HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MAS
HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH(PROBLEM BASE
LEARNING) DENGAN HASIL BELAJAR PKN PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI
MOJOAGUNG
SRI SUNARTI
ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ,peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berfikir.Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar mengajar di atas
adalah model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Base Learning) Dengan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Memahami Hakikat Bangsa Dan Negara
Kesatuan RI Peserta Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah peserta
didik kelas X SMK PGRI Mojoagung tahun 2012/2013. Sampel penelitian ini adalah kelas X-2 SMK PGRI
Mojoagung tahun 2012-2013. Variable dari penelitian ini adalah model Problem Based Learning dan Hasil
Belajar.
Metode yang digunakan yaitu angket dan tes. Analisis data yang digunakan analisis korelasi Product
Momen.Hasil analisis korelasi Product Moment diperoleh nilai R= 0,912 yang menunjukkan hubungan yang
sangat kuat, karena korelasi berada diantara 0,800-1,00 yang menunjukkan korelasi kuat.Hasil analisis data
diperoleh gambaran tentang hubungan model Problem Based Learning dan Hasil Belajar PKn peserta didik
yang mana peserta didik mampu menyelesaikan isu pembelajaran dan menuangkan dalam kehidupan seharihari secara baik. Model Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan baik.
Hasil ini memberikan kontribusi kepada dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran Pkn dapat
diterapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Kata kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning, Hasil Belajar
ABSTRACT
One of the problems facing our education is the problem of lack of learning. In the process of
learning, learners are less encouraged to develop the ability to think. One effort to overcome the problems in
teaching and learning above is the model Problem Based Learning (Problem Base Learning).
The purpose of this study was to determine the relationship of Problem Based Learning Model
(Problem Base Learning) with The Civic Education Learning Outcomes Understanding the nature of Nations
Highlights And NKRI Class X Students SMK PGRI Mojoagung.
The research approach used is quantitative. The population of this research is a class X student of
SMK PGRI Mojoagung year 2012/2013. The sample was a class X-2 SMK PGRI Mojoagung years 2012-2013.
Variable of the study is a model of Problem Based Learning and Learning Outcomes.
The method used is Problem Based Learning Model (Problem Base Learning).This using test and
angqet metode. Analysis of the data used Product Moment correlation analysis. From the Product Moment
Correlation analysis obtained value R = 0.912 indicating a very strong relationship, because the correlation is
between 0.800 to 1.00 which indicates a strong correlation. From the analysis of data obtained by the
metaphor of the model of Problem Based Learning and Learning Outcomes Civics learners where learners are
able to resolve the issue of learning and pour in everyday life as well. Problem Based Learning Model to
improve the learning outcomes of students well. These results contribute to the world of education, especially
in learning Civics can be applied to the model Problem Based Learning to improve student learning outcomes.
Keywords: Model of Learning Problem Based Learning, Learning Outcomes
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan
potensi didik sehingga menjadi pribadi yang tangguh yang memiliki kompetensi diri dan
1
intelektual yang tinggi serta memiliki kepribadian tinggi dan akhlak yang mulia dan pada
akhirnya mampu membaktikan dirinya bagi nusa dan bangsa.
Guna merealisasikan tujuan pendidikan nasional maka seorang guru dituntut
untuk menjadi tauladan dan juga membekali diri dengan kemampuan secara profesional
untukmengantarkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki kemampuan dan
keterampilan yang memadai yang dilandasi iman dan taqwa. Guru tidak hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran tetapi juga mendidik peserta didik tentang kehidupan
berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Oleh karena itu guru harus menguasai berbagai macam metode pembelajaran yang
sesuai dan melakukan inovasi terhadap media pembelajaran.
Pemilihan dan penentuan model pembelajaran dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang diantaranya : (1) Nilai strategi model, nilai strategis model dapat mempengaruhi
jalannya kegiatan belajar mengajar; (2) Efektifitas penggunaan model, maksudnya ada
kesesuaian antara model dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan
dalam suatu pelajaran sebagai persiapan tertulis; (3) Pentingnya pemilihan dan penentuan
model, guru mampu melakukan pemilihan dan penentuan model untuk mencapai tujuan
pengajaran; (4) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model, antara lain ; (a) Anak
didik, perbedaan individual pada aspek biologis, intelektual dan psikologis anak didik
mempengaruhi dan penentuan metode. Kemampuan anak didik yang bervariasi
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran; (b) Tujuan, adalah sasaran
yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar; (c) Situasi, situasi kegiatan belajar
mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari dan harus
disesuaikan dengan kondisi kelas dan materi pemelajaran; (d) Fasilitas, lengkap tidaknya
fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode belajar. Dan keampuhan suatu
model mengajar akan terlihat jika faktor lain mendukungnya; (e) Guru, kepribadian,
latarbelakang pendidikan dan pengalaman guru yang dapat mempengaruhi pikiran dan
penentuan model mengajar (Surakhmad, 1999).
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika
peserta didik lulus dari sekolah, mereka menguasai teori tetapi mereka kurang aplikasi.
Pendidikan tidak diarahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta
potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan di Indonesia tidak diarahkan
2
membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta
tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif.
Untuk mencapai tujuan tersebut, guru PKn harus melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran bermutu diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologgi peserta didik (PP 19 Tahun
2005, pasal 19 )
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam
pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif. Pembelajaran yang
mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada peserta didik, memberikan
pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan
nyata dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada peserta didik.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar mengajar
diatas adalah model Pembelajaran Problem Based Learning, karena sebagaimana
menurut Smith yang dikutif oleh Taufiq Amir (2009 : 27) bahwa Problem Based
Learning dapat memberikan manfaat kepada peserta didik diantaranya peserta didik akan
mengingat kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkatkan
pemahamannya, meningkatkan pengetahuannya, yang relevan dengan dunia nyata /
praktik, mendorong peserta didik penuh
pemikiran, membangun kemampuan
kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar dan memotivasi pelajar.
Model Problem Based Learning (PBL) menjadikan guru sebagai fasilitator yang
mengarahkan peserta didik untuk mencari dan menemukan solusi yang diperlukan
sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran. Model PBL ini mampu
menantang peserta didik belajar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
masalah yang nyata serta mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis.
Pada saat peserta didik berkelompok melakukan diskusi dengan peserta didik lain maka
akan berkembang kemampuan berkomunikasi terutama kemampuan mengemukakan
pendapat untuk menemukan solusi dari sebuah masalah.
Hasil pengamatan dan pengalaman peneliti sebagai pengajar selama ini mendapati
bahwa peserta didik kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Peserta didik
cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn
dianggap sebagai pelajaran yang hanya memetingkan hafalan semata, kurang
menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn
peserta didik di sekolah.
