Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

`BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Teori Struktural Fungsional
Masyarakat dalam perspektif teori struktural fungsional ini dilihat sebagai
jaringan kelompok yang bekerja sama secara terorganisasi dan bekerja secara
teratur, menurut norma dan teori yang berkembang (Purwanto, 2008:12)
Struktural Fungsional adalah sebuah sudut pandang luas dalam sosiologi dan
antropologi yang berupaya menafsirkan masyarakat sebagai sebuah struktur
dengan bagian-bagian yang saling berhubungan. Fungsionalisme menafsirkan
masyarakat

secara

keseluruhan

dalam

hal

fungsi


dari

elemen-elemen

konstituenya; terutama norma, adat, tradisi dan institusi (Idi, 2013:24).
Teori Fungsional Struktural menekankan pada unsur-unsur stabilitas,
Integritas, Fungsi, Koordinasi dan Konsensus. Talcott parsons merupakan salah
satu tokoh sosiologi modern yang terkenal degan teori fungsionalisme struktural.
Parson memiliki empat fungsi yang diperlukan secara bersama-sama agar sebuah
sistem dapat bertahan. Keempat fungsi tersebut dikenal dengan istilah AGIL.
(George Ritzer 2014: 117)

L

I
SISTEM KULTURAL

SISTEM SOSIAL

ORGANISME PELAKU


SISTEM KEPRIBADIAN

A

G
Gambar 3.1 Struktur sistem tindakan umum
15
Universitas Sumatera Utara

a. Adaptation ( adaptasi )
Sebuah sistem harus menanggulagi situasi eksternal yang gawat. Sistem
harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu
dengan kebutuhannya. Ekonomi adalah subsistem yang melaksanakan fungsi
masyarakat dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan melalui tenaga kerja,
produksi dana lokasi. Melalui pekerjaan, ekonomi menyesuaikan diri dengan
lingkungan kebutuhan masyarakat dan membantu masyarakat menyesuaikan diri
dengan realitas eksternal.
b. Goal attainment ( pencapaian tujuan )
Sebuah sistem harus mendefinisikan diri untuk mencapai tujuan utamanya.

Mendefenisikan diri yang dimaksud dapat diasumsikan sebagai pengenalan diri
guna menggapai tujuan yang ingin dicapai. Contohnya dalam sistem politik
melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan mengejar tujuan kemasyarakat
dan memobilisasi aktor dan sumberdaya untuk mencapai tujuan.
c. Integration ( integrasi )
Sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagian-bagian yang
menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antar hubungan ketiga fungsi
penting lainnya (A,G,I,L).
d. Latency (pemeliharaan pola)
Sebuah sistem harus melengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik
motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang
motivasi. Maksudnya sekolah dan keluarga adalah institusi yang menangani
fungsi pemeliharaan pola ( latensi) dengan menyebarkan kultur ( norma dan nilai )
kepada aktor sehingga aktor menginternalisasikan kultur itu.

16
Universitas Sumatera Utara

Pendidikan mempunyai peranan menyiapkan sumber daya manusia yang
mampu berpikir secara kritis dan mandiri sebagai modal dasar untuk

pembangunan manusia. Pendidik atau guru seharusnya lebih berperan sebagai
fasilitator, keaktifan lebih dibebankan kepada peserta didik. Keterlibatan peserta
didik dalam pendidikan tidak sebatas sebagai pendengar, pencatat dan penampung
ide-ide pendidik, tetapi lebih dari itu ia terlibat aktif dalam mengembangkan
dirinya sendiri (Sadiman, 2004:3).
Peran pendidikan dalam teori struktural fungsional antara lain adalah: (1)
Pendidikan dalam peranan kelompok. Peranan kelompok yang ada diharapkan
dapat memenuhi dan memuaskan kebutuhan seseorang, hal ini akan membiasakan
kebutuhan dan kepentingan serta mendekatkan harapan para anggota. Peristiwa ini
diharapkan dapat menjadikan suatu asosiasi atau lapiran, strata maupun struktur
masyarakat, baik secara kasta, golongan, statifikasi, kedaerahan, kelompok dan
lain sebagainya di lingkungan masyarakat tertentu. Kelompok sosial tersebut
dalam menciptakan lingkungan masyarakat yang kondusif, rukun, damai, saling
menghormati, stabil, tertib, lancar dan sebagainya, maka pemimpinya dari
masing-masing anggota harus dapat bertindak dan dapat memainkan perananperanan antara lain: (a) Dalam memainkan peranan kelompok tidak memaksakan
peranan-peranan tersebut kepada para anggota kelompok lainya, (b) Dalam
memainkan peranan kelompok harus bersama-sama dengan kelompok yang lain,
jika kelompok-kelompok itu telah membuat suatu kesepakatan bersama maupun
perjanjian, maka dimungkinkan kelompok itu menjadi kelompok yang besar dan
mengharapkan adanya perkembangan, (c) Tidak ada batasan peranan kelompok

