Bab I Perkembangan Pertanian, Kehutanan, Kehewanan dan Perikanan

LA P O R A N
PELAKSANAAN RENTJANA
PEMBANGUNAN LIMA TAHUN

1956 – 1960

MENGENAI TAHUN-TAHUN
1956, 1957 DAN 1958

BIRO PERANTJANG NEGARA

LAPORAN PELAKSANAAN
RENTJANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN
1956 — 1958
I S I :
Hal.
PENDAHULUAN ........................................................................... 5
Bagian Pertama:  ICHTISAR

PERKEMBANGAN EKONOMI 1953 — 1958.


Bab I

Perkembangan Pertanian, Kehutanan, Kehewanan dan Perikanan ................................................ 19

Bab II

Perkembangan Pertambangan ................................... 39

Bab III

Perkembangan Industri .............................................. 47

Bab IV

Perkembangan Perhubungan ..................................... 61

Bab V

Keadaan Angkatan Kerdja dan Penempatan ............. 69


Bab VI

Perkembangan Pembajaran dan Perdagangan
dengan Luar Negeri ................................................... 75

Bab VII

Keuangan Negara ...................................................... 85

Bab VIII

Keadaan Moneter ...................................................... 95

Bab IX

Keadaan Tingkat Harga ............................................. 99

Bab X

Perubahan-perubahan didalam Rangka Ekonomi .......................................................................... 107


Bagian Kedua : 

PELAKSANAAN RENTJANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN 1956 — 1958.

Bab I

Penduduk .................................................................. 117

Bab II

Pembiajaan ............................................................... 121

Bab III
Bab IV
Bab V
Bab VI
Bab VII
Bab VIII
Bab IX

Bab X
Bab XI
Bab XII
Bab XIII
Bab XIV
Bab XV
Bab XVI
Bab XVII
Bab XVIII

Pertanian, Kehutanan, Kehewanan dan Perikanan ..........................................................................137
Pengairan ...................................................................191
Sumber-sumber Mineral ............................................209
Tenaga Listrik ............................................................217
Perindustrian ..............................................................229
Perhubungan ..............................................................261
Tenaga Kerdja dan Hubungan Perburuhan
291
Pendidikan dan Latihan .............................................313
Kesehatan ...................................................................369

Kesedjahteraan Sosial ................................................385
Perumahan .................................................................387
Pembangunan Masjarakat Desa .................................399
Koperasi .....................................................................415
Transmigrasi ..............................................................421
Administrasi Negara ..................................................427
Pekerdjaan Merentjana dan Organisasinja ................447

PENDAHULUAN.
1. Rentjana Pembangunan Lima Tahun.
Rantjangan Undang-undang tentang Rentjana Pembangunan Lima
Tahun 1956—1960 (R.P.L.T.) beserta Garis-garis Besar rentjana
tersebut telah disetudjui Dewan Perwakilan Rakjat pada tanggal
11 Nopember 1958 dan mempunjai daja surut sampai tanggal
1 Djanuari 1956. Dengan demikian sekaligus telah dilakukan suatu
penertiban dipandang dari sudut perundang-undangan mengingat
bahwa sedjak tahun 1956 R.P.L.T. itu telah diperhitungkan didalam
Anggaran Belandja. Akan tetapi setelah selesai disusun dalam
tahun 1956, ternjata bahwa berhubung keadaan-keadaan baik ekonomis maupun politis, Garis-garis Besar itu perlu diubah. Chusus
sebagai hasil Musjawarah Nasional Pembangunan telah diadakan

beberapa perubahan dan tambahan dalam targets maupun sumber
pembiajaan R.P.L.T. Misalnja mengingat urgensi kebutuhan akan
bahan makanan, telah disusun rentjana pembukaan tanah-tanah
kering dan pengeringan tanah-tanah rawa setjara besar-besaran
didalam usaha untuk memperluas areal tanaman bahan makanan.
Demikian pula telah diadakan pergeseran-pergeseran didalam
sumber-sumber pembiajaan R.P.L.T. sedemikian rupa sehingga sumber-sumber pindjaman bank serta pendjualan obligasi dan lain-lain
surat pindjaman ditiadakan, tanpa merubah djumlah taksiran
seluruhnja. Hal ini dimungkinkan dengan tjara menambah taksiranaksiran dari sumber anggaran belandja serta pindjaman-pindjaman
luar negeri dan pemberian-pemberian.
Tambahan pula sengketa mengenai Irian Barat, jang memaksa
Pemerintah untuk menguasai semua perusahaan-perusahaan milik
Belanda didalam kelandjutannja ternjata bahwa pelajaran
antar pulau K.P.M. di Indonesia terhenti, jang berarti hilangnja
70% dari tonnase pelajaran antar pulau. Akibatnja Sektor Pelajaran dalam R.P.L.T. terpaksa diubah didalam pelaksanaannja dan
disesuaikan supaja dengan lekas dapat mengisi kekosongan tonnase
tersebut.
Laporan jang disadjikan disini terutama mengenai pelaksanaan
Rentjana tersebut. Bagian Pertama memberikan suatu ichtisar perkembangan perekonomian pada umumnja termasuk keterangan5


keterangan mengenai produksi sebagai latar belakang. Bagian kedua
menguraikan pelaksanaan R.P.L.T. berikut tambahan-tambahan dan
perubahan-perubahan hingga achir 1958.
2. Dasar Perbandingan.
Dalam membuat analisa ketjenderungan (trend) perkembangan
dari perekonomian di Indonesia, sedapat mungkin diambil pangkal
tahun 1953 dan diteruskan sampai achir tahun 1958.
Dengan sengadja tidak lagi diambil sebagai pangkal ataupun sebagai perbandingan suatu tahun sebelum Perang Dunia II (lazimnja diambil tahun 1938), karena selainnja tahun sebelum perang
itu sudah terlalu djauh kebelakang, keadaan-keadaan sebelum perang itu sudah sangat berbeda dengan keadaan sekarang, sehingga
akan sukar sekali bahkan tidak mungkin untuk memberikan gambaran jang terang.
Tahun 1953 dipilih sebagai pangkal karena pada waktu itulah
keadaan perekonomian di Indonesia botch dikatakan „normal”.
Pengaruh dari Korea-boom jang dialami Indonesia selama tahun
1950/1951, pada tahun 1953 dapat dikatakan telah hampir hilang,
sedangkan keadaan dalam negeripun tidak dipengaruhi oleh faktorfaktor — baik ekonomis maupun politis — jang terlalu menggontjangkan.
Djuga dengan mengambil tahun 1953 sebagai permulaan dapat
dibuat analisa tentang keadaan perekonomian di Indonesia selama
tiga tahun sebelum adanja R.P.L.T. dan tiga tahun sesudah dimulainja R.P.L.T. Masa selama enam tahun ini kiranja djuga tjukup
lama untuk menundjukkan suatu ketjenderungan perkembangan
perekonomian dilihat dalam hubungannja dengan R.P.L.T.


3.

Kesulitan-kesulitan pokok didalam menghadapi penjusunan
laporan.
Dalam usaha menjusun laporan ini tidak sedikit kesulitan-kesulitan jang telah didjumpai dan hanja berkat kerdja lama jang
baik dan bantuan-bantuan jang menggembirakan dari Kementeriankementerian dengan Djawatan-djawatannja, pekerdjaan ini achirnja dapat diselesaikan. Kesulitan-kesulitan itu bertalian erat sekali
dengan belum terpenuhinja sjarat-sjarat jang lazim dikenakan
kepada penjusunan suatu rentjana pembangunan. Jaitu terutama
sekali mengenai bahan-bahan keterangan tentang keuangan, keachlian, sumber-sumber alam, konsumsi, produksi dan sebagainja,
jang harus dapat diperkirakan atau diperhitungkan dengan tjukup
tepat supaja target dari rentjana tersebut mcndjadi djelas, sehingga
tjara-tjara maupun alat-alat guna mentjapainja dapat ditetapkan
6

setjara tepat pula. Denton tidak tjukup tersedianja bahan-bahan
keterangan seperti disebutkan diatas, maka penjusunan suatu rentjana pembangunan berdasarkan target jang tertentu dan tjaratjara mentjapainja serta penjusunan laporan mengenai pelaksanaan
perkembangan rentjana demikian tidak mungkin akan sempurna.
Langkah pertama untuk memperbaiki keadaan ini ialah penjempurnaan organisasi dan tiara-tiara pengumpulan dan penjusunan
statistik-statistik jang diperlukan.

