Pengaruh Motivasi Wirausahawan Dan Karakteristik Wirausahawan Terhadap Produktivitas Usaha Pemuda Di Kota Medan

10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
1. Yunal dan Indriyani (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisa Pengaruh
Motivasi Berwirausaha dan Inovasi Produk Terhadap Pertumbuhan Usaha
Kerajinan Gerabah di Lombok Barat”.
Tujuan

penelitian

ini

untuk

mengetahui

bagaimanakah

motivasi


berwirausaha, inovasi produk, pertumbuhan usaha kerajinan gerabah di Lombok
Barat, dan untuk mengetahui pengaruh langsung motivasi berwirausaha terhadap
pertumbuhan usaha dan pengaruh tidak langsung motivasi terhadap pertumbuhan
usaha dengan melalui inovasi produk.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskripstif dan asosiatif
kausal. Pengumpulan sampel dengan menyebarkan kuesioner, menggunakan
metode probability sampling dengan teknik simple random sampling kepada 91
responden wirausaha yang bergerak dibidang industri kerajinan gerabah. Teknik
analisis yang digunakan adalah Path Analysis dengan bantuan software SPSS versi
20 dengan alpha sebesar 5%.
Hasil

penelitian

ini

menunjukkan

bahwa


motivasi

berwirausaha

berpengaruh langsung terhadap pertumbuhan usaha. Namun, tidak terdapat
pengaruh tidak langsung antara motivasi berwirausaha terhadap pertumbuhan
usaha melalui inovasi produk. Koefisien determinasi dalam model penelitian ini
adalah sebesar 74,7%.
2. Handayani (2013), dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor Penentu
Keberhasilan Wirausaha”.
10

Universitas Sumatera Utara

11

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai
faktor apa saja yang menentukan keberhasilan wirausahawan dalam menjalankan
usahanya.

Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis penelitian
kualitatif, yaitu upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data,

memilah-milahnya

menjadi

satuan

yang dapat

dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang
penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakan
kepada orang lain.
Berdasarkan hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat dua faktor
yang menentukan keberhasilan wirausaha, yaitu faktor internal dan eksternal.
Faktor internal terdiri dari motivasi yang timbul dari dalam diri pelaku usaha,
pengalaman dan pendidikan yang dimiliki wirausaha serta kepribadian wirausaha
tersebut. Sedangkan faktor eksternal terdiri dari dua faktor yaitu faktor lingkungan

keluarga dan faktor lingkungan kerja.
3. Nauli (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Karakteristik
Wirausahawan dalam Membangun Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di
Kecamatan Pare Kabupaten Kediri”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter wirausahawan dalam
membangun UKM ditinjau dari percaya diri, orientasi tugas dan hasil, pengambil
resiko, orientasi masa depan, keorisinilan dan kepemimpinan. Populasi penelitian
ini adalah wirausahawan dalam UKM di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri.
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif.
Penarikan sampel dengan teknik justment sampling.

Universitas Sumatera Utara

12

Hasil analisis data menyimpulkan bahwa berdasarkan nilai mean masingmasing karakteristik

wirausahawan, maka

secara berurutan


karakteristik

wirausahawan yang menonjol di Kecamatan Pare Kabupaten Kediri adalah
berorientasi masa depan, berorientasi tugas dan hasil, pengambil resiko,
kepemimpinan, percaya diri dan keorisinilan. Dari setiap variabel karakteristik
wirausahawan, indikator yang menonjol pada setiap variabel masing-masing
adalah sebagai berikut ; indikator yang menonjol dari kepercayaan diri adalah
kayakinan agama, indikator yang menonjol dari orientasi tugas dan hasil adalah
ketekunan dan ketabahan, indikator yang menonjol dari pengambil resiko adalah
kemampuan menilai situasi risiko secara realistis, indikator yang menonjol dari
kepemimpinan adalah selalu ingin bergaul dan keahlian dibidangnya, indikator
yang menonjol dari keorisinilan adalah memanfaatkan perbedaan sebagai sesuatu
yang menambah nilai, indikator yang menonjol orientasi masa depan adalah
memiliki misi dan visi.
4. Dalimunthe (2002), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Karakteristik
Individu, Kewirausahaan, Gaya Kepemimpinan Terhadap Kemampuan Usaha
Serta Keberhasilan Usaha Industri Kecil Tenun dan Bordir di Sumatera”.
Tujuan


penelitian

ini

mengkaji

pengaruh

karakteristik

individu,

kewirausahaan, gaya kepemimpinan terhadap kemampuan usaha serta keberhasilan
usaha industri kecil, baik secara sendiri maupun bersama-sama.
Analisis statistik dilakukan dengan menggunakan Sirucinral Equation
Modeling (SEM) dengan menggunakan program Amos 4.10. Sebelum dilakukan
uji hipotesis dilakukan Confirmatory Factor Analysis pada faktor-faktor
pembentuk konstrak karakteristik individu, kewirausahaan, gaya kepemimpinan,

Universitas Sumatera Utara


13

kemampuan usaha, dan keberhasilan usaha. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menggunakan alat statistik inferensial pada derajat ketelitian a = 0,05.
Hasil penelitian ini menunjukkan hahwa model hipotesis 1,2,3,4,5,7
diterima sedangkan hipotesis 6 ditolak. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa
pengaruh karakteristik individu yang paling dominan berpengaruh adalah pelatihan
dan

pengalaman

pengusaha.

Pada

kewirausahaan

yang


menonjol

sifat

kewirausahaan yang dimiliki motivasi, peluang dan percaya diri. Untuk
kemampuan usaha yang paling signifikan adalah indikator bahan Baku, akses pasar
dan modal. Sedangkan untuk gaya kepemimpinan selalu dipergunakan gaya
kepemimpinan otoriter, partisipasi dan konsiderasi secara bersama atau sendirisendiri.
5. Wijayanto (2009), dalam penelitian yang berjudul “Pengaruh Karakteristik
Wirausahawan Terhadap Tingkat Keberhasilan Usaha (Studi Pada Sentra Usaha
Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang)”.
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab beberapa permasalahan mengenai:
profil industri kecil pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan
Semarang, karakteristik wirausahawan pada Sentra Usaha Kecil Pengasapan Ikan
di Krobokan Semarang, tingkat keberhasilan usaha pada industri pada Sentra
Usaha Kecil Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang, pengaruh karakteristik
wirausahawan terhadap tingkat keberhasilan usaha pada Sentra Usaha Kecil
Pengasapan Ikan di Krobokan Semarang, dan variabel bebas yang berpengaruh
dominan terhadap keberhasilan usaha.
Analisis data dilakukan dengan teknik analisis statistik deskriptif dan

inferensial. Analisis Deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel

Universitas Sumatera Utara

14

penelitian. Sedangkan analisis inferensial menggunakan Multiple linear regression
untuk menguji pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Berdasarkan pada hasil penelitian, para pelaku usaha pengasapan ikan di
Krobokan memiliki tingkat kesadaran diri dan pengaturan diri yang baik, motivasi
yang cukup tinggi untuk mengembangkan usahanya, rasa empati yang yang cukup
baik, dan ketrampilan sosial yang cukup baik. Tingkat keberhasilan usaha
tergolong cukup baik yang ditunjukkan dengan tren penjualan yang stabil dan
sedikit mengalami peningkatan. Variabel Kecakapan Pribadi dan Kecakapan sosial
secara simultan maupun parsial memiliki pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap variabel Keberhasilan Usaha. Variabel kecakapan sosial berpengaruh
signifikan terhadap tingkat keberhasilan usaha. Variabel ketrampilan sosial
berpengaruh dominan terhadap keberhasilan usaha.

