Bab III Pertanian Kehutanan Kehewanan dan Perikanan

BAB III
PERTANIAN, KEHUTANAN, KEHEWANAN
DAN PERIKANAN.
A. PERTANIAN RAKJAT DAN PERKEBUNAN BESAR.
1. Isi rentjana.
Untuk memenuhi kebutuhan akan bahan makanan serta bahan
pakaian, sedapat-dapatnja untuk mentjapai tingkat “self-sufficiency ”
dalam kedua hal itu, usaha-usaha jang terutama adalah menaikkan
produksi setjepat mungkin atau mulai menghasilkan sendiri produksi didalam negeri. Tjara-tjara jang ditempuh adalah:
a. memperluas areal penanaman;
b. mempertinggi produksi setiap hektare dengan djalan perbaikan
teknik bertjotjok tanam, pemakaian alat-alat jang lebih baik,
pemberian pupuk jang sesuai, pemakaian bibit-bibit unggul,
pemberantasan hama serta pertanian tjampuran.
Sebagai dasar dari segala usaha tersebut, penting pula artinja
research serta pendidikan guna mempertinggi mutu pengetahuan
para petani dan jang sekaligus akan mengakibatkan pula perbaikan
sosial-ekonomis dari taraf penghidupannja.
Dalam lapangan perkebunan serta tanaman perdagangan rakjat
(small holder's commercial crops), kenaikan hasil dapat berarti
pula pertambahan penerimaan devisen negara. Selain tindakantindakan kultur-teknis maka perkreditan mempunjai peranan jang

penting dalam mempertinggi produksi, terutama bagi lapangan pertanian rakjat.
Perlu disebutkan disini akibat-akibat dari beberapa peristiwa
penting:
a. M U N A P:
Memberikan tekanan jang lebih besar pada rentjana mempertinggi produksi bahan makanan dan pakaian jang berupa:
(1) intensifikasi usaha-usaha pertanian di Djawa;
(2) perluasan sawah didaerah-daerah pasang surut (Sumatera
dan Kalimantan) ;
(3) pembukaan tanah leering serta pendirian perusahaan-perusahaan pertanian setjara mekanis diluar Djawa ( “mechanized rice projects”).
137

b. A k s i I r i a n B a r u :
Mengakibatkan pengambilan alih perkebunan-perkebunan besar
milik Belanda serta pembentukan P.P.N.-Baru jang merupakan
badan pengawas dari perkebunan-perkebunan tersebut.
2. Taksiran biaja.
Biaja jang ditaksir untuk lima tahun 1956—1960 adalah seperti
berikut:
Pertanian Rakjat .........
Rp. 275.000.000,— (jang berupa devisen

Rp. 44.240.000,—).
Penjelidikan Pertanian
Rp. 41.267.000,— (jang berupa devisen
Rp. 48.980.000,—).
Djawatan Karet Rakjat
Rp. 60.000.000,— (jang berupa devisen
Rp. 9.480.000,—).
Rp. 376.267.000,—
Perintjian untuk setiap tahunnja tidak tersedia.
3. Tingkat Penjelesaian.
1. B a h a n m a k a n a n .
Produksi Bahan makanan dapat ditambah dengan berbagai djalan,
jaitu mendirikan balai-balai benih, pemupukan dan sebagainja.
a. Balai Benih.
Sedjak 1956 boleh dikatakan djumlah Balai Benih tak bertambah. Ini disebabkan karena anggaran belandja untuk pendirian
Balai-balai Benih tak diperoleh lagi dari Pemerintah. Berhubung
dengan pentingnja objek ini pemberian anggaran belandja jang
lebih besar untuk projek ini perlu dipertimbangkan. Penggunaan
bibit-bibit djenis unggul pada achir-achir ini perkembangannja
akan digiatkan setjara massaal dengan injeksi sesuatu djenis disesuatu

daerah dengan perantaraan kredit bibit.
Djika injeksi djenis baru ini telah meluas, barulah kebun bibit
„memelihara ” djenis-djenis tadi dengan djenis bibit jang berkwaliteit baik.
Penjiaran bibit ini agaknja menundjukkan prospect jang baik
dan akan diperhebat penggunaannja dikelak kemudian hari.
Dalam program intensivering akan diusahakan supaja antara
tahun-tahun 1958—1962 diadakan gerakan perluasan tambahan dari
pemakaian djenis baru untuk tanaman seluas 1.500.000 ha. Rentjana
intensivering ini difikirkan dipusatkan di 250 centra.

138

DAFTAR BALAI BENIH BERIKUT HASIL-HASJLNJA.

Tabel 87.

Tahun

Bantuan
Balai Balai Djum- Biaja penlah

dirian
Balai
pada
Benih Benih
Balai
Benih
Baru
Balai
Benih
baru lama
Benih
(Rp.)
Lama
(Rp.)

(1)

(2)

(3)


1955

5

225

230

1956

1

230

231

1957




231

231

6

231

231

Djumla
h

(4)
2.650.00
0
450.000

3.100.00

0

(5)

Djumlah
Pengeluaran
(Rp.)

(6)

TAMBAHNJA PENJIARAN BIBIT
Lada Tjengke Kelapa
Padi
Djagung Buah2an Sajuran Kopi
h
(ribuan)
unggul unggul (ribuan) (ton) (ribuan) (ribuan)
(ton)
(ton) (pohon)
(pohon) (pohon) (ribuan (pohon)

)
(pohon)
(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

(12)

(13)

(14)

2.392.600 5.042.600


9.000

100

409

187

500

16

500

100

2.344.000 2.794.000

9.200


200

253

278

301

10

500

150

2.313.500 2.313.500

9.240

300


250

270

300

10

400

100

7.050.100 10.150.10
0

27.440

600

912

735

1.101

36

1.400

350

Sumber : Kementerian Pertanian.
Keterangan:
1. Angka tahun 1958 adalah angka taksiran.
2. Bibit-bibit murni/unggul dari Djawatan diperbanjak djuga oleh rakjat,
terutama padi dan djagung.
Dengan demikian persediaan bibit mendjadi. lebih meluas
dan l e b i h
banjak untuk penjiaran.
3. Berhubung dengan kurangnja biaja maka sedjak tahun
1956 praktis
tidak ada penambahan Balai Benih baru.

140
141

b. Pemupukan.
(1) P u p u k H i d j a u.
Pemakaian pupuk hidjau dikalangan rakjat meminta dari petani
perkembangan jang lebih landjut dalam pemakaian pupuk:
1. pertama-tama dibutuhkan keinsjafan mempergunakan pupuk pada
tanamannja.
2. kedua dibutuhkan kesukaan membuat cultuur-schema dimana
dimasukkan didalamnja penanaman pupuk hidjau.
Angka-angka pemakaian pupuk hidjau tak dapat ditundjukkan,
tetapi luas pemakaian ditaksir adalah meluas.
Bersamaan dengan pemakaian djenis unggul, maka penerangan
mengenai pemakaian pupuk hidjau perlu didampingi dengan anggaran belandja jang kuat, antara lain untuk, kalau perlu, memberi
pindjaman bibit dan mengadakan perlombaan.
(2) P u p u k Bu a t a n.
Impor pupuk buatan tidak semuanja dipergunakan oleh Djawatan
Pertanian Rakjat, tetapi sebagian besar dipakai oleh perkebunanperkebunan besar.

Tabel 88.
Tahun
1950
1951
1952
1953
1954
1955
1956
1957
1958

IMPOR PUPUK
Semua djenis pupuk

..............................
..............................
..............................
..............................
..............................
..............................
..............................
..............................
..............................

78.100 ton
57.700 „
84.400 „
100.900 „
104.300 „
148.100 „
183.800 „
207.700 „
116.900 „

Sumber: Kementerian Pertanian.
Pupuk jang diimpor pada umumnja masih berada dibawah kebutuhan, hal itu disebabkan oleh terbatasnja djumlah devisen jang
tersedia.
Matjam-matjamnja pupuk jang diimpor adalah:
1. Chili salpeter
2. Zwavelzure Amonia (Z.A.)
3. Dubbel superfosfaat (D.S.)
4. Pupuk Kalium & Magnesium.
5. Dan pupuk-pupuk lainnja.

