suatu obligasi yang biasa disebut Efek Beragun Aset.


(30)

2.1.3 Rasio Keuangan

2.1.3.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio merupakan salah satu analisis paling popular dan banyak digunakan karena sangat sederhana yang menggunakan operasi aritmetika, namun interpretasinya sangat kompleks.

Analisis rasio sangat bermakna untuk investigasi lebih lanjut karena angka rasio yang diperoleh dari pos yang saling terkait dan berhubungan secara ekonomis.Sebagai contoh, terdapat hubungan antara harga jual produk terhadap biaya produk tersebut. Sebaliknya tidak ada hubungan yang jelas antara biaya angkut dengan efek atau surat berharga (Marketable securities)

Namun demikian, ada keterbatasan analisis rasio antara lain:

- Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.

- Jika ada dua atau lebih perusahaan yang dibandingkan tetapi teknik dan standar akuntansi yang dipakai berbeda, maka dipastikan tidak tepat analisis rasionya.

- Jika data yang tersedia tidak sinkron ataupun tidak tersedia, maka sulit untuk menghitung rasio.

Analisi Rasio Keuangan merupakan bagian dari analisis keuangan.Analisis rasio keuangan adalah analisis yang dilakukan dengan menghubungkan berbagai perkiraan yang terdapat pada laporan keuangan dalam bentuk rasio keuangan. Menurut Wild, Subramanyam, dan Halsey (2005 : 36) “analisis rasio (ratio


(31)

perbandingan dalam menemukan kondisi dan tren yang sulit untuk dideteksi dengan mempelajari masing-masing komponen yang membentuk rasio”.Analisis rasio keuangan adalah analisis yang menghubungkan perkiraan neraca dan laporan laba rugi terhadap satu dengan lainnya, yang memberikan gambaran tentang sejarah perusahaan serta penilaian terhadap keadaan suatu perusahaan tertentu. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajer keuangan meramalkan reaksi para calon investor dan kreditur serta dapat ditempuh untuk memperoleh tambahan dana. (Zaki Baridwan, 1997 :17).

Suatu rasio tidak memiliki arti dalam dirinya sendiri, melainkan harus diperbandingkan dengan rasio yang lain agar rasio tersebut menjadi lebih sempurna dan untuk melakukan analisis ini dapat dengan cara membandingkan prestasi suatu periode dengan periode sebelumnya sehingga diketahui adanya kecenderungan selam periode tertentu, selain itu dapat pula dilakukan dengan membandingkan dengan perusahaan sejenis dalam industri itu sehingga dapat diketahui bagaimana keuangan dalam industri. Dalam mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan suatu perusahaan, seorang penganalisis memerlukan adanya ukuran atau yardstick tertentu.Ukuran yang sering digunakan dalam analisis keuangan adalah rasio.Pengertian rasio sebenarnya hanyalah alat yang dinyatakan dalam “aritmatical terms” yang dapat digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua macam data keuangan.Macamnya rasio banyak sekali, karena dapat dibuat menurut kebutuhan penganalisis.


(32)

2.1.3.2 KegunaanAnalisis RasioKeuangan

Rasio keuangan dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan perusahaan dan kinerjanya. Dengan membandingkan rasio keuangan perusahaan dari tahun ke tahun dapat dipelajari komposisi perubahan dan dapat ditentukan apakah terdapat kenaikan atau penurunan kondisi dan kinerja perusahaan selama waktu tersebut. Selain itu, dengan membandingkan rasio keuangan terhadap perusahaan lainnya yang sejenis atau terhadap rata-rata industri dapat membantu mengidentifikasi adanya penyimpangan.

Analisis rasio keuangan pada umumnya digunakan oleh tiga kelompok utama pemakai laporan keuangan yaitu manajer perusahaan, analis kredit, dan analis saham. Kegunaan rasio keuangan bagi ketiga kelompok utama tersebut menurut Brigham dan Houston (2006 : 119) adalah sebagai berikut:

1) Manajer, yang menerapkan rasio untuk membantu menganalisis, mengendalikan, dan kemudian meningkatkan operasi perusahaan,

2) Analis kredit, termasuk petugas pinjaman bank dan analis peringkat obligasi, yang menganalisis rasio-rasio untuk membantu memutuskan kemampuan perusahaan untuk membayar utang-utangnya, dan

3) Analis saham, yang tertarik pada efisiensi, risiko, dan prospek pertumbuhan perusahaan.