3
Untuk menumbuhkan sikap aktif dan kreatif peserta didik tidaklah mudah. Fakta
yang ada sekarang ini di sekolah-sekolah khususnya mata pelajaran PKn masih kurang
mampu mengembangkan suasana kelas yang kondusif dan berkesan. Penyebabnya,
ternyata masih banyak guru yang kurang menguasai keterampilan dalam memilih serta
menggunakan model pembelajaran yang mampu mengembangkan suasana kelas yang
kondusif, sehingga peserta didik mengalami kesulitan belajar karena pembelajaran
mengemukakan pendapat peserta didik.
Pencapaian tujuan belajar akan menghasilkan hasil belajar. Menurut Dimyati dan
Mujiono (2003 : 239) hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses
pembelajaran. Hasil belajar atau prestasi akademik biasanya diukur dari nilai sehari-hari
hasil tes dan lamanya bersekolah. Sedangkan menurut Winkel, (2008 : 244) membagi
hasil belajar kedalam 3 ranah yaitu : (1) Ranah Kognitif, Ranah Kognitif (berkaitan
dengan daya pikir, pengetahuan dan penalaran) berorientasi pada kemampuan peserta
didik dalam berpikir dan bernalar yang mencakup kemampuan peserta didik dalam
mengingat sampai dengan memecahkan masalah; (2) Rana Psikomotorik. Rana
Psikomotorik berkaitan dengan keterampilan fisik, keterampilan motorik atau
keterampilan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang
memerlukan koordinasi antara otot dan saraf; (3) Ranah Afektif, ranah afektif berkaitan
dengan perasaan / kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang yang memotivasi
seseorang untuk memilih apa yang disenangi, berorientasi pada kemampuan peserta didik
dalam belajar menghayati nilai obyek-obyek yang dihadapi melalui perasan baik obyek
yang berupa orang, benda atau peristiwa.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pembelajarna Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
1. Pengertian Problem Based Learning
PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004 :
54). Menurut Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003 : 123) menyatakan bahwa
Problem Based Learning
is a way of constructing and teaching course using
problem as a stimulus and focus on student activity .
H. S. Barrows (1982, dalam Wianti Aisyah, 6/23/2008). Sebagai pakar PBL
menyatakan bahwa definisi PBL adalah sebagai sebuah metode pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal
untuk mendapatkan ataupun mengintergrasikan ilmu (knowledge) baru. Dengan
4
demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar
sesuatu yang dapat menyongkong keilmuan.
2. Langkah- langkah Model Problem Base Learning ( PBL )
Ada 7 langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Base Learning )
1) Identifikasi Masalah.Peserta didik membaca masalah yang diberikan dan
mendiskusikannya.Mereka tergoda mendiagnosis masalah tersebut dengan
segera.
2) Eksplor Pengetahuan Yang Dimiliki. Peserta didik dapat memahami materi atau
pengetahuan baru jika ia telah pernah tahu sekilas tentang topic tersebut.
3) Hasilkan Hipotesis. Pada tahap ini peserta didik dapat membangun hipotesis dari
permasalahan yang dibirikan.
4) Identifikasi Isu
isu yang dipelajari. Pada tahap ini peserta didik harus tahu
isupembelajaran( learning issues) baik bagi kelompok maupun bagi tiap pribadi.
5) Belajar Mandiri.Pada tahap ini, harus jelas yang menjadi tujuan bagi tiap peserta
didik.Hal ini bermanfaat sebelum masuk pembelajaran berikutnya.
6) Re Evaluasi dan Terapkan Pengetahuan Baru Terhadap Masalah.Pada tahap ini
peserta didik berkumpul kembali,setelah membahas isu pembelajaran pada tahap
berikutnya.Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang baru, diterapkan kepada
permasalahan yang diberikan diawal.
7) Assessment dan Refleksi. Sebelum proses pembelajaran selesai,peserta didik
mendapat kesempatan merefleksi mengenai proses pembelajaran yang terjadi.Hal
ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah diraih,
sekaligus memberi kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik
mengenai proses yang telah berlangsung.
2. Tahap-tahap dalam PBL
Milne dan McConnell (2001 : 64-65) memberikan gambaran proses idealn PBL yang
terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1
Proses Ideal Model PBL
PROSES
TUJUAN
HASIL
Pengajar memulai sesi awal
Peserta didik terstimulus
Belajar sesuai konteksnya
permasalahan yang akan
menyelesaikan permaslahan
dipahami lebih mudah.
PBL dengan presentase
dihadapi oleh peserta didik
untuk berusaha
di lapangan yang nantinya
bisa saja menjadi situasi
5
akan diingat lebih lama dan
Konteksnya relevan sehingga
akan lebih termotivasi
PROSES
TUJUAN
HASIL
nyata tempat mereka bekerja
Peserta didik
Peserta didik berlatih
Belajar secara terus menerus
telah mereka pahami tentang
ditantang untuk memahami
penstimulan pengetahuan
mengorganisasikan apa yang
permasalahan dan mencoba
mengidentifikasi hal-hal
terkait. Apa yang diketahui ?
apa yang terjadi ? setelah
periode brainstorming
(Bisakah itu jawabnya?)
peserta didik melanjutkan ke
mengobservasi. Mereka
situasi berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman
yang ada
mengarah kepada kebiasan,
yang ada akan memfasilitasi
integrasi pengetahuan baru
Fasilitas ini secara progresif
Peserta didik diberikan
akan membangun mental
dalam menggunakan analisis
mendapatkan dan
pelatihan yang terus menerus
untuk menyimpan,
logika untuk memahami
mengaplikasi pengetahuan
evaluasi kritis terhadap saran. permasalahan yang tidak
familiar
Selama diskusi, peserta didik
Peserta didik tedorong untuk
Belajar akan lebih baik jika
tentang hal-hal yang tidak
tidak mereka ketahui atau
mengajukan pertanyan dan
mengajukan pertanyaan
mereka pahami (apa yang
ingin diketahui?)
mengidentifikasi apa yang
pahami. Ini melengkapi dasar
mereka dalam menghadapi
peserta didik bisa
mencari jawabannya sendiri
tantangan belajar selanjutnya
Sebelum akhir sesi pertama,
Peserta didik bisa memahami
Integrasi dari belajar
peserta didik untuk fokus
lengkap dan belajar
menggabungkan
pengajar mendampingi
terhadap pertanyaan yang
dianggap penting. Peserta
didik menentukan cara
membagi tanggungjawab
hal yang terjadi secara
menggunakan inter-relating
ide serta pengalaman dari
bermacam disiplin. Kerjatim
dan rasa kebersamaan juga
untuk menyelidiki pertanyaan akan berkembang
(Apa yang akan dilakukan?
