Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang memiliki keberagaman baik suku, ras

maupun agama. Keberagaman ini merupakan sesuatu yang dapat dikatakan suatu
daya tarik Negara ini. Sebagaimana semboyan Indonesia yaitu “Bhinneka Tunggal
Ika” yang berarti meski berbeda-beda namun tetap satu jua, yakni Indonesia. Dari
semboyan tersebutlah rakyat Indonesia di harapkan dapat tetap berdampingan
secara damai dalam keberagaman tersebut. Dimana Indonesia merupakan Negara
dengan beragam suku, etnis dan juga agama. Negara kita memiliki lebih dari 300
kelompok etnik atau suku bangsa, dan 6 agamanya yakni Islam, Kristen, Katolik,
Hindu, Buddha dan Konghuchu.
Kebudayaan Indonesia sangatlah beragam maka dari itu sangat kompleks.
Kelompok manusia yang tinggal dan menetap, dan berinteraksi dengan cukup
lama sehingga menghasilkan suatu kebudayaan kelompok itu sendiri, masingmasing dari kebudayaan yang dihasilkan tersebut mempunyai ciri khas dan
keunggulan masing-masing. Kehidupan beragama tercermin dalam sikap, perilaku
dan tindakan sesuai dengan nilai-nilai agama yang menekankan hidup beragama,
toleransi dan penghargaan atas pluralitas yang belakangan ini mengalami

tantangan yang hebat sekali. Toleransi itu sendiri dalam kehidupan beragama di
Indonesia yang sangat multikultural dan multiagama, mungkin tidak akan mudah
untuk belajar toleransi apalagi dalam hal beragama karena agama adalah hal yang
sangat luhur dan tidak bisa diganggu gugat.

1
Universitas Sumatera Utara

Dasar pendidikan sosial dalam mendidikanak adalah membiasakan anak
berperilakuyang sesuai etika dan tatanan yang ada dalammasyarakat. Sehubungan
dengan hal tersebut,di negara Indonesia ada dasar negara yangdihormati oleh
masyarakat sebagai acuandalam berperilaku di negara yaitu pancasila.Lima sila
yang terkandung didalamnyamenjelaskan bagaimana kehidupan bangsayang
diatur sesuai dengan kepribadian bangsayang ingin dicita citakan. Kelima sila
tersebutdiantaranya berketuhanan, berperikemanusiaan,menciptakan persatuan
dankesatuan, jiwa kerakyatan dan berkeadilanuntuk mewujudkan kesejahteraan
sosial.Dalam hal pendidikan dengan mengamalkankelima sila tersebut maka
diharapkan adapribadi – pribadi yang sesuai dengan sila – sila tersebut.
Harapannya adalah agar anak – anakmemiliki pribadi yang mengenal
pribadibangsanya, mengenal norma, adat istiadat dantata krama yang sudah

dimiliki bangsaIndonesia sejak dahulu.
Dengan segala perbedaan yang ada tersebut sudah tentu rentan terhadap
konflik. Sehingga agar terhindar dari konflik yang tidak diinginkan tentu kita
membutuhkan suatu sikap saling menghargai perbedaan masing-masing yang
biasa disebut dengan toleransi. Selain itu dari sikap toleransi, tumbuhlah sikap
perduli juga sangat dibutuhkan meski sulit di praktekkan. Sikap perduli atau
empati merupakan sikap yang secara ikhlas mau merasakan pikiran dan perasaan
orang lain serta keperdulian yang mendalam sehingga tumbuh rasa iba dan kasih
untuk dapat menolong orang lain. Rasa empati ini merupakan kelanjutan rasa
simpati. Maka dari itu sikap empati sosial ini sangat dibutuhkan didalam
masyarakat majemuk agar tercipta suasana aman dan tenteram serta sejahtera.