2.2 Tinjauan Umum tentang Kewirausahaan

2.2.1. Definisi Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah suatu ilmu yang mengkaji tentang pengembangan
dan pembangunan semangat kreativitas serta berani menanggung risiko terhadap
pekerjaan yang dilakukan demi mewujudkan hasil karya tersebut. Keberanian
mengambil risiko sudah menjadi milik seorang wirausahawan, karena seorang
wirausahawan dituntut berani dan siap jika usaha yang dilakukan tersebut belum
memiliki nilai perhatian di pasar, dan ini harus dilihat sebagai bentuk proses
menuju wirausahawan sejati (Fahmi, 2013: 1).
Clelland dalam As’ad (2002: 145) mendefinisikan wirausaha adalah
“Orang yang menerapkan kemampuannya untuk mengatur, menguasai alat-alat

Universitas Sumatera Utara

15

produksi dan menghasilkan hasil yang berlebihan yang selanjutnya dijual atau
ditukarkan dan memperoleh pendapatan dari usahanya tersebut”.
Menurut Bygrave dalam Alma (2004: 21), “Entrepreneur is the person who
perceives an opportunity and creates an organization to persue it”. Berdasarkan
definisi tersebut seorang wirausaha adalah orang yang melihat adanya peluang

kemudian menciptakan sebuah organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut Peters dalam Alma (2004: 26), “Entrepreneur is the process of
creating something different with value by devoting the necessary time and effort,
assuming the accompanying financial, psychic, and social risks, and receiving the
resulting rewards of monetary and personal satisfaction and independence”.
Artinya; kewirausahaan adalah proses menciptakan sesuatu yang lain dengan
menggunakan waktu dan kegiatan disertai modal dan risiko serta menerima balas
jasa dan kepuasan serta kebebasan pribadi.
Prawirokusumo dalam Suryana (2009: 16) juga berpendapat bahwa
“Seorang wirausaha adalah mereka yang melakukan usaha-usaha kreatif dan
inovatif dengan jalan mengembangkan ide dan meramu sumber daya untuk
menemukan peluang dan perbaikan hidup”.
Menurut Sukardi dalam As’ad (2002: 145), mendefinisikan “Wirausaha
merujuk kepada kepribadian tertentu, yaitu pribadi yang mampu berdiri di atas
kekuatan sendiri, sehingga mampu mengambil keputusan untuk diri sendiri,
mampu menetapkan tujuan yang ingin dicapai atas dasar pertimbangannya,
sehingga seorang wirausaha ini adalah seseorang yang merdeka lahir dan batin”.
Berdasarkan pengertian wirausaha, dapat ditarik kesimpulan bahwa
wirausaha adalah setiap orang yang memulai sesuatu bisnis, bisa memanfaatkan

Universitas Sumatera Utara

16

peluang dengan menggunakan waktu yang disertai modal dan risiko serta
menerima balas jasa. Hal tersebut menunjukan bahwa wirausaha tidak hanya
mengandalkan modal saja.
2.2.2. Hubungan Ilmu Kewirausahaan dan Wirausahawan
Fahmi (2013: 5) berpendapat bahwa ilmu kewirausahaan dan wirausahaan
ada hubungan kuat diantara keduanya. Seorang wirausahawan tidak akan bisa
menjadi besar jika membangun dan mengembangkan usahanya hanya secara
praktis. Untuk menuju kesuksesan secara umum membutuhkan 2 (dua) hal, yaitu :
1. Reference, yaitu rujukan yang bersumber dari media cetak dan elektronik serta
pendapat para ahli.
2. Experience, yaitu pengalaman yang diperoleh selama menjalankan usaha.
Artinya dengan pengalaman tersebut bisa belajar banyak hal.
Tentunya di samping itu juga butuh berbagai bidang lainnya, seperti mitra
bisnis, modal usaha, karyawan, motivasi, kedisiplinan, kejujuran, dan sebagainya.
Mata kuliah kewirausahawan menjadi salah satu mata kuliah wajib yang
harus ditempuh oleh mahasiswa di Indonesia. Salah satu bahagian dari mata kuliah
ini mengajarkan kepada mahasiswa untuk bisa menciptakan produk yang memiliki
nilai jual di pasar, termasuk mempersentasikan produk tersebut di ruang kelas dan
jika perlu melakukan uji coba penjualan produk ke pasar. Kondisi realita ini telah
memotivasi mahasiswa yang selesai kuliah memiliki keinginan kuat untuk
memiliki usah, bahkan ada diantara mahasiswa yang telah memulai usaha
semenjak sedang kuliah, lebih baik jika generasi muda sekarang tetap kuliah dan
terus menjalankan bisnis (Fahmi, 2013: 5).

Universitas Sumatera Utara

17

2.2.3. Tipe Wirausaha dan Profil Wirausaha
Berdasarkan dari lingkungan mana wirausahawan berasal Vries dalam
Sjabadhyni (2001: 265) menggolongkan tiga tipe wirausaha, yaitu:
1. Wirausaha craftsmans, berasal dari pekerja kasar dengan pengalaman dalam
teknologi rendah, genius dalam hal mekanik, mempunyai pengalaman di
bidang industri, dan tidak termasuk dalam manajemen ataupun organisasi
buruh tertentu.
2. Wirausaha Oportunistik, berasal dari golongan kelas menengah sampai chief
executive, banyak berhubungan dengan manajemen diatasnya dan dikenal oleh
manajemen.
3. Wirausaha dengan bekal pengalaman teknologi tinggi dan memiliki pendidikan
formal yang tinggi.
Selanjutnya Alma (2011: 35) mengungkapkan tipe utama dari wirausaha,
yaitu :
1. Wirausaha Ahli (craftman)
Wirausaha ahli cenderung bergerak dalam bidang penelitian membuat
model percobaan laboratorium dan sebagainya. Wirausaha ahli juga menjual
lisensi idenya untuk dijadikan produk komersial. Pengetahuannya lebih banyak
pada bidang teknis produksi dibanding pengetahuan di bidang pengawasan,
finansial dan sebagainya. Wirausaha ahli ini biasanya seseorang yang bekerja
pada sebuah perusahaan besar kemudian memutuskan untuk keluar sebagai
pegawai dan memulai bisnis sendiri.