2.1.3.3 Keunggulan dan Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan

Analisis rasio keuangan merupakan analisis yang paling sering dilakukan untuk menilai kondisi keuangan dan kinerja perusahaan dibandingkan alat


(33)

keunggulan sebagai alat analisis sebagaimana yang dikemukakan oleh Harahap (2006 : 298).

− Rasio merupakan angka-angka atau ikhtisar statistik yang lebih mudah dibaca dan ditafsirkan.

− Rasio merupakan pengganti yang sederhana dari informasi yang disajikan laporan keuangan yang sangat rinci dan rumit.

− Rasio mengetahui posisi perusahaan di tengah industri lain.

− Rasio sangat bermanfaat untuk bahan dalam mengisi model-model pengambilan keputusan dan model prediksi (z-score).

− Rasio menstandarisir size perusahaan.

− Dengan rasio lebih mudah memperbandingkan perusahaan dengan perusahaan lain atau melihat perkembangan perusahaan secara periodik atau time series.

− Dengan rasio lebih mudah melihat tren perusahaan serta melakukan prediksi di masa yang akan datang.

Sebagai alat analisis keuangan, analisis rasio keuangan juga memiliki keterbatasan atau kelemahan. Menurut Syahyunan (2004 : 82-83) ada beberapa keterbatasan atau kelemahan analisis rasio keuangan.

− Kesulitan dalam mengidentifikasi kategori industri dari perusahaan yang dianalisis apabila perusahaan tersebut bergerak di beberapa bidang usaha. − Perbedaan metode akuntansi akan menghasilkan perhitungan yang

berbeda, misalnya perbedaan metode penyusutan atau metode penilaian persediaan.


(34)

− Rasio keuangan disusun dari data akuntansi dan data tersebut

dipengaruhi oleh cara penafsiran yang berbeda bahkan bisa merupakan hasil manipulasi.

− Informasi rata-rata industri adalah data umum dan hanya merupakan hasil manipulasi.

Keterbatasan utama dalam analisis rasio keuangan adalah sulit membandingkan hasil perhitungan rasio keuangan suatu perusahaan dengan rata-rata industri. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Kieso, Weygandt, dan Warfield (2002 :495)

Kritik terbesar atas analisis rasio adalah sulitnya mencapai kmparabilitas (comparability) yang tinggi di antara perusahaan-perusahaan dalam industri tertentu. Untuk mencapai komparabilitas di antara perusahaan-perusahaan mengharuskan analis untuk (1) mengidentifikasi perbedaan mendasar yang terdapat dalam prinsip dan prosedur akuntansi yang digunakan dan (2) menyesuaikan saldo untuk mencapai komparabilitas.

2.1.3.4 Jenis-Jenis Rasio Keuangan

Adanya Rasio keuangan sebagai alat ukur yang digunakan perusahaan utuk mengalisis laporan keuangan didalam posisi dan kinerja keuangan perusahaan, dan untuk menilai kinerja keuangan di masa depan.

1. Leverage

Leverage adalah rasio yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva yang dimiliki perusahaan berasal dari hutang atau modal, sehingga dengan rasio ini dapat diketahui posisi perusahaan dan kewajibannya yang bersifat tetap


(35)

Sebaiknya komposisi modal harus lebih besar dari hutang. Yang termasuk dalam rasio leverage antara lain:

a. Rasio total hutang terhadap total aktiva/debt ratio

Rasio total hutang terhadap total aktiva menunjukkan besarnya total hutang terhadap keseluruhan total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini hanya merupakan persentase dana yang diberikan oleh kreditor bagi perusahaan. Rumusnya sebagai berikut:

b. Rasio total hutang terhadap total ekuitas/debt to equity ratio

Rasio ini dapat digunakan untuk mengukur sampai seberapa besar jumlah rupiah modal sendiri yang dijaminkan atas hutang. Semakin besar rasio ini akan semakin menguntungkan perusahaan, sedangkan bagi pihak bank akan mengakibatkan semakin besar risiko yang ditanggungnya. Rumusnya sebagai berikut:

TD Equity = (Hut. Lancar + Hut. Jangka Panjang)/Jumlah Modal Sendiri

c. Rasio kemampuan membayar bunga (times-interest earned ratio)

Rasio ini dapat digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan perusahaan dalam membayar beban bunga dan memenuhi pembayaran bunga bagi kreditor.


(36)

Rumusnya sebagai berikut:

Times-interest earned ratio = EBIT / Interest expense d. Total Debt To Total Capital Assets

Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian aktiva yang digunakan untuk menjamin keseluruhan kewajiban atau hutang. Rumusnya sebagai berikut :

TD Capital Assets = (Aktiva Lancar + Hutang Jangka Panjang) / Jml Aktiva

e. Long Term Debt to Equity Ratio

Ratio ini digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Rumusnya adalah sebagai berikut

LTD Equity Ratio = Hutang Jangka Panjang / Modal Sendiri f. Tangible Assets Debt Coverage

Rasio ini digunakan untuk mengukur besar aktiva tetap tangible yang digunakan untuk menjamin hutang jangka panjang, rumusnya adalah sebagai berikut :

TAD Coverage =( Jml Aktiva + Tangible + Hutang Lancar)/Hutang Jangka Panjang

2. Profitabilitas

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan operasinya.Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba


(37)

Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatka laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya (Syafri, 2008:304).

Jenis-jenis Rasio Profitabilitas

Rasio yang termasuk rasio profitabilitas antara lain: a. Gross Profit Margin (Margin Laba Kotor)

Gross profit margin merupakan rasio yang mengukur efisiensi pengendalian harga pokok atau biaya produksinya, mengindikasikan kemampuan perusahaan untuk berproduksi secara efisien (Sawir,2009:18). Gross profit margin merupakan persentase laba kotor dibandingkan dengan sales. Semakin besar gross profit margin semakin baik keadaan operasi perusahaan, karena hal ini menunjukkan bahwa harga pokok penjualan relatif lebih rendah dibandingkan dengan sales, demikian pula sebaliknya, semakin rendah gross profit margin semakin kurang baik operasi perusahaan (Syamsuddin, 2009:61).

Gross profit margin dihitung dengan formula:

b. Net Profit Margin (Margin Laba Bersih)

Rasio ini mengukur laba bersih setelah pajak terhadap penjualan.Semakin tinggi Net profit margin semakin baik operasi suatu perusahaan.


(38)

Net profit margin dihitung dengan rumus:

c. Rentabilitas Ekonomi/ daya laba besar/ basic earning power

Rentabilitas ekonomi merupakan perbandingan laba sebelum pajak terhadap total asset. Jadi rentabilitas ekonomi mengindikasikan seberapa besar kemampuan asset yang dimiliki untuk menghasilkan tingkat pengembalian atau pendapatan atau dengan kata lain Rentabilitas Ekonomi menunjukkan kemampuan total aset dalam menghasilkan laba. Rentabilitas ekonomi mengukur efektifitas perusahaan dalam memanfaatkan seluruh sumberdaya yang menunjukkan rentabilitas ekonomi perusahaan (Sawir, 2009:19). Rentabilitas Ekonomi dihitung dengan rumus:

Rentabilitas ekonomi dapat ditentukan dengan mengalikan operating profit margin dengan asset turnover. Rendahnya Rentabilitas Ekonomi tergantung dari (Sawir, 2009:19):

- Asset Turnover

- Operating Provit Margin

Operating profit margin merupakan perbandingan antara laba usaha dan penjualan.Operating profit margin merupakan rasio yang menggambarkan apa


(39)

penjualanyangdilakukan(Syamsuddin,2009:61).