Data mengenai investasi Pemerintah dan Partikelir serta pendapatan nasional selama tahun-tahun 1951 — 1958 hanjalah ada
berupa taksiran-taksiran kasar. Berhubung dengan itu Rentjana
jang telah disusun terutama didasarkan atas anggaran belandja,
sedangkan target-targetnjapun sebagian besar hanja merupakan
target-target investasi. Hanja pada beberapa sektor target produksi
dapat ditentukan sesuai dengan permintaan atau kebutuhan (konsumsi), seperti dalam pertanian, listrik, pengairan dan pelajaran.
Suatu administrasi pusat, jang mengumpulkan bahan-bahan keterangan mengenai investasi-investasi Pemerintah, dengan tjara
mengikuti perkembangan anggaran belandja dalam peranannja sebagai sumber pembiajaan jang utama bagi usaha-usaha pembangunan Pemerintah, hingga kini belum ada. Bahan-bahan mengenai
otorisasi dan realisasi jang dikumpulkan oleh Kementerian Ke uangan masih belum mentjukupi kebutuhan. Hal ini disebabkan
oleh karena banjaknja pekerdjaan-pekerdjaan lain jang dihadapi
sedangkan tidak sedikit kesulitan dialami dalam mengadakan pembedaan, mana jang projek pembangunan dan mana jang bukan,
karena memang didalam beberapa sektor R.P.L.T. tidak mengadakan perintjian-perintjian jang teliti.
Mengenai persoalan ini sebenarnja sudah sedjak lama diadakan
pemikiran. Dalam tahun 1957 seorang ahli Dr. S. Kirkor telah
datang di Indonesia dengan perantaraan P.B.B. dan telah mem-buat
sebuah laporan mengenai technik anggaran belandja dalam
hubungannja dengan pembangunan ekonomi, laporan mana telah
disampaikan kepada Kementerian Keuangan dan Biro Perantjang
Negara. Diusulkan antara lain pembentukan “Capital Expenditure
Funds ” dan “Public Works Maintenance Funds ” , jang ditempatkan

di Bank Indonesia, sehingga dengan begitu memperlantjar tjara
pembiajaan projek-projek pembangunan disamping mengadakan
pentjatatan jang teliti dari biaja-biaja jang telah dipergunakan.
Sementara itu rupanja pikiran untuk mengadakan “budget reclassification ” jang dapat mengemukakan besarnja usaha Pemerintah didalam pembangunan ekonomi dan sosial, mendapat perhatian
7

jang makin meluas. Tjara ini jang telah dibitjarakan disidangsidang ECAFE, telah diandjurkan kepada negara-negara anggauta
untuk dilaksanakan.
Djuga perubahan-perubahan harga jang terus-menerus dan makin
merosotnja nilai Rupiah, menambah kesukaran dalam membuat
perbandingan dan analisa tentang djumlah-djumlah jang telah diotorisir dan direalisir. Selandjutnja sungguhpun bagi sesuatu projek
pengeluaran telah memenuhi target jang ditentukan, atjapkali tingkat pelaksanaannja tidak sebagaimana diperkirakan.
Dengan tidak tersedianja angka-angka jang lebih lengkap, maka
sudah barang tentu Laporan ini mengandung beberapa kekurangan
jang tidak dapat dielakkan. Beberapa Djawatan memang berhasil
mengadakan pentjatatan jang agak sempurna tentang angka-angka
realisasi tiap tahunnja, tetapi pada Djawatan-djawatan lainnja
angka-angka sematjam ini tidak atau hanja sebagian sadja jang
tersedia. Berhubung dengan itu Laporan ini lebih merupakan suatu
pendekatan realisasi daripada perdjadjian angka-angka jang sebenarnja.

Semua pengalaman-pengalaman, kesukaran-kesukaran, maupun
kekurangan-kekurangan, baik dalam penjusunan Rentjana Pembangunan Lima Tahun maupun dalam penjusunan Laporan tentang
realisasi dan kemadjuannja, akan merupakan bahan-bahan perbandingan jang sangat berguna dalam usaha penjusunan Rentjana
Pembangunan Lima Tahun ke-II.
4. Pengaruh-pengaruh atas djalannja pelaksanaan R.P.L.T.
Selama masa 1956 — 1958 Indonesia telah dihadapkan dengan
pelbagai kesulitan dan kesukaran jang demikian kompleks sifatnja,
sehingga dengan sendirinja pelaksanaan R.P.L.T. tak luput dari
pengaruh-pengaruh jang bersifat menghambat.
Faktor-faktor jang mempengaruhi perkembangan tadi sebagian
besar harus ditjari didalam negeri sendiri. Meskipun demikian
faktor-faktor dari luar pun tetap mempunjai peranan jang tidak
ketjil artinja. Disini faktor-faktor jang mempengaruhi pelaksanaan
R.P.L.T. dibagi mendjadi tiga, jakni: a). Faktor-faktor ekonomi, b).
Faktor-faktor politik dan c). Faktor-faktor administrasi.
ad a. Sebagaimana telah kita ketahui Pembiajaan R.P.L.T. sebesar Rp. 12,5 miljard didasarkan pada harapan bahwa harga
barang-barang, upah buruh dan sebagainja tidak akan berubah
terlalu banjak selama lima tahun. Berdasarkan harapan ini maka
taksiran biaja dari pelbagai projek telah ditetapkan.
Dan dengan Anggaran Belandja jang seimbang dalam tahun 1958
diharapkan bahwa harga-harga akan dapat mendjadi stabil.
8

Akan tetapi dengan adanja pengaruh-pengaruh dan keadaaan-keadaan jang tidak dapat diduga terlebih dahulu, seperti adanja
resesi di Amerika Serikat dan Europa Barat selama achir tahun
1957 dan permulaan 1958, tidak sedikit kemunduran pendapatan
negara kita akan devisen, karena harga ekspor bahan mentah kita
mengalami kemerosotan. Dengan kemunduran ekspor terpaksa
impor dikekang dengan kuat sehingga tidak sadja pemasukan
barang-barang konsumsi dibatasi, tetapi djuga pemasukan bahanbahan baku dan barang-barang modal. Dilain pihak defisit anggaran
belandja jang semakin naik menjebabkan tekanan-tekanan inflasi
sangat dirasakan.
Pun telah diutarakan bahwa sedjak achir tahun 1957 rentetan
kedjadian dalam rangka sengketa Irian Barat, jang antara lain
menjebabkan penarikan kapal-kapal K.P.M., sangat mempengaruhi
kelantjaran perekonomian negara.
ad   b.   Faktor politik jang sangat memberatkan perekonomian
negara kita, ialah adanja ketegangan-ketegangan antara Pusat dan
Daerah.
Tidak sedikit Daerah-daerah jang melakukan barter gelap jang
sangat menurunkan pendapatan negara.
Selandjutnja guna pemulihan kestabilan politik terpaksa dikeluarkan biaja-biaja jang sangat besar terutama disektor keamanan
dalam negeri. Akibatnja ialah Anggaran Belandja mengalami defisit sebesar l.k. Rp. 12 miljard, selama tahun 1958, suatu rekor
jang belum pernah dialami.
ad   c.   Faktor-faktor administrasi merupakan pula faktor-faktor
jang panting mengingat tingkat kemampuan administrasi negara
sebagai alat penjelenggara R.P.L.T. masih djauh dari memuaskan,
sedangkan prosedur-prosedur bekerdjanja berbelit-belit oleh karena
banjak didasarkan peraturan-peraturan jang tidak sesuai lagi. Sebagai misal disebutkan disini prosedur pembelian barang-barang
Pemerintah dan penerbitan surat-surat keputusan otorisasi jang
sangat lambat. Djuga tidak atau kurang adanja synchronisasi dalam
datangnja barang-barang modal dari luar negeri dengan selesainja
persiapan-persiapan didalam negeri, sangat mempengaruhi djalannja penjelesaian projek-projek.
Demikianlah gambaran umum daripada akibat faktor-faktor
ekonomi, politik, maupun administrasi itu jang saling mempengaruhi ialah adanja defisit jang makin bertambah, diiringi merosotnja produksi, melondjaknja harga barang-barang dan achirnja
kenaikan upah buruh jang tak dapat dielakkan lagi. Ini berarti
bahwa . projek-projek jang telah direntjanakan pembiajaannja atas
9

