Review Kuliah PIHI bersama Andrew Garner (1)

Review Kuliah PIHI bersama Andrew Garner dosen tamu dari wyoming university
amerika serikat, senin, 27 mei 2013

Public Opinion and Foreign Policy
“public opinion is a views prevalent among the general public”
Sebelum kita membahas materi lebih lanjut, kita sebaiknya memahami dulu apa
pengertian dari Public opinion(opini publik). Dalam kamus besar bahasa
indonesia, Opini bermakna pendapat; pikiran; pendirian;, sedangkan publik
adalah orang banyak (umum);. Jadi bisa kita ambil pengertian bbahwa opini
publik adalah pendapat umum; pendapat sebagian besar rakyat;(KBBI, 2008).
Salah satu media atau cara rakyat dalam menyuarakan aspirasi/pendapatnya
adalah dengan opini publik.jik kita merujuk pendapat Abraham Lincoln,
demokrasi adalah pemerintahan dari rakyat, untuk rakyat dan oleh rakyat. Maka
dalam konteks demokrasi seharusnya peran rakyat sangatlah besar dalam
penentuan kebijakan dalam suatu negara, baik kebijakan domestik maupun
kebijakan luar negri.
kalau melihat realita yang terjadi saat ini, opini publik bukannya berperan besar
dalam mempengaruhi elit politik dalam pengambilan kebijakan, tetapi malahan
opini publiklah yang dipengaruhi oleh elit politik. Kita bisa mengambil contoh di
indonesia, ketika akan diadakan Pemilihan umum(pemilu) dan pemilihan kepala
daerah(pilkada) misalnya. Ketika menjelang pemilu akan banyak sekali

publikasi/promosi yang menampilkan pesan-pesan atau isu-isu tertentu dari elit
politik(partai/calon pemimpin) melalui media massa, media elektronik, ataupun
pamflet dan baliho. Pesan-pesan ini disampaikan dalam rangka untuk
mempengaruhi pemikiran rakyat sehingga terbentuk opini publik seperti yang
diharapkan oleh elit politik. Kalau begini apakah masih bisa dikatakan negara
demokrasi yang notebenenya suara rakyat ibarat suara tuhan, padahal suara
rakyat bisa dipengaruhi oleh elit politik.
Sebetulnya ada beberapa tipe masyarakat(rakyat) dalam memperhatikan
fenomena politik(kesadaran politik) yang terjadi di suatu negara. Tipe yang
pertama yaitu tipe manusia yang mempunyai kesadaran politik tinggi. Yaitu
dimana orang itu dalam kesehariannya selalu mengikuti perkembangan isu-isu
politik, baik melalui media massa, media elektronik, maupun media sosial
lainnya. Mereka merasa terhibur dan butuh terhadap informasi politik. Orang tipe
ini cenderung akan mengetahui tingkah/perilaku elit dalam perpolitikan.
Tipe yang kedua adalah tipe yang memiliki kesadaran politik rendah. Orangf tipe
ini cenderung apatis dan acuh tak acuh terhadap fenomena politik yang
berkembang. Hal ini bisa disebabkan kesibukannya dengan kegiatan sehariharinya. Misal pegawai yang dituntut berangkat kerja pagi hari dan pulang
malam hari, setelah di rumah merasa capek, tidak sempat untuk mengikuti
perkembangan politik baik sekedar membaca koran atau menonton berita di
televisi. Mahasiswa juga banyak yang masuk dalam tipe ini, kesehariannya Cuma


bergelut dengan dunia kampus berupa tugas dan kegiatan penelitian. Jika dilihat
sekilas dari realita itu, mahasiswa yg termasuk kaum terpelajar saja masih punya
kesadaran politik rendah, apalagi masyarakat yg berpendidikan rendah, tinggal
di pelosok desa dengan segala keterbatasan informasi?
Ada juga tipe masyarakat yang disebut “Predispositions”, yaitu dimana orang itu
telah menggabungkan diri dalam kelompok tertentu, misal agama, daerah, suku,
maupun pendapatan. Orang ini telah mempunyai semacam suatu filter dalam
dirinya yang digunakan untuk menyaring informasi yang masuk. Mereka akan
bersikap menerima jika informasi tersebut berasal dari kelompok yang mereka
ikuti, sebaliknya mereka akan bersikap menolak jika informasi tersebut berasal
dari luar kelompoknya. Misal dalam pemilihan gubernur jawa tengah mei tahun
ini. Ada salah satu calon gubernur yang sebetulnya secara personal kurang
populer dimata masyarakat dibanding calon gubernur yang lain. Karena dia
diusung oleh partai politik yang punya massa yang banyak di jawa tengah, maka
peluang dalam memenangkan pemilu terbuka lebar. Jadi seakan-akan rakyat
seperti layaknya robot, dibutakan(digerakkan) oleh elit politik dalam menentukan
pilihan.
Ada model dalam pembentukan opini publik yang diampaikan John Zeller, yaitu
“RAS model”. Receive, yaitu dimana masyarakan menerima atau tidak menerima

suatu informasi. SelanjutnyaAccept, yaitu dimana sikap yang diambil
seseoarang, apakh menerima/meneyetujui informasi tersebut atau menolaknya.
Yang terakhir Sample, kita menanyakan kepada beberapa orang secara random,
apa pendapat(opini) mereka tentang fenomena politik tertentu.
Opini publik bukanlah suatu sikap nyata. Opini publik merupakan tanggapan
sementara yang muncul ketika melihat fenomena tertentu. Opini publik mudah
berubah-ubah mengikuti pemahamn seseorang terhadap isu-isu atau informasi
yang mereka terima. Misal di AS, ketika ada tragedi 11 September 2001, opini
yang berkembang di rakyat amerika mayoritas mendukung keputusan
pemerintah untuk menyerang irak dengan dalih memberantas teroris di dunia.
Tetapi ketika telah mengetahui pelaksannan keputusan itu tidak sesuai dengan
pemikiran mereka, maka opini publikpun berubah drastis, yang awalnya
mendukung menjadi menolak.
Jika kita melihat realita posisi opini publik yang seperti ini, apakah kita masih
percaya jika negara yang mengaku sebagai negara demokrasi masih konsisten
dalam menjalankan ideologinya. Ataukah memang seperti inikah demokrasi yang
mereka inginkan?kedaulatan bukan ada di tangan rakyat. Atau bahkan, masihkah
kita percaya dengan ideologi demokrasi itu sendiri yang katanya menjunjung
keadilan dan persamaan derajad?