Pengaruh Motivasi Wirausahawan Dan Karakteristik Wirausahawan Terhadap Produktivitas Usaha Pemuda Di Kota Medan Chapter III V

53

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian
tersebut akan dilakukan. Adapun penelitian yang dilakukan oleh penulis mengambil
lokasi di Kota Medan.
3.2 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain eksplanatoris, yaitu Survey Research dan
Causal Research, menjelaskan tentang fenomena-fenomena pada objek penelitian.
1. Survey Research
Penelitian survei termasuk kedalam penelitian yang bersifat kuantitatif
untuk penelitian prilaku suatu individu atau kelompok. Pada umunnya penelitian
survei menggunakan kuesioner sebagai alat pengambil data.
Penelitian survei adalah penelitian mengumpulkan data dengan meminta
tanggapan responden, baik langsung maupun tidak lansung. Metode surveinya
sangat bergantung pada kemauan, kejujuran dan kondisi responden. Dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan alat bantu berupa kuesioner (Suliyanto, 2006)
2. Casual Research
Hubungan antara dua variabel yang saling mempengaruhi atau memperkuat

satu sama lain. Pada suatu ketika variabel A dapat mempengaruhi B, tetapi pada
saat yang lain B dapat mempengaruhi Y. (Erlina, 2011).
Dalam hal ini variabel yang diteliti adalah Motivasi Wirausahawan dan
Karakteristik Wirausahawan terhadap Produktivitas.

53
Universitas Sumatera Utara

54

3.3 Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Husein, (2005: 41) Populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapakan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah wirausahawan pemuda berusia 16-30
tahun yang ada dibawah naungan Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan
Menengah Kota Medan, yang bergerak dibidang produksi berjumlah 40 UMKM
produksi yang dikelola oleh pemuda.
2. Sampel

Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini seluruh wirausahawan
pemuda berjenis UMKM produksi yang ada dibawah naungan Dinas Koperasi dan
Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Medan, yaitu berjumlah 40 wirausahawan.
Sistem pengambilan sampel dilakukan dengan stratifikasi random sampling atau
celas tersampling, maksudnya adalah penentuan sampel berdasarkan jenis usia,
yang dalam hal ini adalah rata-rata usia 16-30 tahun.
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penulisan tesis ini maka,
penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
1. Studi Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara membaca bukubuku literatur yang berhubungan dengan judul penelitian ini dan mengambil data
berdasarkan dokumen atau laporan yang ada pada Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil dan Menengah Kota Medan yang berhubungan dengan penelitian ini.

Universitas Sumatera Utara

55

2. Kuisioner, yaitu mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan
(angket) atau daftar isian terhadap objek yang diteliti, objek dalam penelitian ini
adalah wirausahawan pemuda berjenis usaha produksi yang berada di Kota Medan.

3. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan
langsung melalui cara tanya jawab yang dilakukan terhadap objek yang diteliti,
objek dalam penelitian ini adalah wirausahawan pemuda berjenis usaha produksi
yang berada di Kota Medan.
3.5 Jenis dan Sumber Data
3.5.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksplanatoris. Menurut
sugiyono (2006), penelitian eksplanatoris adalah penelitian yang bermaksud
menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu
variabel dengan variabel

lain. Hubungan antara variabel yang diteliti adalah

hubungan kausal atau hubungan sebab akibat antara pengaruh motivasi
wirausahawan dan karakteristik wirausahawan terhadap produktivitas.
3.5.2 Sumber Data
Data yang diperlukan dalam penelitian ini meliputi:
1. Data primer, yang diperoleh melalui serangkaian pertanyaan yang diajukan
kepada responden baik yang berbentuk kuisioner maupun wawancara.
2. Data sekunder, diperoleh data yang telah dikumpulkan oleh lembaga

pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data.
Diperoleh dari instansi atau dinas yang terkait Seperti Dinas Koperasi dan
UKM Kota Medan, Badan Pusat Statistik Kota Medan, serta studi kepustakaan

Universitas Sumatera Utara

56

yang bersumber dari literatur dan dokumen-dokumen atau tulisan-tulisan yang
berkaitan dengan penelitian ini (Erlina, 2011).
3.6 Definisi Operasional Variabel Penelitian
Definisi operasional dimaksudkan untuk menghindari kesalahan pemahaman
dan perbedaan penafsiran yang berkaitan dengan istilah-istilah dalam judul tesis.
Sesuai dengan judul penelitian, yaitu: “Pengaruh motivasi wirausahawan dan
karakteristik wirausahawan terhadap produktivitas usaha pemuda di Kota Medan”
maka definisi operasional yang perlu dijelaskan pada Tabel 3.1, yaitu :
Tabel 3.1 : Operasionalisasi Variabel Variabel Penelitian
No
Variabel
1

Motivasi
Wirausahawan

2

Karakteristik
Wirausahawan

Definisi
Motivasi
wirausahawan adalah
keseluruhan daya
penggerak atau
tenaga pendorong
baik yang berasal dari
dalam (intrinsik)
maupun dari luar
(ekstrinsik) yang
menimbulkan adanya
keinginan untuk

melakukan suatu
usaha.

Dimensi
Faktor yang
terkandung dalam
usaha itu sendiri
(intrinsik)

Indikator
- Usaha itu sendiri /
kesukaan terhadap usaha
yang dilakukan
- Keberhasilan yang diraih

Faktor yang berada
di sekitar
pelaksanaan usaha
(ekstrinsik)


- Pengakuan dari orang lain
- Peluang untuk
berkembang
- Penghasilan
- Rasa aman
- Hubungan antar manusia
- Kehidupan pribadi

Karakteristik
wirausahawan adalah
berbagai aspek
kepribadian seperti
jiwa, watak, sikap,
dan perilaku
wirausahawan.

Percaya diri

- Tidak tergantung pada
orang lain

- Memiliki rasa tanggung
jawab yang tinggi
- Kritis, tidak begitu saja
menyerap pedapat orang
lain

Berorientasi pada
tugas dan hasil

- Mengutamakan prestasi/
hasil dari pada prestise/
wibawa

Berani mengambil
risiko

- Menyukai tantangan /
memiliki pertimbangan
dan perhitungan yang
matang untuk mengatasi

risiko

Universitas Sumatera Utara

57

3

Produktivitas

Produktivitas adalah
ukuran ringkasan dari
kuantitas dan kualitas
kinerja dengan yang
memperhitungkan
biaya sumber daya
digunakan.

