LOMBA PROPOSAL PROYEK ILMIAH IYGPC

LOMBA PROPOSAL PROYEK ILMIAH - IYGPC
(International Youth Green Project Competition)

Green Kos Effect: Konsep Pemberdayaaan Masyarkat (Pelaku Kos) di
Tamansari melalui Green Habit

Oleh:
Hanifah Nurawaliah
15313051

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2015

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR ISI

i

RINGKASAN


ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

1

1.2 Tujuan

4

1.3 Manfaat

4

BAB II GAGASAN
2.1 Kondisi Kekinian Tamansari

5


2.2 Solusi yang Pernah Diterapkan

7

2.3 Kondisi Kekinian yang Dapat Diperbaiki melalui Gagasan
yang Diberikan

8

2.4 Pihak yang Berperan

10

2.5 Langkah Strategis

11

BAB III KESIMPULAN


17

DAFTAR PUSTAKA

18

LAMPIRAN

i

RINGKASAN

Keberhasilan kota Bandung dalam memenangkan sayembara konsep Eco
District Tamansari merupakan tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh elemen
masyarakat Tamansari, termasuk mahasiswa yang notabene indekos di kawasan
tersebut. Sejalan dengan pembangunan Eco District, adanya pembangunan kos di
Tamansari yang tidak terkendali ternyata menimbulkan permasalahan lingkungan,
seperti penurunan kualitas air, peningkatan suhu udara, belum terkelolanya masalah
sampah secara optimal, pengurangan luas lahan terbuka hijau, dan lain-lain. Green
Kos Effect merupakan ide penulis sebagai solusi permasalahan lingkungan kawasan

Tamansari Bandung. Konsep Green Kos Effect ini secara intensif membangun pola
kebiasaan masyarakat Tamansari Bandung, khususnya pelaku dan penghuni kos di
Tamansari agar memiliki sikap “ramah” terhadap lingkungan. Konsep yang
berbasis pemberdayaan masyarakat ini akan menginisasi pembangunan nonfisik
Tamansari sebagai inisiasi menuju pembangunan fisik Eco District. Gerakan ini
bertujuan untuk menanamkan dan memberdayakan nilai-nilai Green Habit serta
menciptakan semangat peduli dan gotong royong pada setiap pelaku (pemilik dan
penghuni) kos di Tamansari demi mewujudkan pencapaian Eco District Tamansari.
Program Green Kos Effect terdiri dari tiga fokus utama, yakni Air, Energi, dan
Limbah Domestik (Sampah). Masyarakat Tamansari, khususnya pelaku kos secara
bertahap membangun pola hidup dan etika terhadap penggunaan Air dan Energi
serta pengelolaan sampah. Gerakan ini akan menjadi gerakan pertama yang
melibatkan peran aktif mahasiswa dan masyarakat Tamansari. Dengan adanya
Green Kos Effect ini, pelaku kos sebagai elemen masyarakat dominan Tamansari
tersebut akan menjadi role model pergerakan Green Habit di Bandung, Jawa Barat.
Kata kunci : Green, Kos, nonfisik, Eco, District, Habit, Tamansari

ii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Bandung dengan segala icon unik di setiap kawasannya menunjukkan potensi
yang selalu menjadi pusat perhatian kota, bahkan dunia. Salah satunya Tamansari
yang kini menjadi perhatian pemerintah kota Bandung. Kawasan ini akan dijadikan
kawasan Eco District yang merupakan suatu perencanaan perkotaan dengan tujuan
untuk mencapai konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep tersebut muncul
sebagai keberhasilan kota Bandung pada Sayembara konsep Eco District di Prancis.
Alhasil, pemerintah Kota Bandung berhak menerima dana hibah dari Prancis yang
bekerja sama dengan Kementerian Pekerjaan Umum Indonesia.
Konsep Eco District untuk kawasan Tamansari ini merupakan “pekerjaan
rumah“ sekaligus tantangan yang harus dihadapi oleh seluruh elemen masyarakat
mulai dari pemerintah, warga asli Tamansari, bahkan masyarakat pendatang
Tamansari. Secara nyata, kawasan Tamansari kini masih jauh dari kondisi ideal
sebagai kawasan Eco. Banyaknya jenis kegiatan di kawasan Tamansari
memunculkan berbagai masalah lingkungan seperti penurunan kualitas air,
peningkatan suhu udara, belum terkelolanya masalah sampah secara optimal,
pengurangan luas lahan terbuka hijau, dan lain-lain.
Salah satu aktivitas yang mudah terlihat di kawasan Tamansari Bandung