dan menyesuaikan dengan penanaman sosial dalam melakukan interaksi maupun

17
Universitas Sumatera Utara

hubungan antar kelompok dalam lingkungan masyarakat serta mengelola benturan
dengan cara lebih menghargai dan menghormati peranan sosial. (2) Pendidikan
dalam Peranan Masyarakat, yang terdiri dari: (a) Langkah-langkah yang harus
ditempuh dan dilakukan bagi seseorang yang mendapat peran dan tugas
kepemimpinan, (b) Menunjukkan perbuatan sebagai anggota anggota organisasi
dari status kelompok/ perkumpulan maupun kelembagaan.
Anggota masyarakat jika sesuai dengan perananya akan membatasi
mengenai peranan (fungsi): misalnya sebagai orang tua mempunyai peranan
dalam pengendalian masyarakat, masing-masing akan mengetahui batas-batas
kewenanganya, sehingga dalam kehidupan bermasyarakat tidak akan terjadi
konflik serta benturan peranan satu dengan yang lainya, karena berjalan sesuai
dengan fungsi masing-masing. Pendidikan dalam Status Kelompok Stuktural
Sosial, jika dilihat dari persilangan yang terjadi terdapat: (a) Kesukuan
/Kedaerahan, (b) Kelas Sosial / Strata (struktur / lapisan ) masyarakat, (c) Status
Pekerjaan / Jenjang jabatan dalam bagian masyarakat.

Ada beberapa suku yang hidup dalam masayarakat tertentu, masingmasing dari masayarakat itu menunjukkan dan merasakan adanya ikatan suatu
geografis maupun kebudayaan tertentu yang senada dan berlaku secara turun
menurun serta para anggotanya dilahirkan, dikembangkan dan bertahan dalam
kelngsungan hidupnya (viabilitas) persilangan-persilangan yang terjadi akan
mewujudkan rasa kedaerahan. Kelas-kelas sosial merasakan juga adanya ikatan,
tujuan, tuntutan, gerakan maupun jenjang, mereka akan mengadakan persilangan
antara masing-masing kelas dan akan mewujudkan segmentasi maupun
pembentukan bagian yang semakin besar, dalam hal ini berbentuk lapisan

18
Universitas Sumatera Utara

masyarakat dan memupunyai pengaruh terhadap kelangsungan hidup masyarakat.
Individu dalam masyarakat yang telah mencukupi umur haruslah bekerja sesuai
dengan bidang dan kemampuan masing-masing. Kenyataan ini menunjukkan
interaksi antar sesama yang mempunyai status pekerjaan yang sama atau mirip
sehingga dapat menimbulkan pertukaran pengalaman, penegetahuan, pikiran serta
gagasan-gagasan penting. Persilangan-persilangan status pekerja/pekerjaan akan
melahirkan jenjang pekerjaan yang lebih besar dalam masyarakat (Kreimers,
1984:33).

Pendidikan
menyelenggarakan

dalam
berbagai

fungsi-fungsi
macam

masyarakat

fungsi,

dalam

dalam

lembaga

lembaga


keluarga

memperhatiakan dan memberikan perlindungan keluarga satu dengan yang lain,
menyelenggarakan fungsi-fungsi ekonomi, ayah ibu dan kakak juga berfungsi
sebagai pengganti guru ketika berada di rumah, memberikan gizi dan obat-obatan
serta gizi maupun pelayanan sosial-sosial lainya. Lembaga masyarakatpun juga
mempunyai fungsi dan tugas yang serupa dengan lembaga keluarga. Dalam
lembaga, fungsi-fungsi itu dipisah-pisah dan di bagi-bagi. Tidak dapat
diperkirakan bahwa suatu fungsi sosial tertentu diselenggarakan secara eksklusif
oleh suatu lembaga. Jika kita memahami pendidikan dengan seluruh kegiatankegiatannya, dimana anak-anak belajar dan dipelajari teknik-teknik, kebiasaankebiasaan serta perasaan-perasaan pada masyarakat dimana hidup, adalah nyata
bahwa sekolah tidak melakukan monopoli atas pendidikan (Kreimers, 1984:220).
Pemikiran perspektif stuktural fungsional meyakini bahwa tujuan
pendidikan adalah mensosialisasikan generasi muda menjadi anggota masyarakat
untuk dijadikan tempat pembelajaran, mendapatkan pengetahuan, perubahan

19
Universitas Sumatera Utara

perilaku dan penguasaan tata nilai yang diperlukan agar bisa tampil sebagai

bagian dari warga negara yang produktif (Sunarto, 1993:22).
Pendekatan fungsional menganggap masyarakat terintregrasi atas dasar
kata sepakat anggota-anggotanya akan nilai-nilai kemasyarakatan tertentu.
Masyarakat sebagai sistem sosial, secara fungsional terintregrasi ke dalam suatu
bentuk ekuilibrium. Oleh sebab itu aliran pemikiran tersebut disebut integration
approach, order approach, equilibrium approach, ataustructural fungtional
approach (fungsional struktural, fungsionalisme struktural) (Wirawan, 2006:42).
Struktural fungsional para penganutnya mempunyai pandangan pendidikan itu
dapat dipergunakan sebagai suatu jembatan guna menciptakan tertib sosial.
Pendidikan digunakan sebagai media sosialisasi kepada generasi muda
untuk mendapatkan pengetahuan, perubahan perilaku dan menguasai tata nilainilai yang dipergunakan sebagai anggota masyarakat. Masyarakat dipandang
sebagai suatu kesatuan, sebagai suatu kesatuan masyarakat itu dapat dibedakan
dengan bagian-bagianya, tetapi tidak dapat dipisah-pisahkan. Dengan adanya
anggapan masyarakat sebagai suatu realitas sosial yang tidak dapat diragukan
eksistensinya, maka Durkheim memberikan prioritas analisisnya pada masyarakat
secara holistik, dimana bagian atau komponen-komponen dari suatu sistem itu
berfungsi untuk memenuhi kebutuhan utama dari sistem secara keseluruhan.
Kebutuhan suatu sistem sosial harus terpenuhi agar tidak terjadi keadaan yang
abnornal. Turner dalam Wirawan mengatakan bahwa sistem sosial dapat dibentuk
untuk memenuhi kebutuhan atau tujuan-tujuan tertentu sehingga mempunyai

fungsi dalam membangun unsur-unsur kebudayaan masyarakat (Wirawan,
2006:48).