Operating profit disebut murni (pure) dalam pengertian bahwa jumlah tersebutlah yang benar-benar diperoleh dari hasil operasi perusahaan dengan mengabaikan kewajiban- kewajiban finansial berupa bunga serta kewajiban terhadap pemerintah berupa pembayaran pajak. Apabila semakin tinggi operatig profit margin maka akan semakin baik pula operasi suatu perusahaan. Operating profit margin dihitung sebagai berikut:

d. Return on Investment

Return on investment merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total aktiva. Return on investment adalah merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan secara keseluruhan didalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia didalam perusahaan(Syamsuddin,2009:63).

Semakin tinggi rasio ini semakin baik keadaan suatu perusahaan.Return on investment merupakan rasio yang menunjukkan berapa besar laba bersih diperoleh perusahaan bila di ukur dari nilai aktiva (Syafri, 2008:63). Return on Investment dihitung dengan rumus:


(40)

e. Return on Equity

Return on equity merupakan perbandingan antara laba bersih sesudah pajak dengan total ekuitas. Return on equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang mereka investasikan di dalam perusahaan (Syafri, 2008:305). Return on equityadalah rasio yang memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net worth) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan (Sawir 2009:20). ROE menunjukkan rentabilitas modal sendiri atau yang sering disebut rentabilitas usaha.Return on equity dapat dihitung dengan formula:

f. Earning per share (EPS)

Earning per share adalah rasio yang menunjukkan berapa besar kemampuan perlembar saham dalam menghasilkan laba (Syafri, 2008:306). Earning per share merupakan rasio yang menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa (Syamsuddin, 2009:66). Oleh karena itu pada umumnya manajemen perusahaan, pemegang saham biasa dan calon pemegang saham sangat tertarik akanearning per share. Earning per share adalah suatu indikator keberhasilan perusahaan.


(41)

Earning per share dihitung dengan rumus:

3. Likuiditas

Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaanperuasahaan membayar semua kewajiban fianansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.Likuidiatas tidak hanya berkenaan dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan kemampuannya mengubah aktiva lancer tertentu menjadi uang kas.Riyanto (2008:25) menyatakan bahwa likuiditas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban financialnya yang segera harus dipenuhi.Suatu perusahaan yang mempunyai alat-alat likuid sedemikian besarnya sehingga mampu memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi, dikatakan bahwa perusahaan tersebut likuid, dan sebaliknya apabila suatu perusahaan tidak mempunyai alat-alat likuid yang cukup untuk memenuhi segala kewajiban financialnya yang segera harus terpenuhi dikatakan perusahaan tersebut insolvable.

Rasio likuiditas adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya.Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.Dengan demikian rasio likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan


(42)

perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.

Jenis-Jenis Rasio Likuiditas

a. Current Ratio (Rasio Lancar)

Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dan kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang paling umum digunakan untuk mengetahui kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio menunjukkan sejauh mana akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar.Semakin besar perbandingan aktiva lancar dan kewajiban-kewajiban lancar semakintinggi kemampuan perusahaan menutupi kewajiban jangka pendeknya. Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang bagus, karean menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya dapat mengurangi kemampulabaan perusahaan(Sawir,2009:10). Apabila mengukur tingkat likuiditas dengan menggunakan current ratiosebagai alat pengukurnya, maka tingkat likuiditas atau current ratio suatu perusahaan dapat dipertinggi dengan cara (Riyanto, 2001:28):

1. Dengan utang lancar tertentu, diusahakan untuk menambah aktiva lancar. 2. Dengan aktiva lancar tertentu, diusahakan untuk mengurangi jumlah utang

lancar.

3. Dengan mengurangi jumlah utang lancar sama-sama dengan mengurangi aktiva lancar.


(43)

Current ratio dapat dihitung dengan formula:

b. Quick Ratio (Rasio Cepat)

Rasio ini disebut juga acid test rasio yang juga digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.Penghitungan quick ratio dengan mengurangkan aktiva lancar dengan persediaan.