Apa yang harus dilakukan
sebagian dari kita ? Siapa
yang melakukan apa ?
6
membantu untuk
pemahaman, kerja tim dan
keahlian manajemen akan
terbangun
PROSES
TUJUAN
HASIL
Setelah periode self-study
Peserta didik berlatih
Peserta didik belajar cara
awal sesi ini maha peserta
bermacam-macam sumber.
informasi dari bermacam
sesi kedua dilakukan. Pada
didik diharapkan dapat
membagi pengetahuan baru
yang mereka peroleh.
menentukan informasi dari
Mereka membagi
pemahaman baru dengan
mempresentasikan serta
menanyakannya
untuk mendapatkan
sumber. Peserta didik belajar
bagaimana untuk
mempresentasikan informasi
dan bagaimana bertanya.
Peserta didik juga belajar
bagaimana untuk
membandingkan kinerja
mereka serta
mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahamannya.
Pengetahuan baru dan
Peserta didik belajar
Peserta didik berlatih
pada permasalahan.
pengetahuan baru terhadap
dengan konteks nyata.
pemahaman diaplikasikan
Mahapeserta didik menguji
validitas dari pendekatan
awal dan menyanyanginya.
Peserta didik mungkin
mengaplikasikan
permasalahan semua atau
mentransfer pengetahuan
permasalahan yang akan
terjadi nantinya
membutuhkan penguraian
solusi walaupun tidka
selamanya itu penting
Pada akhir sesi kedua,
Peserta didik terpacu untuk
refleksikan dalam aksi adalah
kembali tentang apa yang
membangun struktur untuk
profesionalitas.
pengajar bisa menanyakan
telah mereka pelajari dan
dapatkan serta bagaimana
merefleksikan pelajaran dan
slaing mencocokkan
kecocokannya.
Sumber : Milne dan McConnell (2001 : 64
65)
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
7
kunci untuk membangun
Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responsnya akan lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya akan
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut.
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons peserta didik.
2. Respons peserta didik, dan
3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Sebagai ilustrasi, perilaku respons peserta didik yang baik diberi hadiah. Sebaliknya,
perilaku respons peserta didik tidak baik diberi teguran atau hukuman (Dimyati dan
Mudjiono, 2002 : 9)
1.Tujuan Belajar
Tujuan belajar yaitu membentuk guru menyusun alat evaluasi yang digunakan
untuk mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran berhasil atau gagal.
Tujuan belajar yang lain sebagai berikut.
(a )Untuk mendapatkan pengetahuan,( b ) Penanaman konsep dan ketrampilan,dan
(c) Pembentukan sikap. ( Sardiman, 2001 : 26
2. Hasil Belajar
28 )
Menurut Gagne dalam Sudjana (2002 : 30), mengemukakan bahwa hasil
belajar meliputi : pertama, belajar kemahiran intelektual (Kognitif), termasuk dalam
tipe hasil belajar ini adalah belajar diskriminasi, yakni kesanggupan membedakan
obyek berdasarkan ciri-ciri tertentu.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat
dalam diri peserta didik (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar peserta didik
(faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis
sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga,
sekolah, masyarakat dan sebagainya.
4. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )
Pengertian
Pendidikan
Kewarganegaraan
(
PKn)
Pendidikan
Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak
dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
5. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )
8
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk memperluas wawasan dan
menumbuhkan kesadaran warga negara, sikap serta perilaku cinta tanah air yang
bersendikan pada kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positisme.
Digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, tehnik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesa yang
telah ditetapkan (Sugiyono, 2009 : 14).
Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada ilustrasi diagram berikut :
Keterangan :
X
Y
X adalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
Y adalah Hasil belajar
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 123 peserta didik kelas X SMK
PGRI Mojoagung Tahun 2012 / 2013.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 peserta didik kelas X SMK
PGRI Mojoagung Tahun 2012 / 2013.
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan sampel sebagai berikut :
a. Mendata seluruh jumlah populasi (seluruh peserta didik kelas X SMK PGRI
Mojoagung Tahun 2012 / 2013) sebanyak 123 peserta didik, yang terdiri dari 41
peserta didik kelas X-1, 45 peserta didik kelas X-2, dan 37 peserta didik kelas X3.
b. Masing-masing kelas dianggap sama sehingga dilakukan pengundian untuk
menentukan kelas yang dipergunakan sebagai sampel
c. Setelah diundi ternyata yang menjadi sampel adalah kelas X-2 yang berjumlah 45.
C. Metode Pengumpulan Data
9
Metode pengumpulan data adalah bagaimana peneliti menentukan metode setepat-
tepatnya untuk memperoleh data, kemudian disusul dengan cara menyusun alat
pembantunya yaitu instrument (Arikunto, 2006 : 222).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode :
1. Angket
Angket adalah salah satu teknik dari pengumpulan data yang dilakukan dengan
jalan mengirimkan daftar isian yang harus diisi oleh responden. (Sugiono, 2008 :
46). Angket ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai penerapan
pembelajaran PKn model Problem Based Learning.
2. Test
Test adalah alat untuk menilai hasil atau prestasi belajar peserta didik dan juga
menilai efektivitas atau kesanggupan guru dalam mengajar. Tes ini digunakan
untuk mendapat data hasil belajar PKn.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mempelajari
dokumen yang berupa catatan-catatan, arsip-arsip, atau laporan tertulis.
D. Teknik Analisa Data
1.Uji Validitas
Hasil uji validitas dengan program SPSS di atas diperoleh nilai
,
>
dan nilai sig < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua soal tes adalah
valid, sehingga dapat dipergunakan untuk pengambilan data penelitian lebih lanjut.
2.Uji Reliabilitas
alpha
Instrumen dapat dikatakan handal dan reliable apabila memiliki koefisien
0,6 atau nilai koefisien Alpha Crombach >
(Arikunto, 2006).
Berdasarkan hasil realibilitas didapatkan nilai koefisien Cronbarch Alpha instrumen
test = 0.899 lebih besar dari
(
)
= 0,249, dan juga lebih lanjut.
3.Uji Hipotesis
Untuk mengetahui hasil yang diperoleh maka peneliti menggunakan teknik
analisa data yaitu dengan menggunakan teknik analisa statistik Korelasi Product
Moment (Pearson) dengan rumus :
=
(Sugiono, 2008)
Σ
− Σ
Σ
{ Σ x − ( Σ x) }{ Σ x − ( Σ x) }
Keterangan :
10
= Nilai koefisien korelasi x dan y
= Jumlah skor sebaran y
Σ
= Jumlah skor sebaran x
Σ
= Jumlah responden
N
= Jumlah perkalian skor x dengan skor y
Σ X
= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
Σ
= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
Σ
Kesesuaian antara
yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan
rumus di atas dikonsultasikan dengan r tab. Jika nilai r hit (Problem Base Learning)
Dengan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Memahami Hakikat bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Peserta Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.