20
Universitas Sumatera Utara

Dalam perspektif fungsional struktural,masyarakat sebagai suatu sistem
dari bagian-bagian yang mepunyai hubungan satu dengan yang lain. Hubungan
dalam masyarakat bersifat timbal balik dan simbiotik mutualisme. Secara dasar
suatu sistem lebih cenderung kearah equilibrium dan bertsifat dinamis.
Ketegangan /disfungsi sosial /penyimpangan sosial/penyimpangan pada akhirnya
akan teratasi dengan sendirinya melalui adaptasi dan proses institusionalisasi.
Perubahan yang terdapat dalam sistem mempunyai sifat gradual dengan melalui
penyesuaian dan bukan bersifat revolusioner. Konsensus merupakan faktor
penting dalam integrasi. .
Setiap masyarakat mempunyai sususnan sekumpulan subsistem yang satu
sama lain berbeda-beda, hal ini didasarkan pada struktur dan makna fungsional
bagi masyarakat yang lebih luas. Jika masyarakat itu mengalami perubahan pada
umumnya akan tumbuh dan berkembang dengan kemampuan secara lebih baik
untuk menanggulangi permasalahan dan problem-problem dalam kehidupanya.

Secara umum fakta sosial menjadi pusat perhatian dalam kajian sosiologi
adalah struktur sosial dan pranata sosial. Dalam perspektif fungsional struktural,
struktur sosial dan pranata sosial tersebut berada dalam sistem sosial yang terdiri
atas elemen-elemen ataupun bagian-bagian yang saling menyatu dan mempunyai
keterkaiatan dalam keseimbangan. Fungsional struktural menekankan keteraturan
dan mengabaikan konflik serta perubahan-perubahan yang terjadi pada
masyarakat. Struktural fungsional menekankan pada peran dan fungsi struktur
sosial yang menitik beratkan konsensus dalam masyarakat.
Hal ini dikaitkan dengan pendidikan maupun sekolah mempunyai
beberapa fungsi antara lain: (1) Lembaga pendidikan merupakan sarana untuk

21
Universitas Sumatera Utara

bersosialisasi. Dalam lembaga pendidikan dapat merubah orientasi yang khas,
salah satunya adalah cara berpandangan /berpikir dan juga mewarisi terhadap
budaya yang dapat membuka wawasan baru terhadap dunia luar. Di dalam
lembaga pendidikan pula terdapat perubahan yang diperoleh bukan hanya karena
adanya keturunan maupun persaudaraan /hubungan darah, handai taulan, kerabat
dekat, teman sejawat dan lain-lain. Tetapi terdapat juga peran yang dewasa yang
diperolehdengan penghargaan dan prestasi yang benar-benar terjadi; (2) Lembaga
pendidikanmerupakan ajang seleksi dan alokasi yang dapat memberikan semangat
dan motivasi prestasiagar berguna dan dapat diterima dalam lapangan/ dunia
pekerjaan dan dapat dialokasikan bagimereka yang mendapatkan prestasi, dan (3)
Lembaga Pendidikan memberikan kesempatanyang sama dalam hak maupun
kewajiban tanpa adanya pandang bulu darimana dan siapapeserta didiknya.
B. Komponen Dalam Penggunaan Imperatif Fungsional
a. Sistem Tindakan
Menurut Parsons, terdapat enam lingkungan sistem tindakan yang
mendorong manusia untuk bertindak. Yakni adanya realitas hakiki, sistem
kultural, sistem sosial, sistem kepribadian, organisme behavorial, dan adanya
lingkungan fisik organik.
b. Sistem Sosial
Konsepsi Parsons tentang sistem sosial dimulai dari level mikro, yaitu
interaksi interaksi antara ego dan alter ego, yang diartikan sebagai bentuk dasar
dari sistem sosial. Menurut Parsons, sistem sosial adalah sistem yang terdiri dari
beragam aktor individual yang berinteraksi satu sama lain dalam situasi yang
setidaknya memiliki aspek fisik atau lingkungan, aktor yang cenderung