adalah pembangunan kos bagi mahasiswa. Kawasan dengan kepadatan penduduk
sekitar 228,4 orang/ha ini (BPS Kota Bandung, 2013) secara geografis merupakan
tempat strategis untuk mengembangkan ekonomi masyarakat karena letaknya
berdekatan dengan kampus. Meskipun belum ada data lengkap jumlah kos di

1

kawasan Tamansari, hasil observasi penulis menunjukkan bahwa 20 bangunan di
setiap RW di Tamansari merupakan bangunan kos.
Aktivitas domestik yang bersumber dari kos di Tamansari akan berdampak
luas bagi kota Bandung dan Jawa Barat. Pasalnya, di kawasan ini terdapat Sungai
Cikapundung yang bermuara di Sungai Citarum. Beberapa kos yang berlokasi di
sekitar aliran Sungai belum memiliki pengolahan limbah domestik yang optimal.
Tidak sedikit penghuni kos membuang limbah domestik secara langsung ke sungai.
Selain itu, pengelolaan sampah di Tamansari masih belum optimal dan sedikit
melibatkan masyarakat. Kondisi bangunan kos di kawasan ini pun masih banyak
yang tidak memenuhi standar.
Penulis menilai bahwa akar masalah lingkungan di kawasan Tamansari
Bandung tersebut berasal dari masyarakatnya sendiri. Selama ini, belum ada upaya
efektif yang dapat memberdayakan masyarakat Tamansari dalam hal upaya

pengelolaan lingkungan. Padahal, kawasan ini dihuni oleh lebih dari 3000
masyarakat sipil terpelajar, yakni mahasiswa yang telah menjadi bagian masyarakat
Tamansari. Seharusnya, mahasiswa menjadi agent of change dalam mengubah pola
kebiasaan masyarakat Tamansari terhadap lingkungan. Mahasiswa di Tamansari
akan menjadi determinan utama yang akan membantu mewujudkan Tamansari
menjadi kawasan Eco District.
Kembali pada masalah Eco District Tamansari Bandung dengan Sungai
Cikapundung sebagai icon-nya. Dalam pelaksanaan Eco District, perancanaan
yang menyangkut pembangunan fisik tidak akan berjalan dengan baik tanpa adanya
perencanaan pembangunan nonfisik. Perencanaan pembangunan nonfisik yang
dimaksud adalah perencanaan pembangunan karakter masyarakat yang meliputi
budaya, etika, atau kebiasaan masyarakat terhadap lingkungan, mengingat Eco
2

District sangat berkaitan dengan lingkungan.
Green Habit merupakan sebuah konsep pembangunan karakter, kebiasaan
(habit), budaya, atau sikap“ramah” seorang individu terhadap lingkungan.
Kebiasaan berperilaku “hijau” ini sangat fundamental dan mutlak harus
diperhatikan terutama dalam menjalankan suatu program yang berhubungan
dengan masyarakat. Membangun Green Habit pada masyarakat Tamansari,