Alasan menggunakan rumus Product Moment adalah sebagai berikut :
1. Variabel berjenis data internal
2. Selalu bekerja dengan angka-angka
3. Hubungan yang merupakan hubungan yang sejajar
4. Variabel berbentuk variabel independen dan dependen
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
1. Deskripsi Variabel Problem Based Learning
Gambaran penyebaran data tentang penerapan Problem Based Learning di SMK
PGRI Mojoagung yang diukur melalui indikator; 1) 1. Identifikasi Masalah; 2) Eksplor
Pengetahuan; 3) Hasilkan hipotesis; 4) Identifikasi isu-isu yang dipelajari; 5) Belajar
Mandiri; 6) Re-Evaluasi; 7) Assesment dan refleksi yang kembangkan menjadi 20 item
pertanyaan untuk menjaring data problem based learning. Hasil distribusi data problem
based learning disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3. Deskripsi Model Pembelajaran Problem Based Learning
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Interval
47 60
33 46
20 32
Frekuensi
33
0
0
Jumlah
Sumber : Data primer tahun 2013
45
Prosentase
73,3%
24,2%
2,3%
100%
Berdasarkan tabel 4.2. di atas maka dapat dikatakan bahwa dari 45 responden,
sebagian besar menerapkan model pembelajaran problem based learning secara baik
(73,3%).
11
2. Deskripsi Hasil Belajar
Hasil pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Problem Based Learning
dalam pembelajaran PKn yang diukur melalui tes diperoleh data nilai terendah 73 dan
nilai tertinggi 100 dengan rata-rata 86, 84. Secara garis besar hasil belajar siswa disajikan
berikut.
Tabel 4. Deskripsi Hasil Belajar PKn
Kategori
Tuntas
Remidi
Interval
> 75
< 75
Frekuensi
44
1
Jumlah
Sumber : Data primer tahun 2013
Prosentase
97,8 %
2,2 %
45
100%
Berdasarkan tabel 4.3. diatas maka dapat dikatakan bahwa dari 44 responden
dinyatakan tuntas, dan 1 responden harus remidi.
3. Pembuktian Hipotesis
Guna membuktikan secara analitik hubungan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Base Learning) Dengan hasil belajar PKn Pokok Bahasan Memahami
Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas
X SMK PGRI Mojoagung, maka perlu dilakukan uji korelasi product moment.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap data penelitian sebagaimana tabel berikut:
Hasil uji SPSS analsis korelasi product moment dengan menggunakan program
SPSS versi 13, dan hasilnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasil Korelasi Product Moment
Problem Based Learning
Hasil Belajar
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Problem
Based
Learning
Hasil Belajar
1
45
.912***
.000
45
.912***
.000
45
1
45
Hasil analisis korelasi Product moment diperoleh nilai R = 0,912. Nilai R = 0,912
setelah dikonfirmasi dengan tabel korelasi menunjukkan bahwa nilai R = 0,912
menunjukkan hubungan yang sangat kuat, karena nilai korelasi berada diantara 0,800
1,000. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak H1 diterima, artinya ada Hubungan
12
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning) Dengan Hasil Belajar
PKn Pokok Bahasan Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.
Hubungan antara model pembelajaran Based Learning dengan hasil belajar juga
dapat dinilai dari hasil observasi peneliti yang terlihat dari :
1) Peserta didik antusias mengikuti pembelajaran dengan model problem based
learning.
2) Peserta didik menerapkan model Problem based learning dalam setiap isu
pembelajaran sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik.
Kondisi guru,
1) Guru lebih menyukai model pembelajaran yang telah diterapkan, karena guru telah
menemukan pola pembelajaran yang lebih aktif dan kreatif.
2) Guru mampu mengelola kelas denganbaik
3) Guru sudah mengenal pola pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi
peserta didik lebih meningkat.
Kondisi peserta didik,
1) Peserta didik lebih aktif mengikuti pembelajaran PKn
2) Peserta didik mulai menemukan keberanian untuk mengungkapkan permasalahan
pembelajaran yang dihadapi.
3) Peserta didik berani menyelesaikan isu-isu pembelajaran baik secara pribadi maupun
kelompok.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dan analisis data maka kesimpulan penelitian
adalah Ada Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning)
dengan Hasil Belajar Republik PKn Pokok Bahasan Memahami Hakikat Bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas X SMK PGRI
Mojoagung,
Terbukti dari hasil analisis korelasi Product Moment diperoleh nilai R = 0,912
yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat, karena nilai korelasi berada diantara
0,800 1,00 yang menunjukkan korelasi kuat.
B. Saran
Saran-saran dalam penelitian sebagai berikut :
1) Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana sehingga mendukung pola
pembelajaran yang menyenangkan, mudah menarik siswa untuk aktif belajar.
13
2) Kepala Sekolah diharapkan selalu mengadakan supervisi terhadap guru dalam proses
belajar mengajar, memberikan motivasi kepada guru untuk mengembangkan pola
pembelajaran, inovasi pembelajaran sehingga motivasi belajar siswa semakin
meningkat. Kepala Sekolah juga selalu mengevaluasi kelebihan dan kekurangan
pengajaran yang dilakukan guru sehingga kepala sekolah dapat memberikan
kontribusinya berupa saran langkah perbaikan pembelajaran
3) Guru hendaknya melakukan berbagai inovasi pembelajaran melalui sistem
pengelolaan kelas secara baik dan benar disesuaikan menurut metode pembelajaran
yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena sistem
pengelolaan kelas sangat penting dalam proses belajar mengajar agar tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.
4) Guru mampu memotivasi peserta didik dalam setiap perencanaan pengorganisasian
kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Wianti, 2008, Pembelajaran melalui metode problem based learning dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Universitas Pajajaran.
Amir, M. Taufiq, 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta :
Prenada Media Group.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Dimyati dan Mudjiono, 2003, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Milne, M. J. Dan P.J. McConnell. 2001. Problem-Based Learning : A Pedadogy for Using
Case Material in Accounting Education. Accounting Education Vo. 10 / Nomor 1.
Sardiman, 2002, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan. Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Sudjana, 2002, Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono, 2009, Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta
N.K. Roestiyah, 2001, Strategi Belajar Mengajar.
Slamet, 2000. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :
Prestasi Pustaka.
