HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MAS

HUBUNGAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH(PROBLEM BASE
LEARNING) DENGAN HASIL BELAJAR PKN PESERTA DIDIK KELAS X SMK PGRI
MOJOAGUNG
SRI SUNARTI
ABSTRAK
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah lemahnya proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ,peserta didik kurang didorong untuk mengembangkan
kemampuan berfikir.Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar mengajar di atas
adalah model pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning).
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan Model Pembelajaran Berbasis Masalah
(Problem Base Learning) Dengan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Memahami Hakikat Bangsa Dan Negara
Kesatuan RI Peserta Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.
Pendekatan penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Populasi dari penelitian ini adalah peserta
didik kelas X SMK PGRI Mojoagung tahun 2012/2013. Sampel penelitian ini adalah kelas X-2 SMK PGRI
Mojoagung tahun 2012-2013. Variable dari penelitian ini adalah model Problem Based Learning dan Hasil
Belajar.
Metode yang digunakan yaitu angket dan tes. Analisis data yang digunakan analisis korelasi Product
Momen.Hasil analisis korelasi Product Moment diperoleh nilai R= 0,912 yang menunjukkan hubungan yang
sangat kuat, karena korelasi berada diantara 0,800-1,00 yang menunjukkan korelasi kuat.Hasil analisis data
diperoleh gambaran tentang hubungan model Problem Based Learning dan Hasil Belajar PKn peserta didik
yang mana peserta didik mampu menyelesaikan isu pembelajaran dan menuangkan dalam kehidupan seharihari secara baik. Model Problem Based Learning mampu meningkatkan hasil belajar peserta didik dengan baik.

Hasil ini memberikan kontribusi kepada dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran Pkn dapat
diterapkan model Problem Based Learning untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Kata kunci: Model Pembelajaran Problem Based Learning, Hasil Belajar
ABSTRACT
One of the problems facing our education is the problem of lack of learning. In the process of
learning, learners are less encouraged to develop the ability to think. One effort to overcome the problems in
teaching and learning above is the model Problem Based Learning (Problem Base Learning).
The purpose of this study was to determine the relationship of Problem Based Learning Model
(Problem Base Learning) with The Civic Education Learning Outcomes Understanding the nature of Nations
Highlights And NKRI Class X Students SMK PGRI Mojoagung.
The research approach used is quantitative. The population of this research is a class X student of
SMK PGRI Mojoagung year 2012/2013. The sample was a class X-2 SMK PGRI Mojoagung years 2012-2013.
Variable of the study is a model of Problem Based Learning and Learning Outcomes.
The method used is Problem Based Learning Model (Problem Base Learning).This using test and
angqet metode. Analysis of the data used Product Moment correlation analysis. From the Product Moment
Correlation analysis obtained value R = 0.912 indicating a very strong relationship, because the correlation is
between 0.800 to 1.00 which indicates a strong correlation. From the analysis of data obtained by the
metaphor of the model of Problem Based Learning and Learning Outcomes Civics learners where learners are
able to resolve the issue of learning and pour in everyday life as well. Problem Based Learning Model to
improve the learning outcomes of students well. These results contribute to the world of education, especially

in learning Civics can be applied to the model Problem Based Learning to improve student learning outcomes.
Keywords: Model of Learning Problem Based Learning, Learning Outcomes

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pendidikan secara umum dapat diartikan sebagai upaya untuk meningkatkan

potensi didik sehingga menjadi pribadi yang tangguh yang memiliki kompetensi diri dan
1

intelektual yang tinggi serta memiliki kepribadian tinggi dan akhlak yang mulia dan pada
akhirnya mampu membaktikan dirinya bagi nusa dan bangsa.