khususnya pengelola dan penghuni kos (mahasiswa) menjadi sangat penting untuk
diperhatikan bersama karena masyarakat merupakan bagian integratif dari suatu
program, baik dalam tataran perencanaan, pelaksanaan, maupun pengendalian. Eco
District tanpa Green Habit ibarat pohon tanpa akar, hanya akan menjadi program
biasa-biasa saja. Sekali bangun, berkali-kali rusak karena tak terawat. Sebaliknya,
Eco District disertai Green Habit akan menjadi program luar biasa. Semua pihak
tentu mengharapkan Tamansari menjadi kawasan peradaban (civilization) dengan
masyarakatnya yang beradab dan pro lingkungan.
Green Kos Effect merupakan ide penulis sebagai solusi permasalahan
lingkungan kawasan Tamansari Bandung. Konsep Green Kos Effect ini secara
intensif membangun pola kebiasaan masyarakat Tamansari Bandung, khususnya
pelaku dan penghuni kos di Tamansari agar memiliki sikap “ramah” terhadap
lingkungan. Konsep yang berbasis pemberdayaan masyarakat ini akan menginisasi
pembangunan nonfisik Tamansari sebagai inisiasi menuju Eco District.
Secara umum, model Green Kos Effect ini dirancang sebagai komunitas
khusus pelaku kos yang berasaskan gotong royong dan peduli lingkungan bersama
dengan masyarakatnya. Green Kos Effect ini akan menjadi sebuah gerakan sosial
(social movement) komprehensif karena melibatkan mahasiswa dan masyarakat
sebagai pelopor pergerakan masyarakat yang aktif, dinamis, modern, dan
3


menginspirasi.

1.2 Tujuan
1. Menanamkan nilai-nilai Green Habit pada setiap pelaku (pemilik dan
penghuni) kos di Tamansari.
2. Memberdayakan masyarakat Tamansari, terutama pelaku kos di Tamansari
melalui program Green Kos Effect.
3. Menciptakan semangat peduli dan gotong royong antar pelaku kos di
Tamansari.
4. Mewujudkan pencapaian Eco District Tamansari.

1.3 Manfaat
1. Masyarakat Tamansari, terutama pemilik kos dan mahasiswa secara aktif
mengetahui dan menerapkan secara langsung pola kebiasaan baik terhadap
lingkungan (Eco Life Style).
2. Masyarakat Tamansari melalui pelaku kos secara progresif akan menjadi
pelopor pergerakan Green Habit di kawasan lain.
3. Masyarakat Tamansari akan memperoleh berbagai keuntungan (ekonomi,
sosial, dan budaya) serta terhindar dari dampak akibat pencemaran

lingkungan.

4

BAB II
GAGASAN

2.1 Kondisi Kekinian Tamansari
Permasalahan lingkungan di kawasan Tamansari Bandung muncul akibat
adanya gap antara tantangan, realita, dan kebutuhan masyarakat di kawasan
tersebut. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya bahwa Eco District Tamansari akan
menjadi tantangan utama bagi masyarakat kota Bandung secara umum. Tantangan
ini menggambarkan kondisi ideal Tamansari yang diharapkan menjadi icon kota
Bandung yang menerapkan prinsip pembangunan berkelanjutan.
Kondisi kekinian Tamansari salah satunya digambarkan dengan adanya
kegiatan domestik kos di kawasan Tamansari yang menimbulkan pencemaran
lingkungan. Berdasarkan hasil observasi, kos-kos di Tamansari notabene tidak
memiliki saluran pembuangan ideal. Limbah (sampah, sisa makanan, kotoran
manusia) seringkali dibuang langsung ke badan sungai. Menurut Tanuwidjaja
(2001), hasil Forum Gelar Bandung 2001 menyebutkan bahwa Tamansari memiliki

kondisi topografi curam (>40%) ditambah bangunan padat dan tidak teratur (1
bangunan memiliki lantai dasar 12-20 m2) yang mengancam kenyamanan dan
kesehatan masyarakat. Banyaknya bangunan yang membelakangi sungai
menyebabkan terjadinya pembuangan limbah langsung ke badan sungai
Cikapundung. Selain itu, Ruang Terbuka di kawasan Tamansari masih sedikit,
berjumlah 22 dengan bentuk Ruang Terbuka berupa lapangan saja.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum
(2013) melaporkan bahwa kawasan Tamansari masuk ke dalam 5 kawasan
terkumuh di Indonesia. Beliau menyebutkan bahwa kawasan ini kemungkinan akan
5

