Makalah Elemen Jurnalistik - Makalah

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Wacana kenaikan harga bahan bakar minyak mulai kuat berhembus setelah
rapat dengar pendapat antara komisi VII DPR RI dengan pemerintah tanggal 28
Februari 2012. Pasalnya, pembatasan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi
seperti yang diamanatkan pada APBN sulit dilakukan. Undang-undang Nomor 22
Tahun 2011 tentang APBN 2012, pasal 7 Ayat 4, menyebutkan pengalokasian
BBM bersubsidi secara tepat sasaran dilakukan melalui pembatasan konsumsi
BBM jenis premium untuk kendaraan roda empat pribadi pada wilayah Jawa-Bali
sejak 1 April 2012.
Kebijakan pembatasan bahan bakar minyak bersubsidi bagi mobil plat hitam
dinilai belum matang dan berbahaya jika dipaksakan untuk berjalan pada April
2012. Hingga kini infrastruktur penyedia BBM non subsidi belum siap, dan masih
banyak celah untuk menjual kembali BBM bersubsidi kepada khalayak umum
yang akan meningkatkan pasar gelap dan penyelendupan.
Oleh karena itu, pemerintah diminta segera mengajukan APBN-P sesuai
dengan ketentuan yang berlaku dan mendengarkan masukan-masukan dari komisi
VII DPR RI. Setelah diminta mengajukan APBN-P, pemerintah mengajukan dua
usulan terkait bahan bakar minyak dalam hal ini solar dan bensin. Yang pertama
adalah menaikkan harga bahan bakar minyak sebesar Rp. 1.500 perliter menjadi

Rp. 6.000, yang kedua adalah kenaikan sebesar berapapun harga minyak
internasional pemerintah akan memberikan subsidi sebesar Rp. 2.000 perliter.

1

Dari opsi yang ditawarkan pemerintah, anggota komisi VII DPR RI lebih memilih
menaikkan harga bahan bakar minyak sebesar Rp. 1.500 menjadi Rp. 6.000 dan
akan diberlakukan 1 April 2012.
Kenaikan harga premium dan solar menjadi Rp. 6.000 perliter tidak bisa
dihindari karena harga minyak diprediksi terus membengkak. Rata-rata harga
minyak Indonesia ICP (Indonesian Crude Price) pada Februari 2012 bahkan
menyentuh angka US$ 121,75 per barel, jauh di atas asumsi APBN 2012 yang
sebesar US$ 90 per barel.
Dari hasil keputusan rapat tersebut memunculkan pro dan kontra di
masyarakat, ada yang setuju dengan kenaikan harga, adapula yang tidak.
Kebanyakan yang mendukung kenaikan harga bahan bakar minyak adalah dari
pihak pemerintah. Mereka yang mendukung kenaikan harga bahan bakar minyak
menganggap bahan bakar minyak harus dinaikkan karena akan memberatkan
APBN dan kalau kenaikan ini tidak dilakukan akan memperburuk kondisi Negara.
APBN akan jebol jika harga bahan bakar minyak tidak segera dinaikkan, subsidi

untuk bahan bakar minyak akan menjadi 120 trilyun lebih. Hal ini akan
memberatkan APBN Negara Indonesia.
Mereka yang menolak kenaikan harga menganggap kenaikan harga bahan
bakar minyak akan tambah menyengsarakan warga miskin di Indonesia.
Kebijakan ini juga dinilai melanggar pasal 7 ayat 6 UU No. 22/2011 tentang
APBN 2012, yang menyatakan harga jual eceran BBM bersubsidi tidak
mengalami kenaikan. Kenaikan bahan bakar minyak memberikan efek psikologis
untuk kenaikan berbagai komoditas di sektor kehidupan lain, diantaranya