dasar harga-harga dan   upah buruh tahun 1955, terpaksa memerlukan pembiajaan jang lebih besar. Tetapi oleh karena Pemerintah
tidak dapat menjediakan biaja tambahan, terpaksa sebagian dari
projek ditunda atau tidak dapat dilaksanakan. Disamping itu beberapa projek terpaksa tidak dapat dilaksanakan akibat belum
adanja keamanan.
5. Ichtisar perkembangan keadaan perekonomian tahun demi
tahun.
1 9 5 6 : Tahun 1956 merupakan tahun permulaan dari R.P.L.T.
Dalam hubungannja dengan R.P.L.T. tahun 1956 boleh dikatakan
lumajan, terutama kalau dilihat dari sudut kenaikan pendapatan
nasional dan djumlah investasi-investasi. Pendapatan nasional dalam
tahun tersebut telah naik dengan 4,7%. Sektor partikulir umumnja
mentjapai kemadjuan jang menggembirakan jang dapat dilihat dari
tabel-tabel mengenai produksi.
Pengeluaran dan penerimaan Pemerintah telah naik dengan tidak
sedikit. Walaupun terdjadi defisit Rp. 1,6 miljard, djumlah ini masih
ada dibawah defisit tahun-tahun 1954 dan 1955.

Dalam tahun itu kekajaan emas dan devisen menurun dengan
Rp. 1,1 miljard, terutama disebabkan oleh impor terbesar jang
pernah dialami.
1 9 5 7 : Ketjenderungan kenaikan produksi berdjalan terus,
sehingga pendapatan nasional ditaksir telah naik dengan 8%. Tetapi dalam bidang keuangan negara kesulitan-kesulitan telah
meningkat. Defisit jang direalisir berdjumlah Rp. 5 miljard sehingga
menambah tekanan-tekanan inflatoir. Tambahan lagi pada achir
tahun 1957 Pemerintah Indonesia menghadapi kesulitan-kesulitan
politik jang sangat genting, jakni sebagai akibat meruntjingnja
hubungan antara Pusat dan Daerah dan tertjapainja klimaks didalam perselisihan antara Indonesia dengan Belanda mengenai
Irian Barat. Sebagian besar dari kedjadian-kedjadian tersebut baru
terasa akibatnja dalam tahun 1958.
Dalam tahun ini kekajaan emas dan devisen merosot dengan
Rp. 336 djuta oleh karena impor masih tinggi serta pengeluaran
untuk djasa-djasa (invisibles) makin bertambah.
1 9 5 8: Dalam tahun ini perekonomian Indonesia mengalami
pelbagai kesulitan-kesulitan jang memuntjak, disebabkan baik oleh
faktor-faktor ekstern maupun intern. Kedalam faktor-faktor ekstern
dapat digolongkan keadaan resessi jang dialami Amerika Serikat
dan Europa Barat selama achir tahun 1957 dan permulaan 1958.
Efek dari pada resesi ini terasa betul di Indonesia selama tahun
1958. Ekspor jang telah mengalami kemunduran sedjak beberapa
lama, kini terkena lagi oleh harga-harga hasil ekspor jang rendah
11

dan pasaran jang makin berkurang. Akibatnja pendapatan ekspor
makin menurun, sehingga sangat mempengaruhi keadaan keuangan
dan devisen negara.
Keadaan intern dipersulit dengan memuntjaknja ketegangan
antara Pusat dan Daerah. Sedangkan barter gelap dari pelbagai
Daerah lebih menurunkan lagi pendapatan devisen negara dari
ekspor. Pun telah dinjatakan diatas bagaimana kritisnja keadaan
keuangan negara dengan rekor defisit lebih kurang Rp. 12 miljard,
jang menjebabkan bertambahnja peredaran uang dengan djumlah
jang lebih kurang lama banjaknja.
Meskipun demikian kekajaan emas dan devisen naik dengan
Rp. 1.294 djuta jang hanja mungkin karena terdjadinja pembatalan
hutang-hutang Indonesia pada Djepang, dan adanja penghematanpenghematan disegi impor dan djasa-djasa.
Ketidak stabilan politik dalam negeri menjebabkan kurang menariknja iklim investasi dan makin lesunja usaha-usaha partikelir.
Maka tidaklah mengherankan bahwa dalam tahun 1958 terdapat
rekor kemerosotan pendapatan nasional sebanjak ± 13%.
6. Ichtisar investasi Pemerintah.
Selama tiga tahun Laporan ini, djumlah investasi jang telah
dilakukan disektor Pemerintah adalah sebagai berikut:
(dalam djutaan rupiah)
Djumlah investasi Perkiraan invesselama tahun
1956 tasi selama 5 tahun menurut
a/d 1958
R.P.L.T.
1.376,5
1.625
I. Pertanian dan sebagainja
II. Tenaga + Pengairan
877,6
3.125
III. Industri + Pertambangan
1.364,2
3.125
IV. Pengangkutan dan Perhubungan
2.525,3
3.125
V. Pendidikan, Masalah-masalah
1.500
1.188,0
Sosial dan Penerangan
Djumlah
7.331,6
12.500
Dapat dikatakan bahwa perkembangan investasi di sektor Pemerintah didalam keseluruhannja, djika dinilai dengan uang (“in
money terms”), kurang lebih adalah sesuai dengan target jang
ditentukan didalam Rentjana. Menurut Nota Tambahan terhadap
U.U. R.P.L.T. (hal. 7) djumlah investasi selama 1956—1958 diper11

kirakan Rp. 7.160 djuta. Njatalah bahwa investasi jang telah
direalisir selama tahun-tahun tersebut melebihi Rentjana dengan
Rp. 172 djuta.
Sebaliknja berhubung dengan kenaikan tingkat harga-harga dan
upah-upah buruh jang tidak sedikit, penjelesaian projek-projek
masih kurang daripada jang direntjanakan.
Hal ini terutama terdjadi dilapangan sosial (sub V) dimana
djumlah investasi djauh melampaui Rentjana, sedangkan hasilnja
belum mentjapai target-target jang telah ditentukan.
Perlu diperhatikan bahwa projek-projek dilapangan Tenaga,
Pengairan, Industri dan Pertambangan sesungguhnja memerlukan
penanaman modal jang besar sekali, akan tetapi sebelumnja harus
didahului pekerdjaan-pekerdjaan persiapan jang seksama. Maka
oleh karena itu nampaknja perkembangan didalam lapanganlapangan ini pada mulanja relatip kurang ladju.
Dari perkembangan dilapangan-lapangan Perhubungan dan Pertanian dapat diharapkan bahwa pada achir masa R.P.L.T. targettargetnja akan dapat dilampaui. Bagi lapangan Perhubungan harapan ini didasarkan atas adanja usaha-usaha pembangunan besarbesaran dalam perkapalan, menilik akan banjaknja pesanan-pesanan
pembuatan kapal-kapal baru digalangan luar dan dalam negeri.
Begitu pula perkembangan dilapangan pertanian dengan usaha
pembukaan tanah besar-besaran untuk mentjukupi kebutuhan akan
bahan-bahan makanan pokok.
7. Pemandangan mengenai beberapa lapangan terpenting.
Sebagaimana telah dikemukakan dalam no. 6 diatas, dari perkembangan dalam lapangan Pertanian, chusus bahan makanan,
dapat diharapkan bahwa pada achir masa R.P.L.T. taget-targetnja akan
dapat dilampaui. Hal ini akan djelas pula kalau diperhatikan bahwa
untuk beras dan djagung, jang target-targetnja telah ditentu-kan
sedjumlah 8,2 djuta ton dan 2,3 djuta ton pada achir masa itu,
ternjata telah dapat dihasilkan untuk masing-masing 7,6 djuta ton
dan 2,1 djuta ton dalam tahun 1958.
Kemungkinan dilampauinja target-target ini disebabkan disatu
pihak karena penentuan target-target itu agak terlalu rendah dan
dilain pihak karena penambahan biaja chusus untuk usaha intensivering dalam tahun-tahun 1957 dan 1958 masing-masing sebesar
Rp. 38 djuta dan Rp. 76. djuta.
12