Universitas Sumatera Utara

18

2. The Promoter
The Promoter adalah seseorang individu yang tadinya mempunyai latar
belakang pekerjaan sebagai sales atau bidang marketing yang kemudian
mengembangkan perusahaan sendiri. Keterampilan yang sudah dimiliki
biasanya merupakan faktor pendorong untuk mengembangkan perusahaan
yang baru dirintis.
3. General Manager
General Manager adalah seseorang individu yang ideal secara sukses
bekerja pada sebuah perusahaan, banyak menguasai keahlian bidang produksi,
pemasaran, permodalan, dan pengawasan.
Jika diperhatikan wirausaha yang ada di masyarakat menurut Zimmerer
dan Scarborough dalam Suryana (2011: 37) mengelompokkan beberapa profil
wirausaha sebagai berikut:
1. Women Entrepreneur, yaitu wanita yang terjun kedalam bidang bisnis. Alasan
wanita menekuni bidang bisnis ini didorong oleh faktor-faktor antara lain ingin
memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga,
frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan sebagainya.
2. Minority Entrepreneur, yaitu kaum minoritas terutama di Negara Indonesia
kurang memiliki kesempatan kerja di lapangan pemerintahan sebagaimana
layaknya warga negara pada umumnya. Menekuni kegiatan bisnis dalam
kegiatan sehari-hari. Demikian pula para perantau dari daerah tertentu yang
menjadi kelompok minoritas pada suatu daerah dan bergiat mengembangkan
bisnis. Kelompok minoritas ini membentuk organisasi di kota-kota tertentu.

Universitas Sumatera Utara

19

3. Immigrant Entrepreneur, yaitu kaum pendatang yang memasuki suatu daerah
biasanya sulit untuk memperoleh pekerjaan formal, kaum pendatang tersebut
lebih leluasa terjun dalam pekerjaan yang bersifat non formal yang dimulai dari
berdagang kecil-kecilan sampai berkembang menjadi perdagangan tingkat
menengah.
4. Part Time Entrepreneur, yaitu wirausaha yang hanya bekerja setengah waktu,
biasanya dilakukan karena hobi dan kegiatannya hanya bersifat sampingan.
Memulai bisnis dalam mengisi waktu luang atau part time merupakan pintu
gerbang untuk berkembang menjadi usaha besar.
5. Home Based Entrepreneur, yaitu wirausaha yang memulai usahanya dari
rumah atau tempat tinggal.
6. Family Owned Business, yaitu usaha yang dilakukan atau dimiliki oleh
beberapa anggota keluarga secara turun temurun.
7. Capreneurs, yaitu usaha yang dilakukan oleh dua orang wirausaha yang
bekerja sama sebagai pemilik dan menjalankan usahanya secara bersamasama. Capreneurs dibuat dengan cara menciptakan pembagian pekerjaan yang
didasarkan atas keahlian masing-masing orang yang ahli dibidang ini diangkat
menjadi penanggung jawab divisi-divisi tertentu bisnis yang sudah ada.
Roopke

dalam

Suryana

(2009:

76)

mengelompokkan

wirausaha

berdasarkan perannya, antara lain:
1.

Wirausaha rutin
Wirausaha yang melakukan kegiatan sehari-hari cenderung fokus pada
pemecahan masalah dan perbaikan prestasi secara manual. Wirausaha ini
cenderung berusaha untuk menghasilkan suatu barang, jasa, pasar, dan

Universitas Sumatera Utara

20

teknologinya sendiri. Wirausaha rutin mendapat keuntungan berupa gaji
yang dibayarkan setiap bulannya oleh sebuah tempat usaha.
2. Wirausaha arbitrase
Wirausaha yang selalu mencari peluang melalui kegiatan penemuan
dan pemanfaatan. Kelebihan wirausaha tipe ini adalah tidak menciptakan
membuat suatu barang, tidak membutuhkan modal pribadi yang besar dan
hanya melakukan spekulasi terhadap perbedaan harga jual dan harga beli.
3.

Wirausaha inovatif
Wirausaha yang menciptakan ide dan kreasi baru yang berbeda.
Wirausaha kelompok ini cenderung menjadi promotor suatu usaha, tidak hanya
memperkenalkan teknik dan produk baru, tetapi juga menciptakan pasar,
pengelolaan manajeman dan pamasaran.

2.3 Teori tentang Motivasi Kewirausahaan
Seorang wirausahawan adalah individu-individu yang berorientasi kepada
tindakan, dan memiliki motivasi tinggi yang berisiko dalam mengejar tujuannya.
Untuk dapat mencapai tujuan-tujuannya, maka diperlukan sikap dan perilaku yang
mendukung pada diri seorang wirausahawan. Sikap dan perilaku sangat dipengaruhi
oleh sifat dan watak yang dimiliki oleh seseorang. Sifat dan watak yang baik,
berorientasi pada kemajuan dan positif merupakan sifat dan watak yang dibutuhkan
oleh seorang wirausahawan agar wirausahawan tersebut dapat maju/sukses. Motivasi
(sikap dan perilaku) semangat kewirausahaan perlu dipupuk. Akan tetapi upaya
menumbuhkan semangat kewirausahaan ternyata tidak mudah. Bagi sebagian orang,
motivasi kewirausahaan merupakan hadiah (given) dan bagi sebagian orang lainnya
perlu perjuangan untuk menumbuhkan.

Universitas Sumatera Utara

21

2.3.1. Pengertian Motivasi
Motivasi didefinisikan oleh Hasibuan (2003: 95) adalah “Pemberian daya
penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang, agar mereka mau bekerja
sama, efektif, dan terintegrasi dengan segala upayanya untuk mencapai kepuasan”.
Motivasi seseorang tergantung kepada kekuatan motifnya. Berdasarkan hal
tersebut, mengenai motivasi tidak bisa lepas dari konsep motif. Pada intinya dapat
dikatakan bahwa motif merupakan penyebab terjadinya tindakan.
Motif kadang-kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan,
dorongan yang muncul dalam diri seseorang. Motif diarahkan ke arah tujuantujuan yang dapat muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi di bawah sadar.
Motif-motif merupakan “mengapa” dari perilaku. Muncul dan mempertahankan
aktivitas, dan mendeterminasi arah umum perilaku seorang individu (Winardi,
2002: 33).
Chung & Megginson dalam Gomes (2001: 180) menjelaskan, motivasi
melibatkan faktor-faktor individual dan faktor-faktor organisasional. Faktor-faktor
individual meliputi kebutuhan-kebutuhan (needs), tujuan-tujuan (goals), sikap
(attitude), dan kemampuan-kemampuan (abilities). Faktor-faktor organisasional
meliputi pembayaran atau gaji (pay), keamanan pekerjaan (job security), sesama
pekerja (co-workers), pengawasan (supervision), pujian (praise), dan pekerjaan itu
sendiri (job itself).
Sehingga dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi
adalah keseluruhan daya penggerak atau tenaga pendorong baik yang berasal dari
dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang menimbulkan adanya
keinginan untuk melakukan suatu kegiatan atau aktivitas.