menjadi kawasan terpadat di dunia karena penuh dengan kos-kosan. Pembangunan
kos yang tidak terkendali ini tentu saja menimbulkan masalah serius, terutama
pencemaran limbah domestik kos.
Observasi penulis menunjukkan bahwa di kawasan Kebon Bibit,
Sulanjana, Plesiran, dan Taman Hewan, pengelolaan sampah belum dilakukan
secara optimal, ditunjukkan dengan sedikitnya tempat sampah secara fisik. Tempat
sampah masih berupa kantong-kantong plastik yang berserakan di depan kos-kosan.
Lokasi TPS pun ditempuh jauh akibat kontur Tamansari yang tidak rata (berbentuk
cekung).
Kembali kepada tantangan Eco District Tamansari. Eco District dan
pembangunan kos merupakan dua aspek yang relevan dengan keberlanjutan
lingkungan. Eco District mendefinisikan dan mempromosikan model baru
regenerasi perkotaan; sebuah pendekatan yang berdasarkan pada otentik kolaborasi
yang menghormati dan peka terhadap kebijakan kolektif masyarakat dan terbukti
meningkatkan lingkungan, ekonomi, dan kesejahteraan sosial lingkungan dan kota
(ecodistricts.org). Sedangkan kos (bangunan untuk kegiatan indekos) merupakan
aspek yang dikhawatirkan akan menimbulkan permasalahan tata kota. Jika kedua
aspek ini tidak saling mendukung, konsep Eco District Tamansari akan terkedala
dan berjalan lambat.

6

Kebutuhan
Kondisi Lingkungan
bersih, aman, nyaman,
dan sehat
Realita
Tantangan

Adanya kegiatan
domestik (kos) yang
menimbulkan
pencemaran lingkungan
(Kondisi Kekinian)

Eco-District Tamansari
Bandung
(Kondisi Ideal)

Masalah

Gambar 2.1.1 Bagan timbulnya permasalahan kawasan Tamansari

2.2 Solusi yang Pernah Diterapkan
Pembangunan Eco District Tamansari selama ini masih berupa konsep,
belum ada informasi lebih lanjut kapan pembangunan akan dimulai. Sejalan dengan
Eco District, kegiatan masyarakat di bidang lingkungan hidup yang pernah
diterapkan di kawasan Tamansari serta Bandung secara umum diantaranya Gerakan
Sejuta Biopori Bandung, Bandung Green and Clean (BGC), Bandung Clean Action,
Komunitas Bank Sampah Bandung, Sosialisasi dan Pelatihan Pengelolaan Sampah,
dan lain-lain. Kegiatan tersebut dilakukan hanya sebatas insidental, belum ada
master plan yang jelas mengenai kegiatan pelestarian lingkungan hidup di kawasan
Tamansari. Selain itu, komunitas yang khusus menyelesaikan permasalahan
lingkungan Tamansari masih sedikit.
Khusus untuk pembangunan kos yang semakin meningkat, Dinas Tata
Ruang dan Ciptakarya belum mengeluarkan regulasi untuk mengatur kos-kosan di
Bandung. Padahal, izin pembangunan kos yang tidak terkendali berdampak pada
kelestarian lingkungan sekitar. Izin pendirian kos masih disamakan seperti izin
7

mendirikan rumah seperti biasa.
Solusi permasalahan lingkungan hidup Tamansari sejauh ini belum masif,
masih terpisah-pisah dan belum terarah. Padahal, potensi Sumber Daya
Manusia-nya terlihat jelas. Kawasan ini dipadati oleh mahasiswa yang merupakan
masyarakat sipil terpelajar. Intinya, belum ada gerakan terarah yang bisa
mengolaborasikan antara masyarakat dan mahasiswa untuk menyelesaikan masalah
lingkungan Tamansari.