Guna merealisasikan tujuan pendidikan nasional maka seorang guru dituntut

untuk menjadi tauladan dan juga membekali diri dengan kemampuan secara profesional

untukmengantarkan peserta didik menjadi manusia yang memiliki kemampuan dan

keterampilan yang memadai yang dilandasi iman dan taqwa. Guru tidak hanya sekedar
menyampaikan materi pelajaran tetapi juga mendidik peserta didik tentang kehidupan

berbangsa dan bernegara sesuai dengan amanat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar

1945. Oleh karena itu guru harus menguasai berbagai macam metode pembelajaran yang
sesuai dan melakukan inovasi terhadap media pembelajaran.

Pemilihan dan penentuan model pembelajaran dapat dilihat dari beberapa sudut

pandang diantaranya : (1) Nilai strategi model, nilai strategis model dapat mempengaruhi

jalannya kegiatan belajar mengajar; (2) Efektifitas penggunaan model, maksudnya ada

kesesuaian antara model dengan semua komponen pengajaran yang telah diprogramkan
dalam suatu pelajaran sebagai persiapan tertulis; (3) Pentingnya pemilihan dan penentuan

model, guru mampu melakukan pemilihan dan penentuan model untuk mencapai tujuan

pengajaran; (4) Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan model, antara lain ; (a) Anak

didik, perbedaan individual pada aspek biologis, intelektual dan psikologis anak didik
mempengaruhi dan penentuan metode. Kemampuan anak didik yang bervariasi
mempengaruhi pemilihan dan penentuan metode pengajaran; (b) Tujuan, adalah sasaran

yang dituju dari setiap kegiatan belajar mengajar; (c) Situasi, situasi kegiatan belajar
mengajar yang guru ciptakan tidak selamanya sama dari hari ke hari dan harus
disesuaikan dengan kondisi kelas dan materi pemelajaran; (d) Fasilitas, lengkap tidaknya

fasilitas belajar akan mempengaruhi pemilihan metode belajar. Dan keampuhan suatu
model mengajar akan terlihat jika faktor lain mendukungnya; (e) Guru, kepribadian,
latarbelakang pendidikan dan pengalaman guru yang dapat mempengaruhi pikiran dan
penentuan model mengajar (Surakhmad, 1999).

Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia adalah masalah

lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, peserta didik kurang
didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran di kelas

diarahkan kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi. Anak dipaksa untuk
mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut memahami informasi yang


diingatnya itu untuk menghubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika
peserta didik lulus dari sekolah, mereka menguasai teori tetapi mereka kurang aplikasi.
Pendidikan tidak diarahkan untuk mengembangkan dan membangun karakter serta

potensi yang dimiliki. Dengan kata lain, proses pendidikan di Indonesia tidak diarahkan
2

membentuk manusia cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah hidup, serta
tidak diarahkan untuk membentuk manusia kreatif dan inovatif.

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru PKn harus melaksanakan proses

pembelajaran yang bermutu. Pembelajaran bermutu diselenggarakan secara interaktif,
inspiratif, menyenangkan, menantang memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,

serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai

dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologgi peserta didik (PP 19 Tahun
2005, pasal 19 )


Dari masalah-masalah yang dikemukakan diatas, perlu dicari strategi baru dalam

pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif. Pembelajaran yang
mengutamakan penguasaan kompetensi harus berpusat pada peserta didik, memberikan

pembelajaran dan pengalaman belajar yang relevan dan kontekstual dalam kehidupan
nyata dan mengembangkan mental yang kaya dan kuat pada peserta didik.

Salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan dalam proses belajar mengajar

diatas adalah model Pembelajaran Problem Based Learning, karena sebagaimana
menurut Smith yang dikutif oleh Taufiq Amir (2009 : 27) bahwa Problem Based
Learning dapat memberikan manfaat kepada peserta didik diantaranya peserta didik akan

mengingat kecakapan pemecahan masalahnya, lebih mudah mengingat, meningkatkan
pemahamannya, meningkatkan pengetahuannya, yang relevan dengan dunia nyata /
praktik, mendorong peserta didik penuh

pemikiran, membangun kemampuan


kepemimpinan dan kerjasama, kecakapan belajar dan memotivasi pelajar.