Universitas Sumatera Utara

22

2.3.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi
Wirausaha selalu memfokuskan kreasi baru dalam mengadu untung,
kepemilikan bisnis, membutuhkan tujuan, pengambil risiko, dan keinovatifan
aspirasi untuk pertumbuhan. Mcclelland’s dalam Grunnhagen dan Mittelstaedt
(2005: 207) menyatakan ”achievement motive”, yaitu pernyataan individu untuk
menjadi entrepreneur (pengusaha). Welsh dan White dalam Grunnhagen dan
Mittelstaedt (2005: 207) dalam hal ini pengusaha berdiri bukan karena dari sisi
insentif keuangan tapi dari motivasi intrinsik dan keinginan untuk tanggungjawab.
Lohdahl dan Kejner dalam Grunnhagen dan Mittelstaedt (2005: 207)
mengembangkan konstruk dari job involvement yang didefinisikan sebagai derajat
karyawan terlibat dan komitmen dalam pekerjaan yang dikerjakan. Motivasi
pengusaha datang dari emotional fulfillment. Untuk memiliki bisnis sendiri, untuk
menjadi bos, muncul dari impian jangka panjang seorang pengusaha.
Pengenalan motif kewirausahaan mungkin dapat menjadi salah satu titik
awal untuk membakitkan semangat kewirausahaan. Motif tersebut antara lain:
1. Motif berprestasi (the need for achievement): mendorong individu berprestasi
dengan patokan prestasi dirinya sendiri atau orang lain. Satu motif untuk
berwirausaha yang penting.
2. Motif berafiliasi (the need for affiliation): mendorong individu untuk
berinteraksi dengan orang lain yang mengandung kepercayaan, afeksi dan
empati.
3. Motif berkuasa (the need for power): mendorong individu untuk menguasai
dan memanipulasi orang lain.

Universitas Sumatera Utara

23

Dengan mengenali motif setiap individu dalam berwirausaha, maka alasan
berwirausaha menjadi lebih jelas. Pada umumnya individu berwirausaha dengan
alasan:
1. Merdeka secara finansial, artinya bebas dari standar upah yang distandarisasi.
2. Merdeka waktu, artinya bebas dari pekerjaan rutin yang membosankan dan
tanpa tantangan.
3. Mewujudkan impian, artinya dapat dengan bebas mengatur/melaksanakan
konsep atau ide sesuai keinginannya.
Meskipun motivasi kewirausahaan yang dimiliki individu cukup tinggi,
motivasi kewirausahaan harus tetap dijaga, karena penurunan motivasi dapat
menjadi salah satu faktor kegagalan berwirausaha. Penurunan motivasi
berwirausaha juga dapat terjadi ketika individu mengalami kegagalan untuk
pertama kalinya. Hal ini menunjukkan bahwa individu tersebut tidak siap secara
mental menjadi wirausaha yang tangguh (Setyorini, 2010: 6).
2.3.3. Teori-Teori Motivasi
Teori motivasi telah muncul sejak dasawarsa 1950 saat konsep-konsep
motivasi ditulis dan menjadi acuan banyak pihak. Tiga teori motivasi (klasik)
dikenal dengan teori hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow, teori motivasi
higienis dari Frederick Herzberg, dan teori X dan Y dari Douglas McGregor.
1. Teori Hirarki Kebutuhan dari Abraham Maslow
Teori motivasi yang sangat populer ialah teori hirarki yang
dikemukakan oleh Maslow. Maslow mengembangkan teori tentang bagaimana
semua motivasi saling berkaitan. Maslow menyebut teorinya sebagai hirarki
kebutuhan. Kebutuhan ini mempunyai tingkat yang berbeda-beda. Ketika satu
Universitas Sumatera Utara

24

tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi, orang tidak lagi mendapat
motivasi dari kebutuhan tersebut. Selanjutnya orang akan berusaha memenuhi
kebutuhan tingkat berikutnya.

Sumber Gambar : Fahmi (2013: 21)

Gambar 2.1 : Hirarki Kebutuhan Maslow

Maslow membagi tingkat kebutuhan manusia menjadi sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis: kebutuhan yang dasariah, misalnya rasa lapar, haus,
tempat berteduh, seks, tidur, oksigen, dan kebutuhan jasmani lainnya.
b. Kebutuhan akan rasa aman: mencakup antara lain keselamatan dan
perlindungan terhadap kerugian fisik dan emosional.
c. Kebutuhan sosial: mencakup kebutuhan akan rasa memiliki dan dimiliki,
kasih sayang, diterima-baik, dan persahabatan.
d. Kebutuhan akan penghargaan: mencakup faktor penghormatan internal
seperti harga diri, otonomi, dan prestasi; serta faktor eksternal seperti
status, pengakuan, dan perhatian.

Universitas Sumatera Utara

25

e. Kebutuhan akan aktualisasi diri: mencakup hasrat untuk makin menjadi diri
sepenuh

kemampuannya

sendiri,

menjadi

apa

saja

menurut

kemampuannya.
Bila satu tingkat kebutuhan sudah terpenuhi, maka akan muncul tingkat
kebutuhan yang lebih tinggi. Namun ini tidak berarti tingkat kebutuhan yang
lebih rendah harus terpenuhi 100% atau sangat memuaskan. Bisa saja
kebutuhan lebih rendah belum memuaskan sekali, sudah muncul tingkatan
yang lebih tinggi. Hal ini terasa sekali pada negara yang sedang berkembang
yang masyarakatnya ingin cepat sekali memenuhi tingkat kebutuhan yang lebih
tinggi, yang kemudian merupakan gejala efek demonstrasi (Alma, 2011: 89).
2. Teori Motivasi Hygiene dari Frederick Herzberg
Teori motivasi hygiene ini berkaitan dengan motivasi dan kepuasan
kerja.

Herzberg

melakukan

penelitian

di

daerah

Pittsburgh

dengan

mewawancarai 200 akuntan dan insinyur untuk memberikan komentar pada
dua statement, dalam mewawancarai ditanyakan hal-hal apa saja yang
menyenangkan dan yang tidak menyenangkan dalam bekerja.
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivator adalah hal-hal yang
mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam
diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau
pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti
bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam
kehidupan seseorang.
Berdasarkan yang dikemukakan oleh Herzberg, kepuasan kerja
disebabkan oleh hadirnya serangkaian faktor yang disebut sebagai motivator,

Universitas Sumatera Utara

26

sedangkan ketidakpuasan kerja disebabkan oleh ketidakhadiran rangkaian yang
berbeda dari motivator yang disebut sebagai hygiene faktor.
Faktor motivator berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung
dalam pekerjaan itu sendiri atau disebut juga sebagai aspek intrinsik dalam
pekerjaan.
Faktor-faktor yang termasuk di sini adalah:
a.

Achievement (keberhasilan menyelesaikan tugas).

b. Recognition (penghargaan).
c. Work it self (pekerjaan itu sendiri).
d. Responsibility (tanggung jawab).
e. Possibility of growth (kemungkinan untuk mengembangkan diri).
f. Advancement (kesempatan untuk maju).
Herzberg berpendapat bahwa, hadirnya faktor-faktor ini akan
memberikan rasa puas bagi suatu pekerjaan, namun jika ada yang tidak
terpenuhi bukan berarti mengakibatkan ketidakpuasan pekerjaan.
Faktor hygiene adalah faktor yang berada di sekitar pelaksanaan
pekerjaan, berhubungan dengan job context atau aspek ekstrinsik pekerja.
Faktor-faktor yang termasuk di sini adalah:
a. Working condition (kondisi kerja).
b. Interpersonal relation (hubungan antar pribadi).
c. Company policy and administration (kebijaksanaan perusahaan dan
pelaksanaannya).
d. Job security (perasaan aman dalam bekerja).
e. Supervision technical (teknik pengawasan).