14
LEARNING) DENGAN HASIL BELAJAR PKN PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI
MOJOAGUNG
SRI SUNARTI
ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ,peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berfikir.Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar mengajar di atas
adalah model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Base Learning) Dengan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Memahami Hakikat Bangsa Dan Negara
Kesatuan RI Peserta Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah peserta
didik kelas X SMK PGRI Mojoagung tahun 2012/2013. Sampel penelitian ini adalah kelas X-2 SMK PGRI
Mojoagung tahun 2012-2013. Variable dari penelitian ini adalah model Problem Based Learning dan Hasil
Belajar.
Metode yang digunakan yaitu angket dan tes. Analisis data yang digunakan analisis korelasi Product
Momen.Hasil analisis korelasi Product Moment diperoleh nilai R= 0,912 yang menunjukkan hubungan yang
sangat kuat, karena korelasi berada diantara 0,800-1,00 yang menunjukkan korelasi kuat.Hasil analisis data
diperoleh gambaran tentang hubungan model Problem Based Learning dan Hasil Belajar PKn peserta didik
yang mana peserta didik mampu menyelesaikan isu pembelajaran dan menuangkan dalam kehidupan seharihari secara baik. Model Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan baik.
Hasil ini memberikan kontribusi kepada dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran Pkn dapat
diterapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Kata kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning, Hasil Belajar
ABSTRACT
One of the problems facing our education is the problem of lack of learning. In the process of
learning, learners are less encouraged to develop the ability to think. One effort to overcome the problems in
teaching and learning above is the model Problem Based Learning (Problem Base Learning).
The purpose of this study was to determine the relationship of Problem Based Learning Model
(Problem Base Learning) with The Civic Education Learning Outcomes Understanding the nature of Nations
Highlights And NKRI Class X Students SMK PGRI Mojoagung.
The research approach used is quantitative. The population of this research is a class X student of
SMK PGRI Mojoagung year 2012/2013. The sample was a class X-2 SMK PGRI Mojoagung years 2012-2013.
Variable of the study is a model of Problem Based Learning and Learning Outcomes.
The method used is Problem Based Learning Model (Problem Base Learning).This using test and
angqet metode. Analysis of the data used Product Moment correlation analysis. From the Product Moment
Correlation analysis obtained value R = 0.912 indicating a very strong relationship, because the correlation is
between 0.800 to 1.00 which indicates a strong correlation. From the analysis of data obtained by the
metaphor of the model of Problem Based Learning and Learning Outcomes Civics learners where learners are
able to resolve the issue of learning and pour in everyday life as well. Problem Based Learning Model to
improve the learning outcomes of students well. These results contribute to the world of education, especially
in learning Civics can be applied to the model Problem Based Learning to improve student learning outcomes.
Keywords: Model of Learning Problem Based Learning, Learning Outcomes
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan
potensi didik sehingga menjadi pribadi yang tangguh yang memiliki kompetensi diri dan
1
intelektual yang tinggi serta memiliki kepribadian tinggi dan akhlak yang mulia dan pada
akhirnya mampu membaktikan dirinya bagi nusa dan bangsa.
Guna merealisasikan tujuan pendidikan nasional maka seorang guru dituntut
untuk menjadi tauladan dan juga membekali diri dengan kemampuan secara profesional
untukmengantarkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki kemampuan dan
keterampilan yang memadai yang dilandasi iman dan taqwa. Guru tidak hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran tetapi juga mendidik peserta didik tentang kehidupan
berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar
1945. Oleh karena itu guru harus menguasai berbagai macam metode pembelajaran yang
sesuai dan melakukan inovasi terhadap media pembelajaran.
Pemilihan dan penentuan model pembelajaran dapat dilihat dari beberapa sudut
pandang diantaranya : (1) Nilai strategi model, nilai strategis model dapat mempengaruhi
jalannya kegiatan belajar mengajar; (2) Efektifitas penggunaan model, maksudnya ada
kesesuaian antara model dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan
dalam suatu pelajaran sebagai persiapan tertulis; (3) Pentingnya pemilihan dan penentuan
model, guru mampu melakukan pemilihan dan penentuan model untuk mencapai tujuan
pengajaran; (4) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model, antara lain ; (a) Anak
didik, perbedaan individual pada aspek biologis, intelektual dan psikologis anak didik
mempengaruhi dan penentuan metode. Kemampuan anak didik yang bervariasi
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran; (b) Tujuan, adalah sasaran
yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar; (c) Situasi, situasi kegiatan belajar
mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari dan harus
disesuaikan dengan kondisi kelas dan materi pemelajaran; (d) Fasilitas, lengkap tidaknya
fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode belajar. Dan keampuhan suatu
model mengajar akan terlihat jika faktor lain mendukungnya; (e) Guru, kepribadian,
latarbelakang pendidikan dan pengalaman guru yang dapat mempengaruhi pikiran dan
penentuan model mengajar (Surakhmad, 1999).
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas
diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang
diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika
peserta didik lulus dari sekolah, mereka menguasai teori tetapi mereka kurang aplikasi.
Pendidikan tidak diarahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta
potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan di Indonesia tidak diarahkan
2
membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta
tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif.
Untuk mencapai tujuan tersebut, guru PKn harus melaksanakan proses
pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran bermutu diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai
dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologgi peserta didik (PP 19 Tahun
2005, pasal 19 )
Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam
pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif. Pembelajaran yang
mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada peserta didik, memberikan
pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan
nyata dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada peserta didik.
Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar mengajar
diatas adalah model Pembelajaran Problem Based Learning, karena sebagaimana
menurut Smith yang dikutif oleh Taufiq Amir (2009 : 27) bahwa Problem Based
Learning dapat memberikan manfaat kepada peserta didik diantaranya peserta didik akan
mengingat kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkatkan
pemahamannya, meningkatkan pengetahuannya, yang relevan dengan dunia nyata /
praktik, mendorong peserta didik penuh
pemikiran, membangun kemampuan
kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar dan memotivasi pelajar.
Model Problem Based Learning (PBL) menjadikan guru sebagai fasilitator yang
mengarahkan peserta didik untuk mencari dan menemukan solusi yang diperlukan
sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran. Model PBL ini mampu
menantang peserta didik belajar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
masalah yang nyata serta mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis.
Pada saat peserta didik berkelompok melakukan diskusi dengan peserta didik lain maka
akan berkembang kemampuan berkomunikasi terutama kemampuan mengemukakan
pendapat untuk menemukan solusi dari sebuah masalah.
Hasil pengamatan dan pengalaman peneliti sebagai pengajar selama ini mendapati
bahwa peserta didik kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Peserta didik
cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn
dianggap sebagai pelajaran yang hanya memetingkan hafalan semata, kurang
menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn
peserta didik di sekolah.