22
Universitas Sumatera Utara

termotivasi ke arah optimisasi kepuasan dan yang hubungannya dengan situasi
mereka, termasuk hubungan satu sama lain.
c. Sistem Kultural
Menurut Parsons, kebudayaan merupakan kekuatan utama yang mengikat
sistem tindakan. Hal ini disebabkan karena di dalam kebudayaan terdapat norma
dan nilai yang harus ditaati oleh individu untuk mencapai tujuan dari kebudayaan
itu sendiri. Nilai dan norma itu akan diinternalisasikan oleh aktor ke dalam dirinya
sebagai suatu proses dalam sistem kepribadian agar membentuk individu sesuai
yang diinginkan dalam sistem kultural.
d. Sistem Kepribadian
Sistem kepribadian tidak hanya dikendalikan oleh sistem kultural, namun
juga dikendalikan oleh sistem sosial. Pandangan Parsons adalah kendati konteks
utama struktur kepribadian berasal dari sistem sosial dan kebudayaan melalui
sosialisasi. Kepribadian menjadi sistem independen karena hubungannya dengan
organismenya sendiri dan melalui keunikan pengalaman hidupnya sendiri.
Kepribadian adalah sistem motivasi yang ada di dalam diri individu yang
mempunyai tujuan untuk memenuhi kebutuhan disposisi. Kebutuhan ini berbeda
bukanlah dorongan naluriah sejak lahir yang dimiliki individu, namun kebutuhan
ini timbul karena individu berada dalam setting sosial.
C.

Pengertian Interaksi Sosial
Interaksi sosial adalah hubungan antara individu satu dengan individu

yang lain, individu satu dapat mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya,
jadi terdapat adanya hubungan yang saling timbal balik. Sedangkan Suranto
(2011: 5) menyatakan bahwa “interaksi sosial adalah suatu proses berhubungan

23
Universitas Sumatera Utara

yang dinamis dan saling pengaruh-mempengaruhi antar manusia”. Pendapat lain
yang dikemukakan oleh Murdiyanto dan Handayani (2004: 50) dalam
(http://jurnal-sdm.blogspot.com), unsur-unsur yang terkandung dalam interaksi
sosial, yaitu (1) terjadinya hubungan antar manusia, (2) terjadinya hubungan antar
kelompok, (3) saling mempengaruhi, dan (4) adanya umpan balik. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antara individu dengan
individu atau individu dengan kelompok yang saling mempengaruhi sehingga
terjadi hubungan timbal balik dan pada akhirnya membentuk struktur sosial.


Faktor-faktor yang Mempengaruhi Interaksi Sosial
Interaksi sosial tidak muncul begitu saja. “Interaksi sosial adalah

hubungan antara individu satu dengan individu yang lain, individu satu dapat
mempengaruhi individu yang lain atau sebaliknya, jadi terdapat adanya hubungan
yang saling timbal balik. Terjadinya interaksi sosial pada individu dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu “faktor imitasi, faktor sugesti, faktor
identifikasi, dan faktor simpati”. Penjelasan dari keempat faktor tersebut adalah
sebagai berikut :


Faktor Imitasi
Imitasi bukan merupakan dasar pokok dari semua interaksi sosial,

melainkan merupakan suatu segi dari proses tingkah interaksi sosial, yang
menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam
pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak”.

24
Universitas Sumatera Utara



Faktor Sugesti

Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari dirinya sendiri maupun
orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya daya kritik”.


Faktor Identifikasi
Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik

(sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun secara batiniah. Proses
identifikasi berlangsung secara tidak sadar (secara dengan sendirinya) kemudian
irrasional,

yaitu

berdasarkan

perasaan-perasaan

atau

kecenderungan-

kecenderungan dirinya yang tidak diperhitungkan secara rasional, dan identifikasi
berguna untuk melengkapi sistem norma-norma, cita-cita, dan pedoman-pedoman
tingkah laku orang yang mengidentifikasi itu.


Faktor Simpati
Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang

lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan
penilaian perasaan seperti juga pada proses identifikasi. Hubungan antara individu
yang berinteraksi merupakan hubungan saling pengaruh yang timbal balik.
2.2 Peran
Peran adalah proses dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang
melaksanakan hak dan kewajiban sesuai dengan kedudukannya, dia menjalankan
suatu

peranan.

Pendidik

merupakan

tenaga

profesonal

yang

bertugas

merencanakan dan melaksanakan proses belajar di dalam kelas maupun diluar
kelas, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan.

25
Universitas Sumatera Utara

Peran TK ini memerlukan keahlian khusus yang tidak dapat dilakukan
sembarang orang diluar bidangg kependidikan. Peran pendidik/ guru merupakan
komponen yang berpengaruh terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan
yang berkualitas ( Mulyasa, 2009: 5) dimana seorang guru berperan utama dalam
pembangunan pendidikan, khususnya dalam pendidikan yang di selenggarakan
secara formal disekolah, seorang guru juga menentukan keberhasilan peserta didik
terutama dalam katannya dengan proses belajar mengajar dikelas.
Seorang guru mempunyai peran dalam pembelajaran, diantaranya
membuat desain instruksional, menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar,
bertindak mengajar atau membelajarkan, mengevaluasi hasil belajar yang
merupakan dampak pengajaran (Dimyati, 2009: 5). Peran guru yang penting
meliputi: (i) penyusunan program pembelajaran, (ii) pemberi informasi yang
benar, (iii) pemberi fasilitas belajar yang baik, (iv) pembimbing siswa dalam
memperoleh informasi yang benar, (v) penilai pemerolehan informasi (Dimyati,
2009: 173). Dapat ditarik kesimpulan bahwa guru hanya merupakan salah satu
sumber pengetahuan, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan pembimbing
belajar peserta didik serta pengarahan ilmu pengetahuan kepada murid sesuai
dengan tujuan yang ingin dicapai dalam semua dalam tiingkat pendidikan baik
dalam pendidikan formal maupun nonformal.
Dalam lembaga sekolah, tugas utama guru adalah mendidik dan mengajar.
Agar tugas utama tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, guru perlu memiliki
kualifikasi tertentu, kredibilitas moral, dedikasi dalam menjalankan tugas,
kematangan jiwa (kedewasaan), dan memiliki keterampilan teknis mengajar serta
mampu membangkitkan etos dan motivasi anak didik dalam belajar dan meraih