142

Seperti tadi sudah dikatakan hanja sebagian ketjil sadja impor
pupuk jang tersedia bagi Djawatan Pertanian Rakjat.
Penjerahan pupuk dilakukan melalui Jabatani (Jajasan Bahanbahan Pertanian) jang mengatur pembagian dan pendjualan pelbagai djenis pupuk buatan kepada petani.
DJUMLAH PUPUK JANG
D I S E D I A K A N. Ta b e l 8 9 .
1956
Djenis
pupuk
Z.A.
D.S.
S.S. *)
Z.K.
Djumlah

ton
30.500
17.000
3.000

50.500

1957

Rp.
(1.000)

ton

45.750 50.000
28.050 30.000
10.500 3.000


84.300

1958

Rp.
(1.000)

ton

Rp.
(1.000)

Djumlah
ton

Rp.
(1.000)

85.000 61.500 153.950 142.000 284.700
75.000 27.000 94.500 74.000 197.550
10.500 3.000 10.500
9.000 31.500

7.000 24.500
7.000 24.500

83.000 170.500 98.500 283.450 232.000 538.250

Sumber: Kementerian Pertanian.
Perlu ditambahkan disini, bahwa pada tahun 1958 Pemerintah
telah mendatangkan pupuk urea sebanjak 100 ton dan Djepang
jang maksudnja akan dipergunakan sebagai bahan pertjobaan, sebelum projek pupuk urea di Palembang menghasilkan produksinja.
c. Pentjegahan Tanah Larut.
Pentjegahan tanah larut dikerdjakan didaerah-daerah jang telah
njata menderita erosi terutama dimana terdapat perusahaan-perusahaan kapur dan batik dan didekat kota-kota jang membutuhkan
kaju bakar.
Hasilnja ternjata memuaskan, dengan penanaman pohon-pohonan
seperti kopi, djambu monjet, sengon, sereh, lamtoro dan lain-lain.
Berkat kerdjasama jang baik antara Djawatan Pertanian Rakjat
dan rakjat, dapat ditjapai hasil jang lumajan djuga, meskipun
terdapat kesukaran-kesukaran dalam segi keuangan.

S.S.: Single Superphospate.

143

PENTJEGAHAN TANAH LARUT.

Tabel 90.
Tahun
1956
1957
1958
Djumlah:

Luas tanah jang
ditjegah larutnja
(ha)

Biaja jang
dikeluarkan
(RP.)

75.000
60.000
45.000

4.575.000
3.543.000
2.740.000

180.000

10.858.000

Keterangan

Angka2 taksiran

Kalau kita melihat daftar diatas, luas tanah jang ditjegah larutnja, angkanja selalu menurun, itu tidaklah berarti bahwa djumlah
tanah jang larut makin sedikit. Menurunnja angka tersebut disebabkan biaja jang disediakan, setiap tahunnja makin ketjil, sedangkan
tenaga buruh bertambah mahal.
Perlu diterangkan disini, bahwa pada hakekatnja 50% dari sawah
kering di Djawa ini, perlu ditjegah larutnja.
d. Pemberantasan Hama.
Usaha Pemerintah dalam pemberantasan hama ialah, memberi
bantuan kepada para petani untuk memberantas hama/penjakit jang
luar biasa atau wabah, serta pembelian alat-alat dan obat-obatan.
Begitu djuga bantuan diberikan untuk pembelian pompa-pompa
penjemprot untuk memberantas artona, penggerek padi dan lainlain.
Jang sangat disajangkan ialah bahwa sebagian besar bahan obatobatan berikut peralatannja masih harus diimpor dari luar negeri.
Sedangkan datangnja penjerangan suatu wabah penjakit pada tanaman sukar sekali diperhitungkan saatnja, sehingga kadang-kadang
penjakit sudah meradjalela pada suatu daerah tetapi persediaan
obat-obatan tidak tersedia.
Dibawah ini disadjikan angka-angka mengenai pembelian obatobatan berikut biajanja dari tahun-tahun 1956 sampai 1958.

144

PEMBELIAN OBAT-OBATAN UNTUK
PEMBERANTASAN HAMA.

Tabel 91.
Obat2an
(liter)

Tahun

Djumlah
(kg.)

Biaja untuk pemberantasan
(Rp.)

1956
1957
1958

259
298
250

6.000
12.000
10.000

Djumlah :

807

28.000 2.250.000

750.000
750.000
750.000 (Angka taksiran)

Sumber: Kementerian Pertanian.
c. Pertanian

Tjampuran.

Didjalankan dilima tempat, jaitu di Pasar Minggu 2, Sumatera
Selatan 2 dan di Djawa Tengah 1, jang dimulai pada achir tahun
1956 dan awal tahun 1957. Kesukaran-kesukaran mengenai pembelian perlengkapan menjebabkan perusahaan-perusahaan ini belum
dapat berdjalan setjara sempurna dan masih dalam taraf pembangunan dan perlengkapan.
Diharapkan bahwa setelah berdjalan 3—5 tahun barulah dapat
diperoleh hasil-hasil (untung rugi, bedrijfs-type jang efficient dan
sebagainja) jang konkrit.
Biaja jang telah dikeluarkan untuk lima tahun perusahaan itu
adalah berturut4urut:
1956 ...................................... Rp. 200.000,—
1957 ...................................... „ 396.000,—
1958 ...................................... „ 830.787,—
Djumlah ..................................Rp. 1.426.787,—
f. Perluasan Tanah setjara Mekanis (tractorpool dari Pertanian
Rakjat).
Pelaksanaan rentjana perluasan tanah dengan mempergunakan
traktor agak kurang memenuhi harapan, terutama disebabkan :
(1) kurangnja biaja sehingga tidak dapat didatangkan traktor baru
guna menggantikan jang sudah tua;
(2) sulitnja/tidak mungkinnja mendapatkan “spare parts” sehingga
hanja sebagian sadja dari traktor-traktor jang dapat bekerdja.
145
528/B (10)

PERLUASAN TANAH DENGAN MEMPERGUNAKAN
TRAKTOR.

Tabel 92.
Tahun

Djumlah
traktor

Traktor
% jang
bekerdja

1956
1957
1958

198
198
198

80%
60%
40%

Djumlah

198

60%

Luas tanah
Biaja jang
jang dikerdikeluarkan
djakan (ha)
(Rp).
4.700
5.750
5.450

5.610.000
5.132.000
6.705.000*)

15.900 17.447.000

Sumber: Kementerian Pertanian.
Kalau kita melihat daftar diatas “percentage” traktor jang dipakai
selalu menurun, tetapi tanah jang dibuka bertambah, hal itu
disebabkan oleh karena makin dikenalnja traktor oleh rakjat;
djadi meskipun djumlah traktor jang dapat dipakai (karena kesukaran-kesukaran “spare parts”) selalu berkurang tetapi “working
hours” (djam kerdja) pada traktor jang ada selalu bertambah.
Begitu djuga halnja dengan kenaikan biaja-biaja jang dikeluarkan
setiap tahunnja, jang disebabkan oleh karena banjaknja pengeluaran
untuk spare parts dan perbaikan-perbaikan lainnja, dan karena
djam kerdja selalu bertambah maka pengeluaran-pengeluaran untuk
bahan bakar, minjak dan uang lembur pengendara traktor pun
bertambah pula.
Pekerdjaan-pekerdjaan jang sudah atau sedang digiatkan adalah:
(1) Melandjutkan pekerdjaan pembukaan tanah penduduk tani
dengan traktor jang ada dimasing-masing daerah.
(2) Mengusahakan perbaikan kondisi traktor dipool-pool traktor.
(3) Memperlengkapi bengkel pool jang sudah ada dan jang baru
didirikan, dimana perlu didirikan sub-sub pool.
(4) Meneruskan kursus kader mekanisasi pertanian, jang lamanja
14 bulan, untuk setiap angkatan, jang diikuti oleh pemudapemuda lulusan S.P.M.A. di Ragunan (Pasar Minggu).
*) Termasuk biaja untuk persiapan Kursus Mekanisasi di Ragunan (Pasar
Minggu) chusus untuk "Rice-project".