2.3 Kondisi Kekinian yang Dapat Diperbaiki melalui Gagasan yang
Diberikan
Mahasiswa yang indekos di Tamansari berpotensi menjadi penggerak dan
pelopor perwujudan Eco Life Style di kawasan padat penduduk tersebut. Teknologi
yang kini semakin pesat menunjukkan semakin mudahnya “mengajak” kaum muda
untuk ikut andil dalam memperbaiki lingkungan. Kondisi ini diperkuat dengan
meningkatnya jumlah penduduk usia muda di masa yang akan datang (bonus
demografi) yang secara alami memiliki gairah yang kuat untuk bergerak dalam
pergerakan sosial. Munculnya media sosial pun menambah poin penting betapa
mudahnya pergerakan jika terpublikasi dan terdokumentasi dengan baik.
Prakarsa pemecahan masalah lingkungan Tamansari akan dikemas secara
unik berbasis pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat merupakan
sebuah proses dalam memberdayakan kesempatan masyarakat melalui partisipasi,
alih pengetahuan, keahlian dan keterampilan. Menurut Moh. Ali Aziz, dkk (2005:
136), pemberdayaan masyarakat merupakan proses siklus terus-menerus, proses
partisipatif di mana anggota masyarakat bekerja sama dalam kelompok formal
maupun informal untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman serta berusaha
8

mencapai tujuan bersama.
Penulis mengambil sebuah ide Green Kos Effect, sebuah konsep
pemberdayaan pengelola dan penghuni kos melalui Green Habit. Konsep
pemberdayaan berbasis masyarakat ini dikelola dalam sebuah wadah komunitas.
Dengan adanya sebuah komunitas ini, seluruh pelaku kos di Tamansari, baik itu
pemilik, pengelola, dan penghuni (mahasiswa) berkolaborasi dalam mewujudkan
Tamansari sebagai kawasan Eco-District melalui gerakan sekaligus penyadaran
akan pentingnya pola hidup ramah lingkungan kepada masyarakat luas.
Di era teknologi modern sekarang, informasi menyebar dengan sangat
cepat. Sebuah gerakan kini menjadi trend sekaligus katalisator pembangunan Eco
District yang mudah diterima masyarakat. Gerakan Pungut Sampah (GPS)
Bandung, Gerakan Sejuta Biopori Bandung, Gebrak Indonesia, Gerakan Tinju
Tinja, merupakan beberapa contoh gerakan yang mudah diterima dan diingat
masyarakat. Sebuah gerakan tidak hanya akan mempercepat sosialisasi, namun
menjadi sebuah brand bagi masyarakat yang terlibat aktif di dalamnya. Dengan
model gerakan, solusi permasalahan lingkungan di Tamansari akan lebih mudah
diketahui khalayak.
Sebuah gerakan tentu akan menjadi sebatas slogan jika tanpa aksi nyata.
Pola pemberdayaan adalah fokus utama sekaligus prioritas pemecahan masalah
lingkungan Tamansari. Pemberdayaan akan meningkatkan kualitas dan kuantitas
interaksi antar elemen masyarakat sehingga terbentuk kemandirian bersama. Tentu
saja, dampak Green Habit akan menyebar luas jika dikemas melalui pemberdayaan.
Proyeksi pemberdayaan Green Habit ini bersumber dari kebiasaan masing-masing
individu pelaku kos. Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat berbasis gerakan
menjadi hal penting yang memprakarsai pemecahan masalah lingkungan
9

Tamansari Bandung.
Hasil observasi menunjukkan belum adanya arsip dan pendataan yang
jelas mengenai jumlah kegiatan lingkungan hidup yang sudah dan telah dilakukan
di Tamansari. Khusus pembangunan kos Tamansari, belum ada data yang presisi
mengenai angka pertumbuhan kos setiap tahunnya. Oleh karena itu, adanya Green
Kos Effect ini akan membantu pemerintah kota dalam mengakses kos-kosan di
daerah Tamansari Bandung.