26
Universitas Sumatera Utara

sukses. Dengan kualifikasi tersebut, diharapkan guru dapat menjalankan tugasnya
sebagai pendidik dan pengajar mulai dari perencanaan program pembelajaran,
mampu memberikan keteladanan dalam banyak hal, kemampuan untuk
menggerakkan etos anak didik, sampai pada evaluasi.
Guru yang efektif adalah yang dapat menunaikan tugas dan fungsinya
secara professional (Marno, 2009: 28). Untuk dapat melakukan tugas secara
professional, diperlukan berbagai persyaratan seperti: kompetensi akademik,
kompetensi metodologis, kematangan pribadi, sikap penuh dedikasi, kesejahteraan
yang memadai, pengembangan karir, budaya kerja, dan suasana kerja yang
kondusif.
Guru di Taman Kanak-kanak harus memiliki kompetensi berikut: 1)
kompetensi paedagogik, meliputi: a) menguasai wawasan ilmu pendidikan untuk
mengembangkan potensi anak, b) menguasai wawasan keilmuan dan teknologi
bagi pengembangan potensi anak, 2) kompetensi kepribadian, meliputi: a)
memiliki kepribadian luhur sesuai dengan nilai-nilai keagamaan dan budaya
bangsa, b) memiliki integritas diri yang tinggi sebagai pendidik anak, c) memiliki
dedikasi, kreativitas, dan kemandirian, d) memiliki semangat untuk selalu belajar
dan mengembangkan diri sebagai pendidik, 3) kompetensi profesional, meliputi:
a) memahami karakteristik perkembangan anak, b) memahami perilaku belajar, c)
menguasai dan mengembangkan model-model pembelajaran, d) menguasai
prinsip-prinsip evaluasi pembelajaran, e) menguasai strategi pengembangan
potensi anak, f) menguasai prinsip-prinsip pengembangan program pendidikan, g)
menguasai prinsip-prinsip manajemen pendidikan, h) menguasai bahan belajar
anak usia dini, i) menguasai prinsip-prinsip dan teknik pengembangan bahan

27
Universitas Sumatera Utara

belajar anak, j) menguasai prinsip-prinsip dan strategi pengembangan media
belajar, k) menguasai teknik-teknik motivasi belajar, l) menguasai prinsip-prinsip
dan strategi bimbingan belajar, m) menguasai prinsip-prinsip pengembangan
kurikulum pendidikan, n) menguasai teknik-teknik analisis kebutuhan anak, o)
menguasai teknik-teknik modifikasi perilaku anak, p) menguasai teknik-teknik
analisis masalah pendidikan anak, 4) kompetensi sosial, a) menguasai ketrampilan
komunikasi dengan peserta didik, teman sekerja, dan masyarakat, b) memiliki
kepekaan dan kepedulian sosial terhadap peserta didik, teman sekerja,
danmasyarakat, c) memiliki sikap toleran terhadap perbedaan nilai-nilai dan
kebudayaan, d) memiliki kemampuan adaptasi sosial yang tinggi, e) memiliki
sikap terbuka (open mindedness) terhadap pembaharuan, f) memanfaatkan
teknologi informasi guna menyebar luasan ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang pendidikan (Waluyo, 2008).
Tugas profesional guru dapat dipilah menjadi empat fungsi sekalipun di
dalam praktik merupakan satu kesatuan terpadu saling terkait, mendukung dan
dapat memperkuat antara aspek satu dengan yang lainnya. Empat fungsi tersebut
meliputi: 1) guru sebagai pendidik, 2) guru sebagai pengajar, 3) guru sebagai
pelatih, 4) guru sebagai pembimbing (Waluyo, 2008).
Didalam pendidikan Taman Kanak-kanak, profesional kinerja guru atau
pendidik di Taman Kanak-kanak mempunyai tujuan agar sistem pendidikan pada
Taman Kanak-kanak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Sistem
pendidikan taman kanak-kanak dapat dikatakan efektif bila program kegiatan
belajar yang berlangsung didalamnya berfungsi sebaik-baiknya dan mencapai
tujuan yang telah ditentukan dalam kurikulum pendidikannya (Waluyo, 2008).