Kepemimpinan


- Berjiwa kepemimpinan
- Mudah beradaptasi
dengan orang lain,
- Terbuka terhadap saran
serta kritik

Keorisinalitasan

- Inovatif
- Kreatif

Beorientasi pada
masa depan

- Memiliki visi

Output (yang
diperoleh)

- Hasil proses produksi


Input (yang
dikeluarkan)

- Bahan baku
- Modal
- Tenaga kerja

Sumber : Herzberg dalam Alma (2011: 93)
Meredith dalam Suryana (2013: 22)
Schermerhorn dalam Alma (2011: 85)

1. Motivasi wirausahawan adalah keseluruhan daya penggerak atau tenaga
pendorong baik yang berasal dari dalam (intrinsik) maupun dari luar
(ekstrinsik) yang menimbulkan adanya keinginan untuk melakukan suatu
usaha. Daya penggerak atau tenaga pendorong tersebut terdapat dalam usaha
itu sendiri dan yang berada di sekitar pelaksanaan usaha.
2. Karakteristik wirausahawan adalah berbagai aspek kepribadian seperti jiwa,
watak, sikap, dan perilaku wirausahawan, yaitu : percaya diri, berorientasi pada
tugas dan hasil, berani mengambil risiko, kepemimpinan, keorisinalitasan, dan
beorientasi pada masa depan.
3. Produktivitas adalah ukuran ringkasan dari kuantitas dan kualitas kinerja
dengan yang memperhitungkan biaya sumber daya digunakan, dengan cara
menghitung apa yang diperoleh dan apa yang dikeluarkan.

Universitas Sumatera Utara

58

3.7. Pengujian Validitas dan Reliabilitas
3.7.1 Uji Validitas
Suryabrata (2000) menyatakan bahwa validitas tes pada dasarnya
menunjuk kepada derajat fungsi pengukurnya suatu tes, atau derajat kecermatan
ukurnya sesuatu tes. Validitas suatu tes mempermasalahkan apakah tes tersebut
benar-benar mengukur apa yang hendak diukur. Maksudnya adalah seberapa jauh
suatu tes mampu mengungkapkan dengan tepat ciri atau keadaan yang
sesungguhnya dari obyek ukur, akan tergantung dari tingkat validitas tes yang
bersangkutan.
Sudjana (2004) menyatakan bahwa validitas berkenaan dengan ketepatan
alat penilaian terhadap konsep yang dinilai sehingga betul-betul menilai apa yang
seharusnya dinilai. Konsep validitas tes dapat dibedakan atas tiga macam yaitu
validitas isi (content validity), validitas konstruk (construct validity), dan validitas
empiris atau validitas kriteria.
Validitas isi menunjukkan sejauhmana pertanyaan, tugas atau butir dalam
suatu tes atau instrumen mampu mewakili secara keseluruhan dan proporsional
perilaku sampel yang dikenai tes tersebut. Artinva tes itu valid apabila butir-butir
tes itu mencerminkan keseluruhan konten atau materi yang diujikan atau yang
seharusnya dikuasai secara proporsional.
3.7.2 Uji Reliabilitas
Azwar (2003) menyatakan bahwa reliabilitas merupakan salah-satu ciri
atau karakter utama instrumen pengukuran yang baik. Arifin (1991) menyatakan
bahwa suatu tes dikatakan reliabel jika selalu memberikan hasil yang sama bila
diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.
Universitas Sumatera Utara

59

Konsep reliabilitas dalam arti reliabilitas alat ukur berkaitan erat dengan masalah
kekeliruan pengukuran. Kekeliruan pengukuran sendiri menunjukkan sejauh mana
inkonsistensi hasil pengukuran terjadi apabila dilakukan pengukuran ulang
terhadap kelompok subyek yang sama. Sedangkan konsep reliabilitas dalam arti
reliabilitas hasil ukur berkaitan erat dengan kekeliruan dalam pengambilan sampel
yang mengacu pada inkonsistensi hasil ukur apabila pengukuran dilakukan ulang
pada kelompok yang berbeda.
Djaali (2007) menyatakan bahwa reliabilitas dibedakan atas dua macam,
yaitu reliabilitas konsistensi tanggapan, dan reliabilitas konsistensi gabungan
butir. Reliabilitas konsistensi tanggapan responden mempersoalkan apakah
tanggapan responden atau obyek ukur terhadap tes atau instrumen tersebut sudah
baik atau konsisten. Dalam hal ini apabila suatu tes atau instrumen digunakan
untuk melakukan pengukuran terhadap obyek ukur kemudian dilakukan
pengukuran kembali terhadap obyek ukur yang sama, apakah hasilnya masih tetap
sama dengan pengukuran sebelumnya. Jika hasil pengukuran kedua menunjukkan
ketidakkonsistenan maka jelas hasil pengukuran itu tidak mencerminkan keadaan
obyek ukur yang sesungguhnya.
3.8 Model Analisis Data
Setelah data terkumpul, penulis menganalisanya dengan menggunakan metode
kuantitatif, yaitu metode yang menggunakan skala likert, yaitu mengkuantitatifkan
data-data yang bersifat kualitatif yang didapat dari penyebaran daftar kuisioner.
Penulis menjadikan pengolahan data dalam bentuk kuisioner yang terdiri dari 8
pertanyaan untuk variabel bebas X1 (Motivasi Wirausahawan), 10 pertanyaan X2
(Karakterisik Wirausahawan) dan 14 pertanyaan untuk variabel terikat Y
Universitas Sumatera Utara

60

(Produktivitas), dimana yang menjadi variabel X1 adalah motivasi wirausahawan dan
X2 adalah karakteristik wirausahawan serta yang menjadi variabel Y adalah
produktivitas. Angket yang disebarkan ini diberikan kepada 40 orang wirausahawan
pemuda dengan menggunakan metode Likert Summated Rating (LRS). Setiap
responden diminta pendapatnya mengenai suatu jawaban. Pada umumnya opsi
jawaban terdiri atas 5 (lima) dan masing-masing mempunyai nilai yang berbeda, hal
ini dapat dilihat pada tabel 3.2, yaitu :
Tabel 3.2 : Skala Pengukuran Likert’s
Pernyataan
Sangat Setuju
Setuju
Ragu-ragu
Tidak Setuju
Sangat Tidak Setuju

Bobot
5
4
3
2
1

Ketentuan skala pengukuran likert’s tersebut berlaku baik didalam menghitung
variabel X1 (motivasi wirausahawan), variabel X2 (karakteristik wirausahawan) dan
variabel Y (produktivitas).
Metode analisis yang digunakan untuk menganalisa hipotesa, yakni dengan
menggunakan analisa korelasi linier berganda. Tujuan analisa ini adalah untuk
menguji pengaruh antara variabel-variabel dalam motivasi wirausahawan dan
karakteristik wirausahwan terhadap variabel produktivitas dengan menggunakan
hipotesis yang telah dirumuskan.
Y’ = a + b1X1 + b2X2
Keterangan:
Y’

: Nilai prediksi variabel dependen (Produktivitas)

a

: Konstanta, yaitu nilai Y’ jika X1 dan X2 = 0

Universitas Sumatera Utara

61

: Koefisien regresi, yaitu nilai peningkatan atau penurunan variabel Y’

b1,b2

yang didasarkan variabel X1 dan X2
X1 dan X2

: Variabel independen (Motivasi Wirausahawan dan Karakteristik
Wirausahawan)

Untuk membantu dalam pengolahan data tersebut digunakan paket program
SPSS Versi 20.