Model Problem Based Learning (PBL) menjadikan guru sebagai fasilitator yang

mengarahkan peserta didik untuk mencari dan menemukan solusi yang diperlukan
sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran. Model PBL ini mampu

menantang peserta didik belajar bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi
masalah yang nyata serta mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis.
Pada saat peserta didik berkelompok melakukan diskusi dengan peserta didik lain maka

akan berkembang kemampuan berkomunikasi terutama kemampuan mengemukakan
pendapat untuk menemukan solusi dari sebuah masalah.

Hasil pengamatan dan pengalaman peneliti sebagai pengajar selama ini mendapati

bahwa peserta didik kurang aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Peserta didik
cenderung tidak begitu tertarik dengan pelajaran PKn karena selama ini pelajaran PKn


dianggap sebagai pelajaran yang hanya memetingkan hafalan semata, kurang

menekankan aspek penalaran sehingga menyebabkan rendahnya minat belajar PKn
peserta didik di sekolah.

3

Untuk menumbuhkan sikap aktif dan kreatif peserta didik tidaklah mudah. Fakta

yang ada sekarang ini di sekolah-sekolah khususnya mata pelajaran PKn masih kurang
mampu mengembangkan suasana kelas yang kondusif dan berkesan. Penyebabnya,

ternyata masih banyak guru yang kurang menguasai keterampilan dalam memilih serta

menggunakan model pembelajaran yang mampu mengembangkan suasana kelas yang
kondusif, sehingga peserta didik mengalami kesulitan belajar karena pembelajaran
mengemukakan pendapat peserta didik.

Pencapaian tujuan belajar akan menghasilkan hasil belajar. Menurut Dimyati dan


Mujiono (2003 : 239) hasil belajar merupakan hasil proses belajar atau proses

pembelajaran. Hasil belajar atau prestasi akademik biasanya diukur dari nilai sehari-hari
hasil tes dan lamanya bersekolah. Sedangkan menurut Winkel, (2008 : 244) membagi

hasil belajar kedalam 3 ranah yaitu : (1) Ranah Kognitif, Ranah Kognitif (berkaitan

dengan daya pikir, pengetahuan dan penalaran) berorientasi pada kemampuan peserta
didik dalam berpikir dan bernalar yang mencakup kemampuan peserta didik dalam

mengingat sampai dengan memecahkan masalah; (2) Rana Psikomotorik. Rana
Psikomotorik berkaitan dengan keterampilan fisik, keterampilan motorik atau

keterampilan tangan yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang

memerlukan koordinasi antara otot dan saraf; (3) Ranah Afektif, ranah afektif berkaitan
dengan perasaan / kesadaran, seperti perasaan senang atau tidak senang yang memotivasi

seseorang untuk memilih apa yang disenangi, berorientasi pada kemampuan peserta didik


dalam belajar menghayati nilai obyek-obyek yang dihadapi melalui perasan baik obyek
yang berupa orang, benda atau peristiwa.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan Tentang Pembelajarna Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
1. Pengertian Problem Based Learning

PBL adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal

dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradijono, 2004 :
54). Menurut Boud dan Felleti (1991, dalam Saptono, 2003 : 123) menyatakan bahwa
Problem Based Learning

is a way of constructing and teaching course using

problem as a stimulus and focus on student activity .

H. S. Barrows (1982, dalam Wianti Aisyah, 6/23/2008). Sebagai pakar PBL

menyatakan bahwa definisi PBL adalah sebagai sebuah metode pembelajaran yang
didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal


untuk mendapatkan ataupun mengintergrasikan ilmu (knowledge) baru. Dengan
4

demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak didik dapat belajar
sesuatu yang dapat menyongkong keilmuan.