28
Universitas Sumatera Utara

Fungsi dari pendidik atau guru pendidikan anak usia dini yang salah
satunya adalah taman kanak-kanak meliputi: (1) fungsi adaptasi, berperan dalam
membantu anak melakukan penyesuaian diri dengan berbagai kondisi lingkungan
serta menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, (2) fungsi sosialisasi, berperan
dalam membantu anak agar memiliki ketrampilan-ketrampilan sosial

yang

berguna dalam pergaulan dan kehidupan sehari-hari, (3) fungsi pengembangan,
berkaitan dengan pengembangan berbagai potensi yang dimiliki anak, (4) fungsi
bermain, berkaitan dengan pemberian kesempatan pada anak untuk bermain,
karena bermain adalah hak anak, (5) fungsi ekonomik, adalah pendidikan yang
terencana untuk anak yang juga merupakan investasi jangka panjang orangtua
(Yamin, 2012: 30).
2.3 Lembaga Pendidikan
Lembaga pendidikan adalah lembaga atau tempat berlangsungnya proses
pendidikan atau belajar mengajar yang dilakukan dengan tujuan untuk mengubah
tingkah laku individu menuju ke arah yang lebih baik melalui interaksi dengan
lingkungan sekitar. Macam-macam lembaga pendidikan yaitu :
1. Pendidikan Formal (Lembaga pendidikan sekolah)
Pendidikan formal yaitu pendidikan yang dilaksanakan disekolah yang
didapati dengan secara sistematis, teratur, bertingkat, dan dengan mengikuti
sebuah syarat-syarat yang jelas. Sekolah yang lahir dan berkembang secara efektif
dan efisien dari dan oleh serta untuk masyarakat, adalah alat yang
mempunyai tugas untuk memberikan suatu pelayanan pengajaran dalam belajar
kepada suatu generasi muda dalam mendidik masyarakat. Jenis pendidikan formal

29
Universitas Sumatera Utara

ini terdiri atas pendidikan umum, kejuruan, vokasi, profesi, keagamaan, dan
khusus.
2.

Lembaga Nonformal (Lembaga pendidikan di Masyarakat)
Pendidikan Nonformal ini diselenggarakan untuk suatu kepentingan warga

masyarakat yang memerlukan suatu layanan pendidikan, pendidikan nonformal ini
mempunyai fungsi sebagai penambah lembaga pendidikan, atau menjadi
pelengkap pendidikan formal dalam rangka untuk mendukung pendidikan
sepanajang hayat. Satuan pendidikannya yaitu terdiri atas lembaga kursus,
kelompok belajar, lembaga pelatihan, pusat kegiatan belajar, majelis taklim, serta
satuan pendidikan yang sejenis. Hasil dari pendidikan nonformal ini bisa dihargai
stara dengan sebuah hasil program pendidikan formal, tapi sesudah melalui suatu
proses penilaian penyetaraan oleh sebuah lembaga yang ditunjuk oleh pemerintah
atau pemda dengan mengacu pada sebuah standar nasional pendidikan.
3.

Pendidikan Informal (Lembaga Pendidikan Keluarga)
Lembaga pendidikan informal yaitu suatu kegiatan pendidikan keluarga.

Lingkungan keluarga adalah suatu lingkungan pendidikan pertama yang ditemui
karena didalam keluarga inilah seorang anak pertama kali akan mendapatkan
didikan dan bimbingan didalam keluarga. Pendidikan keluarga juga ini dikatakan
sebagai lingkungan yang utama karena sebagai besar kehidupan anak berada
dalam sebuah lingkungan keluarga.

30
Universitas Sumatera Utara

Fungsi Lembaga Pendidikan
Fungsi pendidikan menurut Horton dan Hunt yakni Sebagai berikut :
1. Fungsi Manifes Pendidikan


Untuk mempersiapkan suatu anggota masyarakat untuk menacari nafkah.



Untuk mengembangkan sesuatu bakat perseorangan demi kepuasan pribadi
dan bagi suatu kepentingan masyarakat.



Untuk melestarikan suatu kebudayaan.



Untuk menanamkan suatu keterampilan yang perlu bagi dalam partisipasi
dalam demokrasi.

2. Fungsi Laten Pendidikan


Mengurangi Pendidikan Orang Tua, yakni melalui pendidikan sekolah,
orang tua akan melimpahkan tugas dan wewenang nya dalam mendidik
anak kepada sekolah.



Menyediakan Sarana Untuk Pembangkangan, yakni sekolah mempunyai
suatu potensi untuk menanamkan sebuah nilai pengembangan di
masyarakat. Hal ini dikarenakan tercermin dengan adanya perbedaan
pandangan antara sekolah dan masyarakat tentang suatu hal.



Mempertahankan Sistem

Kelas Sosial,

yakni pendidikan sekolah

diharapkan bisa mensosialisasikan kepada para anak didiknya untuk
menerima suatu perbedaan prestise, privilese, dan status yng ada didalam
masyarakat. Sekolah juga diahrapkan bisa menjadi saluran mobilitas siswa

31
Universitas Sumatera Utara

ke status sosial yang lebih tinggi atau paling tidak sesuai dengan status
orang tuanya.


Memperpanjang
bisa memperlambat

Masa

Remaja,

yakni

masa dewasa seseorang

pendidikan

sekolah

karena siswa masih

tergantung secara ekonomi pada orang tuanya.