146

(5) Melandjutkan beberapa objek penjelidikan dan pertjobaan jang
diselenggarakan langsung oleh Pusat:
(a) Pertjobaan tanah kering di Tjiputat.
(b) Pertjobaan tanah basah di Krawang bersama-sama dengan
Lembaga Penjelidikan Beras.
(e) Pertjobaan tanah kering di Kebomas (Gresik).
(6) Memperlengkapi Central Warehouse dan Workshop jang sudah
dibangun di Pasar Minggu.
2. B a h a n P a k a i a n (K a p a s d a n R a m i).
„Panitia Serat” jang dibentuk dalam tahun 1955 (jang kemudian
diubah namanja mendjadi Panitex *) telah menjusun projek-projek untuk produksi tekstil dan melandjutkan usahanja mengkoordinir serta menjempurnakan pelaksanaan rentjana-rentjana pelbagai instansi dilapangan perluasan penanaman dan peninggian produksi tanaman serat (terutama kapas dan rami).
Pada achir tahun 1956 telah dapat didirikan sebuah pabrik pemintalan serat rami di Pematang Siantar, sedangkan di Asembagus
(Djawa Timur) didirikan pabrik ketjil guna membersihkan kapas
dari bidjinja.
Sangat disajangkan bahwa hasil penanaman rami tidak memenuhi
apa jang direntjanakan, sehingga pabrik pemintalan jang baru
selesai dibangun itu terhenti bekerdjanja dan terpaksa mendatangkan serat rami dari luar negeri untuk dapat bekerdja kembali.
Sementara itu produksi kapas dan rami belum dapat dikatakan
berkembang dengan tjepat (dalam tahun 1957 masing-masing ditaksir 1.700 ton dan 50 ton). Pengalaman menundjukkan bahwa perluasan tanaman-tanaman ini oleh rakjat sangat tergantung dari:
1. Tersedianja peralatan untuk pengolahan.
2. Terdjaminnja „afzet ” dengan harga jang lajak.
Sementara itu usaha untuk memadjukan produksi telah dapat
diperkuat dengan tersedianja dua orang tenaga ahli kapas/dari
F.A.O. dalam tahun 1958.
Selama tiga tahun jang silam itu telah dikeluarkan biaja sebesar
Rp. 10.400.000,— untuk projek-projek kapas dan rami.
3. K a r a t R a k j a t.
New and Replanting.
Dalam masa lima tahun (1956—1960) direntjanakan perluasan
dan pembaharuan tanaman sebesar 91.000 ha atau 45.500 ha untuk
masa tiga tahun jang pertama (1956—1958).
*) Panitia Negara Urusan Industri dan Pertanian Tekstil.

147

Sebetulnja new and replanting itu semula disusun sebagai rentjana 10 tahun dan meliputi seluruhnja tanaman seluas 260.000 ha
(atau kurang lebih 20% dari seluruh tanaman karet rakjat jang
luasnja kurang lebih 1.300.000 ha). Biaja jang diperlukan untuk
pelaksanaan rentjana ini (terdiri dari ongkos pembibitan dan
bantuan ongkos tanaman) ditaksir kurang lebih Rp, 780 djuta.
Berhubung dengan kesulitan-kesulitan dalam hal keuangan, biaja
jang dapat disediakan untuk projek ini selama tahun 1956—1958
adalah djauh lebih kurang dari pada jang direntjanakan semula
jang kurang lebih hanja Rp. 17,5 djuta. Kekurangan tenaga, peralatan dan sebagainja, ditambah pula keadaan keamanan dibeberapa
daerah karat dalam masa jang lampau, pun tidak sedikit menghambat pelaksanaan pekerdjaan.
Mengingat U.U. Re/Newplanting sampai scat ini belum djuga
dapat dikeluarkan, maka dengan uang Counterpart (Rp. 5.042.000,—)
U.S. (I.C.A.) grant jang diterima dalam tahun 1957, ditambah
uang R.K.I. (Rentjana Kesedjahteraan Istimewa) (Rp, 1.430,000,—)
jang diterima achir 1956 haw dapat dilakukan persiapan-persiapan
dengan mengadakan pembibitan sebagai berikut:
Luas pembibitan
Rentjana pembibitan
1956
53 ha
95,4 ha
1957
182 ha
527,8 ha
Luas tanaman baru dari bibit-bibit jang telah ada jang dapat
dilaksanakan adalah:

1956

Dari bibit tjabutan
oleh rakjat sendiri
1.262 ha
10.087 ha

1957

3.009 ha

Dari bibit Djawatan

10.745 ha **)

Djumlah
11.349 ha
13.754 ha

Dalam tahun-tahun 1956, 1957 dan 1958 telah diselesaikan atau
dibangun 6 buah pabrik pengolahan karet (perusahaan sheet sentral) disamping 6 buah jang telah ada, jaitu di Surulangun (Palembang), Pulau Pundjung (Sumatra Barat), Sei Ambawang (Kalimantan Barat), Ilung (Kalimantan Selatan), Paranap (Indragiri)
dan Bangun Sari (Palembang).
Potensi produksi perusahaan remilling dalam tahun 1957 setelah
dilakukan enquete dan kontrole setempat oleh kantor-kantor Djawatan Perindustrian dan Djawatan Karet Rakjat Daerah, adalah
**) Baru masuk angka-angka dari Sumatera Utara, Sumatera Tengah dan
Kalimantan Selatan/Timur.

148

413.000 ton atau hampir sama dengan seluruh produksi karet tahun
1957. Djadi remilling sebetulnja bukan merupakan suatu soal lagi
untuk karet rakjat.
Usaha-usaha lain, seperti penerangan-penerangan routine dan
koordinasi dari instansi-instansi Pemerintah jang berkepentingan
untuk memperbaiki mutu karet rakjat terus didjalankan seperti
biasa.
4. R e s e a r c h .
a. Lembaga Penjelidikan Pertanian.
Hasil-hasil dari Lembaga-lembaga Penjelidikan Pertanian adalah
sebagai berikut:
— Landjutan serta perluasan penjelidikan-penjelidikan padi (si
Gadis dan Remadja).
— Telah dapat dibangun Balai Penjelidikan Padi di Bogor
(Rp. 600.000,—) sedang beberapa kebun tjabang mulai diperlengkapi.
— Landjutan serta perluasan penjelidikan-penjelidikan djagung
dengan mempergunakan silangan dengan varietas-varietas Amerika Latin (djenis Perta dan Metro).
— Penjelidikan claim penggunaan pupuk Urea.
— Perluasan survey dan pemetaan tanah. Untuk ini telah dapat
dibangun sebuah laboratorium chusus (Rp. 1.000.000,—). Survey detail sudah dimulai di Djawa Tengah, Djawa Timur dan
Sumatera Utara.
— Penjelidikan dilapangan pembrantasan hama dan penjakit,
serta perkembangan Dinas Karantina Tumbuh-tumbuhan.
Kantor dan gudang fumigasi tumbuh-tumbuhan telah dapat
dibangun dipelabuhan-pelabuhan terpenting di Djawa sedangkan pembangunannja di Tandjung Pinang, Belawan, Palembang, Bitung, Makasar dan Pontianak segera akan dimulai
setelah kesulitan-kesulitan mengenai tanah dapat diatasi.
Semuanja telah memakan biaja Rp. 2.085.600,—.
— Telah dapat didirikan sedjumlah kebun-kebun regional didaerah-daerah tanah kering diluar Djawa dan kebun penjelidikan
kapas di Asembagus.
— Perluasan kebun penjelidikan kelapa di Mapanget (Menado),
jang telah dimulai dalam tahun 1956 jang kemudian sementara
terpaksa dihentikan berhubung dengan peristiwa Permesta.
Telah dikeluarkan biaja Rp. 1.028.000,—.
— Pendirian sebuah “glass house” (Plant Nutrition Unit) jang
direntjanakan dalam tahun 1957/1958, belum dapat dimulai,
berhubung alat-alatnja jang telah disanggupkan oleh Pena-

