B1J009037 5.

8
II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

1.

Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian

1.1 Materi Penelitian
1.1.1 Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jamur yang
bertubuh buah, serasah daun, batang/ranting patah yang ditumbuhi jamur,
kayu lapuk, dan tanah yang diperoleh di hutan lindung Resort
Pemangkuan Hutan (RPH) Baturraden, Bagian Kesatuan Pemangkuan
Hutan (BKPH) Gunung Slamet Barat, Perum Perhutani Kesatuan
Pemangkuan Hutan (KPH) Banyumas Timur.
Bahan yang digunakan untuk melakukan isolasi dan seleksi adalah
aquades steril, medium PDA (Potato Dextrose Agar), alkohol 70%,
kloramfenikol, medium Bavendamm (PDA+asam galat), asam asetat
glasial 50%, dan formalin 37%.
1.1.2 Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah masker, alat tulis,

kamera digital, GPS (Global Positioning System), autoklaf, LAF
(Laminar Air Flow), oven, kantong plastik (ukuran 2 kg, 3 kg, dan 5 kg),
kertas label, timbangan analitik, cawan petri, jarum ose, pipet ukur (5 ml
dan 10 ml), pipet tetes, skalpel, wrapper, pembakar spirtus, gelas benda
(200 ml, 500 ml, dan 1000 ml), kapas, magnetik stirrer, labu Erlenmeyer
250 ml, batang pengaduk, bor gabus (diameter 4 mm), kompor gas,
aluminium foil, kaca preparat, kaca objek, mikrometer okuler dan
objektif, kertas tissue, kapas, tabung reaksi, mikroskop, dan pinset.

9
1.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Tahapan pengambilan sampel jamur dilakukan di hutan lindung RPH
Baturraden, BKPH Gunung Slamet Barat, Perum Perhutani KPH Banyumas
Timur pada tanggal 28 Juni 2013. Tahapan isolasi, seleksi, dan inventarisasi
jamur pelapuk putih dilakukan pada bulan Juli 2013-Februari 2014 di
Laboratorium Mikologi/Fitopatologi Fakultas Biologi Universitas Jenderal
Soedirman.
2.

Metode Penelitian dan Cara Kerja


2.1 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survai dengan teknik pengambilan sampel secara acak terpilih (Purposive
Random Sampling) di hutan lindung RPH Baturraden, BKPH Gunung Slamet
Barat, Perum Perhutani KPH Banyumas Timur. Identifikasi dilakukan pada
sampel jamur yang didapat dari uji medium Bavendamm yang positif jamur
pelapuk putih berdasarkan ciri morfologinya.
2.2 Parameter
Parameter utama yang diamati adalah karakter mikromorfologi dan
makromorfologi genus jamur pelapuk putih. Parameter pendukung yang diamati
yaitu kecepatan pertumbuhan miselium pada medium agar, diameter koloni,
pigmentasi medium berdasarkan uji medium Bavendamm, diameter hifa, dan
hifa yang berseptat.
2.3 Cara Kerja
2.3.1 Pembuatan medium PDA (Potato Dextrose Agar) (Gandjar et al., 1999)
terdapat pada Lampiran 1.

10
2.3.2 Pembuatan medium seleksi jamur pelapuk putih (medium Bavendamm)

(Nishida et al., 1988) terdapat pada Lampiran 2.
2.3.3 Pembuatan larutan awetan jamur pelapuk putih (larutan FAA/
Formaldehyde Acetic-acid Alcohol) (Gandjar et al., 1999) terdapat pada
Lampiran 3.
2.3.4 Pengambilan Sampel (Arif et al., 2008)
Sampel jamur diambil secara acak terpilih (Lampiran 4. Peta
Pengambilan Sampel Jamur Pelapuk Putih), dengan mencari dan
mengumpulkan jamur bertubuh buah, material atau bahan isolat : tanah
yang mengandung serasah atau bahan organik, ranting/batang yang
ditumbuhi jamur, dan kayu yang sudah lapuk di sepanjang jalur
pendakian Gunung Slamet. Sebelum dibawa ke laboratorium, setiap
sampel jamur diamati secara visual dan didokumentasikan. Kemudian
sampel dimasukkan ke dalam plastik dan diberi label untuk selanjutnya
dibawa ke laboratorium dan dilakukan tahapan selanjutnya.
2.3.5 Isolasi jamur pelapuk putih, seleksi isolat jamur pelapuk putih,
identifikasi, dan koleksi jamur pelapuk putih.
2.3.5.1. Isolasi jenis-jenis jamur yang diperoleh dari lapangan dilaksanakan di
laboratorium, dengan tahapan:
2.3.5.1.1 Isolasi jamur dari tubuh buah jamur, kayu lapuk, serasah daun,
batang dan ranting (Arif et al., 2008)

Metode ini digunakan pada sampel jamur yang sudah
membentuk tubuh buah, kayu lapuk, serasah daun, ranting dan
batang (yang ditumbuhi jamur). Sampel yang sudah dipotong kecil
± 1 cm sebelum dibiakkan dilakukan sterilisasi permukaan dengan
memasukkannya ke dalam larutan alkohol 70% selama 1 menit,
kemudian dibilas dengan akuades steril ± 5 detik dengan tiga kali