Universitas Sumatera Utara

27

Herzberg juga menyatakan bahwa motivator menyebabkan seseorang
untuk bergerak dari kondisi tidak ada kepuasan menuju ke arah kepuasan.
Sedangkan faktor hygiene dapat menyebabkan seseorang yang berada dalam
ketidakpuasan menuju kearah tidak ada ketidakpuasan (Alma, 2011: 93).
Tabel 2.1 Perbandingan Teori Hirarki Kebutuhan Maslow dan Teori
Motivasi Hygiene Herzberg

Faktor-Faktor
Motivasional

Faktor-Faktor
Pemeliharaan

Teori Hirarki
Teori Motivasi Hygiene
Kebutuhan
Herzberg
Maslow
Aktualisasi diri atau - Pekerjaan yang kreatif dan
pemenuhan diri
menantang
- Prestasi
- Penghargaan
- Tanggungjawab
- Kemungkinan meningkat
- Kemajuan
Penghargaan

- Status

Sosial

- Hubungan-hubungan antara
pribadi dengan atasan, bawahan,
dan rekan sejawat
- Pengawasan
- Kebijaksanaan dan administrasi
perusahaan

Keamanan/rasa
aman

- Keamanan kerja
- Kondisi kerja

Fisiologis

- Pengupahan
- Kehidupan pribadi.

Sumber: Handoko, 2002: 261

3. Teori X dan Y dari Douglas McGregor
Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh McGregor dalam buku The
Human Side Enterprise di mana para pemimpin organisasi perusahaan
memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai/karyawan yaitu teori X
atau teori Y (Alma, 2011: 91).

Universitas Sumatera Utara

28

a. Teori X
Teori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah
makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari
pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki
ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan
balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja
harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai
dengan yang diinginkan perusahaan.
Teori X menyatakan bahwa sebagian besar orang-orang ini lebih
suka diperintah, dan tidak tertarik akan rasa tanggung jawab serta
menginginkan keamanan atas segalanya. Lebih lanjut menurut teori X dari
McGregor ini bahwa orang-orang ini pada hakekatnya adalah :
1) Tidak menyukai bekerja.
2) Tidak menyukai kemauan dan ambisi untuk bertanggung jawab, dan
lebih menyukai diarahkan atau diperintah.
3) Mempunyai kemampuan yang kecil untuk berkreasi mengatasi
masalah-masalah organisasi.
4) Hanya membutuhkan motivasi fisiologis dan keamanan saja.
5) Harus diawasi secara ketat dan sering dipaksa untuk mncapai tujuan
organisasi.
b. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia
seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu
diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian

Universitas Sumatera Utara

29

serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja
memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami
tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga
tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Teori Y ini menyatakan bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak
malas dan dapat dipercaya, tidak seperti yang diduga oleh teori X. Secara
keseluruhan teori Y mengenai manusia adalah sbb :
1) Pekerjaan itu pada hakekatnya seperti bermain dapat memberikan
kepuasan kepada orang. Keduanya bekerja dan bermain merupakan
aktiva-aktiva fisik dan mental. Sehingga di antara keduanya tidak ada
perbedaan, jika keadaan sama-sama menyenangkan.
2) Manusia dapat mengawasi diri sendiri, dan hal itu tidak bisa dihindari
dalam rangka mencapai tujuan-tujuan organisasi.
3) Kemampuan untuk berkreativitas di dalam memecahkan persoalanpersoalan organisasi secara luas didistribusikan kepada seluruh
karyawan.
4) Motivasi tidak saja berlaku pada kebutuhan-kebutuhan sosial,
penghargaan dan aktualisasi diri tetapi juga pada tingkat kebutuhankebutuhan fisiologi dan keamanan.
5) Orang-orang dapat mengendalikan diri dan kreatif dalam bekerja jika
dimotivasi secara tepat.
Berwirausaha motivasi memiliki peran vital dalam membangun dan
menumbuhkembangkan semangat untuk menjadi seorang wirausahawan. Sebab di
dalam motivasi terdapat sejumlah motif yang akan menjadi pendorong

Universitas Sumatera Utara

30

(drive/stimulus) tercapainya keberhasilan. Apalagi di dalam motivasi berwirausaha
diperlukan daya juang untuk sukses, mau belajar melihat keberhasilan orang lain,
memiliki dorongan kuat untuk mengatasi semua kendala dalam berwirausaha.
Pasalnya, keberhasilan berwirausaha tidak dengan seketika diperoleh. Seorang
wirausahawan yang baik memang memiliki motivasi bukan hanya untuk dirinya
saja, namun bisa memberikan efek pengaruh pada diri orang lain untuk bisa
bangkit menjadi seorang wirausahawan juga, karena salah satu ukuran kesuksesan
seseorang pada saat ia bisa memberikan motivasi dan semangat pada orang lain
untuk berbuat dan berkarya (Fahmi, 2013: 22).
2.4 Teori tentang Karakteristik Kewirausahaan
2.4.1. Karakteristik Kewirausahaan
Ciri-ciri umum kewirausahaan dapat dilihat dari berbagai aspek
kepribadian seperti jiwa, watak, sikap dan perilaku seseorang. Ciri-ciri
kewirausahaan meliputi enam komponen penting, yaitu : percaya diri, berorientasi
pada hasil, berani mengambil risiko, kepemimpinan, keorisinalitasan, dan
berorientasi pada masa depan.
Selain ciri-ciri tersebut, masih banyak ciri-ciri khas lainnya yang
bergantung dari sudut pandang dan konteks penerapannya. Para ahli masih
mengemukakan karakteristik kewirausahaan dengan konsep yang berbeda-beda,
akan tetapi pada umumnya memiliki makna yang hampir sama. Misalnya
Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2013 : 22) mengemukakan enam ciri dan
watak kewirausahaan yang dijelaskan pada Tabel 2.2.

Universitas Sumatera Utara

31

Tabel 2.2 Karakteristik dan Watak Kewirausahaan
No

Karakteristik

Watak

1.

Percaya diri dan optimis

Memiliki kepercayaan diri yang kuat,
ketidakbergantungan terhadap orang lain dan
individualistis.

2.

Berorientasi pada tugas dan Kebutuhan untuk berprestasi, berorientasi
hasil
laba, mempunyai dorongan kuat, energik,
tekun dan tabah, bertekad kerja keras dan
inisiatif.

3.

Berani mengambil risiko Mampu mengambil risiko yang wajar.
dan menyukai tantangan

4.

Kepemimpinan

Berjiwa kepemimpinan, mudah beradaptasi
dengan orang lain, dan terbuka terhadap
saran dan kritik.

5.

Keorisinalitasan

Inovatif, kreatif, dan fleksibel.

6.

Berorientasi masa depan

Memiliki visi dan perspektif terhadap masa
depan.