2. Langkah- langkah Model Problem Base Learning ( PBL )

Ada 7 langkah Model Pembelajaran Berbasis Masalah ( Problem Base Learning )

1) Identifikasi Masalah.Peserta didik membaca masalah yang diberikan dan
mendiskusikannya.Mereka tergoda mendiagnosis masalah tersebut dengan
segera.

2) Eksplor Pengetahuan Yang Dimiliki. Peserta didik dapat memahami materi atau
pengetahuan baru jika ia telah pernah tahu sekilas tentang topic tersebut.

3) Hasilkan Hipotesis. Pada tahap ini peserta didik dapat membangun hipotesis dari
permasalahan yang dibirikan.

4) Identifikasi Isu

isu yang dipelajari. Pada tahap ini peserta didik harus tahu

isupembelajaran( learning issues) baik bagi kelompok maupun bagi tiap pribadi.

5) Belajar Mandiri.Pada tahap ini, harus jelas yang menjadi tujuan bagi tiap peserta
didik.Hal ini bermanfaat sebelum masuk pembelajaran berikutnya.

6) Re Evaluasi dan Terapkan Pengetahuan Baru Terhadap Masalah.Pada tahap ini

peserta didik berkumpul kembali,setelah membahas isu pembelajaran pada tahap
berikutnya.Pada tahap inilah ilmu atau pengetahuan yang baru, diterapkan kepada
permasalahan yang diberikan diawal.

7) Assessment dan Refleksi. Sebelum proses pembelajaran selesai,peserta didik
mendapat kesempatan merefleksi mengenai proses pembelajaran yang terjadi.Hal

ini termasuk melakukan review terhadap pembelajaran yang telah diraih,
sekaligus memberi kesempatan bagi kelompok untuk memberikan umpan balik
mengenai proses yang telah berlangsung.

2. Tahap-tahap dalam PBL

Milne dan McConnell (2001 : 64-65) memberikan gambaran proses idealn PBL yang
terlihat dalam tabel di bawah ini :

Tabel 1

Proses Ideal Model PBL
PROSES

TUJUAN

HASIL

Pengajar memulai sesi awal

Peserta didik terstimulus

Belajar sesuai konteksnya

permasalahan yang akan

menyelesaikan permaslahan

dipahami lebih mudah.

PBL dengan presentase

dihadapi oleh peserta didik

untuk berusaha

di lapangan yang nantinya
bisa saja menjadi situasi
5

akan diingat lebih lama dan
Konteksnya relevan sehingga
akan lebih termotivasi

PROSES

TUJUAN

HASIL

nyata tempat mereka bekerja
Peserta didik

Peserta didik berlatih

Belajar secara terus menerus

telah mereka pahami tentang

ditantang untuk memahami

penstimulan pengetahuan

mengorganisasikan apa yang
permasalahan dan mencoba
mengidentifikasi hal-hal

terkait. Apa yang diketahui ?
apa yang terjadi ? setelah
periode brainstorming

(Bisakah itu jawabnya?)

peserta didik melanjutkan ke

mengobservasi. Mereka
situasi berdasarkan

pengetahuan dan pengalaman
yang ada

mengarah kepada kebiasan,

yang ada akan memfasilitasi
integrasi pengetahuan baru

Fasilitas ini secara progresif

Peserta didik diberikan

akan membangun mental

dalam menggunakan analisis

mendapatkan dan

pelatihan yang terus menerus

untuk menyimpan,

logika untuk memahami

mengaplikasi pengetahuan

evaluasi kritis terhadap saran. permasalahan yang tidak
familiar

Selama diskusi, peserta didik

Peserta didik tedorong untuk

Belajar akan lebih baik jika

tentang hal-hal yang tidak

tidak mereka ketahui atau

mengajukan pertanyan dan

mengajukan pertanyaan

mereka pahami (apa yang
ingin diketahui?)