3.9 Uji Asumsi Klasik
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang
secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan,
bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk.
Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang terdiri dari :
3.9.1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal tidaknya distribusi
faktor gangguan (residual). Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual
berdistribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik.
Analisis grafik adalah dengan grafik histogram dan melihat normal probability
plot yaitu dengan membandingkan distribusi kumulatif dengan distribusi normal.
Sedangkan uji statistik dilakukan dengan melihat nilai kurtosis dan skewness dari
residual.
3.9.2. Uji Multikolinieritas
Interpretasi dari persamaan regresi linier secara implisit bergantung pada
asumsi bahwa variabel-variabel bebas dalam persamaan tersebut tidak saling
berkorelasi. Jika dalam sebuah persamaan terdapat multikolinieritas, maka akan

Universitas Sumatera Utara

62

menimbulkan beberapa akibat, untuk itu perlu dideteksi multikolinieritas dengan
besaran-besaran regresi yang didapat, yakni : (1) variasi besar (dari taksiran
OLS), (2) interval kepercayaan lebar (karena variasi besar maka standar error
besar, sehingga interval kepercayaan lebar), (3) uji-t tidak signifikan. Suatu
variabel bebas yang signifikan baik secara subtansi maupun secara statistik jika
dibuat regresi sederhana, bisa tidak signifikan karena variasi besar akibat
kolinieritas. Bila standar error terlalu besar, maka besar pula kemungkinan
taksiran koefisien regresi

tidak signifikan, (4) R2 tinggi tetapi tidak banyak

variabel yang signifikan dari uji-t, (5) terkadang nilai taksiran koefisien yang
didapat akan mempunyai nilai yang tidak sesuai dengan substansi, sehingga tidak
menyesatkan interpretasi.
3.9.3. Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dilakukan dengan melihat ada tidaknya
pola tertentu pada grafik Scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Dasar
analisisnya dapat dilihat :
1. Jika titik-titik yang membentuk pola yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian

memyempit)

maka

mengidentifikasikan

telah

terjadi

heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah
angka nol pada sumbu y maka tidak terjadi heterokedastisitas.

Universitas Sumatera Utara

63

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Sebagai salah satu daerah otonom dengan status kota, maka kedudukan, fungsi
dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis baik secara regional maupun
nasional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering
digunakan

sebagai

barometer

dan

tolok

ukur

dalam

pembangunan

dan

penyelenggaraan pemerintahan daerah. Secara geografis, Kota Medan memiliki
kedudukan strategis sebab berbatasan langsung dengan Selat Malaka di bagian Utara,
sehingga relatif dekat dengan kota-kota/negara yang lebih maju seperti Pulau Penang,
Kuala Lumpur Malaysia dan Singapura.
Sesuai dengan dinamika pembangunan kota, luas wilayah administrasi Kota
Medan telah melalui beberapa kali perkembangan. Pada tahun 1951, Walikota Medan
mengeluarkan Maklumat Nomor 21 Tanggal 29 September 1951 yang menetapkan
luas Kota Medan menjadi 5.130 Ha yang meliputi 4 kecamatan dengan 59 kelurahan.
Maklumat Walikota Medan dikeluarkan menyusul keluarnya Keputusan Gubernur
Sumatera Utara Nomor 66/III/PSU tanggal 21 September 1951 agar daerah Kota
Medan diperluas menjadi 3 (tiga) kali lipat.
Melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1973,
Kota Medan kemudian mengalami pemekaran wilayah menjadi 26.510 Ha yang terdiri
dari 11 kecamatan dengan 116 kelurahan. Berdasarkan luas administrasi yang sama
maka melalui Surat Persetujuan Menteri Dalam Negeri Nomor 140/2271/PUOD

63

Universitas Sumatera Utara

64

tanggal 5 Mei 1986, Kota Medan melakukan pemekaran kelurahan menjadi 144
kelurahan.
Selanjutnya, berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera
Utara Nomor 140.22/2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang pendefinitipan
7 kelurahan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan berdasarkan Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1992 tentang Pembentukan
Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, Kota Medan
dimekarkan kembali menjadi 21 kecamatan dengan 151 kelurahan dan 2.001
lingkungan. Berikut ini adalah Luas Wilayah Kota Medan berdasarkan Kecamatan:
Tabel 4.1 : Luas Wilayah Kota Medan berdasarkan Kecamatan
No

Kecamatan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Medan Tuntungan
Medan Selayang
Medan Johor
Medan Amplas
Medan Denai
Medan Tembung
Medan Kota
Medan Area
Medan Baru
Medan Polonia
Medan Maimun
Medan Sunggal
Medan Helvetia
Medan Barat
Medan Petisah
Medan Timur
Medan Perjuangan
Medan Deli
Medan Labuhan
Medan Marelan
Medan Belawan
Jumlah

Jumlah
Kelurahan
9
6
7
12
12
6
5
6
6
6
6
7
6
7
11
9
7
6
5
6
6
151

Luas (Km²)
20,68
12,81
14,58
11,19
9,05
7,99
5,27
5,52
5,84
9,01
2,98
15,44
13,16
6,82
5,33
7,76
4,09
20,84
36,67
23,82
26,25
265,10

Presentase (%)
7,80
4,83
5,50
4,22
3,41
3,01
1,99
2,08
2,20
3,40
1,13
5,83
4,97
2,57
2,01
2,93
1,54
7,86
13,83
8,89
9,90
100

Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Medan, 2010

Universitas Sumatera Utara

65

Secara astronomis Kota Medan terletak pada posisi 3°30’ - 3°43’ Lintang Utara
dan 98°35’ - 98°44’ Bujur Timur dengan luas wilayah 265,10 km2. Kota Medan
berdasarkan Peta Administrasi sebagai berikut :

Sumber : BPN Kota Medan, 2010

Gambar 4.1. Peta Administrasi Kota Medan

Universitas Sumatera Utara

66

Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah dengan
topografi yang cenderung miring ke Utara dan menjadi tempat pertemuan 2 sungai
penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli. Kota Medan berada pada ketinggian 2,5
– 37,5 meter di atas permukaan laut dan secara administratif mempunyai batas wilayah
sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Kabupaten Deli Serdang dan Selat Malaka
- Sebelah Selatan : Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Barat : Kabupaten Deli Serdang
- Sebelah Timur : Kabupaten Deli Serdang.
4.1.2 Pengujian Validitas dan Reliabilitas
Analisis reliability banyak digunakan untuk uji validitas dan reliabilitas
kuesioner. Analisis reliability digunakan untuk mengetahui konsistensi alat ukur
berupa kuesioner, skala, atau angket, apakah alat ukur tersebut akan mendapatkan
pengukuran yang tetap konsisten jika pengukuran diulang kembali. Selain itu, analisis
ini digunakan untuk mengukur validitas item butir pertanyaan dengan teknik
Corrected Item Total Correlation, yaitu mengorelasikan antara skor item, kemudian
melakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi. Uji validitas dengan metode
Corrected Item-Total Correlation untuk mengetahui apakah tiap-tiap item valid atau
tidak, sedangkan uji reliabilitas dilakukan dengan teknik Cronbach Alpha untuk
mengetahui konsistenalat ukur. (Priyatno, 2012 :177).
4.1.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Motivasi Wirausahawan
Uji validitas item dengan analisi reliability dapat dilihat pada output
“Item-Total Statistics” pada kolom “Corrected Item-Total Correlation”. Angka
ini merupakan nilai korelasi antara tiap item dengan skor total item dan telah