2
Universitas Sumatera Utara

Seperti yang diungkapkan oleh Brock (2012), bahwa anak usia dini
(pembelajar) membutuhkan jiwa profesionalitas dan hal tersebut didapatkan dari
pembentukan peraturan dan kurikulum yang dilakukan oleh pendidik. Menurut
Albertus (2010 dalam Wibowo, 2012), agar pendidikan karakter efektif
hendaknya menyertakan tiga basis pendekatan yaitu pendidikan karakter berbasis

kelas (classroom based), kultur sekolah (school culture), dan komunitas
(community). Unsur kultur sekolah menjadi hal mendasar bagi tercapainya tujuan
pendidikan karakter. Pengkulturan yang berkarakter bagi peserta didik dapat
tercapai dengan efektif melalui peran pendidik yang memahami dan dapat
mengimplementasikan makna dari pendidikan karakter (the meaning of character
education). Perlu adanya faktor penguatan (reinforcement factors) yang dilakukan
berulang-ulang sehingga menjadi habit dan akan membudaya (culturing) dalam
kehidupan peserta didik hingga dewasa (Suminar, 2010). Sanger dan Osguthorpe
(2012) menyebutkan bahwa guru atau pendidik adalah sosok contoh (model atau
patron) dari peserta didik (client) dalam bertindak dan berperilaku serta menjadi
pendukung yang efektif dan menjadi sosok yang bertanggung jawab dalam
praktek pembelajaran peserta didik khususnya dalam konteks lembaga
pendidikan.
Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peran pendidik dan
karakteristik pendidik saling berhubungan meskipun tidak secara langsung.
Seorang anak memulai proses belajar sejak menit-menit pertama dalam hidupnya.
Murid atau peserta didik berhak mendapatkan pelayanan yang bermakna
(meaningful), seperti lingkungan yang bermanfaat untuk proses belajar yang
efektif (Leikin & Dinur, 2011). Mengajar yang efektif (effective teaching)


3
Universitas Sumatera Utara

merupakan seperangkat perilaku yang dilakukan oleh pendidik yang efektif
(effective teacher) dalam pekerjaan harian mereka. Banyak ahli pendidikan
berpendapat bahwa keefektifan seorang pendidik merupakan kombinasi antara
pengetahuan, skill, dan karakteristik personal (Katz, 1993 dalam Colker, 2008).
Pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada UU No 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan
anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan ditujukan untuk anak sejak
lahir sampai 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 ayat
4). Salah satu lembaga pendidikan yang dapat melakukan penanaman nilai
toleransi adalah Taman Kanak-Kanak (TK) yang merupakan salah satu
pendidikan anak usia dini (PAUD) yang bersifat formal.
Kebun ajamu merupakan daerah pesisir. Kebun Ajamu berada di
kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu Provinsi Sumatera Utara. Kebun
Ajamu berjarak ± 90 Km dari Rantau Prapat atau 400 Km dari Medan. Penduduk
Kebun Ajamu memiliki suku, etnis agama yang berbeda. Suku yang ada di Desa

Kebun Ajamu yaitu suku melayu, batak. Desa Kebun Ajamu merupakan desa
multietnis yang terdiri dari beragam suku antara lain etnis melayu, batak toba,
batak mandailing, aceh, etnis, begitu juga dengan Kebun ajamu mayoritas
penduduknya adalah agama islam, disamping itu bukan hanya agama islam saja
yang ada didesa tersebut akan tetapi ada agama lainnya seperti agama batak,
protestan.