11
ulangan, setelah itu dikeringkan dengan tissue steril ± 1 menit.
Selanjutnya ditanam ke medium PDA di dalam cawan petri.
Inkubasi dilakukan pada suhu ruang selama 3-4 hari sampai terlihat
adanya pertumbuhan miselium jamur. Biakkan campuran yang
tumbuh selanjutnya dimurnikan pada medium PDA yang baru,
dengan cara memindahkannya menggunakan jarum ose. Inkubasi
dilakukan pada suhu ruang selama 4-5 hari sampai terlihat adanya
pertumbuhan jamur tunggal. Jamur tunggal

yang didapat

ditumbuhkan kembali pada medium PDA yang baru, dengan cara

memindahkannya menggunakan bor gabus berdiameter 4 mm
untuk pengukuran kecepatan pertumbuhan miselium dan diameter
koloni selama 7 hari.
2.3.5.1.2. Isolasi dengan pengenceran (Arif et al., 2008)
Metode ini digunakan pada sampel yang berasal dari tanah.
Prosedur isolasi diawali dengan pengambilan sampel tanah
sebanyak 1 gram (steril) yang sudah di-oven selama 30 menit pada
suhu 80oC, kemudian dilarutkan kedalam 9 ml akuades steril pada
tabung reaksi, dihomogenkan dengan mengocoknya sampai
tercampur. Pengenceran dilakukan dengan cara mensuspensikan 1
ml ke dalam 9 ml akuades steril dan seterusnya sampai pada
pengenceran 10-7. Sebanyak 0,1 ml diambil dari kedua pengenceran
terakhir (10-6 dan 10-7) yang telah homogen, dituang pada cawan
petri yang berisi medium PDA, selanjutnya diratakan. Inkubasi
dilakukan pada suhu ruang selama ± 7 hari sampai terlihat adanya
pertumbuhan miselium jamur. Biakan campuran yang tumbuh

12
selanjutnya dimurnikan pada medium PDA yang baru, dengan cara
memindahkannya menggunakan jarum ose. Inkubasi dilakukan

pada suhu ruang selama 7 hari sampai terlihat adanya pertumbuhan
jamur tunggal. Jamur tunggal yang didapat ditumbuhkan kembali
pada medium PDA yang baru, dengan cara memindahkannya
menggunakan bor gabus berdiameter 4 mm untuk pengukuran
kecepatan pertumbuhan miselium dan diameter koloni selama 7
hari.
2.3.5.2. Seleksi jamur pelapuk putih (Musa et al., 2011)
Jamur tunggal (murni) yang diperoleh dari hasil isolasi kemudian
diinokulasikan ke dalam cawan yang sudah berisi medium
Bavendamm. Cawan diinkubasi di tempat gelap (kotak tertutup)
selama ± 7 hari, apabila pada medium tidak terbentuk warna coklat
berarti uji Bavendamm negatif (-), artinya jamur tersebut tidak dapat
mengoksidasi asam galat sehingga jamur ini dapat dikelompokkan ke
dalam jamur pelapuk coklat. Apabila terbentuk warna coklat pada
medium, berarti uji Bavendamm positif (+), artinya jamur tersebut
dapat

mengoksidasi

asam


galat

sehingga

jamur

ini

dapat

dikelompokkan ke dalam jamur pelapuk putih.
2.3.5.3. Identifikasi dan koleksi jamur pelapuk putih.
2.3.5.3.1. Idenifikasi jamur pelapuk putih (Arif et al., 2008; Musa et al.,
2011)
Identifikasi dilakukan dengan mengamati ciri makroskopis dan
mikroskopis jamur. Ciri makroskopis yang diamati adalah warna
permukaan koloni (tampak atas dan tampak bawah), diameter
koloni, dan kecepatan pertumbuhan miselium. Pengamatan ciri


13
mikroskopis mencakup diameter hifa dan hifa yang berseptat.
Identifikasi dan pengukuran diameter hifa jamur dilakukan dengan
meletakkan 1 ose hifa jamur yang tumbuh pada medium PDA di
atas kaca obyek yang telah ditetesi medium PDA yang sudah
memadat kemudian ditutup dengan kaca objek. Preparat tersebut
diletakkan ke dalam cawan petri dan diberi pelembab berupa tissue
steril yang dibasahi dengan akuades steril. Diinkubasi selama ± 2-3
hari, setelah itu, diameter hifa diukur dengan menggunakan
mikrometer okuler dan pengamatan ciri mikromorfologi lainnya
untuk membantu mempermudah identifikasi.
Identifikasi

dilakukan

dengan

mencocokkan

ciri-ciri


makromorfologi dan mikromorfologi yang diperoleh dengan
mengacu pada buku identifikasi jamur, yaitu Domsch dan Gams
(1970 dan 1980), Burnett dan Hunter (1972), dan Gandjar et al.,
(1999) sampai tingkat genus. Identifikasi hanya dilakukan pada
isolat jamur yang memberikan hasil positif pada uji Bavendamm.
Kemudian mendokumentasikan sampel jamur yang didapat
menggunakan kamera digital.
3.5.3.3.2. Koleksi jamur pelapuk putih (Subowo, 1992)
Jamur bertubuh buah yang telah diisolasi, memberikan hasil
positif pada medium uji bavendamm, dan sudah diidentifikasi,
dibersihkan dari kotoran, kemudian dimasukkan dalam larutan
awetan FAA (Formaldehyde Acetic-acid Alcohol) sebagai awetan
basah, begitu juga isolat jamur hasil seleksi uji Bavendamm
dijadikan

koleksi

laboratorium.


Koleksi

dilakukan

dengan

14
memberikan tanggal koleksi, nama genus, asal pengambilan
sampel, dan ciri khas atau spesifik dari identifikasi jamur pelapuk
putih.

3. Metode Analisis
Data yang diperoleh dianalisis secara deskriptif. Untuk memperjelas hasil
pengamatan visual, dibuat dokumentasi dalam bentuk foto makromorfologi dan
mikromorfologi.