3
Untuk menumbuhkan sikap aktif dan kreatif peserta didik tidaklah mudah. Fakta
yang ada sekarang ini di sekolah-sekolah khususnya mata pelajaran PKn masih kurang
mampu mengembangkan suasana kelas yang kondusif dan berkesan. Penyebabnya,
ternyata masih banyak guru yang kurang menguasai keterampilan dalam memilih serta
menggunakan model pembelajaran yang mampu mengembangkan suasana kelas yang
kondusif, sehingga peserta didik mengalami kesulitan belajar karena pembelajaran
mengemukakan pendapat peserta didik.
Pencapaian tujuan belajar akan menghasilkan hasil belajar. Menurut Dimyati dan
Mujiono (2003 : 239) hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses
pembelajaran. Hasil belajar atau prestasi akademik biasanya diukur dari nilai sehari-hari
hasil tes dan lamanya bersekolah. Sedangkan menurut Winkel, (2008 : 244) membagi
hasil belajar kedalam 3 ranah yaitu : (1) Ranah Kognitif, Ranah Kognitif (berkaitan
dengan daya pikir, pengetahuan dan penalaran) berorientasi pada kemampuan peserta
didik dalam berpikir dan bernalar yang mencakup kemampuan peserta didik dalam
mengingat sampai dengan memecahkan masalah; (2) Rana Psikomotorik. Rana
Psikomotorik berkaitan dengan keterampilan fisik, keterampilan motorik atau
keterampilan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang
memerlukan koordinasi antara otot dan saraf; (3) Ranah Afektif, ranah afektif berkaitan
dengan perasaan / kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang yang memotivasi
seseorang untuk memilih apa yang disenangi, berorientasi pada kemampuan peserta didik
dalam belajar menghayati nilai obyek-obyek yang dihadapi melalui perasan baik obyek
yang berupa orang, benda atau peristiwa.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pembelajarna Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
1. Pengertian Problem Based Learning
PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal
dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004 :
54). Menurut Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003 : 123) menyatakan bahwa
Problem Based Learning
is a way of constructing and teaching course using
problem as a stimulus and focus on student activity .
H. S. Barrows (1982, dalam Wianti Aisyah, 6/23/2008). Sebagai pakar PBL
menyatakan bahwa definisi PBL adalah sebagai sebuah metode pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal
untuk mendapatkan ataupun mengintergrasikan ilmu (knowledge) baru. Dengan
4
demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar
sesuatu yang dapat menyongkong keilmuan.
2. Langkah- langkah Model Problem Base Learning ( PBL )
Ada 7 langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Base Learning )
1) Identifikasi Masalah.Peserta didik membaca masalah yang diberikan dan
mendiskusikannya.Mereka tergoda mendiagnosis masalah tersebut dengan
segera.
2) Eksplor Pengetahuan Yang Dimiliki. Peserta didik dapat memahami materi atau
pengetahuan baru jika ia telah pernah tahu sekilas tentang topic tersebut.
3) Hasilkan Hipotesis. Pada tahap ini peserta didik dapat membangun hipotesis dari
permasalahan yang dibirikan.
4) Identifikasi Isu
isu yang dipelajari. Pada tahap ini peserta didik harus tahu
isupembelajaran( learning issues) baik bagi kelompok maupun bagi tiap pribadi.
5) Belajar Mandiri.Pada tahap ini, harus jelas yang menjadi tujuan bagi tiap peserta
didik.Hal ini bermanfaat sebelum masuk pembelajaran berikutnya.
6) Re Evaluasi dan Terapkan Pengetahuan Baru Terhadap Masalah.Pada tahap ini
peserta didik berkumpul kembali,setelah membahas isu pembelajaran pada tahap
berikutnya.Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang baru, diterapkan kepada
permasalahan yang diberikan diawal.
7) Assessment dan Refleksi. Sebelum proses pembelajaran selesai,peserta didik
mendapat kesempatan merefleksi mengenai proses pembelajaran yang terjadi.Hal
ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah diraih,
sekaligus memberi kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik
mengenai proses yang telah berlangsung.
2. Tahap-tahap dalam PBL
Milne dan McConnell (2001 : 64-65) memberikan gambaran proses idealn PBL yang
terlihat dalam tabel di bawah ini :
Tabel 1
Proses Ideal Model PBL
PROSES
TUJUAN
HASIL
Pengajar memulai sesi awal
Peserta didik terstimulus
Belajar sesuai konteksnya
permasalahan yang akan
menyelesaikan permaslahan
dipahami lebih mudah.
PBL dengan presentase
dihadapi oleh peserta didik
untuk berusaha
di lapangan yang nantinya
bisa saja menjadi situasi
5
akan diingat lebih lama dan
Konteksnya relevan sehingga
akan lebih termotivasi
PROSES
TUJUAN
HASIL
nyata tempat mereka bekerja
Peserta didik
Peserta didik berlatih
Belajar secara terus menerus
telah mereka pahami tentang
ditantang untuk memahami
penstimulan pengetahuan
mengorganisasikan apa yang
permasalahan dan mencoba
mengidentifikasi hal-hal
terkait. Apa yang diketahui ?
apa yang terjadi ? setelah
periode brainstorming
(Bisakah itu jawabnya?)
peserta didik melanjutkan ke
mengobservasi. Mereka
situasi berdasarkan
pengetahuan dan pengalaman
yang ada
mengarah kepada kebiasan,
yang ada akan memfasilitasi
integrasi pengetahuan baru
Fasilitas ini secara progresif
Peserta didik diberikan
akan membangun mental
dalam menggunakan analisis
mendapatkan dan
pelatihan yang terus menerus
untuk menyimpan,
logika untuk memahami
mengaplikasi pengetahuan
evaluasi kritis terhadap saran. permasalahan yang tidak
familiar
Selama diskusi, peserta didik
Peserta didik tedorong untuk
Belajar akan lebih baik jika
tentang hal-hal yang tidak
tidak mereka ketahui atau
mengajukan pertanyan dan
mengajukan pertanyaan
mereka pahami (apa yang
ingin diketahui?)
mengidentifikasi apa yang
pahami. Ini melengkapi dasar
mereka dalam menghadapi
peserta didik bisa
mencari jawabannya sendiri
tantangan belajar selanjutnya
Sebelum akhir sesi pertama,
Peserta didik bisa memahami
Integrasi dari belajar
peserta didik untuk fokus
lengkap dan belajar
menggabungkan
pengajar mendampingi
terhadap pertanyaan yang
dianggap penting. Peserta
didik menentukan cara
membagi tanggungjawab
hal yang terjadi secara
menggunakan inter-relating
ide serta pengalaman dari
bermacam disiplin. Kerjatim
dan rasa kebersamaan juga
untuk menyelidiki pertanyaan akan berkembang
(Apa yang akan dilakukan?