Hal ini dikarenakan persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang likuiditasnya rendah dan sering mengalami fluktuasi harga serta menimbulkan kerugian jika terjadi likuiditas.Jadi rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar yang paling likuid mampu menutupi hutang lancar.Sawir (2009:10) mengatakan bahwa quick ratio umumnya dianggap baik adalah semakin besar rasio ini maka semakin baik kondisi perusahaan. Quick ratio dapat dihitung dengan formula :

c. Cash ratio (Rasio Kas)

Rasio ini merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi hutang lancar dengan kata lain cash ratio merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan kas yang dimiliki dalam manajemen kewajiban lancar tahun yang bersangkutan.


(44)

Cash Ratio dapat dihitung dengan formula:

4. Profit Margin

Rasio Profit margin menurut Riyanto (1999:37) adalah perbandingan antara net operating income dengan net sales. Dengan kata lain dapatlah dikatakan bahwa rasio profit margin adalah selisih antara net sales dengan operating expenses ( harga pokok penjualan + biaya adminitrasi ditambah biaya umum), selisih mana dinyatakan dalam persentase dari net sales. Gross margin ratio adalah merupakan ratio atau perimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama (Munawir, 2001:99).

Rasio profit margin menurut pendapat Hariiadi (2002:297) merupakan ukuran kemampuan manajemen untuk mengendalikan biaya operasional dalam hubungannya dengan penjualan.Makin rendah biaya operasi per rupiah penjualan, makin tinggi margin yang diperoleh.Rasio Profit margin dapat pula menggambarkan kemampuan perusahaan dalam menetapkan harga jual suatu produk, relatif terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan untuk meghasilkan produk tersebut.

Simamora (1999: 161) mengemukakan bahwa margin kontribusi (contribution margin) adalah perbedaan antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit.Margin kontribusi dapat pula dinyatakan sebagai suatu


(45)

persentase dari pendapatan penjualan.Rasio margin kontribusi (contribution margin ratio) adalah persentase margin kontribusi dibandingkan jumlah penjualan.

Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa rasio profit margin merupakan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba per rupiah penjualan yang dinyatakan dalam persentase.

Jenis-jenis Rasio Profit Margin

Rasio profit margin dapat dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut: a. Gross Profit Margin Ratio

Gross profit margin ratio menurut Munawir (2001:99) dapat dihitung dengan rumus:

Ratio gross profit margin mencerminkan atau menggambarkan laba kotor yang dapat dicapai setiap rupiah penjualan, atau bila ratio ini dikurangkan terhadap angka 100% maka akan menunjukan jumlah yang tersisa untuk menutup biaya operasi dan laba bersih. Data gross profit margin ratio dari beberapa periode akan dapat memberikan informasi tentang kecenderungan gross profit margin ratio yang diperoleh dan bila dibandingkan standar ratio akan diketahui apakah margin yang diperoleh perusahaanS sudah tinggi atau sebaliknya.


(46)

b. Net Profit Margin Ratio

Net profit margin ratio menurut Riyanto (1999:37) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income

tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah operating expenses tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expensesnya.

c. Operating Profit Margin Ratio

Selisih antara net margin ratio (ratio laba bersih dengan penjualan) dengan 100% menunjukan presentase yang tersisa untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya operasi, persentase yang tersisa ini dinamakan operating margin ratio atau ratio antara (harga pokok penjualan + biaya operasi) dengan penjualan bersih (Munawir, 2001:100). Sehingga operating margin dapat dihitung dengan rumus:


(47)

penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil.Tetapi ratio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian

1. Prasetio (2013) Analisis faktor-faktor makro ekonomi yang mempengar uhi fee ijarah

default sukuk PT Berlian Laju Tanker

Variabel

Independen : Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Kurs, Suku Bunga

Variabel

Dependen : Fee ijarah default Secarasimultan,variabelin dependenyaituInflasi,jumla huangberedar,kurs Rupiah,danBI rateberpengaruhsecarasign ifikanterhadapfeeijarahdef ault sukukyangberarti H0ditolak

sedangkanHaditerima.