4
Universitas Sumatera Utara

Kebun ajamu memiliki sebuah lembaga pendidikan yaitu Taman KanakKanak (TK)Pamardi Siwi. TK berdiri pada tahun 1969 dan sampai sekarang
masih aktif. TK pamardi siwi merupakan TK yang berbentuk formal. Taman
Kanak-Kanak (TK) Pamardi Siwi merupakan lembaga pendidikan anak umur 46 tahun. TKPamardi Siwidi bagi menjadi dua kelas yaitu TK kelompok A dan TK
kelompok B dengan jumlah 30 orang anak setiap satu kelas. Setiap satu kelas
terdapat

beberapa suku, agama, dan budaya yang berbeda-beda, diantaranya

beragama islam dan batak. Anak di TK tersebut menjadi satu kelas dengan
perbedaan agama suku dan budaya masing-masing. Pendidikan nilai toleransi

pada anak

memberikan dampak yang baik pada anak untuk bisa saling

menghargai perbedaan pendapat, kepercayaan dan saling menghormati satu sama
lain. Pengenalan dan pembiasaan pelaksanaan pendidikan nilai toleransi yang
dilakukan oleh pendidik di TK Pamardi Siwi merupakan salah satu yang menjadi
tujuan dari nilai pendidikan anak usia 4-6 tahun.
Anak yang bersekolah di TK Pamardi Siwi berasal dari keluarga yang
berbeda latar belakang ekonomi, kebudayaan, agama maupun pola asuh dalam
keluarga. Jumlah peserta didik TK Pamardi Siwi pada tahun pelajaran 2012-2013
dan 2013-2014 lebih banyak dari tahun 2011-2012 karena jumlah anak yang
masuk semangkin meningkat.
Anak di Tk Pamardi Siwi kelompok kelas B dan kelompok kelas A TK
Pamardi Siwi, ditemukan bahwa karakteristik siswa berbeda dengan tahun
sebelumnya. Beberapa anak dominan dalam kegiatan bermain maupun dalam
mengungkapkan ide dan pendapat. Masalah sering terjadi ketika anak menemui
adanya perbedaan diantara mereka. Perbedaan bisa dalam bentuk ide, kepemilikan
5
Universitas Sumatera Utara


barang, atau pengalaman serta kebiasaan sehari-hari. Anak lebih dominan hanya
berteman dengan anak yang sependapat atau mempunyai persamaan bahkan
memaksakan kehendak sehingga dalam berinteraksi sering timbul permasalahan
dalam bersosialisasi, misalnya anak tidak sabar menunggu giliran, anak suka
memaksakan kehendaknya atau keinginannya. Selain itu anak yang merasa kurang
mampu hanya diam dan menarik diri saat melakukan kegiatan di sekolah. Anak
menjadi tidak bebas berteman atau berinteraksi dengan teman yang lain karena
merasa berbeda, dan hanya mau bermain dengan teman yang mempunyai
persamaan. Kelompok yang lebih suka bercerita selalu ingin mendapat giliran
terlebih dahulu dan memaksakan kehendak atau ide mereka, dan anak kurang
menghargai teman yang berbeda. Guru menyadari adanya kelemahan dalam
pengelolaan kelas, dan apabila perbedaan keinginan terus dibiarkan dalam jangka
waktu lama akan menimbulkan keengganan bagi anak yang lain untuk
menyampaikan pendapat atau aktif berkegiatan. Kegiatan di sekolah yang semula
dianggap potensial dapat mengembangkan berbagai kemampuan anak akan
menjadi kegiatan yang tidak menyenangkan. Perlu ada tindakan dan usaha untuk
mencoba merubah strategi pembelajaran untuk mengatasi masalah. Aturan yang
ada diterapkan dan diupayakan tetapi belum mampu merubah kebiasaan anak agar
menghargai dan mau mendengarkan pendapat yang berbeda. Sebagai contoh anak

tetap berbicara dengan teman yang lain saat guru memberikan kesempatan anak
yang beragama Kristen untuk berdoa terlebih dahulu, meskipun sebelumnya guru
sudah memberitahu aturan untuk menghargai dan tidak mengganggu teman yang
sedang berdoa. Saat guru memberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat

6
Universitas Sumatera Utara

anak kurang memperhatikan dan suka menyela saat anak yang lain sedang
bercerita.
Adanya fenomena banyaknya kekerasan yang terjadi ditengah masyarakat
seperti diskriminasi terhadap agama, suku, budayayang berbeda dengan kelompok
lain. Peristiwa tersebut sungguh sangat meresahkan masyarakat sehinga terjadi
kekerasan perbedaan pendapat, saling tidak menghargai satu dengan yang lain.
Kejadian tersebut dianggap melanggar baik peraturan, etika hukum dan moral
bangsa Indonesia yang dikenal memiliki karakter ramah, bergotong royong
dengan azas persatuan dan kesatuan serta sila-sila lainnya dalam Pancasila. Hal
tersebut menimbulkan masalah efektivitas pendidikan, dimana pendidikan nilai
toleransi menjadi salah satu bagian pembelajaran dalam pembentukan karakter
peserta didik di TK Pamardi Siwi.

Sekolah sebagai tempat yang mewakili komunitas masyarakat merupakan
cermin keragaman dalam masyarakat, karena itu sekolah dapat membantu anak
memahami dan menghormati keragaman. Sekolah dapat mengajarkan nilai-nilai
demokratis yang meliputi menghargai perbedaan agama, suku,dan budaya dan
(Blum, 2010). Kuncinya adalah dengan membangun pemahaman anak-anak
tentang perbedaan budaya, menghargai perbedaan.
Guru

dapat

menggunakan

pengetahuan

siswa

tentang

pelajaranmultikultural seperti budaya dan etnis sebagai kerangka kerja untuk
melakukan inquiry serta melaksanakan instruksi (Benks et. all, dalam Tarman &

Tarman 2011). model inquiry atau penyelidikan ini dengan fokus belajar pada ide,
pertanyaan, dan pengetahuan anak, bukan pada guru (Eick & Redd, 2002).

7
Universitas Sumatera Utara

Penanaman nilai toleransi di kelompok Kelas B pamardi Siwi , penulis
lebih memfokuskan pada kelompok kelas TK B. Alasan penulis lebih
memfokuskan pada TK B adalah karena melihat bahwa umur anak yakni 5-6
tahun, indikator kemandirian dan kedisiplinan terhadap perbedaan agama dan
pendapat antara teman sudah lebih dipahami sehingga guru mudah untuk lebih
menanamkan nilai toleransi pada anak usia 5-6 tahun memiliki perkembangan
yang lebih dibandingkan dengan usia di bawah 4-5 tahun.
Penanaman nilai toleransi diterapkan pada seluruh anak di Tk Pamardi
Siwi termasuk siswa TK B yang menjadi fokus penelitian. Hal ini dapat diamati
dengan dibuatnya peraturan yang ketat bagi guru, siswa dan juga orang tua,
bagiamana metode yang di gunakan guru dalam membiasakan siswa mandiri dan
disiplin dalam menghargai perbedaan agama, budaya yang dimiliki masingmasing anak, dan bagimana interaksi antara guru dengan siswa dalam melatih
mandiri dan disiplin.
Nilai toleransi dalam lingkup sekolah merupakan yang sangat penting,

sebab setiap individu dalam lembaga pendidikan belajar hidup bersama untuk
mengasah kepekaannya mengenai moral yang dimiliki individu masing-masing.
Nilai toleransi ditujukan pada kepatuhan dan ketaatan seseorang terhadap normanorma dan aturan yang berlaku dalam kehidupan kelompok masyarakat. Nilai
toleransi bertujuan untuk mendidik, membina, dan menjamin kesejahteraan
individu ataupun masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Nilai toleransi menjadi
perhatian karena adanya kelompok masyarakat. Tanpa adanya norma dikelompok
masyarakat maka akan mengalami kekacauan dan kehancuran karena setiap