149

rintah U.K. dalam rangka bantuan Rentjana Colombo belum
djuga datang. Menurut berita terachir, mungkin sekali alatalat ini dapat diharapkan dalam bulan Maret/April 1959 bersama-sama seorang expert dari negara tersebut.
b. Laboratorium Tehnologi Makanan.
— Penjelidikan ditudjukan untuk mendapatkan bahan makanan
jang sedikit banjak dapat menggantikan beras.
— Penjelidikan untuk menghilangkan ratjun pada pelbagai djenis bahan makanan (seperti tempe, bongkrek, dan sebagainja).
— Selandjutnja dengan peralatan laboratorium jang lebih lengkap
dan modern jang mungkin dapat diterima dari Australia (dalam
rangka bantuan Rentjana Colombo) dalam tahun 1959, diharapkan pekerdjaan dilapangan ini akan berdjalan lebih pesat.
Djuga dengan diharapkannja kedatangan kembali pegawai-pegawai jang sedang menjelesaikan peladjaran dalam “food technology”
di Australia (untuk mendapatkan gelar B Sc dan M. Sc) Laboratorium
ini tidak lama lagi akan berkembang dan bertambah.
c. Lembaga Penjelidikan Beras.
Mulai dibangun dalam tahun 1956 di Krawang. Lembaga ini telah
dapat mulai dengan penjelidikannja dalam awal tahun 1958, jaitu
mengenai:
— rendemen, kwalitet dan kadar air (vochtgehalte) dari padi.
— effisiensi penggilingan padi.
— bidang sosial-ekonomis/bertalian dengan produksi, pengangkutan dan pendjualan padi.
d. Mikrobiologi.
Sebuah laboratorium mikrobiologi telah dapat dibangun di Tjiawi
dan mulai dengan pekerdjaannja datum tahun 1958. Penjelidikanpenjelidikan dilapangan mikrobiologi dari serat-serat rami mendapat prioritet.
e. Ekonomi Pertanian.
Sebagai langkah pertama kearah penjelidikan setjara sistematis
dilapangan ekonomi pertanian, Biro Ekonomi dan Planning dengan
kerdjasama dengan Djawatan Pertanian Rakjat, Lembaga Penjelidikan Sosial dan Ekonomi dari Fakultas Ekonomi di Djakarta
serta Fakultas Pertanian di Bogor telah mulai pada achir tahun
1958 dengan mengadakan survey tentang masalah-masalah perkreditan .dan penjaluran hasil (marketing) mengenai dua djenis tanaman perdagangan rakjat jang penting di Djawa, jaitu tebu rakjat
dan tembakau.
150

5. O r g a n i s a s i Ta n i .
Djawatan Pembangunan Usaha Tani (D.P.U.T.) sedjak berdirinja
pada tahun 1950 sampai dimulainja pelaksanaan R.P.L.T. ialah
pada tahun 1956 dan hingga sekarang memelihara kerukunankerukunan tani beserta usaha-usahanja, dimana kerukunan-kerukunan Tani itu baik seksi prija, seksi wanita dan para pemudapemudinja bergerak dalam bidang sosial ekonomis antara lain usaha
perlumbungan, usaha simpan pindjam, projek-projek pembangunan
desa jang dikerdjakan setjara gotong-rojong.
(1) Perkembangan Kerukunan Tani.
Pertumbuhan Kerukunan Tani setiap tahunnja dalam tahun
1956, 1957, 1958 pada umumnja telah mendekati rentjana pertumbuhan jang dikirakan ialah rata-rata mentjapai 75—80%
dari rentjana, tetapi karena Djawatan mengalami kekurangan
petugas, anggaran belandja dan alat-alat perhubungan maka
nampaklah bahwa pada setiap tahunnja, pertumbuhan kerukunan Tani itu terpaksa tidak semua dapat dipelihara dengan
sempurna melainkan hanja mentjapai rata-rata 50—60% dari
pertumbuhan kerukunan Tani jang sebenarnja.
(2) Perkembangan Kader Tani.
a. Berhubung pertumbuhan kader tani adalah tergantung dari
perkembangan Kerukunan Tani sendiri maka ternjatalah
dalam 3 tahun itu (1956-1957-1958), pertumbuhan Kaderkader Tani sudah dapat mentjapai angka rentjana malahan
melebihinja.
b. Pendidikan Kader Tani mentjapai hasil rata-rata 50—60% dari
rentjana setiap tahunnja.
(3) Perkembangan Seksi Wanita — Kader Wanita.
a. Perkembangan djumlah pertumbuhan Seksi Wanita ternjata sudah sangat mendekati rentjana.
b. Penjelenggaraan kursus-kursus Kader Wanita pada tahun
1956 ternjata kurang lebih mentjapai angka 66% dari rentjana kebutuhan kader.
c. Pada tahun 1957 dan tahun 1958 perkembangan Seksi Wanita tetap baik, hanja angka kebutuhan Kader Wanita
menurun disebabkan Djawatan sedang mengalami bermatjam-matjam kesulitan, tetapi meskipun demikian angka
kebutuhan kader masih menundjukkan rata-rata dapat
mentjapai 45—55% dari angka rentjana.
151

(4) Perkembangan Taman Pemuda dari pendidikan para pemimpinnja.
a. Taman Pemuda Tani dapat diartikan memberikan pendidikan tambahan kepada anak-anak tani baik jang tidak dapat
meneruskan peladjarannja dari Sekolah Rakjat maupun
terpaksa berhenti ditengah djalan disekolah itu, disebabkan karena tidak mempunjai orang tua jang dapat membiajainja atau harus membantu pekerdjaan orang tuanja.
b. Ditiap-tiap desa dimana Kerukunan Tani ada, pada umumnja terdapat 1 (satu) kelompok Taman Pemuda Tani dan ratarata 15 pengikut (anak).
c. Menurut daftar ternjata penumbuhan Regu mendekati
rentjana jang dikirakan.
d. Pendidikan pimpinan T.P.T. pada tahun 1956 sudah mendekati rentjana dengan hasil jang ditjapai rata-rata antara
80-90%, tetapi pada tahun 1958 sedikit menurun.
6. P e l a k s a n a a n P u t u s a n MUNAP 1 9 5 7.
Persiapan untuk pelaksanaan tiga buah rentjana telah dilakukan
bertingkat-tingkat:
a. Konperensi Inspektur Pertanian Rakjat (Pebruari 1958).
Dalam konperensi ini projek-projek itu dibitjarakan setjara mendalam dan ditindjau dari pelbagai segi.

b. Badan Persiapan (Mei 1958).

Sebuah Badan Persiapan dibentuk oleh Menteri Pertanian dalam bulan Mei 1958 dengan tugas mengadakan persiapan-persiapan dalam arti kata jang luas. Setelah itu rentjana-rentjana
jang makin lengkap dan gedetailleerd itu dibahas lagi oleh
dewan Bahan Makanan dan diadjukan kepada Kabinet untuk
dimintakan persetudjuan.

c. Rice project.