mengidentifikasi apa yang

pahami. Ini melengkapi dasar
mereka dalam menghadapi

peserta didik bisa

mencari jawabannya sendiri

tantangan belajar selanjutnya

Sebelum akhir sesi pertama,

Peserta didik bisa memahami

Integrasi dari belajar

peserta didik untuk fokus

lengkap dan belajar

menggabungkan

pengajar mendampingi

terhadap pertanyaan yang

dianggap penting. Peserta
didik menentukan cara

membagi tanggungjawab

hal yang terjadi secara

menggunakan inter-relating
ide serta pengalaman dari

bermacam disiplin. Kerjatim
dan rasa kebersamaan juga

untuk menyelidiki pertanyaan akan berkembang
(Apa yang akan dilakukan?
Apa yang harus dilakukan
sebagian dari kita ? Siapa
yang melakukan apa ?

6

membantu untuk

pemahaman, kerja tim dan
keahlian manajemen akan
terbangun

PROSES

TUJUAN

HASIL

Setelah periode self-study

Peserta didik berlatih

Peserta didik belajar cara

awal sesi ini maha peserta

bermacam-macam sumber.

informasi dari bermacam

sesi kedua dilakukan. Pada
didik diharapkan dapat

membagi pengetahuan baru
yang mereka peroleh.

menentukan informasi dari
Mereka membagi

pemahaman baru dengan
mempresentasikan serta
menanyakannya

untuk mendapatkan

sumber. Peserta didik belajar
bagaimana untuk

mempresentasikan informasi
dan bagaimana bertanya.

Peserta didik juga belajar
bagaimana untuk

membandingkan kinerja
mereka serta

mengidentifikasi kekuatan
dan kelemahamannya.
Pengetahuan baru dan

Peserta didik belajar

Peserta didik berlatih

pada permasalahan.

pengetahuan baru terhadap

dengan konteks nyata.

pemahaman diaplikasikan
Mahapeserta didik menguji
validitas dari pendekatan

awal dan menyanyanginya.
Peserta didik mungkin

mengaplikasikan

permasalahan semua atau

mentransfer pengetahuan

permasalahan yang akan
terjadi nantinya

membutuhkan penguraian
solusi walaupun tidka

selamanya itu penting
Pada akhir sesi kedua,

Peserta didik terpacu untuk

refleksikan dalam aksi adalah

kembali tentang apa yang

membangun struktur untuk

profesionalitas.

pengajar bisa menanyakan
telah mereka pelajari dan

dapatkan serta bagaimana

merefleksikan pelajaran dan
slaing mencocokkan

kecocokannya.

Sumber : Milne dan McConnell (2001 : 64

65)

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Belajar
7

kunci untuk membangun

Belajar menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka

responsnya akan lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responsnya akan
menurun. Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut.

1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respons peserta didik.
2. Respons peserta didik, dan

3. Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut.

Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut.

Sebagai ilustrasi, perilaku respons peserta didik yang baik diberi hadiah. Sebaliknya,

perilaku respons peserta didik tidak baik diberi teguran atau hukuman (Dimyati dan
Mudjiono, 2002 : 9)

1.Tujuan Belajar

Tujuan belajar yaitu membentuk guru menyusun alat evaluasi yang digunakan

untuk mengetahui apakah proses belajar dan pembelajaran berhasil atau gagal.
Tujuan belajar yang lain sebagai berikut.

(a )Untuk mendapatkan pengetahuan,( b ) Penanaman konsep dan ketrampilan,dan
(c) Pembentukan sikap. ( Sardiman, 2001 : 26

2. Hasil Belajar

28 )

Menurut Gagne dalam Sudjana (2002 : 30), mengemukakan bahwa hasil

belajar meliputi : pertama, belajar kemahiran intelektual (Kognitif), termasuk dalam

tipe hasil belajar ini adalah belajar diskriminasi, yakni kesanggupan membedakan
obyek berdasarkan ciri-ciri tertentu.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain; faktor yang terdapat

dalam diri peserta didik (faktor intern), dan faktor yang terdiri dari luar peserta didik
(faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis

sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga,
sekolah, masyarakat dan sebagainya.