Apa yang harus dilakukan
sebagian dari kita ? Siapa
yang melakukan apa ?
6
membantu untuk
pemahaman, kerja tim dan
keahlian manajemen akan
terbangun
PROSES
TUJUAN
HASIL
Setelah periode self-study
Peserta didik berlatih
Peserta didik belajar cara
awal sesi ini maha peserta
bermacam-macam sumber.
informasi dari bermacam
sesi kedua dilakukan. Pada
didik diharapkan dapat
membagi pengetahuan baru
yang mereka peroleh.
menentukan informasi dari
Mereka membagi
pemahaman baru dengan
mempresentasikan serta
menanyakannya
untuk mendapatkan
sumber. Peserta didik belajar
bagaimana untuk
mempresentasikan informasi
dan bagaimana bertanya.
Peserta didik juga belajar
bagaimana untuk
membandingkan kinerja
mereka serta
mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahamannya.
Pengetahuan baru dan
Peserta didik belajar
Peserta didik berlatih
pada permasalahan.
pengetahuan baru terhadap
dengan konteks nyata.
pemahaman diaplikasikan
Mahapeserta didik menguji
validitas dari pendekatan
awal dan menyanyanginya.
Peserta didik mungkin
mengaplikasikan
permasalahan semua atau
mentransfer pengetahuan
permasalahan yang akan
terjadi nantinya
membutuhkan penguraian
solusi walaupun tidka
selamanya itu penting
Pada akhir sesi kedua,
Peserta didik terpacu untuk
refleksikan dalam aksi adalah
kembali tentang apa yang
membangun struktur untuk
profesionalitas.
pengajar bisa menanyakan
telah mereka pelajari dan
dapatkan serta bagaimana
merefleksikan pelajaran dan
slaing mencocokkan
kecocokannya.
Sumber : Milne dan McConnell (2001 : 64
65)
B. Hasil Belajar
1. Pengertian Belajar
7
kunci untuk membangun
Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responsnya akan lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya akan
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut.
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons peserta didik.
2. Respons peserta didik, dan
3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.
Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.
Sebagai ilustrasi, perilaku respons peserta didik yang baik diberi hadiah. Sebaliknya,
perilaku respons peserta didik tidak baik diberi teguran atau hukuman (Dimyati dan
Mudjiono, 2002 : 9)
1.Tujuan Belajar
Tujuan belajar yaitu membentuk guru menyusun alat evaluasi yang digunakan
untuk mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran berhasil atau gagal.
Tujuan belajar yang lain sebagai berikut.
(a )Untuk mendapatkan pengetahuan,( b ) Penanaman konsep dan ketrampilan,dan
(c) Pembentukan sikap. ( Sardiman, 2001 : 26
2. Hasil Belajar
28 )
Menurut Gagne dalam Sudjana (2002 : 30), mengemukakan bahwa hasil
belajar meliputi : pertama, belajar kemahiran intelektual (Kognitif), termasuk dalam
tipe hasil belajar ini adalah belajar diskriminasi, yakni kesanggupan membedakan
obyek berdasarkan ciri-ciri tertentu.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat
dalam diri peserta didik (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar peserta didik
(faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis
sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga,
sekolah, masyarakat dan sebagainya.
4. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )
Pengertian
Pendidikan
Kewarganegaraan
(
PKn)
Pendidikan
Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak
dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.
5. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )
8
Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk memperluas wawasan dan
menumbuhkan kesadaran warga negara, sikap serta perilaku cinta tanah air yang
bersendikan pada kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode
penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positisme.
Digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, tehnik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesa yang
telah ditetapkan (Sugiyono, 2009 : 14).
Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada ilustrasi diagram berikut :
Keterangan :
X
Y
X adalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
Y adalah Hasil belajar
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 123 peserta didik kelas X SMK
PGRI Mojoagung Tahun 2012 / 2013.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 peserta didik kelas X SMK
PGRI Mojoagung Tahun 2012 / 2013.
Adapun langkah-langkah dalam pengambilan sampel sebagai berikut :
a. Mendata seluruh jumlah populasi (seluruh peserta didik kelas X SMK PGRI
Mojoagung Tahun 2012 / 2013) sebanyak 123 peserta didik, yang terdiri dari 41
peserta didik kelas X-1, 45 peserta didik kelas X-2, dan 37 peserta didik kelas X3.
b. Masing-masing kelas dianggap sama sehingga dilakukan pengundian untuk
menentukan kelas yang dipergunakan sebagai sampel
c. Setelah diundi ternyata yang menjadi sampel adalah kelas X-2 yang berjumlah 45.
C. Metode Pengumpulan Data
9
Metode pengumpulan data adalah bagaimana peneliti menentukan metode setepat-
tepatnya untuk memperoleh data, kemudian disusul dengan cara menyusun alat
pembantunya yaitu instrument (Arikunto, 2006 : 222).
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode :
1. Angket
Angket adalah salah satu teknik dari pengumpulan data yang dilakukan dengan
jalan mengirimkan daftar isian yang harus diisi oleh responden. (Sugiono, 2008 :
46). Angket ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai penerapan
pembelajaran PKn model Problem Based Learning.
2. Test
Test adalah alat untuk menilai hasil atau prestasi belajar peserta didik dan juga
menilai efektivitas atau kesanggupan guru dalam mengajar. Tes ini digunakan
untuk mendapat data hasil belajar PKn.
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mempelajari
dokumen yang berupa catatan-catatan, arsip-arsip, atau laporan tertulis.
D. Teknik Analisa Data
1.Uji Validitas
Hasil uji validitas dengan program SPSS di atas diperoleh nilai
,
>
dan nilai sig < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua soal tes adalah
valid, sehingga dapat dipergunakan untuk pengambilan data penelitian lebih lanjut.
2.Uji Reliabilitas
alpha
Instrumen dapat dikatakan handal dan reliable apabila memiliki koefisien
0,6 atau nilai koefisien Alpha Crombach >
(Arikunto, 2006).
Berdasarkan hasil realibilitas didapatkan nilai koefisien Cronbarch Alpha instrumen
test = 0.899 lebih besar dari
(
)
= 0,249, dan juga lebih lanjut.
3.Uji Hipotesis
Untuk mengetahui hasil yang diperoleh maka peneliti menggunakan teknik
analisa data yaitu dengan menggunakan teknik analisa statistik Korelasi Product
Moment (Pearson) dengan rumus :
=
(Sugiono, 2008)
Σ
− Σ
Σ
{ Σ x − ( Σ x) }{ Σ x − ( Σ x) }
Keterangan :
10
= Nilai koefisien korelasi x dan y
= Jumlah skor sebaran y
Σ
= Jumlah skor sebaran x
Σ
= Jumlah responden
N
= Jumlah perkalian skor x dengan skor y
Σ X
= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
Σ
= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y
Σ
Kesesuaian antara
yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan
rumus di atas dikonsultasikan dengan r tab. Jika nilai r hit (Problem Base Learning)
Dengan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Memahami Hakikat bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Peserta Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.