Sementara itu Kementerian Pertanian telah memulai dengan
perundingan-perundingan pada taraf tehnis dengan fihak-fihak
Luar Negeri untuk mendapatkan perlengkapan (mesin-mesin
dan alat-alat), chususnja untuk projek ketiga (pembukaan tanah
kering dan pendirian perusahaan padi setjara mekanis).
Sebagai hasil dari pembitjaraan-pembitjaraan ini telah selesai
ditanda-tangani sebuah kontrak dengan fihak Tjekoslowakia
pada tanggal 2 Oktober 1958 mengenai pembelian mesin-mesin
dan alat-alat untuk 3 unit seharga £ 3.222.786,— atas dasar
kredit lima tahun. Menurut rentjana, bagian pertama dari
perlengkapan itu akan tiba di Indonesia pada bulan Maret/

152

Mei 1959 dan diperuntukkan daerah-daerah Sumatera Utara,
Sumatera Selatan dan Kalimantan Selatan, dimana sebelumnja
telah diadakan survey seperlunja.
Sementara itu telah dimulai djuga perundingan dengan Pemerintah Soviet Uni untuk mendapatkan 2 unit dari negara tersebut
dalam rangka kredit sebesar $ 100 djuta. Dua unit tersebut akan
ditempatkan di Kalimantan (1960). Ketjuali itu Dewan Ekonomi dan Pembangunan telah menjetudjui dibeajainja perlengkapan untuk 1 unit dalam rangka Pampasan Perang Djepang
tahun pertama.
Sebuah team tenaga ahli Djepang pada achir tahun 1958 telah
tiba di Djakarta untuk membitjarakan pelaksanan unit ini setjara tehnis dan untuk membuat survey setempat, jaitu didaerah
Atjeh. Unit inipun direntjanakan mulai dilaksanakan pada achir
1959 awal 1960. Hasil jang diharapkan tergantung dari baik
tidaknja pelaksanaan rentjana tersebut.
d. Intensivering dan Projek rawa pasang surat.
Persiapan-persiapan untuk kedua buah projek ini telah sampai
pada taraf jang agak djauh, sehingga pada achir tahun 1958
telah dapat dimulai dengan pelaksanaannja. Angka-angka mengenai projek ini belum tersedia.
7. P e n g o p e r a n p e r u s a h a a n P e r k e b u n a n / P e r t a n i a n M i l i k B e l a n d a o l e h P e m e r i n t a h R.I.
Seperti sudah disinggung dalam ,,sektor Produksi Pertanian”,
maka berhubung dengan aksi perdjoangan pembebasan Irian Barat
oleh Pemerintah dikeluarkan P.P. No. 24 tahun 1958, jang mulai
berlaku pada tanggal 17 April 1958. Sebelumnja telah dikeluarkan
keputusan oleh Penguasa Militer/Menteri Pertahanan No. 1063/
PMT/1957 tertanggal 9 Desember 1957, sehingga pada tanggal
tersebut kebun-kebun milik Belanda dan milik tjampuran Belanda
dengan lain bangsa (lebih kurang 80% dari seluruh perkebunan)
dikuasai oleh Pemerintah. Dengan surat keputusan Menteri Pertanian No. 229/Um/57 tertanggal 10 Desember 1957 dibentuklah
badan pengawas untuk kebun-kebun baru jang dikuasai Pemerintah
(P.P.N. Baru).
Sebagai follow up dari penguasaan ini, untuk memperkuat kedudukan hukum dan kebun bekas milik Belanda, diperlukan U.U.
Nasionalisasi, U.U. mana telah diterima oleh Parlemen. Dalam
hubungan penguasaan diatas Menteri Agraria mulai dari 2 Desember 1957 melarang semua pemindahan hak atas barang tetap
milik Belanda kepada siapapun djuga dengan suratnja No. KAX/
40/2/34 tertanggal 2 Desember 1957.
153

B. KEHUTANAN.
1. Isi Rentjana.
Sesuai dengan kebutuhan akan bahan-bahan mentah dilapanganlapangan industri, perumahan serta pembangunan-pembangunan
lainnja, usaha-usaha ditudjukan kepada merubah hutan alami mendjadi hutan tanaman jang mempunjai nilai ekonomis lebih tinggi
dengan djalan menanam djenis-djenis kaju jang dibutuhkan. Disamping itu tidak dilupakan pula tugasnja sebagai pelindung serta
pemelihara sumber-sumber alami jang penting artinja bagi pertanian umumnja jaitu persediaan air, pentjegahan bandjir, pelindung
tanah dan lain-lain. Oleh karenanja tindakan-tindakan meliputi:
a. penanaman djenis-djenis kaju industri;
b. reboisasi hutan-hutan jang ditebang setjara liar;
c. mekanisasi dalam penebangan/penggergadjian serta pengangkutan.
Dapat pula disebutkan bahwa hasil-hasil hutan djuga merupakan
sumber penerimaan devisen jang besar artinja, seperti rotan, damar,
kopal dan sebagainja. Faktor pengangkutan dalam hal ini merupakan masalah jang besar sehingga penarikan kembali K.P.M. sebagai
akibat aksi Irian Barat mempunjai pengaruh jang berat dalam
perdagangan hasil hutan.
2. Taksiran Biaja.
Taksiran biaja untuk 1956—1960 jang tidak terperintji adalah:
Kehutanan ......................Rp. 300.000.000,— (jang berupa devisen
Rp. 48.980.000,—).
Tata Bumi .......................Rp. 20.683.500,— (jang berupa devisen
Rp. 3.160.000,—).
Djumlah ..........................Rp. 320.683.500,—
3. Tingkat Penjelesaian.
a . P ro j e k - p ro j e k H l u t a n I n d u s t r i .
(1) Aek N a U l i di Sumatra Utara dengan Pinus Merkusii untuk
projek kertas.
Direntjanakan akan dibuat tanaman seluas 25—30.000 ha,
sedang pada achir tahun 1958 telah dapat ditanami ± 20.000 ha.
Sambil menunggu berdirinja pabrik kertas ini, sedjak tahun
1955 tanaman jang agak tua (1929—1936) digunakan untuk
menjediakan bahan untuk korek api di Medan (Sumatera
Match Factory) dan sedjak tahun 1956 bertambah lagi untuk
pabrik korek api N.V. B.D.B. di Pematang Siantar, jang keduaduanja memerlukan 9 — 15.000 m 3 kaju kasar sebagai bahan
setahun.
154

Untuk kepentingan kedua-dua pabrik ini adalah lebih tepat
untuk merentjanakan tanaman djabon dihutan tjadangan Tanah Djawa, karena kepentingan pabrik korek api meminta tehnik dalam tanaman dari pada untuk tudjuan kertas.
(2) Pabrik tripleks di Stabat (Langkat My) di Sumatera Utara.
Untuk keperluan pabrik tripleks di Stabat ini telah terdapat
areal hutan jang tjukup untuk mendjamin keperluannja dari
hutan alami ditempat itu (6.200 ha).
Pabrik jang serupa jang sedang dibangun oleh Bank Industri
Negara di Natar, Sumatera Selatan sebenarnja djuga telah
mempunjai hutan jang tjukup luas.
Namun pendudukan/perombakan hutan oleh mereka jang tidak
bertanggung-djawab mengantjam djaminan untuk dapat bekerdja setjara „kontinue”, oleh karena itu diandjurkan agar Pemerintah menghentikan penjerobatan-penjerobotan ini setjepat
mungkin. Pun penanaman hutan telah direntjanakan setjara
sistematis (100—200 ha setahun) dan pada 1958/1959 dimaksud
menanami ± 700 ha tanah serobotan.
(3) Projek Rayon di Semangus, Sumatera Selatan.
Penjelidikan-penjelidikan sebagai persiapan telah dilantjarkan
sedjak 1956 dan masih didjalankan dengan giat.
Untuk keperluan perhubungan telah diperbaiki/dibuat djalan
mobil masuk hutan sepandjang 16 km dan tempat pemondokan
bagi pegawai-pegawai jang bertugas jang didirikan dalam tahun
1958.
Sebagai badan koordinasi dalam usaha-usaha Pemerintah ini
Biro Perantjang Negara memegang keuangannja, dan untuk
1957 diterima biaja chusus sebanjak Rp. 100.000,—, untuk
tahun 1958 sebanjak Rp. 700.000,— dan bagi tahun 1959 akan
disediakan lagi ± Rp. 2 djuta. Disamping itu telah diberikan
1 jeep + trailer dan sebuah Unimog dalam tahun 1958.
(4) Projek Bahan Tannine.
Usaha-usaha telah didjalankan untuk menjiapkan sebuah projek tannine dari Acacia decurrens di Sumatera Utara.
b. Pentjadangan hutan diluar Djawa (Bosreservering).
Diluar Djawa-Madura pentjadangan hutan masih djauh dari pada
selesai; ketjuali di Sumatera, Sulawesi dan Nusa Tenggara, maka
pekerdjaan pentjadangan masih harus dimulai di Kalimantan, Maluku dan lain sebagainja.
Penetapan/penundjukkan hutan-hutan tjadangan untuk hutan
pelindung maupun hutan produksi adalah suatu sjarat mutlak dalam
memperusahakan hutan-hutan itu dengan sewadjarnja.
155