2

kenaikan bahan pokok yang akan sangat memberatkan bagi kalangan petani dan
nelayan. Langkah lain yang bisa dilakukan pemerintah adalah dengan melakukan
efesiensi anggaran-anggaran yang tidak penting dan tidak bersentuhan langsung
dengan masyarakat.
Dikalangan masyarakat respon kenaikan harga bahan bakar minyak mulai
bermunculan terutama dari kalangan mahasiswa dan organisasi kemasyarakatan.
Mereka mulai menggelar demo menolak kenaikan harga bahan bakar minyak di
berbagai daerah. Yang paling sering melakukan demo adalah dari kalangan
mahasiswa, bahkan setiap hari kita melihat berita baik di media cetak maupun

media elektronik meliput kegiatan demo tersebut. Tidak sedikit dari demo
menolak kenaikan harga bahan bakar minyak berujung bentrok dengan aparat
kepolisian.
Peristiwa di atas mulai banyak diberitakan media menjelang akhir bulan
Februari 2012, baik media cetak maupun media elektronik. Kedua media ini
sangat berperan aktif dalam menyampaikan setiap perkembangan dari peristiwa
tersebut. Di antara sekian banyak Koran lokal yang ada di kota Makassar yang
rutin

mengikuti

perkembangan

dan

intens

serta

selalu


update

untuk

memberitakannya kepada khalayak dalah Tribun Timur dan Fajar. Kedua Koran
ini merupakan Koran lokal yang ada di Sulawesi Selatan. Isu kenaikan harga
bahan bakar minyak bahkan beberapa kali menjadi headline dalam pemberitaan
media yang bersangkutan.
Dalam ilmu komunikasi, media massa adalah sarana atau alat dalam
komunikasi massa. Media massa dilihat sebagai alat untuk menyampaikan pesan-

3

pesan kepada sejumlah orang yang tersebar di berbagai tempat. Oleh karena itu,
akibat pemberitaan mengenai peristiwa tersebut hampir seluruh lapisan
masyarakat mengetahui kejadian itu sesuai apa yang mereka dapat dari media
yang mereka gunakan.
Permasalahannya, setiap koran kemungkinan memberitakan hal yang sama
dengan cara yang berbeda. Cara yang berbeda disini dapat berupa perspektif yang

berbeda, penonjolan serta porsi yang berbeda. Diperlukan sebuah upaya yang
bermanfaat untuk membantu masyarakat memetakan bingkai-bingkai isu kenaikan
harga bahan bakar minyak melalui sebuah teknis analisis tertentu. Setiap pesan
yang dibingkai dan dibungkus secara berbeda akan dimaknai dan dipahami secara
berbeda pula oleh khalayak.
Dalam pemberitaan tersebut tentu ada proses konstruksi terhadap realitas
yang ada. Untuk mengetahui proses konstruksi tersebut maka dapat dilakukan
beberapa metode, diantaranya ialah analisis wacana, semiotika, dan analisis
framing. Analisis framing merupakan metode yang paling sesuai karena dari
perspektif komunikasi, analisis ini dipakai untuk menganalisa atau membedah
cara-cara atau ideologi media khususnya Tribun Timur dan Fajar saat
mengkonstruksi fakta.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis model Robert N. Entman.
Robert N. Entman salah seorang ahli yang meletakkan dasar-dasar bagi analisis
framing untuk studi media. Konsep framing media oleh Entman digunakan untuk
menggambarkan proses seleksi dan menonjolkan aspek tertentu dari realitas oleh
media. Selain elemen framing define problem, diagnose causes, make moral

4


judgement, dan treatment recommendation, dalam model Entman juga dapat
dianalisis melalui kata, kalimat, gambar dan citra yang ingin ditampilkan kepada
khalayak.
Pemberitaan yang gencar terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak
tentunya memunculkan opini yang berbeda-beda di masyarakat. Media memiliki
peran yang sangat besar dalam menentukan peristiwa mana yang akan diangkat.
Peristiwa yang sama bisa saja diberitakan secara berbeda pula tergantung
bagaimana media mengkonstruksi realitas yang ada. Hal inilah yang kemudian
mendorong penulis untuk melakukan penelitian yang berjudul : Perbandingan
Analisis Framing

Headline Harian Tribun Timur dan Fajar Terhadap

Berita Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak pada Bulan Maret-April 2012.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah headline Tribun Timur dan Fajar membingkai
pemberitaan kenaikan harga bahan bakar minyak?
2. Bagaimanakah perbandingan framing headline Tribun Timur Dan
Fajar terkait berita kenaikan harga bahan bakar minyak?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan Framing headline Tribun Timur dan Fajar dari
berita kenaikan harga bahan bakar minyak.
2. Untuk menggambarkan perbandingan framing headline Tribun Timur
dan Fajar dari berita kenaikan harga bahan bakar minyak.