8
Universitas Sumatera Utara

individu

mempunyai

kecendrungan

dalam

berprilaku

sesuai

dengan

keyakinannya.
Perilaku toleransi tersebut dipengaruhi oleh berbagai faktor, yakni faktor
lingkungan, keluarga, dan sekolah. Tidak dipungkiri sekolah merupakan salah
satu faktor dominan dalam memebentuk dan mempengaruhi anak. selain sekolah,
faktor lingkungan sangat kuat dalam mempengaruhi pembetukan tingkah laku
anak. Apabila anak berada pada lingkungan yang memiliki toleransi ia dengan
sendirinya juga memiliki nilai toleransi kepada kelompok yang lain. Faktor
keluarga mempunyai peran dalam mendidik anak, apabila anak berada pada
lingkungan yang memiliki sikap toleransi kepada kelompok lain maka anak akan
terbiasa bersikap mengahargai terhadap kelompok lain setiap harinya. Faktor
tersebut yang harus diperhatikan agar tidak terjadi diskriminasi terhadap
kelompok yang berbeda dalam dunia pendidikan dapat teratasi dan mempengaruhi
situasi lingkungan yang menghamabat proses pembelajaran anak di TK Pamardi
Siwi.
Pengenalan dan pembiasaaan tentang nilai toleransi anak di TK Pamardi
Siwi masih kurang kesiapan pendidik untuk untuk pengenalan dan pembiasaan
yang dilakukan tentang nilai toleransi pada anak masih belum tercapai. Hal ini
terlihat pendidikan nilai toleransi yang dilaksanakan belum menggambarkan nilai
toleransi pada kelompok lain, banyaknya kendala dalam mengoptimalkan
pendidikan toleransi terlihat kerjasama guru sebagai pendidik dan orang tua yang
bekerjasama dalam melakukan pendidikan kedisiplinan. Dengan menggunakan
nilai toleransi membantu anak agar mendapat mengembangkan pengendalian diri
dan memperoleh suatau batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah.
9
Universitas Sumatera Utara

Dilihat dari berbagai hal tersebut dari pengenalan dan pembiasaan nilai
toleransi, diharapkan anak akan sesuai dengan kaidah-kaidah nilai toleransi. Dari
hal terseebut perlu adanya pengenalan dan pembiasaan pada anak di TK Pamardi
Siwi agar terbentuknya sikap anak. karena pengenalan nilai toleransi pada anak
baik jika diperkenalkan sedini mungkin, diharapkan pegenalan sedini mungkin
dapat membentuk sesuai dengan nilai-nilai toleransi.
Masalah pedidikan nilai toleransi yang diterapkan sejak dini menjadi
ketertariakan peneliti. Peneliti tertarik pada nilai toleransi TKPamardi Siwi dalam
memeperkenalkan

kedisiplinan

karena

pendidikan

nilai

toleransi

sesuai

diperkenalkan pada masa awal perkembangan anak, karena TK sebagai awal dari
perkembangan masa anak untuk ditanamkan pengenalan dan pembiasaaan nilainilai toleransi. Fokus utama dalam penelitian ini adalah nilai-nilai toleransi pada
anak, karena masalah pendidikan nilai toleransi cocok untuk diperkenalkan
kepada anak di TKPamardi Siwi sejak dini. Pengenalan nilai toleransi merupakan
langkah awal pembentukan dari nilai toleransi anak.

10
Universitas Sumatera Utara

1.2

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana bentuk penanaman nilai-nilai toleransi pada anak diTaman
Kanak-kank Pamardi Siwi PTPN Nusantara IVKebun Ajamu
Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu ?
2. Bagaimana fungsi kurikulum dalam pendidikan karakter
Kanak-Kanak

Pamardi

Siw

PTPN

Nusantara

diTaman

IVkebunAjamu

Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu ?
1.3

Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bentuk penanaman nilai-nilai toleransi pada anak
diTaman Kanak-kanak

Pamardi Siwi PTPN Nusantara IVKebun

Ajamu Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu ?
2. Bagaimana fungsi kurikulum dalam pendidikan karakter

diTaman

Kanak-kanak Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun Ajamu
Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu ?