Pandjangnja batas hutan-hutan tjadangan diluar Djawa-Madura
jang diperlukan adalah ± 35.000 km sedang jang sudah ada baru
sepandjang 23.400 km.
Adapun pembuatan batas-batas tjadangan hutan jang telah dilaksanakan adalah:
Tahun 1956 = 2.000 km dengan biaja Rp. 481.000,—
Tahun 1957 = 2.000 km dengan biaja Rp. 402.000,—
Tahun 1958 = 300 km dengan biaja Rp. 70.000,—
c. Reboisasi.
1. D j a w a d a n M a d u r a .
(1) Untuk Djawa dan Madura tiap-tiap tahun direntjanakan:
Penanaman hutan seluas ± 40.000 ha jang terdiri dari:
a. tanaman djati
: 20.000 ha
b. djenis kaju industri
: 6.000 ha
c. djenis kaju rimba lainnja : 14.000 ha
(2) Selain penanaman baru, tanaman hutan jang telah adapun
harus dipelihara. Pemeliharaan tanaman hutan itu direntjanakan rata-rata seluas 100.000 ha tiap tahun.
(3) Untuk mentjegah pembukaan tanah-tanah hutan setjara tidak
sah, diusahakan tindakan-tindakan buat menghentikannja dengan antara lain memindahkan penduduk dari hutan-hutan
serta memberi lapangan penghidupan jang lajak.

156

DAFTAR BALAI BENIH BERIKUT
HASIL­HASILNJA
Tabel 87.

HASIL PELAKSANAAN DALAM LAPANGAN REBOISASI.
Tabel 93.

Sumber: Djawatan Kehutanan.

157

Dari tabel tersebut ternjata bahwa:
(1) Realisasi dari pembuatan wilajah hutan industri dari semua
djenis telah djauh melebihi rentjana semula dalam rangka
rentjana 5 tahun. Kedjadian ini berarti mempertjepat waktu
jang direntjanakan sebagai persiapan bagi Djawatan Kehutanan
untuk menjediakan kaju sebagai bahan mentah. Mengenai
pelaksanaan rentjana reboisasi tahun 1958 jang memperlihatkan angka-angka ± 13% diatas rentjana, dapat diterangkan
sebagai berikut:
a. angka-angka itu diambil dari rentjana tahunan jang penjelenggaraannja sebagian dimulai achir tahun 1958 dan sebagian ketjil lagi pada permulaan tahun 1959.
b. dalam angka-angka ini termasuk penambahan luas rentjana
akibat adanja wadjib tanam dalam rangka usaha mempertjepat reboisasi di Djawa Barat dan untuk melaksanakan
penjelesaian pengembalian tanah jang diduduki rakjat di
Djawa Timur.
(2) Penanaman djenis-djenis kaju industri tersebut adalah diperuntukkan bagi:
a. Central Java Paper Project (Projek Notog) djenis-djenis
Pinus dan Agathis.
b. Pendirian pabrik tripleks (peti teh) di Djawa Barat (Sukabumi): djenis Albizia falcata jang kemudian akan dirobah
peruntukkannja sebagai bahan mentah untuk pabrik kertas.
(3) Hasil penjelenggaraan projek-projek chusus tersebut diatas
sampai achir 1958 adalah sebagai berikut:
HASIL PENANAMAN DJENIS•DJENIS KAJU INDUSTRI.
Tabe l

94.

Nama projek dan
D. H. jang memberi
„voeding”

NOTOG
(Banjumas Timur)
(Purworedjo)
Dh.
(Bandung Utara)
(Madjalengka)

158

Luas dan matjam tanaman
Luas
ha
Rentjana
7.000




7.000

Sudah diselenggarakan
s/d achir 1958

3.899
1.271
6.535
4.664
16.369

Matjam kaju
jang ditanam

Agathis


Pinus


KALI SETAIL

(sementara)
5.330

Dh. (Banjuwangi)
( Utara )
(idem Selatan)






8.830
13.550

5.330

22.380

TJIROHANI
Dh. Sukabumi

10.000
9.000


19.000



2.713
2.157

Bambu
(alami)

Agathis
Albizzia

Agathis

4.870

Sumber: Djawatan Kehutanan.

dengan tjatatan bahwa dikemudian hari kompleks hutan Pinus
dari Madjalengka akan dapat diperuntukkan suatu pabrik kertas tersendiri.
2. L u a r D j a w a d a n M a d u r a.
1. Diluar Djawa-Madura jang semula direntjanakan untuk menanam 6.000 ha tiap tahun (1955—1959), sedjak 1958 dipertinggi
mendjadi 8,530 ha.
2. Dikemukakan pula bahwa selain ditudjukan untuk menanami
tanah-tanah gundul, djuga rantjangan pembuatan wilajah hutan
industri mendapat perhatian jang chusus.
3. Hasil pelaksanaan tanaman:
HASIL PELAKSANAAN TANAMAN DILUAR DJAWA DAN
MADURA.
Tabel 95.
Tahun

Luas tanaman ha.
Rentjana

1956
1957
1958

6.000
6.000
8.530

%

Pelaksanaan
4.771
3.690
± 4.000 (taksiran)

79
61
39

Sumber: Djawatan Kehutanan.

159

4. Dapat diterangkan bahwa tidak tertjapainja pelaksanaan sesuai
dengan rantjangannja adalah disebabkan karena kurangnja uang
anggaran.
d. Mekanisasi.
Usaha pelaksanaan Rentjana jang bersifat rehabilitasi maupun
jang bersifat pembangunan baru ada jang dipelopori dan diperkembangkan dengan mekanisasi jang pada pokoknja ditudjukan kepada:
(1) Mengintensipkan urusan pengangkutan hasil hutan, baik didaratan maupun disungai-sungai dan laut. Untuk ini diperlukan
penambahan/penjempurnaan alat-alat seperti lori-lori, traksitraksi, perahu-perahu bermotor, alit-alat mekanisasi dan lain
sebagainja.
(2) Mendirikan/menjempurnakan penggergadjian-penggergadjian
kaju.
Penggergadjian-penggergadjian ini dipergunakan untuk memperoleh sortimen-sortimen kaju jang laku didjual, dengan
pengharapan tertjapainja penambahan hasil.
Tugas utama berhubung dengan rentjana tersebut adalah untuk
menjediakan mesin-mesin serta alat-alat, baik jang merupakan
„unit” maupun sebagai alat tjadangan.
Dapat dikatakan bahwa sebagian besar dari mesin-mesin serta
alat-alat tersebut hanja dapat diperoleh dari pembelian dari
luar negeri.
HASIL-HASIL MEKANISASI KEHUTANAN.

Tabel 96.
Uraian
Pembelian alai-alat:
a. Pembelian rel-rel + lasplaten, baud-baud, paku-paku.
b. Pembelian alat-alat tempat
pekerdjaan (alat-alat untuk
penggergadjian, installasi-installasi pengawetan kaju, distillasi kaju putih, pinus dan
lain-lain .................................
c. Pembelian alat-alat pengangkutan (lori-lori, lokomotip,

160

Biaja dalam djutaan rupiah
Tahun 1956
Tahun 1957
Tahun 1958
RenTerRenTerRenTertjana seleng- tjana seleng- tjana selenggara
gara
gara
0,3



0,7

1,392

1,5

0,298

0,7

2,270

1,2

0,363

0,2

0,190

Uraian

draisine, kendaraan bermotor, tjikar-tjikar ban angin,
„sleepboot”, „tournceboot”,
tongkrang dan lain-lain ….
d. Pembelian mesin gergadji, generator-generator dari lain-lain
alat-alat penggergadjian …….
e. Pemeliharaan alat-alat pengangkutan (pembelian onderdil-onderdil tjadangan guna
„loggersdream, kraan, skagit,
wielstellen, aspotten” dan
lain-lain) …………………..
Djumlah mata-anggaran
5a.7.1.23.