Universitas Sumatera Utara

67

dilakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi untuk menghindari efek
spurious overlap.
Untuk mengetahui hasil uji validitas variabel Motivasi Wirausahawan
dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2 : Uji Validitas Variable Motivasi Wirausahawan
Item-Total Statistics
Scale Mean if

Scale Variance

Corrected Item-

Cronbach's

Item Deleted

if Item Deleted

Total Correlation

Alpha if Item
Deleted

p1

31.45

8.151

.603

.740

p2

31.40

8.656

.394

.778

p3

31.65

8.644

.447

.767

p4

31.57

8.404

.585

.744

p5

31.20

9.856

.344

.780

p6

31.52

7.692

.609

.737

p7

31.60

8.964

.423

.770

p8

31.42

8.763

.517

.756

Sumber : Diolah dari data primer, 2015

Untuk mengetahui suatu item layak digunakan atau tidak, maka batas
nilai minimal korelasi 0,30 bisa digunakan. Menurut Azwar (1999) semua item
yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap
memuaskan. Jadi item yang dimiliki nilai koefisien korelasi di bawah 0,30
dianggap tidak valid.
Dari output di atas didapat kesimpulan bahwa untuk variable Motivasi
Wirausahawan untuk kedelapan item semuanya diatas 0,30. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semua item pada variabel Motivasi Wirausahawan adalah
valid.

Universitas Sumatera Utara

68

Untuk

mengetahui

hasil

uji

reliabilitas

variabel

Motivasi

Wirausahawan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3 : Uji Reliabilitas Variable Motivasi Wirausahawan
Case Processing Summary
N
Valid
Cases

%
40

100.0

0

.0

a

Excluded

Total
40
100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Output Case Processing Summary menjelaskan tentang jumlah data
yang valid untuk diproses dan data yang dikeluarkan. Dapat dilihat bahwa data
atau case yang valid berjumlah 40 dengan persentase 100% dan tidak ada data
yang dikeluarkan (Excluded) dengan total data 40.
Tabel 4.4 : Reliability Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's

N of Items

Alpha
.783

8

Output Reliability Statistics sebagai hasil analisis reliabilitas dengan
teknik Cronbach Alpha. Untuk menentukan suatu instrument reliable atau tidak
maka digunakan batas nilai 0,6. Menurut Sekaran (1992), raliabilitas kurang
dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah
baik. Dapat diketahui nilai Cronbach Alpha untuk variable Motivasi
Wirausahawan sebesar 0,783. Karena nilai lebih dari 0,6 maka dapat
disimpulkan bahwa instrument penelitian telah reliabel.

Universitas Sumatera Utara

69

4.1.2.2 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Karakteristik Wirausahawan
Uji validitas item dengan analisi reliability dapat dilihat pada output
“Item-Total Statistics” pada kolom “Corrected Item-Total Correlation”. Angka
ini merupakan nilai korelasi antara tiap item dengan skor total item dan telah
dilakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi untuk menghindari efek
spurious overlap.
Untuk

mengetahui

hasil

uji

validitas

variabel

Karakteristik

Wirausahawan dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini :
Tabel 4.5 : Uji Validitas Variable Karakteristik Wirausahawan
Item-Total Statistics
Scale Mean if

Scale Variance

Corrected Item-

Cronbach's

Item Deleted

if Item Deleted

Total Correlation

Alpha if Item

U

Deleted

p1

37.00

10.359

.553

.723

p2

36.98

11.563

.340

.751

p3
t

37.00

10.513

.431

.740

p4

37.33

11.507

.416

.745

u
p5

37.25

11.064

.404

.743

p6

37.00

10.410

.367

.753

p7

37.15

10.746

.452

.737

p8
u

37.20

11.497

.325

.753

p9

37.00

10.564

.418

.742

p10

37.13

9.446

.572

.717

n

S

m

Sumber: Diolah dari data primer, 2015

Untuk mengetahui suatu item layak digunakan atau tidak, maka batas
nilai minimal korelasi 0,30 bisa digunakan. Menurut Azwar (1999) semua item
yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap
memuaskan. Jadi item yang dimiliki nilai koefisien korelasi di bawah 0,30
dianggap tidak valid.

Universitas Sumatera Utara

70

Dari output Item-Total Statistics didapat kesimpulan bahwa untuk
variable Karakteristik Wirausahawan untuk kesepuluh item semuanya diatas
0,30. Jadi dapat disimpulkan bahwa semua item pada variable Karakteristik
Wirausahawan adalah valid.
Untuk mengetahui hasil uji reliabilitas variabel Karakteristik
Wirausahawan dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.
Tabel 4.6 : Uji Reliabilitas Variable Karakteristik Wirausahawan
Case Processing Summary
N
Valid
Cases

%
40

100.0

0

.0

40

100.0

a

Excluded
Total

a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Output Case Processing Summary menjelaskan tentang jumlah data
yang valid untuk diproses dan data yang dikeluarkan. Dapat dilihat bahwa data
atau case yang valid berjumlah 40 dengan persentase 100% dan tidak ada data
yang dikeluarkan (Excluded) dengan total data 40.
Tabel 4.7 : Reliability Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's

N of Items

Alpha
.761

10

Output Reliability Statistics sebagai hasil analisis reliabilitas dengan
teknik Cronbach Alpha. Untuk menentukan suatu instrument reliable atau tidak
maka digunakan batas nilai 0,6. Menurut Sekaran (1992), raliabilitas kurang
dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah

Universitas Sumatera Utara

71

baik. Dapat diketahui nilai Cronbach Alpha untuk variable Karakteristik
Wirausahawan sebesar 0,761. Karena nilai lebih dari 0,6 maka dapat
disimpulkan bahwa instrument penelitian telah reliabel.
4.1.2.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Produktivitas
Uji validitas item dengan analisi reliability dapat dilihat pada output
“Item-Total Statistics” pada kolom “Corrected Item-Total Correlation”. Angka
ini merupakan nilai korelasi antara tiap item dengan skor total item dan telah
dilakukan koreksi terhadap nilai koefisien korelasi untuk menghindari efek
spurious overlap.
Untuk mengetahui hasil uji validitas variabel Produktivitas dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut ini.