Sumber : Geoffrey G. Meredith dalam Suryana (2013 : 22)

1. Percaya diri dan optimis
Orang yang tinggi percaya diri adalah orang yang sudah menantang
jasmani dan rohaninya. Pribadi semacam ini dalah pribadi yang independen
dan sudah mencapai tingkat maturity (kematangan individu). Karakteristik
kematangan seseorang adalah tidak tergantung pada orang lain, memiliki rasa
tanggung jawab yang tinggi, objektif, dan kritis, tidak begitu saja menyerap
pendapat atau opini orang lain, tetapi mempertimbangkan secara kritis.
Berdasarkan penjelasan tersebut, percaya diri tinggi akan membantu
seseorang wirausaha yakin dengan kemampuan yang dimiliki. Seorang
wirausaha akan lebih mempertimbangkan segala hal yang akan dijalankan
dalam usahanya.

Universitas Sumatera Utara

32

2. Berorientasi pada tugas dan hasil
Seorang wirausaha tidak memperhatikan prestise dulu, prestasi
kemudian. Wirausahawan lebih suka pada prestasi baru kemudian setelah
berhasil prestisenya akan naik. Berbagai motivasi akan muncul dalam bisnis
jika berusaha menyingkirkan prestise.
Berdasarkan paparan tersebut, seorang wirausaha harus berorientasi
pada tugas dan hasil. Wirausahawan harus mengutamakan pekerjaannya,
dengan pekerjaan yang dilakukan secara maksimal maka akan mendapatkan
sebuah prestasi atau hasil yang didapatkan.
3. Pengambilan risiko
Anak muda sering dikatakan menyukai tantangan. Inilah salah satu
faktor pendorong anak muda menyenangi olah raga yang penuh risiko dan
tantangan. Ciri-ciri dan watak seperti ini dibawa dalam wirausaha yang penuh
tantangan, seperti persaingan, harga turun naik, barang tidak laku, dan
sebagainya. Semua tantangan ini harus dihadapi dengan penuh perhitungan.
Berdasarkan paparan tersebut, seorang wirausaha harus bisa mengambil
risiko. Kesulitan dalam mengembangkan atau menjalankan usaha adalah
sebuah risiko yang akan dihadapi. Wirausahawan harus memiliki pertimbangan
dan perhitungan matang untuk mengatasi risiko yang menghadang.
4. Kepemimpinan
Sifat kepemimpinan memang ada dalam diri masing-masing individu.
Sifat kepemimpinan sudah banyak dipelajari dan dilatih tetapi tergantung
pada masing-masing individu dalam menyesuaikan diri dengan organisasi.

Universitas Sumatera Utara

33

Berdasarkan paparan tersebut, sifat kemimpinan harus melekat pada
diri wirausahawan. Wirausahawan adalah seseorang yang akan memimpin
jalannya sebuah usaha, wirausahawan harus bisa memimpin pekerjanya agar
dapat menjalankan usaha dengan baik.
5. Keorisinilan
Sifat orisinil ini tentu tidak selalu ada pada diri seseorang. Orisinil
ialah sifat tidak mengekor pada orang lain, tetapi memiliki pendapat
sendiri, ada ide yang orisinil, ada kemampuan untuk melaksanakan sesuatu.
Orisinil tidak berarti baru sama sekali, tetapi produk tersebut mencerminkan
hasil kombinasi baru atau reintegrasi atau komponen-komponen yang sudah
ada, sehingga melahirkan sesuatu yang baru.
Berdasarkan paparan tersebut, sifat keorisinilan behubungan dengan
mengkombinasikan berbagai hasil usaha yang ada dengan hal yang asing.
Menciptakan inovasi sangat penting untuk bersaing demi melancarkan sebuah
usaha, karena inovasi akan menciptakan sebuah kreasi atau hal baru yang
bisa dimanfaatkan untuk menciptakan sebuah usaha.
6. Berorientasi ke masa depan
Seorang wirausaha haruslah perspektif, mempunyai visi kedepan apa
yang hendak dilakukan. Sebuah usaha bukan didirikan untuk sementara, tetapi
untuk selamanya. Faktor kontinuitasnya harus dijaga dan pandangan harus
ditujukan jauh ke depan, dalam menghadapi pandangan ke depan, seorang
wirausaha akan menyusun perencanaan dan setrategi yang matang, agar jelas
langkah yang akan dilaksanakan.

Universitas Sumatera Utara

34

Berdasarkan paparan tersebut, orientasi ke masa depan harus
diperhatikan. Sebuah usaha tidak semata-mata musiman, usaha dijalankan
untuk selamanya. Strategi yang matang akan membuat sebuah usaha akan
berjalan berkelanjutan.
Berdasarkan definisi karakteristik tersebut, seorang wirausaha mempunyai
sifat yang harus melekat pada dirinya. Seorang wirausaha dapat menjalankan
usahanya jika mempunyai percaya diri yang tinggi, harus bisa mengkodisikan
bidang usaha untuk maju, bisa memimpin pekerja, dan bisa merencanakan usaha
secara matang juga mengutamakan pekerjaan daripada hasil (Buchari Alma, 2004:
39-40).
Menurut Murphy & Peck dalam Alma (2004: 82-85), menggambarkan
delapan anak tangga untuk mencapai puncak karir. Delapan anak tangga ini dapat
pula digunakan oleh wirausaha dalam mengembangkan profesinya.
1. Mau kerja keras (Capacity for Hard Work)
Kerja keras merupakan modal dasar untuk keberhasilan seseorang.
Demikianlah setiap pengusaha yang sukses selalu menempuh saat-saat harus
banting tulang dalam merintis perusahaannya. Sikap kerja keras harus dimiliki
seorang wirausahawan.
Berdasarkan paparan tersebut, kerja keras merupakan sikap yang pasti
dijalani. Sebuah usaha dijalankan perlu kerja keras untuk mencapai
kesuksesan. Kerja keras juga perlu memperhatikan stamina dan waktu, jika
bekerja keras tanpa memperhatikan waktu dan istirahat maka akan membuat
kacau sebuah usaha.

Universitas Sumatera Utara

35

2. Bekerjasama dengan orang lain (Getting Things Done With and Through
People)
Perbanyaklah teman di bawah atau di atas, dengan bekerjasama dengan
orang lain, maka tujuan akan mudah tercapai. Inilah yang disebut
“manajemen” yaitu, ilmu atau seni menggunakan tenaga orang lain untuk
mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Berdasarkan paparan tersebut, sebuah usaha tidak mungkin dijalankan
sendiri. Seorang wirausaha harus bekerjasama dengan orang lain untuk
mendapatkan hasil yang lebih. Kemampuan seseorang pasti ada batasnya,
sehingga dibutuhkan orang lain untuk membantu sebuah usaha. Kerjasama
dengan orang lain juga dibutuhkan sifat saling percaya.
3. Penampilan yang baik (Good Appearance)
Dalam hal ini bukan berarti penampilan body face atau muka
yang elok dan paras cantik tetapi lebih ditekankan pada penampilan
perilaku jujur, disiplin. Banyak orang tertipu dengan wajah elok tetapi ternyata
orang itu penipu ulung.
Berdasarkan paparan tersebut, dengan berperilaku baik maka akan
membuat orang lain percaya dengan kemampuan seorang wirausaha. Perilaku
baik akan menciptakan keakraban dan menjauhkan perasaan curiga baik
dengan pekerja atau rekan bisnis sehingga menciptakan kondisi harmonis.
4. Yakin (Self Confidence)
Harus memiliki keyakinan diri bahwa kita akan sukses melakukan suatu
usaha. Yakin dapat diterapkan dalam tidakan sehari-hari, melangkah pasti,
tekun, sabar, tidak ragu.