Biaja dalam djutaan rupiah
Tahun 1956
Tahun 1957
Tahun 1958
RenTerRenTerRenTertjana seleng- tjana seleng- tjana selenggara
gara
gara

4,7

0,987

4,3

0,140

5,—



0,6

0,035

0,2

0,273

0,5



2,3

0,395

1,6

0,757

2,—

0,590

8,6

1,68

8,—

2,925

10,2

1,078

2,—
1,—

1,830


1,—
1,9

1,019


2,5
2,5

0,492


1,—

0,290

1,5

0,329

2,—



Djumlah mata-anggaran
5A.5A.1.22/23.

4,—

2,120

4,4

1,348

7,—

0,492

Djumlah semua Bagian Thenik ………………………..

12,6

3,807
± 30%

12,4

4,273
± 34%

17,2

1,570

Biaja mekanisasi:
f. Penggergadjian ……………
g. Djalan-djalan rel (alat-alat)
h. Traktor-traktor dan lain-lain
(perlengkapan) …………….

Sumber Djawatan Kehutanan.

Sebagai ternjata dari angka-angka tersebut diatas, maka hasilhasil jang tertjapai dalam tahun-tahun tersebut, tidaklah memuaskan, karena hanja sebagian ketjil sadja dari surat-surat permohonan
pembelian (spp.) jang terselenggara.
e. Bangunan-bangunan.
Berhubung dengan besarnja kerusakan jang telah terdjadi diwaktu-waktu jang lampau, maka pekerdjaan-pekerdjaan jang direntjanakan buat djangka waktu 5 tahun bersifat rehabilitasi disatu

161

HASIL PELAKSANAAN PENDIRIAN BANGUNAN-BANGUNAN
OLEH DJAWATAN KEHUTANAN.
Ta b e l  9 7 .
Biaja dan
banjaknja,
tiap
matjam
projek

Matjam projek

A. Pembikinan
gedunggedung
(kantor
sekolah
garasi)

a.

439

R e a l i s a si
1956

1957

Djumlah

%

1958

18

14

10

42

10

b.

20,9

2,513

2,633

1,401

6,537

31

B. Pembikinan
rumah-rumah
pegawai
a.
b.

835
33,4

161
7,705

104
5,425

96
5,058

361
28,188

43

150km

39km

22km

25km

86km

57

12,—

2,611

103 „
4,432„

17 „
3,302

120 „
10,345

86

400km

13km
10
2,151 „

14km
46 „
4,110

83km
67 „
8.992

21

8
0,802

5
0,215

17
1,272

17
25

C. Pembikinan
djalan mobil/
tjikar
Pembikinan ) a.
baru, peme- )
liharaan
)
berat
) b.
D. Pembikinan
djalan rel
pembikinan )
baru
)
Pemelihara- )
an berat
) a.

E. Pembikinan
los dan
sebagainja
F. Pembelian
tanah

b.

21,6

56km
11 „
2,661

a.
b.

100
5,—

4
0,255

a. 20,500 m² 378,062 m² 78,233 m2 47,500 m2 503,795
b.
3,7
1,059
1,057
1,543
3,659

Sumber: Kementerian Pertanian.
Ketr: a) banjaknja tiap matjam projek. b) biajanja dalam djutaan rupiah.

162

43

259
100

fihak dan usaha baru dilain fihak. Untuk menjempurnakan pekerdjaan agar dapat diperoleh effesiensi jang setinggi-tingginja, maka
dianggap perlu merehabilitir kerusakan-kerusakan milik Djawatan
Kehutanan berupa gedung-gedung, kantor-kantor, los-los tempat
penimbunan kaju, djalan-djalan biasa, djalan-djalan rel, perumahan,
lori-lori pengangkutan hasil intuit dan lain-lain djenis perlengkapan jang penting-penting.
Dari angka-angka diatas nampaklah bahwa presentasi pengeluaran rata-rata lebih besar dari pada hasil realisasi kerdja, hal mana
disebabkan oleh terus meningkatnja harga-harga bahan-bahan.
Sebaliknja mengenai pembelian tanah telah berhasil diusahakan
jang murah. Dengan biaja jang sama telah dibeli hampir 2 X
luas jang direntjanakan.
Baik pula ditjatat bahwa berhubung dengan seretnja uang anggaran, pengeluaran pada umumnja masih dibawah 3 / 5 atan 60%
dari rentjana (ketjuali E dan F).
f. Research.
T a t a B u m i.
— Penjelidikan dilapangan penjelamatan dan pengawetan tanahi
telah dapat diselenggarakan pada 15 buah “Soilconservation
farms” jaitu:
di Djawa
: 7 tempat
di Nusa Tenggara
: 4 tempat
di Kalimantan
: 1 tempat
di Sumatera
: 3 tempat.
— Selandjutnja telah dimulai dengan klasifikasi tanah didaerah
aliran Tjitarum dan lain-lain.
Sebetulnja masih terdapat lain-lain penjelidikan dalam lapangan
Kehutanan, tetapi sampai waktu laporan ini disusun bahan-bahan
keterangan jang diperlukan belum diterirna.

165

C. KEHEWANAN.
1. Isi Rentjana.
Usaha utama dalam lapangan kehewanan terletak pada:
a. Memperbaiki mutu serta membentuk “stock” ternak dalam
negeri dengan djalan mengadakan persilangan dengan djenisdjenis ternak luar negeri, perbaikan makanan ternak dan sebagainja.
b. Mempertinggi produksi daging, susu, telur dan lain-lain sebagai
sumber protein hewani untuk memperbaiki susunan makanan
sehari-hari.
2. Taksiran Biaja.
Dengan tak adanja perintjian, taksiran biaja untuk tahun-tahun
1956—1960 meliputi:
Kehewanan
Rp. 24.860.200,— (jang berupa devisen
Rp. 4.740.000,—)
Penjelidikan Peternakan
Rp. 12.430.000,— (jang berupa devisen
Rp. 3.160.000,—)
Penjelidikan Penjakit
Rp. 12.430.000,— (jang berupa devisen
Hewan
Rp. 3.160.000,—)
Penjelidikan Penjakit
Rp. 12.430.000,— (jang berupa devisen
Mulut/Kuku
Rp. 3.160.000,—)
Djumlah
Rp. 62.150.500,—
3. Tingkat Penjelesaian.
a. Usaha Perkembangan Peternakan.
Rentjana untuk mendatangkan ternak dari luar negeri terbentur
pada kesukaran-kesukaran untuk mendapatkan devisen jang diperlukan.
Sementara itu selama tiga tahun jang silam telah dibelikan ternak
dalam negeri dan ditempatkan didaerah-daerah:
HASIL PEMBELIAN TERNAK UNTUK DAERAH.
Tabel 98 .
Tahun

Daerah

Sapi
Sapi
Ongole perah

Ajam Domba/
kam- Babi
Ras
bing

Itik

66



1956 Sumatera ..........................
Kalimantan ......................
Sulawesi ...........................
Djawa ...............................

60







10




195

D j u m l a h: .......................

60

10

195

164

45
73
20

138

37

30

67

66

Sapi
Ongole

Sapi
perah

Ajam
ras

Sumatera ………….
Kalimantan ……….

59
35







Domba/
kambing
56


Djumlah

94





100





10

150
250

Tahun

Daerah

1957

1958

Nusa Tenggara ……
Sulawesi …………..
Djawa ……………..
Perkiraan (Maluku / Irian
Barat ……………..
Djumlah

Babi

Itik




30


56



30






50



20



100


75

100

150





85

100

200

20

100

Sumber: Kementerian Pertanian.