Pelaksanaan putusan MUNAP untuk mendirikan perusahaan-perusahaan padi mekanis (mechanized rice farms) mungkin sekali
akan merupakan sumbangan dalam usaha memperbesar produksi ini.
Hasil tanaman ekspor rakjat terpenting, jakni karet rakjat,
telah mengalami kemerosotan. Namun adalah menggembirakan
bahwa rentjana peremadjaan tanaman karat rakjat telah mengalami
kemadjuan.
Dalam lapangan perkebunan persoalan-persoalan seperti ditinggalkannja perusahaan-perusahaan oleh pengusaha-pengusaha Belanda, keamanan serta agraria, disamping kesukaran-kesukaran dalam
perdagangan dan pengangkutan, menghambat kemadjuan dalam
produksi.
Target produksi untuk Kehutanan pada umumnja dapat ditjapai,
bahkan untuk beberapa hasil hutan pokok seperti kaju bakar dan
arang, telah dapat dilampaui. Begitu pula reboisasi untuk menjedia kan kaju-kaju industri dapat didjalankan menurut target jang
ditentukan. Tetapi suatu segi jang tak dapat dibabaikan ialah
kurang tersedianja fasilitet pengangkutan setjuknpnja, chususnja
pengangkutan antar pulau.
Usaha-usaha untuk memperbesar produksi Kehewanan pada
umumnja dapat dilaksanakan menurut rentjana, meskipun kesukaran devisen untuk mendatangkan bibit-ternak luar negeri serta
perlengkapan sentral susu menghambat usaha-usaha ini.
Dalam lapangan Perikanan, projek-projek industri perikanan laut
serta motorisasi armada penangkapan, mengalami kemadjuan-kemadjuan berkat bantuan luar negeri jang diperoleh, akan tetapi
angka-angka produksi tidak memperlihatkan kenaikan jang berarti,
bahkan menurun dibandingkan dengan tahun 1956. Diharapkan
bahwa dengan lantjarnja usaha-usaha motorisasi serta teknik penangkapan ikan, dalam djangka pendek dapat ditjapai hasil-hasil
jang lebih besar. Pun dalam lapangan perikanan darat, kemadjuankemadjuan jang diperoleh belum memenuhi apa jang diharapkan,
sungguhpun angka-angka produksi menudjukkan arah menaik dari
tahun ketahun.
Dalam lapangan Pengairan tingkat pelaksanaan ada dibawah apa
jang direntjanakan.
Kemadjuan dilapangan Perindustrian pada umumnja tidak seperti
jang direntjanakan. Mengenai projek pupuk urea baru persiapanpersiapan jang telah selesai dan dalam waktu singkat akan dimulai
dengan konstruksi. Projek-projek besi & badja serta rayon masih
dalam taraf persiapan. Projek-projek industri lain meskipun
penjelesaiannja akan mendekati apa jang direntjanakan, tidak se 13

muanja berhasil dengan baik. Mengenai perusahaan-perusahaan
induk dan pertjontohan serta bantuan mekanisasi dapat ditarik
kesimpulan bahwa baik setjara kwantitatip maupun setjara kwalitatip hasilnja masih dibawah apa jang diperkirakan. Perindustrian
partikelir dapat dikatakan sudah mulai tumbuh, akan tetapi, ter utama dalam tahun 1958, terpukul oleh kesukaran-kesukaran
devisen.
Investasi-investasi disektor Pertambangan terutama ditudjukan
kepada rehabilitasi perusahaan-perusahaan Pemerintah jang bersangkutan akan tetapi belum sepadan dengan apa jang direntjana kan. Ditjatat disini bahwa perusahaan-perusahaan minjak jang besar
melakukan investasi-investasi jang berarti untuk memperbesar
produksi.
Dalam sektor Perhubungan angka-angka pengeluaran ternjata telah
melampaui target. Hal ini semata-mata disebabkan karena
pengeluaran-pengeluaran disektor pelajaran jang mendapat prioritet tertinggi dalam anggaran belandja Pemerintah dan dari pampasan perang.
Dalam sektor Tenaga Listrik ternjata bahwa investasi jang dilakukan dalam tiga tahun ini hanja ⅓ dari apa jang direntjanakan
untuk masa lima tahun, akan tetapi pertambahan produksi belum lah berarti oleh karena pembangunan projek-projek membutuhkan
waktu bertahun-tahun.
Pelaksanaan Rentjana Transmigrasi seperti dikehendaki didalam
R.P.L.T. terlambat, karena baru pada tahun 1958 Dewan Pertimbangan Transmigrasi terbentuk. Transmigrasi jang dilaksanakan
antara 1956—1958 masih djauh daripada jang diharapkan, bahkan
djumlah jang ditransmigrasikan menurun apabila dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnja. Tjara-tjara jang dipergunakan sangat
mahal. Dengan mendorong transmigrasi spontan diharapkan hasil jang
lebih memuaskan.
Koperasi senantiasa mengalami kemadjuan. Pendidikan kader
koperasi terus diadakan dan untuk pegawai Djawatan Koperasi
diadakan kursus-kursus untuk memperluas dan memperdalam pengetahuan tentang kekoperasian. Walaupun demikian kemadjuan
masih dirasakan kurang tjepat.
Pelaksanaan Rentjana Pembangunan Masjarakat Desa masih terbatas karena kekurangan tenaga-tenaga terlatih dan sumber keuangan. Daerah-daerah kerdja jang dapat diselenggarakan baru 47
buah dari sedjumlah 80 menurut Rentjana.
Dibidang Kesehatan titik-berat diletakkan pada usaha kesehatan
preventip, terutama memberikan pengertian tentang kesehatan
14

kepada rakjat. Dapat dinjatakan bahwa usaha-usaha dalam memberantas penjakit-penjakit epidemis dan endemis dan dalam meninggikan taraf kesehatan rakjat telah diperluas. Untuk mengukur
kemadjuan dalam bidang ini masih sukar, karena waktu masih
terlalu pendek untuk dapat melihat effek dari usaha-usaha sekarang
terhadap kesehatan rakjat sebagai keseluruhan.
Hasi1 pelaksanaan dibidang Pendidikan masih djauh daripada
semestinja, walaupun biaja jang telah dikeluarkan sudah melebihi
target-target dalam Rentjana.
Hasil dalam djumlah sekolah, guru dan murid dari tingkat
Sekolah Rakjat sampai dengan tingkat Sekolah Menengah Atas,
selama tiga tahun, masih djauh dibawah 50% dari jang hendak
ditjapai dalam R.P.L.T. Djumlah sardjana-sardjana jang dihasil kan, terutama sardjana-sardjana tehnik, pertanian dan kesehatan,
masih djauh daripada jang dibutuhkan.
Dari kenjataan-kenjataan jang ada dibidang Tenaga Kerdja dan
Hubungan Perburuhan dapat diambil kesimpulan bahwa kemadjuan
perekonomian belum tjukup tjepat untuk dapat menampung ang katan kerdja jang senantiasa bertambah besar sehingga tekanan
pengangguran dan setengah pengangguran bertambah besar pula.
Sebaliknja belum dapat dihasilkan tenaga-tenaga terlatih dan ter didik jang tjukup banjak untuk memenuhi kebutuhan usaha-usaha
pembangunan. Perselisihan buruh-madjikan dan pemogokan berkurang semendjak diumumkannja Keadaan Bahaja. Keadaan perupahan masih belum teratur tingkat upah rendah dan tertinggal
dibelakang tingkat harga-harga jang senantiasa meningkat. Perbaikannja terus menerus diusahakan. Produktivitet tenaga kerdja
masih banjak dapat dipertinggi tanpa menambah barang-barang
modal.