Universitas Sumatera Utara

36

Berdasarkan paparan tersebut, keyakinan akan membantu seorang
wirausaha mempertahankan pendapat atau langkah yang diambil. Keyakinan
yang

kuat

dapat

mengatasi

segala

macam

permasalahan dalam

berwirausaha karena ada dorongan kuat dari dalam individu itu sendiri.
5. Pandai membuat keputusan (Making Sound Decision)
Jika

dihadapkan

pada

alternatif,

harus

memilih,

maka

buat

pertimbangan yang matang. Kumpulkan berbagai informasi, bisa pendapat
orang lain, setelah itu ambil keputusan, jangan ragu.
Berdasarkan paparan tersebut, pembuatan keputusan yang cermat dapat
menghadapi atau

mencegah sebuah permasalahan. Pertimbangan harus

diingat, pertimbangan yang kurang matang tidak akan menjadikan keputusan
sempurna.
6. Mau menambah ilmu pengetahuan (College Education)
Zaman sekarang pendidikan adalah nomor satu. Tenaga tak terdidik
harganya murah dan sebaliknya. Pendidikan ini

bukan berarti masuk

perguruan tinggi, melainkan pendidikan dalam bentuk kursus atau membaca
buku. Akan tetapi, hal terpenting adalah tambahan ilmu pengetahuan.
Berdasarkan paparan tersebut, penambahan sebuah ilmu membantu
menciptakan dan mengembangkan

sebuah usaha. Usaha harus terus

dikembangkan sesuai perkembangan zaman dan tingkat kebutuhan yang terus
bervariasi. Jika seorang wirausaha mempunyai banyak ilmu, maka akan lebih
luas menciptakan dan mengembangkan usaha.

Universitas Sumatera Utara

37

7. Ambisi untuk maju (Ambition Drive)
Harus punya semangat tinggi, mau berjuang untuk maju. Orang yang
gigih dalam menghadapi pekerjaan dan tantangan, biasanya banyak berhasil
dalam kehidupan.
Berdasarkan paparan tersebut, maka dapat diambil kesimpulan bahwa
semangat tinggi untuk maju akan membawa hasil keberhasilan. Ambisi
harus ada agar seseorang mempunyai semangat untuk berusaha keras. Kita
tidak hanya fokus dengan bidang usaha yang dijalankan tetapi harus
memikirkan untuk memajukan bidang usaha yang dijalankan.
8. Pandai berkomunikasi (Ability to communicate)
Pandai berkomunikasi berarti pandai mengorganisasi sebuah pemikiran
dalam bentuk ucapan, menggunakan tutur kata yang enak didengar, mampu
menarik perhatian orang lain. Komunikasi baik, diikuti perilaku jujur,
konsisten dalam berbicara akan sangat membantu mengembangkan usaha.
Berdasarkan paparan tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
komunikasi adalah hal yang penting. Komunikasi yang baik juga akan
membuat orang yang bekerja dalam sebuah usaha merasa nyaman.
Berdasarkan definisi tersebut, untuk menjadi seorang wirausaha yang
sukses maka harus bekerja keras, mempunyai semangat juang yang tinggi, dan
yakin terhadap kemampuan, karena untuk menjadi seorang wirausaha yang
sukses tidak mudah. Setiap kegiatan wirausaha pasti melewati masa kritis,
dengan adanya kerja keras, semangat juang, dan keyakinan yang kuat maka segala
kendala bisa teratasi.

Universitas Sumatera Utara

38

Kuriloff dan Mempil dalam Suryana (2013: 23) mengemukakan
karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan
seperti yang di uraikan pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3. Nilai-Nilai dan Perilaku Kewirausahaan
No

Nilai-Nilai

Perilaku

1.

Komitmen

Menyelesaikan tugas hingga selesai.

2.

Risiko moderat

Tidak melakukan tindakan spekulatif, melainkan
pada perhitungan yang matang.

3.

Melihat peluang

Memanfaatkan peluang yang ada sebaik mungkin

4.

Objektivitas

Melakukan pengamatan secara nyata untuk
memperoleh kejelasan.

5.

Umpan balik

Menganalisa data kinerja waktu untuk memandu
kegiatan

6.

Optimisme

Menunjukan kepercayaan diri yang besar walaupun
berada dalam situasi berat

7.

Uang

Melihat uang sebagai suatu sumber daya, bukan
tujuan akhir.

8.

Manajemen proaktif

Mengelola berdasarkan pada perencanaan masa
depan

Sumber: Kuriloff dan Mempil dalam Suryana (2013: 23).

Seorang wirausahawan selalu berkomitmen dalam melakukan tugasnya
hingga memperoleh hasil yang diharapkan. wirausahawan tidak setengah-setengah
dalam melakukan pekerjaan karena wirausahawan selalu tekun, ulet, dan pantang
menyerah. Tindakannya tidak disadari oleh spekulasi, melainkan prhitungan yang
matang. Wirausahawan berani menghadapi risiko terhadap pekerjaannya karena
sudah melakukan perhitungan yang matang. Seorang wirausahawan selalu berani
mengambil risiko yang moderat, artinya risiko yang dihadapi tidak terlalu tinggi
dan tidak terlalu rendah. Keberanian mengambil risiko yang didukung oleh
komitmen yang kuat mendorong seorang wirausahawan untuk terus berjuang

Universitas Sumatera Utara

39

mencari peluang hingga memperoleh hasil. Hasil-hasil itu harus nyata, jelas, dan
objektif serta merupakan umpan balik bagi kelancaran kegiatan. Dengan semangat
optimism yang tinggi karena ada hasil yang diharapkan, seorang wirausahawan
selalu mengelola uang secara secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya,
bukan tujuan akhir (Suryana, 2013: 24).
2.4.2. Karakteristik Sukses Seorang Wirausahawan
Sukses tidaknya seorang wirausahawan dalam mengelola bisnis atau
usahanya tidak hanya dipengaruhi oleh faktor banyaknya modal yang dimiliki, dan
fasilitas atau koneksi/kedekatan dengan sumbu kekuasaan yang dinikmati. Akan
tetapi yang lebih menonjol adalah karena adanya faktor bahwa bisnis atau
udahanya dapat dikelola oleh orang yang berjiwa wirausaha dan tahu persis
tentang apa, mengapa, dan bagaimana bisnis itu harus berjalan dan dikelolanya.
Kelebihan modal dan kedekatan dengan sumbu kekuasaan ataupun fasilitas
yang dimiliki oleh seorang pebisnis belum dapat menjamin bahwa bisnis atau
usahanya akan sukses dalam jangka panjang. Terbukti di negara-negara
berkembang banyak bisnis yang maju karena faktor koneksi dan fasilitas yang
diberikan oleh pucuk pimpinan suatu negara (karena faktor kedekatan dengan
sumbu kekuasaan), atau anak-anak kolega pejabat ternyata bisnisnya tidak dapat
bertahan dalam jangka panjang. Umumnya, bisnis hanya seumur masa jabatan
yang memberi fasilitas tersebut karena banyak fakta bila pemerintah (terutama
pucuk pimpinan yang bersangkutan tumbang) atau tergantikan, maka kebanyakan
bisnisnya juga ikut tumbang bersama dengan tumbangnya pucuk pimpinan
tersebut. Berbeda dengan pembisnis atau usahawan yang memang usahanya
dikelola secara professional dengan menjalankan prinsip-prinsip manajemen