Dalam rangka usaha ini telah diadakan perbaikan dan penjempurnaan pada sedjumlah fokstations jang tersebar diseluruh kepulauan.
Dengan usaha menambah banjaknja ternak sadja, jang sesungguhnja bukan tugas utama dari Djawatan Kehewanan, maka
belumlah berarti, apabila disamping itu tidak didjalankan perbaikan mutu ternak Indonesia jang semua agak ketjil bentuknja. Perbaikan mutu ternak itu didasarkan pada beberapa tudjuan. Pada
djaman sebelum perang dunia ke II maka usaha Pemerintah almarhum semata-mata ditudjukan kepada usaha menambah banjaknja
ternak penghela untuk keperluan pengangkutan tebu pabrik dan
untuk keperluan itu maka perbaikan mutu ternak sapi Indonesia
didjalankan dengan persilangan sapi-sapi Ongole dari India.
Berhubung dengan perubahan djaman dimana lambat laun segala
pengangkutan dapat dimekanisasikan, maka Pemerintah sekarang
merobah tudjuan peternakan sapi kearah djurusan perbaikan mutu
berdasarkan mempertinggi produksi susu, dan daging.
Untuk memperbaiki mutu ternak sapi dan lain-lain ini Pusat
Djawatan Kehewanan telah mendirikan Induk-induk Taman Ternak di:
(1) Batu Raden
— Purwokerto, Djawa Tengah.
(2) Rembangan
— Djember, Djawa Tengah.
(3) Matawai
— Pulau Sumba, Nusa Tenggara.
(4) Padang Mengatas
— Bukittinggi, Sumatera Barat.
Semua Induk-induk Taman Ternak tersebut diatas, langsung
dalam pengawasan Pusat Djawatan Kehewanan.
165

Disamping ini djuga oleh Pusat Djawatan didirikan ditiap-tiap
daerah Propinsi Taman-taman Ternak Ketjil hampir ditiap Karesidenan dulu jang berisi terutama ternak unggas. Taman-taman ternak
ketjil tersebut berusaha menternakkan hewan terutama unggas untuk
keperluan bibit unggas dalam daerahnja masing-masing.
Maksud tudjuan pendirian Induk-induk Taman Ternak itu ialah
menternakkan ternak besar (sapi) terutama sapi-sapi perahan asli
berasal dari luar negeri, jang kemudian turunannja disebarkan
diseluruh Indonesia bagi perbaikan mutu.
Perlu ditambahkan disini bahwa keuangan bagi Taman-taman
Ternak ini kesemuanja dipikul oleh Djawatan Kehewanan.
Selainnja usaha Pemerintah Pusat, dalam hal ini Pusat Djawatan
Kehewanan, dengan pendirian Induk Taman-taman Peternakan dan
Taman-taman Peternakan maka oleh Pemerintah-pemerintah Daerah Otonom diusahakan djuga dalam bidang perbaikan mutu ternak
dengan membeli dan membagi-bagikan ternak bermutu tinggi
kepada masjarakat tani peternak.
b. Pertunasan buatan: (Artificial insemination).
Untuk menghemat banjaknja hewan pedjantan, maka sebagai
telah diusahakan dipelbagai negara, djuga di Indonesia usaha tersebut telah mulai digiatkan.
Centra-centra pertunasan buatan di Djawa adalah:
(1) Purworedjo
— (Djawa Tengah).
(2) Ungaran
— (Djawa Tengah).
(3) Pakong
— (Madura)
(4) Grati
— (Pasuruan)
(5) Pekarangan
— (Bali)
Sampai tahun 1956 telah didjalankan pertunasan buatan pada
2.096 ekor hewan betina (sapi), jang bunting ada 916 ekor, jang
beranak ada 263 ekor.
e. Perbaikan makanan ternak.
Usaha dipusatkan kepada penjempurnaan “hay-making” terutama
di Djawa Timur dan Sumba. Biaja jang telah dikeluarkan untuk
pekerdjaan ini selama 1957 dan 1958 adalah Rp. 100,000,— dengan
hasil berupa rumput kering sebanjak 97.377 ton.
d. Perlengkapan sentrale susu.
Alat-alat pasteurisasi jang direntjanakan untuk didatangkan dari
luar negeri, belum dapat diperoleh disebabkan kesukaran-kesukaran
devisen. Diharapkan bahwa alat-alat itu akan dapat disediakan dalam
tahun 1959 berhubung dengan tersedianja perlengkapan tadi didalam negeri jang dapat diheli alih.

166

e. Research.
Hasil-hasil jang telah ditjapai dalam lapangan research dilapangan
peternakan adalah sebagai berikut:
(1) Penjelidikan dilapangan Peternakan.
— Penjelidikan dilapangan tehnik peternakan umum.
— Penjelidikan dilapangan makanan ternak (a.l. hay-making).
— Penjelidikan mengenai bahan-bahan ternak dan air susu,
dan lain-lain.
— Penjelidikan dilapangan “mixed farming” di Depok: dimulai dalam tahun 1956 dan lambat laun telah dapat diperlengkapi.
— Penjelenggarakan objek baru di Tjilebut, chusus untuk
menjelidiki hasil-hasil persilangan (antara lain antara sapi
Madura dan sapi Red Danish).
(2) Penjelidikan Penjakit Hewan.
— Pembangunan Instituut Virus (Bogor).
Dimulai dalam tahun 1956 gedung Instituut baru ini akan
dapat selesai sama sekali pada permulaan tahun 1959.
Hingga achir tahun 1958 telah dikeluarkan biaja sebanjak
Rp. 6.000.000,—. Dengan siapnja Instituut ini, pembuatan
pelbagai produksi obat-obatan (vaksin untuk anti rabies,
pseudovogelpest dan lain-lain) dapat lebih disempurnakan.
— Selandjutnja akan dimulai dengan pendirian 3 buah tjabang
di Surabaja, Makasar dan Medan, sedangkan Instituut Bakteriologi akan diperluas dengan Instituut Veterenair Hygienis.
(3) Lembaga Penjelidikan Penjakit Mulut dan Kuku.
— Pendirian gedung-gedung dan perlengkapan-perlengkapan
untuk lembaga penjelidikan ini di Surabaja dimulai dalam
tahun 1954/1955. Selama tahun 1956—1958 telah dikeluarkan biaja sebanjak Rp. 24.500.000,—. Diharapkan dapat
diselesaikan sama sekali dalam tahun 1959.
— Sementara itu telah dimulai dengan diadakannja penjelidikan-penjelidikan dengan bahan-bahan jang diterima dari
daerah.
D. PERIKANAN.
1. Isi Rentjana.
a. Perikanan Laut.
Kenaikan hasil penangkapan dapat ditjapai dengan motorisasi
armada penangkapan ikan, perbaikan teknik penangkapan dan
usaha-usaha dalam lapangan perkreditan. Penjaluran hasil penang167

kapan (marketing) mempunjai pengaruh jang besar terhadap produksi, mengingat mudahnja hasil penangkapan mendjadi busuk.
b. Perikanan Darat.
Perluasan areal perikanan disertai dengan perbaikan kultur pada
umumnja, adalah tindakan-tindakan jang perlu diambil untuk mempertinggi produksi. Disini termasuk penjebaran benih-benih ikan
jang tjepat tumbuh dan berkembang biak.
2. Taksiran Biaja.
2. T a k s i r a n B i a j a.
Untuk tahun-tahun 1956—1960 ditaksir biaja jang dibutuhkan
adalah :
Perikanan Laut
Rp. 80.000.000,— (jang berupa devisen
Rp. 12.640.000,—)
Perikanan Darat
Rp. 77.734.000,— (jang berupa devisen
Rp. 12.640.000,—)
Penjelidikan Perikanan
Rp. 5.000.000,— (jang berupa devisen
Rp. 1.580.000,—)
Rp. 162.734.000,—
Kinerja perlu disebutkan besarnja bantuan I.C.A. dalam Perikanan Laut, baik berupa bantuan teknik maupun bantuan materiil.
3. Tingkat Penjelesaian.
a. Perikanan Laut.
Pada umumnja usaha-casaba jang telah d