Secara parsial, variabel

independen yang

mempengaruhi fee ijarah default sukuk adalah Inflasi dan Jumlah Uang Beredar dengan nilai sig sebesar 0,049 dan 0,016 . Sedangkan variabel independen lain seperti Kurs, dan BI rate tidak terlalu mempengaruhi terjadinya fee ijarah default sukuk PT BLTA yaitu dengan nilai sig 0,267 dan 0,503 .

PT Berlian Laju Tanker adalah Emiten sukuk pertama yang dinyatakan default.Ada beberapa penyebabterjadinyadefault padasukuk ijarahBLTA,


(48)

diantaranya adalah karena faktor makro jumlah uang beredar dan kurs . KarenacakupanbisnisBLT Asudahmencapailuarnegri, banyakinvestor asingyang berinvestasipadaobligasiya ng

diterbitkanBLTAsehingga ketika kursdanjumlahuang beredarmengalamifluktuas imenyebabkanBLTAtidak dapatmembayarkankupon( feeijarah)

sukukbahkanpadaakhirnya BLTA tidak dapat membayarkan pokok pinjaman dari investor. 2. Melis

(2013)

Analisis faktor-faktor yang

mempengar uhi rating sukuk

Variabel

Independen : Likuiditas, Profitabilitas, Leverage,

Reputasi Auditor Variabel

Dependen : Peringkat Sukuk Hasilpengujiansecaraparsi almenunjukkanbahwavaria belrasiolikuiditas (currentratio)berpengaruh secarapositifterhadapratin gsukuk.Sedangkan rasioprofitabilitas(returnon assets),rasioleverage(debtt oequityratio) dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap rating sukuk. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2,3 dan 4 ditolak.

Secarasimultan, variabelrasio

likuiditas(current ratio), rasio profitabilitas (returnonassets),

rasioleverage (debttoequity ratio) danreputasiauditor bersama-sama

mempengaruhiratingsukuk .Hasil

penelitianmenunjukkan bahwamodel inidapat

dipakai untuk


(49)

3. Pertiwi (2013) Analisis faktor-faktor yang mempengar uhi rating obligasi

High Investment

dan Low

Investment

Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

Cash Flow Operation to Total Liabilities (CFOTL) berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

Jaminan (secure) berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi 4. Septianingt

yas (2012)

Pengaruh nilai dan rating penerbitan obligasi syariah (sukuk) perusahaan terhadap return saham Variabel

Independen : Nilai penerbitan obligasi syariah, Rating obligasi syariah

Variabel

Dependen : Return saham

Nilai penerbitanobligasi

syariah (sukuk)

berpengaruh terhadap returnsaham.Apabila nilaipenerbitanobligasi syariah(sukuk) suatu perusahaan tinggi maka returnsahamyangdidapat juga akan tinggi.

Rating penerbitan obligasi

syariah (sukuk)

berpengaruh terhadap return saham. Apabila rating penerbitan obligasi syariah (sukuk) suatu perusahaan tinggi maka return saham yang didapat juga akan tinggi.

NilaidanRatingpenerbitano bligasisyariah(sukuk)secar asimultan berpengaruh terhadapreturn saham. NilaidanRatingpenerbitano bligasisyariah(sukuk)secar aparsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap returnsaham. 5. Pratama

(2013) Pengaruh penerbitan obligasi syariah (sukuk) terhadap reaksi pasar

Variabel Independen :Total nilai penerbitan obligasi syariah, Rating

penerbitan

Hasil yang diperoleh dari uji t untuk variabel nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai


(50)

modal indonesia

obligasi syariah Variabel

Dependen : Reaksi Pasar

penerbitan obligasi syariah (sukuk) terhadap variabel cumulative abnormal return saham. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) tidak memliki kandungan informasi yang cukup terhadap keputusan yang diambil oleh investor. Informasi nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) tidak memiliki kandungan informasi yang cukup terhadap keputusan yang diambil oleh investor. Informasi nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) secara tersendiri tidak dijadikan pertimbangan utama oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari penelitian yang sedang diteliti. Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini antara lain: leverage, profitabilitas, likuiditas, profit margin dan rating obligasi syariah.