5

2. Kegunaan Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan referensi
dalam pengembangan Ilmu Komunikasi terkait dengan realitas di balik
wacana media elektronik, khususnya studi mengenai berita media
cetak dalam hal ini adalah framing berita kenaikan harga bahan bakar
minyak.
2. Secara Praktis
Hasil Penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi mahasiswa,
juga bagi jurusan Ilmu Komunikasi. Lebih jelasnya dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Memberi acuan kepada pembaca yang ingin mengetahui Tribun

Timur dan Fajar dalam membingkai berita kenaikan harga bahan
bakar minyak.
2. Untuk pembuatan skripsi guna memenuhi salah satu syarat dalam
menempuh ujian sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas
Ilmu Sosial dan Politik Universitas Hasanuddin.
D. Kerangka Konseptual
Marakanya berita tentang kenaikan harga bahan bakar minyak membuat
media massa menyoroti isu tersebut, media lokal yang aktif memberitakan kasus
tersebut adalah Tribun Timur dan Fajar, bahkan kedua Koran ini mengangkatnya
jadi headline. Dari semua pemberitaan itu kita bisa melihat bagaimana media
mengemas berita tersebut untuk kemudian disampaikan kepada masyarakat luas.

6

Untuk mengetahui bagaimana media massa ini mengemas berita tersebut maka
peneliti menggunakan analisis framing untuk menjelaskannya, dengan mengamati
frame-frame yang dibentuk disetiap pemberitaanya.
Media massa pada dasarnya melakukan konstruksi terhadap realitas yang
ada. Upaya media massa ialah melakukan perekayasaan sehingga terbentuk
realitas yang baru dari realita yang nyata. Dalam pandangan konstruksionis, media

massa tidak akan pernah bisa lepas dari pemaknaan realitas. Dalam pandangan
konstruksi social (konstruksionisme) berita bukan merupakan peristiwa atau fakta
dalam arti yang riil atau sebenarnya.
Analisis framing merupakan versi terbaru dari pendekatan analisis wacana,
khususnya untuk menganalisis teks media. Gagasan mengenai framing, pertama
kali dilontarkan oleh beterson tahun 1955 (Sobur, 2009:161). Mulanya, frame
dimaknai sebagai struktur konseptual atau perangkat kepercayaan yang
mengorganisir pandangan politik, kebijakan, dan wacana, serta yang menyediakan
kategori-kategori standar untuk mengapresiasi realitas. Konsep ini kemudian
dikembangkan lebih jauh oleh goffman pada tahun 1974, yang mengandaikan
frame sebagai kepingan-kepingan perilaku (strips of behavior) yang membimbing
individu dalam membaca realitas. Akhir-akhir ini, konsep framing telah
digunakan secara luas dalam literatur ilmu komunikasi untuk menggambarkan
proses penseleksian dan penyorotan aspek-aspek khusus sebuah realitas oleh
media.
Media massa sampai saat ini berpotensi menciptakan hipperrealitas
(hiperreality), yakni suatu upaya media dalam melakukan perekayasaan terhadap

7


makna sehingga memungkinkan terjadinya realitas semu di balik sejumlah
pemberitaan yang ada.
Oleh karena itu, persoalan yang terdapat dalam media tidak bisa bersifat
netral. Antonio Gramsci dalam Sobur (2009:30) melihat media sebagai ruang
dimana berbagai ideologi direpresentasikan. Ini berarti, di sisi lain, media bisa
menjadi sarana penyebaran ideologi penguasa, alat legitimasi dan kontrol atas
wacana publik. Namun di sisi lain, media juga bisa menjadi alat resistensi
terhadap kekuasaan. Media bisa menjadi alat untuk membangun kultur dan
ideologi dominan bagi kepentingan kelas dominan, sekaligus juga bisa menjadi
instrumen perjuangan bagi kaum tertindas untuk membangun kultur dan ideologi
tandingan.
Analisis framing secara sederhana dapat digambarkan sebagai analisis untuk
mengetahui bagaimana realitas (peristiwa, actor, kelompok, atau apa saja)
dibingkai oleh media. Pembingkaian tersebut tentu saja melalui proses konstruksi.
Disini realitas sosial dimaknai dan dikonstruksi dengan makna tertentu, peristiwa
dipahami dalam dalam bentukan tertentu. hasilnya pemberitaan media pada sisi
tertentu atau wawancara dengan orang-orang tertentu. Semua elemen tersebut
tidak hanya bagian dari teknik jurnalistik, tetapi menandakan bagaimana peristiwa
di maknai dan ditampilkan. Pada dasarnya framing adalah metode untuk melihat
cara bercerita (story telling) media atas peristiwa. Cara bercerita itu tergambar

pada “cara melihat” terhadap realitas yang dijadikan berita. “Cara melihat” ini
berpengaruh pada hasil akhir dari konstruksi realitas. Analisis framing adalah