2.4 Pihak yang Berperan
Penulis menilai masyarakat Tamansari didominasi oleh pendatang dari
daerah lain, yakni mahasiswa yang kemudian menetap (indekos) dalam jangka
waktu tertentu. Mahasiswa tidak menutup kemungkinan berada di dalam jejaring
aktivitas domestik di kawasan tersebut. Secara administratif, mahasiswa yang
indekos di Tamansari adalah bagian dari masyarakat Tamansari yang ikut andil
dalam kegiatan domestik. Di samping mahasiswa, tentu saja warga asli Tamansari,
baik yang memiliki usaha kosan maupun tidak, menjadi pelaku aktivitas domestik.
Oleh karena itu, sasaran (subjek) pemecahan masalah lingkungan Tamansari akan
difokuskan kepada masyarakat (penghuni kos / mahasiswa, pemilik kos, dan warga
Tamansari).
Dalam menentukan pelopor pemecahan masalah lingkungan Tamansari,
diperlukan analisis potensi dari masing-masing elemen masyarakat. Beberapa
pelopor pemecahan masalah lingkungan tersebut adalah mahasiswa dan organisasi
atau komunitas masyarakat yang ada di kawasan Tamansari. Mahasiswa
merupakan salah satu bagian masyarakat yang dapat dijadikan motor penggerak
pembangunan.

Secara

ideal,

mahasiswa

wajib

menanamkan

nilai-nilai

10

kemahasiswaan dan tri darma perguruan tinggi. Di samping mahasiswa, pelopor
pemecahan masalah ini dapat melalui organisasi dan komunitas masyarakat.
Keberadaan tokoh masyarakat pun dalam jejaring sosial diperlukan sebagai “juru
kunci” masyarakat.
Social

mapping

terhadap

masyarakat

kawasan

Tamansari

akan

mempercepat proses pemecahan masalah. Penulis menilai bahwa solusi
permasalahan lingkungan Tamansari akan berjalan efektif jika melibatkan peran
orang-orang yang memiliki “nilai pengaruh” bagi masyarakat. Melalui peran itulah,
meraka akan menjadi inisiator dan inspirator bagi masyarakat kawasan lain.
Masyarakat Tamansari dan Mahasiswa Tamansari bersama-sama dengan
pemerintah kota Bandung mewujudkan ide Green Kos Effect ini sebagai upaya
pembentukan Eco Life Style dalam rangka menyambut Eco District Tamansari. Eco
Life Style ini diupayakan terbentuk mulai dari pemeliharaan kelestarian lingkungan
kos.

2.5 Langkah-langkah Strategis
Prakarsa Green Kos Effect ini dimulai dengan pembentukan komunitas
yang befungsi sebagai koordintor. Komunitas ini terdiri dari elemen mahasiswa
yang indekos di Tamansari serta beberapa pemilik kos. Perekrutan komunitas
berlangsung secara terbuka (open recruitment) dan sukarela. Komunitas ini akan
mengordinasikan seluruh rangkaian program Green Kos Effect kepada anggota.
Selanjutnya, komunitas ini menjadi The Center of Green Kos, pusat tempat
pelaporan pelaksanaan Green Habit di Tamansari.
Setelah pembentukan komunitas, langkah selanjutnya adalah sosialisasi
dan publikasi kepada seluruh pelaku kos di Tamansari. Sosialisasi dilakukan
11

dengan metode Focus Group Discussion (FGD) dari pengurus komunitas Green
Kos Effect ke seluruh elemen masyarakat. Dalam hal ini, orang-orang yang
dianggap memiliki “nilai pengaruh” dihadirkan. Selain FGD, sosialisasi dan
publikasi Green Habit melalui program Green Kos Effect ini dilakukan di media
sosial, forum masyarakat (pengajian, PKK, posyandu, dll) serta tempat-tempat
umum dimana masyarakat dapat berinteraksi secara luas (sekolah, lapangan,
warung, kantin, MCK umum). Propaganda Green Habit akan selalu dipasang di
titik-titik tertentu Tamansari sebagai bukti bahwa Tamansari tengah melakukan
pembangunan nonfisik, yakni membangun pola hidup ramah lingkungan di
kalangan pelaku kos.
Sosialisasi dan publikasi ditujukan agar gerakan Green Kos Effect ini
menjadi gerakan masif dan menjadi branding Tamansari dalam menghadapi Eco
District. Seluruh mahasiswa yang indekos di Tamansari akan menjadi anggota
Green Kost Effect, begitu pula pemilik dan pengelola kos. Ke depannya, program
ini akan diajukan sebagai gerakan sosial yang didukung oleh pemerintah Kota
Bandung, pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Republik Indonesia
sebagai gerakan efektif yang dapat membangun karakter manusia terhadap
lingkungan.