15

BAGIAN PERTAMA
ICHTISAR PERKEMBANGAN EKONOMI 1 9 5 3 - 1 9 5 8 .

528 B (2).

BAB I
PERKEMBANGAN PERTANIAN, KEHUTANAN,
KEHEWANAN DAN PERIKANAN.
1. Tanaman bahan makanan.
a. B e r a s .
Produksi beras dalam tahun 1954 adalah jang tertinggi sehabis
Perang Dunia II. Dalam tahun 1955 djumlah ini turun (4%) **)
Dalam tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958 angka ini naik lagi (masingmasing 2%, 3% dan 4%), akan tetapi baru dalam tahun 1958
dapat melebihi produksi 1954.
Dalam tahun 1955 produksi beras berasal dari padi sawah menurun (3%). Dalam tahun 1956 angka ini menundjukkan arah jang
menaik (2%) dan malahan dalam tahun 1957 sudah melebihi
produksi tahun 1954 (kenaikan produksi dalam tahun 1957 adalah
2% dibandingkan dengan tahun 1956).
Produksi beras berasal dari pada padi ladang djuga menurun
dalam tahun 1955 (16%), tetapi djauh lebih besar dari penurunan
padi sawah. Oleh karena produksi beras berasal daripada padi
ladang berdjumlah 10% dari produksi beras seluruhnja, maka
produksi beras seluruhnja hanja menurun 4% dalam tahun 1955.
Dalam tahun 1956 produksi beras berasal daripada padi ladang
masih terus menurun (11%). Baru dalam tahun 1957 produksi ini
menundjukkan arah jang menaik (10%), tetapi masih dibawah
produksi tahun 1954, sedang dalam tahun 1958 menurun lagi
(2,3%).
PRODUKSI BAHAN MAKANAN TERPENTING.
(dalam 1.000 ton).

Tabel 1.
Tahun
Beras
Djagung (terkupas)

1953

1954 1955 1956

1957 1958*)

7.031 7.530 7.216 7.309 7.443
1.814 2.720 1.971 1.965 1.800

7.613
2.125

_________
*) Angka sementara.
**) Persentase menurun atau menaik, kalau tidak dengan pendjelasan, di maksudkan untuk memperbandingkannja dengan keadaan pada tahun
sebelumnja

19

Tahun

1953

Ketela (umbi)
8.953
Ubi (umbi)
2.177
Katjang tanah (terkupas) 204
Kedele (terkupas)

306

1954

1955

1956

1957 1958*)

9.569 9.317 9.131 9.908 11.090
2.111 1.898 2.638 2.631 2.800
248
207
218
228 belum
tersedia
400
346
357
327 belum
tersedia

Sumber : Biro Pusat Statistik;
Djawatan Pertanian Rakjat.
PRODUKSI BERAS BERASAL DARIPADA PADI SAWAH
DAN PADI LADANG DI INDONESIA, 1953 - 1 9 5 8 .
( dalam 1.000 ton).

Tabel 2.
Tahun

Berasal dari
Padi sawah

Berasal dari
Padi ladang

Djumlah

1953
1954
1955
1956
1957
1958*)

6.327
6.671
6.492
6.654
6.716
6.901

704
859
724
655
727
712

7.031
7.530
7.216
7.309
7.443
7.613

Sumber : Biro Pusat Statistik;
Djawatan Pertanian Rakjat.

Bertambahnja produksi tergantung daripada luas panenan dan
hasil rata-rata per ha.
Luas panenan padi sawah dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957
terus bertambah masing-masing dengan 1%, 3% dan 1% kemudian
dalam tahun 1950 menurun dengan 0,2%, tetapi hasil rata-rata per
ha tetap lebih rendah daripada tahun 1954 (lihat tabel 3).
*) Angka sementara.

20

LUAS PANENAN DAN HASIL RATA-RATA PADI-SAWAH
DI INDONESIA 1953 — 1958.
Tabel 3.
Tahun

Luas panenan
(1.000 ha.)

1953
1954
1955
1956
1957
1958 *)

5.380
5.469
5.517
5.701
5.778
5.762

Hasil rata-rata
(kw./ha. padi kering)
23,52
24,40
23,53
23,34
23,25
23,95

Sumber : Biro Pusat Statistik;
Djawatan Pertanian Rakjat.
Baik luas panenan, maupun hasil rata-rata padi ladang terus menurun dalam tahun-tahun 1955 dan 1956 (luas panenan dengan 8% dan
5%; hasil rata-rata 8% dan 5% tiap tahunnja), tetapi luas panenan
menundjukkan arah jang menaik dalam tahun 1957 dan 1958
(5% serta kurang dad 0,1%), sedang hasil rata-rata bertambah
dengan 5% dalam tahun 1957 dan kemudian menurun dengan 3%
dalam tahun 1958.
LUAS PANENAN DAN HASIL PADI LADANG
DI INDONESIA 1953 — 1958.

Tabel 4.
Tahun

Luas panenan
(1.000 ha.)

1953
1954
1955
1956
1957
1958*)

1.085
1.144
1.052
1.001
1.052
1.057

Hasil rata-rata
padi kering)
12,98
15,02
13,75
13,10
13,82
13,47

Sumber : Biro Pusat Statistik;
Djawatan Pertanian Rakjat.
________
*) Angka sementara.

21

Seperti djuga halnja dalam tahun 1955 turunnja produksi beras
seluruhnja itu disebabkan oleh bandjir, kekeringan, penjakit padi
dalam berbagai bentuk dan hama tikus.
Walaupun terdapat kenaikan produksi beras dalam tahun-tahun
1956, 1957 dan 1958 masing-masing dengan 93.000, 134.000 dan
170.000 ton, namun penambahan produksi beras ini belum dapat
mengimbangi kebutuhan, hingga impor beras masih dibutuhkan.
1958. Tabel 5.

IMPOR BERAS 1953 Djumlah uang
Djumlah beras
(dalam 1.000.000
(dalam 1.000 ton)
rupiah)

Tahun
1953
1954
1955
1956
1957*)
1958**)

371,5
261,0
127,8
763,2
563,4
681,8

916,2
562,8
248,2
1.280,7
956,4
1.040,0

Sumber: Biro Pusat Statistik.
Selama belum terdapat surplus jang agak besar, baik dengan
penambahan produksi dalam negeri maupun dengan impor dari
luar negeri, harga beras akan masih sangat gontjang (gevoelig).
PERGESERAN HARGA BERAS DIPEDALAMAN
DJAWA DAN BEBERAPA KOTA BESAR.

Tabel 6.

Pedalaman
Djawa
Rp./Kg.

Djakarta

Surabaja

Medan

Rp./Liter

1956 2,56 sampai 3,86 2,50 sampai 3,41 2,04 sampai 2,602,30 sampai 3,30
1957 2,57 „ 5,90 2,75
„ 6,16 2,08 „
4,— 2,08

3,—
1958 3,89 „ 5,87 4,50
„ 7,39 3,— „
4,60 2,80 „
8,56
_________
* )
**)

22

Angka sementara.
Angka taksiran.