(51)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan gambar , maka dapat dijelaskan bahwa leverage, profitabilitas, likuiditas dan profit margin merupaka informasi yang dapat mempengaruhi rating obligasi syariah secara parsial maupun simultan.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2007:51). Dari kerangka konseptual, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

H1: Leverage mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan. H2 : Profitabilitas mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan. H3 : Likuiditas mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan. H4 : Profit margin mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan.

H5: Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, dan Profit Margin mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan

Y :Rating Obligasi Syariah X2 : Profitabilitas

X1 : Leverage

X3 : Likuiditas X4 : Profit Margin


(1)

b. Net Profit Margin Ratio

Net profit margin ratio menurut Riyanto (1999:37) dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

Besar kecilnya rasio profit margin pada setiap transaksi sales ditentukan oleh dua faktor, yaitu net sales dan laba usaha atau net operating income

tergantung kepada pendapatan dari sales dan besarnya biaya usaha (operating expenses). Dengan jumlah operating expenses tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan memperbesar sales, atau dengan jumlah sales tertentu rasio profit margin dapat diperbesar dengan menekan atau memperkecil operating expensesnya.

c. Operating Profit Margin Ratio

Selisih antara net margin ratio (ratio laba bersih dengan penjualan) dengan 100% menunjukan presentase yang tersisa untuk menutup harga pokok penjualan dan biaya operasi, persentase yang tersisa ini dinamakan operating margin ratio atau ratio antara (harga pokok penjualan + biaya operasi) dengan penjualan bersih (Munawir, 2001:100). Sehingga operating margin dapat dihitung dengan rumus:

Operating ratio mencerminkan tingkat efesiansi perusahaan, sehingga ratio yang tinggi menunjukan keadaan yang kurang baik karena berarti bahwa setiap rupiah


(2)

penjualan yang terserap dalam biaya juga tinggi, dan yang tersedia untuk laba kecil.Tetapi ratio yang tinggi mungkin tidak hanya disebabkan oleh faktor intern yang dapat dikendalikan oleh manajemen, tetapi juga faktor ekstern misalnya faktor harga yang sulit dikendalikan oleh manajemen.

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu No. Peneliti Judul

Penelitian

Variabel

Penelitian Hasil Penelitian 1. Prasetio

(2013)

Analisis faktor-faktor makro ekonomi yang mempengar uhi fee ijarah

default sukuk PT Berlian Laju Tanker

Variabel

Independen : Inflasi, Jumlah Uang Beredar, Kurs, Suku Bunga

Variabel

Dependen : Fee ijarah default

Secarasimultan,variabelin dependenyaituInflasi,jumla huangberedar,kurs

Rupiah,danBI

rateberpengaruhsecarasign ifikanterhadapfeeijarahdef ault sukukyangberarti H0ditolak

sedangkanHaditerima. Secara parsial, variabel

independen yang

mempengaruhi fee ijarah default sukuk adalah Inflasi dan Jumlah Uang Beredar dengan nilai sig sebesar 0,049 dan 0,016 . Sedangkan variabel independen lain seperti Kurs, dan BI rate tidak terlalu mempengaruhi terjadinya fee ijarah default sukuk PT BLTA yaitu dengan nilai sig 0,267 dan 0,503 .

PT Berlian Laju Tanker adalah Emiten sukuk

pertama yang dinyatakan

default.Ada beberapa penyebabterjadinyadefault


(3)

diantaranya adalah karena faktor makro jumlah uang beredar dan kurs . KarenacakupanbisnisBLT Asudahmencapailuarnegri, banyakinvestor asingyang berinvestasipadaobligasiya ng

diterbitkanBLTAsehingga ketika kursdanjumlahuang beredarmengalamifluktuas imenyebabkanBLTAtidak dapatmembayarkankupon(

feeijarah)

sukukbahkanpadaakhirnya BLTA tidak dapat membayarkan pokok pinjaman dari investor. 2. Melis