8

analisis yang dipakai untuk melihat bagaimana media mengkonstruksi
realitas.(Eriyanto,2005:10)
Wacana media massa dalam banyak kasus, terutama pemberitaan media
yang berhubungan dengan peristiwa yang melibatkan pihak yang dominan akan
selalu disertai penggambaran buruk bagi yang kurang dominan (Sobur 2009:36).
Dalam berita kenaikan harga bahan bakar minyak pihak yang menjadi bagian
yang kurang dominan merupakan sebuah konstruksi kultural yang dihasilkan dari
ideology, karena media dalam memuat suatu berita dan mengemas suatu isu atau
peristiwa memiliki kerangka tertentu untuk memahami realitas social. Melalui
narasi yang ditampilkan oleh media, bisa menimbulkan arti-arti tertentu mengenai
suatu peristiwa, isu maupun pelaku atau aktor.
John Hartley (Eriyanto, 2005: 131) menjelaskan bahwa narasi berita hampir
mirip dengan sebuah novel atau fiksi, dimana di dalamnya ada pahlawan dan ada
pula penjahat. Demikian juga dalam cerita fiksi, pahlawan baru ada kalau ada
penjahat, begitupula sebaliknya, penjahat ada pahlawan akan menghentikannya.
Untuk melihat bagaimana pemberitaan Tribun Timur dan Fajar terhadap
kenaikan harga bahan bakar minyak, salah satu cara yang bisa digunakan untuk
menangkap cara media membangun realitas beritanya ialah dengan menggunakan
analisis framing. Analisis framing adalah sebuah alat atau metode yang dapat
digunakan untuk melihat cara media dalam menampilkan sebuah berita untuk
khalayak dan sangat tepat untuk melihat keberpihakan, atau kecenderungan sikap
politik sebuah media dalam pemberitaannya.

9

Pada dasarnya analisis framing dipahami dan banyak digunakan dalam
penelitian sebagai salah satu teknik analisis isi. Tetapi pada perkembangan
berikutnya, analisis framing telah berubah menjadi seperangkat teori yang oleh
sejumlah pakar komunikasi dipahami sebagai salah satu pendekatan untuk
bagaimana domain dibalik teks media mengkonstruksi pesan.
Secara metodologi, analisis framing memiliki perbedaan yang sangat
menonjol dengan analisis isi (content analysis). Analisis isi dalam studi
komunikasi lebih menitikberatkan pada metode penguraian fakta secara kuantitatif
dengan mengkategorisasikan isi pesan teks media. Pada analisis isi, pertanyaan
yang selalu muncul; seperti, apa saja yang diberitakan oleh media dalam sebuah
peristiwa? Tetapi, dalam analisis framing yang ditekankan adalah bagaimana
peristiwa itu dibingkai (Eriyanto 2005:3).
Oleh karena itu, dalam menganalisa pemberitaan Tribun Timur dan Fajar
terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak, peneliti melihat analisis framing
sebagai metode yang tepat dalam melakukan penelitian.
Dalam perspektif komunikasi, analisis framing dipakai untuk membedah
cara-cara atau ideologi media saat mengkonstruksi fakta. Analisis ini mencermati
strategi seleksi, penonjolan, dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih
bermakna. Selain itu, metode ini juga dipakai untuk menganalisis isi media agar
lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat, untuk menggiring interpretasi
khalayak sesuai perspektifnya.
Entmant (Eriyanto, 2005: 163) melihat framing dalam dua dimensi besar
yaitu seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek realitas. Kedua

10

faktor ini dapat mempertajam framing berita melalui proses seleksi isu yang layak
ditampilkan dan penekanan isi beritanya. Perspektif wartawanlah yang akan
menentukan fakta yang dipilihnya, ditonjolkannya dan dibuangnya.