Dari tabel diatas dapat kita anggap bahwa angka-angka Pedalaman
Djawa menundjukkan perkembangan harga beras pada umumnja, karena
meliputi 80% — 90% dari pemakaian beras seluruhnja.
Perkembangan harga dalam tahun 1956 menundjukkan bahwa
keadaan beras tidak banjak bergontjang sedang dalam tahun 1957
kegontjangan jang dialami adalah sedemikian hebatnja, sehingga
harga pada musim panen 1958 tidak dapat kembali ketingkat panen
1957. Akan tetapi berkat tindakan-tindakan jang diambil, harga
pada musim patjeklik 1958 tidak meningkat lebih tinggi daripada
1957. Adapun angka-angka untuk Djakarta, Surabaja dan Medan
dimaksudkan untuk memberikan gambaran berturut-turut daripada
daerah dengan distribusi jang baik, daerah jang tjukup dan daerah jang
selalu kekurangan beras.
b. D j a g u n g .
LUAS PANENAN DAN PRODUKSI DJAGUNG DI
INDONESIA 1953 — 1958.
Tabel 7.
Tahun
1953
1954
955
1956
1957*)
1958

Produksi
Hasil rata-rata
Luas panenan
(dalam 1.000 ton (dalam kw./ha.
(dalam 1.000 ha.)
pipilan kering) pipilan kering)
1.969
2.518
2.042
2.232
2.097


1.814
2.720
1.971
1.965
1.800
2.125**)

9,21
10,80
9,65
8,80
8,58


Sumber : Biro Pusat Statistik;
Djawatan Pertanian Rakjat.
Djuga untuk djagung, bahan makanan lain jang penting, produksi
dalam tahun 1954 tertjatat sebagai jang tertinggi sehabis Perang
Dunia II.
Dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957 produksi djagung terus
menurun, masing-masing dengan 28% kurang dari 1% dan 8%.
_________
* ) Angka sementara.
**) Angka taksiran.

23

Sebaliknja luas panenan adalah „fluctuatief ” jaitu dalam tahun
1955 menurun (19%), kemudian meningkat dalam tahun 1956 (9%)
dan kembali menurun dalam tahun 1957 (6%); tetapi diharapkan
dalam tahun 1958 produksi akan mengalami kenaikan.
Mengenai angka hasil rata-rata tiap ha dapat ditarik kesimpulan
bahwa dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957 terus menurun
masing-masing dengan 11%, 9% dan 2%.
C.

K e t e l a p o h o n.

LUAS PANENAN DAN PRODUKSI KETELA POHON DI
INDONESIA 1953 — 1958.

Tabel 8.
Tahun

Luas panenan
(dalam 1.000 ha.)

1953
1954
19.55
1956
1957*)
1958

1.042
1.071
1.077
1.125
1.192


Produksi
(dalam 1.000 ton
pipilan kering)
8.953
9.569
9.317
9.131
9.908
11.090**)

Hasil rata-rata
(dalam kw./ha.
pipilan kering)
86
89
86
81
83


Sumber: Biro Pusat Statistik;
Djawatan Pertanian Rakjat.
Dalam tahun-tahun 1955 dan 1956 angka produksi terus menurun
dengan masing-masing 3% dan 2% dan mulai menaik lagi dalam
tahun 1957 dengan 9%.
Melihat daftar tersebut diatas maka ternjata bahwa luas panenan
terus meningkat dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957 dengan
masing-masing kurang dari 1%, 4% dan 6%.
Hasil rata-rata dalam tahun-tahun 1955 dan 1956 terus menurun
dengan masing-masing 3% dan 6% dan mulai menaik lagi dengan
2% dalam tahun 1957.
* ) Angka sementara.
**) Angka taksiran.

24

d.

Ketela rambat.

LUAS PANENAN DAN PRODUKSI KETELA RAMBAT
DI INDONESIA 1953 — 1958.
Tabel 9
Tahun

Luas panenan
(dalam 1.000 ha.)

1953
1954
1955
1956
1957*)
1958

325
285
279
384
395


Produksi
(dalam 1.000 ton
ubi basah)
2.177
2.111
1.898
2.638
2.631
2.800**)

Hasil rata-rata
(dalam kw./ha.
ubi basah)
67
74
68
69
67


Sumber : Biro Pusat Statistik;
Djawatan Pertanian Rakjat.
Melihat daftar tersebut diatas, produksi menurun dalam tahun
1955 (10%), kemudian meningkat dalam tahun 1956 (39%) dan
kembali menurun dengan kurang dari 1% dalam tahun 1957.
Luas panenan menurun kurang dari 2% dalam tahun 1955, kemudian menaik masing-masing dengan 38% dan 36% dalam
tahun-tahun 1956 dan 1957.
Hasil rata-rata menurun dalam tahun 1955 (8%) ; kemudian
meningkat dalam tahun 1956 dan kembali menurun dalam tahun
1957 (kurang dari 1% tiap tahunnja).
e.

Ka tja ng tanah.

LUAS PANENAN DAN PRODUKSI KATJANG TANAH DI
INDONESIA 1953 — 1958.
Tabel 10.
Tahun
1953
1954
1955
1956
1957*)
1958**)

Luas panenan
(dalam 1.000 ha.)

Produksi
(dalam 1.000 ton
bidji kering)

Hasil rata-rata
(dalam kw./ha.
bidji kering)

292
324
298
317
337


204
248
207
218
228


7,00
7,64
6,94
6,89
6,75


Sumber: Biro Pusat Statistik;
Djawatan Pertanian Rakjat.
* )
**)

Angka sementara.
Angka taksiran.

25

Produksi dalam tahun 1955 menurun dengan 10%, kemudian
dalam tahun-tahun 1956 dan 1957 menundjukkan kenaikan dengan
masing-masing 5% tiap tahunnja.
Djuga luas panenan memperlihatkan gambaran jang serupa.
Dalam tahun 1955 angka tersebut menurun dengan 8% untuk
kemudian meningkat dengan masing-masing 6% tiap tahunnja
dalam tahun-tahun 1956 dan 1957.
Hasil rata-rata terus menundjukkan kemunduran dengan masingmasing 9%, 1% dan 2% dalam tahun-tahun 1955, 1956 dan 1957.
f. K e d e l e .
LUAS PANENAN DAN PRODUKSI KEDELE
DI INDONESIA 1953 — 1958.

Tabel 11.
Tahun
1953
1954
1955
1956
1957*)
1958**)

Luas panenan
(dalam 1.000 ha.)
457
525
515
502
503


Produksi
Hasil rata-rata
(dalam 1.000 ton (dalam kw./ha.
wose kering)
wose kering)
306
400
346
357
327


6,70
7,72
6,72
7,10
6,50


Sumber : Biro Pusat Statistik;
Djawatan Pertanian Rakjat.
Melihat daftar tersebut diatas maka ternjata bahwa produksi
turun dengan 13% dalam tahun 1955, kemudian naik dengan 3%
dalam tahun 1956. Dalam tahun 1957 produksi turun kembali
dengan 8%.
Luas panenan masing-masing kurang dari 2% dan 3% dalam
tahun-tahun 1955 dan 1956; dalam tahun 1957 menundjukkan
kenaikan sedikit, jaitu kurang dari 1%.
Hasil rata-rata tiap ha. menundjukkan kemunduran dengan 12%
dalam tahun 1955. Dalam tahun 1956 terdapat kenaikan dengan
6% dan dalam tahun 1957 kemunduran lagi dengan 8%.
___________
* ) Angka sementara.
**) Angka taksiran.