Tabel 4.8 : Uji Validitas Variable Produktivitas
Item-Total Statistics
Scale Mean if

Scale Variance

Corrected Item-

Cronbach's

Item Deleted

if Item Deleted

Total Correlation

Alpha if Item
Deleted

p1

46.30

60.626

.487

.878

p2

46.87

54.266

.626

.871

p3

47.62

59.522

.317

.887

p4

46.97

55.871

.677

.869

p5

47.10

58.554

.590

.874

p6

47.12

55.035

.728

.866

p7

47.18

50.046

.796

.860

p8

46.15

59.874

.457

.879

p9

46.62

56.189

.687

.869

p10

46.93

55.610

.465

.882

p11

46.45

59.792

.433

.880

p12

46.43

59.789

.442

.879

p13

46.40

58.554

.510

.876

p14

46.07

56.687

.658

.870

Sumber: Diolah dari data primer, 2015

Universitas Sumatera Utara

72

Untuk mengetahui suatu item layak digunakan atau tidak, maka batas
nilai minimal korelasi 0,30 bisa digunakan. Menurut Azwar (1999) semua item
yang mencapai koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap
memuaskan. Jadi item yang dimiliki nilai koefisien korelasi di bawah 0,30
dianggap tidak valid.
Dari output di atas didapat kesimpulan bahwa untuk variable
Produktivitas untuk kesepuluh item semuanya diatas 0,30. Jadi dapat
disimpulkan bahwa semua item pada variable Produktivitas adalah valid.
Untuk mengetahui hasil uji reliabilitas variabel Produktivitas dapat
dilihat pada tabel 4.16 berikut ini.
Tabel 4.9 : Uji Reliabilitas Variable Produktivitas
Case Processing Summary
N
Valid
Cases

%
40

100.0

0

.0

40

100.0

a

Excluded
Total

a. Listwise deletion based on all variables in the
procedure.

Output Case Processing Summary menjelaskan tentang jumlah data
yang valid untuk diproses dan data yang dikeluarkan. Dapat dilihat bahwa data
atau case yang valid berjumlah 40 dengan persentase 100% dan tidak ada data
yang dikeluarkan (Excluded) dengan total data 40.
Tabel 4.10 : Reliability Statistics
Reliability Statistics
Cronbach's

N of Items

Alpha
.882

14

Universitas Sumatera Utara

73

Output Reliability Statistics sebagai hasil analisis reliabilitas dengan
teknik Cronbach Alpha. Untuk menentukan suatu instrument reliable atau tidak
maka digunakan batas nilai 0,6. Menurut Sekaran (1992), raliabilitas kurang
dari 0,6 adalah kurang baik, sedangkan 0,7 dapat diterima dan diatas 0,8 adalah
baik. Dapat diketahui nilai Cronbach Alpha untuk variable Produktivitas
sebesar 0,882. Karena nilai lebih dari 0,6 maka dapat disimpulkan bahwa
instrument penelitian telah reliabel.
4.1.3. Karakteristik Responden
Karakteristik responden dalam penelitian ini antara lain berdasarkan
usia, jenis kelamin, lama usaha, dan tingkat pendidikan. Berdasarkan hasil
pengolahan data yang bersumber dari responden sebanyak 40 orang diperoleh
karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 4.11 sebagai berikut :
Tabel 4.11 : Karakteristik Responden
No

Karakteristik
Responden

1.

Usia

2.

Lama Usaha

3.

Jenis Kelamin

4.

Tingkat Pendidikan

Pembagian
Karaktersitik
Responden

Jumlah
Responden Persentase
(orang)
(%)

Usia 16 - 20
Usia 21 - 25
Usia 26 - 30
1 Tahun
2 Tahun
3 Tahun
4 Tahun
5 Tahun
Laki – laki
Perempuan

1
28
11
6
7
18
7
2
25
15

2,5
70,0
27,5
15,0
17,5
45,0
17,5
5,0
62,5
37,5

SMA
Diploma
Sarjana

21
3
16

52,5
7,5
40,0

Sumber: Diolah dari data primer, 2015

Universitas Sumatera Utara

74

1. Usia responden ini dibutuhkan untuk menjelaskan bahwa penulis
mengambil sampel penelitian pada rentang usia 16-30 tahun, usia ini
menunjukkan usia pemuda yang memiliki dan mengelola usaha.
Berdasarkan pengamatan penulis menunjukan bahwa usia 16 - 20 tahun
merupakan jumlah sampel yang paling sedikit, sedangkan usia 21 - 25
tahun merupakan jumlah sampel yang paling banyak karena pada usia 21 25

merupakan usia - usia pencari kerja maupun pencipta lapangan

pekerjaan.
2. Lama usaha responden ini dibutuhkan untuk menjelaskan bahwa penulis
mengambil sampel penelitian ini berdasarkan usaha yang dikelola minimal
sudah 1 (satu) tahun. Berdasarkan pengamatan penulis menunjukan bahwa
lama usaha 5 tahun merupakan jumlah sampel yang paling sedikit,
sedangkan lama usaha 3 tahun merupakan jumlah sampel yang paling
banyak karena pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono melakukan moratorium Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS)
pada tahun 2011 dan Menteri Kordinator Bidang Perekonomian Republik
Indonesia, yaitu Hatta Rajasa dilaksanakannya Masterplan Percepatan dan
Perluasan Pembangunan Perekonomian Indonesia (MP3EI) 2011-2025
dengan menjalankan program untuk pengembangan wirausahawan. Hal ini
berdampak pada wirausahawan di Indonesia bermunculan.
3.

Jenis kelamin dibutuhkan untuk menunjukkan tingkat partisipasi pemuda
berdasarkan jenis kelamin di dalam wirausaha. Berdasarkan pengamatan
peneliti menunjukan bahwa kaum laki – laki lebih mendominasi dalam
kaitannya dengan peran pemuda dalam pengembangan usaha kecil

Universitas Sumatera Utara

75

menengah dari pada kaum perempuan hal ini dikarenakan kaum laki – laki
merupakan pencari nafkah.
4.

Tingkat pendidikan ini dimaksudkan untuk menjelaskan jenjang pendidikan
dari responden yang menjadi fokus penelitian. Berdasarkan pengamatan
peneliti menunjukan bahwa pada jenjang tamatan SMA jumlah
respondennya besar, karena responden lebih suka mencari pekerjaan atau
menciptakan pekerjaan dari pada melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, sedangkan pada jenjang pendidikan Diploma yang paling
sedikit, karena jenjang Diploma memiliki bobot praktek lebih banyak dari
pada bobot teori, bertujuan agar para lulusan Diploma akan siap untuk
bekerja sebagai tenaga ahli.

4.1.4 Penjelasan Responden Atas Variabel Penelitian
Untuk mengetahui bagaimana respon dan penilaian yang diberikan
wirausaha yang dikelola pemuda melalui responden maka peneliti mengolah
kuisioner yang diisi oleh responden terhadap Motivasi Wirausahawan dan
Karakteristik Wirausahawan melalui uji persepsi terhadap Produktivitas. Untuk
menganalisis variabel-variabel tersebut diambil dari skor rata-rata jumlah skor
dari komponen dari indikator variabel. Rata-rata variabel tersebut kemudian
diklasifikasikan agar lebih mudah diinterpretasikan, dalam rentang rata-rata
total dari terkecil sebesar 1 sampai dengan terbesar sebesar 5 memiliki interval
(Sri Mulyono, 2001).
4.1.4.1 Penjelasan Responden Atas Variabel Motivasi Wirausahawan
Adapun pembahasan penilaian Motivasi Wirausahawan melalui uji
persepsi kedalam 8 pernyataan, yaitu: Menyukai usaha, Masa depan yang baik,

Universitas Sumatera Utara

76

Meningkatkan harga diri, Meningkatkan optimisme, Kepuasan tersendiri,
Penghasilan yang lebih baik, Menciptakan lapangan kerja, dan Menjadi
merdeka dapat dilihat pada tabel: 4.12 sebagai berikut:

No

Tabel 4.12 : Pernyataan Responden Atas Variabel Motivasi Wirausahawan
SS
S
RR
TS
STS
Pertanyaan
f

%

f

%

f

%

f

%

f

%

1

Menyukai usaha

25

62,5

11

27,5

4

10,0

-

-

-

-

2

Masa depan yang baik

28

70,0

8

20,0

3

7,5

1

2,5

-

-

3

Meningkatkan harga diri

18

45,0

17

42,5

5

12,5

-

-

-

-

4

Meningkatkan optimisme

19

47,5

18

45,0

3

7,5

-

-

-

-

5

Kepuasan tersendiri

31

77,5

9

22,5

-

-

-

-

-

-

6

Penghasilan yang lebih baik

24

60,0

11

27,5

4

10,0

1

2,5

-

-

7

Menciptakan lapangan kerja

18

45,0

19

47,5

3

7,5

-

-

-

-

Menjadi merdeka

24

60,0

14

35,5

2

5,0

-

-

-

-

8

Sumber : Diolah dari data primer, 2015.

Dari tabel 4.12 tersebut dapat di jelaskan pernyataan dari 40 responden
atas variabel Motivasi Wirausahawan bahwa Kepuasan Tersendiri memiliki
skor tertinggi. Berdasarkan pengamatan penulis kepuasan tersendiri adalah
kebebasan untuk menjalankan usaha karena wirausahawan ingin menjadi
pemimpin atas usahanya sendiri. Beberapa wirausahawan menggunakan
kebebasannya untuk menyusun kehidupan dan perilaku kerja pribadinya secara
fleksibel. Kenyataannya banyak wirausaha tidak mengutamakan fleksibiltas
disatu sisi saja. Akan tetapi wirausaha menghargai kebebasan dalam karir
kewirausahaan, seperti mengerjakan urusan mereka dengan cara sendiri,
memungut laba sendiri dan mengatur jadwal sendiri.
Meningkatkan Harga Diri berdasarkan pengamatan penulis memiliki
skor terendah pada variabel Motivasi Wirausahawan. Hal ini berkaitan

Universitas Sumatera Utara

77

terhadap cara pandang yang keliru tentang wirausaha, masyarakat Indonesia
masih berpikiran bahwa untuk mendapatkan uang satu-satunya cara hanya
bekerja dikantoran dan mempunyai mental sebagai buruh yang berkeinginan
untuk menjadi pegawai negeri atau swasta.
Adapun pernyataan skor rata-rata variabel Motivasi Wirausahawan
dijelaskan pada tabel 4.13 sebagai berikut :
Tabel 4.13 : Rataan Skor Variabel Motivasi Wirausahawan
No

Variabel Motivasi Wirausahawan

Nilai Skor

Skor Rata-Rata

1

Menyukai usaha

181

4,525

2

Masa depan yang baik

183

4,575

3

Meningkatkan harga diri

173

4,325

4

Meningkatkan optimisme

176

4,400

5

Kepuasan tersendiri

191

4,775

6

Penghasilan yang lebih baik

178

4,450

7

Menciptakan lapangan kerja

175

4,375

8

Menjadi merdeka

182

4,550

1439/8 = 180

35,975/8 = 4,5

Jumlah Rataan Skor
Sumber : Diolah dari data primer, 2015.

Berdasarkan penjelasan rata-rata pernyataan atas variabel Motivasi
Wirausahawan dari 40 responden dapat disimpulkan bahwa kepuasan tersendiri
adalah skor tertinggi dengan nilai skor 191 dan skor rata-rata 4,775, sedangkan
meningkatkan harga diri adalah skor terendah dengan nilai skor 173 dan skor
rata-rata 4,325. Jumlah rataan skor variabel Motivasi Wirausahawan 180
dengan nilai rata-rata 4,5.
4.1.4.2 Penjelasan Responden Atas Variabel Karakteristik Wirausahawan
Adapun pembahasan penilaian Karakteristik Wirausahawan melalui uji
persepsi kedalam 10 pernyataan, yaitu: Menjadikan mandiri, Percaya diri,

Universitas Sumatera Utara

78

Kegagalan

adalah

pembelajaran,

Kritis,

Mengutamakan

hasil,

Lebih

menantang, Mudah beradaptasi, Terbuka terhadap kritikan, Kreatif, dan
Memiliki tujuan dapat dilihat pada tabel: 4.14 sebagai berikut:
Tabel 4.14 : Pernyataan Responden Atas Variabel Karakteristik Wirausahawan
SS
S
RR
TS
STS
No
Pertanyaan
f
%
f
%
f
%
f
%
f
%
1

Menjadikan mandiri

13

32,5

23

57,5

4

10,0

-

-

-

-

2

Percaya diri

11

27,5

28

70,0

1

2,5

-

-

-

-

3

Kegagalan adalah pembelajaran

15

37,5

19

47,5

6

15,0

-

-

-

-

4

Kritis

2

5,0

32

80,0

6

15,0

-

-

-

-

5

Mengutamakan hasil

6

15,0

27

67,5

7

17,5

-

-

-

-

6

Lebih menantang

18

45,0

13

32,5

9

22,5

-

-

-

-

7

Mudah beradaptasi

9

22,5

25

62,5

6

15,0

-

-

-

-

8

Terbuka terhadap kritikan

6

15,0

29

72,5

5

12,5

-

-

-

-

9

Kreatif

15

37,5

19

47,5

6

15,0

-

-

-

-

Memiliki tujuan

14

35,0

17

42,5

8

20,0

1

2,5

-

-

10

Sumber : Diolah dari data primer, 2015.

Dari tabel 4.14 tersebut dapat di jelaskan pernyataan dari 40 responden
atas variabel Karakteristik Wirausahawan bahwa Percaya Diri memiliki skor
tertinggi. Berdasarkan pengamatan penulis Percaya Diri adalah modal pertama
yang harus dimiliki seorang wirausahawan, percaya diri timbul akan keyakinan
dapat melakukan suatu hal dengan baik didukung dengan pengalaman, potensi,
prestasi, serta harapan yang realistis.
Kritis berdasarkan pengamatan penulis memiliki skor terendah pada
variabel Karakteristik Wirausahawan. Bersikap kritis menjadi skor terendah
karena wirausahawan tidak begitu berpikir betapa pentingnya menganalisis
atau mengevaluasi informasi yang didapat dari hasil pengamatan, pengalaman,
dan komunikasi dalam mengelola suatu usaha.

Universitas Sumatera Utara

79

Adapun pernyataan skor rata-rata variabel Karakteristik Wirausahawan
dijelaskan pada tabel 4.15 sebagai berikut :
Tabel 4.15 : Rataan Skor Variabel Karakteristik Wirausahawan
No

Variabel Karakteristik
Wirausahawan

Nilai Skor

Skor Rata-Rata

1

Menjadikan mandiri

169

4,225

2

Percaya diri

170

4,250

3

Kegagalan adalah pembelajaran

169

4,225

4

Kritis

156

3,900

5

Mengutamakan hasil

159

3,975

6

Lebih menantang

169

4,225

7

Mudah beradaptasi

163

4,075

8

Terbuka terhadap kritikan

161

4,025

9

Kreatif

169

4,225

10

Memiliki tujuan

164

4,100

1649/10 = 165

41,225/10 = 4,1

Jumlah Rataan Skor
Sumber : Diolah dari data primer, 2015.