4. Karakteristik Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )
Pengertian

Pendidikan

Kewarganegaraan

(

PKn)

Pendidikan

Kewarganegaraan adalah sebagai wahana untuk mengembangkan kemampuan, watak
dan karakter warganegara yang demokratis dan bertanggung jawab.

5. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ( PKn )

8

Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan untuk memperluas wawasan dan

menumbuhkan kesadaran warga negara, sikap serta perilaku cinta tanah air yang
bersendikan pada kebudayaan bangsa, wawasan nusantara dan ketahanan nasional.
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif. Metode

penelitian kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positisme.

Digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, tehnik pengambilan sampel
pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif / statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesa yang
telah ditetapkan (Sugiyono, 2009 : 14).

Rancangan penelitian ini dapat dilihat pada ilustrasi diagram berikut :
Keterangan :

X

Y

X adalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning)
Y adalah Hasil belajar
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah sebanyak 123 peserta didik kelas X SMK

PGRI Mojoagung Tahun 2012 / 2013.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 45 peserta didik kelas X SMK

PGRI Mojoagung Tahun 2012 / 2013.

Adapun langkah-langkah dalam pengambilan sampel sebagai berikut :

a. Mendata seluruh jumlah populasi (seluruh peserta didik kelas X SMK PGRI
Mojoagung Tahun 2012 / 2013) sebanyak 123 peserta didik, yang terdiri dari 41

peserta didik kelas X-1, 45 peserta didik kelas X-2, dan 37 peserta didik kelas X3.

b. Masing-masing kelas dianggap sama sehingga dilakukan pengundian untuk
menentukan kelas yang dipergunakan sebagai sampel

c. Setelah diundi ternyata yang menjadi sampel adalah kelas X-2 yang berjumlah 45.

C. Metode Pengumpulan Data
9

Metode pengumpulan data adalah bagaimana peneliti menentukan metode setepat-

tepatnya untuk memperoleh data, kemudian disusul dengan cara menyusun alat
pembantunya yaitu instrument (Arikunto, 2006 : 222).

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode :

1. Angket

Angket adalah salah satu teknik dari pengumpulan data yang dilakukan dengan

jalan mengirimkan daftar isian yang harus diisi oleh responden. (Sugiono, 2008 :

46). Angket ini digunakan untuk mendapatkan data mengenai penerapan
pembelajaran PKn model Problem Based Learning.

2. Test

Test adalah alat untuk menilai hasil atau prestasi belajar peserta didik dan juga

menilai efektivitas atau kesanggupan guru dalam mengajar. Tes ini digunakan
untuk mendapat data hasil belajar PKn.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah suatu metode pengumpulan data dengan jalan mempelajari
dokumen yang berupa catatan-catatan, arsip-arsip, atau laporan tertulis.

D. Teknik Analisa Data
1.Uji Validitas

Hasil uji validitas dengan program SPSS di atas diperoleh nilai

,

>

dan nilai sig < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa semua soal tes adalah

valid, sehingga dapat dipergunakan untuk pengambilan data penelitian lebih lanjut.
2.Uji Reliabilitas
alpha

Instrumen dapat dikatakan handal dan reliable apabila memiliki koefisien
0,6 atau nilai koefisien Alpha Crombach >

(Arikunto, 2006).

Berdasarkan hasil realibilitas didapatkan nilai koefisien Cronbarch Alpha instrumen

test = 0.899 lebih besar dari

(

)

= 0,249, dan juga lebih lanjut.