26

2. Tanaman perdagangan rakjat.
PRODUKSI TANAMAN PERDAGANGAN RAKJAT JANG
TERPENTING DALAM TAHUN-TAHUN 1953 - 1958.
(dalam 1.000

ton). Tabel 12.
Tahun

1953 1954

Karet rakjat
Tebu
Tembakau
Kelapa
Tjengkeh
Kopi
Lada
The
Kapok
Pinang
Pala

389 482
478
203 268
414
46
60
43
948 1202 1039
3,1
6,5
2,5
40
43
47
5,7 15,6 17,9
33
21
22
10
18
15
49
24
22
3,4
3,8
2,8

Keterangan
wudjud hasil

1955 1956*) 1957*) 1958 **)
426
291
54
813
4,0
46
20,4
22
13
34
4,3

421
424
65
1221
3,9
50
18,0
24
41
10
4,5

402
289 gula mang45 kok
1429 daun kering
6,0 kopra „
32 bunga „
22,1 bidji

24 bidji
35
32
4,3

Sumber : Djawatan Karet Rakjat Pusat;
Djawatan Pertanian Rakjat.
EKSPOR R.S.S. KARET RAKJAT DALAM 1000 TON (I)
DAN
DALAM % DARI PRODUKSI R.S.S. KARET RAKJAT (II).

Tabel 13.
Mutu
RSS II
RSS IV
RSS V
Kurang
dari V

1950
I
II
44,2
26,9
18,1
24,4

31
19
13
17

1951
I
II
47,5
32,1
40,9
18,-

27
18
23
10

1952
I
II
46,8
53,6
73,6
2,5

25
29
40
2

1953
I
II
33,1
61,5
55,8
2,1

21
40
36
1

1954
I

II

29,2
64,3
85,4
0,8

15,32,8
43,5
0,5

1955
I
II
25,3
69,6
93,1
4,5

13
36
48
2

1956

1957

I

II

I

II

7,8
41,2
97,8
6,9

5,2
26,8
63,5
4,5

14,7
43,4
86,8
11,5

9,2
27,6
55,2
7,3

Sumber: Djawatan Karet Rakjat.
*)
**)

Angka sementara, ketjuali untuk Karet rakjat dalam tahun 1956 dan
1957.
Taksiran.

27

Dimana manipulasi-manipulasi seperti „undergrading” sukar
dapat dikontrol setjara effektief, penerangan-penerangan langsung
kepada rakjat akan sukar dapat memperoleh hasil konkrit djika
tidak disertai tindakan tegas dalam larangan ekspor serta industri
remilling jang menudju kearah perbaikan mutu. Setjara technis
rakjat sedjak sebelum perang umumnja telah mampu membuat
sheet II dan III.
Larangan ekspor R.S.S. V misalnja tidak akan menimbulkan
kesulitan-kesulitan teknis jang besar bagi rakjat, bahkan bilamana
larangan ini telah berhasil dalam satu/dua tahun, maka mungkin
dapat dipertimbangkan pula larangan ekspor R.S.S. IV. Tindakantindakan radikal ini mau tidak mau perlu dipertimbangkan, karena
selama mutu-mutu ini masih boleh diekspor, segala penerangan
Djawatan serta bimbingan-bimbingan/latihan-latihan praktis melalui
perusahaan- perusahaan sheet sentral milik Djawatan akan sia-sia
belaka.
Meningkatnja finished products dari tahun 1950 s/d 1957 adalah
akibat langsung dari larangan ekspor slabs didaerah-daerah terpenting dimana bahan-bahan ini dibuat (Sumatera Selatan).
PRODUKSI KAPAS DAN RAMI.
(dalam ton).
Tabel 14.
Tahun
1952
1953
1954
1955
1956
1957

Kapas (bidji)
1.936
1.138
1.115
871
1.136
1.030

Rami (serat)





67,0

Sumber : Panitex.
Menurunnja produksi pada umumnja disebabkan:
1. tidak terdapatnja harga jang menarik bagi hasil produksi dalam
negeri, sehingga lebih menguntungkan untuk mengusahakan
djenis tanaman-tanaman perdagangan lainnja.
2. terdesaknja pasaran oleh bahan-bahan kapas serta rami jang
diimpor.
28

Angka-angka produksi tahun 1958 belum tersedia, akan tetapi
ditaksir tidak akan melebihi 1957.
Untuk rami jang penanamannja baru dimulai dalam tahun 1956/
1957, tidak terdapat angka-angka mengenai keadaan sebelumnja.
3. Perkebunan Besar.
HASIL PERKEBUNAN BESAR UNTUK
TAHUN-TAHUN 1953 — 1958.
(dalam 1.000 ton).
Tabel 15 .

Tahun

1953

Karet
Gula
Teh
Kopi
Minjak sawit
Bidji Sawit
Kulit Kina
Tjoklat
Serat tali keras
Tembakau

309
557
31
22
160
42
1,2
1,3
28
10

1954
288
600
39
14
169
43
1,8
1,2
31
7,4

1955
267
671
39
16
166
42
2,7
1,2
36
7,0

1956
266
785
40
13
165
41
2,3
1,5
35
7,0

1957
258
828
48
15
160
40
3,5
1,2
33
8,6

1958**)
244
775
47
13
148
35
4,1
1,3
27


Sumber : Biro Pusat Statistik;
Djawatan Perkebunan.
Hasil perkebunan besar dalam tahun 1957 menundjukkan keadaan
jang kurang lebih sama dengan keadaan tahun 1956.
Menurut angka-angka dari Biro Pusat Statistik produksi hasil
perkebunan terpenting sampai dengan produksi selama djangka
waktu jang sama dalam tahun sebelumnja. Hal ini antara lain disebabkan karena terhambatnja produksi dalam permulaan tahun
1958 sebagai akibat dilakukannja pengambil-alihan perkebunan
milik Belanda dalam awal bulan Desember 1957, jang dengan sendirinja mempunjai pengaruh atas djalannja produksi dalam djangka
waktu pendek.
**) Angka sementara.

29

Berkat tindakan-tindakan jang diambil Pemerintah dalam bulan
Pebruari 1958 dan selandjutnja untuk melantjarkan ekspor, maka
produksi dalam bulan ini mulai meningkat lagi.
Dalam rangka perdjoangan pembebasan Irian Barat, maka atas
dasar keputusan Penguasa Perang Pusat tanggal 9 Desember 1957
No. 1063/P.M.T./57 dan peraturan pelaksanaan Menteri Pertanian
tertanggal 10 Desember 1957 No. 229/Um/57, perkebunan-perkebunan
milik Belanda jang banjaknja 542 buah diambil alih dan dikuasai
oleh Pemerintah, penguasaan mana ditugaskan kepada sebuah badan
chusus jaitu P.P.N. baru.
4. Kehutanan.
Produksi.
Produksi kaju pertukangan, kaju bakar dan arang dari daerahdaerah jang ada dalam pengawasan Djawatan Kehutanan, sedjak
1950 memperlihatkan kenaikan berangsur-angsur:
PRODUKSI HASIL HUTAN POKOK.
1950 — 1955.
Tabel

16.

Tahun

Kaju
pertukangan
(100 m3)

Kaju
bakar
(1000 sm)

Arang
(1000 ton)

1938
1950
1951
1952
1953
1954
1955

1.508
1.195
1.241
1.667
1.554
1.605
1.702

2.297
1.878
1.693
2.086
2.394
1.881
2.146

68
36
72
59
61
69
76

Djumlah
(1000 nr3
tara kaju
kasar)
3.720
3.078
3.154
3.822
3.951
3.628
4.024

Sumber : Djawatan Kehutanan;
Biro Pusat Statistik.
Angka-angka diatas menundjukkan produksi jang tertjatat, sedangkan produksi jang tidak tertjatat seperti didesa-desa, tepi-tepi djalan
dan hutan-hutan marga, mungkin djumlahnja 1½ kali lipat untuk
kaju pertukangan, dan untuk kaju bakar serta arang kurang lebih
40 kali lipat. Produksi jang tertjatat adalah jang merupakan persediaan bagi bahan mentah industri serta bahan bangunan jang
30

bermutu (kaju djati). Djawatan Kehutanan berusaha giat memberikan bimbingan untuk memperbesar produksi, baik jang tertjatat
maupun jang tidak tertjatat.