2.4

Taman Kanak-Kanak ( TK)
Taman kanak-kanak atau disingkat TK adalah jenjang pendidikan anak

usia dini (yakni usia 6 tahun atau di bawahnya) dalam bentuk pendidikan formal.
Kurikulum TK ditekankan pada pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Lama masa belajar
seorang murid di TK biasanya tergantung pada tingkat kecerdasannya yang dinilai
dari rapor per semester. Secara umum untuk lulus dari tingkat program di TK
selama 2 (dua) tahun.
Umur rata-rata minimal kanak-kanak mula dapat belajar di sebuah taman
kanak-kanak berkisar 4-5 tahun sedangkan umur rata-rata untuk lulus dari TK
berkisar 6-7 tahun. Setelah lulus dari TK, atau pendidikan sekolah dan pendidikan
luar sekolah lainnya yang sederajat, murid kemudian melanjutkan ke jenjang
pendidikan lebih tinggi di atasnya, yaitu Sekolah Dasar atau yang sederajat.
Menurut Hapidin, dkk (2009) taman kanak-kanak sebagaimana diatur
dalam undang-undang No. 20 Tahun 2003 dan diungkapkan dalam pasal 28
merupakan bentuk pendidikan anak usia dini yang terdapat dalam jalur formal.
Makna formal dapat diartikan bahwa TK harus memenuhi beberapa persyaratan

32
Universitas Sumatera Utara

dalam menyelenggarakan pendidikannya, seperti kurikulum yang berstruktur,
tenaga pendidik (guru), tata administrasi serta prasarana dan prasarana.
Di dalam Garis-garis Besar Program Kegiatan Belajar (GBPKB) TK
(Depdikbud, 1995 :1) juga disebutkan bahwa program kegiatan belajar TK
berfungsi untuk :
1. Mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak sesuai dengan
tahap perkembangannya.
2. Mengenalkan anak dengan dunia sekitar.
3. Mengembangkan sosialisasi anak.
4. Mengenalkan peraturan dan menanamkan disiplin pada anak.
5. Memberikan kesempatan kepada anak untuk menikmati masa bermainnya.
Ruang Lingkup Pengelolaan TK
Ruang lingkup pengelolaan TK ini akan membahas apa saja yang dikelola.
Husaini Usman menyebutkan bahwa yang dikelola itu meliputi : program kegiatan
belajar, siswa, pegawai, biaya, sarana prasarana, tata usaha, organisasi, dan
hubungan sekolah dengan masyarakat. Sedangkan manajemen dipandang sebagai
fungsi meliputi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan / pengendalian.
Aspek/sumber daya pendidikan menurut Ibrahim Bafadal (1998 :9) pada
umumnya mencakup enam hal, yaitu :
1. Kurikulum yang merupakan keseluruhan program pengalaman belajar
yang dipersiapkan untuk siswa. Pada pendidikan Taman Kanak-Kanak
kurikulum tersebut disebut dengan istilah Program Kegiatan Belajar
(PKB).

33
Universitas Sumatera Utara

2.

Siswa, selaku subyek didik. Siswa ini merupakan raw input yang akan
dididik sesuai dengan program kegiatan belajar yang telah dikembangkan.

3.

Personel, seperti kepala Taman Kanak-kanak, guru dan pesuruhnya.

4.

Dana atau uang, yang dipersiapkan untuk pengadaan, pemeliharaan, dan
pembinaan komponen-komponen lainnya.

5.

Sarana dan prasarana yang digunakan untuk melaksanakan program
kegiatan belajar. Sarana dan prasarana di sini bisa berupa gedung, perabot,
halaman, dan sarana bermain siswa.

6.

Hubungan dengan masyarakat (seperti orang tua siswa, tokoh masyarakat,
dan warga masyarakat pada umumnya).
Administrasi taman kanak-kanak ini merupakan penyempurnaan dari

petunjuk umum administrasi TK dan disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku
pada program kegiatan belajar TK. Senada dengan pendapat diatas, dalam buku
Administrasi dan Supervisi Penyelenggaraan Taman Kanak-Kanak (Depdikbud,
1998 :10) disebutkan enam komponen yang harus dikelola yaitu :
a. Administrasi Program Kegiatan Belajar.
Administrasi program kegiatan belajar adalah proses penyelenggaraan
kegiatan pengajaran melalui kegiatan penyusunan program pengajaran, pembutan
format dan pencatatan serta penaturan jadwal/waktu/kegiatan.
b. Administrasi Kesiswaan.
Administrasi kesiswaan adalah pencatatan data dan pelaporan yang
ditinjau dari segi pembinaan maupun segi penertiban administrasi. Data yang
dicatat dari beberapa sumber yang diambil dari kegiatan pencatatan tahap awal

34
Universitas Sumatera Utara

tahun pembelajaran, selama tahun pelajaran, absensi anak didik, mutasi anak didik
, akhir tahun pembelajaran.
c. Administrasi Kepegawaian.
Administrasi kepegawaian adalah suatu kegiatan yang berkaitan dengan
pengaturan kepegawaian meliputi perencanaan, pengadaan, penganggkatan,
pembinaan, hak dan kewajiban, masa kerja, kesejahteraan, pemindahan,
pensiunan, dan pemberhentian.
d. Administrasi Sarana dan Prasarana.
Administrasi Sarana dan Prasarana merupakan seluruh proses kegiatan
yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan sungguh-sungguh serta dan
pembiasaan secara kontinu terhadap benda-benda pendidikan agar senantiasa siap
dipakai sehingga efektif dan efesien guna membantu tercapainya tujuan
pendidikan yang telah ditetapkan. Ruang lingkup Administrasi Sarana dan
Prasarana yaitu : perencanaan kebutuhan barang, pengadaan, penyimpanan,
pemeliharaan, inventarisasi, penghapusan, pelaporan.
e. Administrasi Keuangan.
f. Administrasi Hubungan dengan Masyarakat.
Sedangkan menurut Mulyani A. Nurhadi (1983 :5) komponen yang
dikelola dalam administrasi / manajemen pendidikan ada delapan. Yang lebih
lanjut dikenal dengan delapan bidang garapan, yaitu :
a. Administrasi Organisasi.
b. Administrasi Kepegawaian.
c. Administrasi Kurikulum.
d. Administrasi Kesiswaan.