3.Uji Hipotesis

Untuk mengetahui hasil yang diperoleh maka peneliti menggunakan teknik

analisa data yaitu dengan menggunakan teknik analisa statistik Korelasi Product
Moment (Pearson) dengan rumus :
=

(Sugiono, 2008)

Σ

− Σ

Σ

{ Σ x − ( Σ x) }{ Σ x − ( Σ x) }

Keterangan :
10

= Nilai koefisien korelasi x dan y
= Jumlah skor sebaran y
Σ

= Jumlah skor sebaran x
Σ

= Jumlah responden

N

= Jumlah perkalian skor x dengan skor y

Σ X

= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran X
Σ

= Jumlah skor yang dikuadratkan dalam sebaran Y

Σ

Kesesuaian antara

yang diperoleh dari perhitungan dengan menggunakan

rumus di atas dikonsultasikan dengan r tab. Jika nilai r hit (Problem Base Learning)
Dengan Hasil Belajar PKn Pokok Bahasan Memahami Hakikat bangsa dan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Peserta Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.
Alasan menggunakan rumus Product Moment adalah sebagai berikut :

1. Variabel berjenis data internal

2. Selalu bekerja dengan angka-angka

3. Hubungan yang merupakan hubungan yang sejajar

4. Variabel berbentuk variabel independen dan dependen
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS DATA
1. Deskripsi Variabel Problem Based Learning

Gambaran penyebaran data tentang penerapan Problem Based Learning di SMK

PGRI Mojoagung yang diukur melalui indikator; 1) 1. Identifikasi Masalah; 2) Eksplor

Pengetahuan; 3) Hasilkan hipotesis; 4) Identifikasi isu-isu yang dipelajari; 5) Belajar

Mandiri; 6) Re-Evaluasi; 7) Assesment dan refleksi yang kembangkan menjadi 20 item
pertanyaan untuk menjaring data problem based learning. Hasil distribusi data problem
based learning disajikan pada tabel berikut :

Tabel 3. Deskripsi Model Pembelajaran Problem Based Learning

Kategori
Baik
Cukup
Kurang

Interval
47 60
33 46
20 32

Frekuensi
33
0
0

Jumlah
Sumber : Data primer tahun 2013

45

Prosentase
73,3%
24,2%
2,3%
100%

Berdasarkan tabel 4.2. di atas maka dapat dikatakan bahwa dari 45 responden,

sebagian besar menerapkan model pembelajaran problem based learning secara baik
(73,3%).

11

2. Deskripsi Hasil Belajar

Hasil pembelajaran PKn dengan model pembelajaran Problem Based Learning

dalam pembelajaran PKn yang diukur melalui tes diperoleh data nilai terendah 73 dan

nilai tertinggi 100 dengan rata-rata 86, 84. Secara garis besar hasil belajar siswa disajikan
berikut.

Tabel 4. Deskripsi Hasil Belajar PKn
Kategori
Tuntas
Remidi

Interval
> 75
< 75

Frekuensi
44
1

Jumlah
Sumber : Data primer tahun 2013

Prosentase
97,8 %
2,2 %

45

100%

Berdasarkan tabel 4.3. diatas maka dapat dikatakan bahwa dari 44 responden

dinyatakan tuntas, dan 1 responden harus remidi.
3. Pembuktian Hipotesis

Guna membuktikan secara analitik hubungan Model Pembelajaran Berbasis

Masalah (Problem Base Learning) Dengan hasil belajar PKn Pokok Bahasan Memahami

Hakikat Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas

X SMK PGRI Mojoagung, maka perlu dilakukan uji korelasi product moment.
Selanjutnya dilakukan analisis terhadap data penelitian sebagaimana tabel berikut:

Hasil uji SPSS analsis korelasi product moment dengan menggunakan program

SPSS versi 13, dan hasilnya disajikan pada tabel berikut.

Tabel 5. Hasil Korelasi Product Moment

Problem Based Learning
Hasil Belajar

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N

Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed)

Problem
Based
Learning

Hasil Belajar
1

45

.912***
.000
45

.912***
.000
45
1

45

Hasil analisis korelasi Product moment diperoleh nilai R = 0,912. Nilai R = 0,912

setelah dikonfirmasi dengan tabel korelasi menunjukkan bahwa nilai R = 0,912

menunjukkan hubungan yang sangat kuat, karena nilai korelasi berada diantara 0,800

1,000. Hasil ini menunjukkan bahwa H0 ditolak H1 diterima, artinya ada Hubungan
12

Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning) Dengan Hasil Belajar

PKn Pokok Bahasan Memahami hakikat bangsa dan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas X SMK PGRI Mojoagung.