(2013)

Analisis faktor-faktor yang

mempengar uhi rating sukuk

Variabel

Independen : Likuiditas, Profitabilitas, Leverage,

Reputasi Auditor Variabel

Dependen : Peringkat Sukuk

Hasilpengujiansecaraparsi almenunjukkanbahwavaria belrasiolikuiditas

(currentratio)berpengaruh secarapositifterhadapratin gsukuk.Sedangkan

rasioprofitabilitas(returnon assets),rasioleverage(debtt oequityratio) dan reputasi auditor tidak berpengaruh terhadap rating sukuk. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis 2,3 dan 4 ditolak.

Secarasimultan, variabelrasio

likuiditas(current ratio), rasio profitabilitas (returnonassets),

rasioleverage (debttoequity ratio) danreputasiauditor bersama-sama

mempengaruhiratingsukuk .Hasil

penelitianmenunjukkan bahwamodel inidapat

dipakai untuk


(4)

3. Pertiwi (2013) Analisis faktor-faktor yang mempengar uhi rating obligasi

High Investment

dan Low

Investment

Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

Cash Flow Operation to Total Liabilities (CFOTL) berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi.

Jaminan (secure) berpengaruh signifikan terhadap peringkat obligasi 4. Septianingt

yas (2012)

Pengaruh nilai dan rating penerbitan obligasi syariah (sukuk) perusahaan terhadap return saham Variabel

Independen : Nilai penerbitan obligasi syariah, Rating obligasi syariah

Variabel

Dependen : Return saham

Nilai penerbitanobligasi

syariah (sukuk)

berpengaruh terhadap

returnsaham.Apabila nilaipenerbitanobligasi syariah(sukuk) suatu perusahaan tinggi maka

returnsahamyangdidapat juga akan tinggi.

Rating penerbitan obligasi

syariah (sukuk)

berpengaruh terhadap return saham. Apabila rating penerbitan obligasi syariah (sukuk) suatu perusahaan tinggi maka return saham yang didapat juga akan tinggi.

NilaidanRatingpenerbitano bligasisyariah(sukuk)secar asimultan berpengaruh terhadapreturn saham. NilaidanRatingpenerbitano bligasisyariah(sukuk)secar aparsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap returnsaham. 5. Pratama

(2013) Pengaruh penerbitan obligasi syariah (sukuk) terhadap reaksi pasar

Variabel Independen :Total nilai penerbitan obligasi syariah, Rating

penerbitan

Hasil yang diperoleh dari uji t untuk variabel nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel nilai


(5)

modal indonesia

obligasi syariah Variabel

Dependen : Reaksi Pasar

penerbitan obligasi syariah (sukuk) terhadap variabel cumulative abnormal return saham. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) tidak memliki kandungan informasi yang cukup terhadap keputusan yang diambil oleh investor. Informasi nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) tidak memiliki kandungan informasi yang cukup terhadap keputusan yang diambil oleh investor. Informasi nilai penerbitan obligasi syariah (sukuk) secara tersendiri tidak dijadikan pertimbangan utama oleh investor dalam pengambilan keputusan investasi.

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari penelitian yang sedang diteliti. Variabel-variabel yang ada dalam penelitian ini antara lain: leverage, profitabilitas, likuiditas, profit margin dan rating obligasi syariah.


(6)

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

Berdasarkan gambar , maka dapat dijelaskan bahwa leverage, profitabilitas, likuiditas dan profit margin merupaka informasi yang dapat mempengaruhi rating obligasi syariah secara parsial maupun simultan.

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian (Sugiyono, 2007:51). Dari kerangka konseptual, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut:

H1: Leverage mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan. H2 : Profitabilitas mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan. H3 : Likuiditas mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan. H4 : Profit margin mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan.

H5: Leverage, Profitabilitas, Likuiditas, dan Profit Margin mempengaruhi rating obligasi syariah secara signifikan

Y :Rating Obligasi Syariah

X2 : Profitabilitas X1 : Leverage

X3 : Likuiditas X4 : Profit Margin