Alasan menggunakan rumus Product Moment adalah sebagai berikut :
1. Variabel berjenis data internal
2. Selalu bekerja dengan angka-angka
3. Hubungan yang merupakan hubungan yang sejajar
4. Variabel berbentuk variabel independen dan dependen
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
1. Deskripsi Variabel Problem Based Learning
Gambaran penyebaran data tentang penerapan Problem Based Learning di SMK
PGRI Mojoagung yang diukur melalui indikator; 1) 1. Identifikasi Masalah; 2) Eksplor
Pengetahuan; 3) Hasilkan hipotesis; 4) Identifikasi isu-isu yang dipelajari; 5) Belajar
Mandiri; 6) Re-Evaluasi; 7) Assesment dan refleksi yang kembangkan menjadi 20 item
pertanyaan untuk menjaring data problem based learning. Hasil distribusi data problem
based learning disajikan pada tabel berikut :
Tabel 3. Deskripsi Model Pembelajaran Problem Based Learning
Kategori
Baik
Cukup
Kurang
Interval
47 60
33 46
20 32
Frekuensi
33
0
0
Jumlah
Sumber : Data primer tahun 2013
45
Prosentase
73,3%
24,2%
2,3%
100%
Berdasarkan tabel 4.2. di atas maka dapat dikatakan bahwa dari 45 responden,
sebagian besar menerapkan model pembelajaran problem based learning secara baik
(73,3%).
11
2. Deskripsi Hasil Belajar
Hasil pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Problem Based Learning
dalam pembelajaran PKn yang diukur melalui tes diperoleh data nilai terendah 73 dan
nilai tertinggi 100 dengan rata-rata 86, 84. Secara garis besar hasil belajar siswa disajikan
berikut.
Tabel 4. Deskripsi Hasil Belajar PKn
Kategori
Tuntas
Remidi
Interval
> 75
< 75
Frekuensi
44
1
Jumlah
Sumber : Data primer tahun 2013
Prosentase
97,8 %
2,2 %
45
100%
Berdasarkan tabel 4.3. diatas maka dapat dikatakan bahwa dari 44 responden
dinyatakan tuntas, dan 1 responden harus remidi.
3. Pembuktian Hipotesis
Guna membuktikan secara analitik hubungan Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (Problem Base Learning) Dengan hasil belajar PKn Pokok Bahasan Memahami
Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas
X SMK PGRI Mojoagung, maka perlu dilakukan uji korelasi product moment.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap data penelitian sebagaimana tabel berikut:
Hasil uji SPSS analsis korelasi product moment dengan menggunakan program
SPSS versi 13, dan hasilnya disajikan pada tabel berikut.
Tabel 5. Hasil Korelasi Product Moment
Problem Based Learning
Hasil Belajar
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)
Problem
Based
Learning
Hasil Belajar
1
45
.912***
.000
45
.912***
.000
45
1
45
Hasil analisis korelasi Product moment diperoleh nilai R = 0,912. Nilai R = 0,912
setelah dikonfirmasi dengan tabel korelasi menunjukkan bahwa nilai R = 0,912
menunjukkan hubungan yang sangat kuat, karena nilai korelasi berada diantara 0,800
1,000. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak H1 diterima, artinya ada Hubungan
12
Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning) Dengan Hasil Belajar
PKn Pokok Bahasan Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.
Hubungan antara model pembelajaran Based Learning dengan hasil belajar juga
dapat dinilai dari hasil observasi peneliti yang terlihat dari :
1) Peserta didik antusias mengikuti pembelajaran dengan model problem based
learning.
2) Peserta didik menerapkan model Problem based learning dalam setiap isu
pembelajaran sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik.
Kondisi guru,
1) Guru lebih menyukai model pembelajaran yang telah diterapkan, karena guru telah
menemukan pola pembelajaran yang lebih aktif dan kreatif.
2) Guru mampu mengelola kelas denganbaik
3) Guru sudah mengenal pola pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi
peserta didik lebih meningkat.
Kondisi peserta didik,
1) Peserta didik lebih aktif mengikuti pembelajaran PKn
2) Peserta didik mulai menemukan keberanian untuk mengungkapkan permasalahan
pembelajaran yang dihadapi.
3) Peserta didik berani menyelesaikan isu-isu pembelajaran baik secara pribadi maupun
kelompok.
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini dan analisis data maka kesimpulan penelitian
adalah Ada Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning)
dengan Hasil Belajar Republik PKn Pokok Bahasan Memahami Hakikat Bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas X SMK PGRI
Mojoagung,
Terbukti dari hasil analisis korelasi Product Moment diperoleh nilai R = 0,912
yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat, karena nilai korelasi berada diantara
0,800 1,00 yang menunjukkan korelasi kuat.
B. Saran
Saran-saran dalam penelitian sebagai berikut :
1) Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana sehingga mendukung pola
pembelajaran yang menyenangkan, mudah menarik siswa untuk aktif belajar.
13
2) Kepala Sekolah diharapkan selalu mengadakan supervisi terhadap guru dalam proses
belajar mengajar, memberikan motivasi kepada guru untuk mengembangkan pola
pembelajaran, inovasi pembelajaran sehingga motivasi belajar siswa semakin
meningkat. Kepala Sekolah juga selalu mengevaluasi kelebihan dan kekurangan
pengajaran yang dilakukan guru sehingga kepala sekolah dapat memberikan
kontribusinya berupa saran langkah perbaikan pembelajaran
3) Guru hendaknya melakukan berbagai inovasi pembelajaran melalui sistem
pengelolaan kelas secara baik dan benar disesuaikan menurut metode pembelajaran
yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena sistem
pengelolaan kelas sangat penting dalam proses belajar mengajar agar tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.
4) Guru mampu memotivasi peserta didik dalam setiap perencanaan pengorganisasian
kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Wianti, 2008, Pembelajaran melalui metode problem based learning dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Universitas Pajajaran.
Amir, M. Taufiq, 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta :
Prenada Media Group.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Dimyati dan Mudjiono, 2003, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Milne, M. J. Dan P.J. McConnell. 2001. Problem-Based Learning : A Pedadogy for Using
Case Material in Accounting Education. Accounting Education Vo. 10 / Nomor 1.
Sardiman, 2002, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan. Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Sudjana, 2002, Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono, 2009, Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta
N.K. Roestiyah, 2001, Strategi Belajar Mengajar.
Slamet, 2000. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :
Prestasi Pustaka.
14