Gambar 1.1 Skema Kerangka Konseptual
Headline Pemberitaan Tribun Timur dan Fajar
terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak

- Define Problems
- Diagnose Causes
- Make moral
judgement
- Treatment
Recomendation

Analisis Framing Model Robert N. Entman

Hasil Frame headline berita kenaikan
harga bahan bakar minyak

Perbandingan frame headline Tribun
Timur dan headline Fajar terhadap berita
kenaikan harga bahan bakar minyak

11

E. Definisi Operasional
-

Analisis Framing ialah salah satu bentuk analisis atau metode
pengamatan

media

yang

digunakan

untuk

menggambarkan

dan

mengetahui cara media dalam proses seleksi dan menonjolkan aspek
tertentu dalam mengkonstruksi realitas.
-

Headline ialah berita mengenai kenaikan harga baha bakar minyak yang
ada pada halaman satu harian Tribun Timur dan Fajar.

-

Define problems adalah pemaknaan Tribun Timur dan Fajar terhadap
berita kenaikan harga bahan bakar minyak.

-

Diagnose causes adalah elemen framing untuk membingkai siapa/apa
yang dianggap sebagai aktor atau penyebab dari berita kenaikan harga
bahan bakar minyak.

-

Make moral judgement adalah nilai moral yang disajikan untuk
menjelaskan masalah kenaikan harga bahan bakar minyak.

-

Treatment

recommendation

adalah

jalan

yang

dipilih

untuk

menyelesaikan masalah dari berita kenaikan harga bahan bakar minyak.
-

Berita merupakan hasil akhir dari informasi kejadian atau peristiwa yang
telah mengalami proses penyuntingan dari redaksi dan di sampaikan ke
publik.

-

Tribun Timur dan Fajar merupakan Koran lokal di wilayah Sulawesi
Selatan.

12

F. Metode Penelitian
1. Objek dan Waktu Penelitian
Objek penelitian ini adalah media cetak lokal di Sulawesi Selatan,
yakni Tribun Timur dan Fajar. Penelitian dikhususkan pada pemberitaan
kenaikan harga bahan bakar minyak, Penelitian ini berlangsung dari bulan
April 2012 hingga Agustus 2014.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
ialah data primer yang diperoleh melalui pengumpulan data headline
berita kenaikan harga bahan bakar minyak dari Tribun Timur dan Fajar.
Untuk melengkapi data primer penelitian, maka ditunjang dengan
berbagai referensi atau sumber dokumentasi seperti buku-buku, jurnal,
laporan penelitian dokumen-dokumen, makalah dan surat kabar serta
berbagai informasi dari media online / internet.
3. Populasi dan sampel Penelitian
Penelitian ini menggunak metode sampel purposive, dimana
peneliti menentukan sampel berdasarkan kriteria tertentu pada harian
Tribun Timur dan Fajar. Berita yang dipilih adalah berita yang dianggap
relevan dengan tujuan penelitian ini. Peneliti mengambil headline berita
dari bulan Maret sampai April 2012.
Peneliti beranggapan pada bulan tersebut diatas, headline berita
kenaikan harga bahan bakar minyak gencar diberitakan oleh Tribun Timur
dan Fajar.

13

4. Tipe penelitian
Tipe penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif.
Pendekatan ini merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif yang menghasilkan kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan perilaku yang dapat diamati. Adapun sifat dari penelitian ini adalah
deskriptif. Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan
subyek/obyek penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat dan lain-lain)
pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana
adanya. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata/gambar dan bukan
angka-angka. Hal ini dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap
bagian ditelaah satu demi satu.
Format deskriptif kualitatif bertujuan untuk menggambarkan,
meringkaskan berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas sosial
dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik
realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda,
atau gambaran tentang kondisi, situasi, ataupun fenomena tertentu.
5. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah
analisis framing berdasarkan model Robert Entman. Analisis framing
merupakan salah satu cara menganalisis media untuk mengetahui realitas
yang dikonstruksi atau dibingkai oleh media. Dalam kaitan dengan
permasalahan penelitian ini, analisis framing digunakan untuk mengetahui