Berdasarkan penjelasan rata-rata pernyataan atas variabel Karakteristik
Wirausahawan dari 40 responden dapat disimpulkan bahwa percaya diri adalah
skor tertinggi dengan nilai skor 170 dan skor rata-rata 4,250, sedangkan kritis
adalah skor terendah dengan nilai skor 156 dan skor rata-rata 3,9. Jumlah
rataan skor variabel Karakteristik Wirausahawan 165 dengan nilai rata-rata 4,1.
4.1.4.3 Penjelasan Responden Atas Variabel Produktivitas
Adapun pembahasan penilaian Produktivitas melalui uji persepsi
kedalam 14 pernyataan, yaitu: Jadwal Produksi, Produksi sesuai permintaan,
Pelatihan tenaga kerja, Rencana produksi tidak sesuai, Perbaikan kegiatan
produksi, Pemeliharaan alat produksi, Pemeriksaan alat produksi, Perbaikan
alat produksi, Penanganan khusus keterlambatan, Lokasi bahan baku, Alat

Universitas Sumatera Utara

80

produksi yang efektif, Alat produksi yang efesien, Alat produksi yang
ekonomis, dan Pembukuan dapat dilihat pada tabel: 4.16 sebagai berikut:

1

Tabel 4.16 : Pernyataan Responden Atas Variabel Produktivitas
Pertanyaan
SS
S
RR
TS
f
%
f
%
f
%
f
%
Jadwal Produksi
8 20,0 25 62,5
7 17,5
-

2

Produksi sesuai permintaan

7

17,5

16

40,0

5

12,5

12

30,0

-

-

3

Pelatihan tenaga kerja

3

7,5

4

10,0

15

37,5

14

35,0

4

10,0

4

Rencana produksi tidak sesuai

3

7,5

16

40,0

13

32,5

8

20,0

-

-

5

Perbaikan kegiatan produksi

3

7,5

7

17,5

26

65,0

4

10,0

-

-

6

Pemeliharaan alat produksi

4

10,0

9

22,5

18

45,0

9

22,5

-

-

7

Pemeriksaan alat produksi

8

20,0

7

17,5

11

27,5

11

27,5

3

7,5

8

Perbaikan alat produksi

15

37,5

17

42,5

8

20,0

-

-

-

-

9

Penanganan khusus keterlambatan

10

25,0

8

20,0

22

55,0

-

-

-

-

10

Lokasi bahan baku

11

27,5

6

15,0

13

27,5

8

20,0

2

5,0

11

Alat produksi yang efektif

8

20,0

21

52,5

9

22,5

2

5,0

-

-

12

Alat produksi yang efesien

8

20,0

22

55,0

8

20,0

2

5,0

-

-

13

Alat produksi yang ekonomis

9

22,5

22

55,0

6

15,0

3

7,5

-

-

14

Pembukuan

17

42,5

18

45,0

4

10,0

-

-

1

2,5

No

Sumber : Diolah dari data primer, 2015.

Dari tabel 4.16 tersebut dapat di jelaskan pernyataan dari 40 responden
atas variabel Produktivitas bahwa Pembukuan memiliki skor tertinggi.
Berdasarkan pengamatan penulis wirausahawan menyadari bahwa pembukuan
adalah hal yang terpenting bagi pemilik usaha dengan adanya suatu laporan
dan administrasi yang baik dari usaha yang sedang dijalani akan
mempermudah dalam mengambil berbagai keputusan strategi dalam rangka
penegembangan usaha dan juga jalannya roda usaha sehingga keputusan yang
diambil dapat cepat dan tepat, sedangkan bagi pihak luar, yaitu kreditor,
investor atau partner usaha. Mengapa pihak ini memerlukan pembukuan karena

Universitas Sumatera Utara

STS
f
%
-

81

dengan adanya sebuah laporan dan pencatatan pembukuan usaha akan lebih
meyakinkan mereka didalam menyediakan dan memberikan bantuan berupa
modal usaha.
Pelatihan Tenaga Kerja berdasarkan pengamatan penulis memiliki skor
terendah pada variabel Produktivitas. Pelatihan Tenaga Kerja dianggap oleh
sebagian besar wirausahawan usaha kecil menengah tidak begitu penting,
wirausahawan lebih menyukai perekrutan tenaga kerja yang telah siap dan ahli
dibidangnya dikarenakan pelatihan tenaga kerja menghabiskan waktu dan
biaya.
Adapun pernyataan skor rata-rata variabel Produktivitas dijelaskan pada
tabel 4.17 sebagai berikut :
Tabel 4.17 : Rataan Skor Variabel Produktivitas
No
Variabel Produktivitas
Nilai Skor
Skor Rata-Rata
Jadwal Produksi
1
161
4,025
2
Produksi sesuai permintaan
138
3,450
3
Pelatihan tenaga kerja
108
2,700
4
Rencana produksi tidak sesuai
134
3,350
5
Perbaikan kegiatan produksi
129
3,225
6
Pemeliharaan alat produksi
128
3,200
7
Pemeriksaan alat produksi
126
3,150
8
Perbaikan alat produksi
167
4,175
9
Penanganan khusus keterlambatan
148
3,700
10 Lokasi bahan baku
136
3,400
11 Alat produksi yang efektif
155
3,875
12 Alat produksi yang efesien
156
3,900
13 Alat produksi yang ekonomis
157
3,925
14 Pembukuan
170
4,250
2013/14 = 144
50,325/14 = 3,6
Jumlah Rataan Skor
Sumber : Diolah dari data primer, 2015.

Berdasarkan tabel 4.17 nilai skor rata-rata pernyataan atas variabel
Produktivitas dari 40 responden dapat disimpulkan bahwa Pembukuan adalah
skor tertinggi dengan nilai skor 170 dan skor rata-rata 4,25, sedangkan
Pelatihan tenaga kerja adalah skor terendah dengan nilai skor 108 dan skor
Universitas Sumatera Utara

82

rata-rata 2,7. Jumlah rataan skor variabel Produktivitas 144 dengan nilai ratarata 3,6.
4.1.5 Pengujian Asumsi Klasik
Model regresi linier dapat disebut sebagai model yang baik jika model tersebut
memenuhi beberapa asumsi yang kemudian disebut dengan asumsi klasik. Asumsi
klasik yang harus terpenuhi dalam model regresi linier yaitu residual terdistribusi
normal, tidak adanya multikolinearitas, tidak adanya heteroskedastisitas, dan tidak
adanya autokorelasi pada model regresi. Harus terpenuhinya asumsi klasik ditujukan
untuk memperoleh model regresi dengan estimasi yang tidak bias dan pengujian dapat
dipercaya. Apabila ada satu syarat saja yang tidak terpenuhi maka hasil analisis regresi
tidak dapat dikatakan bersifat Best Linear Unbiased Estimator (Priyatno, 2012: 143).
4.1.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas pada model regresi digunakan untuk menguji apakah
nilai residual yang dihasilkan dari regresi terdistribusi secara normal atau tidak.
Model regresi yang baik adalah yang memiliki nilai residual yang terdistribusi
secara normal. Beberapa metode uji normalitas yaitu dengan melihat
penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P Plot of
regression standardized residual atau dengan uji One Sample Kolmogorov
Smirnov.
4.1.5.1.1 Uji Normalitas Residual dengan Metode Grafik
Uji normalitas residual dengan metode grafik yaitu dengan
melihat penyebaran data pada sumber diagonal pada grafik Normal P-P
of regression standardized residual. Sebagai dasar pengambilan

Universitas Sumatera Utara

83

keputusannya, jika titik-titik menyebar sekitar garis dan mengikuti garis
diagonal maka nilai residual tersebut telah normal.