Tabel 17.

PRODUKSI HASIL HUTAN POKOK.
1956 - 1958.

Sumber : Kementerian Pertanian; Biro
Pusat Statistik.
31

Keterangan:
1. Angka-angka produksi ini adalah djumlah hasil eksploitasi dari
Djawatan Kehutanan dan eksploitasi oleh fihak ketiga.
2. Angka-angka tahun 1958 adalah angka-angka taksiran.
Dari angka-angka diatas dapat diambil kesimpulan-kesimpulan
sebagai berikut:
1. Berlainan dengan produksi pada umumnja jang meningkat dalam
tahun 1957, maka dalam tahun 1958 terdapat kemunduran jang
tidak sedikit (ketjuali untuk kaju pertukangan).
2. Kemunduran dalam tahun 1958 itu terutama disebabkan kesukaran-kesukaran dalam perhubungan (laut dan darat) dan
keamanan.
3. Djika hanja diperhatikan dua djenis hasil terpenting, jaitu kaju
pertukangan dan kaju bakar, untuk mana ditentukan target
produksinja bagi seluruh Indonesia, maka nampaklah bahwa
daerah Djawa dan Madura pada umumnja lebih berhasil dalam
mentjapai (bahkan melampaui) target.
4. Djika keadaan (perhubungan dan keamanan) pulih kembali,
rasanja tidaklah sukar untuk mentjapai semua target jang telah
ditentukan itu.
Dalam usaha untuk sebanjak mungkin dapat melajani kebutuhan
masjarakat, oleh Djawatan Kehutanan Djawa/Madura (dalam taraf
pertjobaan) telah pula dipungut hasil-hasil hutan jang mana angkaangkanja seperti dibawah ini.
MATJAM DAN BANJAKNJA HASIL HUTAN IKUTAN
JANG DIPUNGUT.

Tabel 18.
Tahun
1956
1957
1958*)

Seedlak Bambu Minjak kaju
(ton) (1000 ht.)
putih (L)
142
344
46

1.465
2.924
602

Sumber : Kementerian Pertanian.
*) Taksiran.

32

32.292
35.028
45.000

Minjak terpentin (L)
50.331
50.090
51.348

Gondorukem (ton)
298
373
318

Hasil Penggergadjian
Tabel 19.

Sumber : Djawatan Kehutanan
_______
*) Angka sementara
528/B (3)

33

Angka-angka rendemen di Djawa/Madura jang pada umumnja
lebih rendah dari pada di Luar Djawa adalah disebabkan antara
lain :
a. Maksud diadakannja penggergadjian di Djawa ialah terutama
hanja untuk „veredeling” (membuat kaju djati jang dalam
bentuk kasaran sangat rendah nilainja dan/atau praktis tak
bernilai sebagai kaju perkakas, mendjadi kaki perkakas persegi
jang berharga).
Dengan demikian volume kaki perkakas keseluruhannja diharapkan mendjadi meningkat.
Sebaliknja di Luar Djawa, tudjuan utama ialah memprodusir
dan memperdagangkan kaju perkakas persegian (djadi semua nja digergadji).
b. Bentuk batang kaki rimba di Luar Djawa jang pada umumnja
lebih baik dari pada Djati (menjerupai silinder), merupakan
pula faktor jang menguntungkan.
5. Kehewanan.
Bahwasanja djumlah ternak mengalami kemadjuan (ketjuali
kuda) sesudah perang dunia ke II, dapat dilihat dari angka-angka
dibawah ini.
DJUMLAH HEWAN.
(dalam 1.000 ekor).
Ta b e l 2 0 .
Tahun

1940

1953

1954

1955

1956*) 1957*) 1958**)

Sapi
Kerbau
Kuda
Bahl
Domba
Kambing

4.356
2.417
711
1.224
3.777
1.462

4.632
2.871
592
1.305
5.391
2.383

4.968
2.921
607
1.403
6.550
2.720

5.059
2.888
584
1.469
7.174
2.782

5.158
2.856
618
1.651
7.506
2.629

5.106
2.865
648
1.473
8.852







Sumber : Djawatan Kehewanan.
Hewan jang dipotong.
Pemeliharaan ternak oleh rakjat selainnja untuk keperluan ternak
penghela jang sebagian besar untuk penghela luku buat penggarapan
___________
* ) Angka sementara.
**) Angka-angka belum tersedia.

34

sawah dan tegalan maka ternak tadi djuga dipotong untuk mendjadi
sumber bahan makanan jang mengandung banjak protein hewani.
Djumlah pemotongan biasanja bagi ternak besar adalah ± 11% —
15% dari djumlah seluruhnja dan bagi ternak kambing dan domba ±
40% — 50%.
Pemotongan hewan di Indonesia hingga kini tidak „membahajakan” stock ternak (veestapel), karena prosentase kelahiran pada
ternak besar dapat ditaksir ± 30 — 35% sedangkan bagi ternak
ketjil ± 100%. Lagi pula akan mendjadi tidak ekonomis, apabila
ternak-ternak jang tidak diperlukan lagi bagi masjarakat tidak dipotong, misalnja ternak jang sudah .tua tidak dapat beranak karena
steriel, sebagian besar ternak djantan dan ternak jang karena sifatnja
(nakal) tidak dapat dipergunakan buat ternak penghela.
Dalam daftar „Produksi Bahan Makanan Asal dari Hewan”, seperti
jang tertera dibawah ini, untuk tahun 1957 baik mengenai pemotong an hewan maupun mengenai produksi susu, ternjata lebih besar dari
pada keadaan tahun 1956. Jang sangat menarik perhatian ialah dalam
hal susu dimana produksi susu „hasil diluar perusahaan ” dalam
tahun 1957 dua kali lipat dari pada keadaan tahun 1956. Ini dapat
diartikan bahwa rakjat Indonesia jang semula kurang suka minum susu
pada achir-achir ini mulai merobah kebiasaannja; dan hal itu
menggembirakan oleh karena sesuai dengan keputusan „Munap”,
jaitu untuk „merakjatkan susu ”.
PRODUKSI BAHAN MAKANAN ASAL DARI HEWAN.
(dalam ton).

Tabel 21.
Nama Bahan
I. Daging: *)
a. sapi
b. kuda
e. kerbau
d. kambing
e. domba
f. babi
g. Unggas

1956

99.229
612
56.873
17.402
2.900
32.272
144.750

1957

112.781
887
54.787
17.704
5.785
32.486
144.750

__________
*) Djuga termasuk pemotongan gelap ditaksir 10% dan I5% untuk masingmasing ternak besar dan ketjil dari djumlah pemotongan jang tertjatat.

35

Nama Bahan
II. Susu:
a. hasil dalam
b. hasil diluar
III. Telor

1956

1957

20.502
3.151
24.480

18.148
7.602
24.480

Sumber : Djawatan Kehewanan.
Perikanan Darat seluruh Indonesia selama masa 1956 — 1958 telah
menghasilkan ikan basah berasal dari berbagai sumber, jang djumlahnja tertera dalam daftar dibawah ini.
HASIL IKAN BASAH.
(dalam ton).
Tabel 22.
Tahun
1956
1957
1958

Hasil Kultur
76.000
78.000


Hasil Penangkapan
220.000
242.000


Djumlah
296.000
320.000
350.000*)

Sumber : Djawatan Perikanan Darat.
Kalau kita tindjau produksi sedjak tahun 1954 maka kenaikan
produksi :
tahun 1955 kira-kira ada 13,4% dari tahun 1954
tahun 1956

„ 14,6% „ „
1955
tahun 1957


4,6% „

1956
Kenaikan produksi pada tahun 1957 jang sangat minimal, dise babkan oleh bentjana alam berupa bandjir dalam semester ke-I jang
sangat merugikan seluruh sumber-sumber perikanan darat, sedangkan dalam semester ke-II musim kemarau jang sangat kering membawa akibat jang djelek bagi dae