14

bagaimana Tribun Timur dan Fajar membingkai headline pemberitaan
kenaikan harga bahan bakar minyak. Melalui analisis ini ingin diketahui
seperti realitas yang dikonstruksi oleh Tribun Timur dan Fajar dalam
menyajikan pemberitaannya mengenai kenaikan harga bahan bakar
minyak.
Entman melihat framing dalam dua dimensi besar: seleksi isu dan
penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas/isu.
Penonjolan adalah proses membuat informasi menjadi lebih bermakna,
lebih menarik, berarti, atau lebih diingat oleh khalayak.
Seleksi isu

Aspek ini berhubungan dengan pemilihan fakta. Dari
realitas yang kompleks dan beragam itu, aspek mana
yang diseleksi untuk ditampilkan? Dari proses ini selalu
terkandung di dalamnya ada bagian berita yang
dimasukkan (included), tetapi ada juga berita yang
dikeluar (excluded). Tidak semua aspek atau bagian dari
isu ditampilkan, wartawan memilih aspek tertentu dari
suatu isu.

Penonjolan

Aspek ini berhubungan dengan penulisan fakta. Ketika

aspek tertentu aspek tertentu dari suatu peristiwa/isu tersebut dipilih,
dari isu

bagaimana aspek tersebut ditulis? Hal ini sangat
berkaitan dengan pemakaian kata, kalimat, gambar, dan
citra tertentu untuk ditampilkan kepada khalayak.

Sumber : Eriyanto, 2005:187

15

Dalam konsepsi Entman, framing pada dasarnya merujuk pada
pemberitaan definisi, penjelasan, evaluasi, dan rekomendasi dalam suatu
wacana untuk menekankan kerangka berpikir tertentu terhadap peristiwa yang
diwacanakan.
Define Problems

Bagaimana suatu peristiwa /isu dilihat? Sebagai

(pendefinisian masalah)

apa? Atau sebagai masalah apa?

Diagnose causes

Peristiwa itu dilihat disebabkan oleh apa? Apa

(Memperkirakan

yang dianggap sebagai penyebab dari suatu

masalah

atau

sumber masalah? Siapa (aktor) yang dianggap sebagai

masalah)

penyebab masalah?

Make moral judgement

Nilai moral apa yang disajikan untuk menjelaskan

(membuat

keputusan masalah? Nilai moral apa yang dipakai untuk

moral)

melegitimasi atau mendelegitimasi suatu tindakan?

Treatment

Penyelesaian

Recommendation

mengatasi masalah/isu? Jalan apa yang ditawarkan

(Menekankan

dan harus ditempuh untuk mengatasi masalah?

apa

yang

ditawarkan

untuk

penyelesaian)
Sumber: Eriyanto, 2005: 188
Konsepsi mengenai framing dari Entman tersebut menggambarkan
secara luas bagaimana peristiwa dimaknai dan ditandakan oleh wartawan.
Define problems (pendefinisian masalah) adalah elemen yang pertama kali
dapat kita lihat mengenai framing. Elemen ini merupakan master frame

16

bingkai yang paling utama. Ia menekankan bagaimana peristiwa dipahami
oleh wartawan.
Diagone causes (memperkirakan penyebab masalah), merupakan
elemen framing untuk membingkai siapa yang dianggap sebagai aktor dari
suatu peristiwa.
Make moral judgement (membuat pilihan moral) adalah elemen
framing yang dipakai untuk membenarkan/memberi argumentasi pada
pendefinisian

masalah

yang

sudah

dibuat.

Ketika

masalah

sudah

didefinisikan, penyebab masalah sudah ditentukan, dibutuhkan sebuah
argumentasi yang kuat untuk mendukung gagasan tersebut. Contoh gerakan
mahasiswa, kalau wartawan memaknai demonstrasi mahasiswa sebagai upaya
pertahanan diri, dalam teks berita bisa dijumpai serangakaian pilihan moral
yang diajukan. Misalnya disebut dalam teks, “mahasiswa adalah kelompok
yang tidak mempunyai kepentingan, dan berjuang di garis moral”.
Element framing lain adalah Treatment recommendation (menekankan
penyelesaian). Elemen ini dipakai untuk menilai apa yang dikehendaki oleh
wartawan. Jalan apa yang dipilih untuk menyelesaikan masalah. Penyelesaian
itu tentu saja sangat tergantung pada bagaimana peristiwa itu dilihat dan siapa
yang dipandang sebagai penyebab masalah.

17