Pembentukan
Komunitas

Green Kost
Effect

Sosialisasi dan
Publikasi

Gerakan masif
se-Tamansari

Gambar 2.5.1 Langkah Strategis Pewujudan Prakarsa Green Kos Effect

Program Green Kos Effect terdiri dari tiga fokus utama, yakni Air, Energi,

12

dan Limbah Domestik (Sampah). Ketiga fokus utama tersebut merupakan masalah
penting yang sering dihadapi pelaku kos. Masyarakat Tamansari, khususnya pelaku
kos secara bertahap membangun pola hidup dan etika terhadap penggunaan Air dan
Energi serta pengelolaan sampah. Pemberdayaan dilakukan secara mudah,
menguntungkan, dan menyenangkan.
Berikut ini penjelasan tiga aspek yang menjadi fokus utama gerakan Green
Kos Effect.
1. Air
Kuantitas air di bumi ini relatif tetap karena adanya siklus hidrologi.
Namun, kualitas air akan menurun sejalan dengan meningkatnya aktivitas
manusia. Melalui Green Kos Effect, mahasiswa diajak untuk menggunakan air
secara bijaksana. Pentingnya menjaga K3 (kuantitas, kualitas, kontinuitas) air
akan disosialisasikan secara masif di media sosial maupun media lainnya.
2. Energi
Energi listrik di kalangan mahasiswa kini menjadi kebutuhan utama.
Meningkatnya penggunaan barang-barang elektronik akan menimbulkan
peningkatan kebutuhan energi listrik setiap harinya. Dengan adanya Green Kos
Effect ini, mahasiswa diajak untuk hemat energi listrik dan mulai menggunakan
barang-barang teknologi yang ramah lingkungan (Green Technology).
3. Sampah
Pengelolaan sampah kos akan dikelola secara masif dimulai dari
sumbernya. Setiap kos di Tamansari akan memiliki tong sampah berjenis
sebagai tempat pemilahan sampah awal. Gerakan Pilah Sampah ini diupayakan
menjadi langkah awal yang akan memudahkan proses pengelolaan selanjutnya.
Proses pengangkutan ke Tempat Penampungan Sementara dilakukan oleh
13

petugas sampah setempat.
Khusus pengelolaan sampah, Green Kos Effect akan melibatkan seluruh
elemen masyarakat terutama petugas sampah agar bersama-sama membangun
kawasan Tamansari yang bersih dari sampah. Masing-masing pihak di TPS
Tamansari akan menjadi pusat pengepulan untuk sampah yang masih bisa dijual.
Selanjutnya, hasil penjualan sampah akan dibagikan sebagai fee bagi
masyarakat dan pelaku kos yang ikut andil dalam komunitas Green Kos Effect.
Proses monitoring dilakukan secara berkala oleh aktivis Green Kos Effect,
khususnya pengelola kos. Untuk menghindari adanya konflik kepentingan,
pengelolaan sampah khusus di Tamansari ini akan diajukan kepada pemerintah
daerah sebagai pengelolaan yang masif dan terpadu.

Gambar 2.5.2 Tiga Aspek Green Kos Effect
Di komunitas Green Kos Effect, hubungan antara pemilik kos dengan
penghuni kos digambarkan sebagai berikut. Pertama, calon penghuni kos
14