Hubungan antara model pembelajaran Based Learning dengan hasil belajar juga

dapat dinilai dari hasil observasi peneliti yang terlihat dari :

1) Peserta didik antusias mengikuti pembelajaran dengan model problem based
learning.

2) Peserta didik menerapkan model Problem based learning dalam setiap isu
pembelajaran sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik.

Kondisi guru,

1) Guru lebih menyukai model pembelajaran yang telah diterapkan, karena guru telah
menemukan pola pembelajaran yang lebih aktif dan kreatif.

2) Guru mampu mengelola kelas denganbaik

3) Guru sudah mengenal pola pembelajaran yang mampu membangkitkan motivasi
peserta didik lebih meningkat.

Kondisi peserta didik,

1) Peserta didik lebih aktif mengikuti pembelajaran PKn

2) Peserta didik mulai menemukan keberanian untuk mengungkapkan permasalahan
pembelajaran yang dihadapi.

3) Peserta didik berani menyelesaikan isu-isu pembelajaran baik secara pribadi maupun
kelompok.

BAB V PENUTUP
A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian ini dan analisis data maka kesimpulan penelitian

adalah Ada Hubungan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning)
dengan Hasil Belajar Republik PKn Pokok Bahasan Memahami Hakikat Bangsa dan

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) Pesertas Didik Kelas X SMK PGRI
Mojoagung,

Terbukti dari hasil analisis korelasi Product Moment diperoleh nilai R = 0,912

yang menunjukkan hubungan yang sangat kuat, karena nilai korelasi berada diantara
0,800 1,00 yang menunjukkan korelasi kuat.

B. Saran

Saran-saran dalam penelitian sebagai berikut :

1) Sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana sehingga mendukung pola
pembelajaran yang menyenangkan, mudah menarik siswa untuk aktif belajar.
13

2) Kepala Sekolah diharapkan selalu mengadakan supervisi terhadap guru dalam proses
belajar mengajar, memberikan motivasi kepada guru untuk mengembangkan pola

pembelajaran, inovasi pembelajaran sehingga motivasi belajar siswa semakin

meningkat. Kepala Sekolah juga selalu mengevaluasi kelebihan dan kekurangan
pengajaran yang dilakukan guru sehingga kepala sekolah dapat memberikan
kontribusinya berupa saran langkah perbaikan pembelajaran

3) Guru hendaknya melakukan berbagai inovasi pembelajaran melalui sistem
pengelolaan kelas secara baik dan benar disesuaikan menurut metode pembelajaran
yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran, karena sistem

pengelolaan kelas sangat penting dalam proses belajar mengajar agar tercapai tujuan
pengajaran secara efektif dan efisien.

4) Guru mampu memotivasi peserta didik dalam setiap perencanaan pengorganisasian
kelas.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Wianti, 2008, Pembelajaran melalui metode problem based learning dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan. Universitas Pajajaran.
Amir, M. Taufiq, 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta :
Prenada Media Group.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka
Cipta.
Dimyati dan Mudjiono, 2003, Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.
Milne, M. J. Dan P.J. McConnell. 2001. Problem-Based Learning : A Pedadogy for Using
Case Material in Accounting Education. Accounting Education Vo. 10 / Nomor 1.
Sardiman, 2002, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan. Profesionalisme Tenaga
Kependidikan. Bandung : Pustaka Setia.
Sudjana, 2002, Metode Statistika. Bandung : Tarsito
Sugiyono, 2009, Statistik untuk Penelitian, Bandung : Alfabeta
N.K. Roestiyah, 2001, Strategi Belajar Mengajar.
Slamet, 2000. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya.
Trianto, 2007, Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta :
Prestasi Pustaka.

14