35
Universitas Sumatera Utara

e. Administrasi Pembiayaan pendidikan.
f. Administrasi Prasarana dan Sarana.
g. Administrasi Tata Usaha.
h. Administrasi Hubungan Masyarakat.
2.3 Kajian-Kajian Terdahulu
Skripsi Erik Eka Saputra, dengan judul “ Pendidikan Toleransi ( Studi
Komparasi ) Pemikiran Nurholis Madjid dan

Mahatma Gandhi”. Mahasiswa

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, tahun 2013.
Skripsi ini membahas mengenai pemikiran antara Nurcholis Madjid dan Mahtma
Gandhi tentang konsep pendidikan toleransi.

Tujuan penelitian ini untuk

mengetahui konsep pendidikan toleransi dari dua tokoh tersebut, persamaan dan
perbedaan. Adapun hasil penelitian menyatakan bahwa pemikiran Nurcholis
Masjid yaitu membebaskan manusia untuk berfikir dan bertindak sesuai dengan
kebaikan yang diyakini berdasarkan suara hati agar manusia individu dan sosial
yang lebih toleran dalam menghargai dalam segala bentuk perbedaan sedangkan
Mahadma Gandhi mengunggkapkan bahwa membangkitkan sifat-sifat diri yang
baik dan menampilkan sikap terbaik secara meneyeluruh dalam kepribadian
manusia, yaitu tumbuh akal, dan jiwa yang lebih toleran terhadap sesama.
Persamaan dari kedua konsep tersebut adalah berkaitan dengan hakekat dan tujuan
pendidikan. Sedangkan metode yang ditawarkan Nurcholis ialah metode belajar
limited group. Mahatma Gandhi menggunakan metode akal dan jiwa yang
sempurna untuk kesatuan seluruh elemen.

36
Universitas Sumatera Utara

Skripsi yang ditulis oleh Itsna Fitria Rahma, Mahasiswa Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan Jurusan Pendidikan Agama Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Tahun 2012, dengan judul “ Menumbuhkembangkan Sikap Toleransi Siswa Beda
Agama Melalui Pelajaran Pendidikan Religiositas Kelas IX SMA BOBKRI 1
Yogyakarta.” Skripsi ini menjelaskan bahwa SMA BOBKRI 1 Yogyakarta telah
menerapkan pendidikan religiostas untuk menumbuhkembangkan sikap toleransi
siswa. Dalam penerapannya siswa dilatih menjadi seorang pemimpin, dilatih
memilih kesadaran dan rasa kejujuran pada saat mengikuti diskusi, menanamkan
rasa tanggung jawab pada saat mendapatkan tugas untuk meyampaikan materi
religiositas.
Berdasarkan dari hasil penelitian skripsi diatas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian yang penulis lakukan memiliki perbedaan dengan penelitian Erik Eka
Saputra, dalam penelitian tersebut, meskipun sama-sama meneliti tentang
toleransi, namun penelitian Erik Eka Saputra lebih berfokus pada perbandingan
konsep pendidikan toleransi antara pemikiran Nurcholis Masjid dan Mahatma
Gandhi. Penelitian Itsna Fitria Rahmah, yaitu penelitian ini membahas mengenai
pembinaan sikap toleransi melalui penerapan religiositas di SMA BOPKRI 1
Yogyakarta.
Penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk mengetahui bagaimana Peran
Taman Kanak-Kanak (TK) dalam penanaman nilai-nilai toleransi pada anak (
studi deskriptif Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusanara IV Kebun Ajamu
Kecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu). Penulis ingin mengetahui lebih
lanjut bagaimana Peran Taman Kanak-Kanak (TK) dalam penanaman nilai-nilai
toleransi pada anak di dalam pembelajaran, baik dalam bentuk penanaman nilai
37
Universitas Sumatera Utara

toleransi serta fungsi kurikulum dalam pembelajaran TK. Sehingga siswa tidak
hanya mengerti tentang teori tolerasi saja, namun praktiknya di dalam kehidupan
kehidupan sehari-hari juga diharapkan dapat diimplementasikan dengan baik oleh
siswa maupun warga sekolah.

38
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

PENANAMAN NILAI-NILAI KEGAMAAN BAGI ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK (TK) PERTIWI 4 SEMANU KABUPATEN GUNUNGKIDUL

0 3 93

PENGENALAN NILAI AGAMA ISLAM DI TAMAN KANAK- KANAK MELALUI METODE BERMAIN (STUDI KASUS DI TK PERTIWI PANDEYAN IV ).

0 3 8

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 12

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 2

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 14

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu) Chapter III V

0 0 50

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 3

Peran Taman Kanak-Kanak (TK) Dalam Penanaman Nilai-Nilai Toleransi Pada Anak (Studi Deskriftif TK Pamardi Siwi PTPN Nusantara IV Kebun AjamuKecamatan Panai Hulu Kabupaten Labuhanbatu)

0 0 5

TAMAN KANAK KANAK TK TK TALENTA 4 Telah

0 0 12

NILAI ANAK STIMULASI PSIKOSOSIAL DAN PER

0 0 8