11
Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat Teoritis
1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau
pemahaman dan pengetahuan bagi mahasiswa ilmu Sosiologi
khususnya Sosiologi Pendidikan dan Sosiologi Keluarga serta
dapat memberikan sumbangan dalam ilmu sosial.
2. Penelitian ini juga diharapkan dapat menambah referensi hasil
penelitian yang juga dijadikan sebagai rujukan penelitian bagi
mahasiswa Sosiologi selanjutnya, serta diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan memperluas cakrawala
pengetahuan.
b. Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi
Masyarakat, terkhusus Orang tua dan juga Aparat yang
berkaitan dengan pendidikan seperti: Guru, Dinas pendidikan,
Kepala Desa. Sehingga masyarakat dapat memahami arti dari
nilai pendidikan pada anak tersebut.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
dalam ilmu sosiologi dan dapat digunakan sebagai acuan bagi
penelitian yang lain yang melakukan penelitian serupa.

12
Universitas Sumatera Utara

1.5

Defenisi Konsep
Konsep adalah suatu hasil pemaknaan didalam intelektual manusia yang

merujuk pada kenyataan nyata ke dalam empiris, dan bukan refleksi sempurna.
Dalam sosiologi, konsep menegaskan dan menetapkan apa yang akan diobservasi
(Suyanto, 2005:49). Defenisi konsep yang digunakan sebagai konteks penelitian
ini antara lain sebagai berikut :
1.5.1

Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses

pendidikan atau belajar mengajar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah
tingkah laku individu menuju kearah yang lebih baik melalui interaksi dengan
lingkungan sekitar.
1.5.2

Peran
Peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang

melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan
suatu peranan.
1.5.3

Taman Kanak-kanak (TK)
Taman kanak-kanak (TK) adalah salah satu bentuk pendidikan anak usia

dini pada jalur formal yang meyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia
empat sampai enam tahun. Secara terminologi, usia anak 4-6 tahun disebut
sebagai masa usia prasekolah. Istilah anak usia dini di Indonesia ditujukan kepada
anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun. Undang-undang Nomor 20 tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional, pasal 1 ayat 14 menyatakan :Pendidikan

13
Universitas Sumatera Utara

anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan untuk membentuk pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
lanjut.
1.5.4

Karakter
Karakter adalah proses menggunakan nilai dalam bentuk tingkah laku

sehari-hari sehingga tercermin tingkah laku yang jujur, baik, dan ramah. karakter
adalah sesuatu yang terfokus pada watak seseorang yang nantinya mencerminkan
perilaku dari seseorang. Karakter dapat didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
berkaitan dengan nilai perilaku. Karakter adalah perilaku yang dilandasi oleh
nilai-nilai berdasarkan norma agama, kebudayaan, hukum atau konstitusi, adat
istiadat, dan estetik (Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, 2011). Kebiasaankebiasaan yang ditanamkan dengan baik dan berulang-ulang dapat membentuk
karakter yang baik pula.
1.5.5

Toleransi
Toleransi adalah suatu sikap yang saling menghargai kelompok-kelompok

antar individu dalam masyarakat atau dalam lingkup lainnya. Toleransi adalah
suatu perbuatan yag melarang terjadinya diskriminasi sekalipun banyak terdapat
kelompok atau golongan yang berbeda dalam masyarakat.

14
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENANAMAN NILAI-NILAI KEGAMAAN BAGI ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK (TK) PERTIWI 4 SEMANU KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 3 93

PENGENALAN NILAI AGAMA ISLAM DI TAMAN KANAK- KANAK MELALUI METODE BERMAIN (STUDI KASUS DI TK PERTIWI PANDEYAN IV ).

0 3 8

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 12

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 2

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 1 24

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu) Chapter III V

0 0 50

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 3

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 5

TAMAN KANAK KANAK TK TK TALENTA 4 Telah

0 0 12

NILAI ANAK STIMULASI PSIKOSOSIAL DAN PER

0 0 8