Universitas Sumatera Utara

40

modern dan prinsip-prinsip bisnis, bisnisnya berjalan dari generasi ke generasi,
bahkan pada generasi ketiga pun masih tetap eksis dan berkembang baik. Hal ini
jelas bahwa yang menjamin berhasil atau suksesnya seorang wirausahawan dalam
mengemudikan bisnisnya terletak pada, apakah orang yang bersangkutan memiliki
jiwa wirausaha atau tidak (Saiman, 2014: 52). Rye merumuskan karakteristik
sukses bagi seorang wirausahawan sebagaimana Tabel 2.4 berikut.
Tabel 2.4. Karakteristik Sukses Seorang Wirausahawan
No

Karakteristik Kesukses

Ciri Kesukses yang Menonjol

1.

Pengendalian diri

Mereka ingin mengendalikan semua usaha yang
mereka lakukan.

2.

Mengusahakan
terselesaikannya urusan

Mereka menyukai aktivitas yang menunjukan
kemajuan yang berorientasi pada tujuan.

3.

Mengarahkan diri sendiri

Mereka memotivasi diri sendiri dengan suatu
hasrat yang tinggi untuk berhasil.

4.

Mengelola dengan
sasaran

Mereka cepat memahami rincian tugas yang
harus diselesaikan untuk mencapai alasan.

5.

Penganalisa kesempatan

Mereka akan menganalisa semua pilihan untuk
memastikan kesuksesannya meminimalkan
risiko.

6.

Pengendalian pribadi

Mereka mengendali pentingnya kehidupan
pribadi terhadap hidup bisnis.

7.

Pemikir kreatif

Mereka akan selalu mencari cara yang lebih
baik dalam melakukan suatu usaha.

8.

Pemecar masalah

Mereka akan selalu melihat pilihan-pilihan
untuk memecahkan setiap masalah yang
menghadang.

9.

Pemikir objektif

Mereka tidak takut untuk mengakui jika
melakukan kekeliruan.

Sumber: Rye dalam Saiman (2014: 53)

Hal yang harus digarisbawahi pada karakteristik sukses bagi seorang
wirausahawan dan perlu dilekatkan pada benak pikiran usahawan adalah
bagaimana berpikir objektif dan kreatif, sehingga mampu menganalisis setiap
kesempatan bisnis yang mungkin muncul dan pengendalian diri secara matang,

Universitas Sumatera Utara

41

sehingga mampu merencanakan dan mengendalikan bisnis secara objektif dan
tidak mengandalkan diri pada pertolongan ataupun fasilitas yang ada di luar
kemampuannya atau mengandalkan fasilitas/kemudahan dari pihak lain.
2.4.3. Karakteristik Kegagalan Seorang Wirausahawan
Kegagalan yang sering dialami oleh seorang wirausahawan dapat
disebabkan karena faktor ketidakmampuan dalam mengelola usahanya. Kegagalan
yang sering dialami atau terjadi karena tidak dapat mengantisipasi terhadap faktorfaktor ketidakpastian dalam usahanya di kemudian hari. Hal yang menjadi sorotan
pada umumnya berfokus pada pertanyaan mengapa wirausahawan dapat sukses,
akan tetapi jarang sekali yang bertanya mengapa wirausahawan dapat gagal.
Karakteristik dan ciri kegagalan yang menonjol bagi seorang wirausahawan dapat
dilihat pada Tabel 2.5 berikut.
Tabel 2.5. Karakteristik Kegagalan Seorang Wirausahawan
No Karakteristik Kegagalan
Ciri Kegagalan yang Menonjol
1. Pengalaman manajemen
Pemahaman umum mereka terhadap disiplin-disiplin
manajemen yang utama rata-rata kurang.
2.

Perencanaan keuangan

Mereka meremehkan kebutuhan modal bisnis.

3.

Lokasi usaha

Mereka memilih lokasi awal yang buruk untuk
perusahaan.

4.

Pengendalian bisnis

Mereka gagal mengendalikan aspek-aspek utama dalam
bisnisnya.

5.

Pembelanja besar

Mereka menghabiskan pengeluaran awal yang tinggi yang
sebenarnya dapat ditunda/tidak perlu.

6.

Manajemen piutang

Mereka menimbulkan masalah arus kas yang buruk karena
kurangnya perhatian pada piutang.

7.

Dedikasi

Mereka meremehkan waktu dan dedikasi pribadi yang
diperlukan untuk memulai bisnis.

8.

Memperluas berlebihan

Mereka memulai suatu program perluasan sebelum
mereka siap.

Sumber: Rye dalam Saiman (2014: 54)

Universitas Sumatera Utara

42

Dari karakteristik kegagalan tersebut Saiman (2014: 54) menyimpulkan
bahwa kegagalan utama dalam berwirausaha diantaranya;
1. Karena pengetahuan dan pengalaman manajemen yang minim.
2. Perencanaan dan penggunaan uang perusahaan yang buruk (sering kali tidak
ada pemisah antara uang untuk operasional dan biaya perusahaan dengan
pengeluaran pribadi/keluarga) tidak memisahkan antara kebutuhan pribadi
dengan kebutuhan bisnisnya.
3. Pengendalian bisnis yang kurang memadai, dengan kata lain pengendalian
bisnis yang longgar dan mungkin dipaksakan.
4. Pemilihan lokasi tempat usaha awal yang buruk, berfokus pada pusat
pemerintahan agar memperolah berbagai kemudahan atau fasilitas dan
menentukan lokasi sesuai dengan selera pribadi pemilik atau feng shui.
5. Perencanaan ekspansi usaha baru yang buruk, misalnya membuka usaha baru
diluar usaha kompetensinya atau diluar inti bisnisnya.
6. Tidak memiliki kemampuan menyusun rencana usaha.
7. Lemahnya pengelolaan usaha.
8. Keterbatasan akses kepada perbankan.
9. Keterbatasan dalam akses pasar.
10. Minimnya penguasaan teknologi dan informasi.
2.5 Produktivitas Usaha
Produktivitas merupakan salah satu faktor penting dalam kesejahteraan
usaha. Produktivitas merupakan salah satu aspek yang menentukan keberhasilan
usaha dalam persaingan dunia usaha yang semakin ketat. Tingkat produktivitas

Universitas Sumatera Utara

43

yang dicapai dalam usaha merupakan indikator seberapa efisien usaha tersebut
dalam mengkombinasikan sumber