Gambar 4.2. Normal P-Plot of Regression Standardized Residual

Dari gambar grafik tersebut dapat diketahui bahwa titi-titik
menyebar sekitar garis dan mengikuti garis diagonal maka nilai residual
tersebut telah normal.
4.1.5.1.2 Uji Normalitas Residual dengan Metode Uji One Sample
Kolmogorov Smirnov
Uji one sample kolomogorov smirnov digunakan untuk
mengetahui distribusi data, apakah mengikuti distribusi normal,
poisson, uniform, atau exponential. Dalam hal ini untuk mengetahui
apakah distribusi residual terdistribusi normal atau tidak. Residual
berdistribusi normal jika nilai signifikansi lebih dari 0,05.

Universitas Sumatera Utara

84

Tabel 4.18 : Uji Normalitas Residual
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N

40

Normal Parameters

a,b

Most Extreme Differences

Mean
Std. Deviation

0E-7
7.26169530

Absolute

.081

Positive

.081

Negative

-.074

Kolmogorov-Smirnov Z

.513

Asymp. Sig. (2-tailed)

.955

a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Dari tabel 4.18 One-Sample Kolmogorov-Smirnov tersebut
dapat diketahui bahwa nilai signifikansi Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar
0,955. Karena signifikansi lebih dari 0,05 (0,955 > 0,05) maka nilai
residual tersebut telah normal.
4.1.5.2 Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan di mana pada model regresi ditemukan
adanya korelasi yang sempurna atau mendekati sempurna antar variabel
independen. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi yang
sempurna atau mendekati sempurna diantara variabel bebas (korelasinya 1 atau
mendekati 1). Beberapa metode uji multikolinearitas yaitu dengan melihat nilai
Tolerance dan Inflation Factor (VIF) pada model regresi atau dengan
membandingkan nilai koefisien

determinasi individual (r2) dengan nilai

determinasi secara serentak (R2).

Universitas Sumatera Utara

85

1. Uji Multikolinearitas dengan Melihat Nilai Tolerance dan Inflation
(VIF)
Melihat nilai Tolerance dan Inflation Factor (VIF) untuk
mengetahui suatu model regresi bebas dari multikolinearitas, yaitu
mempunyai nilai VIF (Varian Inflation Factor) kurang dari 10 dan
mempunyai angka Tolerance lebih dari 0,1.
Tabel 4.19 : Uji Multikolinearitas dengan Melihat Tolerance dan Inflation (VIF)
Coefficients
Model

Unstandardized

Standardized

Coefficients

Coefficients

B
(Constant)

a

Std. Error

t

Sig.

Collinearity
Statistics

Beta

Tolerance

VIF

-3.104

18.383

-.169

.867

.488

.361

.199 1.351

.185

.997

1.003

.870

.332

.386 2.618

.013

.997

1.003

1 Motivasi Wirausahawan
Karakteristik Wirausahawan
a. Dependent Variable: Produktivitas

Dari Uji Multikolinearitas tersebut dapat diketahui bahwa Tolerance
kedua variabel lebih dari 0,10, dan nilai VIF kurang dari 10. Maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model
regresi.
2. Uji Multikolinearitas dengan Membandingkan Nilai Koefisien
Determinasi Individual (R2) dengan Nilai Determinasi Secara Serentak
(R2)
Cara yang ditempuh adalah dengan meregresikan setiap variabel
independen dengan variabel independen lainnya, dengan tujuan mengetahui
nilai koefisien r2 untuk setiap variabel yang diregresikan. Selanjutnya nilai
tersebut dibandingkan dengan nilai koefisien determinasi R2. Kriteria
pengujiannya yaitu jika r2 > R2 maka terjadi multikolinearitas dan jika r2 < R2
maka tidak terjadi multikolinearitas.

Universitas Sumatera Utara

86

Tabel 4.20 : Nilai Koefisien Determinasi Individual (r2)
b

Model Summary
Model

R

1

R Square

.056

a

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.003

-.023

3.347

a. Predictors: (Constant), Karakteristik Wirausahawan
b. Dependent Variable: Motivasi Wirausahawan

Tabel 4.21 : Nilai Determinasi Secara Serentak (R2)
b

Model Summary
Model

R

1

.444

R Square
a

Adjusted R

Std. Error of the

Square

Estimate

.198

.154

7.455

a. Predictors: (Constant), Karakteristik Wirausahawan, Motivasi
Wirausahawan
b. Dependent Variable: Produktivitas

Tabel 4.22. : Ringkasan Hasil Uji Multikolinearitas
Nilai r square (r2)

Variabel dependen

Variabel dependen

Motivasi Wirausahawan

Karakteristik Wirausahawan

Nilai R2

0,198

0,003

Dari tabel ringkasan tersebut dapat diketahui bahwa nilai
koefisien r2 yang diperoleh bernilai lebih kecil dari pada nilai koefisien
determasi (R2), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
masalah multikolinearitas pada model regresi.
4.1.5.3 Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah keadaan dimana dalam model regresi terjadi
ketidaksamaan varian dari residual pada satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas.

Universitas Sumatera Utara

87

1. Metode dengan meihat Pola Titik-Titik pada Scatterplot Regresi
Metode dilakukan dengan cara melihat grafik scatterplot antara
standardized predicted value (ZPRED) dengan studentized residual
(SRESID), ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID
dan ZPRED di mana sumbu Y adalah Y yang telah diprediksi dan sumbu X
adalah residual (Y prediksi – Y sesungguhnya).

Gambar 4.3. Scatterplot
Output pada Scatterplot Regresi dapat diketahui bahwa titik-titik tidak
membentuk pola yang jelas. Titik-titik menyebar diatas dan dibawah angka 0
pada sumbu Y, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas dalam model regresi.

Universitas Sumatera Utara

88

2. Uji Koefisien Korelasi Spearman’s Rho
Metode uji heteroskedastisitas dengan Korelasi Spearman’s Rho
yaitu mengorelasikan variabel independen dengan nilai unstandardized
residual. Pengujian menggunakan tingkat signifikansi 0,05 dengan uji 2
sisi. Jika korelasi antara variabel independen dengan residual didapat
signifikansi lebih dari 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak terjadi
masalah heteroskedastisitas pada model regresi.
Tabel 4.23. : Korelasi