(mahasiswa) yang akan menetap (indekos) di kos yang tergabung dalam Green Kos
Effect akan diberikan pengarahan oleh pihak pengelola kos terkait Green Habit.
Kedua, jika mahasiswa tersebut menerima program Green Habit, secara otomatis
akan tergabung dengan komunitas Green Kos Effect yang ditandai dengan
pemberian kartu anggota. Ketiga, mahasiswa yang sudah tergabung berhak dan
wajib untuk tergabung dalam jaringan komunitas Green Kos Effect memiliki hak
dan kewajiban yang harus dilaksanakan dalam pembangunan pola hidup dan
karakter Green Habit ini.
Secara sosial, Green Kos Effect akan memberdayakan pelaku kos sehingga
membentuk pola hidup masyarakat yang ramah terhadap lingkungan. Melalui
lingkungan kos, Green Habit di Tamansari akan tumbuh dan berkembang sehingga
menjadi budaya yang dibanggakan masyarakat. Secara ekonomi, Green Kos Effect
akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Ketiga fokus utama masalah
lingkungan Tamansari yakni Air, Energi, dan Limbah domestik akan dijadikan
sumber daya ekonomi masyarakat. Masyarakat yang tergabung dalam Green Kos
Effect akan memperoleh profit (keuntungan) secara ekonomi dan lingkungan.
Masyarakat akan memperoleh tabungan atau simpanan bonus jika melaksanakan
hal-hal berikut:
1. Aktif dan partisipatif mengampanyekan Green Habit
2. Aktif dan partisipatif menanamkan nilai Green Habit
3. Aktif dan partisipatif mengikuti program Green Kos Effect
Gerakan ini akan menjadi gerakan pertama yang melibatkan peran aktif
mahasiswa dengan masyarakat Tamansari. Sejauh ini, belum ada gerakan di bidang
lingkungan yang fokus terhadap aktivitas kos. Dengan adanya Green Kos Effect ini,
pelaku kos sebagai elemen masyarakat dominan Tamansari tersebut akan menjadi
15

role model pergerakan Green Habitdi Bandung, Jawa Barat. Sikap semangat
berkarya dan idealis mahasiswa tentu saja akan tertularkan kepada masyarakat luas
melalui gerakan ini.

Gambar 2.5.3 Interaksi antar Pelaku Kos di Green Kos Effect
Inilah Green Kos Effect, sebuah gerakan sederhana yang hanya
menginisiasi mahasiswa dan masyarakat agar ikut andil terhadap pelestarian
lingkungan. Dimulai dari lingkungan terdekat (kos), mahasiswa dan masyarakat
sedikit demi sedikit melakukan pola kebiasaan yang akan memberikan efek positif
bagi dirinya dan lingkungan. Sejalan dengan pembangunan nonfisik inilah, Eco
District Tamansari akan menjadi sebuah primadona Tamansari menuju tantangan
global.

16

BAB III
KESIMPULAN

1. Penanaman nilai-nilai Green Habit pada setiap pelaku (pemilik dan penghuni)
kos di Tamansari dilakukan melalui metode persuasif di berbagai media.
2. Pemberdayaan masyarakat Tamansari, terutama pelaku kos di Tamansari
melalui program Green Kos Effect ini dilakukan dengan cara menjadi anggota
komunitas Green Kos Effect dan mempelopori gerakan ini ke seluruh
masyarakat Tamansari.
3. Semangat peduli dan gotong royong antar pelaku kos di Tamansari tercipta
karena gerakan Green Kos Effect ini pun melibatkan stake holder Tamansari
(pemerintah, komunitas, mahasiswa, masyarakat).
4. Green Kos Effect secara langsung mewujudkan pencapaian Eco District
Tamansari melalui pembentukan master plan Tamansari di bidang pelestarian
lingkungan dalam rangka mewujudkan Tamansari lestari.

17

DAFTAR PUSTAKA
Arianti, Fiki. (2013). Yuk Intip, 5 Kawasan Kumuh Terparah di Indonesia.
Diambil
dari:
http://bisnis.liputan6.com/read/687844/yuk-intip-5-kawasan-kumuh-terparah-di-in
donesia
Bandung Wetan Dalam Angka. (2013). Diambil dari : Badan Pusat
Statistik
Kota
Bandung
website
http://bandungkota.bps.go.id/publikasi/bandung-wetan-dalam-angka-2013
Ecodistrict.org
Tanuwidjaja,
Gunawan.
(2001).
Tamansari.
Diambil
dari:
http://www.scribd.com/doc/90734375/4b-Laporan-FGK-Bandung-an-Tamansari#s
cribd